LAPORAN DASAR ILMU TANAH Konsistensi tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. B. Tujuan a. Untuk mengetahui definisi konsistensi tanah b. Untuk mengetahui macam – macam konsistensi tanah c. Untuk mengetahui metode pengukuran konsistensi tanah d. Untuk megetahui faktor yang mempengaruhi konsistensi e. Untuk mengetahui faktor yang dipengaruhi konsistensi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Konsistensi Tanah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN DASAR ILMU TANAH
Konsistensi tanah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi konsistensi tanah
b. Untuk mengetahui macam – macam konsistensi tanah
c. Untuk mengetahui metode pengukuran konsistensi tanah
d. Untuk megetahui faktor yang mempengaruhi konsistensi
e. Untuk mengetahui faktor yang dipengaruhi konsistensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Konsistensi Tanah
a. Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain.
(Hardjowigeno, 1992).
b. Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
(Anonymous, 2010)
c. Konsistensi tanah adalah suatu sifat tanah yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – parkikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang disebabkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengarui bentuk tanah.
(Anonymous, 2010)
2.2 Macam – macam Konsistensi Tanah
a. Konsistensi Basah
a.1 Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
(1) Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
a.2 Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:
(1) Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.(2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.
(3) Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
(4) Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
b. Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
(2) Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.
(3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
c. Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6 kategori sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
(2) Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.(3) Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk hancur.
(6) Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul).
2.3 Metode Pengukuran Konsistensi
Metode pengukuran konsistensi tanah ada 2 yaitu :
a. Secara Kualitatif
Metode pengukuran konsistensi tanah secara kualitatif yaitu penentuan ketahanan massa tanah terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah.
b. Secara Kuantitatif
Metode pengukuran konsistensi tanah secara kuantitatif sering diistilahkan dengan angka Atterberg.
2.4 Faktor Mempengaruhi Konsistensi
a. Kadar Air : Bila kadar air tinggi maka konsistensi tanah rendah.
b. Tekstur Tanah : Bila tekstur tanah dominan pasir maka konsistensi tanah rendah.
c. Porositas : Bila porositasnya tinggi maka konsistensi rendah.
d. Bahan Organik : Bahan organik tinggi maka konsistensi rendah.
e. Berat Isi
2.5 Faktor Dipengaruhi Konsistensi
a. Struktur Tanah : Bila konsistensi tanah tinggi maka struktur mantap.
b. Erosi : Bila konsitensi tanah tinggi maka erosi rendah.
c. Pengolahan : Bila konsistensi tanah tinggi maka pengolahan semakin susah.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
- Buku : untuk mencatat materi dan hasil
- Bolpoint : untuk menulis hasil dan materi
- 3 Ring
- Oven
b. Bahan
- Tanah (pasir, liat, debu) : untuk pengamatan
- Tanah dari Joyogrand : untuk pengamatan
- Air : untuk membasahkan tanah
3.2 Alur Kerja
Menyiapkan alat dan Bahan
Mengambil contoh tanah dari tiap horizon tanah
Mengamati
Membasahi tanah agar mudah di bentuk
Membentuk tanah tersebut menjadi lilitan bulat panjan
Mengamati lagi konsisitensi atau kemampuan tanah tersebut untuk dibentuk lilitan
Membuat Laporan
3.3 Analisis Perlakuan (Perbandingan Jurnal)
o Semua tanah (kecuali pasir) jika dibasahi
menjadi liat
Sifat liat dipengaruhi oleh kohesi & adhesi antara sesama molekul tanah dan molekul air.
Zarah/partikel tanah yang semula lepas-lepas saat dibuat bentukkan tertentu dengan mencampurkan air.
o Ciri-ciri tanah mempunyai sifat liat
Adalah jika bentukan tanah tersebut tidak rusak jika dikeringkan.
o Tanah pasir mempuyai sifat tidak liat
Pada saat basah, pasir dapat dibentuk bola, tetapi bila dikeringkan maka butir-butir pasir akan terurai berai.
o Kohesi dalam konsistensi tanah
Adalah gaya tarik menarik sesama zarah tanah akibat adanya selaput lengas pada permukaanzarah tersebut. Besar kecilnya gaya dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk zarah serta tebal tipisnya selaput lengas di antara zarah tersebut.
o Adhesi dalam konsistensi tanah
Adalah gaya tarik menarik antara zarah tanah (fase padat) dengan molekul air (fase cair).
o Kohesi tanah basah
Terjadi antara fase cair yang berperan sebagai sebagai jembatan antar fase padat.
o Besar kecilnya kohesi berbanding lurus
dengan tegangan muka air (lengas tanah) dan berbanding terbalik dengan diameter zarah (kohesi meningkat jika kadar lempung meningkat dan kadar menurun jika kadar pasir meningkat)
o Contoh tanah halus kohesinya akan
- Meningkat jika ditetesi air sedikit demi sedikit
- mencapai maksimal pada kadar lengas 15%
- menurun jika kadar lengasnya > 15 %
o Pada tanah liat/plastic yang dibentuk bulat
Ternyata makin kuat kohesinya jika KL makin merosot karena makin tipis selaput lengas, tegangan muka makin kecil sampai batas tanah. Kohesi yang makin meningkat setelah titik patah bukan karena selaput lengas, melainkan karena kohesi molekuler tanah tersebut.
o Titik Patah
merupakan batas awal masuknya udara ke dalam pori tanah dan menyebabkan warna tanah berubah dari gelap menjadi cerah dan mengerut disebut beerturut-turutBatas Berubah Warna (BBW) dan Derajat Kerut (DK).
(Anonymous, 2010)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel data hasil praktikum
Jenis Tanah Berat Ring
(sebelum)
Berat Ring sesudah dimasukkan cincin
Berat sesudah di oven
Ring 1 Vertisol 21,66 gr 30,18 27,25Ring 2 Andisol 22,85 gr 38,70 32,94Ring 3 Sample 15,66 gr 32,50 27,25
4.2 Pembahasan data hasil praktikum
a.) Dalam kondisi basah
Vertisol : -sangat lekat
-sangat plastis
Andisol : -lekat
-plastis
Entisol : -agak lekat
-tidak plastis
Sampel : -agak lekat
-plastis
b.) Dalam kondisi lembab
sampel : -Teguh
4.3 Perhitungan kadar air
Berat Basah Tanah
Ring 1 = 30,18 – 21,66 = 8,52 gram
Ring 2 = 38,70 – 22,85 = 15,85 gram
Ring 3 = 32,50 – 15,66 = 16,84 gram
Berat Kering Oven Tanah
Ring 1 = 27,25 – 21,66 = 5,59 gram
Ring 2 = 32,94 – 22,85 = 10,09 gram
Ring 3 = 28,32 – 15,66 = 12,66 gram
Kadar Air pada Tiap-Tiap Ring
KA Ring 1 = 8,52 – 5,59 x 100% = 52,4%
5,59
KA Ring 2 = 15,85 – 10,09 x 100% = 57%
10,09
KA Ring 3 = 16,84 – 12,66 x 100% = 33%
4.4 Pengaruh kadar air dalam pengolahan tanah
Pengolahan tanah seharusnya pada kandungan air tanah yang tepat, yaitu tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakukan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti. Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah hubungan
tegangan dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah.
Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat. (Hardjowigeno, S., 1992).
4.5 Kajian pengaruh konsistensi dalam usaha pertanian
Tanah sawah dalam kondisi plastis ata bahkan berlumpur karena berada diatas Batas Cair (BC) tidak menjadi masalah dalm pengolahan karena kondisi spesifik yang harus dipenuhi dalam penyiapan tanah sawah adalah pelukpuran lapisan olah.
Pembangunan pertanian yang lebih berorientasi pada efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam dan aman lingkungan mendorong penyempurnaan konsep pengelolaan lahan sebagai sarana produksi pertanian. Keselarasan antara pendekatan pengelolaan lahan dengan dinamika ekosistem lahan menjadi faktor penting begitu pula konsistensi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa konsistensi tanah ialah suatu sifat tanah yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – parkikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang disebabkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengarui bentuk tanah.
a.) Dalam kondisi basah
Vertisol : -sangat lekat
-sangat plastis
Andisol : -lekat
-plastis
Entisol : -agak lekat
-tidak plastis
Sampel : -agak lekat
-plastis
b.) Dalam kondisi lembab
sampel : -Teguh
5.2 Saran
Ada ajahh..
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2010. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2009/04/sifat-fisika-tanah-bagian-5-konsistensi.html. 16 Oktober 2010.
Anonymous. 2010. ilmutanahuns.files.wordpress.com/…/konsistensi-tanah.pdf. 16 Oktober 2010.
Anonymous. 2010. ariyanto.staff.uns.ac.id/files/2010/04/kesuburan-05.pdf. 16 Oktober 2010.
Hardjowigeno. S., 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
UNIVERSITAS ISLAM MALANGFAKULTAS PERTANIAN
PRODI AGRIBISNIS2011-2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan tanah yang tepat sangat membantu keberhasilan penanaman yang
diusahakan. Pengolahan tanah untuk media pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sebaiknya dilakukan pada keadaan air yang tepat, yaitu tidak terlalu kering dan tidak terlalu
basah. Hal ini dimaksudkan agar tidak merusak struktur tanah.
