PendahuluanA.Latar Belakang MasalahSapi perah merupakan hewan
ternak yang menghasilkan susu sebagai produk utamanya. Susu dan
produk olahannya adalah bahan pangan dan pangan bagi konsumsi
manusia. Kebutuhan akan susu terus semakin meningkat seiring dengan
perkembangan jumlah penduduk, tingkat pendapatan, dan selera
masyarakat. Tetapi kualitas susu harus tetap dipertanyakan seiring
dengan meningkatnya permintaan susu. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas susu. Salah satunya adalah pakan
ternak.Sehubungan dengan pakan ternak, besar keinginan kami untuk
mengetahui pakan ternak beserta kandungannya yang diberikan untuk
sapi perah. Agar kami dapat memahami pengaruh dari pakan ternak
yang diberikan terhadap kualitas susu sapi perah tersebut.Hasil
dari pemahaman kami, kami bentuk dalam karya tulis ini. Adapun
judul yang kami ajukan adalah Pengaruh Pakan Ternak terhadap
Kualitas Susu Sapi Perah.B.Rumusan MasalahDalam karya tulis ini
kami membuat rumusan masalah agar mudah dipahami sebagai berikut
:1. Apakah jenis pakan ternak yang diberikan untuk sapi perah?2.
Apakah kandungan yang dibutuhkankan sapi perah dalam pakan
tersebut?3. Apakah pengaruh yang diberikan pakan ternak terhadap
kualitas susu sapi perah?C.Batasan MasalahDari perumusan masalah
diatas, kami memberikan batasan masalah agar pembahasan yang akan
dibahas lebih terfokus. Adapun batasan masalah tersebut adalah
pemahaman pakan ternak untuk sapi perah dalam segi jenis dan
kandungan yang ada didalamnya. Sehingga dapat dipahami pengaruh
yang diberikan pakan ternak terhadap kualitas susu sapi
perah.D.TujuanAdapun tujuan yang didapat dari karya tulis siswa
ini, sebagai berikut :1. Agar pembaca dapat megetahui jenis pakan
ternak yang diberikan untuk sapi perah.2. Agar pembaca dapat
memahami kandungan yang terdapat dalam pakan ternak sapi perah.3.
Agar pembaca dapat mengerti akan pengaruh yang diberikan pakan
terhadap kualitas susu sapi perah.BAB IILandasan TeoriA.Pakan
Ternak Sapi PerahPakan untuk ternak, terutama untuk ternak Sapi
yang sehat memerlukan jumlah pakan yang cukup dan berkualitas.
Nutrisi yang terkandung dalam pakan ternak merupakan unsur penting
untuk menjamin kesehatan sapi, pertumbuhan badan yang optimal dan
kesehatan reproduksi. Sapi muda memerlukan jumlah pakan yang terus
meningkat sampai dicapai pertumbuhan badan yang maksimal. Sapi yang
sedang bunting memerlukan pakan dengan kandungan nutrisi yang lebih
baik untuk pertumbuhan fetus. Pakan hijauan kaya akan berbagai
nutrisi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral. Disamping itu, sapi memerlukan ketersediaan
serat kasar yang cukup. Jenis pakan : (1) pakan kasar; merupakan
pakan yang kadar nutrisinya rendah, yakni kandungan nutrisi pakan
tidak sebanding dengan jumlah fisik volum pakan tersebut. Misalnya
rumput alam, jerami, batang jagung, pucuk daun singkong, dll. Sapi
sangat membutuhkan pencernaan untuk bekerja secara baik, membuat
rasa kenyang dan mendorong kelancaran getah kelenjar pencernaan ke
luar. Rumput yang sudah menua kandungan nutrisinya telah menurun.
(2) pakan penguat; merupakan pakan yang mengandung nutrisi tinggi
dengan kadar serat kasar yang rendah. Pakan konsentrat meliputi
bahan pakan yang terdiri dari biji-bijian, jagung giling, tepung
kedelai, dedak, dll. Peranan pakan konsentrat adalah untuk
meningkatkan nilai nutrisi yang rendah agar memenuhi kebutuhan
normal hewan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat (Akoso BT.
(1996) yang dikutip olehhttp://duniaveteriner.com).B.Kualitas Susu
Sapi PerahSusu yang berkualitas, adalah susu yang memenuhi standar
kandungan sususapi. Menurut Prof. Douglas Goff, seorang dairy
scientist dari University of Guelph, Kanada menyatakan, komposisi
susu terdiri atas air (water), lemak susu (milk fat), dan bahan
kering tanpa lemak (solids nonfat). Kemudian, bahan kering tanpa
lemak terbagi lagi menjadi protein, laktosa, mineral, asam (sitrat,
format, asetat, laktat, oksalat), enzim (peroksidase, katalase,
pospatase, lipase), gas (oksigen, nitrogen), dan vitamin (vit. A,
vit. C, vit. D, tiamin, riboflavin). Persentase atau jumlah dari
masing-masing komponen tersebut sangat bervariasi karena
dipengaruhi berbagai faktor seperti faktor bangsa (breed) dari
sapi.Susu merupakan bahan pangan yang memiliki komponen spesifik
seperti lemak susu, kasein (protein susu), dan laktosa (karbohidrat
susu) (http://brohenk.multiply.com).BAB IIIMetodologi
PenulisanA.Metode Pengambilan DataDalam penyusunan karya tulis
siswa (KTS), pengambilan atau pengumpulan data dilakukan dengan
cara pengamatan (observasi) dan telaah pustaka.B.Instrumen
Pengambilan DataAdapun alat yang digunakan untuk mengambil atau
mengumpulkan data adalah dengan wawancara, pengambilan gambar
(foto) di lokasi pengamatan, serta internet dan buku untuk menelaah
pustaka.BAB IVPembahasanA.Pakan Sapi PerahPakan adalah seluruh
bahan material yang bisa dibuat untuk ransum (hasil racikan) dan
aman untuk dikonsumsi ternak. Jadi, pakan adalahraw materialatau
bahan baku pakan (Firman, 2010). Pakan sapi terdiri dari 60%
hijauan dan 40% konsentrat (http://wah1d.wordpress.com).Jenis pakan
: (1) pakan kasar; merupakan pakan yang kadar nutrisinya rendah,
yakni kandungan nutrisi pakan tidak sebanding dengan jumlah fisik
volum pakan tersebut. Misalnya pada hijauan yang terdiri dari
rumput alam, jerami, batang jagung, pucuk daun singkong,dll. (2)
pakan penguat; merupakan pakan yang mengandung nutrisi tinggi
dengan kadar serat kasar yang rendah. Pakan konsentrat meliputi
bahan pakan yang terdiri dari biji-bijian, jagung giling, tepung
kedelai, dedak, dll (Akoso BT.(1996) yang dikutip
oleh(http://duniaveteriner.com).1.HijauanYang dimaksud hijauan
adalah makanan berserat kasar tinggi (celluloseatauhemi-cellulosa)
yang biasa dikonsumsi oleh ternak, biasanya berupa tanam-tanaman
(Firman, 2010).Namun hijauan yang sering diberikan pada sapi perah
berupa rumput-rumputan dan leguminosa. Ada berbagai jenis rumput
yang dapat diberikan kepada sapi perah (Firman, 2010). Berdasarkan
Hartadi, dkk (1990), ada 14 macam rumput yang diidentifikasi dapat
diberikan pada ternak ruminansia, termasuk sapi perah, yaitu rumput
benggala, rumput bintang afrika (african star grass), rumput ekor
rubah afrika, rumput gajah, rumput gigirinting, rumput jaragua,
rumput jukut jaladi, rumput kikuyu, rumput pangola, rumput para,
rumput ruzi, rumput rhodes, rumput setari/setaria, dan rumput
signal. Akan tetapi, hijauan yang sering diberikan kepada sapi
perah di Indonesia adalah rumput gajah atau rumput raja. Sedangkan
jenis leguminosa yang biasa dikonsumsi oleh ternak ruminansia,
termasuk sapi perah, seperti daun kaliandra, daun turi, daun
garnal, callopo, siratro, lamtoro, daun akasia, daun nangka, daun
ubi jalar dan sebagainya (Firman, 2010).Rumput gajah mampu
menghasilkan rumput sebanyak 200 300 ton/ha/tahun. Rumput gajah
dapat dipanen setiap 36 42 hari sekali dan mampu menghasilkan
rumput gajah sebannyak 22 33 ton/ha setiap kali panen. Rumput raja
bisa lebih tinggi produksinya, yaitu bisa mencapai 400 ton/ha/tahun
atau kalau dalam bentuk bahan kering produksinya mencapai 72
ton/ha/tahun. Rumput raja dapat diproduksi pada umur 2-3 bulan pada
penanam pertama. Tujuan pemotongan pada umur tersebut untuk
menyamakan pertumbuhan dan selanjutnya dapat dipanen setiap 6
minggu sekali. Sedangkan rumput benggala mampu berproduksi 60 100
ton/ha/tahun (Firman, 2010).Selain jenis rumput dan leguminosa yang
dapat diberikan pada ternak, juga jenis hijauan lainnya yang
mempunyai serat kasar tinggi ataupun hijauan yang diawetkan ataupun
hasil ikutan pertanian lainnya, seperti jerami padi, jerami jagung,
silase (salah satu cara pengawetan hijauan), limbah sayur-sayuran,
dan sebagainya. Yang jelas, hijauan yang diberikan itu bisa
mempertimbangkan tingkat palatabilitas, nilai nutrisi,
ketersediaan, dan tidak bersaing dengan manusia. Hal ini diperlukan
karena ternak tersebut dikandangkan. Berbeda halnya dengan sapi
perah yang dilepas atau tidak dikandangkan (grazing system), sapi
perah dipaksa untuk mencari rumputnya sendiri. Melalui
penciumannya, sapi perah mampu mendeteksi jenis hijauan yang
disukainya dan menyingkirkan hijauan yang tidak disukainya,
termasuk hijauan yang beracun (Firman, 2010).Pakan hijauan kaya
akan berbagai nutrisi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral (Akoso BT. (1996) yang dikutip
oleh(http://duniaveteriner.com). Berdasarkan Bamualim, dkk (2009),
umumnya hijauan sapi perah dibagi menjadi tiga kategori, yaitu (1)
rumput berkualitas medium (menengah), (2) rumput berkualitas rendah
menengah, dan (3) hijauan berkualitas rendah. Rumput berkualitas
menengah mempunyai protein tercerna antara 10 15%, contohnya rumput
gajah, rumput raja, hijauan tanaman jagung, dan sebagainya. Rumput
berkualitas rendah menengah adalah rumput yang mempunyai protein
tercerna antara 4 10%, contohnya rumput lapangan dan gurma.
