Page 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu proyek
konstruksi sangat ditentukan oleh tiga faktor yaitu
biaya, mutu, waktu. Ketiga faktor ini harus berjalan
sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sehingga
tidak melampaui jumlah anggaran, waktu yang ditentukan
dan mutu yang sesuai dengan spesifikasi. Korelasi
ketiga faktor ini sangat erat satu sama lainnya.
Apabila anggaran berkurang dan mutu tetap
dipertahankan, maka waktu pelaksanaan cendrung
terlambat, begitu juga sebaliknya jika mempersingkat
waktu pelaksanaan maka biaya yang direncanakan akan
bertambah besar.
Pengendalian biaya dan waktu pada proyek konstruksi
merupakan hal yang wajib dilakukan dari awal proyek
sampai dengan berakhirnya proyek tersebut. Suatu proyek
konstruksi tidak akan bejalan seratus persen sesuai
dengan rencana, tapi dengan pengendalian biaya dan
waktu ini penyimpangan rencana proyek yang dapat
merugikan pihak kontraktor dapat diminimalkan. Salah
satu metode yang dapat digunakan untuk pengendalian
biaya dan waktu suatu proyek adalah Konsep Nilai Hasil
(earned value concept). Konsep ini dapat mengintegrasikan
aspek biaya dengan jadwal dan akan dihasilkan suatu
1
Page 2
hasil yang efektif dalam memantau dan mengendalikan
kegiatan proyek.
Proyek yang tidak berjalan sesuai dengan rencana
perlu diadakan penjadwalan ulang (rescheduling).
Penjadwalan ulang (rescheduling) tidak berarti harus
mempercepat pelaksanaan pekerjaan, tetapi
menyeimbangkan biaya, mutu, waktu agar berada dalam
koridor waktu dan biaya, mutu yang ditetapkan. Dalam
pelaksanaan Proyek STIKOM BALI terjadi kemajuan
pelaksanaan dalam penyelesaian pekerjaan. Kemajuan
kegiatan proyek ini dapat diketahui pada penyimpangan
grafik actual progrest dari plan progrest pada kurva S.
Kemajuan dari jadwal ini akan cenderung menyebabkan
bertambahnya biaya konstruksi bila pihak kontraktor
tidak melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap
kegiatan proyek.
Dari latar belakang diatas, maka kasus proyek STIKOM
BALI layak diangkat sebagai topik tugas akhir untuk
dibahas dan diberikan pemecahan masalahnya terhadap
penyimpangan jadwal yang terjadi dengan menggunakan
metode Konsep Nilai Hasil.
1.2Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana status aspek biaya dan waktu pada
pelaksanaan Proyek STIKOM BALI.
2
Page 3
2. Bagaimana pengendalian waktu dan biaya pada Proyek
STIKOM BALI.
3. Bagaimana dampak penyimpangan biaya dan waktu
pelaksanaan terhadap mutu pada Proyek STIKOM BALI.
1.3Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang dibahas maka yang menjadi
tujuan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Untuk mengetahui status aspek biaya dan waktu pada
Proyek STIKOM BALI.
2. Untuk melakukan pengendalian biaya dan waktu pada
Proyek STIKOM BALI.
3. Untuk mengetahui dampak penyimpangan biaya dan waktu
pelaksanaan terhadap mutu pada Proyek STIKOM BALI.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini
adalah:
1. Dapat lebih memahami dan melakukan evaluasi proyek
dengan menggunakan metode konsep nilai hasil (earned
value concept).
2. Dapat memperkirakan besarnya biaya dan waktu sampai
akhir proyek berdasarkan indikator pada saat
pelaporan serta dapat mengetahui status proyek pada
saat pelaporan.
3. Dapat melakukan tindakan pengendalian terhadap aspek
biaya dan waktu pada suatu proyek konstruksi.
3
Page 4
1.5 Batasan Penelitian
Adapun batasan penelitian dalam penulisan tugas
akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis pekerjaan yang ditinjau hanya pada pekerjaan
struktur atas (upper structure).
2. Pengendalian biaya dan waktu dari sudut pandang
kontraktor.
3. Biaya yang ditinjau adalah biaya langsung.
4. Analisis mutu sebatas pekerjaan kolom, balok dan
pelat precast.
5. Jika pelaksanaan tidak sesuai dengan jadwal:
- Dari segi waktu maka akan dilakukan penjadwalan
ulang (rescheduling).
- Dari segi biaya dan mutu akan dilakukan analisis
dan diberi saran penyelesaian.
4
Page 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Kegiatan proyek dapat didefinisikan sebagai suatu
kegiatan sementara yang berlangsung dalam waktu
terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan
dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriteria
mutunya telah digariskan dengan jelas, maka dapat
disimpulkan ciri-ciri pokok suatu proyek adalah sebagai
berikut (Soeharto, 1999):
1. Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu
berupa produk akhir atau hasil kerja akhir.
2. Dalam proses menunjukan lingkup diatas, ditentukan
jumlah biaya, jadwal serta kriteria mutu yang
dihasilkan.
3. Bersifat sementara, dalam arti waktu pelaksanaanya
dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir
ditentukan dengan jelas.
4. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas
kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.
Dalam proses mencapai hasil akhir kegiatan proyek
tersebut, telah ditentukan batasan-batasan yaitu besar
biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal, serta mutu
yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan
parameter penting bagi penyelenggara proyek yang sering
diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Ketiga batasan5
Page 6
diatas disebut tiga kendala (triple constraint) antara lain
(Soeharto, 1999):
1. Anggaran
Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak
melebihi anggaran. Untuk proyek-proyek yang
melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal
pengerjaan yang berlangsung bertahun-tahun, anggaran
tidak hanya ditentukan secara total proyek, tetapi
dipecah atas komponen-komponenya atau per periode
tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan
keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagian-
bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran
per periode.
2. Jadwal
Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu
dan tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil
akhir adalah produk baru, maka penyerahanya tidak
boleh melewati batas yang ditentukan.
3. Mutu
Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi
spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan.
Ketiga batasan tersebut diatas memiliki hubungan
yang sangat kuat kaitanya, jika ingin meningkatkan mutu
maka akan berakibat pada peningkatan biaya, sebaliknya
jika ingin menekan biaya maka harus diperhitungkan mutu
dan jadwal pelaksanaanya. Jadi proyek sewajibnya
dikerjakan dalam kurun waktu dan tanggal akhir yang
6
Page 7
telah ditentukan dengan biaya tidak melebihi anggaran
serta mutu yang telah disyaratkan. Untuk mencapai hal
tersebut diperlukan metode teknik yang paling baik
dalam pengelolaan proyek. Cara pengelolaan proyek
kemudian dinamakan manajemen proyek (Soeharto, 1999).
2.2 Manajemen Proyek
Definisi manajemen proyek menurut H. Koontz (1982)
adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin dan
mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang
lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan)
yang telah ditentukan. Dari definisi diatas terlihat
bahwa konsep manajemen proyek mengandung hal-hal pokok
sebagai berikut (Soeharto, 1999) :
1. Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan
fungsinya, yaitu merencanakan, mengorganisir,
memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan
yang berupa manusia, dana, dan material.
2. Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan
sasaran yang sudah digariskan secara spesifik. Untuk
itu diperlukan teknik dan metode pengelolaan khusus,
terutama bagi aspek perencanaan dan pengendalian.
Manajemen sangat berpengaruh pada semua perencanaan,
pelaksanaan pengendalian dan koordinasi pada suatu
proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek
untuk menjamin bahwa proyek dilaksanakan tepat waktu,
biaya, dan mutu. Agar pelaksanaan proyek dapat berhasil
7
Page 8
perlu diperhatikan faktor-faktor spesifik penting yang
disebut sebagai berikut (Dipohusodo, 1996) :
1. Tujuan, sasaran, harapan-harapan, dan strategi
proyek hendaknya dinyatakan secara jelas dan
terperinci sedemikian rupa sehingga dapat dipakai
untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap individu
dan satuan organisasi yang terlibat.
2. Diperlukan rencana kerja, jadwal, dan anggaran kerja
yang realistis.
3. Diperlukan kejelasan dan kesepakatan tentang peran
dan tanggung jawab diantara semua satuan organisasi
dan individu yang terlibat dalam proyek untuk
berbagai strata jabatan.
4. Diperlukan mekanisme untuk memonitor,
mengkoordinasikan, mengendalikan, dan mengawasi
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pada berbagai
strata organisasi.
5. Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan
dapat memberikan umpan balik bagi pihak manajemen.
Informasi umpan balik akan dimanfaatkan sebagai
pelajaran dan dipakai sebagai pedoman didalam upaya
peningkatan produktivitas proyek.
2.3Perencanaan Waktu Proyek
Jadwal suatu proyek merupakan alat yang dapat
menunjukan kapan berlangsungnya setiap kegiatan,
sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kegiatan-
8
Page 9
kegiatan maupun untuk mengendalikan pelaksanaan proyek
secara keseluruhan. Perencanaan proyek biasanya
menggunaan metode bagan balok (barchart) atau analisis
jaringan kerja (network planning). Ada beberapa metode
atau teknik penyusunan jadwal perencanaan proyek,
seperti:
2.3.1 Bar Chart
Diperkenalkan pada tahun 1990 oleh Henry L. Gantt
dan Frederick W. Taylor dan disebut dengan Gantt Chart
namun dalam perkembanganya dikenal dengan Bar Chart.
Metode ini disusun dengan maksud mengidentifikasikan
unsur waktu dan urutan dalam merencanakan kegiatan yang
terdiri dari waktu mulai, waktu penyelesaian dan pada
saat pelaporan (Soeharto, 1999).
Penggunaan Bar Chart seperti yang terlihat pada
gambar 2.1. Terdiri dari kolom (sumbu vertikal) dan
baris (sumbu horizontal). Kolom pertama berisi daftar
dan uraian pekerjaan dalam suatu proyek. Kolom
selanjutnya digunakan untuk tempat melukiskan balok
yang sesuai dengan durasi waktu yang diperlukan untuk
masing-masing pekerjaan. Pada pembuatan Bar Chart telah
diperhatikan urutan kegiatan, meskipun belum terlihat
hubungan ketergantungan pekerjaan antara satu dengan
lainya.
9
Page 10
Gambar 2.1 Tampilan Bar ChartSumber: Soeharto,1999
Keuntungan dari penggunaan Bar Chart adalah:
1. Bar Chart mudah dan cepat dipahami.
2. Dapat dibuat dengan cara manual sedangkan untuk
proyek dengan jenis pekerjaan yang banyak maka
diperlukan perangkat komputer.
3. Waktu awal dan waktu akhir dari masing-masing
kegiatan dapat dengan mudah dibaca.
4. Efektif dalam memantau kemajuan pelaksanaan
kegiatan.
5. Sangat baik dalam penyampaian informasi proyek.
Namun Bar Chart juga memiliki keterbatasan diantaranya:
1. Tidak menunjukan secara spesifik ketergantungan
antara satu kegiatan dengan yang lainya, sehingga
sulit mengetahui dampak yang diakibatkan oleh
keterlambatan suatu kegiatan terhadap jadwal
keseluruhan proyek.
10
Page 11
2. Sulit mengadakan perbaikan dan pembaharuan
(updating) karena umumnya harus membuat yang baru.
Jika tidak dilaksanakan perbaikan maka jadwal akan
menurun daya gunanya.
3. Untuk proyek berukuran sedang dan besar,
penggunaan Bar Chart akan mengalami kesulitan dalam
menyusun sedemikian besar jumlah kegiatan dan
memiliki keterkaitan sendiri antara mereka,
sehingga mengurangi penyajian secara sistematis.
2.3.2 Diagram Panah (Arrow Diagram)
Dalam menggambarkan Arrow Diagram ada tiga macam
symbol yang digunakan yaitu: anak panah (arrow),
lingkaran kecil (node), dan anak panah terputus-putus
(dummy).
1. Anak Panah (arrow)
Anak panah melambangkan kegiatan. Pada umumnya
nama kegiatan dicantumkan diatas anak panah dan
lama kegiatan dicantumkan dibawah anak panah.
