Top Banner
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Dalam bahasa Inggris, komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang memiliki arti “sama”. Istilah communis sering sekali disebut sebagai asal mula kata komunikasi. Namun, membicarakan tentang berbagai definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar maupun definisi yang salah. Pakar komunikasi sudah sangat banyak memberikan gambaran mengenai definisi komunikasi. Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator atau orang yang menyampaikan pesan kepada komunikan atau orang yang menerima pesan dengan menggunakan sebuah media tertentu dengan harapan dapat menghasilkan sebuah efek. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2012:76) menyampaikan pengertian komunikasi yang lain, yaitu komunikasi merupakan proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih. Harold Lasswell menggambarkan komunikasi yang baik adalah dengan menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?”. Pertanyaan ini akhirnya menurunkan lima unsur komunikasi yang saling berkaitan, yaitu:
31

communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

May 10, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Film sebagai Media Komunikasi Massa

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Dalam bahasa Inggris, komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang

memiliki arti “sama”. Istilah communis sering sekali disebut sebagai asal mula kata

komunikasi. Namun, membicarakan tentang berbagai definisi komunikasi, tidak ada

definisi yang benar maupun definisi yang salah.

Pakar komunikasi sudah sangat banyak memberikan gambaran mengenai

definisi komunikasi. Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari

komunikator atau orang yang menyampaikan pesan kepada komunikan atau orang

yang menerima pesan dengan menggunakan sebuah media tertentu dengan harapan

dapat menghasilkan sebuah efek. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy

Mulyana, 2012:76) menyampaikan pengertian komunikasi yang lain, yaitu

komunikasi merupakan proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.

Harold Lasswell menggambarkan komunikasi yang baik adalah dengan

menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What

Effect?”. Pertanyaan ini akhirnya menurunkan lima unsur komunikasi yang saling

berkaitan, yaitu:

Page 2: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

 

1. Sumber atau Komunikator

Sumber atau komunikator dapat berupa orang, lembaga, buku atau sejenisnya.

Sedangkan komunikator sendiri merupakan seseorang atau pihak yang

menyampaikan pesan menggunaka media yang tepat sehinga dapat mengubah

perilaku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam komunikasi massa,

yang menjadi komunikator adalah lembaga atau organisasi. Lembaga yang dimaksud

bisa berupa perusahaan penerbitan surat kabar atau majalah, stasiun radio dan telvisi,

dan lain sebagainya.

2. Pesan

Pesan sendiri memiliki artian sesuatu yang dikomunikasikan dari sumber atau

komunikator kepada komunikan atau penerima. Pesan memiliki tiga komponen, yaitu

makna, simbol yang digunakan untuk menyalurkan makna, serta bentuk pesan.

Materi yang disampaikan bisa berupa lisan maupun tulisan, bisa juga berupa

lambang, gambar atau isyarat lainnya.

Dalam komunikasi massa, pesan berkaitan dengan materi yang disampaikan

kepada khalayak melalui media massa. Materi pesan komunikasi massa dapat berupa

format berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi

massa bersifat umum dan terbuka. Yang berarti pesan tersebut dapat diketahui dan

dipahami oleh semua orang dari berbagai lapisan dan latar belakang sosial ekonomi

yang beragam pula. Oleh karena itu, pesan dalam komunikasi massa harus dikemas

semenarik mungkin agar mudah dipahami oleh khayalak.

Page 3: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

10 

 

3. Media

Media menjadi penyalur sumber dalam menyampaikan pesan kepada

penerima, baik secara verbal maupun non-verbal. Dalam komunikasi massa, media

yang menjadi penyalur adalah:

a. Media cetak. Pesan yang disampaikan melalui bahasa tertulis dan

dukungan gambar atau foto. Media cetak berupa surat kabar, majalah dan

buku. Penerima pesan dengan menggunakan media cetak harus bersifat

aktif dan melek huruf sebagai syarat utamanya.

b. Radio. Penerima pesan yang menggunakan media radio cenderung bersifat

pasif. Untuk menikmati siaran radio, khalayak lebih santai. Siaran radio

menggunakan musik yang dominan sebagai ilustrasi dan efek suara untuk

menambahkan kesan mendramatisi pada pesan yang ingin disampaikan.

c. Televisi. Dari beberapa jenis komunikasi massa yang ada, televisi

merupakan jenis yang paling populer. Televisi sendiri merupakan media

audio-visual dan sangat dekat dengan penerima pesan karena mudah

diakses dan sifatnya yang audio-visual.

d. Film. Produksi film tidak berkala dan bersifat fiktif. Namun, pesan-pesan

dalam film tidak hanya sebagai penghibur penontonnya namun juga dapat

dijadikan sebagai sarana sosialisasi program tertentu. Mengikuti

perkembangan jaman, film tidak lagi hanya bisa dinikmati di bioskop,

namun bisa juga melalui televisi dan internet.