Terakhir adalah hijauan berkualitas rendah yaitu hijauan yang
mempunyai protein tercerna 0 4%, contohnya limbah pertanian (jerami
padi, jerami jagung, dan sisa-sisa potongan ataupun sayur-sayuran
terbuang).Kebiasaan peternak sapi perah di Indonesia adalah
pemberian hijauan pada ternak dengan sistemcut and carry. Artinya,
para peternak mencari dan mengumpulkan hijauan hari ini untuk
kebutuhan sapi perah esok harinya. Kebutuhan hijauan untuk sapi
perah dalam bentuk segar adalah 10% dari bobot tubuhnya. Misalnya,
jika bobot badan sapi perah sebesar 400 kg, maka hijauan yang
diberikan minimal 40 kg/hari/perekor. Bisa dibayangkan, jika petani
mempunyai sapi perah sedang laktasi sebanyak 3 ekor dengan berat
tersebut diatas, maka perhari petani tersebut harus menyediakan
rumput sebanyak 120 kg/harinya. Sekarang ini, harga rumput gajah
merangkak naik sehingga kondisi ini bisa menyebabkan biaya pakan
membengkak. Di samping itu, kebiasaancut and carryyang dilakukan
oleh peternak sapi perah ini akan mengalami hambatan di saat musim
kemarau karena hijauan yang dicari semakin terbatas. Peternak kita
belum terbiasa untuk menyimpan cadangan hijauan dalam bentuk kering
ataupun memberikannya dalam bentuk kering kepada sapi perahnya.
Situasi kekurangan hijauan pada musim kemarau terus menerus
berulang dari tahun ke tahun, walaupun ada beberapa peternak sudah
menerapkan pakan hijauan kering kepada sapi perahnya (Firman,
2010).Seringkali bahan pakan ternak dibuat dalam bentuk
hijauan/bahan kering (BK) (Firman, 2010). Berdasarkan Tabel 1.1
(terlampir), dapat dengan jelas digambarkan kebutuhan hijauan /
bahan kering untuk setiap periode perkembangan sapi perah. Ada dua
faktor yang mempengaruhi kebutuhan akan bahan kering untuk ternak,
yaitu umur dan bobot hidup ternak. Menurut Hartadi, dkk (1990),
bahan kering dibagi menjadi tiga dasar bahan kering, yaituas
feed(kering jemur),partially dry(kering oven),dry(bebas air).As
feed(kering jemur) adalah makanan yang dimakan oleh ternak atau
bisa juga diberikan dalam bentuk kering jemur/kering udara
(misalnya, hay). Biasanya, bahan kering dalam bentukas feedmasih
mengandung banyak air di dalam bahan pakan tersebut.Partially
dry(kering oven) adalah pakan yang diberikan sudah dalam bentuk
kering oven. Biasanya, bahan pakan dikeringkan dalam suhu 60C atau
kering beku. Hasilnya adalah bahan pakan tersebut mengandung bahan
kering sebesar 88% dan kandungan air sebanyak 12%. Umumnya,
konsentrat yang diproduksi oleh pabrik pakan dan koperasi berbentuk
kering oven. Terakhir adalahdry(kering tanpa air) yaitu bahan pakan
yang telah dikeringkan sampai 105C sehingga kandungan air di dalam
bahan pakan tersebut nol.2.KonsentratBerdasarkan Hartadi, dkk
(1990), konsentrat adalah suatu bahan makanan yang digunakan
bersama dengan bahan makanan lainnya untuk meningkatkan keserasian
gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan untuk disatukan dan
dicampurkan sebagai suplemen atau pelengkap. Jadi, konsentrat
adalah makanan pelengkap utama bagi sapi perah yang kaya akan
energi dan protein. Pakan konsentrat terdiri dari berbagai bahan
makanan yang dicampur berdasarkan komposisi nutrisinya, misalnya
total nutrisi tercerna (Total Digestible Nutrient= TDN) atau
energi, dan protein kasar (PK). Selain itu, sapi perah juga
memerlukan mineral untuk kebutuhan hidupnya, misalnya natrium (Na),
kalsium (Ca), phosphorm (P), dan vitamin-vitamin. Untuk
mengantisipasi ternak sapi perah kekurangan mineral, para peternak
biasanya menggantungkan garam batu di kandang sapi perah. Jika sapi
perah kekurangan mineral dari pakan yang diberikan, maka sapi perah
akan menjilati garam sampai terpenuhi kebutuhan mineralnya (Firman,
2010).Perhitungan kebutuhan protein dan energi berdasarkan berat
bedan sapi dan produksi susu serta kandungan lemak susu berdasarkan
Tabel 1.2 (terlampir):Misalnya berat badan sapi 350 Kg, produksi
susu 10 liter dengan kandungan lemak 3% maka :Kebutuhan protein :
341 + (10 x 77) = 1111 gramKebutuhan ME : 10,76 + (10 x 1,07) =
21,46 M KalKebutuhan TDN : 14 + (10 x 0,282) = 16,82
Kg(http://www.linkpdf.com)Bahan-bahan makanan yang dijadikan
konsentrat sebaiknya memiliki kriteria sebagai berikut:
palatabilitasnya tinggi, kandungan nutrisinya cukup baik, tersedia
setiap saat dan tidak bersaing dengan manusia, serta harga
terjangkau. Selain kriteria tersebut, di dalam mencari sumber bahan
pakan penyusun konsentrat, perlu juga memperhatikan adanya anti
nutrisi di dalam bahan pakan tersebut. Anti nutrisi ini bisa
menjadi racun bagi ternak, kandungannya tidak diukur terlebih
dahulu (Firman, 2010).Sebenarnya, Indonesia kaya akan sumber-sumber
bahan pakan untuk konsentrat sapi perah. Akan tetapi, baru beberapa
sumber pakan yang dapat diidentifikasi dan ketersediaannya terbatas
sehingga belum mampu diproduksi dalam jumlah besar. Berdasarkan
Bamualim, dkk (2009), ada tiga kelompok bahan pakan sebagai bahan
dasar penyusun konsentrat, yaitu:1. Sumber Energi (energi yang siap
digunakan ternak): dedak padi,wheat pollard, ongok/gaplek, dedak
jagung, tetes tebu, dan sebagainya.2. Sumber Protein: bungkil
kacang tanah, bungkil kacang kedelai, bunkil kelapa, ampas tahu,
ampas kecap, serta bungkilan-bungkilan lainnya.3. Sumber Energi dan
Protein: bungkil inti sawit (BIS), kulit kakao,dry destilled grain
soluble(DDGS) yang merupakan pakan hasil ikutan pembuatan etanol
jagung, ampas bir, dan sebagainya.Bamualim, dkk (2009), menyatakan
bahwa produk konsentrat harus memenuhi standar baku, yaitu minimal
16% protein kasar dan 67% TDN, maksimal 12% kadar air, 6% lemak
kasar, 11% serat kasar, 10% abu, serta kandungan mineral Ca
sebanyak 0,9-1,2% dan P sebanyak 0,6-0,8%. Akan tetapi, beberapa
hasil pemeriksaan terhadap beberapa yang beredar di masyarakat
menunjukkan nilai TDN-nya kurang dari 55% dan protein kasar di
bawah 13%. Hal ini bisa menyebabkan produksi susu menjadi rendah,
bahkan untuk kebutuhan pokok saja tidak tercukupi. Oleh karena itu
diperlukan pengawasan yang ketat terhadap produk konsentrat yang
diproduksi oleh pabrik pakan ataupun koperasi ujung-ujungnya yang
rugi adalah peternak sapi itu sendiri. Bahkan, guna memenuhi
kekurangan kebutuhan nutrisi sapi perah, para peternak sering kali
menambahkan ongok atau ampas tahu kepada ternaknya. Artinya, beban
biaya pakan pun akan bertambah yang nantinya akan mengurangi
pendapatan peternak dari pendapatan susu (Firman, 2010).Salah satu
bahan pakan hijauan yang dapat dijadikan pakan alternatif pengganti
konsentrat adalah Kaliandra (Calliandra calothyrsus). Kaliandra
