LAPORAN PRAKTIKUM SHAMPO MOBIL ATAU MOTOROLEHKELOMPOK VIKELAS
AJhon Alperdo H.S.( 1207136350 )Lukman Arifin( 1207121229
)Rahmawati( 1207121230 )Zubaidah( 1207112157 )JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAUPEKANBARU2013LEMBAR PENGESAHAN
DOSEN PEMBIMBINGLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIKLaporan ini telah
diperiksa dan dinilai oleh dosen pembimbingPraktikum Kimia
OrganikDisusun oleh:Jhon Alperdo H.S.( 1207136350 )Lukman Arifin(
1207121229 )Rahmawati( 1207121230 )Zubaidah( 1207112157 )Pekanbaru,
8 Maret 2013Menyetujui Asisten Dosen Pembimbing Randi Farlindo
Drs. Irdoni, HS. MSNIM : 0907135984
NIP : 195704151986091001ABSTRAKShampo motor atau mobil adalah
suatu detergen yang sebagian besar bahannya terdiri dari surfaktan,
yaitu suatu molekul senyawa yang memiliki gugus hidrofilik dan
gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri
dari air dan minyak, sehingga dapat mengangkat kotoran yang
menempel pada bodi kendaraan. Seiring dengan pertumbuhan jumlah
kendaraan bermotor, maka jumlah permintaan shampo untuk kendaraan
bermotor juga meningkat. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini
praktikan akan membuat shampo motor dengan menggunakan surfaktan
LABSNa 54 gr, SLS sebagai pemberi busa 15 gr dan NaOH 35%, serta
pewarna dan parfum sebagai bahan aditif. Densitas shampo yang
diperoleh adalah sebesar 0,5645 gr/ml, sedangkan kit 0,5661 gr/ml.
Pada uji aplikasi, shampo dapat melewati batas air dan minyak
selama 19,54 detik, sedangkan kit selama 25,4 detik. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa shampo hasil percobaan dapat
mengikat lemak lebih cepat dibandingkan dengan kit. Hal ini
dibuktikan dari waktu yang diperlukan shampo yang lebih cepat untuk
mengikat dan melarutkan minyak dalam air daripada kit. Viskositas
shampo yang diperoleh adalah sebesar 10,6 sekon/ml, sedangkan kit
9,5 sekon/ml. Viskositas suatu zat dipengaruhi oleh berat molekul
zat tersebut. Semakin berat molekul suatu zat, maka ikatan antar
molekulnya juga semakin rapat dan kuat. Sehingga viskositas pada
umumnya nilainya berbanding terbalik dengan densitas.
Kata kunci : densitas, detergen, shampo, surfaktan,
viskositasABSTRACTMotorcycle or car shampoo is a detergent that
most of the material is composed of surfactant, a molecules are
compounds that have hydrophilic and lipophilic moieties groups so
that they can unify a mixture of water and oil, so it can pick up
the dirt that clings to the body of the vehicle. Along with the
growth in the number of motor vehicles, then the amount of shampoo
for motor vehicle demand has also increased. Therefore, in
practical work, this time the praktikan will make shampoos motor by
using surfactant LABSNa 54 gr, SLS as the giver of the foam 15 gr
and NaOH 35%, as well as coloring and perfume additives as
ingredients. The density is obtained by shampoo 0,5645 gr/ml, while
the kit 0,5661 gr/ml. In the test application, shampoo can pass
through the water and oil during the second, whereas 19,54 kit for
25,4 seconds. From these data it can be concluded that shampoos can
bind fats experiment results faster compared to the kit. This is
evidenced from the time it takes the shampoo more quickly to bind
and dissolve oil in water from the kit. The viscosity of shampoo
which is obtained is amounting to 10,6 sekon/ml, while kit 9,5
sekon/ml. The viscosity of a substance are influenced by the
molecular weight of the substance. The molecular weight of a
substance, then the bonds between molecule is also increasingly
meeting and strong. So the viscosity value is generally inversely
proportional to the density.Key words: density, detergent, shampoo,
surfactan, viscosityBAB IPENDAHULUAN1.1.Latar BelakangPada saat ini
perkembangan mobil dan motor berkembang dengan sangat pesat dan
bahkan hampir semua masyarakat memilikinya. Dengan meningkatnya
perkembangan mobil dan motor ini menyebabkan munculnya kebutuhan
baru yaitu sebuah produk yang dapat di gunakan untuk
merawat/membersihkan mobil dan motor secara efektif dan efisien.