Untuk menyatakan derajat hubungan antara partikel-partikel tanah dengan kandungan air
tanah digunakan angka-angka konsistensi. Berdasarkan hal tersebut diatas maka konsistensi
tanah dapat didefinisikan sebagai :
a. Suatu sifat yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel partikel tanah;
b. Ketahanan massa suatu tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan
berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Penetapan konsistensi tanah dilakukan 2 cara yaitu secara kualitatif dan secara kuantitatif.
Prinsip penetapan secara kualitatif adalah penentuan ketahanan massa tanah terhadap
remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah. Penetapan konsistensi
tanah secara kualitatif serimg diistilahkan sebagai penentuan angka Atterbeg karena Atterbeg
adalah pelopor penetapan batas-batas konsistensi tanah yang dinyatakan dengan angka
kandungan pada batas cair dan batas plastis (lekat) suatu tanah.
Batas konsistensi dapat diketahui melalui suatu test laboratorium dimana akan didapat pula
variasi berbagai keadaan konsistensi tanah. Peningkatan konsistensi tidak merupakan harga
mutlak dan sangat peka terhadap keadaan lingkungan, tekanan, serta berbagai kekuatan yang
mempengaruhi bentuk tanah.
Keadaan air terendah dimana tanah masih bersifat plastis (lekat) disebut batas plastis
(plastis limit), dan batas tertinggi dimana tanah masih bersifat plastis disebut batas cair (Liquid
limit). Sedangkan indeks plastisitas dapat didefenisikan :
Ideks Plastisitas = Batas Cair – Batas Plastis
Jika pengolahan tanah dilakukan pada kandungan air dibawah batas plastis maka tanah
akan bergumpal dan pecah. Sebaliknya jika diolah diatas batas cair maka tanah akan bersifat
seperti benda cair. Jadi pengolahan tanah yang paling tepat adalah saat kadar air tanah berada
diantara batas cair dan batas plastis.
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud diadakannya praktikum ini adalah :
Mengetahui kadar air yang terkandung didalam tanah
Mengetahui perhitungan konsistensi tanah
1.2.2. Tujuan diadakannya praktikum ini adalah :
Agar mahasiswa dapat mengetahui konsistensi tanah tersebut layak untuk di usahakan
pertanian.
Agar mahasiswa dapat mengetahui keadaan lembab, kering dan basah dalam tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Hardjowigeno (1987) hal:31 bahwa tanah-tanah yang mempunyai konsistensi
baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan
konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering.
Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas
kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah
pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Oleh karena itu pentingnya
mengetahui konsistensi tanah untuk mengetahui tanah tersebut layak apa tidak untuk dikelola
sebagai lahan pertanian.
Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – partikel
tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang
diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Tanah –
tanah yang mempunyai konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada
alat pengolah tanah. Oleh karena itu tanah dapat ditemukan dalam keadaan basah, lembab dan
kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.
Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan
dengan cara memijat dan memirit atau membuat bulatan atau gulungan. Sedangkan secara
kuantitatif dilakukan dengan cara penentuan angka Atterberg.
Nurhidayati, 2006.Malang hal:56
Pada kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat plastisitas dan tingkat
kelekatan. Tingkatan plastisitas ditetapkan dari tingkatan sangat plastis, plastis, agak plastis,
dan tidak plastis (kaku). Tingkatan kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, lekat, dan
sangat lekat.
Pada kondisi lembab, konsistensi tanah dibedakan ke dalam tingkat kegemburan sampai
dengan tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai mulai dari: lepas, sangat gembur,
gembur, teguh, sangat teguh, dan ekstrim teguh. Konsistensi tanah gembur berarti tanah
tersebut mudah diolah, sedangkan konsistensi tanah teguh berarti tanah tersebut agak sulit
dicangkul.
Pada kondisi kering, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan tanah.
Konsistensi kering dinilai dalam rentang lunak sampai keras, yaitu meliputi: lepas, lunak, agak
keras, keras, sangat keras, dan ekstrim keras.
Konsistensi yang besar yaitu pada keadaan paling kering yang disebabkan oleh adanya gaya kohesi. Konsistensi sedang pada waktu keadaan lembab karena adanya gaya adhesi. Konsistensi rendah/sangat rendah apabila keadaan basah, sanagt basah atau jenuh air. (Syarief, S. 1994)
Cara penetapan konsistensi untuk kondisi lembab dan kering ditentukan dengan meremas
segumpal tanah. Apabila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dinyatakan
berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak untuk kondisi kering. Apabila gumpalan
tanah sukar hancur dengan cara remasan tersebut maka tanah dinyatakan berkonsistensi teguh
untuk kondisi lembab atau keras untuk kondisi kering.
Penetapan konsistensi tanah dilakukan dengan dua cara yaitu secara kualitatif dan secara
kuantitatif. Prinsip penetapan sucara kualitatif adalah penentuan ketahanan masa tanah
terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah.
(Anonymous. 2009)
Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari, yaitu kategori:
melekat atau tidak melakat. Selain itu, dapat pula berdasarkan mudah tidaknya membentuk
bulatan, yaitu: mudah membentuk bulatan atau sukar membentuk bulatan; dan kemampuannya
mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis). Secara lebih terinci cara
penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan sebagai berikut:
(I) Konsistensi Basah
1.1 Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah
dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
(1) Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.
(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.
(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
1.2 Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4
kategori berikut:
(1) Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.
(2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.
(3) Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan
sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
(4) Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan
diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
(II) Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori
sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah
terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
(2) Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.
(3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat
menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas
tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-
kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut
(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya
gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan
diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut
(III) Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6
kategori sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat
satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
(2) Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah berkohesi
lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
(3) Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada
remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan
gumpalan tanah.
(4) Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin
sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat
menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk
dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan
sangat sulit untuk hancur.
(6) Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan
yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah
baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul).
Konsistensi
Kohesi
Adhesi
Kering Lembab Basah Sangat basah
Gambar I : Pengaruh kadar air terhadap kohesi dan adhesi
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah:
Tekstru tanah.Tekstur tanah yang kasar daya plastisnya akan rendah karena pada tanah yang teksturnya kasar sedikit mengandung liat sehingga menyebabkan daya plastisitasnya rendah, begitu pula sebaliknya.
Kadar air tanah.Bila kadar air tanah tinggi, campuran tanah dan air akan menjadikan tanah lembek seperti cairan sehingga mempengaruhi batas cair dan batas plastisnya.
Jenis liat.Ada banyak jenis liat, perbedaan kandungan jenis liat akan berpengaruh pada daya lekat tanah tersebut baok dalam keadaan kering, lembab maupun basah.
Kandungan bahan organik.Kandungan bahan organik mempengaruhi day serap tanah akan air, apabila kandungan bahan organiknya sedikit maka kemampuan tanah untuk menyimpan air juga menjadi rendah begitu juga sebaliknya sehingga hal ini juga berpengaruh pada konsistensi tanah karena sebagai mana dijelaskan diatas, bahwa kandungan air tanah juga mempengaruhi konsistensi tanah.
Sumber : file:///E:/sifat-fisika-tanah-bagian-5-konsistensi.html
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan. Contoh tanah biasa.(Tanah yang telah hancurkan dan di ayak) Kaleng oven Air Alat konsistensi Pembuat alur. Beaker glass Oven
Timbangan. Plastik Mortar. Ayakan.
3.1 Cara Kerja
A. Penetapan Batas Cair.
1. Menimbang 100 gram tanah, menambahkan air, kemudian mengaduk secara merata, sehingga
berbentuk pasta.
2. Menempatkan sebagian pasta pada alat penetapan batas cair. Meratakan permukaannya
hingga tebal maksimum 1,27 cm. Kemudian mengoreskan alat pembuat alur tegak luruspada
permukaan cawan hingga pasta tanah terbelah menjadi dua bagian.
3. Memutar alat dengan kecepatan 2 putaran per detik dan banyak ketukan hingga akan tertutup
sejarak 1,27 cm. Alur harus tertutup karena aliran tanah. Bukan karena gesekan antara dengan
permukaan cawan.
4. Mengambil 10 gram dari daerah alur tetutup untuk penentuan kadar air. Dengan mengubah –
ubah banyaknya airyang dicampurkan ke tanah dan mengulangi pekerjaan no. 2 dan no.5,
dengan mengambil 4 kali penetapan kadar air didalam ketukan 10 hingga 40 kali.
5. Membuat grafik antara jumlah ketukan ( sumbu X ) dan kadar air ( sumbu Y ). Kemudian
mencari kadar air tanah pada ketukan sebnyak 25 kali. Kadar air pada ketokan 25 kali
menunjukkan batas cairdari tanah tersebut.
B. Penetapan Batas Plastis
1. Menimbang 15 gram tanah, menambahkan air kemudian campur hingga merata dan
meletakkan di atas lempengan kaca.
2. Memisahkan sedikit lalu gosok dengan tanah sampai berbentuk benang berdiameter 3 mm.
3. Mengulangi pekerjaan no 2 sebanyak 2 kali sehingga akan didapat 3 keadaan ( kiri = lebih
basah dan batas plastis, tengah = pada batas plastis, kanan = lebih kering dari batas plastis ).