termasuk tanaman leguminosa yang biasanya tumbuh namun bisa
dimanfaatkan sebagai pengendali erosi dan tanaman naungan (Djaja,
dkk., 2007). Kandungan nutrisi daun Kaliandra cukup potensial
sebagai sumber pakan alternatif pengganti konsentrat karena
mengandung 26,4% bahan kering, 24% protein kasar, 21,7% serat
kasar, 8% abu, 1,6% Ca, 0,2% P, dan 12,6% energi (Nadaraja, 1978
yang dikutip oleh Simbaya, 2002). Faktor pembatas pemanfaatannya
adalah tanin, namun tidak berpengaruh bila pemberiannya sekitar
30-40% dalam ransum (Djaja, 2007).Berdasarkan hasil riset yang
dilakukan oleh Djaja, dkk., 2007 bahwa ada dua manfaat dari
kombinasi rumput, konsentrat 80% + daun kaliandra 20% yaitu
produksi susu 4% FCM meningkat dan mampu menghemat anggaran untuk
pembelian konsentrat. Dengan demikian, pemberian daun Kaliandra
dapat memberikan manfaat yang cukup signifikan terhadap biaya
pakan.B.Istilah-istilah Nutrisi PakanDi dalam mempelajari pakan
ternak, terdapat beberapa istilah yang sering digunakan. Di bagian
ini hanya akan dijelaskan beberapa istilah umum terkait dengan
pakan ternak.Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1.1
(terlampir), sapi perah sangat membutuhkan nutrisi bagi kebutuhan
hidup pokok dan berproduksi. Nutrisi adalah kandungan zat-zat
nutrisi yang terdapat di dalam bahan pakan (Firman, 2010). Adapun
kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan sapi sebagai berikut:1.
Air; Air dibutuhkan pada masa pertumbuhan, masa laktasi, dan pada
saat suhu udara panas. Kebutuhan air rata-rata sapi dewasa sebanyak
20-30 liter setiap hari. Kebutuhan cairan tidak hanya berasal dari
air minum, tetapi juga berasal dari pakan hijauan/rumput.2.
Karbohidrat; Bahan pakan hijauan kaya akan serat kasar dan memiliki
daya cerna rendah. Biji-bijian tanaman seperti jagung dan gandum
mengandung karbohidrat bervariasi antara 65-75 %. Karbohidrat
dibutuhkan untuk membentuk energi dan menghasilkan lemak tubuh.
Tumbuh-tumbuhan membentuk karbohidrat dari air dan karbon dioksida
dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis.3 Lemak;
Lemak diperlukan oleh tubuh sebagai sumber energi dan pembawa
vitamin yang larut di dalamnya seperti vitamin A, D, E, dan K.4.
Protein; Di dalam tubuh hewan, protein dipergunakan untuk membangun
jaringan tubuh, hormon dan enzim-enzim. Sampai batas tertentu sapi
dapat mengatasi sendiri kekurangan protein karena adanya jasad
renik dalam rumen yang mampu membentuk unsur tersebut.5. Vitamin A;
Diperlukan untuk memelihara kekuatan epitel terutama pada mata,
alat respirasi, alat digesti, alat reproduksi dan kulit. Disamping
itu, vitamin A juga diperlukan untuk membantu proses pertumbuhan,
reproduksi, dan ketahanan terhadap infeksi. Sumber vitamin A :
tanaman hijau dan jagung (karotin B). Kebutuhan sapi terhadap
vitamin A adalah 2.200 IU/50 kg BB/hari.6. Vitamin D; tidak berasal
dari pakan hijauan, melainkan dibentuk dengan bantuan sinar
matahari, susunan pakan ternak atau oleh kulit hewan itu sendiri.
Sumber vitamin D : produk hewani seperti minyak ikan, mentega dan
kuning telur. Vitamin D diperlukan untuk metabolisme dan mengatur
keseimbangan pemakaian unsur Ca dan P di dalam tubuh, terutama
dalam pembentukan tulang. Kebutuhan sapi terhadap vitamin D adalah
330 IU/50 kgBB/hari.7. Vitamin E; banyak terdapat dalam minyak
bijian dan hijau daun. Fungsi vitamin E adalah sebagai antioksidan,
baik dalam pakan maupun dalam sel hati setelah penyerapan.8.
Vitamin K; hampir setiap jenis tanaman mengandung vitamin K.
Disamping itu, vitamin K juga dibentuk oleh jasad renik yang
terdapat di dalam usus. Vitamin K disintesis dalam bentuk menadion
atau menadion sodium bisulfit yang sudah ada di pasaran.9. Vitamin
B; dapat dibentuk sepenuhnya di dalam rumen sehingga sangat kecil
kemungkinan defisiensi vitamin B pada sapi, kecuali terjadi
kekurangan pakan. Air susu sapi juga mengandung vitamin B.10.
Kalsium; konsentrasi Ca dalam pakan kasar cukup tinggi, tetapi pada
biji-bijian relatif rendah. Leguminose kaya akan Ca dibandingkan
rumput atau jerami. Pada sapi perah, karena kebutuhan Ca yang
tinggi, sebaiknya pakan harus cukup mengandung Ca dan P dengan
rasio 2:1.11. Fosfor; ransum sapi yang berasal dari alam biasanya
kekurangan P karena ransum serat kasar sering kurang. Apabila pakan
utama hanya berasal dari rumput alam dan tongkol jagung misalnya,
maka tingkat kandungan P akan menurun. Ini disebabkan kandungan P
berkurang pada rumput yang mulai menua. Untuk proses pencernaan
yang baik, level P di dalam ransum harus mendekati 0.2%. Pakan yang
mengandung protein tinggi secara relatif juga mengandung P yang
cukup. Umumnya pakan padi-padian mengandung P yang cukup. Sapi
memerlukan P sebanyak 44-66 mg/kgBB.(Akoso BT. (1996) yang dikutip
oleh (http://duniaveteriner.com)C.Kandungan Susu SapiProf. Douglas
Goff, seorang dairy scientist dari University of Guelph, Kanada
menyatakan, komposisi susu terdiri atas air (water), lemak susu
(milk fat), dan bahan kering tanpa lemak (solids nonfat). Kemudian,
bahan kering tanpa lemak terbagi lagi menjadi protein, laktosa,
mineral, asam (sitrat, format, asetat, laktat, oksalat), enzim
(peroksidase, katalase, pospatase, lipase), gas (oksigen,
nitrogen), dan vitamin (vit. A, vit. C, vit. D, tiamin,
riboflavin). Persentase atau jumlah dari masing-masing komponen
tersebut sangat bervariasi karena dipengaruhi berbagai faktor
seperti faktor bangsa (breed) dari sapi.Susu merupakan bahan pangan
yang memiliki komponen spesifik seperti lemak susu, kasein (protein
susu), dan laktosa (karbohidrat susu).1.Lemak susuPersentase lemak
susu bervariasi antara 2,4% 5,5%. Lemak susu terdiri atas
trigliserida yang tersusun dari satu molekul gliserol dengan tiga
molekul asam lemak (fatty acid) melalui ikatan-ikatan ester (ester
bonds). Asam lemak susu berasal dari aktivitas mikrobiologi dalam
rumen (lambung ruminansia) atau dari sintesis dalam sel sekretori.
Asam lemak disusun rantai hidrokarbon dan golongan karboksil
(carboxyl group). Salah satu contoh dari asam lemak susu adalah
asam butirat (butyric acid) berbentuk asam lemak rantai pendek
(short chain fatty acid) yang akan menyebabkan aroma tengik (rancid
flavour) pada susu ketika asam butirat ini dipisahkan dari gliserol
dengan enzim lipase.Lemak susu dikeluarkan dari sel epitel ambing
dalam bentuk butiran lemak (fat globule) yang diameternya
bervariasi antara 0,1 15 mikron. Butiran lemak tersusun atas
butirantrigliseridayang dikelilingi membran tipis yang dikenal
dengan Fat Globule Membran (FGM) atau membran butiran lemak susu.
