-
PENERAPAN PEMBELAJARAN MULTIMEDIA DALAM KEGIATANMENGAJAR IPA
MATERI POKOK SISTEM DALAM KEHIDUPAN
MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP N
1 REMBANG
TAHUN PELAJARAN 2007/2008
Oleh : Edy Sri Irianto, S.Pd.
ABSTRAK
Pembelajaran dikelas kadang membosankan bagi siswa sehingga
pemahaman konsep yang diharapkan tidak dapat tercapai, siswa kurang
termotivasi untuk belajar yang mengakibatkan prestasi tidak dapat
meningkat. Beberapa kendala dialami seorang guru dalam proses
pembelajaran di kelas yang sesuai dengan keinginan dan kondisi
siswa sehingga kebuntuan komunikasi siswa dengan guru
terbentuk,.salah satu penyebabnya adalah karena metode dan media
yang digunakan seorang guru dalam memberi pelajaran kurang menarik
bagi siswa.
Kehadiran ICT dewasa ini membawa perubahan dan angin segar bagi
dunia pendidikan, tidak hanya dipergunakan untuk kebutuhan
administrasi belaka namun sekarang sudah bergeser pada penggunaan
dalam proses pembelajaran di kelas. Multimedia interaktif adalah
salah satu efek hadirnya ICT sekarang ini yang perlu
dipertimbangkan dalam penggunaan pada proses pembelajaran di kelas,
karena multimedia sudah banyak terbukti mampu meningkatkan mutu
pendidikan . Hal ini juga perlu dipertimbangan beberapa dampak
negatif yang timbul dan bagaimana multimedia itu dikelola dengan
benar yang sesuai dengan dunia pendidikan.
Hasil Penelitian membuktikan bahwa multimedia dapat meningkatkan
aspek pemahaman konsep materi pelajaran bila dibandingkan dengan
memnggunakan media lain (charta, torso, dan model). Berdasarkan
tindakan yang sudah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Rembang pada siswa
kelas VIII A tahun pelajaran 2007/2008 tentang penggunaan
multimedia mampu meningkatkan aspek pemahaman materi, dan
meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil rerata tes awal tindakan
diperoleh 72.5 % (59.5) anak belum mencapai KKM. Pada siklus I
nilai rerata 66.4 dengan 65 % siswa memperoleh nilai sama dan atau
diatas KKM, dan pada siklus II nilai rerata sebesar 69.8 dengan 80
% siswa tuntas dalam aspek pemahaman konsep. Disamping itu hasil
observasi juga membuktikan bahwa penggunaan multimedia dalam proses
pembelajaran dapat memotivasi dan meningkatkan belajar siswa.
Kata Kunci : Multimedia, meningkatkan hasil belajar siswa.
1
-
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia Pendidikan di Indonesia dewasa ini menghadapi era
globalisasi alih teknologi dengan
pesatnya, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT)
mengalami perubahan
yang sangat berarti bahkan hampir disemua aspek. Dibandingkan
dengan negara-negara lain,
dunia pendidikan di Indonesia masih ketinggalan dalam penggunaan
ICT dalam pembelajaran,
hal itu disebabkan antara lain Indonesia masih kebingungan dalam
memilih paradigma mana
yang pas dalam menyelesaikan masalah, program dulu baru
anggarannya atau anggarannya dulu
baru programnya (Suparlan, Mei 2008).
Pembaharuan dalam bidang pendidikan memerlukan keberanian untuk
mencari metode dan
membangun paradigma baru. Fenomena yang selalu terjadi dalam
dunia pendidikan di era global
ialah selalu tertinggalnya perkembangan dunia pendidikan itu
sendiri jika dibandingkan dengan
perkembangan teknologi, informasi, dan dunia bisnis yang
menggiringnya (Prof. Suyanto, Ph.D).
Pendidikan di Indonesia sebelum krisis ekonomi tahun 1997 yang
kemudian diikuti krisis multi
dimensi sistem dan proses pembelajaran tidak mendukung bagi
tercapainya pendidikan yang
berkualitas, tidak mendukung akan dihasilkannya sumberdaya
manusia yang dapat bersaing
dalam era globalisasi. Kurikulum padat materi, mengedepankan
pendekatan kognitif, diberikan
dalam tradisi satu arah (one way direction-pasif).
Beberapa perubahan mulai diambil dengan menyadari beberapa
kelemahan yang ada, antara
lain melakukan desentralisasi pendidikan dalam kerangka otonomi
daerah yang dikuti
manajemen berbasis sekolah, mengikutsertakan peran Komite
Sekolah dan Dewan Pendidikan
dan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian
dikembangkannya lebih
lanjut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Didalam
kurikulum ini pembelajaran
menerapkan system PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan),
pembelajaran dua arah (two way teaching learning), pembelajaran
diluar kelas (beyond the class
room), dan memanfaatkan teknologi multimedia atau Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK)
atau biasa disebut sebagai Information and Communication
Tecnology (ICT).
Penggunaan ICT disekolah telah merubah kita dalam meningkatkan
mutu pendidikan yang
tadinya lebih berpusat pada guru (teacher centered) menjadi
student centered (berpusat pada
siswa) , tadinya pembelajaran umumnya menjemukan karena tidak
partisipatif (tidak ada peran
2
-
siswa) dan sekarang lebih menyenangkan adanya partisipasi siswa,
akses terhadap data dan
informasi dapat dilakukan secara on line, yang jelas ICT membuka
era baru dunia pendidikan.
Namun tidak dapat dipungkiri bila keberadaan ICT dalam dunia
pendidikan juga dapat
membawa beberapa kendala tersendiri dan memungkinkan menjadi
hal-hal yang anti klimaks
dalam menentukan mutu pendidikan .