Page 4: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

11 

 

e. Media online. Keunggulan pada media online tidak hanya pada kecepatan

informasinya, namun juga pada sifat interaktifnya dan multimedianya.

Penerima pesan yang menggunakan media internet dapat terlayani

kebutuhannya dalam bentuk apapun karena mereka dapat mengakses surat

kabar, majalah, jurnal, buku, mendengarkan musik, menonton telvisi,

mendengar radio, ataupun menonton film hanya melalu internet.

4. Komunikan

Komunikan adalah penerima pesan yang menjadi sasaran pengirim pesan.

Dalam komunikasi massa, komunikan adalah orang-orang yang membaca majalah,

mendengarkan radio, menonton televisi, menonton film, juga orang-orang yang

menggunakan internet. Charles Wright mengelompokkan beberapa ciri dari

komunikan pada komunikasi massa, yaitu:

a. Large. Jumlah komunikan pada komunikasi massa sangat banyak dan

tersebar di berbagai lokasi

b. Heterogen. Komunikan pada komunikasi massa berasal dari berbagai

lapisan masyarakat. Mereka memiliki pekerjaan, umur, jenis kelamin, latar

belakang pendidikan, strata sosial, agama yang beragam.

c. Anonim. Komunikan umumnya tidak saling kenal dengan komunikator

atau sumber pengirim pesan. Mereka tidak berinteraksi satu sama lain.

5. Efek

Efek adalah sesuatu yang terjadi setelah penerima pesan menerima pesan dari

pengirim pesan. Dampak tersebut berkaitan dengan perubahan yang terjadi dalam diri

Page 5: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

12 

 

penerima pesan sebagai akibat terpaan pesan-pesan media massa. Menurut Berlo,

klasifikasi dampak perubahan yang dialami penerima pesan setelah mengikuti pesan-

pesan media massa dapat dibedakan atas ranah pengetahuan, sikap, dan perilaku

nyata.

Komunikasi massa juga memiliki beberapa fungsi di masyarakat. Robert K. Merton

mengemukakan fungsi tersebut yaitu:

a. Fungsi nyata. Adalah fungsi yang nyata diinginkan.

b. Fungsi tidak nyata atau tersembunyi. Fungsi yang tidak diinginkan. Sehingga

jika kita ambil kesimpulannya, pada setiap fungsi sosial yang ada dalam

masyarakat memiliki efek yang fungsional dan disfungsional.

2.1.2 Komunikasi Massa

Sama halnya dengan berbicara dengan definisi komunikasi, defisini dari

komunikasi massa pun memiliki banyak sekali pengertian dari para ahli. Effendy

(1993:91) mengatakan komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui

media massa modern yang meliputi surat kabar yang memiliki sirkulasi yang luas,

siaran radio da televisi yang ditunjukkan untuk umum, dan film yang ditunjukkan

untuk gedung-gedung bioskop.

Bittner (1980:10) menyampaikan bahwa komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Rakhmat,

1998:188). Mulyana dalam bukunya (2014:83) mengatakan bahwa pesan yang

disampaikan dalam komunikasi massa bersifat umum dan disampaikan secara cepat.

Page 6: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

13 

 

Dalam komunikasi massa, proses komunikasi didominasi oleh lembaga, meskipun

terkadang audiens juga bisa menyampaikan pesan.

