Contoh PTK
Source :
http://cicih1.blogspot.com/2013/10/upaya-meningkatkan-aktivitas-dan-hasil.html
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARANPASSING BAWAH MELALUI PENGGUNAAN METODE INKLUSI DALAM
KELOMPOK (PTK pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamis)
A. Judul
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARANPASSING BAWAH MELALUI PENGGUNAAN METODE INKLUSI DALAM
KELOMPOK (PTK pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamis)
B. Nama Penulis
Cicih, S.Pd (Guru Penjasorkes SD Negeri 1 Mekarsari, Kec.
Cimerak)
C. Abstrak dan Kata Kunci
Kata Kunci: Passing Bawah, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa,
dan Metode Inklusidalam Kelompok
Abstrak
Penelitian yang berfokus pada upaya guru meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran passing bawah dengan
menggunakan metode inklusi ini dilakukan dalam rangka memperbaiki
kinerja guru dan siswa secara inovatif dan kolaboratif.Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
siswa yang sebelumnya diketahui kurang memenuhi harapan
pembelajaran.
Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas VI SD Negeri 1
Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Ajaran
2008/2009, yang dinyatakan kurang berhasil menguasai passing bawah
yang berjumlah 16 orang.Penelitian ini dilaksanakan pada
bulanFebruari 2008.Rancangan penelitian yang digunakan adalah
rancangan penelitian tindakan yang alurnya, yaitu membuat
perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan dalam pembelajaran,
mengobservasi tindakan, dan merefleksi tindakan.Hasil refleksi
tersebut digunakan untuk mengambil keputusan.Adapun data penelitian
berupa catatan lapangan, catatan hasil pengamatan, dokumentasi
perencanaan, dan hasil menulis.Instrumen pengumpulannya adalah
pedoman observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi.Analisis data
dengan teknik kualitatif pendekatan mengalir, meliputi tahap
reduksi data, pemaparan data, verifikasi, dan penyimpulan
data.Untuk menguji keabsahan data dilakukan pengecekatan ulang
(triangulasi) dengan kolabolator dan siswa.Setelah menyelesaikan
penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. Metode
inklusi dalam kelompok dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis dalam pembelajaran passing bawah.Perolehan nilai
rata-rata proses belajar siswa pada siklus I adalah 7,85. Adapun
perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I, yaitu
7,61. Perolehan nilai rata-rata proses belajar siswa pada siklus II
adalah 8,5. Adapun perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa
pada siklus II, yaitu 8,92.
D. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Dalam mencapai tujuan pendidikan jasmani, banyak faktor
pendukung yang diperlukan antara lain, faktor guru sebagai
penyampai informasi, siswa sebagai penerima informasi, sarana
prasarana, dan juga metode.Metode yang dipilih dan digunakan dalam
proses pembelajaran teori dan praktek, semata-mata untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dapat dikatakan efektif bila perubahan perilaku yang
terjadi pada siswa setidak-tidaknya mencapai tingkat optimal. Sikap
dan perilaku sehat pada siswa dapat terbentuk dengan meningkatkan
partisipasi siswa secara aktif dalam segala bentuk aktivitas
olahraga termasuk olahraga permainan, seperti permainan
bolavoli.
Permainanan bolavoli merupakan permainan yang gerakannya cukup
kompleks, yaitu gabungan dari jalan, lari, lompat, dan unsur
kekuatan, kecepatan, kelenturan, dan unsur lainnya.Untuk melakukan
gerakan-gerakan dalam permainan bolavoli secara baik diperlukan
kemampuan fisik yang baik. Dengan kondisi fisik yang baik akan
memudahkan melakukan gerakan-gerakan yang lebih kompleks dan
memudahkan menguasai teknik-teknik dasar permainan bolavoli,
seperti teknik dasar passing bawah . Oleh karena itu, perlu
dilakukan pembinaan sejak usia dini. Salah satunya yaitu dapat
dilakukan melalui pendidikan jasmani di sekolah-sekolah.
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani terdapat beragam macam
metode.Mosston (1994:5) mengemukakan bahwa Metode terdiri dari dua
kelompok, yaitu metode langsung dan metode tak langsung. Dalam
metode langsung peran guru lebih banyak (teacher centered) yang
meliputi lima macam metode yaitu: metode komando, metode latihan,
metode resiprokal, metodeself check, dan metodeinklusi. Metode
tidak langsung meliputi: metode penemuan terpimpin, metode penemuan
konvergen, metodeeksplorasi, dan metodedivergen production.
Metode yang dilakukan oleh guru dalam praktek pembelajaran
pendidikan jasmani umumnya dan permainan bolavoli khususnya,
cenderung tradisional.Model metode yang dipergunakan cenderung
berpusat pada guru (teacher centered), di mana para siswa melakukan
gerakan-gerakan atau latihan keterampilan berdasarkan intruksi
guru.Latihan-latihan atau keterampilan berdasarkan inisiatif siswa
hampir tidak pernah dilakukan. Pengalaman menunjukkan, menerapkan
metode yang berpusat pada guru (teacher centered) dalam mengajarkan
teknik dasar bermain bolavoli, siswa terlihat kurang merangsang
semangat belajarnya, cepat bosan atau jenuh, menurunnya minat siswa
untuk mengikuti pendidikan jasmani umumnya, bermain bolavoli
khususnya dan bahkan dengan metode tersebut kurang meningkatkan
kemampuan siswa dalam bermain bolavoli. Padahal dalam pembelajaran
pendidikan jasmani hal yang esensial adalah mengutamakan unsur
bermain, kegembiraan, pedagogis, membina kesehatan dan rasa percaya
diri bagi siswa dalam bersosial supaya siswa-siswa tidak bosan.
Untuk memecahkan permasalahan tersebut di atas, sangat
diperlukan inovasi dan kreativitas oleh guru, terutama dalam
menentukan metode yang sesuai dengan karakteristik materi yang
diajarkan.Peran guru pendidikan jasmani dalam upaya membina siswa
dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai teknik-teknik
dasar bermain bolavoli sangat tergantung pada kreativitas guru
dalam memilih dan menentukan metode.
Berdasarkan hasil refleksi terhadap proses dan hasil kegiatan
belajar mengajar teknik dasar passing bawah diperoleh gambaran,
sebagai berikut.
1. Proses belajar siswa pada saat KBM teknik dasar passing bawah
sedang berlangsung tampak kurang aktif dankurang inisiatif.