Tidak dapat disangkal bahwa terpaan teknologi berupa perangkat
lunak (software) maupun
perangkat keras (hardware) sudah sekian menyatu dengan kehidupan
manusia modern. Dalam
bidang pendidikan kehadiran media pembelajaran misalnya sudah
dirasakan banyak membantu
tugas guru dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Dalam era
teknologi dan informasi ini,
pemanfaatan kecanggihan teknologi untuk kepentingan pembelajaran
sudah bukan merupakan hal
yang baru lagi. Salah satu media pembelajaran baru yang
akhir-akhir ini semakin menggeserkan
peranan guru adalah teknologi multimedia yang tersedia melalui
perangkat komputer.
Perkembangan teknologi informasi khususnya komputer membawa
banyak perubahan pada
sebuah program aplikasi seharusnya didesain terutama pada upaya
menjadikan teknologi ini
mampu memanipulasi keadaan sesungguhnya. Penekanannya terletak
pada upaya yang
berkesinambungan untuk memaksimalkan aktifitas belajar sebagai
interaktif kognitif antar siswa,
materi subyek, dan instruktur (dalam hal ini komputer yang
diprogramkan).
Pembelajaran berbasis komputer (Computer based Instruction/CBI)
adalah suatu konsep
baru yang sampai saat ini banyak jenis dan desain dan
implementasinya, terutama dalam dunia
pendidikan dan pembelajaran. Kondisi ini muncul sebagai wujud
nyata dari globalisasi Teknologi
Informasi dan Komunikasi. ( Rakmat Setiadi dan Akhril Agus 2003
;3).
Dewasa ini, CBI telah berkembang menjadi berbagai model dimulai
dari CAI (Computer
Assisted Intruction), kemudian mengalami perbaikan menjadi ACAI
(Intelligent Computer
Assited Intruction), dengan dasar orientasi aktifitas yang
berbeda muncul pula CAL (Computer
Assited Learning), CBL (Computer Based Learning, CAPA (Computer
Assisted Personalized
Assigment), dan ITS (Intelligent Tutorial System). Secara umum
bahan belajar ini menjelaskan
tentang makna komputer sebagai salah satu media dalam
pembelajaran dan penyusunan bahan
belajar berbasis komputer.
Penggunaan charta di dalam proses pembejaran sudah tidak
jamannya lagi, Karena
beberapa kelemahan dalam penggunaan charta sudah jelas, terutama
pada mata pelajaran IPA di
SMP ada beberapa materi pelajaran yang tidak memungkinkan
dilaksanakan di laboratorium
3
-
karena beberapa alasan, misalnya karena keterbatasan alat dan
bahan atau memang materi itu
tidak bisa dilaksanakan dengan penyampaian kinerja ilmiah.
Biasanya apa yang dilakukan guru
dalam menyampaikan materi tersebut tidak ada jalan lain adalah
mengunakan media pembantu
berupa charta/model. Dengan kehadiran teknologi komputer dewasa
ini guru dapat
mengembangkan imajinasinya dalam membuat bahan ajar berbantuan
komputer (multimedia)
menggantikan media charta misalnya dalam membantu siswa dalam
menyampaikan
pembelajarannya, disamping itu kehadiran teknologi ini
memungkinkan siswa untuk dapat
berkreasi dalam mendalami suatu materi bahan ajar dan tidak
menjemukan karena multimedia
sudah merupakan barang yang tidak asing lagi bagi siswa.
B. Perumusan Masalah
Apakah pembelajaran menggunakan bahan ajar multimedia dapat
meningkatkan
pemahaman konsep siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa
?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa umumnya , khususnya
meningkatkan pendalaman
materi/pemahaman konsep Sstem dalam Kehidupan Manusia.
2. Untuk mengetahui dan menanggulangi kendala seorang guru dalam
mengatasi proses
pembelajaran siswa untuk memahami suatu materi pelajaran.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk guru diharapkan metode ini sebagai metode alternatif
pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi komputer sehingga dapat digunakan sebagai
model variasi
dalam menyampaiakan materi pelajaran.
2. Untuk siswa, pembelajaran menggunakan bahan ajar multimedia
ini diharapkan dapat
meningkatkan motivasi sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar.
3. Untuk Sekolah, dengan hadirnya bahan ajar berbantuan komputer
ini (multimedia)
diharapkan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah,
umumnya dunia pendidikan.
4
-
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT)
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak terlepas
dengan perangkat
komputer yang dewasa ini menguasai teknologi pembelajaran di
sekolah-sekolah. Komputer
adalah alat atau seperangkat yang dipakai untuk mengolah
informasi menurut prosedur yang
telah dirumuskan. Kata Komputer semula dipergunakan untuk
mengambarkan orang yang
pekerjaannya melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa
alat bantu, tetapi arti kata
ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri. Asal mulanya,
pengolahan informasi
hampir eksklusif berhubungan dengan masalah aritmatika, tetapi
komputer modern dipakai
untuk banyak tugas yang tidak berhubungan dengan aritmatika.
Namun dalam
perkembanganya istilah yang lebih baik dan yang cocok untuk arti
luas seperti komputer
adalah yang memproses informasi atau sistem pengolah
informasi.
Dalam perkembangannya akhirnya komputer merambah pada dunia
pendidikan, yang
mula-mula perangkat in dipergunakan untuk membantu dalam
pekerjaan administrasi
pendidikan, namun akhirnya sekarang komputer bergeser
penggunaannya dalam pengunaan
pengajaran.
Penggunaan ICT (Information and Communication Technology) dalam
proses
pembelajaran disekolah sekarang ini sudah tidak asing lagi.
Dalam bukunya bertajuk
Effective Teaching, Evidence and Practice, Daniel Muijs dan
David Reynolds menjelaskan
beberapa hal tentang kecakapan ICT dapat membantu siswa
belajar.
a. Presenting Information. ICT memiliki kemampuan yang sangat
luar biasa untuk
menyampaikan informasi.Ensiklopedia yang jumlahnya beberapa
jilid pun dapat
disimpan di harddisk/flasdisk.
b. Quick and Automatic Completion of Routine Tasks. Tugas-tugas
rutin kita dapat
selesaikan dengan menggunakan bantuan komputer dengan cepat dan
otomatis.
c. Assessing and Handling Information. Dengan komputer yang
berhubungan dengan
internet, kita dapat dengan mudah memperoleh dan mengirimkan
informasi dengan
mudah dan cepat. Melalui jaringan internet, kita dapat memiliki
website yang
5
-
menjangkau ujung dunia manapun. Masih banyak lagi manfaat yang
bisa kita ambil
dari pengunaan ICT dalam proses pembelajaran di sekolah.