2. Lingkaran (node)
Melambangkan peristiwa atau kejadian. Lingkaran
terbagi atas tiga ruang, yaitu: ruang sebelah kiri
merupakan tempat huruf yang menyatakan nomor
peristiwa, ruang sebelah kanan atas menunjukan
11
Page 12
nomor hari (untuk satuan hari) yang merupakan saat
paling awal (SPA) peristiwa yang mungkin terjadi.
Ruang sebelah kanan bawah menyatakan nomor hari
(untuk satuan hari) yang merupakan saat paling
lambat (SPL) dari kegiatan yang boleh terjadi.
3. Anak Panah Terputus-putus (dummy)
Anak Panah terputus-putus menyatakan kegiatan semu
atau disebut dummy activity. Fungsinya adalah untuk
menunjukan saling ketergantungan antara setiap
kegiatan. Dummy tidak mempunyai waktu pengerjaan
(zero time duration)
2.3.3 Diagram Precedence (Precedence Diagram Method =
PDM)
Kegiatan dalam PDM digambarkan dengan lambang
segiempat, karena letak kegiatan dibagian node sehingga
sering disebut Activity On Node (AON). Kelebihan PDM
dibandingkan dengan Arrow Diagram adalah (Wulfram,2004):
1. Tidak diperlukan kegiatan fiktif/dummy sehingga
pembuatan jaringan menjadi lebih sederhana.
2. Hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuat
tanpa menambah jumlah kegiatan.
Ruang dalam lingkaran dibagi menjadi kompartemen-
kompartemen kecil yang berisi keterangan spesifik dari
kegiatan dan peristiwa bersangkutan yang dinamakan
atribut. Pengaturan denah (layout) kompartemen, macam,
12
Page 13
dan jumlah atribut yang hendak dicantumkan bervariasi
sesuai keperluan dan keinginan pemakai, misal:
Gambar 2.2 Denah yang lasim pada node PDM
Sumber: Soeharto, 1999
a. Konstrain, Lead, dan Lag
Pada diagram Precedence hubungan antar kegiatan
berkembang menjadi beberapa kemungkinan berupa
konstrain. Konstrain menunjukan hubungan antar
kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke
node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat
menghubungkan dua lingkaran (node), karena setiap
lingkaran hanya memiliki dua ujung, yaitu ujung
awal atau mulai (S) dan ujung akhir atau selesai
(F). maka ada empat macam konstrain yaitu awal ke
awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF),
dan akhir ke awal (FS). Pada garis konstrain
dibubuhkan mengenai penjelasan waktu mendahului
(lead) atau terlambat tunda (lag). Bila kegiatan (i)
mendahului kegiatan (j) dan satuan waktu adalah
13
Page 14
hari, maka penjelasan lebih lanjut adalah sebagai
berikut:
1. Konstrain selesai ke mulai (FS)
Dirumuskan sebagai FS (i-j) = a yang berarti
kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang
mendahuluinya (i) selesai.
2. Konstrain mulai ke mulai (SS)
Dirumuskan sebagai SS (i-j) = b yang berarti
suatu kegiatan(j) mulai setelah b hari kegiatan
terdahulu (i) mulai. Konstrain semacam ini
terjadi bila sebelum kegiatan terdahulu selesai
100% maka kegitan (j) boleh mulai.
3. Konstrain selesai ke selesai (FF)
Dirumuskan sebagai FF (i-j) = c yang berarti
suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari
setelah kegiatan terdahulu (i) selesai.
Konstrain semacam ini mencegah kegiatan
terdahulu selesai 100%, sebelum kegiatan yang
terdahulu telah sekian (c) hari selesai.
4. Konstrain mulai ke selesai (SF)
Dirumuskan sebagai SF (i-j) = d yang berarti
suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari
kegiatan terdahulu (i) mulai, kegiatan terdahulu
harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang
dimaksud boleh diselesaikan.
b. Tanda Konstrain dalam Jaringan Kerja
14
Page 15
Gambar 2.3 memperlihatkan penulisan konstrain
pada PDM, yaitu dicantumkan diatas anak panah yang
menghubungkan dua kegiatan.
Konstrain FS
Konstrain SS
Konstrain FF
Konstrain SF
Catatan:
1. b dan d disebut lead time
2. a dan c disebut lag time
Gambar 2.3 Konstrain pada PDM
Sumber : Soeharto,1999
15
Page 16
c. Aplikasi Komputer dalam Penyusunan Network
Planning
Untuk mempermudah didalam penyusunan jaringan
kerja dengan metode PDM maka dapat menggunakan
aplikasi komputer yaitu dengan menggunakan program
komputer Microsoft Project, yang sangat besar perananya
bagi kemudahan pembuatan jaringan kerja/network
planning. Program ini dapat membantu menerapkan
fungus-fungsi manajemen secara sistematis serta
penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien pada
suatu proyek.
Adapun data yang diperlukan dalam penerapan
program ini adalah data perencanaan proyek seperti
jenis pekerjaan, durasi dan predecessor yang kemudian
akan dimasukan dalam tabel yang tersedia pada
program Microsoft Project. Data-data tersebut akan
diolah secara otomatis sehingga diperoleh suatu
diagram precedence.
2.4 Pengendalian Proyek
Pengendalian merupakan fungsi akhir dari proses
manajemen. Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan,
pengendalian harus selalu dilakukan. Pengendalian
adalah suatu usaha yang sistematis untuk menentukan
suatu standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan,
merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan
dengan standar menganalisa kemungkinan adanya
penyimpangan antara pelaksanaan dengan standar,
16
Page 17
kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan
agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien
dalam rangka mencapai sasaran (Soeharto,1999).
Upaya pengendalian merupakan proses pengukuran,
evaluasi dan membetulkan kinerja proyek. Untuk proyek
konstruksi ada tiga unsur yang selalu dikendalikan dan
diukur, yaitu (Dipohusodo, 1996):
1. Kemajuan (progress) yang dicapai dibandingkan
terhadap kesepakatan kontrak.
2. Pembiayaan terhadap rencana anggaran.
3. Mutu hasil kerja terhadap spesifikasi teknis.
Pengendalian yang dilaksanakan adalah memastikan
bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan, intruksi yang diberikan dan
prinsip yang telah ditentukan.
2.4.1 Proses Pengendalian Proyek
Proses pengendalian proyek dapat diuraikan menjadi
langkah-langkah berikut (Soeharto,1999):
1. Menentukan Sasaran
Sasaran pokok proyek adalah menghasilkan proyek
atau instalasi lingkup anggaran, jadwal, dan mutu
yang telah ditetapkan. Sasaran ini dihasilkan
dari suatu perencanaan dasar dan menjadi salah
satu faktor pertimbangan utama dalam mengambil
keputusan untuk melakukan investasi atau
membangun suatu proyek, sehingga sasaran tersebut
17
Page 18
merupakan tonggak tujuan dari kegiatan
pengendalian.
2. Lingkup Kegiatan
Setelah menentukan sasaran proyek maka perlu
dilakukan identifikasi lebih lanjut, yakni
mengenai ukuran, batas, dan jenis pekerjaaan yang
harus dilakukan untuk menyelesaiakan lingkup
kegiatan proyek secara keseluruhan.
3. Standar dan Kriteria
Untuk mencapai sasaran secara efektif dan
efisien, perlu disusun suatu standar, kriteria
atau spesifikasi yang dipakai tolak ukur untuk
membandingkan dan menganalisis hasil pekerjaan.
Standar, kriteria, dan patokan yang dipilih dan
ditentukan harus bersifat kuantitatif, demikian
juga metode pengukuran dan perhitunganya harus
dapat memberikan indikasi terhadap pencapaian
sasaran. Terdapat bermacam-macam standar dan
kriteria, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Berupa satuan uang, seperti anggaran per satuan
unit pekerjaan, penyewaan alat per unit per
jam.
b. Berupa jadwal, misalnya waktu yang ditentukan
untuk mencapai milestone.
c. Berupa unit pekerjaan yang berhasil
diselesaikan.
18
Page 19
d. Berupa standar mutu, kriteria, dan spesifikasi.
Misalnya yang berhubungan dengan kualitas
material dan hasil uji coba peralatan.
4. Merancang Sistem Informasi
Satu hal yang perlu ditekankan dalam proses
pengendalian proyek adalah perlunya suatu sistem
informasi dan pengumpulan data yang mampu
memberikan keterangan yang tepat, cepat, dan
akurat. Sistem ini diperlukan untuk memantau
prestasi pekerjaan dan mengolahnya menjadi suatu
bentuk informasi yang dapat digunakan untuk
tindakan pengambilan keputusan.
5. Mengkaji dan Menganalisis Hasil Pekerjaan
Pada tahap ini diadakan analisis berdasarkan
indikator yang diperoleh dan mencoba
membandingkan dengan kriteria dan standar yang
ditentukan. Hasil analisis ini penting, karena
akan digunakan sebagai landasan dan tindakan
dasar pembetulan.
6. Mengadakan Tindakan Pembetulan
Apabila hasil analisis menunjukan adanya indikasi
penyimpangan yang cukup berarti, maka perlu
diadakan langkah-langkah pembetulan. Hasil
analisis dan pembetulan akan berguna sebagai
umpan balik perencanaan pekerjaan selanjutnya
dalam rangka mengusahakan tetap tercapainya
sasaran semula.
Tindakan pembetulan dapat berupa:
19
Page 20
a. Realokasi sumber daya, misalnya memindahkan
peralatan, tenaga kerja, dan pembangunan
fasilitas pembantu untuk dipusatkan ke kegiatan
konstruksi instalasi dalam rangka mengejar
jadwal produksi.
b. Menambah tenaga kerja, pengawasan, dan biaya.
c. Mengubah metode, cara, dan prosedur atau
mengganti peralatan yang digunakan.
2.4.2 Fungsi Pengendalian Proyek
Sepanjang kegiatan awal sampai akhir proyek hanya
sekitar 20% kegiatan manajemen proyek berupa
perencanaan, selebihnya adalah pengendalian.
Pengendalian memiliki dua fungsi, yaitu (Wulfram,
2004):
1. Fungsi Pemantau
Dengan pemantauan yang baik terhadap semua
kegiatan proyek akan memaksa unsur-unsur
pelaksana untuk bekerja secara cakap dan jujur.
Pemantauan yang baik ini akan menjadi motivasi
utama untuk mencapai peforma yang tinggi,
misalnya dengan memberi penjelasan kepada para
pekerja mengenai hal apa saja yang harus mereka
lakukan untuk mencapai peforma yang tinggi,
kemudian memberikan umpan balik terhadap peforma
yang telah dicapai.
2. Fungsi Manajerial
20
Page 21
Pada proyek-proyek yang komplek dan mudah terjadi
perubahan (dinamis) pemakaian pengendalian dan
sistem informasi yang baik akan memudahkan
manajer untuk segera mengetahui bagian-bagian
pekerjaan yang mengalami kejanggalan atau
memiliki peforma yang kurang baik. Dengan
demikian dapat segera dilakukan usaha untuk
mengatasi atau meminimalkan kejanggalan tersebut.
2.5 Obyek dan Aspek Pengendalian
Dengan mengetahui fungsi dan proses pengendalian,
maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi jenis
dan aspek kegiatan yang perlu dikendalikan.
Pengendalian bertujuan memantau dan membimbing
pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan yang
direncanakan. Garis besar obyek dan aspek pengendalian
proyek adalah sebagai berikut (Soeharto, 1999):
1. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dapat dikelompokan menjadi
biaya per area, seperti biaya kantor pusat dan
lapangan atau biaya jenis pekerjaan seperti
biaya konstruksi.
2. Pengendalian Penggunaan jam-orang
Sama dengan halnya pengendalian biaya,
pengendalian penggunaan jam-orang dapat
dikelompkan menjadi pengendalian per area atau
per jenis pekerjaan.
3. Pengendalian Waktu (jadwal)
21
Page 22
Dalam hal ini obyek pengendalian berlangsung
sepanjang siklus proyek. Jadwal adalah
penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan
langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan untuk
mencapai sasaran. Dalam pengendalian waktu
(jadwal) ini hendaknya dipilih jadwal pekerjaan
yang paling kritis.
