BAB I
PROPOSAL PENELITIAN
I. JUDUL PENELITIANHUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI KEHAMILAN DENGAN
KEJADIAN BBLR DI RUANG NURI RS BHAYANGKARA MAPPAOUDANG MAKASSAR
II. RUANG LINGKUPKEPERAWATAN MATERNITAS
III. PENDAHULUANA. Latar BelakangKehamilan merupakan suatu
periode penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia di
masa yang akan datang. Tumbuh kembang dan kesehatan anak sangat
ditentukan oleh kondisi saat janin di dalam kandungan. Berat badan
lahir normal merupakan cerminan dan titik awal yang penting karena
akan menentukan kemampuan bayi dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan hidup yang baru sehingga tumbuh kembang bayi akan
berlangsung secara normal (Steer et all, 2004).Berat badan lahir
merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Berat
badan lahir normal (usia gestasi 37-42 minggu) adalah 2.500- 4.000
gram. Berat badan lahir yang rendah atau berlebih akan mempunyai
resiko yang lebih besar untuk mengalami masalah (Andammori dkk,
2013).Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu akibat
tidak tumbuh sempurnanya pertumbuhan janin intrauterin. BBLR adalah
bayi yang mempunyai berat lahir < 2.500 gram. BBLR mempunyai
resiko mortalitas yang tinggi maupun kecenderungan untuk menderita
penyakit seperti infeksi saluran pernafasan, diare, respon imunitas
yang rendah, dan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
(Barker, 2006).BerdasarkanlaporanWorldHealth Organization (WHO),
prevalensi BBLR di Dunia pada tahun 2004 adalah 15,2%. Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, di Indonesia
ditemukan prevalensi BBLR tersebut adalah sebesar 11,1%. Prevalensi
tersebut bervariasi diantara satu provinsi dengan provinsi lainnya.
Untuk daerah Sumatra Barat, prevalensi BBLR tersebut adalah sebesar
6%.Faktor tekanan darah dalam kehamilan mempunyai pengaruh terhadap
berat badan lahir. Rendahnya tekanan darah ibu hamil berkaitan
dengan gangguan vaskular yang dapat mengakibatkan rendahnya asupan
nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan oleh janin. Hal ini tentunya
dapat mengakibatkan gangguan terhadap proses tumbuh kembang janin
normal (Barker, 2006).Tekanan darah ibu hamil yang tinggi (140/90
mmHg) juga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin
intrauterin yang tentunya akan berdampak terhadap berat badan
lahir. Hal ini disebabkan oleh menurunnya perfusi uteroplasenta,
vasopasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta.
Sedangkan pada ibu yang tekanan darahnya normal, tidak ditemukan
kelainan-kelainan tersebut sehingga perfusi nutrisi dan oksigen
untuk pertumbuhan janin menjadi adekuat (Andammori, 2013).Secara
global, hipertensi dalam kehamilan juga merupakan salah satu dari
tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas dari ibu
bersalin. Mortalitas dan morbiditas akibat hipertensi dalam
kehamilan juga masih cukup tinggi di Indonesia. Hal ini tentunya
dapat memberikan sumbangan besar terhadap angka kematian ibu
bersalin maupun angka kematian bayi, dimana berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka tersebut
masih cukup tinggi, yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1.000
kelahiran hidup. Indikator kualitas pelayanan obstetri dan
ginekologi di suatu wilayah didasarkan pada angka kematian ibu dan
angka kematian bayi tersebut (Moehyi, 2008).Penelitian yang
dilakukan oleh Andammori dkk (2013) yang meneliti hubungan tekanan
darah ibu hamil aterm dengan berat badan lahir di RSUP dr M. Djamil
Padang menemukan bahwa rata-rata berat badan lahir bayi yang
dilahirkan oleh kelompok ibu yang tidak mengalami hipertensi pada
kehamilannya adalah 3.408 (SD 307) gram dan rata-rata berat badan
lahir bayi yang dilahirkan oleh kelompok ibu yang mengalami
hipertensi pada kehamilannya adalah 2.799 (SD 413) gram. Dari hasil
uji analisis Independent Sample T-test diperoleh hasil ditemukan
adanya hubungan tekanan darah ibu hamil dengan berat badan lahir di