2. Stategi Pembelajaran
Gaya pembelajaran merujuk kepada ciri istimewa kepunyaan
seseorang siswa untuk
memperlihatkan, interaksi, dan memberikan umpan balik dalam
suasana pembelajaran atau
pada proses belajar mengajar (Keefe, 1979). Seseorang pelajar
mulai sejak kecil gaya
belajarnya sudah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
sosial-ekonomi dan budaya keluarga,
emosi, dan alam disekitarnya. Atas perbedaan-perbedaan tersebut,
maka gaya pembelajaran
seorang siswa mungkin berbeda dari gaya pembelajaran siswa lain.
Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa terdapat siswa yang lebih cenderung kepada
pembelajaran melalui
penglihatan dan pendengaran, terdapat pula juga siswa lebih
leluasa dengan pembelajaran
melalui bahan manipulatif atau reflektif, ada juga siswa yang
suka belajar dalam suasana
kelompok dan ada pula siswa yang lebih enak dilaksanakan dengan
secara perorangan atau
sendirian (Felder, 1996).
Walaupun seorang siswa dikatakan bertanggungjawab terhadap
pembelajarannya
sendiri, tetapi guru memegang peranan yang sangat penting
sebagai motivator dan pemudah
cara melalui berbagai strategi pengajaran yang digunakan. Hasil
yang didapat berbagai gaya
pembelajaran seorang siswa dan beberapa strategi pengajaran yang
diberikan guru kadang-
kadang tidak sinkron/yang diharapkan siswa sehingga menyebabkan
seorang siswa menjadi
bosan dan tidak memperhatikan dalam proses pengajaran dan
menyebabkab prestasi yang
diharapkan tidak dapat tercapai. Sebaliknya, guru yang
berhadapan dengan siswa yang tidak
berminat dalam pembelajaran menyebabkan seorang guru akan
kehilangan langkah dalam
menyampaikan materi pelajaran. Untuk mengatasi kendala-kendala
tersebut, guru harus
mengenal dengan pasti dan memahami gaya pembelajaran siswar
supaya strategi pengajaran
yang sesuai dapat digunakan dan memenuhi kehendak siswa dalam
proses pembelajaran.
3. Penggunaan Multimedia dalam Proses Pembelajaran
Hampir tidak ada pendapat yang menyatakan ICT berdampak negatif
dalam proses
pembelajaran, ICT telah membuka era baru bagi proses belajar
mengajar yang melibatkan
guru dan siswa, bukan hanya saja ICT bermanfaat langsung bagi
peningkatan mutu siswa itu
sendiri tetapi manajemen pendidikan, biaya pendidikan, sumber
pendidikan semuanya
berubah karena penggunaan dan keberadaan ICT.
6
-
Pendapat para ahli psikologi kognitif, seseorang siswa akan
ingat 10% dari apa yang
dia baca, 20% dari pada apa yang didengar, 30% apa yang dilihat,
50% dari apa yang dilihat
dan didengar, 70% apa yang ia suarakan sendiri dan 90% apa yang
ia lakukan sendiri (Rief,
1993).
Multimedia merupakan satu gabungan teks, grafik, audio, video,
dan animasi. Dengan
gabungan elemen-elemen ini dalam suatu pengajaran yang dikemas
dalam bahan ajar
interaktif berbantuan komputer ini (multimedia) , seorang guru
boleh mewujudkan satu
suasana pembelajaran yang penuh dengan persembahan audio visual
yang dapat menarik
minat pelajar serta memberikan rangsangan kepada siswa dalam
memahami materi pelajaran
juga dapat memenuhi kebutuhan berbagai gaya pembelajaran yang
dibutuhkan siswa.
Multimedia interaktif juga dapat memberikan pembelajaran
kooperatif dan interaktif
sesama pelajar (seorang siswa lebih suka belajar dari teman
sebayanya). Dengan kehadiran
multimedia ini seorang siswa berpeluang membentuk kumpulan kecil
dan berdiskusi untuk
memahami suatu masalah/topik, menyelesaiakan masalah dan membuat
keputusan dan
meghasilkan proyek multimedia bersama yang nantinya sepenuhnya
akan digunakan dalam
proses pembelajaran tersebut, Menurut konstruktivisme, siswa
adalah bertanggungjawab atas
pembelajarannya sendiri. Pelajar membina pengetahuan sendiri
berdasarkan pengalaman yang
diperoleh dari alam sekitarnya (Scott, 1987).
Beberapa masalah akan muncul sebagai akibat dari diterapkannya
teknologi ini dalam
latar pendidikan.
1. Berkaitan dengan orientasi filosofis.
Kaum obyektivis menilai desain multimedia sebagai sesuau yang
sangat riil yang
dapat membantu pendidikan siswa menuju kepada tujuan yang
diharapkan (Jonassen,
1991). Materi yang berwujud pengetahuan atau ketrampilan yang
hendak dicapai oleh
siswa harus dirancang secara jadi oleh pengembang instruksional
dan dikemas dalam
tenologi multimedia ini.
Kaum konstruktivis berpendapat sebaliknya, bahwa pengetahuan
hendaknya dibentuk
oleh siswa sendiri berdasarkan penafsirannya terhadap pengalaman
dan gejala hidup
yang dialami (Merril, 1991). Berdasarkan pandangan ini maka
pelajar bersifat aktif,
kolaboratif dan terkondisi dalam konteks dunia yang riil.
2. Berhubungan dengan lingkungan pelajar.
7
-
Lingkungan belajar multimedia interaktif dapat dikatagorikan
tiga jenis yakni
lingkungan prespektif, demokratis dan sibernetik.