4. Pengendalian Kinerja dan Produktifitas
Memantau dan mengendalikan biaya atau waktu
secara terpisah tidak dapat memberikan
penjelasan prihal kinerja suatu pekerjaan pada
saat pelaporan. Untuk menghindarinya, maka
dalam kegiatan pengendalian proyek diperlukan
juga pemantauan dan analisis kinerja pekerjaan
pada saat pelaporan.
5. Pengendalian Prosedur
Pengendalian ini bermaksud mengkaji apakah
kegiatan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
dan peraturan yang ada.
2.6 Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya merupakan langkah akhir dari
proses pengelolaan biaya proyek, yaitu mengusahakan
agar pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan,
berupa anggaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
aspek dan obyek pengendalian biaya akan identik dengan
perencanaan biaya, sehingga berbagai jenis kegiatan
dikantor pusat dan lapangan harus selalu dipantau dan
22
Page 23
dikendalikan agar hasilnya sesuai dengan anggaran yang
telah ditentukan (Soeharto, 2001)
2.6.1 Pengendalian Biaya Tahap Konseptual
Keputusan-keputusan yang diambil pada tahap
konseptual yang terjadi sewaktu merumuskan gagasan
menjadi garis besar perwujudan fisik secara teoritis
telah mulai meletakan dasar jumlah biaya proyek.
Sejalan dengan kemajuan proyek, semakin banyak
informasi yang dapat digali, baik mengenai batasan atau
persyaratan maupun data-data keterangan teknis dan
nonteknis. Pengkajian lingkup proyek akan mengalami
peningkatan setelah dianalisis dan dicari alternatif
yang paling baik.
2.6.2 Pengendalian Tahap PP/Definisi
Pada kontrak lump-sump tahap konseptual dan
perencanaan (PP/Definisi) ini, belum ada kontraktor
yang membantu pemilik ikut serta dalam kegiatan proyek.
Estimasi biaya dan pengendalian biaya dikerjakan
sendiri oleh organisasi pemilik dengan bantuan
konsultan. Untuk proyek berskala besar dan komplek
biasanya sulit bagi orang untuk menguasai
keseluruhanya. Oleh karena itu diambil pendekatan
dengan membentuk tim pemantau dan pengendalian yang
beranggotakan ahli desain proses dan utility, ahli
perkiraan biaya, ahli kontrol proyek, dan pimpro.
23
Page 24
2.6.3 Pengendalian Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi terdapat berbagai jenis
kegiatan dengan masing-masing volume yang cukup
besar. Obyek yang dikendalikan dalam proyek
konstruksi dapat dikelompokan menjadi empat,
yaitu:
1. Kegiatan di kantor pusat
a. Desain-engineering
b. Kegiatan lain (nonengineering)
2. Pengadaan termasuk manufaktur peralatan yang
dipesan
a. Peralatan (equipment)
b. Material curah (bulk material)
3. Kegiatan dilapangan
a. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour)
b. Biaya lapangan tidak langsung
c. Biaya pengadaan material yang dibeli di
lapangan
4. Subkontrak
2.7 Metode Pengendalian
Suatu sistem pengendalian dan pemantauan memerlukan
rencana yang realistis sebagai tolak ukur pencapaian
sasaran dan diperlukan metode atau teknik yang dapat
segera mengungkapkan tanda-tanda terjadinya
penyimpangan dan dapat membuat prakiraan atau proyeksi
keadaan masa depan proyek. Dalam dunia konstruksi
terdapat beberapa macam teknik atau metode yang
24
Page 25
digunakan untuk mengendalikan suatu pekerjaan
konsturksi, diantaranya Analisi Varians dan Konsep
Nilai Hasil (earned value concept) (Soeharto, 2001). Metode
yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah Konsep
Nilai Hasil (earned value concept).
2.7.1 Metode Analisis Varians
Analisis varians merupakan metode yang membandingkan
jumlah biaya yang sesungguhnya dikeluarkan dengan
anggaran. Sedangkan untuk jadwal dianalisis kurun waktu
yang telah dipakai dibandingkan dengan perencanaan.
Metode ini memperlihatkan perbedaan antara hal-hal
berikut (Soeharto, 2001):
1. Biaya pelaksanaan dengan anggaran.
2. Waktu pelaksanaan dengan jadwal.
3. Tanggal mulai pelaksanaan dengan rencana.
4. Tanggal akhir pekerjaan dengan rencana.
5. Angka kenyataan pemakain tenaga kerja dengan
anggaran
6. Jumlah penyelesaian pekerjaan dengan rencana.
Disamping menunjukan angka perbedaan komulatif
antara rencana dan pelaksanaan pada saat pelaporan,
analisis varians juga mendorong untuk melacak dan
mengkaji dimana dan kapan telah terjadi varian yang
paling dominan dan kemudian mencari penyebab untuk
dilakukan koreksi (Soeharto, 2001).
25
Page 26
2.7.1.1 Varians dengan Grafik “S”
Cara lain untuk memperoleh adanya varian adalah
dengan menggunakan grafik “S”. Grafik ini dibuat dengan
sumbu X sebagai nilai komulatif biaya atau jam-orang
yang digunakan atau presentase penyelesaian pekerjaan.
Sedangkan sumbu Y menunjukan parameter waktu. Grafik
“S” berarti menggambarkan kemajuan volume pekerjaan
yang diselesaikan sepanjang siklus proyek. Bila grafik
tersebut dibandingkan dengan grafik serupa yang disusun
berdasarkan perencanaan dasar (komulatif pengeluaran
berdasarkan anggaran uang/jam orang) maka akan segera
terlihat jika terjadi penyimpangan (Soeharto, 2001).
Grafik “S” sangat bermanfaat untuk dipakai sebagai
laporan bulanan dan laporan kepada pimpinan proyek,
karena grafik ini dapat dengan jelas menunjukan
kemajuan proyek dalam bentuk yang mudah dipahami
(Soeharto, 2001).
2.7.1.2 Kombinasi Bagan Balok dan Grafik “S”
Salah satu teknik pengendalian kemajuan proyek
adalah memakai kombinasi grafik “S” dan tonggak
kemajuan (milestone). Milestone adalah titik yang menandai
suatu peristiwa yang dianggap penting dalam rangkaian
pelaksanaan pekerjaan proyek. Titik milestone ditentukan
pada waktu pembuatan perencanaan dasar yang disiapkan
sebagai tolak ukur kegiatan pengendalian kemajuan
proyek. Penggunaan milestone yang dikombinasikan dengan
26
Page 27
grafik “S” sangat efektif untuk mengendalikan
pembayaran berkala (Soeharto, 2001).
2.7.2 Metode Konsep Nilai Hasil (Earned Value
Concept)
Konsep nilai hasil (earned value concept) merupakan
perkembangan dari konsep analisis varians. Analisis
varians hanya menunjukan perbedaan hasil kerja pada
waktu pelaporan dibandingkan dengan anggaran dan
jadwalnya.
Adapun kelemahan dari metode analisis varians ini
adalah hanya menganalisa varians biaya dan jadwal
masing-masing secara terpisah sehingga tidak dapat
mengungkapkan masalah kinerja kegiatan yang sedang
dilakukan. Sedangkan metode konsep nilai hasil dapat
mengetahui kinerja kegiatan yang sedang dilakukan serta
dapat meningkatkan efektifitas dalam memantau kegiatan
proyek (Soeharto, 2001).
Dengan memakai asumsi bahwa kecendrungan yang ada
dan terungkap pada saat pelaporan maka metode konsep
nilai hasil dapat dikembangkan untuk membuat perkiraan
atau proyeksi keadaan masa depan proyek, seperti:
a. Dapatkah proyek diselesaikan dengan sisa dana
yang ada.
b. Berapa besar prakiraan biaya untuk menyelesaikan
proyek.
c. Berapa besar proyeksi keterlambatan pada akhir
proyek.
27
Page 28
Proyeksi masa depan penyelenggaraan proyek merupakan
masukan yang sangat berguna bagi pengelola maupun
pemilik proyek, karena dengan demikian mereka memilik
cukup waktu memikirkan cara-cara menghadapi segala
persoalan di masa yang akan datang.
Konsep nilai hasil adalah konsep menghitung besarnya
biaya yang menurut anggaran sesuai dengan pekerjaan
yang telah diselesaikan atau dilaksanakan (budgeted cost
of work performed). Bila ditinjau dari jumlah pekerjaan
yang telah diselesaikan maka konsep ini mengukur
besarnya unit pekerjaan yang telah diselesaikan, pada
suatu waktu bila dinilai berdasarkan jumlah anggaran
yang disediakan untuk pekerjaan tersebut. Dengan
perhitungan ini diketahui hubungan antara apa yang
sesungguhnya telah dicapai secara fisik terhadap jumlah
anggaran yang telah dikeluarkan, yang dapat ditulis
dengan rumus (Soeharto, 2001):
………………………...
(2.1)
Keterangan:
a. % penyelesaian yang dicapai pada saat pelaporan
b. Anggaran yang dimaksud adalah real cost biaya
proyek
2.7.2.1 Indikator-indikator yang digunakan
28
Nilai Hasil = (% penyelesaian)
Page 29
Konsep dasar nilai hasil dapat digunakan untuk
menganalisis kinerja dan membuat perkiraan pencapaian
sasaran. Untuk itu digunakan tiga indikator, yaitu
(Soeharto, 2001):
1. Biaya Aktual Pekerjaan (ACWP = Actual Cost of Work
Performed).
Adalah jumlah biaya aktual dari pekerjaan yang
telah dilaksanakan. Biaya ini diperoleh dari data-
data akuntansi atau keuangan proyek pada tanggal
pelaporan. Jadi ACWP merupakan jumlah aktual dari
pengeluaran atau dana yang digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan pada kurun waktu tertentu.
2. Anggaran Biaya untuk Kinerja (BCWP = Budgeted Cost of
Work Performed)
Indikator ini menunjukan nilai hasil dari sudut
pandang nilai pekerjaan yang telah selesai
terhadap anggaran yang disediakan untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut. Bila ACWP
dibandingkan dengan BCWP, akan terlihat
perbandingan antara biaya yang telah dikeluarkan
untuk pekerjaan yang telah terlaksana terhadap
biaya anggaran yang telah ditetapkan.
3. Anggaran Biaya Menurut Jadwal (BCWS = Budgeted Cost
of Work Scheduled)
Anggaran biaya yang telah direncanakan berdasarkan
jadwal pelaksanaan proyek. Ini sama dengan
anggaran untuk suatu paket pekerjaan, tetapi
disusun dan dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan.
29
Page 30
Disini terjadi perpaduan antara jadwal, biaya, dan
lingkup kerja, dimana pada setiap elemen pekerjaan
telah diberikan alokasi biaya dan jadwal yang
dapat menjadi tolak ukur dalam melaksanakan
pekerjaan.
Dengan menggunakan tiga indikator diatas, maka
dapat dihitung berbagai faktor yang menunjukan
kemajuan dan kinerja pelaksanaan proyek seperti:
a. Varians biaya (CV) dan varians jadwal terpadu
(SV).
b. Memantau perubahan varians terhadap angka
standar.
c. Indeks produktivitas dan kinerja.
d. Perkiraan biaya penyelesaian proyek.
2.7.2.2 Varians Biaya Terpadu dan Varians Jadwal
Terpadu
Telah disebutkan sebelumnya menganalisis kemajuan
proyek dengan memakai metode varians sederhana dianggap
kurang mencukupi untuk kegiatan pengendalian yang
efektif. Metode analisis varians memiliki kekurangan
yaitu tidak dapat mengintegrasikan aspek biaya dengan
jadwal. Untuk mengatasinya digunakan metode konsep
nilai hasil (earned value concept) dengan indikator ACWP,
BCWP, dan BCWS. Varian yang dihasilkan disebut varians
biaya terpadu (CV = Cost Varians) dan jadwal terpadu (SV
= Schedule Varians).