Aktivitas lebih banyak didominasi oleh siswa yang punya kebiasaan
rajin dan tekun dalam belajar.
2. Hasil belajar sebagian besar siswa kurang mencapai criteria
ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran Penjas di
sekolah.
3. Guru mendapatkan kesulitan dalam mengelola KBM teknik dasar
passing bawah agar bermakna bagi siswa.
4. Antarsiswa tidak terjadi saling belajar, karena tidak ada
kesempatan untuk itu.
Kondisi seperti ini tidak baik untuk dibiarkan, dan untuk itu
guru serta siswa memiliki kewajiban yang sama agar memperbaikinya
hingga diperoleh suatu perubahan yang optimal. Atas dasar itu yang
telah mendorong melakukan penelitian tindakan kelas yang berfokus
pada Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Teknik Dasar Passing Bawah Melalui Penggunaan Metode
Inklusi pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan
Cimerak, Kabupaten Ciamis.
b. Indentifikasi Masalah
Memperhatikan situasi pada latar belakang masalah di atas,
kondisi yang ada pada saat ini adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran teknik dasar passing bawah yang telah dan sedang
berlangsung masih berjalan monoton.
2. Belum ditemukan metode pembelajaran yang tepat.
3. Belum ada kolaborasi antara guru dan siswa.
4. Metode yang digunakan bersifat konvensional.
5. Masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran teknik dasar passing bawah.
c. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan dua
pokok persoalan untuk ditindaklanjuti melalui penelitian tindakan
kelas ini, yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana menerapkan metode inklusi agar dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar
passing bawah?
2. Apakah penggunaan metode inklusi dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing
bawah?
d. Cara Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah, baik yang berkaitan dengan masih rendahnya
aktivitas maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik
dasar passing bawah , solusi yang diupayakan melalui adalah metode
inklusi. Besar harapan melalui penerapan metode ini akan membawa
perubahan ke arah yang diinginkan, baik yang berkaitan dengan masih
rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran
teknik dasar passing bawah .
e. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini, baik bagi guru maupun
siswa, sebagai berikut.
1. Guru dapat meningkatkan kualitas pengelolaan kegiatan belajar
mengajar dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah .
2. Siswa merasa dirinya mendapatkan perhatian dan kesempatan
untuk belajar lebih baik lagi dalam pembelajaran teknik dasar
passing bawah .
3. Seluruh siswa menguasai materi dalam pembelajaran teknik
dasar passing bawah secara tuntas.
f. Hipotesis Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga
siklus.Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting). Melalui ketiga siklus penelitian tindakan kelas
tersebut dapat diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah .Dengan
demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.
1. Dengan diterapkan metode inklusi dapat meningkatkan aktivitas
siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah .
2. Dengan diterapkan metode inklusi dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah .
E. Kajian Pustaka
a. MetodeInklusi
a) Hakikat Metode Inklusi
Pembelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan metodeinklusi
memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuan sesuai potensi masing-masing individu. Setiap individu
diberi kebebasan menentukan kegiatan belajar dalam hal memulai
pembelajaran, pelaksanaan melakukan tugas-tugas gerak, penilaian
hingga menentukan target kegiatan belajar berikutnya, sehingga akan
membangkitkan motivasi dan merangsang kreativitas siswa. Di samping
itu peran guru tidak terlalu dominan, karena guru tidak langsung
menuntun siswa.Siswa dilatih berbagai keterampilan tahap demi tahap
atau bagian demi bagian (tidak langsung pada sasaran), sehingga
peran guru di sini sangat dominan, karena harus memberi contoh, di
samping itu suasana pembelajaran atau suasana berlatih juga monoton
serta kurang variatif sehingga ada kecenderungan membosankan,
sehingga pada akhirnya hasil belajarpendidikan jasmani yang
diharapkan kurang maksimal.
Keterampilan siswa yang bervariasi dapat menggunakan suatu
metode yang disesuaikan dengan keterampilan tiap siswa. Menurut
Mulyasa (2006:32) Metode tersebut adalah metodeinklusi. Lebih
lanjut Mulyasa (2006:33) mengemukakan sebagai berikut.
Dalam pelaksanaan mengajar dengan menggunakan metodeinklusi guru
berperan dalam mengambil keputusan pada saat sebelum pelaksanaan
(pre-impact), sedangkan pada saat pelaksanaan (impact) dan evaluasi
(post-impact) diserahkan kepada siswa sepenuhnya. Sebelum
pelaksanaan, siswa mempunyai kesiapan sebelum mendapat materi.
Siswa dapat memilih level sesuai dengan keterampilan masing-masing
dan melakukannya secara berulang-ulang untuk dapat meningkat ke
level yang lebih sulit.
Keberhasilan dalam menerapkan metodeinklusi guna meningkatkan
penguasaan keterampilan siswa dalam teknik dasar passing bawah
sangat bergantung kepada guru. Tugas guru bukan saja merencanakan
pembelajaran secara terprogram tetapi juga melaksanakan,
mengevaluasi, dan menindaklanjuti hasil pembelajaran yang telah
berlangsung agar diperoleh hasil yang lebih baik.
Hal-hal yang perlu direncanakan oleh guru pada tahap awal
pembelajaran teknik dasar passing bawah adalah menentukan tujuan
yang ingin dicapai dan cara mencapainya. Hal ini sangat penting
seiring dengan adanya tuntutan dalam standar proses, bahwa proses
pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi, serta tindak lanjut. Apabila setiap komponen penunjang
sudah direncanakan dengan baik, barulah guru dan siswa melaksanakan
pembelajaran keterampilan dasar passing bawah , sesuai dengan
tahap-tahap yang telah ditentukan. Untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa terhadap keterampilan dasar passing bawah ini maka
guru dan siswa harus melaksanakan evaluasi, sesuai dengan teknik
yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(satuan pelajaran).
b) Konsep Dasar dan Karakteristik MetodeInklusi
Metode yang menonjolkan keaktifan siswa dalam melakukan sesuatu
akan memberikan pengalaman belajar yang berharga dan bernuansa lain
kepada siswa. Pernah guru melakukan kegiatan bersama siswa yang
seolah siswa terbenam dan larut rasa keingintahuan yang lebih jauh.