Lingkungan prespektif menekankan bahwa prestasi belajar
merupakan pencapaian
dari tujuan-tujuan belajar yang ditetapkan secara eksternal.
Interaksi belajar terjadi
antara siswa dengan bahan-bahan belajar yang sudah tersedia dan
belajar merupakan
suatu kejadian yang bersifat prosedural.
Lingkungan belajar demokratis menekankan kontrol proaktif siswa
atas proses
belajarnya sendiri, yang mencakup penetapan tujuan belajar
sendiri, kontrol siswa
terhadap urutan-urutan pembelajaran, hakekat pengalaman dan
kedalaman materi
belajar yang dicarinya.
Lingkungan belajar sibernetik menekankan saling ketergantungan
antara sistem
belajar dan siswa.
3. Berhubungan dengan desain instruksional.
Pada umumnya desain pembelajaran multimedia dibuat berdasarkan
besar kecilnya
kontrol siswa atas pembelajarannya. Sebagian peneliti mengatakan
bahwa siswa bisa
diberdayakan melalui kontrol yang lebih besar atas belajarnya
tetapi siswa bisa juga
dihambar melalui kontrol atas belajarnya.
4. Berhubungan dengan umpan balik.
Sifat dari umpan balik pembelajaran multimedia sangat bervariasi
tergantung pada
lingkungan di mana multimedia itu digunakan. Dalam lingkungan
belajar preskriptif,
umpan balik sering mengambil bentuk korektif dan deteksi
terhadap kesalahan yang
dibuat. Dalam lingkungan belajar demokratis, umpan balik sering
mengambil bentuk
nasehat atau anjuran, yakni sekedar pemberitahuan kepada siswa
tentang akibat-akibat
yang muncul dari suatu pilihan tertentu atau juga berisi
rekomendasi. Dalam
lingkungan sibernetik, umpan balik merupakan suatu negoisasi
atau perundingan.
Siswa menetapkan arah atau petunjuk sendiri dan membuat pilihan
sendiri dan sistem
belajar akan berusaha mempelajari pola-pola yang muncul
sehubungan dengan
kebutuhan siswa itu dan memberikan respon terhadap siswa dengan
menyediakan
tantangan-tantangan baru.
5. Sifat sosial dari jenis pembelajaran.
8
-
Banyak kritik telah dilontarkan terhadap pembelajaran multimedia
sebagai
pembelajaran yang bersifat isolatif sehingga bertentangan dengan
tujuan sosial dari
sekolah. Siswa seolah-olah dikondisikan untuk menjadi
individualis-individualis dan
kontaks sosial dengan teman-teman menjadi sesuatu yang
asing.
Itulah beberapa masalah yag perlu diperhatikan sebelum
memutuskan untuk menggunakan
teknologi multimedia dalam kegiatan pembelajarannya. Salah satu
usaha yang harus
dikembangkan untuk mengantisipasi sejumlah masalah diatas maka
akhir-akhir ini perhatikan
pendidik mulai diarahkan kepada belajar kooperatif dalam
pembelajaran multimedia,
memperluas pendekatan belajar kooperatif ini dalam lingkungan
belajar yang berbasis
komputer.
Beberapa keuntungan penerapan belajar kooperatif dalam
pembelajaran multimedia
antara lain : 1) adanya ketergantungan dan tanggungjawab dari
setiap kelompok. 2) Adanya
interakti yang proaktif dimana usaha seseorang individu akan
mendukung usaha anggota
kelompok lainnya. 3) Kesempatan latihan untuk bekerjasama. 4)
Pengembangan dan
pemeliharaaan kelompok (Marsel Ruben Payong, Sinar Harapan
2001).
Dalam membuat bahan ajar berbantuan komputer (multimedia) perlu
diperhatikan
beberapa trik sehingga multimedia yang dihasilkan akan menarik
dilihat dari segi aspek
pembelajarannya.
1. Optimalkan Komponen Pemicu (Triger)
Komponen pemicu dalam multimedia pembelajaran meliputi judul,
tujuan
pembelajaran dan appersepsi yang menarik dan menantang.
Judul, merupakan titik awal sebagai penarik perhatian pengguna.
Judul jangan
mempergunakan kalimat yang kaku, namun judul hendaknya dibuat
dengan kalimat
yang lebih menantang dan menarik.
2. Modifikasi Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran jangan hanya terpaku dengan rumusan
kompetensi dasar atau
indikator yang telah ada dalam kurikulum. Redaksi tujuan
pembelajaran yang ada
pada kompetensi dasar atau indikator dapat dibuat yang lebih
kreatif dan dapat
dikembangkan/diperluas dengan kalimat yang jelas, realistis, dan
dapat diukur.
Pengguna (siswa) perlu diberitahu manfaat yang akan diperoleh
setelah belajar
menggunakan multimedia pembelajaran. Menurut de Porter dkk,
menggunakan
9
-
istilah AMBAK (Apa Manfaatnya BAgiKu ?).Dengan rumusan dengan
jelas siswa
tahu kemana arah saat menggunakan media tersebut.
3. Berikan Appersepsi yang Kontekstual
dePorter dkk dalam buku Quantum Teaching memfungsikan apersepsi
untuk
membawa dunia mereka kedunia kita. Yaitu mengaitkan apa yang
telah diketahui
atau dialami pengguna dengan apa yang akan dipelajari dalam
multimedia
pembelajaran. Kontekstualitas dalam apersepsi menjadi penting,
karena kita mencoba
menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan dalam media, melalui
hal-hal yang
dianggap paling akrab dengan pengguna. Dengan menyatukan kedua
dunia ini, maka
pengguna merasa diajak berkomunikasi dengan media kita.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran akan menarik dan dapat diterima siswa apabila
pembelajaran itu
disampaikan sesuai dengan kehendak dan kemauan siswa, manakala
siswa sudah tidak
tertarik dengan gaya pembelaaran oleh seorang guru maka
pembelajaran mustahil akan
berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Gaya pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa pada umumnya
diberikan seorang
guru tanpa mempertimbangkan kondisi dan perhatian siswa saat
menerima pembelajaran,
tetapi hanya berpedoman pada materi yang akan disampaikan
saja.