Adapun beberapa ciri komunikasi massa adalah sebagai berikut:

a. Pesan yang disampaikan bersifat umum

Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa, atau opini. Namun,

tidak semua fakta dapat dimuat di media. Pesan komunikasi massa harus dikemas

secara menarik dalam bentuk apapun selama pesan tersebut merupakan pesan yang

penting.

b. Komunikannya anonim dan heterogen

Dalam komunikasi massa, pengirim pesan bisa saja tidak mengenal siapa

komunikannya atau anonim. Hal ini dikarenakan proses komunikasinya

menggunakan media dan tidak berupa tatap muka secara langsung. Sedangkan

penerima pesan diebut heterogen karena terdiri dari lapisan masyarakat yang berbeda.

c. Media massa menimbulkan keserempakan

Effendy (1981) mengartikan keserempakan dalam media massa adala

keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dari jarak yang jauh dari

komuinikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan

terpisah (Erdianto, 2007:9). Keserempakan yang dimaksudkan adalah pemahaman

pesan yang diterima oleh penerima pesan secara serempak karena banyaknya jumlah

penerima pesan dalam komunikasi massa.

d. Komunikasi massa bersifat satu arah

Page 7: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

14 

 

Tidak hanya memiliki kelebihan, komunikasi massa juga memiliki

kekurangan. Karena komunikasi yang melalui media massa bersifat satu arah,

pengirim pesan dan penerima pesan tidak dapat berkomunikasi secara tatap muka

langsung.

e. Stimulasi alat indera yang terbatas

Dalam komunikasi massa, penggunaan alat indera sesuai dengan media massa

yang digunakan. Sebagai contoh pada penggunaan media cetak penerima pesan hanya

dapat membaca, sedangkan penerima pesan yang tidak melek huruf tidak dapat

menggunakan media cetak.

f. Umpan balik tertunda dan tidak langsung

Karena komunikasi pada komunikasi massa menggunakan media yang

bersifat satu arah, maka penerima pesan tidak dapat menyampaikan umpan balik atau

feedback secara langsung. Umpan balik yang disampaikan oleh penerima pesan

bersifat terbatas karena harus menggunakan media yang lain untuk menyampaikan

feedback mereka. Sebagai contoh penerima pesan mengirimkan feedback melalui e-

mail. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan e-mail dalam

berkomunikasi sifatnya tertunda.

Nurudin (2011:19) menjabarkan beberapa ciri utama komunikasi massa, yaitu:

a. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga;

b. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen;

c. Pesannya bersifat umum;

d. Komunikasinya berlangsung satu arah;

Page 8: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

15 

 

e. Komunikasi masa menimbulkan keserempakan;

f. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis;

g. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper.

Komunikasi juga berlangsung dalam konteks atau situasi tertentu. Banyak

pakar yang mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya. Konteks yang

dimaksud disini adalah semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi, yang

terdiri dari (Mulyana, 2014:78) :

Pertama, aspek yang bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara bentuk

ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alay

yang tersedia untuk menyampaikan pesan.

Kedua, aspek psikologis, yang melipui sikap, kecenderungan, prasangka dan

emosi para peserta komunikasi.

Ketiga, aspek sosial, seperti normal kelompok, nilai sosial, dan kkarakteristik

budaya.

Keempat, aspek waktu, yaitu kapan berkomunikasi (hari apa, pukul berapa,

pagi, siang, sore atau malam).

Mulyana mengatakan dalam bukunya (2014:79) bahwa komunikasi massa

melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak

fisik yang rndah, memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi, juga

biasanya tidak memungkinkan umpan balik dilakukan dengan segera.

Page 9: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

16 

 

2.1.3 Macam-macam Media Komunikasi Massa

Effendi (2000) memberikan definisi dalam bukunya mengenai komunikasi

massa sebagai komunikasi yang menggunakan media massa modern. Media massa

yang dimaksud antara lain adalah surat kabar, film, radio, internet, dan televisi. Tidak

heran jika pembahasan mengenai komunikasi massa melibatkan media massa sebagai

objek penelitian.

2.1.3.1 Film sebagai Media Komunikasi Massa

Film merupakan alat komunikasi yang tidak terbatas ruang lingkupnya dimana

di dalamnya menjadi tempat bebas berekspresi dalam sebuah proses pembelajaran

massa. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke-19

(Oey Hong Lee dalam Sobur, 2004:126). Film selalu merekam realitas yang tumbuh

dan berkembang di dalam masyarakat dan kemudian memproyeksikannya ke dalam

layar (Sobur, 2004:126-127).

Para ahli film meyakinin bahwa film memiliki potensi yang besar untuk

mempengaruhi membentuk suatu pandangan di masyarakat dengan muatan pesan di

dalamnya. Hal ini dikarenakan film merupakan alat komunikasi yang mampu

menjangkau banyak sekali segmen sosial. Hal ini juga didasarkan atas pendapat

bahwa film adalah potret dari realitas di masyarakat.