30
Page 31
Rumus varians biaya dan varians jadwal adalah sebagai
berikut:
……………………………………….…….(2.2)
……………..………………………………(2.3)
Dari data tabel 2.1 dibawah ini dapat diartikan
bahwa angka negatif untuk varian biaya menunjukan
situasi dimana biaya yang diperlukan lebih tinggi dari
anggaran, disebut cost overrun. Sedangkan angka nol
menunjukan pekerjaan terlaksana sesuai biaya yang
ditetapkan. Angka positif berarti pekerjaan terlaksana
dengan biaya kurang dari anggaran, yang disebut cost
underrun. Demikian juga halnya dengan jadwal, angka
negatif berarti terlambat, angka nol berarti tepat, dan
angka positif berarti lebih cepat dari rencana.
Tabel 2.1 Analisis Varian TerpaduVarians jadwal
SV = BCWP-BCWS
Varians Biaya
CV = BCWP-ACWPKeterangan
postif positifPekerjaan terlaksanalebih cepat daripadajadwal dengan biaya lebihkecil dari anggaran
nol postifPekerjaan terlaksanatepat sesuai jadwaldengan biaya lebih rendahdari anggaran
postif nolPekerjaan selesai lebihcepat dari jadwal denganbiaya yang sesuaianggaran
nol nol Pekerjaan terlaksanasesuai dengan jadwal dan
31
CV = BCWP -
SV = BCWP -
Page 32
anggaran
negatif negatifPekerjaan terlambat darijadwal dan menelan biayayang lebih tinggi darianggaran
nol negatifPekerjaan terlaksanasesuai dengan jadwal danmenelan biaya diatasanggaran
negatif nolPekerjaan terlambat darijadwal dengan biaya yangsesuai dengan anggaran
postif negatifPekerjaan selesai lebihcepat dari jadwal denganmenelan biaya diatasanggaran
Sumber : Soeharto (2001)
32
Page 33
2.7.2.3 Indeks Produktivitas dan Kinerja
Pengelola proyek sering kali ingin mengetahui
efisiensi penggunaan sumber daya, yang dinyatakan
sebagai indeks produktivitas atau indeks kinerja
(Soeharto, 2001).
Adapun rumus-rumusnya sebagai berikut:
……………………………….……………………..(2.4)
………………………………………...……………(2.5)
Bila angka indeks ditinjau lebih lanjut, maka akan
terlihat hal-hal sebagai berikut:
1. Angka indeks kinerja kurang dari satu, berarti
pengeluaran lebih besar dari anggaran atau waktu
pelaksanaan lebih lama dari jadwal yang
direncanakan. Bila anggaran dan jadwal sudah dibuat
secara realistis, maka berarti ada sesuatu yang
tidak benar dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Angka indeks kinerja lebih dari satu maka kinerja
penyelenggaraan proyek lebih baik dari perencanaan,
dalam arti pengeluaran lebih kecil dari anggaran
atau jadwal lebih cepat dari rencana.
3. Semakin besar perbedaanya dari angka satu, maka
semakin besar penyimpanganya dari perencanaan dasar
atau anggaran. Bahkan bila didapatkan angka yamg
33
CPI=BCWPACWP
SPI=BCWPBCWS
Page 34
terlalu tinggi, yang berarti pelaksanaan pekerjaan
sangat baik, perlu diadakan pengkajian apakah
mungkin perencanaanya atau anggaranya justru yang
tidak realistis.
2.7.2.4 Proyeksi Biaya dan Jadwal Akhir Proyek
Membuat prakiraan biaya atau jadwal penyelesaian
proyek berdasarkan atas hasil indikator yang diperoleh
pada saat pelaporan, akan memberi petunjuk besarnya
biaya pada akhir proyek (Estimate All Cost – EAC).
Prakiraan tidak dapat memberikan jawaban dengan angka
yang tepat karena didasarkan atas berbagai asumsi,
sehingga tergantung dari akurasi asumsi yang dipakai.
Pembuatan prakiraan biaya dan jadwal sangat bermanfaat
karena memberi peringatan dini mengenai hal-hal yang
akan terjadi pada masa yang akan datang, bila
kecendrungan yang ada pada saat pelaporan tidak
mengalami perubahan (Soeharto, 2001).
Rumus-rumus yang digunakan dalam membuat proyeksi
biaya dan jadwal akhir adalah sebagai berikut:
a. Anggaran proyek secara keseluruhan (BAC)
b. Anggaran untuk pekerjaan tersisa
…………………………..…………………(2.6)
c. Indeks kinerja biaya
……………………………….……………………….
(2.7)
34
BAC− BCWP
CPI=BCWPACWP
Page 35
d. Indeks kinerja jadwal
……………………………………..………….(2.8)
Bila kinerja biaya pada pekerjaan tersisa dianggap
tetap seperti pada saat pelaporan, maka prakiraan untuk
pekerjaan tersisa adalah:
……………………….………….(2.9)
Jadi prakiraan total biaya proyek (EAC) adalah:
………………………………….(2.10)
Dari aspek waktu:
………….………..(2.11)
……………...…………(2.12)
35
EAS=Waktu pelaporan+ETS
ETC=(BAC−BCWP )
CPI
SPI=BCWPBCWS
ETS=(rencana−waktu pelaporan )
SPI
EAC=ACWP+ETC
Page 37
2.8 Penelitian dengan Judul Sejenis
Selain menggunakan teori-teori yang berhubungan
dengan metode manajemen proyek secara umum, digunakan
juga penelitian sebelumnya dengan judul yang sejenis
atau yang erat kaitanya dengan penelitian ini.
Penelitian sebelumnya dengan judul yang sejenis dipakai
sebagai acuan pembuatan serta pemecahan persoalan yang
terdapat dalam penelitian sekarang. Penelitian ini
dikembangkan dari penelitian sebelumnya guna menambah
cakupan pembahasan yang tentunya akan lebih bermanfaat
bagi para pembaca.
37
Page 38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Studi
Obyek studi dalam penyusunan tugas akhir ini adalah
Proyek STIKOM BALI yang berlokasi di Jalan Raya Puputan
Renon Denpasar. Pemilihan proyek ini sebagai obyek
studi berdasarkan pertimbangan atas kegiatan yang
kompleks pada proyek ini (data terlampir). Proyek ini
memungkinkan untuk dianalisa dan dibahas dari segi
manajemen khususnya pengendalian biaya dan waktu
pelaksanaan dengan menggunakan konsep nilai hasil
(earned value concept).
3.2 Identifikasi Permasalahan
Identifikasi permasalahan dilakukan setelah
menemukan obyek studi yang akan dianalisis.
Identifikasi permasalahan dimaksudkan sebagai penegasan
batas-batas permasalahan, sehingga cakupan penyusunan
tugas akhir ini tidak keluar dari tujuannya. Terdapat
tiga hal pokok dalam identifikasi ini, yaitu status
proyek pada saat pelaksanaan, pengendalian biaya dan
waktu, serta dampak penyimpangan biaya dan waktu
terhadap mutu pada Proyek STIKOM BALI.
3.3 Studi Pustaka
38
Page 39
Sebelum menyelesaikan permasalahan yang ada,
tentunya terlebih dahulu dipelajari teori-teori yang
berhubungan dengan metode manajemen proyek secara umum
maupun secara khusus. Metode yang digunakan dalam tugas
akhir ini adalah Konsep Nilai Hasil (earned value concept).
Studi pustaka ini diperoleh dari berbagai literatur
yang erat hubungannya dengan masalah yang diteliti dan
tugas akhir terdahulu dengan judul yang sejenis agar
dapat dipakai sebagai bahan acuan pembahasan masalah.
3.4 Pengumpulan Data
Dalam penyusunan tugas akhir ini jenis data yang
digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui pengamatan langsung dilapangan. Data
sekunder diperoleh dengan menghubungi langsung pihak
perorangan atau kelompok yang terlibat dalam
pelaksanaan proyek.
Data primer meliputi
- Pengamatan pekerjaan balok, kolom, dan pelat
Data sekunder yang diperlukan meliputi:
- Gambar Rencana Struktur
- Rencana Anggaran Biaya (RAB)
- Jadwal pelaksanaan pekerjaan (time schedule)
- Data laporan mingguan proyek
- RAP
39
Page 40
- Daftar Pengiriman Material
- Data Uji Kuat Tekan Beton
3.5 Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, maka
selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan
metode konsep nilai hasil, yaitu:
1. Biaya Aktual Pekerjaan (ACWP = Actual Cost of Work
Performed).
Adalah jumlah biaya aktual dari pekerjaan yang
telah dilaksanakan. Data ini diperoleh dari biaya
langsung tiap item pekerjaan dari Rencana Anggaran
Pelaksanaan (RAP).
2. Anggaran Biaya Untuk Kinerja (BCWP = Budgeted Cost of
Work Performed).
Jumlah yang dianggarkan dari pekerjaan yang telah
diselesaikan.
BCWP = % penyelesaian fisik x anggaran
3. Anggaran Biaya Menurut Jadwal (BCWS = Budgeted Cost of
Work Scheduled).
Jumlah yang dianggarkan dari pekerjaan yang disusun
dan dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan. BCWS
didapat dengan menghitung prosentase bobot
pekerjaan yang harus dicapai setiap pelaporan dan
dikalikan dengan anggaran.
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas dan
berdasarkan indikator yang ada saat pelaporan, maka
40
Page 41
dapat diketahui status proyek pada setiap pelaporan
seperti:
a. Cost Varians (CV) = BCWP- ACWP
Varians ini menunjukkan seberapa besar biaya aktual
melebihi biaya yang direncanakan atau sebaliknya.
Angka negatif menunjukkan biaya lebih tinggi dari
anggaran, angka nol menunjukkan pekerjaan
terlaksana sesuai biaya, dan angka positif berarti
pekerjaan terlaksana dengan biaya kurang daripada
anggaran.
b. Schedule Varians (SV) = BCWP – BCWS
Varians ini menunjukkan apakah dalam pelaksanaan
pekerjaan telah terjadi kemunduran atau kemajuan
pelaksanaan. Angka negatif menunjukkan pelaksanaan
pekerjaan terlambat dari jadwal yang direncanakan,
angka nol menunjukkan tepat sesuai dengan jadwal
yang direncanakan, dan angka positif menunjukkan
lebih cepat dari jadwal yang direncanakan.
c. Indeks Produktivitas dan Kinerja
Cost Performance Index (CPI) = BCWP/ACWP
Schedule Performance Index (SPI) = BCWP/BCWS
Bila angka indeks kinerja kurang dari satu berarti
pengeluaran lebih besar dari anggaran atau waktu
pelaksanaan lebih lama dari jadwal yang
direncanakan atau sebaliknya. Makin besar
perbedaannya dari angka satu maka makin besar
penyimpangannya dari perencanaan dasar atau
anggaran.
41
Page 42
Semua hasil (ACWP, BCWP, dan BCWS) dapat
diperlihatkan dalam bentuk gambar “Analisa Varians
Terpadu yang disajikan dengan grafik S”. Dari grafik
tersebut akan terlihat bagaimana status proyek pada
saat pelaporan, sehingga akan diambil suatu tindakan
lebih cepat apabila terjadi suatu masalah seperti dalam
bidang aspek waktu dan biaya.
3.6 Hasil Analisis
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada saat
pelaporan, akan memberikan petunjuk proyeksi biaya dan
jadwal akhir proyek (Estimate all Cost-EAC dan Estimate All
Schedule-EAS). Prakiraan besarnya biaya atau jadwal
sangat bermanfaat karena memberikan peringatan dini
mengenai hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan
datang.
3.7 Kontrol Terhadap Waktu Pelaksanaan
Pengevaluasian waktu pelaksanaan proyek dilakukan
dengan membandingkan jadwal yang telah ditetapkan
dengan prakiraan total waktu proyek (EAS). Jika sudah
sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan, maka tidak
perlu diadakan pembetulan terhadap jadwal. Tetapi
apabila terjadi penyimpangan yang cukup signifikan pada
keduanya, maka perlu diadakan pengendalian waktu berupa
penjadwalan ulang (rescheduling) agar waktu penyelesaian
proyek dapat kembali sesuai dengan rencana. Penjadwalan
42
Page 43
Mulai
Obyek Studi
Identifikasi PermasalahanStudi Pustaka
Pengumpulan DataData Primer :
Pengamatan pekerjaan balok, kolom, dan pelat
Data Sekunder :Gambar Rencana Struktur- RAP
RAB- Daftar pengiriman materialTime Schedule- Data uji kuat tekan beton
Laporan mingguan proyek
ulang yang telah dibuat kemudian di analisis lagi dan
disesuaikan dengan jadwal yang telah direncanakan.