4. Mengambil tanah yang remah pada pekerjaan no.2 hingga sebanyak 4 kali untuk mendapat
harga tanah rata – rata.5. Mengulangi pakejaan pada nomor 2 dan 4 sebanyak 3 kali untuk mendapat harga rata – rata.
BAB IV
PENGAMATAN
A. Tabel 1. Data Hasil PengamatanRentang Ketukan
Jumlah Ketukan Bkl (gr) Bkl+tanah (SO) Bkl tanah (KO)I II I II I II I II
Hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan,bahwa jumlah ketukan dan kadar air
memiliki hubungan yang berkebalikan, dimana semakin besar kadar airnya maka jumlah
ketukan akan semakin sedikit. Pada kadar air yang tinggi tanah akan berada pada kondisi yang
basah atau bisa dikatakan konsistensinya basah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah:
Tekstur tanah.Tekstur tanah yang kasar daya plastisnya akan rendah karena pada tanah yang teksturnya kasar sedikit mengandung liat sehingga menyebabkan daya plastisitasnya rendah, begitu pula sebaliknya.
Kadar air tanah.Bila kadar air tanah tinggi, campuran tanah dan air akan menjadikan tanah lembek seperti cairan sehingga mempengaruhi batas cair dan batas plastisnya.
Jenis liat.Ada banyak jenis liat, perbedaan kandungan jenis liat akan berpengaruh pada daya lekat tanah tersebut baok dalam keadaan kering, lembab maupun basah.
Kandungan bahan organik.Kandungan bahan organik mempengaruhi day serap tanah akan air, apabila kandungan bahan organiknya sedikit maka kemampuan tanah untuk menyimpan air juga menjadi rendah begitu juga sebaliknya sehingga hal ini juga berpengaruh pada konsistensi tanah karena sebagai mana dijelaskan diatas, bahwa kandungan air tanah juga mempengaruhi konsistensi tanah.
Dari data hasil pengamatan diketahui KA % sebagai berikut :
Adapun grafik hubungan antara jumlah ketukan dan kadar air ialah sebagai berikut :
Hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan,bahwa jumlah ketukan dan kadar air
memiliki hubungan yang berkebalikan, dimana semakin besar kadar airnya maka jumlah
ketukan akan semakin sedikit. Pada kadar air yang tinggi tanah akan berada pada kondisi yang
basah atau bisa dikatakan konsistensinya basah.
BAB VI
KESIMPULAN
Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – partikel
tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang
diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan, bahwa jumlah ketukan dan kadar air memiliki hubungan yang berkebalikan, dimana semakin besar kadar airnya maka jumlah ketukan akan semakin sedikit. Pada kadar air yang tinggi tanah akan berada pada kondisi yang basah atau bisa dikatakan konsistensinya basah Nilai BC : 46,1172 Nilai BP adalah : 38,32861 Nilai IP : 7,38811 %. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah:
Tekstur tanah.
Kadar air tanah. Jenis liat. Kandungan bahan organik.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhidayati, 2006. Bahan Ajar Dasar – Dasar Ilmu Tanah.. Fakultas Pertanian – Unisma. Malang
Nurhidayati, 2006. Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian – Unisma. Malang
Yunus, Yuswar. 2006, Tanah Dan Pengolahan. CV Alfabeta. Bandung.
(Harjowigeno.(1987) hal:31..Weny. 2009:///E:/sifat-fisika-tanah-bagian-5-konsistensi.html akses 20 Maret 2011
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH Acara III. Pengamatan Tanah Dengan Indra
Sidik Cepat Penetapan Tekstur, Struktur dan Konsistensi Tanah di Laboratorium
Oleh:
RAHMADANI
E1J011010
LABORATORIUM ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
KONSISTENSI TANAHKONSISTENSI TANAH
A. Latar Belakang
Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan
tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya
gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antar partikel dan air)
dengan berbagai kelembaban tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan
kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah di atas kapasitas lapang (field capacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering
merupakan penetan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara
Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari (melekat atau tidak
melekat) atau mudah tidaknya membentuk bulatan dan kemampuannya mempertahankan
bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis). Dalam keadan lembab, tanah dibedakan kedalam
konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh (agak sulit dicangkul). Dalam keadaan
kering , tanah dibedakan ke dalam konsistensi lunak sampai keras.
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui definsi kosistensi tanah
b. Untuk mengetahui macam-macam konsistensi tanah
c. Untuk mengetahui metode pengukuran konsistensi tanah
d. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi konsistensi
e. Untuk mengetahui faktor yang dipengaruhi konsistensi
Macam-macam Konsistensi Tanah
a. Konsistensi Basah
1 Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir
tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
(1) Tidak lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain
(2) Agak lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain
(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain
(4) Sangat lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain
2 Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi
4 kategori berikut:
(1) Tidak plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah
(2) Agak plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1
cm
(3) Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan
diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut
(4) Sangat plastis (Nilai 3): yaitu icirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan
diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut
b. Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai
berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah
mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir)
(2) Sangat gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas
(3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat
menghancurkan gumpalan tanah
(4) Teguh/Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan dperlukan tenaga agak kuat saat meremas
tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah
(5) Sangat teguh/kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali
saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tersebut
(6) Sangat teguh sekali (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah
meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu
agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut
c. Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6 kategori
sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak
melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur tanah)
(2) Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah
berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja atau mudah hancur
(3) Agak keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan
pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu
menghancurkan gumpalan tanah
(4) Keras (Nilai 3): yaitu dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin
sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya ekanan yang lebih kuat untuk
dapat menghancurkan gumpalan tanah
(5) Sangat keras (Nili 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk
dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan
dan sangat sulit untuk hancur
(6) Sangat keras sekali (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan di pelukannya tekanan yang sangat
besar sekali agar dapat menghancurkn gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa
hancur dengan menggunaka alat bantu (pemukul)
Metode Pengukuran Konsistensi
Metode pengukuran konsistensi tanah ada 2 yaitu:
a. Secara kualitatif
Metode pengukuran kuonsistensi tanah secara kualitatif yaitu penentuan ketahanan massa
tanah terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah
b. Secara kuantitatif
Metode pengukuran konsistensi tanah secara kuantitatif sering diistilahkan dengan angka
Atterberg.
LAPORAN PRAKTIKUMDASAR – DASAR ILMU TANAH
Acara 1Sidik cepat penetapan tekstur,struktur,dan konsistensi
tanah di laboratoriumAcara 2
Pengamatan morfologi profil,pengambilan contoh dan pembuatan preparat tanah
Disusun oleh :Nama : HENGKI HARIADI
NPM : E1D011056
LABORATORIUM ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU2012
BAB 1I.PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANGAcara 1
Sidik cepat penetapan tekstur,struktur,dan konsistensi tanah di laboratorium
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir,debu dan lempung. Pengelompokkan kelas tekstur dapat dibagi menjadi beberapa penggolongan,tergantung pada tujuannya. Struktur tanah adalah gumpalan dari partikel-partikel primer tanah yang terpisahkan dari gumpalan tanah yang lain oleh bidang-bidang lemah tanah.Dalam deskrifsi tanah,struktur tanah dinyatakan menurut bentuk,ukuran,dan kekuatannya. Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap gaya-gaya yang bekerja padanya untuk mengubah bentuk atau untuk memecah bongkahan.konsistensi tanah dapat diterapkan dalam keadaan basah,lembab dan kering.
Acara 2Pengamatan morfologi profil,pengambilan contoh dan pembuatan preparat
tanahProfil tanah merupakan penampang tegak tanah yang memperlihatkan
berbagai lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari sifat-sifat tanah secara cepat dilapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis dan klasifikasi tanah. Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga biasanya dilakukan dengan bersamaan dan merupakan bagian pengamatan profil tanah. Evaluasi terhadap sifat-sifat tanah ini kemudian dilanjutkan secara lebih rinci di laboratorium dengan menggunakan contoh tanah.Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada tujuan dan cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan untuk mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah maka disebut “contoh tanah satelit”. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut “contoh tanah komposit”. Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya analisis bila dibandingkan dengan pengambilan secara individu ( Peterson dan calvin, 1986 ).Adalagi contoh tanah yang diambil dengan pengambilan sampel (care) dan disebut dengan contoh tanah utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan sifat tanah disebut contoh tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di lapangan sedangkan contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak disebut contoh tanah terganggu. I.2 TUJUAN PRAKTIKUMAdapun tujuan dari kedua acara praktikum ini adalah : Acara 11.Menentukan kelas teksturdengan metode rasa perabaan dilaboratorium.2.Menentukan bentuk,ukuran dan kekuatan struktur tanah secara cepat.3.Menetapkan konsistensi tanah dalam keadaan basah,kering dan lebab.4.Melatih mahasiswa dalam penetapan tekstur,struktur dan konsistensi tanah sebelum terjun ke lapangan.
Acara 2 1.Untuk mempelajari sifat-sifat dari beberapa jenis tanah pada setiap lapisan atau horison.
2.Mengambil contoh tanah di lapangan untuk dianalisis di laboratoirum.
3.Menyiapkan contoh tanah sebelum dianalisis.