Sesuai dengan apa yang peneliti paparkan di atas, ciri komunikasi massa

adalah komunikasi yang menggunakan media massa baik media audio visual maupun

media cetak yang pesannya akan disampaikan kepada massa atau khayalak yang

Page 10: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

17 

 

jumlahnya banyak. Dengan begitu, sesuai dengan bentuk film yang berupa audio

visual, maka film dapat dikatakan sebagai alat penyampai pesan kepada massa.

Menurut Sumarno (1996:10), film dirancang untuk melayani keperluan publik

terbatas maupun publik tak terbatas. Hal ini disebabnya adanya unsur ideologi dari si

pembuat film. Unsur ideologi ini diantaranya adalah unsur budaya, sosial, psikologis,

penyampaian bahasa film, dan unsur yang menarik ataupun merangsang imajinasi

khalayak (Irawanto, 1999:88).

Berdasarkan pendapat Sumarno dan Irawanto tersebut maka film dikatakan

dapat menjadi sebuah media komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada publik

sasaran atau khalayak atau penontonnya berdasarkan ideologi dari pembuat film.

2.2 Film sebagai Media Komunikasi Budaya

Film mendapatkan peran yang besar sebagai sumber kebudayaan yang

menghasilkan buku, kartun strip, lagu dan bintang televisi. Oleh karena itu, film

adalah sebuah pencipta budaya massa (Jowett dan Linton, 1980).

2.2.1 Macam-macam Film

2.2.1.1 Macam-macam Film berdasarkan Jenisnya

Film merupakan media massa yang bersifat audio visual atau dengan artian

lain dapat dilihat dan didengarkan. Film terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:

a. Film Fiksi

Film fiksi ini merupakan film yang diproduksi dengan cerita yang

dikarang. Kemudian dimainkan oleh aktor dan aktris. Biasanya, film jenis fiksi ini

Page 11: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

18 

 

dibuat untuk dikomersialkan, dengan artian film yang dibuat akan dipertontonkan

kepada khalayak dengan dikenai tarif (Sumarno, 1996).

b. Film Dokumenter

Film dokumenter menyajikan realitas melalui berbagai cara. Film

dokumenter sendiri dibuat dengan tujuan penyebaran informasi, penyebaran

pendidikan, dan juga dengan tujuan propaganda bagi orang atau sekelompok orang

tertentu.

c. Film Pendek

Dulunya jenis film ini sering digunakan masyarakat di beberapa negara

seperti Jerman, Kanada, Austalia, Amerika Serikat, sebagai batu loncatan untuk

membuat film panjang. Yang dimaksudkan dengan film pendek adalah film yang

berdurasi di bawah 60 menit. Namun, seiring berkembangnya perfilman, di Indonesia

pun film pendek sudah tidak jarang pula diproduksi dan dijadikan sebagai batu

loncatan untuk membuat film panjang. Biasanya, film pendek ini diproduksi oleh

mahasiswa yang memang berkonsentrasi pada bidang film, namun bisa juga

diproduksi oleh sekelompok orang yang tergabung dalam komunitas film

(Effendy,2009:3-6).

d. Film Panjang

Jika film pendek berdurasi kurang dari 60 menit, maka film panjang

berdurasi lebih dari 60 menit. Biasanya film panjang ini merupakan film yang

diputarkan di bioskop (Effendy,2009:3-6).

Page 12: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

19 

 

2.2.1.2 Macam-macam Film Berdasarkan Genre

Baksin (2003) menjabarkan ada beberapa genre film yang ada , yaitu:

a. Drama

Genre ini menekankan sisi human interest dalam ceritanya, sehingga

penonton diajak untuk merasakan apa yang terjadi dan dialami oleh tokoh pemeran.

b. Action atau aksi

Film dengan genre ini film yang mempertontonkan adegan berkelahi,

pertempuran dengan senjata yang akhirnya mengajak penonton untuk merasakan

ketegangan, takut, dan perasaan-perasaan lain yang dialami tokoh pemeran.

c. Komedi

Pada genre ini, penonton diajak untuk ikut tartawa dan merasakan

kelucuan yang ada pada naskah yang diperankan oleh pemeran. Genre ini mengusung

cerita yang lucu dan berisi dengan lawakan.

d. Tragedi

Dalam film genre ini, pemain utama atau tokoh utama biasanya memiliki

nasib yang malang atau mengenaskan sehingga membuat penonton ikut merasakan

kesedihan, kepedihan, kasihan, atau prihatin kepada tokoh utama.

e. Horor

Film dengan genre horor ini menampilkan adgan dan cerita yang

menyeramkan sehingga tidak jarang membuat penontonnya merasa

ketakutan.