3.8 Kontrol Terhadap Biaya dan Mutu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan yang sudah sesuai dengan jadwal
akan dibandingkan dengan anggaran dan mutu yang telah
ditetapkan. Jika sudah sesuai dari anggaran dan
spesifikasi mutu maka penganalisisan selesai. Tetapi
pelaksanaan yang melebihi anggaran atau kurang dari
spesifikasi mutu yang telah ditetapkan akan dilakukan
analisis, kemudian diberikan saran penyelesaianya.
3.9 Kerangka Analisis
43
Page 44
Pengumpulan DataData Primer :
Pengamatan pekerjaan balok, kolom, dan pelat
Data Sekunder :Gambar Rencana Struktur- RAP
RAB- Daftar pengiriman materialTime Schedule- Data uji kuat tekan beton
Laporan mingguan proyek
Tidak Sesuai dengan Jadwal
Sesuai dengan Jadwal
Rescheduling
Hasil Analisis
Kontrol WaktuPelaksanaan
Selesai
ETSEAS
ETCEAC
Kontrol Biaya dan Mutu
dianalisis
Analisis Data
BCWP ACWPBCWS
SVSPI
CVCPI
44
Page 45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Indikator Saat Pelaporan
Sesuai dengan tahapan-tahapan dalam Konsep Nilai
Hasil maka tahapan paling awal adalah menentukan
indikator-indikator ACWP, BCWP, dan BCWS. Indikator ini
diperoleh dari dari data sekunder yang didapat dari
proyek berupa time schedule, RAB, RAP, dan laporan
mingguan proyek. Adapun indikator-indikator pada saat
pelaporan adalah sebagai berikut:
4.1.1 Actual Cost of Work Performed (ACWP)
Pengeluaran biaya aktual pekerjaan dapat dilihat
dari rencana anggaran pelaksanaan (RAP) proyek pada
lampiran C. Total biaya pengeluaran berupa biaya
langsung, yaitu biaya untuk segala sesuatu yang akan
menjadi komponen permanen hasil akhir proyek.
Perhitungan ACWP didapat dari prosentase tiap item
pekerjaan yang dicapai pada saat pelaporan dikalikan
dengan biaya tiap item pekerjaan pada RAP. Prosentase
tiap item pekerjaan pada saat pelaporan dapat dilihat
dari laporan mingguan proyek (lampiran B). Pengeluaran
biaya aktual ditampilkan seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data ACWP Proyek STIKOM BALI
No Tanggal Anggaran (Rp)
45
Page 46
Pertanggal Komulatif
1 28- Agst 606,088,848
606,088,848
2 25-Sep 2,170,777,570
2,776,866,418
3 30-Okt 3,361,595,896
6,138,462,314
4 27-Nop 3,193,244,771
9,331,707,084
5 25-Des 456,790,547
9,788,497,632
6 29-Jan 426,120,262
10,214,617,894
7 5-Feb 13,559,140
10,228,177,035
8 19-Feb -
-
4.1.2 Budgeted Cost of Work Scheduled (BCWS)
Perhitungan anggaran biaya menurut jadwal (BCWS)
didapat dengan menghitung bobot pekerjaan yang harus
dicapai pada saat pelaporan dikalikan dengan total
anggaran pada RAB (Total RAB = Rp 17.839.845.000).
Bobot pekerjaan yang dialokasikan dapat dilihat dari
time schedule (lampiran D).
Tabel 4.2 Data BCWS Proyek STIKOM BALI
No Tanggal
Bobot Pekerjaan(%) Anggaran (Rp)
Pertanggal
Komulatif Pertanggal Komulatif
1 28-Agst 2.1118 2.1118
376,741,847 376,741,847
2 25-Sep 14.0753 16.1871 2,511,011,703
2,887,753,550
46
Page 47
3 30-Okt 19.3355 35.5226 3,449,423,230
6,337,176,780
4 27-Nop 14.3094 49.8320 2,552,774,780
8,889,951,560
5 25-Des 8.5330 58.3650 1,522,273,974
10,412,225,534
6 29-Jan 3.748062.1130
668,637,391
11,080,862,925
7 5-Feb 0.6978 62.8108 124,486,438
11,205,349,363
8 19-Feb 0.5451 63.3559 97,244,995
11,302,594,358
Jumlah 63.3559 11,302,594,358
4.1.3 Budgeted Cost of Work Performed (BCWP)
Nilai hasil adalah biaya yang dianggarkan dari
pekerjaan yang telah diselesaikan. Dihitung dengan
rumus = % penyelesaian fisik x anggaran. Anggaran yang
digunakan adalah total RAB proyek sebesar Rp
17.839.845.000 (lampiran A). Prosentase penyelesaian
fisik dan nilai hasilnya seperti pada tabel.
Tabel 4.3 Data BCWP Proyek STIKOM BALI
No Tanggal
Bobot Pekerjaan(%) Anggaran (Rp)
Pertanggal
Komulatif Pertanggal Komulatif
1 28-Agst 3.7200 3.7200
663,642,234 663,642,234
2 25-Sep 13.2950 17.0150 2,371,807,3
3,035,449,62
47
Page 48
93 7
3 30-Okt 16.1150 33.1300 2,874,891,022
5,910,340,649
4 27-Nop 24.0450 57.1750 4,289,590,730
10,199,931,379
5 25-Des 3.1460 60.3210 561,241,524
10,761,172,902
6 29-Jan 2.952363.2733
526,685,744
11,287,858,646
7 5-Feb 0.082663.3559
14,735,712
11,302,594,358
8 19-Feb -
-
-
-
4.1.4 Cost Varians (CV) dan Schedule Varians (SV)
Varian biaya dan varian waktu menunjukan seberapa
besar biaya dan waktu pelaksanaan melebihi anggaran dan
rencana yang telah ditetapkan. Angka negatif menunjukan
biaya lebih besar dari anggaran dan pelaksanaan
terlambat dari jadwal yang direncanakan. Angka nol
menunjukan pekerjaan berjalan sesuai dengan rencana dan
angka positif menunjukan pekerjaan lebih cepat dari
jadwal dan biaya yang lebih sedikit dari anggaran.
Hasil perhitungan CV dan SV disajikan pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Nilai Varian Biaya (CV) dan Varian Jadwal
(SV)
No Tanggal
ACWP (Rp) BCWP (Rp) BCWS (Rp) CV (Rp) SV (Rp)(1) (2) (3) (2-1) (2-3)
1 28-Agst
606,088,848
663,642,234
376,741,847
57,553,386
286,900,387
2 25-Sep
2,776,866,418
3,035,449,627
2,887,753,550
258,583,209
147,696,077
48
Page 49
3 30-Okt
6,138,462,314
5,910,340,649
6,337,176,780
-228,121,6
65
-426,836,1
31
4 27-Nop
9,331,707,084
10,199,931,379
8,889,951,560
868,224,294
1,309,979,818
5 25-Des
9,788,497,632
10,761,172,902
10,412,225,534
972,675,271
348,947,368
6 29-Jan
10,214,617,894
11,287,858,646
11,080,862,925
1,073,240,752
206,995,722
7 5-Feb 10,228,177,035
11,302,594,358
11,205,349,363
1,074,417,324
97,244,995
8 19-Feb - - 11,302,594
,358 - -
4.1.5 CPI dan SPI
Indeks kinerja biaya dan jadwal merupakan gambaran
kinerja dari proyek tersebut. Bila angka indeks kinerja
kurang dari satu berarti pengeluaran lebih besar dari
anggaran atau waktu pelaksanaan lebih lama dari jadwal
yang direncanakan. Makin besar perbedaanya dari angka
satu maka makin besar penyimpanganya dari perencanaan
dasar atau anggaran. Bahkan bila didapatkan angka yang
terlalu tinggi, yang berarti pelaksanaan sangat baik,
maka perlu dikaji apakah perencanaan atau anggaranya
yang tidak realistis. Hasil perhitungan disajikan pada
tabel 4.5.
Tabel 4.5 Nilai Indeks Kinerja Biaya (CPI) dan Indeks
Kinerja Jadwal (SPI)
No Tanggal
ACWP (Rp) BCWP (Rp) BCWS (Rp)CPI(Rp)
SPI(Rp)
(1) (2) (3) (2/1) (2/3)
49
Page 50
128-Agst
606,088,848
663,642,234
376,741,847 1.095 1.762
2 25-Sep2,776,866,
4183,035,449,
6272,887,753,
550 1.093 1.051
3 30-Okt6,138,462,
3145,910,340,
6496,337,176,
780 0.963 0.933
4 27-Nop9,331,707,
08410,199,931
,3798,889,951,
560 1.093 1.147
5 25-Des9,788,497,
63210,761,172
,90210,412,225
,534 1.099 1.034
6 29-Jan 10,214,617,894
11,287,858,646
11,080,862,925 1.105 1.019
7 5-Feb 10,228,177,035
11,302,594,358
11,205,349,363 1.105 1.009
8 19-Feb - - 11,302,594,358 - -
4.2 Analisis Konsep Nilai Hasil (Earned Value Concept)
Berdasarkan indikator yang ada pada saat pelaporan
maka dapat diketahui status proyek pada saat itu
dilihat dari biaya yang dikeluarkan dibandingkan dengan
anggaran, jadwal pelaksanaan dibandingkan rencana serta
prakiraan jadwal dan biaya pada akhir proyek jika
kondisi pada saat pelaporan tidak berubah. Berikut
laporan tiap bulanya:
4.2.1 28 Agustus 2008
Dari tabel 4.4 dapat dilihat nilai Varian Biaya/CV
positif (Rp 57.553.386) dan Varian Jadwal/SV positif
(Rp 286.900.387). Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan
pekerjaan terlaksana lebih cepat dari rencana dengan
menghabiskan biaya kurang dari anggaran (cost underrun).
1. Aspek Biaya
Anggaran Biaya Keseluruhan Upper Sturcture
50
Page 51
BAC = Rp 11.302.594.358
Anggaran Untuk Pekerjaan Tersisa
BAC – BCWP = Rp 11.302.594.358 – Rp
663.642.234
= Rp 10.638.952.124
Perkiraan Untuk Pekerjaan Tersisa
ETC = (BAC – BCWP) / CPI
= Rp 10.638.952.124 / 1,095
= Rp 9.716.304.815
Perkiraan Total Sampai Akhir Proyek
EAC = ETC + ACWP
= Rp 9.716.304.815 + Rp 606.088.848
= Rp 10.322.393.663
2. Aspek Waktu
Rencana Waktu Penyelesaian = 26 minggu
Perkiraan Waktu Untuk Pekerjaan Tersisa
ETS = (Rencana – Waktu Pelaporan) / SPI
= (26 – 1) / 1,762
= 14,19 minggu
Perkiraan Total Sampai Akhir Proyek
EAS = ETS + Waktu pelaporan
= 14,19 + 1
=15,19 minggu
Dari aspek biaya terlihat bahwa BCWP lebih besar
dari ACWP, sehingga membuat nilai CPI = 1,095 > 1
(tabel 4.5) ini menunjukan pengeluaran biaya proyek
lebih kecil dari anggaran. Perkiraan total biaya sampai
akhir proyek/EAC lebih kecil dari biaya keseluruhan
51
Page 52
proyek/BAC, sehingga proyek dapat dikatakan mengalami
keuntungan.
Indeks kinerja jadwal/SPI = 1,762 > 1,00 (tabel 4.5)
ini menunjukan penyelesaian proyek jauh lebih cepat
dari rencana. Dari aspek waktu, terlihat BCWP hampir
dua kali dari anggaran menurut jadwal/BCWS (tabel 4.4)
yang berarti pelaksanaan pekerjaan sangat baik. Kalau
kondisi ini tetap terjadi sampai akhir pelaksanaan
proyek maka perkiraan total waktu sampai akhir
proyek/EAS yang didapatkan adalah 16 minggu, 10 minggu
lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan.
Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa proyek
mengalami kemajuan yang signifikan dan akan berakhir
lebih awal dari tanggal yang ditetapkan jika kondisi
pada saat pelaporan tidak berubah. Perkiraan total
biaya yang dikeluarkan kurang dari anggaran (cost
underrun) dengan selisih Rp 980.200.695
Gambar 4.1 menunjukan keadaan pada saat pelaporan
tanggal 28 agustus 2008, perkiraan biaya dan jadwal
pada akhir proyek jika kondisi pada saat pelaporan
tidak berubah.
52
Page 53
ACWP yang belum dilaporkan BCWP yang belum dilaporkan
0
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
606,088,848376,741,847
663,642,234
Batas anggaran Rp11,302,594,358.
EAC Rp.10,322,393,663
ACWP BCWSWAKTU PELAPORAN
BIAY
A (R
p)EAS06
Desember 2008
Schedule Underrun10.81 minggu
Cost Underrun
Rp. 980,200,695
Gambar 4.1 Laporan 28 Agustus 2008
4.2.2 25 September 2008
Dari tabel 4.4 dapat dilihat nilai Varian Biaya /CV
positif (Rp 258.583.209) dan Varian Jadwal/SV positif
(Rp 147.696.077). Ini berarti bahwa bahwa pelaksanaan
pekerjaan terlaksana lebih cepat dari rencana dengan
menghabiskan biaya kurang dari anggaran (cost underrun).
1. Aspek Biaya
53
Page 54
Anggaran Biaya Keseluruhan Upper Sturcture
BAC = Rp 11.302.594.358
Anggaran Untuk Pekerjaan Tersisa
BAC – BCWP = Rp 11.302.594.358 – Rp
3.035.449.627
= Rp 8.267.144.732
Perkiraan Untuk Pekerjaan Tersisa
ETC = (BAC – BCWP) / CPI
= Rp 8.267.144.732 / 1,093
= Rp 7.562.885.040
Perkiraan Total Sampai Akhir Proyek
EAC = ETC + ACWP
= Rp 7.562.885.040 + Rp 2.776.866.418
= Rp 10.339.751.458
2. Aspek Waktu
Rencana Waktu Penyelesaian = 26 minggu
Perkiraan Waktu Untuk Pekerjaan Tersisa
ETS = (Rencana – Waktu Pelaporan) / SPI
= (26 – 5) / 1,051
= 19,98 minggu
Perkiraan Total Sampai Akhir Proyek
EAS = ETS + Waktu pelaporan
= 19,98 + 5
=24,98 minggu
Indek kinerja biaya/CPI = 1,093 > 1 (tabel 4.5) ini
menunjukan pengeluaran biaya proyek lebih kecil dari
anggaran. Dari aspek biaya terlihat bahwa BCWP lebih
besar dari ACWP. Perkiraan biaya untuk pekerjaan
54
Page 55
tersisa/ETC dan perkiraan total biaya sampai akhir
proyek/EAC kurang dari biaya keseluruhan proyek/BAC.
Indek kinerja jadwal/SPI = 1,051 > 1,00 (tabel
4.5), ini menunjukan penyelesaian proyek lebih cepat
dari rencana. Dari aspek waktu terlihat BCWP lebih
besar dari anggaran menurut jadwal/BCWS (tabel 4.4),
dan perkiraan waktu penyelesaian pekerjaan lebih cepat
1 minggu dari total waktu akhir proyek.
Dari uraian diatas dapat diartikan proyek tidak
mengalami keterlambatan, bahkan akan berakhir 1 minggu
lebih awal jika kondisi ini tetap sampai akhir
pelaksanaan proyek. Perkiraan biaya total yang
dikeluarkan kurang dari anggaran (cost underrun) dengan
selisih Rp 962.842.900.
55
Page 56
ACWP yang belum dilaporkan BCWP yang belum dilaporkan
22-Aug-0825-Sep-08
27-Nov-0829-Jan-09
0
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
2,776,866,4182,887,753,5503,035,449,627
Batas anggaran Rp11,302,594,358.
EAC Rp.10,339,751,458
ACWP BCWSWAKTU PELAPORAN
BIAYA (Rp)
EAS12 Feb 2009
19-Feb-09
Cost Underrun
Rp. 962,842,
900
Schedule Underrun
1,02 minggu
Gambar 4.2 Laporan 25 September 2008
4.2.3 30 Oktober 2008
Dari tabel 4.4 dapat dilihat nilai Varian Biaya/CV
negatif (Rp -228.121.665) dan Varian Jadwal/SV negatif
(Rp -426.836.131). Hal ini menunjukan bahwa pekerjaan
terlaksana dengan biaya melebihi anggaran (cost overrun)
dan waktu pelaksanaan proyek terlambat dari rencana.
1. Aspek Biaya
Anggaran Biaya Keseluruhan Upper Sturcture
56
Page 57
BAC = Rp 11.302.594.358
Anggaran Untuk Pekerjaan Tersisa
BAC – BCWP = Rp 11.302.594.358 – Rp
5.910.340.649
= Rp 5.392.253.710
Perkiraan Untuk Pekerjaan Tersisa
ETC = (BAC – BCWP) / CPI
= Rp 5.392.253.710 / 0,963
= Rp 5.600.378.751
Perkiraan Total Sampai Akhir Proyek
EAC = ETC + ACWP
= Rp 5.600.378.751 + Rp 6.138.462.314
= Rp 11.738.841.065
2. Aspek Waktu
Rencana Waktu Penyelesaian = 26 minggu
Perkiraan Waktu Untuk Pekerjaan Tersisa
ETS = (Rencana – Waktu Pelaporan) / SPI
= (26 – 10) / 0,933
= 17,16 minggu
Perkiraan Total Sampai Akhir Proyek
EAS = ETS + Waktu pelaporan
= 17,16 + 10
=27,16 minggu
Indek kinerja biaya/CPI = 0,963 < 1 (tabel 4.5) ini
menunjukan pengeluaran biaya proyek lebih besar dari
anggaran. Dari aspek biaya terlihat bahwa BCWP lebih
kecil dari ACWP seperti terlihat pada tabel 4.4.
Perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa/ETC dan
57
Page 58
ACWP yang belum dilaporkan BCWP yang belum dilaporkan
perkiraan total biaya sampai akhir proyek/EAC melebihi
biaya keseluruhan proyek/BAC.
Indek kinerja jadwal/SPI = 0,933 < 1,00 (tabel
4.5), ini berarti penyelesaian proyek terlambat dari
rencana. Dari aspek waktu terlihat BCWP lebih kecil
dari anggaran menurut jadwal/BCWS (tabel 4.4), dan
perkiraan total waktu sampai akhir proyek/EAS mundur
dari jadwal. Kalau kondisi ini tetap sampai akhir
pelaksanaan proyek, maka proyek mengalami keterlambatan
dari waktu yang direncanakan.
Dari uraian diatas dapat diartikan proyek mengalami
keterlambatan 1,16 minggu jika kondisi ini tetap sampai
akhir pelaksanaan proyek. Perkiraan total biaya yang
dikeluarkan melebihi anggaran (cost overrun) dengan
58
Page 59
selisih Rp436.246.707.
22-Aug-0825-Sep-08
27-Nov-0829-Jan-09
0
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
6,138,462,3146,337,176,780
5,910,340,649
Batas anggaran Rp11,302,594,358.
EAC Rp.11,738,841,065
ACWP BCWSWAKTU PELAPORAN
BIAYA (Rp)
EAS28 Feb 2009
Cost Overrun
Rp. 436,246,
707
Schedule Overrun1.16
minggu
Gambar 4.3 Laporan 30 Oktober 2008
4.2.4 27 Nopember 2008
Dari tabel 4.4 dapat dilihat nilai Varian Biaya/CV
positif (Rp 868.224.294) dan Varian Jadwal/SV positif
(Rp 1.309.979.818). Hal ini menunjukan bahwa
pelaksanaan pekerjaan terlaksana lebih cepat dari
rencana dengan menghabiskan biaya kurang dari anggaran
(cost underrun).
59
Page 60
1. Aspek Biaya
Anggaran Biaya Keseluruhan Upper Sturcture
BAC = Rp 11.302.594.358
Anggaran Untuk Pekerjaan Tersisa
BAC – BCWP = Rp 11.302.594.358 – Rp
10.199.931.379
= Rp 1.102.662.980
Perkiraan Untuk Pekerjaan Tersisa
ETC = (BAC – BCWP) / CPI
= Rp 1.102.662.980 / 1,093
= Rp 1.008.803.644
Perkiraan Total Sampai Akhir Proyek
EAC = ETC + ACWP
= Rp 1.008.803.644 + Rp 9.331.707.084
= Rp 10.340.510.728
2. Aspek Waktu
Rencana Waktu Penyelesaian = 26 minggu
Perkiraan Waktu Untuk Pekerjaan Tersisa
ETS = (Rencana – Waktu Pelaporan) / SPI
= (26 – 14) / 1,147
= 10,46 minggu
Perkiraan Total Sampai Akhir Proyek
EAS = ETS + Waktu pelaporan
= 10,46 + 14
= 24,46 minggu
Indek kinerja biaya/CPI = 1,093 > 1 (tabel 4.5) ini
menunjukan pengeluaran biaya proyek lebih kecil dari
anggaran. Dari aspek biaya terlihat bahwa BCWP lebih
60
Page 61
ACWP yang belum dilaporkan BCWP yang belum dilaporkan
besar dari ACWP. Pekerjaan biaya untuk pekerjaan
tersisa/ETC dan perkiraan total biaya sampai akhir
proyek/EAC kurang dari biaya keseluruhan proyek/BAC.
Indek kinerja jadwal/SPI = 1,147 > 1 (tabel 4.5),
ini menunjukan penyelesaian proyek lebih cepat dari
rencana. Dari aspek waktu terlihat BCWP lebih besar
dari anggaran menurut jadwal/BCWS (tabel 4.4), dan
perkiraan waktu penyelesaian pekerjaan lebih cepat ±1,5
minggu dari total waktu sampai akhir proyek.
Dari uraian diatas dapat diartikan proyek mengalami
kemajuan ±1,5 minggu lebih awal jika kondisi ini tetap
sampai akhir pelaksanaan proyek. Biaya yang dikeluarkan
kurang dari anggaran (cost underrun) sejumlah Rp
61
Page 62
962.083.630
22-Aug-0825-Sep-08
27-Nov-0829-Jan-09
0
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
9,331,707,0848,889,951,560
10,199,931,379
Batas anggaran Rp11,302,594,358.
EAC Rp.10,340,510,728
ACWP BCWSWAKTU PELAPORAN
BIAYA (Rp)
EAS09 Feb 2009
19-Feb-09
Cost Underrun
Rp. 962.083.
630
Schedule Underrun
1,54 minggu
Gambar 4.4 Laporan 27 Nopember 2008
4.2.5 25 Desember 2008
Dari tabel 4.4 dapat dilihat nilai Varian Biaya/CV
positif (Rp 972.675.271) dan Varian Jadwal/SV positif
(Rp 348.947.368). Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan
pekerjaan terlaksana lebih cepat dari rencana dengan
menghabiskan biaya kurang dari anggaran (cost underrun).
1. Aspek Biaya
62
Page 63
Anggaran Biaya Keseluruhan Upper Sturcture
BAC = Rp 11.302.594.358
Anggaran Untuk Pekerjaan Tersisa
BAC – BCWP = Rp 11.302.594.358 – Rp
10.761.172.902
= Rp 541.421.456
Perkiraan Untuk Pekerjaan Tersisa
ETC = (BAC – BCWP) / CPI
= Rp 541.421.456 / 1,099
= Rp 492.483.736
Perkiraan Total Sampai Akhir Proyek
EAC = ETC + ACWP
= Rp 492.483.736 + Rp 9.788.497.632
= Rp 10.280.981.368
2. Aspek Waktu
Rencana Waktu Penyelesaian = 26 minggu
Perkiraan Waktu Untuk Pekerjaan Tersisa
ETS = (Rencana – Waktu Pelaporan) / SPI
= (26 – 18) / 1,034
= 7,74 minggu
Perkiraan Total Sampai Akhir Proyek
EAS = ETS + Waktu pelaporan
= 7,74 + 18
=25,74 minggu
Indek kinerja biaya/CPI = 1,099 > 1 (tabel 4.5) ini
menunjukan pengeluaran biaya proyek lebih kecil dari
anggaran. Dari aspek biaya terlihat bahwa BCWP lebih
besar dari ACWP. Perkiraan biaya untuk pekerjaan
63
Page 64
ACWP yang belum dilaporkan BCWP yang belum dilaporkan
tersisa/ETC dan perkiraan total biaya sampai akhir
proyek/EAC kurang dari biaya keseluruhan proyek/BAC.