Komponen utama dalam FGM adalah protein dan fosfolipid
(phospholipid). FGM salah satunya berfungsi sebagai stabilisator
butiran-butiran lemak susu dalam emulsi dengan kondisi encer
(aqueous) dari susu, karena susu sapi mengandung air 87%.Lemak susu
mengandung beberapa komponen bioaktif yang sanggup mencegah kanker
(anticancer potential), termasuk asam linoleat konjugasi
(conjugated linoleic acid), sphingomyelin, asam butirat, lipid eter
(ether lipids), b-karoten, vitamin A, dan vitamin D. Meskipun susu
mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acids) dan trans fatty
acids yang dihubungkan dengan atherosklerosis dan penyakit jantung,
namun susu juga mengandung asam oleat (oleic acid) yang memiliki
korelasi negatif dengan penyakit tersebut. Lemak susu mengandung
asam lemak esensial, asam linoleat (linoleic acid) dan linolenat
(linolenic acid) yang memiliki bermacam-macam fungsi dalam
metabolisme dan mengontrol berbagai proses fisiologis dan biokimia
pada manusia (D. Mc Donagh dkk., (1999) yang dikutip
olehhttp://brohenk.multiply.com).2.Protein susuProtein dalam susu
mencapai 3,25%. Struktur primer protein terdiri atas rantai
polipeptida dari asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan
peptida (peptide linkages). Beberapa protein spesifik menyusun
protein susu. Kasein merupakan komponen protein yang terbesar dalam
susu dan sisanya berupa whey protein. Kadar kasein pada protein
susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas beberapa fraksi seperti
alpha-casein, betha-casein, dan kappa-casein. Kasein merupakan
salah satu komponen organik yang berlimpah dalam susu bersama
dengan lemak dan laktosa.Kasein penting dikonsumsi karena
mengandung komposisi asam amino yang dibutuhkan tubuh. Dalam
kondisi asam (pH rendah), kasein akan mengendap karena memiliki
kelarutan (solubility) rendah pada kondisi asam. Susu adalah bahan
makanan penting, karena mengandung kasein yang merupakan protein
berkualitas juga mudah dicerna (digestible) saluran
pencernaan.Kasein asam (acid casein) sangat ideal digunakan untuk
kepentingan medis, nutrisi, dan produk-produk farmasi. Selain
sebagai makanan, acid casein digunakan pula dalam industri
pelapisan kertas (paper coating), cat, pabrik tekstil, perekat, dan
kosmetik.Pemanasan, pemberian enzim proteolitik (rennin), dan
pengasaman dapat memisahkan kasein dengan whey protein. Selain itu,
sentrifugasi pada susu dapat pula digunakan untuk memisahkan
kasein. Setelah kasein dikeluarkan, maka protein lain yang tersisa
dalam susu disebut whey protein.Whey protein merupakan protein
butiran (globular). Betha-lactoglobulin, alpha-lactalbumin,
Immunoglobulin (Ig), dan Bovine Serum Albumin (BSA) adalah contoh
dari whey protein. Alpha-lactalbumin merupakan protein penting
dalam sintesis laktosa dan keberadaannya juga merupakan pokok dalam
sintesis susu.Dalam whey protein terkandung pula beberapa enzim,
hormon, antibodi, faktor pertumbuhan (growth factor), dan pembawa
zat gizi (nutrient transporter). Sebagian besar whey protein kurang
tercerna dalam usus. Ketika whey protein tidak tercerna secara
lengkap dalam usus, maka beberapa protein utuh dapat menstimulasi
reaksi kekebalan sistemik. Peristiwa ini dikenal dengan alergi
protein susu (milk protein allergy).3.Karbohidrat susuKarbohirat
merupakan zat organik yang terdiri atas karbon, hidrogen, dan
oksigen. Karbohidrat dapat dikelompokan berdasarkan jumlah molekul
gula-gula sederhana (simple sugars) dalam karbohidrat tersebut.
Monosakarida, disakarida, dan polisakarida merupakan beberapa
kelompok karbohidrat. Laktosa adalah karbohidrat utama susu dengan
proporsi 4,6% dari total susu. Laktosa tergolong dalam disakarida
yang disusun dua monosakarida, yaitu glukosa dan galaktosa. Rasa
manis laktosa tidak semanis disakarida lainnya, semacam sukrosa.
Rasa manis laktosa hanya seperenam kali rasa manis sukrosa.Laktosa
dapat memengaruhi tekanan osmosa susu, titik beku, dan titik didih.
Keberadaan laktosa dalam susu merupakan salah satu keunikan dari
susu itu sendiri, karena laktosa tidak terdapat di alam kecuali
sebagai produk dari kelenjar susu. Laktosa merupakan zat makanan
yang menyediakan energi bagi tubuh. Namun, laktosa ini harus
dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim bernama laktase
agar dapat diserap usus.Enzim laktase merupakan enzim usus yang
digunakan untuk menyerap dan mencerna laktosa dalam susu. Enzim
adalah suatu zat yang bekerja sebagai katalis untuk melakukan
perubahan kimiawi, tanpa diikuti perubahan enzim itu sendiri. Jika
kekurangan enzim laktase dalam tubuhnya, manusia akan
mengalamigangguan pencernaan pada saat mengonsumsi susu. Laktosa
yang tidak tercerna akan terakumulasi dalam usus besar dan akan
memengaruhi keseimbangan osmotis di dalamnya, sehingga air dapat
memasuki usus. Peristiwa tersebut lazim dinamakan intoleransi
laktosa.(http://brohenk.multiply.com)BAB VPenutupA.
KesimpulanSeperti yang sudah pernah dibahas dalam landasan teori,
bahwa susu sapi yang berkualitas adalah susu sapi yang memenuhi
standar kandungan susu sapi perah. Adapun kandungan-kandungan susu
tersebut ialah air (water), lemak susu (milk fat), dan bahan kering
tanpa lemak (solids nonfat). Yang kemudian, bahan kering tanpa
lemak terbagi lagi menjadi protein, laktosa, mineral, asam (sitrat,
format, asetat, laktat, oksalat), enzim (peroksidase, katalase,
pospatase, lipase), gas (oksigen, nitrogen), dan vitamin (vit. A,
vit. C, vit. D, tiamin, riboflavin). Kandungan-kandungan tersebut
sebagian besar terkandung juga dalam pakan ternak. Adapun kandungan
yang terdapat dalam pakan ternak ialah sebagai berikut: air,
karbohidrat, lemak, protein, vitamin A, D, E, K, B, kalsium dan
fosfor. Kandugan-kandungan pakan tersebut sangat dibutuhkan untuk
produktivitas susu agar dapat memenuhi standar kandungan susu.
Apabila tidak terpenuhi, susu yang dihasilkan pastilah tidak
memenuhi standar.Maka dari itu tidak dapat dipungkiri bahwa pakan
ternak mempunyai peranan penting dalam produktivitas susu yang
berkualitas.B. SaranAdapun saran yang kami berikan melalui karya
tulis siswa ini, agar pemerintah dapat lebih memerhatikan pakan
yang disediakan peternak untuk sapi perah agar kebutuhan kandungan
nutrisi terpenuhi dengan baik, sehingga susu yang dihasilkanpin
berkualitas.Selain itu, bagi para pembaca yang ingin memberikan
kritik dan saran, kunjungi blog kami yaitu
dihttp://kelompok19.blog.com.Daftar PustakaBamualim, Abdullah M,
Kusmartono, dan Kuswandi. 2009. Aspek Nutrisi SapiPerah. Dalam Buku
Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.Djaja, Willyan, Sondi
Kuswaryan, dan Ujang H. Tanuwiria. 2007. Efek SubstitusiKonsentrat
Oleh Daun Kering Kaliandra. Dalam Ransum Sapi Perah Terhadap
Kuantitas Dan Kualitas Susu, Bobot Badan, Dan Pendapatan Peternak.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Jatinagor.Firman,
Achmad. 2010. Agribisnis Sapi Perah.Bandung: Widya
PadjadjaranHartadi, Hari., Soedomo Reksohadiprodjo, dan Allen D.
Tilman. 1990. TabelKomposisi Pakan untuk Indonesia. Cetakan ke 2.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Simbaya, J. 2002.Potential
of Fodder Tree/Shrub Legumes as a FeedResource forDry Season
Supplementation of Smallholder Ruminant Animals. Proceedings of
Development and Field Evaluation of Animal Feed Supplementation
Packages.IEFA Technical Co-operation Regional AFRA Project
organized by the Joint FAO/IAEA Division of Nuclear Techniques in
Food and Agriculture and held in Cairo, Egypt, 2529 November
2000.Sutardi, Toha. 1997. Peluang dan Tantangan Pengembangan
Ilmu-Ilmu NutrisiTernak. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Nutrisi
Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.Wahju,
Juju. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke 3. Penerbit Gadjah
MadaUniversity Press.