Belajar untuk tahu dan belajar untuk berbuat telah membuat siswa
duduk pada tempat duduk yang tepat, setidaknya mereka menjalani
belajar untuk menambah pengetahuan dan informasi ke otaknya. Mereka
melakukan praktik dilanjutkan belajar menjadi suatu hal yang
menyenangkan bagi siswa. Menurut Harefa dalam Saud (2008:162), Di
antara teori dan praktik terdapat jembatan yang justeru amat
penting untuk memanusiakan diri seseorang, yakni ia harus belajar
menjadi. Sesungguhnya inilah inti dari seluruh pembelajaran apapun
model atau strateginya dalam dunia pendidikan. Salah satu inovasi
pembelajaran adalah inklusi, yang ditujukan untuk membelajarkan
siswa menjadi seseorang yang akrab dengan lingkungan di mana, apa,
dan siapa sebenarnya dirinya itu.
Menurut Sanjaya (2005: 43) Metode inklusi (InklusiLearning)
adalah suatu metode yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.Pendapat
lainnya dikemukakan Sukmadinata (2004: 63) bahwa Metode inklusi
merupakan suatu sistem atau metode pembelajaran yang bersifat
holistik (menyeluruh), terdiri dari berbagai komponen yang saling
terkait, apabila dilaksanakan masing-masing memberikan dampak
sesuai dengan peranannya.
Paparan pengertian metode inklusi di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut. Pertama, metode inklusi menekankan pada proses
keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar
berorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses
belajar dalam konteks metode inklusi tidak mengharapkan agar siswa
hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan
sendiri materi pelajaran.
Kedua, pembelajan inklusi mendorong agar siswa dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata. Artinya, siswa dapat dituntut untuk dapat menangkap hubungan
antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di
masyarakat. Hal ini akan memperkuat dugaan bahwa materi yang telah
dipelajari akan tetap tertanam erat dalam memori siswa, sehingga
tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, metode inklusi mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan. Artinya, metode inklusi tidak hanya mengharapkan
siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi
bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku dalam
kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran di sini bukan ditumpuk di
otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam
mengarungi bahtera kehidupan nyata.
Berdasarkan pengertian metode inklusi, terdapat lima
karakteristik penting dalam menggunakan metode inklusi, seperti
dijelaskan Saud (2008:163) berikut ini.
1) Dalam metode inklusi pembelajaran merupakan proses
pengaktifan pengetahuan yang sudah ada. Artinya, apa yang akan
dipelajari tidak lepas dari pengetahuan yang dipelajari. Dengan
demikian pengetahuan yang diperoleh siswa, adalah pengetahuan yang
utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2) Metode inklusi adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru, yang diperoleh dengan cara deduktif.
Artinya, pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari secara
keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh
bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya
dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan
yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru
pengetahuan itu dikembangkan.
4) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan
perilaku siswa.
5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses
perbaikan dan penyempurnaan strategi.
c) Prinsip MetodeInklusi
Banyak metode yang kita kenal dan digunakan dalam pembelajaran,
dan tiap-tiap metode memiliki karateristik tersendiri.
Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan
mendapat tekanan dalam pembelajaran. Ada metode yang berfokus
kepada siswa, kemampuan berpikir, aktivitas, pengalaman siswa,
berfokus kepada guru, berfokus pada masalah (personal, lingkungan,
sosial), berfokus pada teknologi seperti sistem instruksional,
media dan sumber belajar.
Berkenaan dengan aspek kehidupan dan lingkungan, maka metode
pembelajaran ada keterlibatan pada siswa, makna, aktivitas,
pengalaman dan kemandirian, secara konteks kehidupan dan
lingkungan. Pembelajaran dengan fokus-fokus tersebut secara
komprehensif tercantum dalam metode inklusi.
Siswa dalam metode inklusi dipandang sebagai individu yang
berkembang. Anak bukanlah orang dewasa, melainkan organisme yang
sedang berada pada tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar yang
sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka.
Dengan demikian peran guru tidak lagi sebagai instruktur atau
penguasa yang memaksakan kehendak melainkan sebagai pembimbing
siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.
Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang
baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal
yang bersifat aneh dan baru. Oleh karena itu, belajar bagi mereka
mencoba memecahkan persoalan yang menantang. Guru berperan sebagai
pemilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari
oleh anak. Guru membantu agar setiap siswa mampu mengaitkan antara
pengalaman baru dengan sebelumnya, memfasilitasi atau mempermudah
agar siswa mampu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.
Dengan demikian, metodemetode inklusi menekankan pada aktivitas
siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. Metode inklusi
memandang bahwa belajar bukan kegiatan menghafal, mengingat
fakta-fakta, mendemonstrasikan latihan secara berulang-ulang akan
tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Dalam metode
inklusi belajar di alam terbuka merupakan tempat untuk memperoleh
informasi sehingga menguji data hasil temuannya dari lapangan tadi
baru dikaji di kelas. Sebagai materi pelajaran siswa menemukan
sendiri, bukan hasil pemberian apalagi dialas oleh guru.
Johnson (2002:165) mengklaim bahwa dalam metode inklusi, minimal
ada tiga prinsip utama yang sering digunakan, yaitu: saling
ketergantungan (interdepenedence), diferensiasi (differentiation),
dan pengorganisasian (selforganization).
Kesatu, prinsip saling ketergantungan (interdependence), menurut
hasil kajian para ilmuan adalah saling berhubungan dan tergantung.
Segala yang ada baik manusia maupun makhluk hidup lainnya selalu
saling berhubungan satu sama lainnya membentuk pola dan jaring
sistem hubungan yang kokoh dan teratur.
Begitu pula dalam pendidikan dan pembelajaran, sekolah merupakan
suatu sistem kehidupan, yang terkait dalam kehidupan di rumah, di
tempat kerja, di masyarakat. Dalam kehidupan di sekolah siswa
saling berhubungan dan bergantung kepada guru, kepala sekolah, tata
usaha, orang tua siswa, dan nara sumber yang ada di sekitarnya.
Dalam proses pembelajaran siswa berhubungan dengan bahan ajar,
sumber belajar, media, sarana prasarana belajar, iklim sekolah, dan
lingkungan.
Saling berhubungan ini bukan hanya sebatas pada memberikan
hubungan, kemudahan, akan tetapi memberi makna tersendiri. Sebab
makna ada jika ada hubungan yang berarti. Metode inklusi merupakan
pembelajaran yang menekankan hubungan antara bahan pelajaran dengan
bahan lainnya, antara teori dengan praktik, antara bahan yang
bersifat konsep dengan penerapan dalam kehidupan nyata.