RSUP dr. M. Djamil Padang (p = 0,000). Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Sondari (2006) yang meneliti tentang ubunganbeberapa
faktor ibu dengan dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit dr. Hasan
Sadikin Bandung menemukan bahwa ada hubungan hipertensi dengan
kejadian BBLR (p= 0,004), Penelitian yang dilakukan oleh Ika (2012)
yang meneliti Hubungan Antara Pre Eklamsia Dengan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) menemukan bahwa preeklampsia dapat menyebabkan
terjadinya kejadian BBLR, hal ini di akibatkan oleh karena adanya
disfungsi plasenta dan uterus faktor lain yang mempengaruhi juga
adalah kurangnya asupan diet pada ibu yang pre eklampsia sehingga
berkontribusi terjadinya BBLR.Data dari RS Bhayangkara Mappaoudang
Makassar tahun 2013 didapatkan jumlah persalinan sebanyak....orang
yang terdiri atas .....orang dengan BBLR. Adapun data ibu hamil
dengan riwayat hipertensi didapatkan sebanyak....orang. Adapun data
tahun 2014 dari bulan Januari sampai Mei didapatkan didapatkan
jumlah persalinan sebanyak....orang yang terdiri atas .....orang
dengan BBLR. Adapun data ibu hamil dengan riwayat hipertensi
didapatkan sebanyak....orang. Hal inilah yang mendasari sehingga
peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan riwayat
hipertensi kehamilan dengan kejadian BBLR di Ruang Nuri RS
Bhayangkara Mappaoudang Makassar.
B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian pada latar belakang,
rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan riwayat
hipertensi kehamilan dengan kejadian BBLR di Ruang Nuri RS
Bhayangkara Mappaoudang Makassar? C. Tujuan Penelitian1. Tujuan
Umum Untuk mengetahui hubungan riwayat hipertensi kehamilan dengan
kejadian BBLR di Ruang Nuri RS Bhayangkara Mappaoudang Makassar. 2.
Tujuan Khususa. Untuk mengetahui Kejadian BBLR di Ruang Nuri RS
Bhayangkara Mappaoudang Makassar.b. Untuk mengetahui riwayat
hipertensi kehamilan ibu di Ruang Nuri RS Bhayangkara Mappaoudang
Makassar.c. Untuk mengetahui hubungan riwayat hipertensi kehamilan
dengan kejadian BBLR di Ruang Nuri RS Bhayangkara Mappaoudang
Makassar.D. Manfaat penelitian1. Manfaat IlmiahHasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi sumbangsih dalam
perkembangan ilmu keperawatan khususnya tentang resiko kejadian
BBLR pada ibu dengan hipertensi.
2. Manfaat InstitusiHasil penelitian ini dapat memberi gambaran
atau informasi bagi instansi rumah sakit tentang resiko kejadian
BBLR pada ibu dengan hipertensi yang akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas pelayanan keperawatan pada khususnya dan rumah sakit
pada umumnya.3. Manfaat PraktisHasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan wawasan bagi pasien tentang resiko kejadian BBLR
pada ibu dengan hipertensi dan sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan di program S1 keperawatan.
IV. TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Tentang BBLR1. Pengertian Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram)
(Prawiroharjo, 2010). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah
prematurits dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini
dilakukan karena tidak semua bayi yang berat kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir bayi prematur Cuningham, 2006).Berkaitan dengan
penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan
dalam: (1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 2500
gram; (2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir <
1500 gram ; (3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir
< 1000 gram.2. Klasifikasi BBLRMenurut Rukiyah (2010) bayi berat
lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu: a. Bayi
prematur sesuai masa kehamilan (SMK) terdapat derajat prematuritas
di golongkan menjadi 3 kelompok:1) Bayi sangat prematur (extremely
prematur ): 24-30 minggu.2) Bayi prematur sedang (moderately
prematur ) : 31-36 minggu.3) Borderline Premature : 37-38 minggu.