Yogyakarta.http://brohenk.multiply.comhttp://duniasapi.comhttp://duniaveteriner.comhttp://www.kambingetawa.orghttp://www.linkpdf.comhttp://www.pikiran-rakyat.comhttp://wah1d.wordpress.comhttp://wb4.indo-work.comhttp://wb7.itrademarket.comhttp://w10.itrademarket.comhttp://1.bp.blogspot.comhttp://2.bp.blogspot.comhttp://4.bp.blogspot.comLampiranTabel
1.1. Kebutuhan Bahan Kering (BK) untuk Sapi Perah dari Periode
Pedet sampai LaktasiNo.Umur (bulan)Bobot hidupKebutuhan BK
Kg% bobot badan
Periode menyusui
10 130 400,48 0,641,6
21 240 500,64 1,002,0
32 350 571,00 1,402,4
43 457 641,40 1,802,8
Disapih 1 tahun
54 664 831,80 2,302.89
66 883 1102,30 3,102,8
78 10110 1363,10 3,702.7
810 12136 1803,70 4,902,7
1 3 tahun
912 18180 2754,90 7,202,6
1018 24275 3627,20 8, 302,3
1124 30362 4128,30 8,602,1
1230 36412 4358,60 8,702,0
Sumber: Tanuwiria, 2005Tabel 1.2. Kebutuhan Zat-zat Gizi untuk
Hidup Pokok dan Produksi Sapi PerahBERATBADANUNTUK HIDUP
POKOKKADARLEMAKSUSUUNTUK PRODUKSI 1 KGSUSU
PROTEIN(Gr)ME(M. Kal)TDN(Kg)LEMAKSUSU(%)PROTEIN(Gr)ME(M.
Kal)TDN(Kg)
35034110,76142,5720,990,260
40037311,90153,0771,070,282
45040312,99173,5821,160,304
50043214,06184,0871,240,326
55046115,11204,5921,310,344
60048916,12215,0981,390,369
Sumber: (http://www.linkpdf.com)
PENDAHULUANKeberhasilan suatu produksi bergantung kepada faktor
genetik dan lingkungan, diantaranya meliputi peningkatan kemampuan
teknis peternakan, yang terdiri dari; peningkatan kemampuan
tatalaksana reproduksi, tatalaksana pemberian pakan, dan
tatalaksana pemeliharaan sehari-hari bagi peternak yang mutlak
harus dimiliki. Masalah penyebab kerugian suatu usaha peternakan
sapi perah diakibatkan belum dilaksanakannya tatalaksana yang baik
dalam usaha peternakan sapi perah, sehingga berpengaruh lebih
lanjut terhadap aspek-aspek lainnya, terutama menghambat
peningkatan produksi susu. Sebagian peternak, kenyataannya belum
melaksanakan tatalaksana peternakan yang baik atau sesuai dengan
harapan dalam menjalankan usaha peternakannya(Suherman, 2010).Usaha
ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh
peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi.
Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan
oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang
salah satunya mencakup aspek pemberian pakan. Untuk mencapai
tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan
harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum
pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan
sekitar 3,5- 4% dari bahan kering.Kebutuhan susu dalam negeri yang
dapat dipasok dari produksi dalam negeri baru mencapai 45% (360.000
ton) dari total kebutuhan 800.000 ton, sehingga sisanya masih
diimpor dari luar negeri (Australia dan New Zealand, Kompas 2003).
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka produksi dalam negeri harus
ditingkatkan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Secara nasional,
sebagian besar agribisnis sapi perah merupakan peternakan rakyat
yang ditangani koperasi, sehingga sebagian besar (90%) produksi
susu ditangani oleh koperasi. Peternakan rakyat menurut data tahun
2000, populasi sapi perah sebanyak 354,3 ribu ekor dengan skala
kepemilikan 3-4 ekor per KK dan produktivitas rendah sekitar 9-10
liter per ekor per hari. Hal ini disebabkan antara lain kualitas
pakan yang belum baik dan pemeliharaan yang belum optimal.
Pemberian pakan yang tepat sangat diperlukan untuk mencapai tingkat
pertumbuhan(Kasim,2011). Kelangsungan hidup ternak bergantung pada
pakan. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak harus mengandung gizi yang
tinggi. Pakan yang dikonsumsi digunakan untuk pertumbuhan, produksi
hidup pokok dan reproduksinya. Pakan yang diberikan harus sesuai
dengan karakteristik, sistem dan fungsi saluran ternak. Oleh karena
itu dibutuhkan manajemen pemberian pakan yang baik agar sapi bisa
tumbuh dengan baik dan memiliki produksi yang
baik(Kusnadi,2006).
ISIPakan sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
produksi ternak khususnya sapi perah sehingga diperlukan perhatian
yang lebih banyak. Semakin baik ketersediaan dan kualitas pakan
yang diberikan, maka akan semakin baik pula hasil produksi yang
akan didapat. Untuk meningkatkan produksi dalam beternak sapi perah
maka perlu diketahui jenis pakan dan bagaimana manajemen
pemberiannya, serta kebutuhan nutrien sapi perah untuk memenuhi
hidup pokok dan produksi (Akramuzzein,2009).Pakan adalah campuran
berbagai macam bahan organik yang diberikan kepada ternak untuk
memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang di perluakan dbagi
pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi, agar pertumbuhan dan
produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang
diperlukan ternak harus memadai (Suprajitna,2008).Bahan makanan
sapi berupa hijauan dan konsentrat (Sudono, 1999). Sapi perah biasa
mengkonsumsi berbagai jenis hijauan dan sisa-sisa hasil pertanian
seperti jerami padi atau jagung, dedak, maupun hasil ikutan pabrik
misalnya bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, ampas tahu, ampas
bir, dan ampas kecap. Namun ketersedian pakan masih menjadi masalah
dalam beternak sapi perah. Konsentrat akan meningkatkan kecernaan
ransum, meningkatkan dan menjamin kesinambungan produksi susu dalam
jangka panjang. Hijauan merupakan sumber makanan utama bagi ternak
ruminansia untuk dapat hidup, berproduksi dan
berkembangbiak.Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3
cara, yaitu:a) sistem penggembalaan (pasture fattening)b) kereman
(dry lot fattening)c) kombinasi cara pertama dan kedua.Pakan yang
diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami
padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput
benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah
pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi
sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB)
dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui
(laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan
konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar
sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum). Sumber
karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek,
dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa
garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya
diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah
sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air
minum sebanyak 10% dari berat badan per hari
(Djarijah,1996).Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang
cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan
kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman
dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap
hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan
diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi
kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya
(Djarijah,1996).Reaves et al., 1973 menyatakan bahwa manajemen
pakan merupakan pengggunaan secara bijaksana sumberdaya yang
dimiliki agar tujuan pemberian pakan tercapai. Terdapat empat
tujuan pemberian pakan termasuk (1) memenuhi kebutuhan ternak akan
nutrien, (2) palatabel, (3) ekonomis, dan (4) baik untuk kesehatan
ternak. Keseluruhan tujuan pemberian pakan tercermin dari usaha
pemenuhan kebutuhan pakan secara kuantitas, kualitas dan
kontinuitas serta teknik pemberian pakan yang digunakan. Kuantitas
menjamin banyak sedikitnya pakan untuk ternak sesuai kebutuhannya,
kualitas merupakan baik buruknya pengaruh pakan terhadap ternak dan
kontinuitas menunjukkan kesinambungan ada tidaknya pakan untuk
ternak serta teknik pemberian pakan di lapang.
Pemberian pakan pada sapi perah tidaklah sama namun tergantung
pada periode sapi perahnya, manajemen pemberian pakan sapi perah
(sapi laktasi), manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi dara),
dan manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi
pedet)(Utomo,2010).
Manajemen Pemberian Pakan Sapi Perah (SAPILAKTASI)Pemberian
pakan secara individu pada sapi laktasi di kandang ataumilking
parlorberubah mengarah ke sistem pemberian pakan yang baru.
Meskipun metode yang lebih baru tidak seefektif pemberian secara
individual, sistem ini lebih ekonomis daripada semua sapi diberi
sejumlah konsentrat yang sama tanpa memperhatikan produksi susu. Di
samping itu, ada penghematan tenaga kerja dan fasilitas. Yang
paling baik perbaikan pemberian pakan mengkombinasikan senidanilmu
pemberian pakan(Muljana,2005).A. Phase FeedingPhase Feedingadalah
suatu program pemberian pakan yang dibagi ke dalam periode-periode
berdasarkan pada produksi susu, persentase lemak susu, konsumsi
pakan, dan bobot badan. Lihat ilustrasi bentuk dan hubungan kurva
produksi susu, % lemak susu, konsumsi BK, dan bobot badan.
