X
Perjalanan Hidup Saya, Alfi Kurnia AdhaNama saya Alfi Kurnia
Adha, teman- teman sekolah saya biasa memanggil saya Adha. Tapi
panggilan saya ketika di rumah berubah menjadi Alfi, bahkan ada
tetangga saya yang memanggil saya Novi. Apalah arti sebuah nama
Saya memberikan kebebasan berekspresi kepada orang- orang ketika
memanggil saya. Saya lahir di Kota Klaten nan Bersinar ini pada 2
mei bertepatan saat peringatan Hari Pendidikan Nasional 17 tahun
lalu.
Saya bersyukur karena Tuhan telah banyak memberi saya
kebahagiaan. Saya memiliki keluarga yang sederhana namun unik, dan
juga teman- teman dari latar belakang, ras, suku, sifat, maupun
warna kulit yang berbeda. Keluarga saya memiliki latar belakang
hobi, bakat, dan profesi. Ayah saya, Bambang Riyanto adalah seorang
pegawai di Dinas Pekerjaan Umum, dan ibu saya, Dwi Rahayu
sebenarnya tidak bekerja, namun bisa dikatakan bekerja. Ibu adalah
orang yang aktif, walaupun predikatnya ialah sebagai ibu, beliau
jauh lebih aktif dibandingkan dengan ayah saya. Yang saya tahu,
saat ini ibu aktif di beberapa organisasi sosial, agama maupun
dalam bisnis asuransi. Saya juga mempunyai kakak yang jago menari,
mulai dari Tari Jawa klasik gaya Yogyakarta yang halus, lemah
gemulai sampai Tari Hip Hop yang enerjik. Dialah kakak saya
satu-satunya yang bernama Indah Kurnia Anisafitri yang sampai saat
ini masih tercatat sebagai mahasiswi semester 9 Institut Seni
Indonesia Yogyakarta.
Saya kira perkenalan tentang anggota keluarga sudah cukup, nah
kini saatnya saya bercerita tentang masa kecil saya, mari saya ajak
kalian kembali ke tahun 1999, ketika saya berusia 4 tahun. Seingat
saya, di tahun ini setelah Presiden Soeharto lengser, film India
sedang nge-trend di Indonesia, mungkin kalau sekarang ini ya
seperti deman K-Pop lah. Sama halnya seperti deman Korea yang baru
digangrungi banyak ABG, film India di era 90 an dulu juga banyak
fansnya, bahkan simbah-simbah sampai anak balita pun setiap hari
menonton film India. Termasuk saya, hamper tiap hari selalu nonton
film India di rumah tetangga.
Menginjak usia 5 tahun, ibu memutuskan untuk memasukkan saya ke
Taman kanak- Kanak Aisyiah Busthanul Atfhal, Danguran. Wahh, saya
gembira sekali waktu itu karena saya akan jadi anak TK. Di usia
ini, saya suka sekali dengan acara tv Tweenes, dan Teletubies.
Bahkan, kami club anak- anak TK selalu minta pulang awal sebelum
jam 10 agar bisa menonton Teletubies di rumah. Tahukah? Saya sangat
mengidolakan tokoh Lala, Teletubies kuning dan Po si merah pemilik
antena bundar yang paling imut diantara teman-temannya. Selayaknya
anak TK lainnya, saya memiliki sahabat dekat yaitu Rika, Risa, dan
Isna yang semuanya saat ini bersekolah di SMA N 2 Klaten. Bersama
dengan merekalah untuk pertama kalinya kami berhasil menyabet Juara
1 Tari tingkat Kecamatan Klaten-Selatan.
Menginjak usia 6 tahun, saya lulus dari TK, saya melanjutkan ke
Sekolah Dasar. SD Negeri 1 Sumberejo, almamater saya bersama teman
saya Ira (XII IPA 4) menuntut ilmu. Ira adalah teman baik saya
ketika SD walaupun sebenarnya dia anak baru yang pindah dari
Kotagede, Yogyakarta. Orangnya pun baik dan pintar. Dimasa SD, saya
juga suka bermain layang-layang bersama dengan Devi, teman saya
yang tomboy yang kebayakan temannya laki-laki. Atau kalau saya
sedang mood untuk agak lebih feminin, saya bermain masak-masakan
bersama dengan teman saya yang bernama Yuli. Saat SD saya juga
mengikuti berbagai lomba mata pelajaran, Porseni, maupun
menggambar. Namun, tidak semuanya berhasil mendapatkan juara. Tapi,
Alhamdulillah selama 6 tahun belajar di Sekolah Dasar, akhirnya
saya diterima di SMP Negeri 1 Klaten.Kini saya duduk di bangku
putih- biru, SMP Negeri 1 Klaten. Di masa inilah saya mulai
mengenal organisasi tempat saya bersosialisasi, belajar dan
berkarya, mulai dari Dewan Penggalang, OSIS, hingga Palang Merah
Remaja. Kini, saya yang dulu sikenal sebagai siswa yang kalem, dan
pendiam ber-revolusi menjadi anak yang aktif dan suka
berorganisasi. Dari semua kegiatan yang saya ikuti, ternyata
Pramuka lah yang menarik hati saya. Berbicara tentang Pramuka,
Pramuka tidak bias dipisahkan dari hidup saya. Saya adalah satu
dari banyak orang yang aktif dalam kegiatan Pramuka, ibaratnya