Kedua, prinsip diferensiasi (differentiation) yang menunjukkan
pada sifat alam yang secara terus-menerus menimbulkan perbedaan,
keseragaman dan keunikan. Alam tidak pernah mengulang dirinya, akan
tetapi keberadaannya selalu berbeda. Prinsip ini menunjukkan
kreativitas yang luar biasa dari alam semesta. Jika dari pandangan
agama, kreativitas luar biasa tersebut bukan alam semestanya tetapi
penciptanya. Diferensiasi bukan hanya menunjukkan perubahan tanpa
batas, akan tetapi juga kesatuan-kesatuan yang berbeda tersebut
berhubungan, saling tergantung dalam keterpaduan yang bersifat
simbiosis atau saling menguntungkan. Apabila para pendidik memiliki
keyakinan yang sama dengan para ilmuwan modern bahwa prinsip
diferensiasi yang dinamis ini bukan hanya berlaku dan berpengaruh
pada alam semesta, tetapi juga pada sistem pendidikan. Para
pendidik juga dituntut untuk mendidik, mengajar, melatih,
membimbing sejalan dengan prinsip diferensiasi dan harmoni alam
semesta ini. Proses pendidikan dan pembelajaran hendaknya
dilaksanakan dengan menekankan kreativitas, keunikan, variasi, dan
kolaborasi. Konsep-konsep tersebut bisa dilaksanakan dalam metode
inklusi. Metode inklusi berpusat pada siswa, menekankan aktivitas
dan kreativitas siswa. Siswa berkolaborasi dengan terman-temannya
untuk melakukan pengamatan, menghimpun dan mencatat fakta dan
informasi, menemukan prinsip-prinsip dan pemecahanan masalah.
Ketiga prinsip pengorganisasian diri (selforganization), setiap
individu atau kesatuan dalam alam semesta mempunyai potensi yang
melekat, yaitu kesadaran sebagai kesatuan utuh yang berbeda dari
yang lain. Setiap hal memiliki organisasi diri, keteraturan diri,
kesadaran diri, pemeliharaan diri sendiri, suatu energi atau
kekuatan hidup, yang memungkinkan mempertahankan dirinya secara
khas, berbeda dengan yang lainnya.
Keempat prinsip organisasi diri, menuntut para pendidik dan
pengajar di sekolah agar mendorong setiap siswanya untuk memahami
dan merealisasikan semua potensi yang dimiliki dirinya seoptimal
mungkin.Metode inklusi diarahkan untuk membantu siswa mencapai
keunggulan akademik, penguasaan keterampilan standar, pengembangan
sikap dan moral sesuai dengan harapan masyarakat.
Tabel 1
Perbedaan Inklusi dengan Konvensional
Konteks Pembelajaran
Metode
Inklusi
Metode
Konvensional
1
2
3
Hakikat belajar
Konten pembelajaran selalu dikaitkan dengan kehidupan nyata yang
diperoleh sehari-hari pada lingkungannya.
Isi pelajaran terdiri dari konsep dan teori yang abstrak tanpa
pertimbangan manfaat bagi siswa.
Model pembelajaran
Siswa belajar melalui kegiatan kelompok seperti kerja kelompok,
berdiskusi, praktikum kelompok, saling bertukar pikiran, memberi
dan menerima informasi.
Siswa melakukan kegiatan pembelajaran bersifat individual dan
komunikasi satu arah, kegiatan dominan mencatat, menghafal,
menerima instruksi guru.
Kegiatan pembelajaran
Siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran dan berusaha
menggali dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Siswa ditempatkan sebagai objek pembelajaran yang lebih berperan
sebagai penerima informasi yang pas dan kaku.
Kebermaknaan belajar
Mengutamakan kemampuan yang didasarkan pada pengalaman yang
diperoleh siswa dan kehidupan nyata.
Kemampuan yang didapat siswa berdasarkan pada latihan-latihan
dan drill yang terus-menerus.
Tindakan dan perilaku siswa
Menumbuhkan kesadaran diri pada anak didik karena menyadari
perilaku itu merugikan dan tidak memberikan manfaat bagi dirinya
dan masyarakat.
Tindakan dan perilaku individu didasarkan oleh faktor luar
dirinya, tidak melakukan sesuatu karena takut sangsi, kalau pun
melakukan sekadar memperoleh nilai/ganjaran.
Tujuan hasil belajar
Pengetahuan yang dimiliki bersifat tentatif karena tujuan akhir
belajar kepuasan diri.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pembelajaran bersifat
final dan absolut karena bertujuan untuk nilai.
d) Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan MetodeInklusi
Guru mengajak siswa untuk memecahkan masalah terkait dengan
melakukan passing bawah yang baik dan benar. Guru mengajak
memikirkan hal itu kepada siswa. Seluruh siswa berpikir secara
serius dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan guru.
Dengan cara seperti ini siswa akan memperoleh pengalaman yang
kurang dimiliki sebelumnya.
Ilustrasi di atas merupakan gambaran bagaimana siswa belajar
cara mengatasi masalah yang dihadapinya. Selain itu dapat pula
meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama dalam kehidupan
sehari-hari. Bila kita menelusuri terhadap isu yang terjadi, sampai
saat siswa menemukan pemecahan masalah yang terjadi, ada beberapa
aspek yang dapat dipelajari seperti saat siswa mencari informasi
atau teori yang berhubungan dengan masalah yang terjadi, proses
saat siswa berpikir dan bekerja untuk mencoba mengetahui lebih
lanjut masalah yang terjadi, saat siswa mengaplikasikan antara
konsep dengan masalah serta ide untuk memecahkan masalah tersebut,
serta sikap positif terhadap masalah yang dihadapi. Suatu ide yang
baik apabila isu yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dijadikan
topik dalam metode inklusi.
Menurut Saud (2008:173), tahapan metodemetode inklusi, meliputi
empat tahapan, yaitu: invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi,
dan pengambilan tindakan. Tahapan pembelajaran tersebut dapat
dilihat pada diagram berikut.
Diagram 1
Tahapan Pembelajaran
Berdasarkan MetodeInklusi
INVITASI
EKSPLORASI
PENJELASAN DAN SOLUSI
PENGAMBILAN TINDAKAN
Tahap invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang dipelajari. Bila perlu guru memancing
dengan memberikan pertanyaan yang problematik tentang fenomena
kehidupan sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep yang dibahas
tadi dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan
untuk mengomunikasikan, mengikutsertakan pemahamannya tentang
konsep tersebut.
Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan
menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian,
penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang
guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusi
tentang masalah yang dibahas. Secara keseluruhan, tahapan ini akan
memenuhi rasa keingintahuan sista terhadap fenomena di lingkungan
sekelilingnya.
Tahap penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan
penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil
observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat
menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman dan atau
ringkasan.
Tahapan pengambilan tindakan, siswa dapat membuat keputusan,
menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan
gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran, baik
secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan
masalah.
b. Passing Bawahdalam Permainan Olahraga BolaVoli
a) PengertianPassing
Passing danumpan/set-upseringkalisulitdipisahkan,danseringkali
dianggapsama.Passing merupakancaramemainkanbolauntukdioperkanteman
seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri, sedangkan
umpan/set-up bertujuanmenyajikanbola kepada temanseregunya
untukmelakukanserangan. Tidak menutup kemungkinan passing bawah pun
dapat dijadikan sebagai umpan untuk melakukan serangan.
Passing dalampermainanbolavolipadadasarnyadapatdilakukandengan
passing bawah danpassingatas.Perbedaandaripassing bawah
danpassingatas terletak dari perkenaan bola yaitu, pada
passingbawah menggunakan kedua
lengan,sedangkanpassingatasmenggunakanjari-jarikedualengan.Berkaitan
denganpassing,Yunus(1992:79)menyatakan,Passingadalahmengoperkan
bola kepada
temansendiridalamsaturegudengansuatutekniktertentu,sebagai
langkahawaluntukmenyusunpola serangankepadaregulawan.Menurut
Soedarwodkk,(2000:8)bahwa,Passingadalahusahaataupunupayaseorang
pemainbolavolidengancaramenggunakantekniktertentuyang
tujuannyaadalah
untukmengoperkanbolayangdimainkannyaitukepadatemanseregunyauntuk
dimainkan di lapangan sendiri.
Berdasarkandua pendapattersebutdapatdisimpulkanbahwa,passing
merupakanupayaseorang pemainbolavoliuntuk memainkanboladenganteknik
tertentubertujuanuntukmengoperkanbola kepada temanseregunyasebagai
langkahawaluntukmelakukanserangan.Pelaksanaanpassing bolavolidapat
dilakukandenganpassing bawah danpassingatas.Pelaksanaanpassing
bawah danpassingatastersebutsangatbergantung
padaketinggianbola.Untukpassing bawah ketinggian bola dari dada ke
bawah, sedangkan passingatas dari ketinggian dadasampai ke
atas.
b) Passing Bawah
Passing bawah merupakanteknikdasarmemainkanboladengan
menggunakankedua tangan,yaituperkenaanbola padakedualenganbawah.
Passing bawah merupakanteknikpassingyangsering digunakanuntuk
menerima bolaservisatausmash.HalinisepertidikemukakanBarbara dan
Bonnie(1996:19)bahwaUntukmenghadapibolaliaryangtakterkendalikan,seperti
bola servis,atauspike,anda
harusmenggunakanoperanlengandepan(passing bawah
),karenajaritanganyangterbukatidakakanmampumenahanbolayang
dipukuldengansekuattenaga. SedangkanDurrwatcher (1990:52)
berpendapat, Untukbola-bolaservisatausmash,teknikpassing bawah
lebih aman, jika dibandingkan dengan teknik passingatas yang
memerlukan sikap tangan dan jari khusus.
Berdasarkanduapendapattersebutbahwapassing bawah padadasarnya
digunakanuntukmenerimabola-bolaliartakterkendalisepertiservis,smashatau
bola memantuldari net.Ditinjaudaripermainanbola volipada
umumnyapassing bawah biasanya menjadi teknik pertama yang digunakan
tim yang menerima servis daritim lawan. Upayamelakukan passing
bawah dengan baikdan benar harusmenguasaiteknikpassing bawah
.Adapunprinsippokokpassing bawah menurut Sugiyanto,Soedarwo, dan
Sunardi(1994:24)yaitu,Sentuhan bola
denganpermukaankedualenganbawah(2/3bagianujung)yangbertautandi
depanbadan. Sedangkan MamumdanSubroto(2001:56) berpendapat,Pada
umumnya passingdaribawahbola menyentuhbagiandiatas pergelangan
tangan, bisadilakukan dengan satuatau duatangan.
Berdasarkandua pendapattersebutdapatdisimpulkanbahwa,passing
bawah merupakancara memainkanbola denganmenggunakankedua lenganyang
saling bertautanataudengansatulengan.Perkenaanbolapadapssing
bawahyaitu diataspergelangantangan. Kemampuanseorang
pemainbolavolimelakukan passing bawah
denganbaikdanbenarbanyakmanfaatyang diperolehnya dibandingkan
denganpassingatas,terutamauntukmenerimabola-bolayang keras
dantajamsepertiservisatausmash. Halinikarena,passing bawah
merupakan teknikpassingyang
sangatefektifuntukmenerimabola-bolakerassepertiservis
atasdansmash.Untuk menerimabola-bolaservisatasdansmash,passing
bawah lebihsederhana danlebihamandantidakmemerlukansikaptanganserta
jari tangansecarakhusussepertipassingatas.Selainitujugapassing
bawah jarang terjadi pukulanganda.
c) TeknikPassing Bawah
Menguasaiteknikpassing bawah denganbaikdanbenarmerupakankunci
utamaagar dapatmelakukanpassing bawah denganbaikdanbenar. Teknik
passing bawah merupakanrangkaiangerakanyangdikombinasikansecarabaik
danharmonisdalamsaturangkaiangerakanyang
utuh,luwesdanlancar.Barbara dan Bonnie (1996:20)berpendapat,
Elemendasar bagipelaksanaan operanlengandepanyang
baikadalah(1)gerakanmengambilbola,(2)mengatur
posisibadan,(3)memukulbola,dan(4)mengarahkanbola ke sasaran.Menurut
M. Yunus (1992:80)teknik passing bawah meliputi:
1) Sikap permulaan :
Ambil sikap siap normal dalam permainan bolavoliyaitu:
kedualututditekukdenganbadansedikitdibongkokkankedepan,
beratbadanmenumpupada telapakkakibagiandepanuntuk
mendapatkansuatukeseimbanganlabil agar dapatlebihmudahdan
lebihcepatbergerakkesegala arah.Keduatangansaling berpegangan
yaitupunggung tangankanandiletakkandiatastalapaktangankiri,
kemudian salingberpegangan.