Didasarkan pada kurva-kurva tersebut, didapatkan 4 fase pemberian
pakan sapi laktasi:1. Fase 1, laktasi awal (early lactation), 0 70
hari setelah beranak.Selama periode ini, produksi susu meningkat
dengan cepat, puncak produksi susu dicapai pada 4-6 minggu setelah
beranak. Pada saat ini konsumsi pakan tidak dapat memenuhi
kebutuhan zat-zat makanan (khususnya kebutuhan energi) untuk
produksi susu, sehingga jaringan-jaringan tubuh dimobilisasi untuk
memenuhi kebutuhan. Selama fase ini, penyesuaian sapi terhadap
ransum laktasi merupakan cara manajemen yang penting. Setelah
beranak, konsentrat perlu ditingkatkan 1-1,5 lb per hari untuk
memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang meningkat dan meminimisasi
problem tidak mau makan dan asidosis. Namun perlu diingat, proporsi
konsentrat yang berlebihan (lebih dari 60% BK ransum) dapat
menyebabkan asidosis dan kadar lemak yang rendah. Tingkat serat
kasar ransum tidak kurang dari 18% ADF, 28% NDF, dan hijauan harus
menyediakan minimal 21% NDF dari total ransum. Bentuk fisik serat
kasar juga penting, secara normal ruminasi dan pencernaan akan
dipertahankan bila lebih dari 50% hijauan panjangnya 1 atau
lebih.Kandungan protein merupakan hal yang kritis selama laktasi
awal. Upaya untuk memenuhi atau melebihi kebutuhan PK selama
periode ini membantu konsumsi pakan, dan penggunaan yang efisien
dari jaringan tubuh yang dimobilisasi untuk produksi susu. Ransum
dengan protein 19% atau lebih diharapkan dapat me-menuhi kebutuhan
selama fase ini. Tipe protein (protein yang dapat didegradasi atau
tidak didegradasi) dan jumlah protein yang diberikan dipengaruhi
oleh kandungan zat makanan ransum, metode pemberian pakan, dan
produksi susu. Sebagai patokan, yang diikuti oleh banyak peternak
(di luar negeri) memberikan 1 lb bungkil kedele atau protein
suplemen yang ekivalen per 10 lb susu, di atas 50 lb susu.Bila zat
makanan yang dibutuhkan saat laktasi awal ini tidak terpenuhi,
produksi puncak akan rendah dan dapat menyebabkan ketosis. Produksi
puncak rendah, dapat diduga produksi selama laktasi akan rendah.
Bila konsumsi konsentrat terlalu cepat atau terlalu tinggi dapat
menyebabkan tidak mau makan, acidosis, dandisplaced abomasum. Untuk
meningkatkan konsumsi zat-zat makanan:beri hijauan kualitas
tinggi,protein ransum cukup,tingkatkan konsumsi konsentrat pada
kecepatan yang konstan setelah beranak,tambahkan 1,0-1,5 lb
lemak/ekor/hari dalam ransum,pemberian pakan yang konstan,
danminimalkanstress.2.Fase 2, konsumsi BK puncak, 10 minggu kedua
setelah beranak.Selama fase ini, sapi diberi makan untuk
mempertahankan produksi susu puncak selama mungkin. Konsumsi pakan
mendekati maksimal sehingga dapat me-nyediakan zat-zat makanan yang
dibutuhkan. Sapi dapat mempertahankan bobot badan atau sedikit
meningkat. Konsumsi konsentrat dapat banyak, tetapi jangan melebihi
2,3% bobot badan (dasar BK). Kualitas hijauan tinggi perlu
disediakan, minimal konsumsi 1,5% dari bobot badan (berbasis BK)
untuk mempertahankan fungsi rumen dan kadar lemak susu yang
normal.Untuk meningkatkan konsumsi pakan:beri hijauan dan
konsentrat tiga kali atau lebih sehari,beri bahan pakan kualitas
tinggi,batasi urea 0,2 lb/sapi/hari,minimalkanstress,gunakan TMR
(total mix ration).
Problem yang potensial pada fase 2, yaitu:produksi susu turun
dengan cepat,kadar lemak rendah,periodesilent heat(berahi tidak
terdeteksi),ketosis.
3.Fase 3, pertengahan laktasi akhir, 140 305 hari setelah
beranak.Fase ini merupakan fase yang termudah untuk me-manage.
Selama periode ini produksi susu menurun, sapi dalam keadaan
bunting, dan konsumsi zat makanan dengan mudah dapat dipenuhi atau
melebihi kebutuhan. Level pem-berian konsentrat harus mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan produksi, dan mulai mengganti berat badan
yang hilang selama laktasi awal. Sapi laktasi membutuhkan pakan
yang lebih sedikit untuk mengganti 1 pound jaringan tubuh daripada
sapi kering. Oleh karena itu, lebih efisien mempunyai sapi yang
meningkat bobot badannya dekat laktasi akhir daripada selama
kering.4.Fase 4, periode kering, 45 60 hari sebelum beranak.Fase
kering penting. Program pemberian pakan sapi kering yang baik dapat
meminimalkan problem metabolik pada atau segera setelah beranak dan
meningkatkan produksi susu selama laktasi berikutnya. Sapi kering
harus diberi makan terpisah dari sapi laktasi. Ransum harus
diformulasikan untuk memenuhi kebutuhannya yang
spesifik:maintenance, pertumbuhan foetus, pertambahan bobot badan
yang tidak terganti pada fase 3. Konsumsi BK ransum harian
sebaiknya mendekati 2% BB; konsumsi hijauan minimal 1% BB; konsumsi
konsentrat bergantung kebutuhan, tetapi tidak lebih 1% BB. Setengah
dari 1% BB (konsentrat) per hari biasanya cukup untuk program
pemberian pakan sapi kering.Sapi kering jangan terlalu gemuk.
Memberikan hijauan kualitas rendah, sepertigrass hay, lebih disukai
untuk membatasi konsumsi. Level protein 12% cukup untuk periode
kering.Sedikit konsentrat perlu diberikan dalam ransum sapi kering
dimulai 2 minggu sebelum beranak, bertujuan:mengubah bakteri rumen
dari populasi pencerna hijauan seluruhnya menjadi populasi campuran
pencerna hijauan dan konsentrat;meminimalkanstressterhadap
perubahan ransum setelah beranak.Kebutuhan Ca dan P sapi kering
harus dipenuhi, tetapi perlu dihindari pemberian yang berlebihan;
kadang-kadang ransum yang mengandung lebih dari 0,6% Ca dan 0,4% P
meningkatkan kejadianmilk fever.Trace mineral, termasuk Se, harus
disediakan dalam ransum sapi kering. Juga, jumlah vitamin A, D. dan
E yang cukup dalam ransum untuk mengurangi kejadianmilk fever,
mengurangiretained plasenta, dan meningkatkan daya tahan
pedet.Problem yang potensial selama fase 4 meliputi milk fever,
displaced abomasum, retained plasenta, fatty liver syndrome, selera
makan rendah, gangguan metabolik lain, dan penyakit yang dikaitkan
denganfat cow syndrome.Manajemen kunci yang harus diperhatikan
selama periode kering, meliputi:observasi kondisi tubuh dan
penyesuaian pemberian energi bila diperlukan,penuhi kebutuhan zat
makanan tetapi cegah pemberian yang berlebihan,perubahan ransum 2
minggu sebelum beranak, dengan menggunakan konsentrat dan jumlah
kecil zat makanan lain yang digunakan dalam ransum laktasi,cegah
konsumsi Ca dan P yang berlebihan, danbatasi garam dan mineral
sodium lainnya dalam ransum sapi kering untuk mengurangi problem
bengkak ambing.Pada waktu kering, kondisi tubuh sapi 2 atau 3,
sedangkan saat beranak 3,54,0. Selama 60 hari periode kering, sapi
diberi makan untuk mendapatkan PBB: 120 200 lbs.B.Challenge Feeding
(Lead Feeding).Challenge feedingataulead feeding, adalah pemberian
pakan sapi laktasi sedemikian sehingga sapi ditantang untuk
mencapai level produksi susu puncaknya sedini mungkin pada waktu
laktasi.Karena ada hubungan yang erat antara produksi susu puncak
dengan produksi susu total selama laktasi, penekanan harus
diberikan pada produksi maksimal antara 3 8 minggu setelah
beranak.Persiapan untukchallenge feedingdimulai selama periode
kering;sapi kering dalam kondisi yang baik,transisi dari ransum
kering ke ransum laktasi, mempersiapkan bakteri rumen.Setelah
beranakchallenge feedingdimaksudkan untuk meningkatkan pemberian
konsentrat beberapa pound per hari di atas kebutuhan sebenarnya
pada saat itu. Maksudnya adalah memberikan kesempatan pada setiap