pahit, manis, bahkan asam sudah saya jalani. Mulai dari berbaris di
siang hari yang sangat terik, kena hukuman push-up 50 kali dan
sampai long marche 20 km pernah saya alami. Sekilas, bagi orang
awam hal-hal seperti itu sangat tidak enak, dan menyiksa. Ya, saya
akui memang tidak enak tapi justru itu yang menjadi sensasi dan hal
unik yang tidak bias dilupakan bersama teman- teman. Jerih payah
saya tidak sia-sia, sekolah mengirimkan saya untuk mengikuti
seleksi kemah. Saya hanya menurut saja saat itu. Tak diduga kwarcab
mempercayai saya sebagai ketua Kontingen yang mewakili Jawa Tengah
dalam Kemah Budaya Nasional 2009 yang diselenggarakan di Kota
kelahiran Bapak SBY, Pacitan. Kurang lebih 2 bulan, waktu yang kami
butuhkan untuk persiapan, mulai dari perlengkapan tenda, tali,
tongkat bahkan hingga pentas seni. Ada banyak pengalaman menarik
selama saya mengikuti kemah ini, mulai dari menunggu bis yang telat
hingga 3 jam, hanya mandi selama 2 kali saat kemah padahal acara
kemah selama 6 hari, hingga berkesempatan memiliki teman baru dari
Manado, Padang, Belitung hingga Papua. Sungguh, pengalaman yang tak
bias saya lupakan. Hal yang paling mengejutkan sekaligus
menggembirakan saat kami berhasil memperoleh Juara 1 Pentas Seni,
yang saat itu kami menampilkan Sendratari Rama-Sinta dan dinobatkan
sebagai Regu Tergiat.Menginjak bangku putih abu-abu. Pramuka masih
memikat hati saya, saya menjadi anggota Dewan Ambalan dan menjabat
sebagai Bendahara/ Juru Uang Putri. Sebagai seorang pandu, berkemah
tetap menjadi hobi saya. Kelas X, untuk pertama kalinya saya diutus
bersama teman-teman yang tergabung dalam Dewan Ambalan mengikuti
Kemah Kebangsaan 2010 bertempat di Korem 073/ Makutarama, Meteseh,
Semarang. Karena acara ini diselenggarakan oleh TNI, maka kami
harus mengikuti seluruh tata tertib, dan aturan yang berlaku di
pendidikan militer. Hal yang tidak terlupakan ketika jam 2 pagi,
saat kami tidur dengan nyenyaknya tiba-tiba terdengar suara ledakan
dari tengah lapangan. Seketika, kami terkejut dan terbangun dari
tidur. Kami di bariskan, dan tahukah, kami dibariskan hanya untuk
ditanyai apakah anggota regu sudah lengkap atau belum. Lalu, kami
dipersilakan untuk melanjutkan tidur kembali.Kemah lainnya yang
saya ikuti antara lain Tesa Penitra 2011 yang diadakan oleh
kakak-kakak senior saya di Dewan Ambalan dan merupakan kegiatan
wajib bagi kelas X, dan Kemah Bhakti Pemuda Provinsi Jawa Tengah
2011 yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi
Jawa Tengah bertempat di Purbalingga.Menginjak kelas XI, selain
aktif di organisai kepramukaan dan jurnalistik saya juga tidak
meninggalkan akademik saya, tahun ini saya mencoba mengikuti
seleksi OSN bidang Kebumian. Tahap demi tahap saya lewati, dari 12
besar, 6 besar hingga 3 besar terbaik yang mewaikili sekolah di
tingkat kabupaten. Alhamdulillah, setelah tahun lalu gagal, kali
ini saya berhasil menyabet Juara 3 OSN bidang Kebumian, dan berhak
melaju ke tingkat provinsi. Saya telah berusaha semaksimal mungkin,
namun saya harus berbesar hati, karena perjalanan saya terhenti di
tingkat provinsi, sehingga saya tidak bias mewakili ke tingkat
nasional.Kelas XII SMA, semua jabatan di organisasi sudah saya
tanggalkan, itu berarti kelas XII adalah kelas dimana saya harus
mempersiapkan otak dan mental untuk menghadapi Ujian Akhir. Saya
harus fokus dalam urusan belajar, dan tidak akan terpengaruh oleh
hal-hal yang dapat merusak konsentrasi.Lebih dari 12 tahun saya
telah mengenyam bangku pendidikan di Indonesia. Semakin bertambah
usia, semakin saya tahu bahwa sistem pendidikan di negeri ini masih
memiliki kekurangan di sana-sini, saya merasa bahwa sistem
pendidikan ini hanya mengubah orang yang bodoh menjadi orang pintar
yang tidak bermoral. Maka, saya ingin memberikan kualitas
pendidikan terbaik yang dilihat dari segi agama, moral, maupun ilmu
pengetahuan bagi putra-putri bangsa generasi mendatang. Langkah
awal untuk mewujudkan itu semua yakni dengan menjadi pengusaha
sukses yang bisa menguasai pasar internasional, sehingga nantinya
dapat berguna untuk kemajuan Bangsa Indonesia.Itulah, perjalanan
hidup saya selama 17 tahun ini.
Alfi Kurnia Adha
06/ XII IPA 7