Karena bagaimanapun juga mobil/motor tersebut perlu di bersihkan
dari kotoran-kotoran yang melekat agar tampilan mobil/motor tetap
terlihat bagus. Dan tentunya bahan yang digunakan untuk mencucipun
tidak boleh sembarangan karena harus dapat melindungi cat
motor/mobil agar tidak cepat rusak. Dan kebanyakan digunakan shampo
mobil untuk pencucian (Amin, 2011).Dewasa ini shampo yang
menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan masyarakat dan
diganti dengan shampo yang terbuat dari bahan deterjen. Sehingga
saat ini jika orang berbicara mengenai shampo yang dimaksud adalah
shampo yang terbuat dari bahan deterjen (Anonim, 2009).Shampo yang
terbuat dari bahan deterjen lebih banyak digunakan karena memiliki
efektifitas pencucian yang lebih bagus. Hal ini dikarenakan
kandungan surfaktan dalam deterjen memiliki kemampuan untuk
menurunkan tegangan permukaan serta mampu mengikat dan membersihkan
kotoran. Surfaktan itu sendiri merupakan suatu senyawa aktif
penurun tegangan permukaan yang dapat diproduksi melalui sintesis
kimiawi maupun biokimiawi. Karakteristik utama surfaktan adalah
memiliki gugus polar dan non polar pada molekul yang sama (Anonim,
2009).1.2.Tujuan Pratikuma) Mempelajari cara pembuatan shampo motor
atau mobilb) Menentukan karakteristik shampo motor atau mobil dan
bagaimana kinerjanyaBAB IILANDASAN TEORI2.1.Shampo Motor atau
MobilShampo motor atau mobil adalah suatu detergen yang sekarang
sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan yang penting dalam
pembuatan shampo ini adalah surfaktan, yaitu LABS (Linier Alkyl
Benzene Sulfonat) atau kadang disebut juga Linier Alkyl Benzene
(LAS) dan surfaktan penunjang yaitu SLS (Sodium Lauryl Sulfonat).
Surfaktan(Surface Active Agents),zat yang dapat mengaktifkan
permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan
atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga
cenderung pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari
surfaktan. Molekul surfaktan mempunyai dua ujung yang terpisah,
yaitu ujung polar (hidrofilik) dan ujung non polar (hidrofobik) .
Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu
surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam
air teknologi pembuatan shampo motor atau mobil ini termasuk salah
satu teknologi tepat guna dalam pembuatannya. Karena dalam proses
pembuatannya tidak memerlukan alat yang canggih dan proses yang
rumit (Anonim, 2009).2.2.Detergen
Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis
yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan
produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara
lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh
oleh kesadahan air. Deterjen adalah surfaktan anionik dengan gugus
alkil (umumnya C9 C15) atau garam dari sulfonat atau sulfat
berantai panjang dari Natrium (RSO3- Na+ dan ROSO3-Na+) yang
berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin
dan olefin). Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:
1. Surfaktan (surface active agen)Zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe
(suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan
permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada
permukaan bahan. Surfaktant ini baik berupa anionic (Alkyl Benzene
Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein
Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), Non ionik (Nonyl phenol
polyethoxyle), Amfoterik (Acyl Ethylenediamines) 2. Builder
(Pembentuk)Zat yangberfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari
surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan
air. Baik berupa Phosphates (Sodium Tri Poly Phosphate/STPP),
Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra
Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit) dan Sitrat (asam sitrat). 3. Filler
(Pengisi)Bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat
memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh
: Sodium sulfate 4. Additives (Zat Tambahan)Bahan suplemen/
tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi,
pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan
langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih
untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium
chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang
telah dibawa oleh deterjent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan
cucian pada waktu mencuci (anti redeposisi). Wangi wangian atau
parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai
bahan pengikat.Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian,
namun kini meluas dalam bentuk produk-produk seperti:1. Personal
cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo,
sabun cuci tangan, dan lain-lain.2. Laundry, sebagai pencuci
pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer di
masyarakat.3. Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah
tangga baik untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.4.
Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih
lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal,
gelas.2.2.1.Klasifikasi Deterjena. Menurut kandungan gugus
aktifMenurut kandungan gugus aktifnya maka deterjen
diklasifikasikan sebagai berikut:1. Deterjen jenis kerasDeterjen
jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan
tersebut dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah
yang menyebabkan pencemaran air.Contoh: Alkil Benzena Sulfonat
(ABS).Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil
benzena dengan Belerang trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum.
Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai
Dodekil benzena maka persamaan reaksinya adalahC6H5C12H25 +
SO3C6H4
menghasilkan C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat)Reaksi
selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan
Natrium Dodekil Benzena Sulfonat. 2. Deterjen jenis lunakDeterjen
jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh
mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .Contoh:
Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).Proses pembuatan
(LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat
pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:C12H25OH +
H2SO4
menghasilkan C12H25OSO3H + H2OAsam Lauril Sulfat yang terjadi
dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium
Lauril Sulfat.b.Berdasarkan muatannya dibedakan menjadi :1.
Deterjen AnionDeterjen bermuatan negatif yang berasal dari gugus
alkil sulfat seperti alkil benzen sulfonat. 2. Deterjen
KationDeterjen bermuatan positif yang berasal dari gugus amonia.
Umumnya digunakan untuk germisida pada rumah sakit, sampo, dan
pembilas baju. 3. Deterjen NonionikDeterjen bermuatan netral,
umumnya dipakai untuk pencuci piring dan berbusa sedikit dibanding
dengan deterjen ionik lainnya. Mempunyai gugus polar yaitu gugus
alkohol dan ester serta non polar yaitu rantai hidrokarbon yang
panjang.2.3. SurfaktanKomponen yang paling penting dari sistem
deterjen adalah surfaktan. Sistem bahan pembersih pertamapada sabun
adalah surfaktan. Terbentuk dari lemak nabati maupun hewani
ditambah air dan alkali. Hal ini merupakan salah satu alasan
mengapa tahun 1940-an,sabun mulai diganti dengan sintetisdeterjen,
yaitu, kombinasi sintetis surfaktan, sebagian besar alkylbenzene
sulfonat (ABS), dan zat pembangun pentasodium tripolifosfat (STPP).
Faktor lingkungan menyebabkan penggantian ABS oleh alkylbenzene
linier sulfonat (LAS), dan penggantian STPP oleh zeolit, karena
pembangunnya lebih kompleks (Baileys, 1996).Surfaktan merupakan
suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang dapat
diproduksi melalui sintesis kimiawi maupun biokimiawi.
Karakteristik utama surfaktan adalah memiliki gugus polar dan non
polar pada molekul yang sama.Sifat aktif permukaan yang dimiliki
surfaktan diantaranya mampu menurunkan tegangan permukaan, tegangan
antarmuka dan meningkatkan kestabilan sistem emulsi. Tegangan
permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada permukaan
sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang
diperlukan untuk memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm2
dan dinyatakan dalam erg/cm2. Surface tension umumnya terjadi
antara gas dan cairan sedangkan Interface tension umumnya terjadi
antara cairan dan cairan lainnya atau kadang antara padat dan zat
lainnya (Anonim, 2009). Hal ini membuat surfaktan banyak digunakan
dalam berbagai industri, seperti industri sabun, deterjen, produk
kosmetika dan produk perawatan diri, farmasi, pangan, cat dan
pelapis, kertas, tekstil, pertambangan dan industri perminyakan
untuk Enhanced Oil Recovery (EOR). Surfaktan ini dapat berupa
anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene
Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik (Garam
Ammonium), Nonionic (Nonyl Phenol polyethoxyle), Amphoterik (acyl
ethylenediamines) (Elefani, 2008).Jika surfaktan dilarutkan dalam
satu fase pada campuran minyak dan air, sebagian surfaktan akan
berkonsentrasi pada permukaan antara minyak-air, dan pada
kesetimbangan energi bebas (disebut tegangan antar muka atau
permukaan) akan lebih rendah dari tidak adanya surfaktan. Energi
mekanik yang diberikan ke dalam sistem (misalnya, dengan mencampur)
berfungsi untuk membagi satu fasa, akan meningkatkan jumlah total
tegangan permukaan dan energi. Semakin rendah jumlah energi bebas
antarmuka per satuan luas, semakin besar jumlah luas antar muka
baru yang dapat dibuat dengan jumlah energi masuk yang diberikan .
Tahap yang terbagi lagi disebut fase terputus-putus, dan fase
lainnya adalah fase kontinyu (Baileys, 1996).Surfaktan memiliki
lipofilik (suka lemak) dan hidrofilik (suka air). Bagian lipofilik
dari surfaktan biasanya merupakan rantai-panjang asam lemak yang
diperoleh dari lemak atau minyak. Bagian hidrofilik adalah nonionik
(misalnya gliserol); anionik (bermuatan negatif, misalnya laktat),
atau amfoter, baik membawa muatan positif dan negatif (misalnya,
asam amino serin).Surfaktan yang berasal dari petrokimia,
didominasi oleh LAS, sebagian besar telah menggantikan komposisi
sabun. Namun demikian, surfaktan berbasis oleokimia masih berperan
penting dalam formulasi deterjen. Sabun itu sendiri umumnya hadir
sebagai komponen kecil untuk pengkontrol busa, mengurangi transfer
pewarna, dan bertindak sebagai kosurfaktan atau zat pembangun.