BAB IIII.1 TINJAUAN PUSTAKA
Penetapan kelas tekstur akan mengikuti bagian air,yaitu suatu metode yang dikembangkan oleh Notohadiprawiro(1985).Ada beberapa macam definisi tanah, menurut Joffe dan Marbut ( ahli ilmu tanah dari USA ), tanah adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam atau natural forces terhadap bahan-bahan alam (natural material ) dipermukaan bumi.Tanah tersusun atas : bahan mineral, udara dan air tanah. Susunan utama tanah berdasarkan volume dari jenis tanah dengan tekstur berlempung, berdebu dengan catatan tanaman dapat tumbuh dengan baik yaitu udara 25 %, air 25 %, mineral 45 % dan bahan organik 5%.Horison adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukkan tanah. Horison-horison yang menyusun profil tanah dari atas ke bawah adalah :a.Horison OHorison ini diketemukan pada tanah di dalam hutan yang belum terganggu dan merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan mineral. Horison ini terdiri dari horison O1 yang mana bentuk asli sisa-sisa tanaman masih dapat dibedakan dengan jelas dan O2 dimana sisa-sisa tanaman tidak dapat dibedakan dengan jelas.b.Horison AHorison ini merupakan horison yang berada di permukaan tanah yang terdiri atas campuran antara bahan organik dan bahan mineral dan merupakan horison pencucian atau eliviasi dari bahan-bahan seperti liat, asam-asam organik serta kation-kation terutama Ca, K, Na dan Mg.c.Horison CHorison ini merupakan lapisan bahan induk tanah yang telah mengalami pelapukan.Proses pelapukkan yang terjadi pada horison ini baru pada tahap pelapukan fisik dan belum mengalami perubahan secara kimiawi. Pengaruh mahluk hidup belum mencapai horison ini.d.Horison D atau RHorison merupakan sumber bahan penyusun tanah yang sangat menentukan sifat-sifat tanah yang terbentuk.
Tanah yang berkembang dengan berbagai proses tersebut memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Perbedaan itu meliputi : perbedaan sifat profil tanah seperti dan susunan horison, kedalaman solum tanah, kandungan bahan-bahan organik dan liat, Kandungan air dan sebagainya.Batas suatu horison dengan horison lain dalam suatu profil tanah dapat dilihat dengan jelas atau baur. Disamping itu bentuk topografi dan batas horison dapat rata, berombak. Tidak teratur dan terputus. Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, penyebab perbedaan warna pada umumnya karena perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah akan semakin gelap, warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna baku dalam buku “Munsell Soil Color Chart” dalam warna baku disusun oleh 3 variabel yaitu Hue, Value dan Chroma.Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah.Berdasarkan perbandingan butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur yaitu: Kasar terdiri dari pasir dan pasir berlempung Agak kasar terdiri dari lempung berpasir dan lempung berpasir halus. Sedang: lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung bedebu dan debu Agak halus: lempung liat, lempung liat berpasir, dan lempung liat berdebu. Halus: liat berpasir, liat berdebu dan liat.Untuk mengukur baisanya digunakan segitiga tekstur tanah. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir tanah. Gumpalan struktur terjadi karena butir-butir pasir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti bahan organik, oksidasi dan lain-lain. Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir tanah atau daya adhesi butir tanah dengan benda lain.Bulk density, menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori tanah. Pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah ( terisi oleh udara dan air ). Terbagi atas pori makro dan mikro. Cole merupakan sifat mengembang ( bila basah ) dan mengerut ( bila kering ). Nilai-Nematoda merupakan nilai untuk menunjukkan tingkat kematangan tanah. Sifat – sifat lain dari tanah yaitu keadaan batuan pada ( pan ), kedalaman efektif dan lereng.
BAB III
METODELOGI
III.1 Bahan dan alatAdapun bahan dan alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :parang, cangkul, meteran, pisau lapang, buku standar warna, daftar isian alat tulis, aquades, kantong plastik, ring sampel, lem, lebel, kertas koran, tampir atau nyiru, lumpang dan ayakan 2 dan 0,5 mm.
III.2 Metode dan cara kerjaMetode yang digunakan adalah terjun langsung ke lapang.Adapun cara kerja adalah:
1.Dipilih tempat yang sesuai untuk pembuatan profil,dibersihkan dari vegetasi yang menutupi permukaan.2.Dibuat lubang profil. Penampang pengamatan sebaiknya sebelah atas lereng sinar matahari.3.Pengamatan jangan dilakukan pada waktu hujan, disemprotkan bagian kering dengan aquades dan terkena Menentukan batas lapisan (horison ) dengan menusuk profil pada sisi pengamatan dengan pisau lapang dambil meremas gumpalan tanah ditangan kiri atau dengan cara memukul-mukul untuk mengetahui perbedaan bunyinya.4.Diperhatikan perbedaan warna, tekstur dan kepadatan lapisan kemudian diukur kedalaman masing-masing horison dari atas ke bawah.5.Digunakan kriteria penilaian kemudian diisi tabel isian di buku penuntun praktikum.6.Untuk pengambilan contoh tanah dilakukan dengan pisau lapang sebanyak 2 kg pada masing-masing horison dan dimasukkan ke dalam kantong plastik,diberi label dan keterangan lalu ikat dengan karet.7.Untuk pengambilan contoh tanah utuh dilakukan dengan bantuan ring sampel..Dimasukkan ring sampel pelan-pelan, ditekan dengan menggunakan papan datar lalu dikeluarkan. Masukkan ke dalam plastic dan diberi label.9.Untuk persiapan preparat, kita keringkan udara tanah terganggu diatas tanpir yang telah dialasi dengan koran. Bongkah tanah yang besar dikecilkan, sisa tumbuhan, akar dan batuan dipisahkan lalu tata dengan baik.10.Dikering dan di anginkan selama2-3hari.11.Setelah kering tanah ditumbuk dan diayak dengan ayakan. Tanah ini disimpan dalam kantong plastik yang telah diberi label, sisanya dalam kantong plastik dengan kode yang sama. Tanah ini digunakan untuk analisis berat jenis, kadar air, kering angin, tekstur dan DHL.12.Diambil contoh tanah secukupnya lalu diayak dengan ayakan. Disimpan dalam kantong plastik dan diberi label.Tanah ini digunakan untuk analisis bahan organik13.Disimpan tanah dalam ring sampel analisis bahan organik.Pengukuran tanah ini digunakan untuk konduktivitas hidrolika, tanah jenuh, berat volum dan kadarlengas.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil PengamatanAdapun hasil praktikum yang saya dapat adalah:• Lokasi Pengamatan : Samping TIP• Profil nomor : 1• Bahan induk : Tupa Masam• Tumbuhan : Hutan sekunder• Posisi tanah : Ideslope• Kelembaban : Lembab .• Kelerengan : 0 %• Drainase : Bururk• Tingkat erosi : Besar•Pemerian oleh : Senin, pukul 10 : 00IV.2 PembahasanPada pembahasan ini, dapat diuraikan dari hasil praktikum yang telah dilakukan dilokasi antara samping TIP bahwa horison O jeluknya 1 cm,warnanya very dark gray dan perakarannya 60%,horison A jeluknya 25 cm,berwarna weok red,perakarannya 50%,horison E jeluknya 45 cm,berwarna red ,perakaran 30 % dab pada horison B jeluknya 50 cm,berwarna red dan perakarannya 0%. Pada pemberian profil tanah yang dilakukan pada sabtu kemarin yang tidak memiliki perakaran yaitu pada horison B dan jeluk yang paling rendah pada horison O.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 kesimpulanKesimpulan dari pembahasan diatas adalah profil tanah disusun oleh lapisan-lapisan tanah atau lebih dikenal dengan horison-horison. Horison yang menyusun solum tanah adalah horison A ( A1, A2, A3 ) dan horison Bahan-bahan ( B1, B2, B3 ) serta ditambah dengan horison C dan horison Reaksi yang kedua horison ini tidak kami ketemukan dalam praktikum dan tanah terdiri dari hasil pelapukkan batuan yang bercampur dengan bahan organik.Proses perkembangan atau penyusunan tanah yang berbeda akan mengakibatkan perbedaansifat-sifat tanah pada suatu daerah. Sifat fisik tanah pada setiap lapisan / horison dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, porositas tanah, warna tanah, drainase tanah,Bulk density cole serta keadaan perakaran dan lingkungan.V.2 SaranSeharusnya mahasiswa ditunjuk satu persatu untuk melihat keadaan tanah dan membedakan antara horison tanah,agar mahasiswa lebih mengetahui horison – horison yang ada didalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA1. Abdula. 2006.Ilmu Tanah.Swadaya;Jakarta.