sapi untuk mencapai produksi puncaknya pada atau dekat potensi
genetiknya.Waktu beranak merupakan pengalaman yang sangat traumatik
bagi sapi yang berproduksi tinggi. Akibatnya, banyak sapi tertekan
selera makannya untuk bebe-rapa hari setelah beranak. Sapi yang
berproduksi susu sangat tinggi tidak dapat mengkonsumsi energi yang
cukup untuk mengimbangi energi yang dikeluarkan. Konsekuensinya,
sapi akan melepaskan cadangan lemak dan protein tubuhnya untuk
suplementasi ransumnya. Tujuan dari pemberian pakan sapi yang baru
beranak adalah untuk menjaga ketergantungannya terhadap energi dan
protein yang disimpan, sekecil dan sesingkat mungkin. Penolakan
makanan merupakan ancaman yang besar, sangat perlu
dicegah.Challenge feedingmembantu sapi mencapai produksi susu
puncaknya lebih dini daripada yang seharusnya, sehingga keuntungan
yang dapat diambil adalah, bahwa pada saat itu, secara fisiologis
sapi mampu beradaptasi terhadap produksi susu tinggi.C. Corral
(Group) Feeding(Pemberian pakan (group) di kandang).Pemberian pakan
secara individual pada sapi-sapi laktasi sudah mengarah
kemechanized group feeding.Hal ini dikembangkan untuk kenyamanan
dan peng-hematan tenaga kerja, dibandingkan kefeed efficiency. Saat
ini, peternakan dengan beberapa ratus sapi laktasi adalah biasa,
dan beberapa peternakan bahkan me-miliki beberapa ribu ekor. Untuk
merancang program nutrisi sejumlah besar ternak, dapat
diadaptasikan terhadap kebutuhan spesifik sapi-sapi perah,
sapi-sapi di-pisahkan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan
produksi (dan kebutuhan nutrisi).Bila produser memutuskan pemberian
pakan secara kelompok, perlu ditentukan jumlah kelompok yang akan
diambil. Untuk menentukan jumlah kelompok tersebut pertimbangan
perlu diberikan pada hal-hal berikut:besar peternakan (herd
size),tipe dan harga bahan pakan,tipe perkandangan, pemberian
pakan, dan sistem pemerahanintegrasi ekonomi secara keseluruhan
dari operasional, sebagai contoh tenaga kerja, mesin-mesin
peralatan, dan lain-lain.Pada peternakan besar (lebih dari 250 sapi
perah laktasi), sistem yang biasa digunakan adalah minimal dibentuk
5 kelompok:sapi-sapi produksi tinggi (90 lb.
susu/ekor/hari)sapi-sapi produksi medium (65 lb.
susu/ekor/hari)sapi-sapi produksi rendah (45 lb
susu/ekor/hari)sapi-sapi keringsapi-sapi dara beranak pertamaLebih
banyak kelompok dapat dilakukan pada peternakan yang sangat besar
bila kandang dan fasilitas tersedia. Karena pertimbangan pemberian
pakan dan sosial, disarankan maksimal 100 ekor sapi per kelompok.
Melalui sistem ini setiap ke-lompok diberi makan menurut
kebutuhannya. Kelompok dengan produksi tinggi harus diberi makan
yang mengandung zat-zat makanan kualitas tertinggi pada tingkat
maksimal. Sapi produksi medium harus diberi makan sedemikian
sehingga dapat mengurangi biaya pakan, meningkatkan kadar lemak,
memperbaiki fungsi rumen, mempertahankan persistensi. Sapi produksi
rendah sebagaimana untuk produksi medium hanya perlu
dipertimbangkan untuk menghindari kegemukan yang berlebihan.Salah
satu problem dalam pemberian pakan secara berkelompok menyangkut
adaptasi tingkah laku dari sapi-sapi yang baru dikelompokkan,
sepertipeck ordertetapi masalah ini tidak terlalu besar. Untuk
mengatasi masalah ini pindahkan beberapa ekor sapi bersama-sama ke
dalam kelompok baru sebelum diberi makan.Bila program pemberian
pakan secara kelompok diikuti, konsentrat jarang diberikan di
tempat pemerahan, biasanya diberikan di kandang. Pemberian pakan
berkelompok dapat dengan mudah beradaptasi pada penggunaancomplete
feedsyaitu konsentrat, hijauan, dan suplemen dicampur menjadi satu,
tidak diberikan terpisah. Beberapa produser yang
menggunakancomplete feedslebih menyukai pemberian hijauan kering,
khususnyalong stemmed haysecara terpisah untuk meningkatkan
stimulasi rumen dan fasilitas pencampuran, karenalong haysulit
dicampur dalammixer.Keuntungan pemberian pakan berkelompok
dancomplete feedadalah:produser dapat menggunakan formulasi khusus
yang penting untuk ternakmengeliminasi kebutuhan penyediaan
mineralad libitumkonsumsi ransum yang tepatdifasilitasi pemberian
pakan secara mekanis, sehingga mengurangi tenaga kerja yang
dibutuhkanmengeliminasi problem yang dikaitkan dengan konsumsi yang
tidak terkontrol dari bahan pakan tertentumengurangi resiko
gangguan pencernaan, seperti sepertidisplaced abomasummengurangi
pemberian pakan di tempat pemerahanpenggunaan maksimal dari
formulasi ransum biaya terendahmenutupi bah.pakan yang tidak
palatabel, seperti ureadapat diadaptasikan terhadap sistem kandang
konvensionalmemungkinkan produser menetapkan rasio serat kasar
terhadap proporsi konsentrat dalam ransummengurangi resiko
kekuranganmicronutrientmenyediakan operator dengan gambaran
konsumsi pakan harian kelompok, yang kemudian dapat digunakan
memperbaiki manajemenDi antara kerugian dari pemberian pakan
berkelompok dancomplete feedadalah:memerlukan peralatan pencampuran
yang khusus untuk meyakinkan mencampur secara meratatidak ekonomis
membagi peternakan kecil ke dalam kelompok-kelompoktidak dapat
diaplikasikan terhadap peternakan yang digembalakansulit untuk
membuat kelompok-kelompok pada beberapa design kandangdapat terjadi
mismanagement sepertifat cow syndromedan problem kesehatan seperti
kesulitan melahirkan, reproduksi yang jelek, produksi rendah,
konsumsi bahan kering rendah, dan gangguan metabolik. Dalam
berbagai kasus problem-problem tersebut tidak timbul segera,
biasanya muncul beberapa bulan kemudian.(Anonim, 2010).
Manajemen Pemberian Pakan Sapi Perah (SAPIDARA)Antaradisapihdan
beranak(12 minggusampaiumur2 tahun) nutrisi sapi dara sering
tidakdiperhatikan.Sebaiknyaprogram manajemenpemberi pakan
inimeliputi3 faseyang berbeda, yaitu:1.Sejakdisapih(12 minggu)
hinggaumur1 tahun.Selama periodeini, sapidaradiberimakanhijauanfree
choice dan butiran/ konsentrat terbatas. Jumlahdan kandungan
protein dari konsentrat ditentukan oleh kualitas hijauan. Pastura
dapatdigunakandenganbaik dalam program pemberianpakan,
sepanjangdisuplementasidengangrain mix, hijauankering,dan mineral
yang mencukupi(dapatdiberikandalam grain mixataufree choice).
Perludisediakanair bersihdan
segar.Selamaperiodeinisapidarajanganoverfeedingdan terlalugemuk.
Kondisiyang berlebihan akan menghambatperkembanganjaringan
sekretori ambing selamaperiodekritis(per-kembanganyang maksimal)
antara umur 3-9 bulandan menyebabkanproduksisusurendah.
Overconditioningsetelahumur15 bulan tidak mempengaruhi jaringan
sekretori ambing.
2.Sapidara, umur1 tahun- 2 bulansebelumberanakpadaumur2
tahun.BBilatersediahijauankualitastinggi, dapatmenjadisatu satunya
bahan pakan untuksapidaraumur1 tahun(tanpakonsentrat), dilengkapi
denganmineral mixyang disediakanfree choice(adlibitum). Sapi
daradapattumbuh0,8-0,9 kg/hari. Bilapertumbuhantidak memuaskan
dapatditambahkankonsentrat.3.Duabulansebelumberanak-
beranak.Pemberianpakanperiodeinidapatmempengaruhiproduksisususelamalaktasipertama.
Selama2 bulan terakhirkebuntingansapidaraakan bertambah
bobotbadannyasekitar0,9 kg /hari, sedangkanpadaawal kebuntingan0,8
kg/hari. Sapidarayang tumbuh dengancepatpada waktu beranak dan
secarakontinyutumbuhselama laktasi pertama alan menjadi penghasil
susu yang lebihpersistendibandingkan dengansapidara yangfull-size
padasaatberanak.Jumlahkonsentratyang diberikan sebelum beranak akan
dipengaruhi oleh : kualitas hijauan, ukurandan kondisisapidara.