Page 13: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

20 

 

Bordwell dan Thompson (2008) mengatakan dalam bukunya ada beberapa genre film

di Amerika, yaitu:

a. The Western

b. The Horor

c. The Musical

d. Action

e. Adventure

f. Animation

g. Biography

h. Comedy

i. Crime

j. Documentary

k. Drama

l. Family

m. Fantasy

n. History

o. Horor

p. Musical

q. Mystery

r. Romance

s. Sci-Fi

t. Sport

Page 14: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

21 

 

u. Thriller

v. War

w. Western

2.3 Sifat Pesan Komunikasi dalam Film

Jika membicarakan pesan dalam proses komunikasi, kita tidak dapat lepas dari

simbol dan kode. Pesan adalah semua bentuk komunikasi baik verbal maupun non-

verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi lisan, sedangkan non-verbal adalah

komunikasi dengan menggunakan simbol, isyarat, sentuhan perasaan dan penciuman

(Pratikto, 1987:42).

Film sendiri memiliki tahapan dalam menyampaikan pesannya kepada

penonton dengan memainkan emosi dan persuasi penontonnya. Dalam film terdapat

babak alur cerita untuk memainkan emosi penontonnya, yaitu:

a. Babak 1

Pada babak ini, terdapat opening film untuk mengenalkan kepada

penonton siapa pemainnya, bagaimana tokoh si pemain, biasanya juga

pada babak ini sudah memunculkan sedikit tentang permasalahan dalam

film nantinya.

b. Babak 2

Pada babak ini pesan yang ingin disampaikan mulai muncul. Dari babak

sini lah cerita biasanya dimulai. Babak ini menampilkan klimaks pada

cerita dan mulai memainkan emosi penonton.

Page 15: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

22 

 

c. Babak 3

Babak ini merupakan babak penyelesaian masalah atau klimaks. Babak ini

merupakan bagian ending dari film setelah melewati tahapan klimaks,

dalam tahapan inilah penonton dapat menyimpulkan pesan dalam cerita.

Pesan didefinisikan sebagai seperangkat simbol verbal dan non-verbal yang

mewakili gagasan, nilai, perasaan atau maksud komunikator (Lasswell dalam

Mulyana, 2007:63). Pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunkan satu

kata atau lebih. Suatu sistem kode verbal disebut dengan bahasa. Sedangkan bahasa

dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk dipahami suatu

komunitas (Mulyana, 2007:260). Bahasa verbal menjadi sarana utama untuk

menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-

kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individualitas masing-masing

dari kita sesuai dengan pengalaman yang dimiliki dari masing-masing individu juga.

Sebagai contoh, ketika kita menyebutkan kata kursi kepada teman, belum tentu apa

yang teman kita pikirkan adalah kursi seperti yang kita maksud. Ada kursi yang

terbuat dari kayu, ada kursi dengan bantalan, kursi goyang, kursi plastik, dan lain-

lain. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki budaya yang sama,

maka proses merepresentasikan hal-hal sesuai dengan pengalaman kita akan lebih

mudah dipahami.

Kemudian selanjutnya adalah pesan non-verbal. Larry A. Samovar dan

Richard (1991) mengatakan dalam bukunya komunikasi non-verbal mancakup semua

rangsangan (kecuali rancangan verbal) yang dihasilkan oleh individu yang memiliki

Page 16: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

23 

 

nilai potensial bagi pengirim atau penerima pesan. Jadi definisi ini mencakup perilaku

yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara

keseluruhan. Kita mengirim banyak pesan non-verbal tanpa menyadari bahwa pesan

tersebut bermakna bagi orang lain (Mulyana, 2007:343)

Larry dan Richard sudah mengklasifikasikan pesan non-verbal dalam berbagai

bentuk. Bentuk yang pertama adalah perilaku yang bersumber dari penampilan dan

pakaian, eskpresi wajah, postur tubuh dan gerakan, sentuhan, para-bahasa, kontak

mata, dan bau-bauan. Bentuk yang kedua yaitu waktu, ruang, dan diam.