2. Hakim, Nurhayati, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
3. Harejowigeno, Sarwono. 1995. Ilmu Tanah. Cv. Akademika Pressindo. Jakarta.
4. Ilmu Tanah.Lab. Ilmu Tanah. Fakultas pertanian . Universitas Bengkulu. Bengkulu.
5. Soeparti, Goeswono. 1983. Sifat Dan Ciri Tanah. IPB. Bogor.
6. Tim pengasuh Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. 2002. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar.
catatankuSUNDAY, JUNE 17, 2012
Laporan Praktikum Ilmu Tanah
I. PENDAHULUAN
A. Latar BelakangAntara manusia dengan tanah terdapat saling ketergantungan satu sama
lain, kita tergantung dari tanah dan sebaliknya tanah-tanah yang baik dan subur
tergantung dari cara manusia menggunakan tanah tersebut. Dengan bertambah
majunya peradaban manusia dan sejalan dengan perkembangan pertanian yang
juga disertai perkembangan penduduk yang sangat pesat maka memaksa manusia
mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian
sebagai mata pencaharian misalnya adalah makin banyaknya tanah kritis yang
dulunya subur. Semuanya ini adalah tanah tanpa memperhatikan pedoman
pengolahan tanah maupun karena kesewenang-wenangan manusia terhadap tanah.
Kerusakan tanah yang terjadi diseluruh Indonesia terjadi seringkali karena
ulah manusia itu sendiri. Misalnya penebangan hutan yang menyebabkan terjadinya
erosi sehingga terjadi pengurangan unsure hara dalam tanah, karena telah terjadi
pelindian oleh air hujan yang tidak tertahan oleh tanaman, akibat vegetasi yang ada
telah habis dibabat. Sehingga kesuburan tanah hilang.
Dengan banyaknya permasalahan yang muncul, maka orang mulai
mengadakan suatu perbaikan kesuburan tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempelajari dan mengadakan penelitian tentang tanah secara lebih dekat sehingga
kita dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan tanah dan
kesuburan tanah yang meliputi faktor fisika, kimia dan biologi. Hubungan antara
faktor - faktor tersebut harus diperhatikan serta memperhatikan kaidah penggunaan
dan pengolahan tanah sehingga kelestarian tanah dapat terjaga.
1
Oleh karena itu, para mahasiswa fakultas pertanian mengikuti praktikum Ilmu Tanah untuk menambah pengetahuan tentang tanah dalam ilmu pedologi maupun edapologi. Dengan mempelajari tanah kita dapat menentukan jenis tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman serta dapat menanggulangi kerusakan tanah sehingga dapat dimanfaatkan untuk pertanian.
B. Tujuan PraktikumTujuan dari praktikum Ilmu Tanah pada semester ini adalah untuk :
1. Mengenal dan mengetahui morfologi dari suatu lahan.
2. Mengenal dan mengetahui profil tanah.
3. Menganalisa sifat fisika dan kimia tanah.
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu pada tanggal 12-
13November 2011 . Pada hari Sabtu praktikum pertama dilaksanakan di
Jumantonopada pukul 15.00 – 17.00 WIB. Praktikum kedua dilaksakan di dua
tempat pada hari Minggu, pertama di Jatikuwung pada pukul 07.00 – 09.00 WIB,
kedua dilaksanakan di kampus FP UNS pada pukul 10.00 – 11.00 WIB.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencandraan Bentang Lahan
Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun
dari bahan-bahan mineral sebagai hasil alam tanaman dan hewan, yang mampu
menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat tertentu akibat pengaruh iklim dan jasad
hidup yang bertindak sebagai atau terhadap batuan induk dalam keadaan wilayah
tertentu selama jangka waktu tertentu (Anonim, 2007).
Tanah merupakan suatu tubuh alam yang mempunyai arti kedalaman dan
daerah permukaan sebagai hasil dari gaya desdruktif dan sintetik seperti pelapukan
dan perapuhan mikribia sisa organik, serta pembentukan mineral baru. Ada lima
faktor yang menjadi pembentuk tanah yaitu iklim, kehidupan, bahan induk, topografi,
dan waktu. Dari kelima itu, yang berpengaruh paling besar adalah iklim. Sehingga
proses pembentukan tanah sering disebut weathering (Buckman dan Brady, 1982).
Erosi adalah pengikisan / kelonggaran atau merupakan proses
penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang
berlangsung secara alamiah atau sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia.
Sehubungan dengan itu, maka kita akan mengenal normal atau geologikal erosion
dan acceleration erosion (Kartosapoetro, 1991).
3
Tanah Alfisol memiliki struktur tanah yang liat. Liat yang tertimbun di horizon bawah ini berasal dari horizon diatasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol digambar adanya perubahan tekstur yang sangat jelas dalam jarak vertikal yang sangat pendek yang dikenal Taksonomi Tanah (USDA, 1985) sebagai Abrupat Tekstural Chage (perubahan tekstur yang sangat ekstrim). (Buchman dan Brady, 1982). Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi.Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis (Anonim, 2010).
Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang
tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH
antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang
tinggi.Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan
mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan
kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan
iklim tropis dan subtropis (Munir, 1996).
Tanah Entisol merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk
pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan produktivitasnya
dengan jalan pemupukan. Sistem pertanian konvensional selama ini menggunakan
pupuk kimia dan pestisida yang makin tinggi takarannya. Peningkatan takaran ini
menyebabkan terakumulasinya hara yang berasal dari pupuk/pestisida di perairan
maupun air tanah, sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan.
Tanah sendiri juga akan mengalami kejenuhan dan kerusakan akibat masukan
teknologi tinggi tersebut. Atas latar belakang tersebut mulai dikembangkan sistem
pertanian organik yang dahulu telah lama dilakukan oleh nenek moyang
kita.Beberapa petani di Sleman dan Magelang telah melakukannya, sementara yang
lain belum tertarik karena belum mengetahui manfaatnya terutama terhadap
perbaikan sifat tanah (Anonim, 2010).
Erosi dari air dibagi menjadi empat kategori, yaitu : splas (cipratan), sheet
(permukaan), riil (alur) dan gully (parit). Erosi permukaan berhubungan dengan
pepindahan tanah yang sama dari permukaan suatu area pada lapisan yang tipis.
Untuk erosi permukaan brhubungan dengan suatu permukaan tanah yang lunak
(Foth, 1994).
Fisiografi adalah pencandraan tentang genesis tanah dan evolusi bentuk
wilayah. Bentuk wilayah diklasifikasikan atas dasar agensia pembentuknya, yaitu
fluvial, marine, lacustrin, eolin, biotika, glacial, orogen, dan vulkanisme atau bentuk
lisin yang terjadi dari kerja gabungan dua atau lebih agensia (Anonim, 2007).
Alfisol secara potensial termasuk tanah yang subur, meskipun bahaya erosi
perlu mendapat perhatian. Untuk peningkatan produksi masih diperlukan usaha-
usaha intensifikasi antara lain pemupukan dan pemeliharaan tanah serta tanaman
yang sebaik – baiknya (Anonim, 2003).
Proses pelapukan adalah berubahnya bahan penyusun tanah dari bahan
pemyusun batuan. Sedangkan proses perkembangan tanah adalah terbentuknya
lapisan tanah yang menjadi ciri, sifat dan kemampuan khas masing-masing jenis
tanah. Proses pelapukan mengandung arti geologis destruktif dan proses
perkembangan tanah mengandung arti pedologis kreatif. Contoh proses pelapukan
adalah hancuran batuan secara fisik dan proses berubahnya felspat menjadi
lempung kimia. Contoh proses perkembangan tanah adalah terbentuknya horison
tanah, latosolisasi, podsolisasi, dan lainnya (Darmawijaya, 1990).
B. Penyidikan Profil Tanah Profil tanah adalah urutan susunan horison yang tampak dalam anatomi
tubuh tanah. Profil tanah mempunyai tebal yang berlainan, mulai dari yang setipis
selaput sampai setebal 10 m. Pada umumnya tanah makin tipis makin mendekati
kutub dan makin tebal makin mendekati khatulistiwa (Darmawijaya, 1990).
Profil tanah itu merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang
dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran panjang dan lebar tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keperluan genesa tanah. Pembuatan
profil tanah dapat mencapai kedalaman sekitar 3-3,5 meter. (Anonim,2006).
Profil tanah yang diamati, ciri-cirinya harus memenuhi syarat-syarat : tegak
(vertikal), baru artinya belum terpengaruh keadaan luar, dan juga tidak
memantulkan cahaya (profil tanah pada waktu pengamatan tidak langsung terkena
cahaya matahari). Pengamatan dimulai dengan pengukuran dalamnya dari batas-
batas horizon yang dapat diketahui. Batas horizon tidak selalu lurus. Oleh karena itu
diamati pula jelas tidaknya dan bentuk topografi (Darmawijaya, 1990).
C. Sifat Fisika TanahTekstur tanah dibagi menjadi 3 golongan yaitu pasir, debu dan liat. Pasir
merupakan partikel terbesar dengan ukuran 2-0,063 mm,debu 0,063-0,002 mm dan
liat <0,002 mm. Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap tanaman terjadi
secara langsung. Struktur tanah yang remah pada umumnya menghasilkan laju
pertumbuhan tanaman dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi (Anonim,
2006).
Konsistensi adalah ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau
perpecahan. Keadaan ini ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi, padahal struktur
menentukan bentuk, ukuran dan agregat alami tanah tertentu. Konsistensi tetap
menentukan kekuatan keadaan alami gaya-gaya diantara partikel. Konsistensi
penting untuk dipertimbangkan dalam pengolahan tanah untuk kepentingan lalu
lintas. Bukit pasir menghambat sifat kohesi dan adhesi. Konsistensi tetap penting
dalam pengolahan tanah (Foth, 1991).