Sementara pada mata pelajaran IPA tidak semua materi bisa
disampaikan melalui
pratikum/kinerja ilmiah, hal itu disebabkan mungkin karena tidak
tersedianya laboratorium
yang dengan peralatan yang lengkap atau memang topik/materi
menghendaki demikian.
Apabila kondisi sudah demikian salah satu alternatif seorang
guru menyampaikan materi
pelajarannya dengan bantuan media charta sebagai alat bantu,
karena charta adalah media
yang paling murah , mudah didapat dan dibuat. Namun media charta
ini kurang mendapat
perhatian dan simpati bila dipergunakan untuk media bagi seorang
guru menjelaskan suatu
topik, membosankan dan monoton.
Berdasarkan permasalahan di lapangan yang demikian dan kajian
teori diatas, untuk
menciptakan gaya pembelajaran yang menarik dan mendapat
perhatian dari siswa dapat
dikemukakan pola pembelajaran dengan bantuan komputer yaitu
multimedia sebagai
pengganti media charta pada topik/materi pelajaran
non-eksperimen pada mata pelajaran IPA
di sekolah.
10
-
Mengapa harus multimedia ? banyak pakar berpendapat bahwa
multimedia (ICT)
adalah media yang bisa diterapkan pada dunia pendidikan sebagai
media pembelajaran
terhadap jawaban tantangan di era globalisasi sekarang ini,
disamping menarik, dan tidak
membosankan. Penggunaan ICT (multimedia) sangat mempengaruhi
berbagai aspek
pengelolaan pendidikan diantaranya adalah sebagai berikut : Apa
yang dipelajari (what is
learned), bagaimana suatu obyek dipelajari ( How it is learned),
kapan dan dimana proses
belajar mengajar terjadi, dan siapa yang belajar dan siapa yang
mengajar (who is learning and
who is teaching).
C. Hipotesis Tindakan
Berdasar kerangka berfikir diatas dapat dikemukakan suatu
hipotesis tindakan
sebagai berikut : Pembelajaran menggunakan multimedia dapat
meningkatkan pemahaman
konsep siswa, motivasi belajar dan prestasi siswa,
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Setting dan Subyek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 1 Rembang
dengan sasaran
adalah siswa kelas VIII A Tahun pelajaran 2007/2008 dengan
jumlah siswa 40 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester ganjil dengan
mengambil materi pada
Standar Komptensi 1. Memahami Berbagai System dalam Kehidupan
Manusia.
B. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer
dan sumber data
sekunder. Data primer adalah diambil dari hasil tes yang
selesaikan dikerjakan siswa khusus
aspek pemahaman konsep, sedangkan data sekunder diperoleh dari
data observasi saat
pembelajaran berlangsung.
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah menggunakan
teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan guru untuk mengukur
sejauh mana pemahaman
konsep siswa terhadap materi yang diberikan berbentuk tes
tertulis jenis pilihan ganda dengan
4 (empat) option yang dilaksanakan pada akhir siklus, sedangkan
teknik non tes berupa
lembar observasi yang berisi tentang catatan-catatan siswa pada
proses pembelajaran
11
-
berlangsung saat menggunakan alat bantu multimedia. Alat ukur
ini digunakan untuk
mengetahui motivasi siswa dan meningkatkan dalam mengikuti
proses pembelajaran dengan
menggunakan alat bantu multimedia.
D. Analisa Data
Teknik analisa data yang peneliti gunakan adalah menggunakan
analisis deskripsi
komparatif (Analisis Kuantitatif) yaitu dengan cara
membandingkan hasil tes pada saat
kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah
siklus II.
Data kualitatif yang diperoleh dari non tes menggunakan analisis
deskripsi kualitatif
berdasarkan hasil observasi refleksi tiap siklus. Data ini
diperoleh dari sumber data berupa
catatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran berlangsung
yang meliputi : minat siswa,
keaktifan siswa, kekompakan kelompok, ketertarikan media yang
digunakan dan ketercapaian
tujuan kemudian disimpulkan yang nantinya untuk menentukan
langkah perbaikan
pembelajaran berikutnya.
E. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian ini adalah
adalah : (1) Adanya
peningkatan nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh pada
aspek pemahaman konsep
mata pelajaran IPA, yaitu sekurang-kurang sama dengan nilai KKM
yang telah ditentukan
6,50. (2) Adanya peningkatan motivasi belajar siswa melalui
peran aktif siswa dalam
pembelajaran melalui media yang digunakan.
F. Prosedur Penelitian.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan dua
(2) siklus (Kemmis
dan Mc. Taggart, 1997). Sebelum memulai dengan siklus pertama
diawali dengan (a) refleksi
awal untuk melakukan penyidikan dalam upaya menetapkan topik
area (thematic concern)
yang akan diteliti, kemudian dilanjutkan dengan (b) perencanaan
secara keseluruhan, (c)
implementasi tindakan dan observasi dan (d) refleksi). Memasuki
siklus berikutnya dimulai
dengan (a) tahap perencanaan lanjut sebagai revisi atas
perencanaan yang disusun
sebelumnya dengan memanfaatkan hasil refleksi, (b) pelaksanaan
dan observasi lanjut, dan
(c) refleksi lanjut.
Jika dibuatkan diagramnya, Tahapan PTK adalah sebagai
berikut.
12
-
Refleksi
Observasi
Tindakan
Tahapan PTK
Secara lebih rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas dijabarkan
sebagai berikut :
1. Refleksi Awal, menentukan topik tindakan yang yaitu
menentukan alat/media bantu
yang menarik pada proses pembelajaran untuk memotivasi belajar
siswa, hal ini
didasarkan dari hasil refleksi pembelajaran sebelumnya
(perlakuan pembelajaran
sebelumnya).