Indek kinerja jadwal/SPI = 1,034 > 1 (tabel 4.5),
ini menunjukan penyelesaian proyek lebih cepat dari
rencana. Dari aspek waktu terlihat bahwa BCWP lebih
besar dari anggaran menurut jadwal/BCWS (tabel 4.4),
dan perkiraan waktu penyelesaian pekerjaan lebih cepat
dari total waktu sampai akhir proyek.
Dari uraian diatas dapat diartikan proyek sedikit
lebih maju dari rencana jika kondisi ini tetap sampai
akhir pelaksanaan proyek. Perkiraan total biaya yang
dikeluarkan kurang dari anggaran (cost underrun) dengan
64
Page 65
selisih Rp.1.021.612.990
22-Aug-0825-Sep-08
27-Nov-0829-Jan-09
0
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
9,788,497,632
10,412,225,53410,761,172,902
Batas anggaran Rp11,302,594,358.
EAC Rp.10,280,981,368
ACWP BCWSWAKTU PELAPORAN
BIAYA (Rp)
EAS18 Feb 2009
19-Feb-09
Schedule Underrun1 hari
CostUnderrun
Rp.1,021,612
,990
Gambar 4.5 Laporan 25 Desember 2008
4.2.6 29 Januari 2009
Dari tabel 4.4 dapat dilihat nilai Varian Biaya/CV
positif (Rp 1.073.240.752) dan Varian Jadwal/SV positif65
Page 66
(Rp 206.995.722). Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan
pekerjaan terlaksana lebih cepat dari rencana dengan
menghabiskan biaya kurang dari anggaran (cost underrun).
1. Aspek Biaya
Anggaran Biaya Keseluruhan Upper Sturcture
BAC = Rp 11.302.594.358
Anggaran Untuk Pekerjaan Tersisa
BAC – BCWP = Rp 11.302.594.358 – Rp
11.287.858.646
= Rp 14.735.712
Perkiraan Untuk Pekerjaan Tersisa
ETC = (BAC – BCWP) / CPI
= Rp 14.735.712 / 1,105
= Rp 13.334.652
Perkiraan Total Sampai Akhir Proyek
EAC = ETC + ACWP
= Rp 13.334.652 + Rp 10.214.617.894
= Rp 10.227.952.546
2. Aspek Waktu
Rencana Waktu Penyelesaian = 26 minggu
Perkiraan Waktu Untuk Pekerjaan Tersisa
ETS = (Rencana – Waktu Pelaporan) / SPI
= (26 – 23) / 1,019
= 2,94 minggu
Perkiraan Total Sampai Akhir Proyek
EAS = ETS + Waktu pelaporan
= 2,94 + 23
=25,94 minggu
66
Page 67
Indek kinerja biaya/CPI = 1,105 > 1 (tabel 4.5) ini
menunjukan pengeluaran biaya proyek lebih kecil dari
anggaran. Dari aspek biaya terlihat bahwa BCWP lebih
besar dari ACWP. Perkiraan biaya untuk pekerjaan
tersisa/ETC dan perkiraan total biaya sampai akhir
proyek/EAC kurang dari biaya keseluruhan proyek/BAC.
Indek kinerja jadwal/SPI = 1,019 > 1 (tabel 4.5),
ini menunjukan penyelesaian proyek mendekati rencana
yang ditetapkan. Dari aspek waktu terlihat bahwa BCWP
lebih besar dari anggaran menurut jadwal/BCWS (tabel
4.4), dan waktu penyelesaian pekerjaan akan berakhir
sesuai dengan jadwal.
Dari uraian diatas dapat diartikan proyek berjalan
sesuai dengan jadwal, jika kondisi ini tetap maka
proyek akan selesai tanggal 19 Februari 2009. Perkiraan
total biaya yang dikeluarkan kurang dari anggaran (cost
67
Page 68
ACWP yang belum dilaporkan BCWP yang belum dilaporkan
underrun) dengan selisih Rp.1.074.641.812.
22-Aug-0825-Sep-08
27-Nov-0829-Jan-09
0
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
10,214,617,894
11,080,862,92511,287,858,646
Batas anggaran Rp11,302,594,358.
EAC Rp.10,227,952,546
ACWP BCWSWAKTU PELAPORAN
BIAYA (Rp)
EAS19 Feb 2009
19-Feb-09
Cost Underrun
Rp. 1,074,641,81
2
Sesuai Jadwal
Gambar 4.6 Laporan 29 Januari 2009
4.2.7 5 Februari 2009
68
Page 69
Pada 5 Februari 2009 upper-structure proyek Stikom Bali
selesai dibangun. Waktu akhir pelaksanaan proyek
mengalami kemajuan 2 minggu dari rencana semula yang
berakhir tanggal 19 Pebruari 2009. Total biaya yang
dikeluarkan kurang dari anggaran (cost underrun) sejumlah
Rp. 10.228.177.035 dengan keuntungan Rp. 1.074.417.323.
Berikut pelaporan pada tanggal 5 Februari 2009:
Gambar 4.7 Laporan 05 Februari 2009
69
0
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
10,228,177,035
11,205,349,363
11,302,594,358Batas anggaran
Rp11,302,594,358.
ACWP BCWS BCWP
WAKTU PELAPORAN
BIAYA (Rp)
Proyek selesai
05 Februari
2009
Cost Underrun
Rp. 1,074,417,3
23
Schedule
Underrun2
minggu
Page 71
4.3 Dampak Terhadap Mutu
Persyaratan mutu merupakan sasaran pengelolaan
proyek disamping biaya dan jadwal. Dalam hubunganya
dengan peralatan, material, dan cara kerja dapat
dianggap memenuhi persyaratan mutu apabila dipenuhi
semua syarat yang ditentukan dalam kriteria dan
spesifikasi. Seperti kita ketahui pelaksanaan proyek
tidak mungkin akan berjalan seratus persen sesuai
dengan rencana, terutama bagi proyek yang besar dan
kompleks. Perubahan jadwal dan anggaran berpotensi
mengakibatkan perubahan mutu dilapangan sesuai dengan
korelasi yang erat diantara ketiganya. Pada subbab ini
akan dianalisis dampak yang ditimbulkan terhadap mutu
akibat perubahan jadwal dan anggaran pada Proyek STIKOM
BALI. Mutu yang dianalisis sebatas kolom, pelat, dan
balok struktur bagian atas. Pada kasus Proyek
Pembangunan Gedung STIKOM BALI kriteria dan
spesifikasinya dituangkan pada Gambar Rencana Struktur
(lampiran H).
4.3.1 Kolom
Pembuatan kolom pada Proyek STIKOM dilaksanakan
dengan cara konvensional. Terdiri dari 4 tipe kolom,
yaitu dua kolom persegi K1 (500/500), dan K2 (300/300),
serta dua kolom persegi panjang K3 (200/500), dan K4
(200/400). Berikut kriteria dan spesifikasi tipe kolom
sesuai gambar rencana struktur:
71
Page 72
Tabel 4.7 Spesifikasi kolom berdasarkan Gambar Rencana
Struktur
Tip
eDimensi
fc’
(Kg/cm2)
Fy
(MPa)
Tul.
Utama
Sengkan
g
JumlahLt
.1
Lt
.2
Lt
.3
Lt
.4
K 1500/500/35
00275 400
12 D
19
D10-15048 48 48 40
K 2300/300/35
00275 400
12 D
16
D8-2003 1 1 1
K 3200/500/35
00275 400
14 D
16
D8-2002 1 1 1
K 4200/400/35
00275 400
15 D
16
D8-2002 2 2 2
Pengamatan dilakukan saat pekerjaan kolom dilakukan,
baik pada lantai 1, 2, 3, dan 4. Adapun urutan
pelaksanaan pekerjaan kolom adalah sebagai berikut;
a. Tulangan kolom yang sudah terpasang saat
pembuatan pondasi dicek kembali terhadap as-nya
agar kolom yang dibuat sesuai dengan gambar
rencana. Begitu juga dilakukan untuk lantai dua,
tiga, dan empat.
b. Tulangan kolom dirakit terlebih dahulu. Tulangan
kolom tipe K1 dirakit dengan dimensi 500/500
menggunakan tulangan 12-D19 tetapi dengan
tulangan sengkang Ø10-150. Begitu juga dengan
kolom tipe K2, K3, dan K4 dirakit dengan dimensi
dan tulangan utama yang sesuai dengan gambar
rencana, tetapi menggunakan tulangan sengkang Ø8-
200. Pelengkungan tulangan sengkang yang harusnya
72
Page 73
memenuhi standar 450 tidak dilaksanakan dengan
semestinya, hanya dibengkokan sekitar 900.
c. Bekesting kolom yang terbuat dari papan kayu
dirakit dengan dilengkapi sabuk kolom dan mur
kolom. Selanjutnya tulangan dan bekesting kolom
yang telah dirakit dipasang dengan cara diangkut
mobile crane. Sebelum bekesting kolom dipasang
terlebih dahulu dipasang beton decking dengan
mutu beton yang sama setebal 4cm. Setelah
bekesting kolom dipasang, dilanjutkan dengan
menyetel kolom tersebut agar tegak lurus pada
sumbunya. Posisi tegak kolom disetel dengan
menggunakan unting-unting agar tidak terjadi
eksentrisitas pada kolom yang cukup besar
(mencegah timbulnya momen). Untuk menahan kolom
agar tidak bergeser maka bekesting kolom disokong
dengan pipe support pada empat sisi bekisting.
d. Pengecoran kolom menggunakan beton siap pakai
yang dipesan dari PT. Torsina Redikon dengan mutu
beton K 275. Proses pengecoran ini menggunakan
bucket yang diangkut dengan bantuan mobile crane.
Selama pemadatanya, campuran beton dalam
bekesting dirojok menggunakan besi dan dipukul-
pukul pada bagian sisi-sisi kolom. Pembukaan
bekesting dilakukan setelah beton berumur 2 hari
dan rata-rata setelah 7 hari langsung
dibebani/dipasang balok precast. Berdasarkan data
uji kuat tekan beton (lampiran F) yang dilakukan
73
Page 74
kontraktor, rata-rata kuat tekan yang dihasilkan
oleh 30 benda uji kubus adukan K 275 yang sudah
dikonversi ke 28 hari adalah 310,80 Kg/cm2 dan
berdasarkan Peraturan Beton Indonesia Tahun 1971
didapatkan perhitungan kuat tekan karakteristik
sebesar 277,25 Kg/cm2 (perhitungan lampiran G).
Kuat tekan beton ini sudah memenuhi mutu yang
diharapkan pada spesifikasi yaitu menghasilkan
kuat tekan sebesar 275 Kg/cm2.
74
Gambar 4.8Pemasangan tulangan
kolom
Gambar 4.9Pemasangan bekisting
kolom
Gambar 4.10Pengunaan tulangan
12D16 dan sengkang Ø8-200 pada kolom K2
Gambar 4.11Pengunaan tulangan12D19 dan sengkang
Ø10-150 pada kolom K1
Page 75
Dari uraian diatas terlihat pekerjaan kolom sudah
terlaksana dengan benar tapi ada beberapa hal yang
tidak sesuai dengan spesifikasi dan kriteria yang
ditetapkan yang tentu saja dapat menyebabkan
pengurangan mutu dilapangan, yaitu penggunaan sengkang
non ulir pada semua pekerjaan kolom, dan pelengkungan
sengkang tidak 450. Pengerjaan kolom merupakan hal yang
sangat vital pada struktur, sehingga pengerjaanya pun
seharusnya dilakukan dengan benar sesuai spesifikasi
yang ditetapkan.