Horison tanah digambarkan dalam profil, secara vertikal dan berhubungan
satu sama lain. Kadang-kadang batas dua horison sangat jelas dan dapat dikenali
dengan sangat baik, sehingga tidak menimbulkan keraguan dan salah paham
(Abdullah, 1993).
Suhu yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu rendah merupakan faktor
pembatas dibeberapa daerah tropika tertentu. Pemecahannya biasanya adalah
dengan memberi mulsa dengan berbagai bahan, tergantung apakah suhu itu harus
dinaikkan atau ditunkan. Pada tanah yang baru dibuka untuk pertanian, pengaturan
suhu tanah dengan menggunakan mulsa jerami. Sebenarnya pemulsaan juga
mengurangi pemakaian air dan mengurangi kebutuhan untuk pengendalian gulma
dan sering meningkatkan hasil (Sanchez, 1992).
D. Sifat Kimia Tanah
Perilaku kimawi tanah didefiniskan sebagai keseluruhan reaksi fisika-kimia
yang berlangsung antar-penyusun tanah serta antara penyusun tanah dan bahan
yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk ataupun pembenah tanah
lainnya (Blt & Bruggenwert, 1978).
Penentuan pH tanah adalah salah satu uji paling penting dapat digunakan
untu mendiagnosis masalah pertumbuhan tanaman. Apabila pH tanahnya 5,5 atau
kurang maka penyakit tanaman itu mungkin tidak disebabkan defisiensi besi.
Karena senyawa-senyawa besi mudah larut dalam keadaan asam (Foth, 1994).
pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara
konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan
tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya
bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah
menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman
makanan ternak, bahkan berpengaruh pula pada kualitas hijauan makanan ternak.
PH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman makanana ternak
adalah antara 5,6-6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5.6 pada umumnya
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur
hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada
umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik
merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan
tanaman menjadiaa terhambat. (Anonim, 2005 ).
E. Lengas Tanah
Lengas tanah adalah air yang terikat oleh berbagai gaya, misalnya gaya ikat
matrik, osmosis dan kapiler. Gaya ikat matrik berasal dari tarikan antar partikel
tanah dan meningkat sesuai dengan peningkatan permukaan jenis partikel tanah
dan kerapatan muatan elektrostatik partikel tanah. Gaya osmosis dipengaruhi oleh
zat terlarut dalam air maka meningkat dengan semakin pekatnya larutan. Gaya
kapiler dibangkitkan oleh pori‐pori tanah berkaitan dengan tegangan permukaan
(Anonim, 2009)
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air(moisture) yang
terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat
berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah,
secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam
bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air tanah(soil water) yaitu air dalam
bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air, (c) air tanah dalam (ground
water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian dalam
(Handayani, 2009).
Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang
berhubungan dengan tekanan air. Status energi bebas (tekanan) lengas tanah
dipengaruhi oleh perilaku dan keberadaannya oleh tanaman. Lengas tanah
dipengaruhi oleh keberadaan gravitasi dan tekanan osmosis apabila tanah
dilakukan pemupukan dengan konsentrasi tinggi (Bridges, 1979).
Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika
tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi air. Dalam keadaan
ini jumlah tanah yang disimpan didalam tanah merupakan jumlah air maksimum
disebut kapasitas penyimpanan air maksimum. Selanjutnya jika tanah dibiarkan
mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian
lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh (Hillel,1983).
Di dalam tanah air dapat bertahan tetap berada di dalam ruang pori karena
adanya berbagai gaya yang yang bekerja pada air tersebut. Untuk dapat mengambil
air dari rongga pori tanah diperlukan gaya atau energi yang diperlukan untuk
melawan energi yang menahan air. Gaya – gaya yang menahan air hingga bertahan
dalam rongga pori berasal dari absorbsi molekul air oleh padatan tanah, gaya tarik
menarik antara molekul air, adanya larutan garam dan gaya kapiler (Yong et
al.,1975).
F. pH TanahpH tanah atau kemasaman tanah atau reaksi tanah menunjukkan sifat
kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. Makin
tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah
selain ion H+ dan ion-ion lain terdapat juga ion hidroksida (OH-), yang jumlahnya
berbanding terbalik dengan banyaknya ion H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion
H+ lebih tinggi dibandingakan dengan jumlah ion OH-, sedangkan pada tanah
alkalis kandungan ion OH- lebih banyak dari ion H+. Jika ion H+ dan ion OH- sama
banyak di dalam tanah atau seimbang, maka tanah bereaksi netral (Anonim, 2011)
pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah
mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P)
dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang,
dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas
5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain
Pospor akan tersedia bagi tanaman pada Ph antara 6,0 hingga 7,0. Beberapa
bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer
menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup di dalam
nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara baik
bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanah dengan
kisaran pH yang sesuai (Anonim, 2007)
Tingkat pH tanah yang merugikan pertumbuhan tanaman dapat terjadi secara
alami di beberapa wilayah, dan secara non alami terjadi dengan adanya hujan
asamdan kontaminasi tanah. Peran pH tanah adalah untuk mengendalikan
tanah, dan bahan organik. Pengamatan struktur tanah di lapang meliputi : tipe
struktur, kelas struktur, dan derajat struktur. Dari pengamatan didapatkan pada
Horison A dengan tipe gumpal menmbulat, ukurannya sangat halus, dan derajad
kekerasannya medium. Pada Horison B dengan tipe gumpal membulat,
ukurannya sangat halus, dan derajad kekerasannya medum. Pada
HorisonC1 dengan tipe gumpal membulat, ukurannya sangat halus, dan derajad
kekerasannya kuat. Pada Horison C2 dengan tipe gumpal membulat, ukurannya
sangat halus dan derajad kekerasannya kuat. Struktur tanah yang dikehendaki
tanaman adalah struktur remah karena perbandingan bahan padat dan ruang pori
kurang lebih seimbang.
Konsistensi adalah derajat kohesi dan adesi partikel tanah dan resistensi
terhadap perubahan bentuk. Penentuan konsistensi tanah dapat dililakukan pada
keadaan tanah basah, tanah lembap, dan tanah kering. Tekanan yang dilakukan
dengan cara memeras, memijit, dan atau memirit tanah dalam keadaan yang
sebenarnya di lapangan. Dari pengamatan dapat diketahui lahan dalam kondisi
lembab dan pada keempat horison memiliki konsistensi lunak. Konsistensi Pada
keadaan lembap merupakan struktur yang baik dan pengolahannya mudah.
Warna tanah merupakan salah satu sifat tanah yang mudah di lihat dan dapat
menunjukkan sifat-sifat tanahnya. Warna tanah bersifat tidak murni karena
merupakan warna gabungan dari komponen penyusun tanah. Faktor yang
mempengaruhi warna tanah antara lain : kadar lengas & tingkat pengatusan, kadar
bahan organik, dan kadar dan mutu mineral. Warna tanah secara langsung dapat
dipakai untuk menksir tingkat pelapukan, menilai kandungan bahan organik, menilai
keadaan drainase, melihat adanya horison pencucian dan horison pengendapan,
dan menaksir banyaknya kandungan mineral. Penetapan warna tanah
denganMunsell Soil Color Charts (MSCC), di mana terdapat tiga satuan yaitu hue
(menunjukkan warna utama tanah), value (menunjukkan derajat terangnya warna),
dan chroma (menunjukkan warna atau perubahan kemurnian warna dari kelabu
netral atau putih ). Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil yaitu pada
horison A 2,5 YR 3/2, pada horison B 10 YR 3/2, pada horison C1 5 YR 5/2 ,dan
pada horison C2 5 YR 6/3. Warna tanah semakin ke dalam semakin terang ini di
karenakan bahan organiksemakin ke dalam semakin berkurang.
d. Sifat Kimia Tanah
pH tanah merupakan indikator reaksi yang terjadi di dalam tanah. Nilai pH
merupakan pembacaan lagaritma ion H+ atau OH- yang ditangkap oleh alat pengukur
dari hasil pelepasan fraksi-fraksi tanah ketika diberikan larutan tertentu. Dalam
pengamatan ini menggunakan dua larutan yaitu larutan air bebas ino atau aquades
(H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hai ini digunakan metode kaorimerti yaitu
menggunakan kertas pH atau pHstick yang di celupkan pada larutan tanah. Terlebih
dahulu contoh tanah dicampurkan dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah
dengan air sekitar 1:2,5. Kemudian digojog hingga homogen dan didiamkan
beberapa saat (sekitar 10 sampai 30 menit). pH stick dimasukkan ke dalam larutan
tetapi jangan sampai terkena endapan dari tanah (hanya dibasahi dengan airnya).
Hal yang sama juga dilakukan pada larutan KCl 1 N. Dari hasil pengamatan pH H2O
pada horisonA, B, C1 mengandung 6 , pada horisonC2 mengandung 5, dan pH KCl
dari horisonA, B adalah 6, sedangkan pada horisonC1 dan C2 adalah 5.