2. Siklus I
a. Perencanaan (planning)
1) Membuat Rencana Pelajaran (RP)
2) Menentukan alat bantu/media pembelajaran yang menarik bagi
siswa,
yaitu bahan ajar berbantuan komputer (multimedia)
3) Menentukan/membuat skenario pembelajaran dengan media
multimedia.
4) Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi dan motivasi
siswa
dalam proses pembelajaran berlangsung.
5) Menyusun alat evaluasi akhir pembelajaran (akhir siklus
I)
b. Implementasi Tindakan dan Observasi (Do)
Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai skenario yang
sudah
direncanakan yang tertuang pada RPP dan LKS siswa. Kemudian pada
tahap
selanjutnya pada saat proses pembelajaran berlangsung
dilaksanakan
13
Refleksi
Observasi
Tindakan
Rencana
RencanaYang
direvisi
-
observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan lembar observasi
yang telah
dibuat.
c. Refleksi (See)
Hasil proses pembelajaran dan hasil observasi yang sudah dibuat
serta
dianalisis. Hasil observasi selanjutnya digunakan merefleksi
diri apakah
kegiatan pembelajaran tersebut dapat meningkatkan aspek
pemahaman konsep
siswa dalam penguasaan materi (dengan melihat nilai hasil tes
pemahaman
konsep ) yang telah disampaikan dan dapat memotivasi dan
meningkatkan
prestasi belajar siswa. Kemudian hasil data yang dihasilkan
dapat untuk
menentukan tindakan pada tahap/siklus selanjutnya.
3. Siklus II
Kegiatan pada siklus II proses pembelajarannya hampir sama
dengan siklus I, hanya
materinya yang berbeda ( System Pernapasan pada Manusia) dan
penggunaan
multimedia interaktif dengan teknik yang berbeda. Pebedaan
perlakuan antara lain :
a. Pada siklus I penggunaaan multimedia dilakukan secara
demonstrasi belum
sepenuhnya melibatkan siswa dan pada siklus II penggunaan
multimedia
interaktif dengan cara melibatkan keaktifan siswa secara
kelompok dan
ditambah dengan bebarapa perubahan perlakuan dalam proses
pembejarannya
sebagai hasil temuan dari tindakan pada siklus sebelumnya.
b. Multimedia interaktif yang digunakan dibuat dan dirancang
sendiri oleh guru
dengan penyajian yang melibatkan keaktifan siswa, menyesuaikan
kondisi
siswa yang sifatnya adalah perbaikan proses pembelajaran
sebelumnya
dengan mengoptimalkan media multimedia yang digunakan dan
mengoptimalkan peran serta siswa sehingga siswa semakin
termotivasi dalam
meningkatkan proses belajar baik yang dilaksanakan di kelas
maupun semakin
termotivasinya belajar di rumahnya.
c. Diberikan tugas dengan memanfaatkan pembelajaran berbasis
komputer
(internet).
14
-
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Pada pertemuan sebelumya dalam penyampaian proses pembelajaran
materi Sistem
Gerak pada Manusia kegiatan non-eksperimen, alat bantu yang
digunakan adalah model
rangka manusia (torso) dan charta rangka manusia. Pembelajaran
dilaksanakan selama 4 jam
pelajaran dengan 2 kali tatap muka, setiap tatap muka alokasi
waktunya 2 jam pelajaran
selama 80 menit Hasil yang didapat setelah akhir pembelajaran
diadakan tes pemahaman
konsep secara keseluruhan hasilnya belum baik ( 72.5 % anak
dibawah KKM yang telah
ditetapkan ), hal itu disebabkan kurangnya perhatian siswa dalam
mengikuti pelajaran karena
monoton, dan proses pembelajaran kurang menarik sehingga kurang
memotivasi siswa.
B. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan pada siklus I dilaksanakan selama 4 jam
pelajaran dengan
2 kali tatap muka, masing-masing setiap tatap muka selama 2 jam
pelajaran selama 80
menit, dengan materi yang disampaikan adalah Sistem Percernaan
pada Manusia
Rencana pelaksanaannya dibagi menjadi tiga bagian yaitu : (1).
Tahap Perencanaan,
(2) Tahap Implementasi dan Observasi dan, (3). Tahap Refleksi.
Proses pembelajaran
secara rinci telah tercantum dalam RPP yang telah disusun. (RPP
terlampir)
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah realisasi dari
perencanaan yang
telah dibuat sesuai skenario pembelajaran yang telah disusun
dalam RPP, yang
meliputi apersepsi, motovasi, kegiatan inti pembelajaran
(Implementasi tindakan dan
Observasi)., dan penutup Selama proses pembelajaran berlangsung
diadakan penilaian
proses pembelajaran dengan alat lembar observasi (penilaian
no-tes). Lembar
observasi ini selanjutnya dipergunakan untuk evaluasi selama
pembelajaran dan
dipergunakan untuk menentukan langkah siklus berikutnya. Pada
akhir sklus diadakan
tes tertulis untuk mengukur aspek pemahaman konsep materi yang
telah diberikan.
15
-
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan pada siklus II adalah merupakan hasil refleksi
tindakan
pada siklus I , dilaksanakan selama 4 jam pelajaran dengan 2
kali tatap muka, masing-
masing setiap tatap muka selama 2 jam pelajaran selama 80 menit,
dengan materi
yang disampaikan adalah Sistem Pernapasan pada Manusia dengan
multimedia
interaktif dengan tambahan tugas rumah berbasis internet.
Rencana pelaksanaannya
hampir sama dengan silus I yaitu dibagi menjadi tiga bagian
yaitu : (1). Tahap
Perencanaan, (2) Tahap Implementasi dan Observasi dan, (3).