2) Gerakan pelaksanaan:
Ayunkankedua lenganke arahbola,dengansumbugerakpada persendian
bahu dan siku betul-betul dalam keadaan lurus.Perkenaan bola pada
bagianprosimaldarilengan,diatasdaripergelangantangan
danpadawaktulenganmembentuksudutsekitar 45derajatdengan badan,
lengan diayunkandan diangkat hampirlurus.
3) Gerak lanjutan:
Setelahayunanlenganmengenaibola,kakibelakang melangkahke depan
untuk mengambilposisisiap kembalidan ayunan lengan untuk
passbawahkedepantidakmelebihisudut 90derajatdengan bahu/badan.
Gambar 2.1 Rangkaian Gerakan Passing bawah
(Yunus, 1992:84)
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip dari
teknik passing bawah
terdiridaritigabagianyaitusikappermulaan,gerakanpelaksanaan
dangeraklanjut.Dariketigateknikpassing bawah tersebutsaling
berkaitanantara satusama lainnyadanharusdikoordinasikan secara
baikdanharmonistidak
diputus-putuspelaksanaannya.Untukmendapatkanpassing bawah
yangbaikdan benar,makateknik-teknikpassing bawah
tersebutharusdikuasaidengan baikdan benar, untuk memperoleh
kualitas passing bawah yangbaik dan sempurna.
d) Kesalahanyang Sering Terjadi pada Passing Bawah
Pada umumnya bagisiswa sekolah,seringkalidalammelakukanpassing
bawah terjadikesalahan,sehinggakualitaspassingyang
dihasilkantidaksesuai yangdiharapkan.Menurut Barbara danBonnie
(1996: 21)kesalahan dalam melakukan passing bawah antaralain :
1. Lengan terlalu tinggi ketikamemukul bola.
2. Merendahkantubuhdenganmenekukpinggangbukanlutut,sehingga
bolayangdioperkan terlalu rendah dan terlalu kencang.
3. Tidakmemindahkanberatbadankearahsasaran,sehinggabolatidak
bergerak kemuka.
4. Lengan terpisahsebelum, pada saat atau sesaat sesudah
menerima bola, sehinggaoperan salah.
5. Bolamendarat di lengan di daerah siku, atau menyentuh
tubuh.
Kesalahan-kesalahantersebuthendaknya
dicermatiolehguruataupelatih
dansiswaagarkualitaspassinglebihbaik.Untukmemperolehpolagerakan
passingbawah yang baik dan benar maka bila terjadi kesalahan segera
dibetulkan.LebihlanjutBarbara dan Bonnie (1996:21) mengemukakan
caramemperbaiki kesalahan padapassing bawah sebagai berikut :
1. Biarkan bolabergerak sampai sejajarpinggangsebelum
memukulnya.
2. Tekuk lutut, jagapunggungtetap lurus padasaat beradadi bawah
bola.
3. Pastikan beratbadanbertumpu pada kaki depan dan tubuh
membungkuk kedepan.
4. Tetapsatukanlengandenganmenggenggamjariataumembungkus
jemariyangsatu denganjemariyanglain dengan ibu jari sejajar.
5. Tahan lengan padaposisisejajarpahadan terimabolajauh dari
dada.
Hal-halsepertidiatas harus diperhatikan olehguru atau pelatih.
Pada umumnya siswa tidak mampu mengamati letak kesalahan yang
dilakukan. Seorangguru harusmampumemcermatisetiapbentukgerakanyang
dilakukan siswa, sehinggaakandiketahuiletak kesalahannya.
Setiapkesalahanyang
dilakukansiswa,gurusegeramungkinuntukmembentulkangerakanyangsalah
tersebut. Kesalahanyang dibiarakanakanmembentukpolagerakyangsalah,
sehinggakualitaskualitaspassing bawah
yangdilakukanhasilnyatidaksesuai yangdiharapkan.
F. Metodologi Penelitian
a. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat dan waktu
penelitian, serta siklus PTK.Lebih jelasnya mengenai hal itu,
sebagai berikut.
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1
Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamisuntuk mata pelajaran
Penjas.Sebagai subjeknya, yaitu kelas VI pada tahun pelajaran
2008/2009, yang terdiri atas 40 orang (19 orang siswa laki-laki dan
21 orang siswa perempuan).
Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses pembelajaran di sekolah binaan.
2.Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru
2008/2009, yaitu bulan Juli sampai dengan November 2008. Penentuan
waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah. Hal ini
karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses
belajar mengajar efektif di kelas.
3.Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
teknik dasar passing bawah setelah menempuh langkah-langkah metode
inklusi.
b. Persiapan PTK
Sebelum PTK dilaksanakan dibuat berbagai input instrumental yang
akan digunakan untuk memberi perlakuan PTK, yaitu rencana
pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan PTK.
Selain itu juga akan dibuat perangkat pembelajaran yang berupa:
(1) Lembar Pengamatan; dan (2) Lembar Evaluasi.
c. Subjek Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas
VISD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten CiamisTahun
Pelajaran 2008/2009, yang berjumlah 35 orang siswa.
d. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan
kolabolator.
e. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah tes, observasi,
wawancara, dan diskusi.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data penelitian ini meliputi lembar tes, lembar
observasi, lembar wawancara, dan lembar diskusi.
f. Indikator Kinerja
Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kinerjanya selain
siswa juga guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat
berpengaruh terhadap kinerja siswa.
g. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari
pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang
terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1. Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan
harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang,
dan rendah.
2. Aktivitas siswa dalam PBM: dengan menganalisis tingkat
keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi
tinggi, sedang, dan rendah.
3. Implementasi dalam pembelajaran teknik dasar passing bawah
berdasarkan langkah-langkah metode inklusidengan menganalisis
tingkat keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi
berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
G. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan
terhadap hasil penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran passing
bawah melalui penggunaan metode inklusi diuraikan dalam
tahapan-tahapan setiap siklus PTK.Adapun deskripsi mengenai hal
itu, sebagai berikut.
a. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I
Siklus I terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta replanning, seperti
berikut ini.
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan (planning) tindakan siklus I, menempuh
langkah-langkah sebagai berikut.
1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa melalui
penggunaan metode inklusi.