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah karena
bahan organic merupakan sumber sekaligus sebagai peyangga dari kesuburan
tanah. Penentuan jumlah bahan organik secara kualitatif yaitu dengan mengamati
banyaknya buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi H2O2 10 %. Dari
pengamatan diperoleh data bahwa pada hr 0 memiliki kandungan bahan organic
yang banyak, horizon A memiliki kandungan bahan organik banyak, dan pada
horizon B memiliki kandungan bahan organik sedikit, sedangkan pada horison
C1 dan C2 memiliki kandungan bahan organik sangat sedikit.
Selain kadar bahan organik tanah yang dapat diindikasikan sebagai tingkat
kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga dianalisis sebagai indikasi tingkat
kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh
kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat tanah,
pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan dengan
kegiatan biologi dalam tanah. Penentuan kadar kapur secara kualitatif yaitu dengan
mengamati buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi HCl 10 %. Apabila tanah
mengandung kapur maka akan terjadi pembuihan. Dari pengamatan diperoleh data
bahwa pada lapisan-lapisan tanah ini tidak terdapat kandungan kapurnya. Hal ini di
karenakan tanah ini berasal dari batuan alluvium tua.
e. Analisis Lengas Tanah
Tanah Vertisol merupakan tanah-tanah berwarna gelap dengan tekstur liat dan
menyebar luas di daerah beriklim tropis dan subtropis dengan curah hujan 1500 mm
pertahun. Tanah Vertisol memiliki sifat khusus yakni mempunyai sifat vertik, hal ini
disebabkan terdapat mineral liat tipe 2:1 yang relatif. Karena itu dapat mengkerut
(Shrinking) jika kering dan mengembang (Swelling) jika jenuh air.
Vertisol di Indonesia terbentuk pada tempat-tempat yang berketinggian tidak
lebih dari 300 meter di atas permukaan laut, temperature tahunan rata-rata 250 C
dengan curah hujan kurang dari 1500 mm/tahun. Vertisol memiliki potensi cukup
baik, akan tetapi yang menjadi kendala adalah dalam hal pengolahan tanahnya
yang relatif cukup sulit, bersifat sangat lekat bila basah dan sangat keras bila dalam
keadaan kering.
Dari percobaan lengas tanah kering angin didapat kadar lengas rata-rata
sebesar 9,47% pada sampel tanah ukuran 0,5mm, pada sampel tanah ukuran 2mm
didapat rata-rata lengas tanah kering angin sebesar 12,14% dan pada sampel
bongkah sebesar 3,3%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung
pada tanah vertisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas
yang terkandung 44,44%dan 49,71% pada sampel tanah ukuran 2mm, ini
menunjukan kadar lengas yang terkandung banyak, sedangkan pada lengas
maksimum terkandung kadar lengas sebesar 61,54% dan pada batas berubah
warna kurang lebih 76,17% dan 59,39%.
f. Analisis pH Tanah
pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah, sedangkan
kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi, ditambah H+ tidak
terdisosiasi di dalam sisterm tanah.
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan airbebas ion atau
aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan menggunakan
indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang telah dicampur
dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga
homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan
sampai terkena endapannya.
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual)
dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion
H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion
H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi
H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun
atau rendah. Pada tanah vertisol kering angin diperoleh pH H2O sebesar 7,192. Dan
pH KCl 6,4.
VI. KOMPERHENSIF
A. Jumantono
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan di Jumantono, terdapat sifat –
sifat yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Melalui diskripsi
lingkungan, fisiografi lahan di daerah ini trjadi akibat adanya proses vulkanisme dari
Gunung Lawu kala itu dan dalam waktu yang lama membentuk bahan induk tanah
vulkan pada daerah yang miringyang kemudian diolah manusia menjadi hampir
datar, dengan ketinggian tempat 188 m dpl.
Kesuburan tanah sangat menetukan adanya vegetasi yang dapat bertahan pada
suatu jenis tanah. Pada profil tanah yang diamati, kesuburan fisik tanahnya adalah
baik yang ditandai oleh struktur dan tekstur tanahnya yang memungkinkan
terciptanya aerasi dan drainase sedang. Tingkat kesuburan kimia pada tanah ini
juga baik, yang ditandai dengan pH yang cukup asam sehingga memungkinkan
adanya mikrobia yang dapat bertahan hidup untuk melakukan proses kimia yang
akan menghasilkan senyawa – senyawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Dari
tingkat kesuburan fisik dan kimia yang baik akan menghasilkan kesuburan biologi
yang baik pula, yaitu adanya kegiatan mikrobia yang melakukan proses
dekomposisi bahan – bahan kimia yang nantinya sangat bermanfaat bagi tumbuhan.
63
Profil tanah diketahi bahwa tanah tempat praktikum mengalami erosi bentuk tingkat permukaan bebas dengan kata lain tidak terjadi erosi. Bentuk ini menyebabkan tanah tahan erosi, banjir dan genangan. Dari hasil pengamatan fisika tanah, pada profil tanah tiap lapisan memiliki unsur tekstur yang berbeda – beda. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif tiga golongan dasar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi lempung, debu dan pasiran. Secara garis besar tekstur tanah yang ada di daerah Jumantono ini adalah lempung. Tekstur tanah memiliki kaitan erat dengan struktur tanah dan konsistensi tanah, sehingga berguna untuk menentukan cara pengolahan tanah yang efisien dan penetrasi tanaman serta air udara di lapisan bawah tanah. Tekstur tanah juga dapat digunakan untuk mengetahui ketersediaan air dan unsur hara dalam tanah.
Warna tanah merupakan sifat fisika tanah yang dapat digunakan untuk
mengetahui sifat kimianya. Hal ini berkaitan pula dengan kandungan bahan organik
(BO). Warna tanah yang gelap memiliki kandungan BO yang tinggi. Sebaliknya
warna tanah yang cerah memiliki kandungan BO yang rendah. Selain itu warna
tanah dapat digunakan sebagai penunjuk batas lapisan tanah pada profil. Warna
tanah juga menunjukan adanya bahan kasar pada tanah yang memberikan warna
lain.
Konsentrasi atau bercak merupakan keadaan warna tanah yang lebih gelap
dibandingkan dengan sekitarnya secara vertikal. Bercak tanah merupakan
gabungan dari konkresi tanah, di mana konkresi merupakan pencucian basa – basa
mineral oleh air hujan yang terjadi di dalam tanah. Pada kedalaman tertentu, bercak
ini merugikan tanaman, misalnya jika bercak banyak terdapat pada lapisan yang
banyak mengandung BO tinggi dimana banyak perakaran pada daerah itu, maka
tanaman lama kelamaan tidak daat bertahan karena kondisi basa pada bercak
tersebut tidak memungkinkan adanya kegiatan mikrobia yang menghasilkan
senyawa senyawa penting bagi tanaman. Pada lokasi ini yang timbul adalah bercak
bermangan (Mn).
Secara tidak langsung aerasi dan drainase tanah dipengaruhi oleh tekstur dan
struktur tanah. Jika tanah padat maka aerasi dan drainasenya juga buruk. Begitu
pula sebaliknya. aerasi dan drainase menentukan kadar pH dalam tanah. Jika
aerasi dan drainse baik, tanah cenderung asam.
B. Kampus Fakultas Pertanian UNS
Tanah di wilayah kampus fakultas pertanian UNS termasuk dalam kategori
tanah entisol yang proses pembentukan tanahnya berupa proses pelapukan bahan
organik dan bahan mineral di permukaan tanah, dan pembentukan struktur
tanahnya karena pengaruh bahan organik tersebut (sebagai perekat).
Hasil pengamatan menunjukkan pH tanah yang diperoleh baik menggunakan
indikator H2O maupun KCl antara 5 sampai 6. Ini menandakan bahwa tanah
tersebut bersifat masan yang mendekati netral sehingga vegetasi dapat tumbuh
dengan subur.
Pada tanah tersebut, semakin kecil ukuran partikel pada tingkat suspensinya
akan memiliki ukuran partikel yang bervariasi dari yang halus sampai kasar. Hal
tersebut sesuai yang terlihat pada hasil pengamatan pada struktur tanah yang
memiliki tipe, ukuran dan derajad yang bervariasi. Tanah entisol yang mempunyai
tekstur halus, berkadar bahan organic dan nitrogen lebih rendah daripada tanah
yang bertekstur sangat halus, seperti pada hasil pengamatan. Hal tersebut
disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih
baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah bahan organik
kurang dari tanah yang lebih halus.
Tingginya kandungan bahan organik ditunjukkan oleh warna tanah yang gelap
pada lokasi ini. Banyaknya kandungan bahan organik akan semakin meningkatkan
kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh pada banyaknya vegetasi yang
tumbuh, seperti terlihat pada wilayah ini. Hal itu berpengaruh pula untuk
meminimalisir terjadinya erosi. Sehingga pada lokasi ini yang terjadi hanya erosi
permukaan dengan tingkat yang rendah. Kandungan bahan organik terbanyak pada
lapisan teratas. Semakin ke dalam lapisan tanah, kandungan bahan organik
semakin sedikit yang berpengaruh pula terhadap aerasi drainase tanah yaitu
semakin ke dalam aerasi drainase semakin buruk seperti terlihat pada hasil
pengamatan. Hal lain yang berpengaruh terhadap aerasi drainase adalah struktur
tanah. Struktur tanah yang baik dimana perbandingan antara bahan padat dan
ruang pori seimbang, Struktur tanah yang baik mendukung aerasi drainese yang
baik pula.