Tahap Refleksi. Proses
pembelajaran secara rinci telah tercantum dalam RPP.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah realisasi dari hasil
refleksi pada
siklus I, perencanaan yang telah dibuat sesuai skenario
pembelajaran yang telah
disusun dalam RPP, yang meliputi apersepsi, motovasi, kegiatan
inti pembelajaran
(Implementasi tindakan dan Observasi), dan penutup, pada siklus
ini multimedia yang
digunakan adalah multimedia interaktif yang disusun/dibuat oleh
guru sendiri yang
merupakan bahan ajar interaktif berbantuan komputer. Seperti
pada siklus sebelumnya
selama proses pembelajaran berlangsung diadakan penilaian proses
pembelajaran
dengan alat lembar observasi (penilaian non-tes). Lembar
observasi ini selanjutnya
dipergunakan untuk evaluasi perkembangan siswa dalam mengikuti
proses
pembelajaran berlangsung.. Pada akhir siklus diadakan tes
tertulis untuk mengukur
aspek pemahaman konsep materi yang telah diberikan dan diberikan
tugas tambahan
mengenai materi sebelumnya dengan cara memaanfaatkan media
internet (penugasan
pembelajaran berbasis internet).
D. Pembahasan Tiap Siklus
1. Nilai Tes (Analisis Kuantitatif)
Pada pembelajaran selanjutnya kegiatan pembelajaran
non-eksperimen pada materi
Sistem dalam Kehidupan Manusia dengan perlakuan alat Bantu
charta/torso pada sebelum
perlakuan penelitian, media multimedia pada siklus I, dan
multimedia interaktif pada siklus
II, hasil tes pemahaman konsep dapat dilihat pada tabel berikut
:
16
-
Tabel 1. Hasil tes Pemahaman Konsep sebelum Tindakan
Interval Frekuensi Prosentase
45 49 1 2.5 %50 54 7 17.5 %55 59 6 15 %60 - 64 15 37.5 %65 69 5
12.5 %70 74 4 10 %75 79 2 5 %
Berdasarkan tabel diatas didapat bahwa siswa memperoleh nilai
interval 65 79
sebanyak 11 siswa ( 27.50 %), sedangkan siswa lain sebanyak 29
siswa (72.5 %)
memperoleh nilai dibawah 65 (dibawah standar KKM yang telah
ditentukan). Dengan
demikian bahwa hasil pembelajaran aspek pemahaman konsep masih
banyak siswa
yang belum tuntas
Tabel 2. Hasil tes Pemahaman Konsep Siklus I
Interval Frekuensi Prosentase
50 54 4 10 %55 59 1 2.5 %60 - 64 9 22.5 %65 69 6 15 %70 74 13
32.5 %75 79 2 5 %80 84 3 7.5 %85 89 2 5 %
Berdasarkan tabel diatas siswa yang memperoleh nilai diatas KKM
sebanyak 26
siswa yaitu 65 %, sedangkan sebanyak 14 siswa ( 35 %) mendapat
nilai dibawah
kkM. Dengan demikian secara klasikal pembelajaran aspek
pemahaman konsep pada
siklus I belum tuntas, walaupun sudah ada peningkatan sebesar
37.5 % dari
sebelumnya.
Tabel 3. Hasil tes Pemahaman Konsep Siklus II
17
-
Interval Frekuensi Prosentase
55 59 1 2.5 %60 64 7 17.5 %65 - 69 5 12.5 %70 74 16 40 %75 79 6
15 %80 84 2 5 %85 89 2 5 %90 94 1 2.5 %
Pada akhir perlakuan siklus II sebanyak 32 siswa yaitu sebesar
80 % sudah mencapai
nilai pemahaman konsep sama atau diatas KKM yang telah
ditentukan (KKM = 65).
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan pembelajaran di
akhir siklus II sudah
mengalami peningkatan yang berarti bila dibandingkan perlakuan
pembelajaran
sebelumnya.
2. Analisis Kualitatif (non-tes)
Hasil catatan lembar observasi yang telah dilakukan pada saat
siswa melakukan
kegiatan pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Sebelum siklus
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan media torso (model
rangka
manusia) dan charta siswa kurang begitu antusias
(memperhatikan).
2) Pertanyaan yang diajukan siswa masing kurang, hal itu
dikarenakan siswa masih
berpusat pada guru.
3) Diskusi kelompok (kerjasama antar siswa) belum terlihat, LKS
masih dikerjakan
secara individu.
4) Penggunaan media kurang menarik siswa (bersifat monoton)
5) Metode yang diterapkan guru belum sesusi dengan keinginan
siswa
6) Tujuan pembelajaran belum tercapai.
b. Siklus I
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan multimedia satu
arah , siswa mulai
ada perhatiaan dalam proses pembelajarannya
18
-
2) Pertanyaan yang diajukan siswa frekuensinya sudah mulai
meningkat, begitu juga
siswa sudah mulai menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
3) Diskusi kelompok (kerjasama antar siswa) sudah mulai terlihat
, ada beberapa
siswa yang menjawab LKS masih mencontek teman sesama
anggotanya.
4) Penggunaan media menarik siswa, walaupun masih sederhana.
5) Metode yang diterapkan guru, siswa sudah bisa
menyesuaikan.
6) Tujuan pembelajaran sudah mulai ada peningkatan.
c. Siklus II
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan multimedia
interaktif , siswa mulai
antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Pertanyaan yang diajukan siswa frekuensinya sudah mulai
meningkat, begitu juga
siswa sudah mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
guru.
3) Diskusi kelompok sudah tampak, terlihat dalam menjawab LKS
sudah ada
kerjasama antara siswa satu dengan siswa lain dalam satu
kelompok.
4) Siswa merasa senang dalam mengikuti pelajaran
5) Penggunaan multimedia interaktif menjadi daya tarik siswa
tersendiri, hal itu
terlihat ada beberapa siswa yang berkeinginan mengcopy CD
multimedia
interaktif.
6) Metode yang diterapkan guru, siswa sudah bisa
menyesuaikan.