Sebagaipatokanberi konsentrat 1% daribobotbadanmulai6
minggusebelumberanak. Ransum. perlucukupprotein, mineral, dan
vitamin. Kelebihankonsumsigaramakan menyebabkanbengkakambing,
perludicegahpada2 minggu terakhirsebelumberanak.Sapidarayang
tumbuhdenganbaiktidakakanmenghadapiproblem yang
seriuspadawaktuberanak. Namunmanajemennutrisidapat memudahkan saat
beranakdalam2 hal, yaitu: (1) ukuranpedet, dan (2) tingkat
kegemukaninduk. Sapidarayang gemukakan menghadapiinsiden
distokiayang lebihtinggikarenapembukaanpelvic yang kecil dan
biasanyaukuranpedetyang lebihbesar.Underfeedingatau sapidarayang
tumbuh jelekmembutuhkanlebihbanyakasistensaatberanakdan resiko
kematianlebihtinggi.(Sudono,1990).Manajemen Pemberian Pakan Sapi
Perah(PEDET)Satu fase yang paling penting dari produksi ternak
perah adalah pemberian pakan dan manajemen pedet. Lebih dari 20%
pedet mati sebelum sebelum mencapai umur dewasa. Dengan manajemen
yang baik mortalitas dapat ditekan 3-5%. Banyak pedet mati karena
kesalahan nutrisi, perkandangan dan manajemen yang tidak benar.
Dengan pemberian pakan, manajemen dan sanitasi yang baik (Arizona
Dairy) dapat menurunkan mortalitas hingga hanya 2,7% (1,4% pada
waktu lahir dan selama 24 jam pertama, dan 1,3% setelah 24 jam).Ada
4 bahan pakan yang biasa diberikan pada pedet, yaitu: (a)
kolostrum, (b) susu, (c)milk replacer, dan(d)calf
starterKolostrumperlu diberikan secepat mungkin setelah kelahiran
(idealnya 15 menit atau dalam jangka waktu 4 jam) untuk proteksi
terhadap penyakit. Kolostrum dapat diberikan langsung dari induk,
botol, atau ember. Pemberian kolostrum dini diperlu-kan karena
:1.Pedet yang baru lahir tidak mempunyai antibodi sebagai proteksi
terhadap pe-nyakit.2.Kemampuan pedet untuk
menyerapimmunoglobulin(komponen proteksi penya-kit) berkurang
setelah 24-36 jam.3.Pedet mudah terinfeksi dengan bakteri patogen
segera setelah lahir.Kolostrum biasanya diberikan sekitar 6% dari
bobot badan.Surplus kolostrum (kelebihan kolostrum) dapat dibekukan
dan disimpan dalam jangka waktu 1 tahun atau lebih tanpa kehilangan
nilai antibodinya. Dapat dicairkan, panaskan sekitar 100F.Sour
colostrumadalah surplus kolostrum yang disimpan dan difermentasi
secara alami.Kolostrum terdiri dari bahan kering yang sepertiga
lebih banyak dari susu ataureconstituted milk replacer, dan sangat
mudah dicerna. Oleh karena itu, penyimpan-an untuk pemberian pakan
selanjutnya sangat dianjurkan. Dapat diberikan secara segar; dapat
dibekukan kemudian dicairkan sebelum diberikan; atau disimpan
se-bagaisour colostrum. Encerkan hingga 25-50% bila akan diberikan
pada pedet lain (bukan yang baru lahir) untuk
mencegahoverfeedingdanscours (diarrhae).Pemberian pakan
dengansusupenuh (susu segar), pedet menerima sejumlah terbatas susu
hingga disapih. Pedet disapih bila telah mengkonsumsi cukup banyak
konsentrat. Metode ini merupakan yang terbaik ditinjau dari
pertambahan bobot badan (PBB) dan menimbulkan gangguan lambung yang
terendah, tetapi susu merupakan makanan yang mahal.Milk
replacerbervariasi dalam kualitas, pembeli perlu mempelajari
labelnya. Yang terbaik terdiri dari:- minimal20% protein, semua
dari produk susu sepertiskim milk, butter milkpowder, casein, milk
albumendll. Bila protein dalammilk replacerberasal dari tumbuhan,
perlu protein lebih dari 22%. Sebagian besar protein dianjurkan
dari produk susu.- lemak 10-20%Milk replacerdapat diberikan pada
hari ke tiga setelah dilahirkan atau segera setelah susu dapat
dipasarkan. Ikuti cara yang ditetapkan oleh pabrik dalam
mencampurmilkreplacer. Metode umum: 1 poundmilk replacerditambah
dengan 9 pound air.Calf startermerupakan campuran butiran yang
secara khusus disiapkan untuk pedet. Jagung dan gandum biasanya
merupakan komponen utama daricalf starter.Startermengandung sumber
protein tinggi plus mineral dan vitamin.Starterharuspalatablesupaya
pedet dapat makan sesegera mungkin. Beberapa ada yang ditambah
dengan molase supaya terasa manis. Pedet lebih menyukai bentuk yang
kasar daripada yang digiling halus.Calf startersebaiknya mengandung
16-18% protein dan 72-75% TDN untuk mencukupi zat-zat makanan
esensial bagi pedet.Calf growerdiberikan bila pedet berumur 6-8
minggu. Level (kandungan) protein disesuaikan dengan kualitas
hijauan.Hijauanberupahaykualitas bagus dapat diberikan bila pedet
berumur 2 minggu atau umur 5-10 hari.Silage(jagung) atau pastura
jangan diberikan sebelum umur 3 bulan karena kandungan air yang
tinggi yang dapat membatasi konsumsi dan
pertumbuhan(Sudono,1990).
KESIMPULANKeberhasilan produksisapi perahbergantung pada pakan.
Pakan yang dikonsumsi oleh ternak harus mengandung gizi yang
tinggi. Pakan yang dikonsumsidigunakan untuk pertumbuhan, produksi
hidup pokok dan reproduksinya. Pakan yang diberikan harus sesuai
dengan karakteristik, sistem dan fungsi saluran ternak.
Manajemenpakan merupakan pengggunaan secara bijaksana sumberdaya
yang dimiliki agar tujuan pemberian pakan tercapai. Terdapat empat
tujuan pemberian pakan termasuk (1) memenuhi kebutuhan ternak akan
nutrien, (2) palatabel, (3) ekonomis, dan (4) baik untuk kesehatan
ternak. Keseluruhan tujuan pemberian pakan tercermin dari usaha
pemenuhan kebutuhan pakan secara kuantitas, kualitas dan
kontinuitas serta teknik pemberian pakan yang digunakan.Pemberian
pakan pada sapi perah tidaklah sama namun tergantung pada periode
sapi perahnya, manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi laktasi),
manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi dara), dan manajemen
pemberian pakan sapi perah (sapi pedet)
1.DAFTAR PUSTAKAAkramuzzein. 2009. Program Evaluasi Pemberian
Pakan Sapi Perah Untuk Tingkat Peternak Dan Koperasi Menggunakan
Microsoft Access. Skripsi Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor. Bogor.Anonim, 2010.Master
KuliahManajemenTernakPerahFAPETUNPAD. Bandung.Anonim, 2010.Master
KuliahManajemenTernakPerahFAPETUNPAD. Bandung.Djarijah, Abbas
Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius.Kasim , S.N.
dkk . 2011. Strategi Pengembangan Usaha Sapi Perah Di Kabupaten
Enrekang. Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) .Kusnadi, Uka dan E.
Juarini. 2006. Optimalisasi Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi
Perah Dalam Upaya Peningkatan Produksi Susu Nasional. WARTAZOA Vol.
17 No. 2.Muljana. 2005 Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah.
Penerbit Aneka Ilmu. Semarang.Reaves, P. M., E. J. Robert, and M.
E. William. 1973. Dairy Cattle: Feeding and Management. John Wiley
and Sons Inc. Canada.Sudono, A. 1990. Pedoman Beternak Sapi Perah.
Direktorat Bina Produksi Pertanian. Direktorat Jenderal Peternakan.
Departemen Pertanian. Jakarta.Sudono, A. 1999. Produksi Sapi Perah.
Departemen Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.Suherman,Dadang. 2010. Evaluasi Penerapan
Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem
Individu dan Kelompok di Rejang Lebong. Jurnal Sain Peternakan
Indonesia Vol. 3, No 1.Suprajitna.2008. Sapi Perah dan Pemberian
Makanannya. Diktat Kuliah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.Utomo, Budi dan Miranti D P. 2010. Tampilan Produksi
Susu Sapi Perah Yang Mendapat Perbaikan Manajeman Pemeliharaan.
Caraka Tani XXV No.1.