2) Membuat rencana pembelajaran passing bawah melalui penggunaan
metode inklusi.
3) Membuat lembar kerja siswa.
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK siklus 1.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2. Pelaksanaan (Acting)
Pada saat awal siklus 1, pelaksanaan tindakan belum sesuai
dengan rencana.Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan berikut.
1) Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar
seperti itu.
2) Sebagian kelompok belum memahami langkah-langkah metode
inklusi secara utuh dan menyeluruh.
Untuk mengatasi masalah di atas dilakukan upaya sebagai
berikut.
1) Guru, secara intensif memberi pengertian kepada siswa
mengenai kondisi pembelajaran berdasarkan langkah-langkah metode
inklusi dalam kelompok.
2) Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah
pembelajaran berdasarkan media permainan kartu hitung.
Pada akhir siklus I dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi
dengan teman sejawat dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan
langkah-langkah metode inklusi dalam kelompok.
2) Siswa mampu menyimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan
metode inklusi dalam kelompok.
3. Observasi dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)
Hasil observasi dan evaluasi pada siklus 1 diperoleh gambaran
sebagai berikut.
1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus I
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
11
16
69
Hasanudin
12
16
75
Imam Bonjol
14
16
88
Tertinggi
Patimura
10
16
63
Cut Nyak Dien
8
16
50
Terendah
Teuku Umar
10
16
63
Kartini
11
16
69
Dewi Sartika
12
16
75
Rerata
11
16
69
2) Hasil observasi siklus 1 tentang aktivitas guru dalam PBM
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar
pada siklus I masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau
61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena
lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan
pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan pembelajaran passing
bawah melalui penggunaan metode inklusi dalam kelompok.
3) Hasil evaluasi siklus I, kemampuan siswa dalam menguasai
materi pembelajaran
Selain aktivitas guru dalam PBM, penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran pun masih tergolong kurang.Dari skor ideal 100,
skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
Grafik 1 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus I
4. Refleksi dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus 1,
sebagai berikut.
1) Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran passing
bawah melalui penggunaan metode inklusi dalam kelompok. Hal ini
diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM
hanya mencapai 61,36%.
2) Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar
berdasarkan langkah-langkah metode inklusi dalam kelompok. Mereka
merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari
hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai
69%.
3) Hasil evaluasi pada siklus I mencapai rata-rata 6,20.
4) Masih ada siswa dalam suatu kelompok yang belum bisa
menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini
karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.
5) Masih ada siswa dalam suatu kelompok yang kurang mampu dalam
mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang
telah dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II dapat
dibuat perencanaan sebagai berikut.
1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi
dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan.
3) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
b. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus II
Seperti pada siklus I, siklus IIpun terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan, observasi, refleksi dan replanning. Lebih jelasnya
mengenai hal itu, sebagai berikut.
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) pada siklus II didasarkan pada replanning
siklus I, yakni sebagai berikut.
1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi
dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan.
3) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
4) Membuat perangkat pembelajaran yang lebih mudah dipahami oleh
siswa.
2. Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan tindakan siklus II didasarkan pada rencana sebagai
konsekuensi hasil dari refleksi siklus I. Adapun langkah-langkah
yang ditempuh, sebagai berikut.
1) Suasana pembelajaran passing bawah sudah mengarah pada proses
belajar berdasarkan langkah-langkah metode inklusi dalam kelompok.
Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar
kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu
kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi
pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi
antarsesama anggota.
2) Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan
menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3) Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah
mulai tercipta.
3. Observasi dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)
Hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II
menunjukkan perubahan yang lebih baik daripada siklus I. Jelasnya
mengenai hal itu, sebagai berikut.
1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2
Aktivitas Siswa dalam Kelompok pada Siklus II
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
12
16
75
Hasanudin
13
16
81
Imam Bonjol
14
16
88
Tertinggi
Patimura
11
16
69
Cut Nyak Dien
10
16
63
Terendah
Teuku Umar
11
16
69
Kartini
12
16
75
Dewi Sartika
13
16
75
Rerata
12
16
74
2) Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus 2
tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus
1. Dari skor ideal 44, nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.
Grafik 2 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus II
3) Hasil evaluasi kemampuan siswa dalam menguasai materi
pembelajaran pada siklus 2 juga tergolong sedang, yakni dari nilai
skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%.
4) Hasil ulangan harian siklus 2 mengalami peningkatan yang
sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.
4. Refleksi dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus 2 ini, sebagai
berikut.
1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran passing bawah sudah
mengarah pada langkah-langkah metode inklusi dalam kelompok. Selain
itu, juga siswa sudah mampu membangun kerja sama dalam kelompok
untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu
berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam
melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi
terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada siklus I menjadi
74% pada siklus II.
2) Meningkatnya aktivitas siswa dalamdalam pembelajaran passing
bawah melalui penggunaan metode inklusi dalam kelompok didukung
oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan
meningkatkan suasana pembelajaran. Guru secara intensif membimbing
siswa saat mengalami kesulitan dalam PBM. Hal ini dapat dilihat
dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 61,36%
pada siklus I menjadi 80% pada siklus II.
3) Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi
berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi
pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 6,20 pada siklus I
meningkat menjadi 7,00 pada siklus II.
4) Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian pada siklus II
menjadi 6,53.
c. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus III
Sama halnya dengan siklus I dan siklus II, pada siklus IIIpun
terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi.Lebih
jelasnya mengenai hasil penelitian dan pembahasannya, sebagai
berikut.
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) pada siklus III berdasarkan replanning
siklus II, yaitu sebagai berikut.
1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi
dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan.
3) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
4) Membuat perangkat yang diperlukan agar pembelajaran passing
bawah melalui penggunaan metode inklusi dalam kelompok pada siklus
III makin mudah diikuti oleh siswa.
2. Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan tindakan siklus III didasarkan pada rencana sebagai
konsekuensi hasil dari refleksi siklus II. Adapun kondisi yang
berlangsung pada tahap ini, sebagai berikut.
1) Suasana pembelajaran passing bawah sudah lebih mengarah pada
langkah-langkah yang diharapkan dalam metode inklusi dalam
kelompok. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan
menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih
baik lagi. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu
untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya
jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok. Siswa kelihatan
lebih antusias mengikuti PBM.
2) Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan
menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3) Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah
lebih tercipta.