7) Tujuan pembelajaran sudah tercapai sesuai dengan
perencanaan
E. Pembahasan dan Hasil Penelitian
Secara keseluruhan hasil nilai tiap siklus dapat dirangkum pada
tabel berikut ini :
Tabel 4. Hasil nilai tes tiap siklus
Nilai
Pada
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi
Nilai
rata-rataSebelum Tindakan 45 75 59.5Siklus I 50 85 66.4Siklus II
55 90 69.8
Hasil tes pemahaman konsep pada awal perlakuan nilai rata-rata
yang didapat 59,5
dengan nilai tertinggi 75, nilai terendah 45 dengan ketuntasan
27,5 % (mencapai nilai lebih
dari atau sama dengan 65), dan yang belum tuntas sebesar 72.5 %
sehingga secara klasikal
19
-
belum memenuhi ketuntasan yang telah ditetapkan. Pada siklus I
diperoleh nilai terendah 50,
nilai tertingi 85 dengan rata-rata kelas 66.4, ketuntasan 62.5 %
dan yang tidak tuntas 33.6 %,
walaupun pada siklus I belum memenuhi ketuntasan klasikal yang
telah ditentukan akan
tetapi sudah ada kenaikan perolehan nilai, hal ini pemahaman
konsep siswa terhadap materi
pelajaran mengalami peningkatan. Pada akhir siklus II diperoleh
nilai terendah 55, nilai
tertinggi 90 dengan nilai rata-rata kelas 69.8, ketuntasan
klasikal 80 % (32 anak) dan yang
belum tuntas 20 % (8 anak). .Secara klasikal perolehan nilai
pada pemahaman konsep sudah
mencapai kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan bantuan media multimedia dapat dipergunakan untuk
meningkatkan pemahaman
konsep siswa (Analisis Kuantitatif). Hasil analisis kualitatif
yang didapat dari hasil lembar
observasi (penilaian non-tes) dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan multimedia
dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan
demikian Penelitian
Tindakan Kelas yang dilaksanakan sudah bisa meningkatkan aspek
pemahaman konsep
materi pelajaran sesuai dengan yang diharapkan dan dapat
memotivasi belajar siswa sehingga
prestasi siswa dapat meningkat.
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dan pembahasan
dalam penelitian ini
dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran menggunakan multimedia pada kegiatan
pembelajaran dapat meningkatkan
aspek pemahaman konsep siswa khususnya mata pelajaran IPA pada
materi Sistem dalam
Kehidupan Manusia.
2. Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif dapat
memotivasi proses pembelajaran
sehingga siswa lebih dapat berkonsentrasi dan perhatian dalam
mengikuti pelajaran,
karena penggunaan media yang menarik.
B. Saran
1. Diharapkan hadirnya teknologi komputer di dunia pendidikan
dapat membuka wawasan
baru bagi guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam
menyampaikan
20
-
pembelajaran di dalam kelas dengan memanfaatkan multimedia yang
sesuai dengan
pembelajaran yang menjadi harapan dan keinginan siswa
2. Multimedia tidak hanya bisa diterapkan pada mata pelajaran
IPA saja, namun multimedia
bisa diterapkan pada semua mata pelajaran lain, baik
pembelajaran yang dilaksanakan non
eksperimen maupun sebagai media pembantu dalam pembelajaran
eksperimen/kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
Giam kah How, Jabatan Sains dan Matematik MPSK, 1999/2000, Gaya
Pembelajaran Multimedia dalam Pengajaran dan Pembelajaran, Jurnal
Pendidikan TIGAENF.
Indra Djati Sidi, Makalah Implementasi Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran.
Kusrianto, Adi, 2006, Macromedia Flash Profesional 8, Jakarta :
PT Elex Media Komputindo
Lilik Gani HA, M.Sc.,Ph.D, makalah Seminar Strategi Pengembangan
ICT untuk Pembelajaran, Departemen Pendidikan Nasional.
Marsel Ruben Payong, 2001, Beberapa Masalah dalam Pembelajaran
Multimedia, Sinar Harapan.
Permana, Budi, 1999, Microsoft PowerPoint 2000, Jakarta : PT
Elex Media Komputindo
Ramadhan, Arif, 2004, Internet dan Aplikasinya, Jakarta : PT
Elex Media Komputindo
Suparlan, Artikel Penggunaan ICT dalam Proses Pembelajaran di
Sekolah Website: www.suparlan.com
Tim Pelatih Proyek PGSM Propinsi Jawa Tengah, 1999/2000,
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Tengah
Proyek Perluasan SLTP Propinsi jawa Tengah
Tim IPA,2007, IPA Terpadu 2A, Yudhistira
Usman, Moh, Uzer, 1990, Menjadi Guru Profesional, Bandung :
Remaja Rosdakarya
------------------------, 2006, Kumpulan Makalah Pelatihan
Lesson Study Bagi Guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP
Seluruh Indonesia , Direktorat Pembinaan dan Pelatihan, Dirjen
PMPTK Depdiknas dengan FMIPA UNY.
-----------------------, Komputer sebagai Media Pembelajaran,
http://kurteks.upi.edu/media/berbasis 20%komputer.htm
21
-
---------------------, Pembelajaran,
http://id/wikipedia.org/wiki/pembelajaran.
BIODATA PENULIS
Edy Sri Irianto, S.Pd. lahir di Jepara, 13 Pebruari 1964.
Menyelesaikan Pendidikan
DIII Jurusan Teknik Bangunan FPTK-IKIP Semarang (Sekarang UNNES)
1987, mengambil S1
Jurusan Pendidikan Biologi di IKIP PGRI Tuban lulus tahun
2002.
Tahun 1988-1989 pernah menjadi guru tidak tetap di SMP Mataram
Semarang, tahun
1989 2006 menjadi PNS di SMP Negeri 4 Rembang. Kemudian tahun
2007 sampai sekarang
aktif mengajar di SMP Negeri 1 Rembang. Mulai tahun 2000 menjadi
sekretaris MGMP IPA
SMP Kabupaten Rembang sampai sekarang, Juara I Lomba PTK jenjang
SMP FIG Kabupaten
Rembang Tahun 2008.
22