Konsistensi tanah dipengaruhi oleh tekstur dan strukturnya, pada horison tanah
terdalam konsistensinya sangat teguh. Adapun pentingnya mengetahui konsistensi
tanah adalah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi
akar tanaman di lapisan tanah bawahan.
C. Jatikuwung
Tanah di Jatikuwung termasuk dalam kategori tanah vertisol yang umumnya
mempunyai tekstur lempung. Pada vertisol variasi kandungan lempung dengan
kedalaman tanah berasal dari bahan induk.
Pada hasil pengamatan dapat diketahui warna tanah adalah gelap, yang terjadi
akibat pengaruh BO yang dikandungnya, terutama yang berkaitan dengan liat halus
dan akan tahan terhadap oksidasi H2O2. Vertisol mempunyai tekstur yang berat
sehingga mengalami kesukaran dalam hal pengolahan tanah. Hal ini disebabkan
karena kandungan mineral liat 2:1 yang dominan, sehingga pada saat kering tanah
menjadi sangat keras dan pada saat basah tanah menjadi lekat. Dalam pengukuran
pH pada tanah ini, diketahui bahwa pH tanah mendekati netral, baik menggunakan
indikator H2O maupun KCl diperoleh hasil yang sama. Dengan kemiringan lereng
sebesar -20% memungkinkan terjadinya erosi alur dengan tingkat rendah yang
berpengaruh terhadap aerasi drainase tanah, yaitu semakin dalam horison tanah,
aerasi drainase tanahnya semakin buruk.
Tingginya kandungan bahan organik ditunjukkan oleh warna tanah yang gelap
pada lokasi ini. Banyaknya kandungan bahan organik akan semakin meningkatkan
kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh pada banyaknya vegetasi yang
tumbuh, seperti terlihat pada wilayah ini. Semakin ke dalam lapisan tanah,
kandungan bahan organik semakin sedikit yang berpengaruh pula terhadap aerasi
drainase tanah yaitu semakin ke dalam aerasi drainase semakin buruk seperti
terlihat pada hasil pengamatan. Hal lain yang berpengaruh terhadap aerasi drainase
adalah struktur tanah. Struktur tanah yang baik dimana perbandingan antara bahan
padat dan ruang pori seimbang, Struktur tanah yang baik mendukung aerasi
drainese yang baik pula.
Dari hasil praktikum yang dilakukan pada ketiga lokasi, dapat diketahui adanya
perbedaan jenis tanah. Sehingga berpengaruh terhadap kesuburan tanah, sifat
fisika dan sifat kimianya. Sifat – sifat tersebut saling berhubungan satu dengan yang
lainnya.
Pada lokasi kampus, diketahui bahwa jenis tanah tersebut adalah tanah entisols
(menurut USDA), fluvisols (menurut FAO/UNESCO), dan alluvial (menurut
PPT).Tanah ini memiliki geologi bahan alluvium (QA) dengan berbahan induk dari
abu vulkan, pasir, pantai atau bahan sedimen. Berbeda halnya dengan jenis tanah
di lokasi kedua yaitu di Jumantono yang berjenis tanah alfisols (menurut USDA),
ferasols (menurut FAO/UNESCO), dan latosols (menurut PPT). Tanah ini memiliki
geologi Qvl yaitu, batuan gunung api Lawu. Alfisols secara potensial termasuk tanah
yang subur, meskipun bahaya erosi perlu mendapat perhatian. Untuk peningkatan
produksi masih diperlukan usaha-usaha intensifikasi antara lain pemupukan dan
pemeliharaan tanah serta tanaman yang sebaik-baiknya. Sedangkan untuk lokasi
ketiga yaitu wilayah Jatikuwung memiliki jenis tanah vertisols (menurut USDA),
vertisols (menurut FAO/UNESCO), dan grumusols (menurut PPT). Tanah ini
memiliki geologi Qvm yaitu, batuan gunung api Merapi. Vertisols secara potensial
termasuk tanah yang subur karena berkembang dari abu vulkanis, yaitu dari gunung
Merapi.
Dari perbedaan jenis tanah tersebut dapat diketahui bahwa sifat-sifat fisika dan
kimiannya pun berbeda-beda. Dari ketiga lokasi itu, Jatikuwung adalah lokasi yang
memiliki kemiringan lereng tertinggi. Sedangkan untuk lokasi tersubur adalah tanah
di wilayah Jumantono, karena merupakan tanah alfisols yang berbahan induk dari
batuan gunung api Lawu. Selain itu tanah di wilayah tersebut telah mengalami
campur tangan pengolahan manusia karena digunakan untuk lahan percobaan
sehingga berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisikanya. Seperti teksturnya yang
geluh (remah) pada semua horison, sangat subur untuk pertumbauhan tanaman.
Berbeda halnya dengan tanah kampus dan Jatikuwung yang rata-rata bertektur
lempung.
Selain itu hal lain yang membedakan adalah warna tanah pada masing-masing
lokasi yang berbeda-beda. Warna tanah ini berbeda karena pengaruh berbagai
faktor, seperti vegetasi tanaman, geologi dan erosi yang terjadi. Untuk konsistensi
berpengaruh pada perakaran yang meliputi jumlah dan ukurannya, semakin teguh
konsistensi, ukuran perakaran semakin kecil dengan jumlah semakin sedikit. Hal itu
terlihat pada hasil pengamatan di setiap lokasi.
Bahan organik yang terkandung pada masing-masing horison juga berpengaruh
terhadap kesuburan tanah tersebut. Bahan organik itu juga dipengaruhi pula oleh
geologi pembentuk tanah. Semakin banyak bahan organik maka tanah itu semakin
subur. Untuk kadar kemasaman pada masing-masing lokasi hampir sama yaitu
kurang dari 7, baik menggunakan indikator H2O maupun KCl.
Untuk tanah di wilayah Jatikuwung dapat mengalami pecah-pecah pada saat
kering dan mengembang di saat basah, sifat ini tidak terlihat pada tanah di lokasi
yang lain, baik kampus maupun Jumantono. Hal itu tidak lepas dari pengaruh
batuan pembentuk tanah tersebut.
Perbedaan-perbedaan yang terlihat pada masing-masing likasi ini, menunjukkan
adanya berbedaan pula pada sifat kimia dan fisikanya. Sehingga tingkat kesuburan
bagi pertumbuhan tanaman pun berbeda-beda pula.
V. KESIMPULAN
1. Lokasi I : Jumantono
a. Tanah di tempat praktikum Jumantono mempunyai jenis tanah alfisol dan agak
miring.
b. Tekstur tanah pada horison A1 lempung , horison A2 lempungan debuan,horison
B lempung debuan , horison C lempung.
c. Konsistensi tanah pada horison A1 sangat gembur, horison A2 gembur,horison B
teguh, horison C sangat teguh.
d. Kemasaman tanah pada profil yang diamati
a. pH H2O
Pada horison A1 pH tanah 4-5, pada lapisan A2, B dan C mempunyai pH yang
sama yaitu 5.
b. pH KCl
Pada semua horison memiliki pH KCl yang sama yaitu 6.
2. Lokasi II : Kampus FP
a. Tanah di tempat praktikum Kampus FP mempunyai jenis tanah entisol dengan
relief hampir datar.
b. Tekstur tanah pada lapsan 1 geluh lempung pasiran, lapisan 2 lempung
pasiran, dan lapisan 3 lempung pasiran.
c. Struktur tanah pada lapisan 1 dan 2 gumpal menyudut dan lapisan 3 gumpal
membulat.
d. Kemasaman tanah pada profil yang diamati
a) pH H2O
Pada lapisan 1 pH tanah 5, pada lapisan 2 pH tanah 5, pada lapisan 3 pH
tanah 5.
b) pH KCl
Pada lapisan 1 pH tanah 6, pada lapisan 2 pH tanah 5, pada lapisan 3 pH
tanah 5.
69
3. Lokasi III : Jatikuwung
a. Tanah di tempat praktikum Jatikuwung mempunyai jenis tanah vertisol
dengan relief agak curam.
b. Kemasaman tanah pada profil yang diamati
a) pH H2O
Pada horison A pH tanah 6, pada horison B pH tanah 6, pada horison C1 pH
tanah 6, pada horison C2 pH tanah 5.
b) pH KCl
Pada horison A pH tanah 6, pada horison B pH tanah 6, pada horison C1 pH
tanah 5, pada horison C2 pH tanah 5. Tidak diketemukan kandungan kapur pada
tanah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas
_______. 2005. Kimia Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_tanah. Diakses tanggal 29
November 2011.
_______. 2006. Fisika Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika_tanah. Diakses tanggal
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Label: ilmu tanah, iltan, laporan ilmu tanah, laporan praktikum ilmu tanah, praktikum ilmu tanah, praktikum iltan
2 comments:
1.
Darmawan Saputra June 17, 2012 at 3:12 PM
Terima kasih atas artikelnya.o iya selama saya jelajah mencari ilmu tentang blogging, menurut saya anda memiliki kelebihan tersendiri dari situs-situs lain dan jujur potensi anda juga sangat bagus, banyak juga ilmu yang saya pelajari disini jika ada waktu saya akan berkunjung lagi.