3. Observasi dan Evaluasi (Observing and Evaluation)
Hasil observasi selama siklus III dapat dilihat seperti pada
uraian berikut.
1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran passing
bawah melalui penggunaan metode inklusi dalam kelompok pada siklus
III tertuang pada tabel berikut.
Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
14
16
88
Hasanudin
14
16
88
Imam Bonjol
15
16
94
Tertinggi
Patimura
13
16
81
Cut Nyak Dien
12
16
75
Terendah
Teuku Umar
13
16
81
Kartini
14
16
88
Dewi Sartika
14
16
88
Rerata
12
16
85
Grafik 3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus III
2) Hasil observasi siklus III pada aktivitas guru dalam PBM
mendapat rerata nilai perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91%. Hal
ini berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat
signifikan.
3) Hasil evaluasi siklus III penguasaan siswa terhadap materi
ajar dalam pembelajaran passing bawah memiliki nilai rerata 85 atau
85% dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.
4) Hasil ulangan harian ketiga mengalami peningkatan yang cukup
berarti, yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 pada siklus I dan
pada siklus II 6,53.
4. Refleksi (Reflecting)
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus III, sebagai
berikut.
1) Aktivitas siswa pembelajaran passing bawah sudah mengarah
pada langkah-langkah penggunaan metode inklusi dalam
kelompok.Selain itu, siswa pun sudah mampu membangun kerja sama
dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa
mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam
melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja.
Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas
siswa meningkat dari 74% pada siklus II menjadi 85% pada siklus
III.
2) Meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran passing
didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan
meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada
langkah-langkah penggunaan metode inklusi dalam kelompok. Guru
secara intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami
kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas
guru dalam PBM meningkat dari 80% pada siklus II menjadi 91% pada
siklus III.
3) Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi
berkontribusi terhadap meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai
materi pembelajaran. Hal ini didasarkan pada hasil evaluasi 7,00
pada siklus II meningkat menjadi 8,50 pada siklus III.
4) Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48
(ulangan harian siklus I) menjadi 6,53 (ulangan harian siklus II)
dan 7,33 (ulangan harian siklus III).
H. Simpulan dan Saran
a. Simpulan
Setelah membahas hasil penelitian tindakan kelas dalam
pembelajaran passing bawah melalui penggunaan metode inklusi dalam
kelompok, akhirnya dapat diambil simpulan guna menjawab pokok
masalah yang menjadi fokus kajian penelitian ini, yaitu sebagai
berikut.
1.
48
Langkah-langkah penggunaan metode inklusi untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran passing
menempuh kegiatan: (1) menyusun perencanaan pembelajaran passing
bawah berdasarkan langkah-langkah metode inklusi dalam kelompok;
(2) melaksanakan pembelajaran passing bawah berdasarkan
langkah-langkah metode inklusi dalam kelompok, sesuai dengan
rencana; (3) mengevaluasi aktivitas dan hasil belajar siswa; dan
(4) menindaklanjuti hasil refleksi terhadap aktivitas dan hasil
belajar siswa berdasarkan observasi dan evaluasi. Proses yang
ditempuh dalam setiap tahapan ini, baik yang dilakukan guru maupun
siswa tidak lepas dari ketentuan yang berlaku, demi tercapainya
tujuan yang diharapkan. Aktivitas belajar siswa bukan saja secara
bertahap sesuai dengan norma pembelajaran ini, tetapi juga hasil
yang didapat pun secara bertahap meningkat pula. Siswa menjadi
aktif dan memahami perannya secara baik. Antarsiswa bukan saja
tampak merasa senang dan antusias saat berbagi ide dan bertanya
jawab, tetapi juga santun dalam melakukan hal itu.
2. Penggunaan metode inklusi dalam kelompok, terbukti dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
passing bawah. Selain aktivitas belajar siswa terkesan lebih
bermakna (meaningfullearning), potensi aktifnya pun dalam menggali
ide, saling berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan materi
ajar, bertanya jawab dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa
dan tindakan dengan tidak melukai perasaan satu sama lain, hal ini
terjadi pada saat proses pembelajaran ini berlangsung. Dengan
sendirinya, hasil belajar masing-masing siswa setelah menempuh
proses aktivitas belajar seperti itu, meningkat. Hal ini terbukti
dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
aktivitas yang pada siklus I hanya rata-rata 69% menjadi 74% pada
siklus II, dan 85% pada siklus III. Penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian, yakni siklus I
mencapai 5,48 menjadi 6,53 pada siklus II dan 7,33 pada siklus
III.
b. Saran
Telah terbuktinya metode inklusi dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran passing bawah, maka
diajukan saran-saran sebagai berikut.
1. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan menjadikan
media ini sebagai suatu alternatif guna mencapai tujuan
pembelajaran passing bawah, yaitu siswa aktif dalam belajar dan
berhasil mencapai hasil belajar yang diinginkan. Setiap tahapan
yang sudah ditempuh, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun
evaluasi dan tindak lanjut, akan menjadi lebih baik apabila
direnungkan secara bijak agar diperoleh proses setiap tahapan yang
akurat.
2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan
siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara
berkesinambungan, baik dalam mengelola pembelajaran yang sama,
maupun yang lain di dalam atau di luar mata pelajaran ini.
I. Daftar Pustaka
Asher. 2011. Manajemen Pengelolaan Pembelajaran yang
Mengaktifkan Siswa. Ciamis: Perpustakaan Pribadi.
Arikunto, Suharsimi, (1996). Prosedur Penelitian :Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Amung, Toto, (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam
Permainan Bola Voli. Direktorat Jenderal Olahraga, Depdiknas.
Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Dikmenum. Depdiknas.
Hidayat, Yusup, (2008).Psikologi Olahraga. Bandung:FPOK UPI.
Makmun, Abinsamsudin (2005).Psikologi Pendidikan. Bandung
UPI.
Saputra, Yudha. dkk. (2007). Filsafat Penjas, Kesehatan, dan
Rekreasi.Bandung : FPOK UPI.
Subroto, Toto. dkk. (2008). Teori Bermain. Bandung. FPOK
UPI.
Subroto, Toto. (2001). Pembelajaran Keterampilan dan Konsep
Olahraga di Sekolah Dasar : Sebuah Pendekatan Permainan Taktis.
Depdiknas.Jakarta.
Sugiono. (2004). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Beltasar. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan
Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung. FPOK UPI.
Diposkan oleh Cicih, S.Pd. Kang Aher di 04.46