Selain LAS surfaktan dari petrokimia yang sering digunakan, adalah
alkohol etoksilat, ethoxysulfates alcohol, dan sulfat alkohol
primer, berasal dari alkohol rantai panjang yang dapat bersumber
dari petrochemically atau oleochemically. Surfaktan lain yang telah
digunakan di Jepang antara lain Metil Ester Sulfonat, alkyl
polyglycosides, dan glucamides telah banyak digunakan. Surfaktan
tersebut digunakan pada dasarnya sebagai pengganti anionik untuk
LAS (Baileys, 1996).Surfaktan, termasuk sabun, memiliki struktur
bipolar, terdiri dari baik hidrofobik (ekor) dan kelompok
hidrofilik (kepala). Sebagai hasil dari struktur bifunctional,
surfaktan memiliki banyak sifat fisik yang unik. Dalam larutan,
surfaktan berkonsentrasi sebagai monolayers di daerah antar muka
antara dua fase konstanta dielektrik yang berbeda atau polaritas.
Contoh daerah antarmuka adalah minyak dan air atau udara dan air.
Bagian hidrofilik preferentially solubilizes dalam fase polaritas
kutub atau lebih tinggi, sedangkan hidrofobikbagian secara istimewa
solubilizes dalam tahap polaritas nonpolar lebih rendah. Kehadiran
surfaktan pada antarmuka memberikan stabilitas di antarmuka dengan
menurunkan total energi pada permukaan (Baileys, 1996).Dengan
demikian, surfaktan memfasilitasi stabilisasi bercampur, biasanya
fase tidak bercampur, seperti minyak dalam air, dengan menurunkan
energi yang diperlukan untuk mempertahankan besar interfacial
wilayah yang terkait dengan pencampuran. Sebagai contoh, tanpa
adanya surfaktan, suatu dalam campuran minyak-air, biasa disebut
sebagai suatu emulsi, cepat memisahkan ke dua lapisan yang berbeda
untuk meminimalkan area permukaan atau kontak antara dua fase.
Kemampuan surfaktan untuk menurunkan ini energi antarmuka antara
minyak dan air memungkinkan untuk pembentukan dan stabilisasi
tetesan minyak yang lebih kecil dan akan tersebar di seluruh air.
Dalam hal ini, penurunan energi antarmuka mengakibatkan peningkatan
permukaan total luas pada sistem. Lain halnya dengan surfaktan yang
berkemampuan untuk membentuk agregat dalam larutan dan membentuk
komposit dengan berbagai struktur, seperti misel dan kristal cair,
sebagai fungsi dari konsentrasi dan suhu (Baileys, 1996).Surfaktan
dapat dikelompokkan beberapa macam :1. Menurut komposisi ekor (yang
dapat berupa) :a. Hidrokarbon rantai: hidrokarbon aromatik (arena),
alkana (alkil), alkena, sikloalkana, alkuna.b. Alkil eter rantai
Teretoksilasi surfaktan: polietilen oksida dimasukkan untuk
meningkatkan karakter hidrofilik dari surfaktan. -Propoxylated
surfaktan: polypropylene oksida dimasukkan untuk meningkatkan sifat
lipofilik dari surfaktan.c. Fluorocarbon rantai: fluorosurfactants
; siloxane rantai: surfaktan siloxane.2. Menurut Komposisi ekora.
IonikAnionik : berdasarkan anion permanen ( sulfat , sulfonat ,
fosfat ) atau anion tergantung pH ( karboksilat ) : i. Alkil
sulfat:amonium lauril sulfat , natrium lauril sulfat (SDS). ii.
Alkil eter sulfat: laureth natrium sulfat , juga dikenal sebagai
natrium lauril eter sulfat (SLES), myreth natrium sulfat. iii.
Sulfonat: Docusates : natrium dioktil sulfosuccinate,Sulfonat
fluorosurfactants: perfluorooctanesulfonate (PFOS). iv. Alkil
benzena sulfonat.b. Kationik, berdasarkan: i. pH-tergantung primer,
sekunder atau tersier amina : amina primer menjadi bermuatan
positif pada pH