4.3.2 Balok dan Pelat Lantai
Pekerjaan balok dan pelat lantai dilakukan bersama-
sama agar didapatkan konstruksi yang monolith. Balok
dan pelat lantai yang digunakan adalah dengan
75
Gambar 4.12Pengecoran beton ready mix
pada kolom
Page 76
menggunakan metode precast, yaitu membuat cetakan-
cetakan balok dan pelat lantai di tempat yang terpisah
(diproduksi oleh Pasific Prestress Indonesia dan di
distribusikan oleh PT. Satriacipta Astakencana). Mutu
beton yang digunakan adalah K 500 dan kuat tarik baja
4000 Kg/cm2, sedangkan untuk pengecoran ready mix
menggunakan K 300 (lampiran H). Kemudian balok dan
pelat dirakit pada struktur menggunakan bantuan alat
mobile crane. Tetapi ada beberapa bagian balok yang
menggunakan cara konvensional pada tangga dan teras.
Tahap pelaksanaannya, yaitu sebagai berikut :
1. Pekerjaan Pemasangan Balok Precast Presstress
Dalam proses pekerjaan pemasangan balok precast,
balok yang mempunyai panjang 6 m, 8 m, dan 4 m yang
telah dipersiapkan sebelumnya diangkut dengan truk
crane. Balok precast yang dipesan (lampiran E) sudah
memenuhi gambar denah yang ditetapkan (lampiran H),
baik dari ukuran maupun jumlah. Penurunan balok precast
dilakukan pada tempat yang bisa dijangkau oleh mobile
crane. Balok precast ini ditumpuk berurutan dari bawah
untuk pekerjaan akhir sampai atas untuk pekerjaan awal.
Pengangkutan balok ini kedalam struktur menggunakan
tali baja yang dikaitkan pada lifting point yang sudah
terpasang pada precast, kemudian tali baja tersebut
ditarik oleh mobile crane ke keatas kolom. Sebagai
penyangganya dipasang steger tepat dibawah balok agar
balok tidak bergeser pada tempatnya saat disambung
76
Page 77
dengan kolom maupun dicor. Setelah dipasang di
tempatnya, balok pracetak ini kemudian dipasang
tulangan tumpuan D22 di atas balok tersebut. Pada
bagian sambungan antar balok yang terletak di atas
kolom kemudian diikat menggunakan kawat dan di las.
Pemasangan bekisting dilakukan hanya pada sisi-sisi
gedung dan pada pertemuan balok kolom agar beton tidak
tumpah dan tercetak dengan sempurna saat pengecoran.
Pengecoran dilakukan setelah pemasangan pelat half slab
terpasang pada balok. Pemasangan balok beton pracetak
prategang ini tipikal untuk semua lantai.
2. Pekerjaan Balok Konvensional
Pekerjaan balok konvensional pada lantai dasar
sampai lantai empat digunakan pada balok tangga dan
teras pada lantai satu. Terdapat sembilan jenis balok
yaitu B1, B2, B3, B4, B5, B6, B10, B11, B12,
spesifikasinya sesuai dengan gambar rencana struktur
(lampiran H). Pekerjaan dimulai dengan pemasangan
steger, setelah itu dilanjutkan dengan perakitan
bekisting yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan
dipasang mengikuti as-as kolom dan elevasi. Pemotongan
dan pembengkokan tulangan dilakukan dihalaman site,
sedangkan perakitan tulangan dilakukan diatas
bekisting. Pemasangan tulangan sesuai dengan detail
gambar rencana, tapi untuk sengkang mengunakan besi non
ulir. Setelah pemasangan tulangan balok selesai
dilanjutkan dengan pemasangan beton decking setebal
77
Page 78
40mm. Pengecoran beton redy mix dilakukan dengan
bantuan concrete pump dan untuk areal yang tidak dapat
dijangkau oleh concrete pump digunakan bucket yang
diangkat oleh mobile crane. Pengecoran ini dilakukan
setelah pemasangan pelat half slab.
3. Pekerjaan Pemasangan Half Slab
Dalam proses pekerjaan pemasangan pelat lantai half
slab hampir sama dengan pelaksanaan balok precast.
Pelat yang telah dipersiapkan sebelumnya diangkut
dengan truk crane, kemudian diletakan bersusun menurut
urutan pekerjaan Pelat half slab ini memakai mutu beton
K 500 dan tulangan D10-300 dengan kuat tarik baja 4000
Kg/cm2.
Pengangkutanya dilakukan dengan bantuan mobile crane
menggunakan tali baja yang dikaitkan pada lifting point
yang terdapat pada pelat itu sendiri. Dibawahnya
disokong steger agar pelat diam pada tempatnya. Untuk
pelat tipe 8 m x 6 m dan 8 m x 4 m dipasng 4 buah half
slab, sedangkan untuk tipe 6 m x 4 m dipasang 3 buah
half slab. Pemasangan half slab berhimpit antara satu
dengan yang lainya, celah yang berhimpit tersebut
kemudian diberi campuran semen pasir yang bertujuan
agar tidak terjadi kebocoran pada saat pengecoran.
Setelah dipasang di tempatnya, steak pada pelat lantai
half slab ini kemudian dibengkokan dengan balok dan
pelat lainya, kemudian pada bagian atas pelat tersebut
dipasang tulangan tekan BRC M7. Pada bagian sambungan
78
Page 79
antara balok dengan pelat lantai kemudian di cor dengan
menginjeksikan beton ready mix ke dalam ruang kosong
tersebut dan diatas pelat lantai dikerjakan lapisan
beton setebal 8 cm. Pengecoran beton ready mix ini
disiapkan oleh PT. Torsina Redikon dengan pemesanan
mutu beton K 300 dimana uji kuat tekan beton dengan
umur 30 hari yang dikonversi ke 28 hari adalah 326,78
Kg/cm2, kuat tekan ini sudah lebih dari cukup dari
spesifikasi yang ditetapkan yaitu sebesar 300 Kg/cm2,
tapi pengujian mutu beton K 300 ini hanya memakai satu
benda uji, dimana dalam PBI Th 1971 tercantum benda uji
minimum yang harus diambil adalah 20 buah. Kurangnya
benda uji dari persyaratan akan berdampak kurang
akuratnya data dari pengujian tersebut.
Pada bagian kamar mandi pemakaian pelat lantai
paracetak prategang ini diganti dengan pemakaian
komposit plat metal deck dengan beton. Di atasnya
dipasangi tulangan dan kemudian dicor. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan pemasangan pipa plumbing
79
Gambar 4.13 Pemasangan Steger
Gambar 4.14Pengangkatan Half Slab
Page 80
Dari uraian diatas terlihat ada beberapa pengurangan
mutu yang terjadi dilapangan. Diantaranya penggunaan
sengkang non ulir dan pembengkokan besi sengkang yang
tidak 450 pada pekerjaan balok konvensional, dan jumlah
pembuatan benda uji beton K 300 yang tidak sesuai
persyaratan.
80
Gambar 4.16 Pembengkokan Tulangan Steak pada Half Slab
Gambar 4.15 Pemberian Tulangan Tumpuan padaBalok Precast
Page 81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada masing-masing
pelaporan Upper Structure Proyek Pembangunan Gedung
STIKOM BALI dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari Aspek Biaya:
a. Pada pelaporan tanggal 28 Agustus dan 25
September 2008, perkiraan total biaya
pengeluaran proyek kurang dari anggaran (cost
underrun) yaitu sebesar Rp 10.339.751.458,
lebih kecil Rp962.842.900 dari anggaran.
Dibuktikan dengan biaya aktual (ACWP) yang
dikeluarkan sebesar Rp 2.776.866.418 lebih
kecil dari anggaran untuk pekerjaan yang
telah diselesaikan (BCWP) sebesar Rp
3.035.449.627, sehingga varian biaya (CV)
menunjukan angka positif (Rp 258.583.209).
b. Pada pelaporan tanggal 30 Oktober 2008
menunjukan pengeluaran proyek lebih besar
dari anggaran (cost overrun). Perkiraan total
biaya proyek melebihi anggaran dengan
perkiraan kerugian sebesar Rp 436.246.707.
Varian biaya (CV) menunjukan angka negatif,
hal ini dibuktikan dengan biaya aktual
(ACWP) yang dikeluarkan sebesar Rp81
Page 82
6.138.462.314 lebih besar dari anggaran
untuk pekerjaan yang telah diselesaikan
(BCWP) sebesar Rp 5.910.340.649.
c. Pada pelaporan tanggal 27 Nopember 2008
sampai dengan 29 Januari 2009 pengeluaran
proyek lebih kecil dari anggaran (cost
underrun). Ditunjukan dengan varian biaya
(CV) yang bernilai positif, hal ini
dibuktikan dengan biaya aktual (ACWP) yang
dikeluarkan sebesar Rp 10.214.617.894 lebih
kecil dari anggaran untuk pekerjaan yang
telah diselesaikan (BCWP) sebesar
Rp11.287.858.646.
d. Berdasarkan kecendrungan atau kondisi yang
terjadi pada saat pelaporan tidak mengalami
perubahan maka dapat diketahui total biaya
sampai akhir proyek adalah Rp 10.228.177.035
lebih kecil dari anggaran biaya proyek Rp
11.302.594.358. Keuntungan yang diperoleh
sebesar Rp 1.074.417.323 (9,506 % dari
anggaran biaya proyek).
2. Dari Aspek Waktu:
a. Pada pelaporan tanggal 28 Agustus 2008
perkiraan total waktu sampai akhir proyek
(EAS), proyek mengalami kemajuan 10,81
minggu. Varian jadwal (SV) menunjukan angka
positif dengan nilai indeks kinerja jadwal
82
Page 83
1,762 yang berarti pelaksanaan pekerjaan
sangat baik.
b. Pada pelaporan tanggal 30 Oktober 2008
proyek mengalami keterlambatan. Dari
perkiraan total waktu sampai akhir proyek
(EAS), proyek mengalami keterlambatan 1,16
minggu. Varian jadwal (CV) menunjukan angka
negatif dengan nilai indeks kinerja jadwal
kurang dari satu yaitu 0,933.
c. Pada pelaporan tanggal 27 Nopember dan 25
Desember 2008, varian jadwal (SV) menunjukan
angka positif yang berarti pelaksanaan
pekerjaan lebih cepat dari jadwal. Dari
perkiraan total waktu sampai akhir proyek
(EAS) pada tanggal 27 Nopember proyek
mengalami kemajuan 1,54 minggu dan pada
tanggal 25 Desember mengalami kemajuan 1
hari.
d. Berdasarkan kecendrungan atau kondisi yang
terjadi pada saat pelaporan tidak mengalami
perubahan maka dapat diketahui pelaksanaan
proyek mengalami kemajuan 2 minggu dari
jadwal yang direncanakan.
3. Dari Aspek Mutu:
Pelaksanaan pekerjaan kolom, balok, dan
pelat pada upper structure Proyek STIKOM BALI
pada umumnya sudah sesuai dengan kriteria dan
spesifikasi yang ditentukan pada gambar rencana
83
Page 84
struktur. Tapi ada beberapa hal yang tidak
sesuai yang dapat menyebabkan terjadinya
pengurangan mutu, diantaranya:
a. Tidak digunakanya sengkang ulir dan
pembengkokan tulangan sengkang yang tidak 450
pada pekerjaan kolom dan balok konvensional.
b. Tidak terpenuhinya jumlah benda uji untuk
beton ready mix K 300 yang digunakan pada
pelaksanaan beton toping. Benda uji yang
digunakan hanya satu buah, dimana
berdasarkan Peraturan Beton Indonesia
minimal ada 20 benda uji yang diujikan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis maka dapat
disarankan beberapa hal sebagai berikut:
4. Jika proyek mengalami keterlambatan maka perlu
diadakan penjadwalan ulang (rescheduling) agar
waktu penyelesaian proyek dapat kembali sesuai
dengan rencana.
5. Pengawasan mutu sebaiknya tidak dilakukan oleh
pihak kontraktor saja, perlu juga diawasi oleh
konsultan pengawas dan pemilik proyek sendiri.
Hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan
mutu dilapangan yang akan merugikan pihak
owner.
84