Bayi ini bersifat premature dan mature.Beratnya seperti bayi matur
akan tetapi sering timbul masalah seperti yang dialami bayi
prematur, seperti gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia dan daya
hisap lemah.b. Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK)
terdapat banyak istilah untuk menunjukkan bahwa bayi KMK dapat
menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus (intra uterine
growth retardation / IUG) seperti pseudo premature, small for
dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis fetal
distress, IUGR dan small for gestasionalage (SGA).Ada dua bentuk
IUGR yaitu : (Prawiroharjdo, 2008)1) Propornitinate IUGR: janin
menderita distress yang lama, gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir. Sehingga
berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang,
akan tetapi keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang
sebenarnya.2) Disproportinate IUGR : terjadi akibat distress sub
akut. Gangguan terjadi beberapa Minggu dan beberapa hari sebelum
janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala normal,
akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Tanda-tanda
sedikitnya jaringan lemak dibawah kulit, kulit kering, keriput dan
mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.3.
Manifestasi KlinisMenurut Maryunani dkk, (2009) adapun tanda dan
gejala yang terdapat pada bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR
) adalah :a. Berat badan < 2500 gramb. Letak kuping menurunc.
Pembesaran dari satu atau dua ginjald. Ukuran kepala kecil e.
Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap
kurang)f. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)4. Masalah
pada BBLRMenurut Maryunani dkk (2009) masalah yang terjadi pada
bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur
terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut.
Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem
pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro
interstinal, ginjal, termoregulasi.a. Sistem PernafasanBayi dengan
BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah
lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit,
kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam
paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps
pada saat ekspirasi).Lumen sistem pernafasan yang kecil, kolaps
atau obstruksi jalan nafas, pembuluh darah paru yang imatur. Hal
hal inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering
mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).b. Sistem Neurologi
(Susunan Saraf Pusat)Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali
terjadi trauma susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain:
perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma
lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia.
Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat
berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan
karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi.c. Sistem
KardiovaskulerBayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/
kelainan janin, yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan
akibat intra uterine ke kehidupan ekstra uterine berupa
keterlambatan penutupan ductus arteriosus.d. Sistem
GastrointestinalBayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum
berfungsi seperti bayi yang cukup bulan, hal ini disebabkan antara
lain karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai
usia gestasi 3334 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi
seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna proteine. Sistem
TermoregulasiBayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang
tidak stabil, yang disebabkan antara lain:1) Kehilangan panas
karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan lebih
besar (permukaan tubuh bayi relatife luas)2) Kurangnya lemak
subkutan (brown fat / lemak cokelat )3) Jaringan lemak dibawah
kulit lebih sedikit.4) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh
darah kapiler kulit.f. Sistem HematologiBayi dengan BBLR lebih
cenderung mengalami masalah hematologi bila dibandingkan dengan
bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:1) Usia sel
darah merahnya lebih pendek2) Pembuluh darah kapilernya mudah
rapuh3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.g. Sistem ImunologiBayi dengan BBLR
mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering kali
memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
h. Sistem PerkemihanBayi dengan BBLR mempunyai masalah pada
sistem perkemihannya, di mana elektrolit, asam basa, tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme dan obat obatan dengan memadai serta
tidak mampu memekatkan urin.i. Sistem IntegumentBayi dengan BBLR
mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan sehingga
mudah terjadi gangguan integritas kulit.j. Sistem PengelihatanBayi
dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang
disebabkan karena ketidakmatangan retina.5. PenatalaksanaanMenurut
Rukiyah, dkk (2010) perawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah :a. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah
mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus
dipertahankan dengan ketat.b. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR
sangat rentan dengan infeksi, memperhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.c.
Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh
sebab itu pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat.d. Penimbangan
ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
dilakukan dengan ketat.e. Kain yang basah secepatnya diganti dengan
kain yang kering dan bersih, pertahankan suhu tubuh tetap hangat.f.
Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.g. Tali pusat
dalam keadaan bersih.h. Beri minum dengan sonde/tetes dengan
pemberian ASI.B. Tinjauan Tentang Hipertensi pada Ibu Hamil1.
DefinisiHipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi
batas normal yaitu tekanan darah 140/90 mmHg (Prawirohardjo, 2008).
Menurut Prawirohardjo 2008, gangguan hipertensi pada kehamilan
diantaranya adalah:a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang
pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.b. Preeklamsi
adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria.c. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai
dengan kejang-kejang sampai dengan koma.d. Hipertensi kronik dengan
superposed preeklamsi adalah hipertensi kronik di sertai
tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai
proteinuria.e. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah
hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria
dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalin, kehamilan
dengan preeklamsi tetapi tanpa proteinuria2. Etiologi/ Faktor
PredisposisiPenyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa
diketahui secara pasti. Namun banyak teori yang telah dikemukakan
tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tetapi tidak ada
satupun teori tersebut yang dianggap benar-benar mutlak.Beberapa
faktor resiko ibu:a. ParitasKira-kira 85% preeklamsi terjadi pada
kehamilan pertama. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari kejadian preeklamsi dan risiko meningkat lagi pada
grandemultigravida (Bobak, 2005). Selain itu primitua, lama
perkawinan 4 tahun juga dapat berisiko tinggi timbul preeklamsi
(Rochjati, 2003)b. UsiaUsia aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 23-35 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan
bersalin pada usia dibawah 20 tahun dan setelah usia 35 tahun
meningkat, karena wanita yang memiliki usia kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun di anggap lebih rentan terhadap terjadinya
preeklamsi (Cunningham, 2006). Selain itu ibu hamil yang berusia 35
tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan
jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk terjadi
preeklamsi (Rochjati, 2003).c. Riwayat hipertensiRiwayat hipertensi
adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi sebelum hamil atau
sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang mempunyai riwayat
hipertensi berisiko lebih besar mengalami preeklamsi, serta
meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal lebih
tinggi. Diagnosa preeklamsi ditegakkan berdasarkan peningkatan
tekanan darah yang disertai dengan proteinuria atau edema anasarka
(Cunningham, 2006).d. Sosial ekonomiBeberapa penelitian
menyimpulkan bahwa wanita yang sosial ekonominya lebih maju jarang
terjangkit penyakit preeklamsi. Secara umum, preeklamsi/eklamsi
dapat dicegah dengan asuhan pranatal yang baik. Namun pada kalangan
ekonomi yang masih rendah dan pengetahuan yang kurang seperti di
negara berkembang seperti Indonesia insiden preeklamsi/eklamsi
masih sering terjadi (Cunningham, 2006).e. Hiperplasentosis
/kelainan trofoblastHiperplasentosis/ kelainan trofoblas juga
dianggap sebagai faktor predisposisi terjadinya preeklamsi, karena
trofoblas yang berlebihan dapat menurunkan perfusi uteroplasenta
yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat
mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan vasospasme adalah dasar
patofisiologi preeklamsi/eklamsi. Hiperplasentosis tersebut
misalnya: kehamilan multiple, diabetes melitus, bayi besar, 70%
terjadi pada kasus molahidatidosa (Prawirohardjo, 2008; Cunningham,
2006).f. GenetikGenotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi
dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotip
janin. Telah terbukti pada ibu yang mengalami preeklamsi 26% anak
perempuannya akan mengalami preeklamsi pula, sedangkan 8% anak
menantunya mengalami preeklamsi. Karena biasanya kelainan genetik
juga dapat mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta yang
selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat menyebabkan
terjadinya vasospasme yang merupakan dasar patofisiologi terjadinya
preeklamsi/eklamsi (Wiknjosastro, 2008; Cunningham, 2008).g.
ObesitasObesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di
dalam tubuh. Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan
kalori, biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani,
kelebihan gula dan garam yang kelak bisa merupakan faktor risiko
terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes
melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, reumatik dan
berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan
lain.Hubungan antara berat badan ibu dengan risiko preeklamsia
bersifat progresif, meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan indeks
massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan menjadi 13,3
% untuk mereka yang indeksnya 35 kg/m2 (Cunningham, 2006; Mansjoer,
2008)3. PatologiPerubahan pada sistem dan organ pada preeklamsi
menurut Prawirohardjo (2008) adalah:a. Perubahan
kardiovaskularPenderita preeklamsi sering mengalami gangguan fungsi
kardiovaskular yang parah, gangguan tersebut pada dasarnya
berkaitan dengan afterload jantung akibat hipertensi (Cunningham,
2006).b. GinjalTerjadi perubahan fungsi ginjal disebabkan karena
menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemi, kerusakan sel
glomerulus mengakibatkan meningkatnya permebelitas membran basalis
sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria. Gagal
ginjal akut akibat nekrosis tubulus ginjal. Kerusakan jaringan
ginjal akibat vasospasme pembuluh darah dapat diatasi dengan
pemberian dopamin agar terjadi vaso dilatasi pada pembuluh darah
ginjal.c. Viskositas darahVaskositas darah meningkat pada
preeklamsi, hal ini mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer
dan menurunnya aliran darah ke organ.d. HematokritHematokrit pada
penderita preeklamsi meningkat karena hipovolemia yang
menggambarkan beratnya preeklamsi.e. EdemaEdema terjadi karena
kerusakan sel endotel kapilar. Edema yang patologi bila terjadi
pada kaki tangan/seluruh tubuh disertai dengan kenaikan berat badan
yang cepat.f. HeparTerjadi perubahan pada hepar akibat vasospasme,
iskemia, dan perdarahan. Perdarahan pada sel periportal lobus
perifer, akan terjadi nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim
hepar. Perdarahan ini bisa meluas yang disebut subkapsular hematoma
dan inilah yang menimbulkan nyeri pada daerah epigastrium dan dapat
menimbulkan ruptur hepar.g. NeurologikPerubahan neurologik dapat
berupa, nyeri kepala di sebabkan hiperfusi otak. Akibat spasme
arteri retina dan edema retina dapat terjadi ganguan visus.h.
ParuPenderita preeklamsi berat mempunyai resiko terjadinya edema
paru. Edema paru dapat disebabkan oleh payah jantung kiri,
kerusakan sel endotel pada pembuluh darah kapilar paru, dan
menurunnya deuresis4. PencegahanPencegahan hipertensi dalam
kehamilan dilakukan dalam upaya untuk mencegah terjadinya
preeklamsi pada perempuan hamil yang memiliki resiko terjadinya
preeklamsi. Menurut Prawirohardjo (2008) pencegahan dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu:a. Pencegahan non medicalYaitu pencegahan
dengan tidak memberikan obat, cara yang paling sederhana yaitu
dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah suplemen yang
mengandung: a) minyak ikan yang kaya akan asam lemak tidak jenuh
misal: omega-3 PUFA, b) antioksidan: vitamin C, vitamin E, dll.c)
elemen logam berat: zinc, magnesium, kalium.b. Pencegahan dengan
medicalPemberian deuretik tidak terbukti mencegah terjadinya
hipertensi bahkan memperberat terjadinya hipovolumia. Pemberian
kalsium: 1.500-2.000mg/hari, selain itu dapat pula diberikan zinc
200 mg/hari,magnesium 365 mg/hari. Obat trombotik yang dianggap
dapat mencegah preeklampsi adalah aspirin dosis rendah
rata-rata