Konsep inilah yang nantinya dapat membantu peneliti dalam menganalisis

pesan non-verbal dalam film Prospective Son-in-Law karya Fajar Arrachman.

2.4 Unsur Budaya dalam Film

McQuail mengatakan dalam bukunya (1987:91), film memiliki beberapa

fungsi, yaitu:

a. Film dapat menjadi media yang berisikan sumber pengetahuan, sehingga

dapat menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan mengenai

peristiwa dan kondisi masyarakat dari segala belahan dunia.

b. Film juga dapat dijadikan sebagai media sosialisasi dan pewarisan nilai,

norma, dan kebudayaan. Hal ini memiliki arti bahwa selain sebagai

hiburan, penonton juga dapat mengambil atau mempelajari nilai-nilai

tertentu yang disampaikan dalam film.

c. Tidak hanya sebagai sarana sosialisasi budaya, film juga dapat berperan

sebagai wahana pengembangan kebudayaan.

Page 17: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

24 

 

d. Tidak hanya sebagai pengembangan dalam bentuk seni dan simbol, film

juga memiliki fungsi sebagai media pengemasan tata cara, mode, gaya

hidup, dan norma-norma.

Sebuah film tentunya memiliki pesan yang ingin disampaikan sesuai dengan

fungsi-fungsi film yang sudah dituturkan di atas. Selain nilai kebudayaan, film juga

ingin menyampaikan berbagai macam pesan yang terkandung, misalnya seperti pesan

dengan unsur, agama, sosial budaya, politik, maupun kritik sosial. Sehingga, fungsi

film sebagai pemberi informasi kepada penonton atau kepada masyarakat dapat

berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Biasanya, dalam sebuah film terdapat setidaknya unsur-unsur budaya yang

terkandung di dalamnya. Unsur budaya yang terkandung di dalamnya tersebut

biasanya berupa suatu kebudayaan atau suku bangsa dimana film tersebut dibuat.

C. Kluckholn (dalam Koenjtaraningrat, 1986:203) menyebutkan ada beberapa

unsur budaya yang mirip atau hampir sama antara film yang satu dengan yang lain.

Unsur-unsur budaya yang memiliki beberapa kesamaan di dalam film ini disebut

sebagai cultural universal. Kluckholn juga menjabarkan unsur-unsur kebudayaan

yang disebut sebagai cultural universal, yaitu:

a. Bahasa

Bahasa yang dimaksudkan disini adalah bahasa yang berupa bahasa lisan

dan bahasa tertulis.

Page 18: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

25 

 

b. Sistem pengetahuan

Sistem pengetahuan yang dijabarkan disini meliputi pengetahuan tentang

alam sekitar, pengetahuan menegnai flora, pengetahuan mengenai fauna,

pengetahuan yang membahas tentang zat-zat dan bahan mentah,

pengetahuan mengenai tubuh manusia, pengetahuan mengenai kelakuan

sesama manusia, pengetahuan mengenai ruang, waktu dan bilangan.

c. Organisasi sosial

Organisasi sosial ini terdiri dari sistem kekearabatan, sistem kesatuan

hidup setempat, asosiasi dan perkumpulan, serta sistem kenegaraan.

d. Sistem peralatan hidup dan teknologi

Semakin berkembangnya jaman, tentu semakin berkembang pula

teknologi yang dikembangkan dan digunakan oleh manusia dan digunakan

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sitem peralatan hidup dan teknologi

ini terdiri dari: alat-alat produktif, alat-alat distribusi dan transport,

makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung atau

rumah, termasuk juga di dalamnya adalah senjata.

e. Sistem mata pencaharian hidup

Setiap manusia tentunya menginginkan kehidupan yang mudah dan

tercukupi. Oleh karenanya, manusia juga melakukan pekerjaan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Mata pencaharian yang biasa dilakukan

adalah berburu dan meramu, perikananan, bercocok tanam, peternakan,

dan perdangan.

Page 19: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

26 

 

f. Sistem religi

Tidak hanya unsur budaya, pesan yang ingin disampaikan di dalam film

juga biasanya mengandung unsur agama, seperti sistem kepercayaan,

kesustraan suci, sistem upacara keagamaan, komunitas keagamaan, ilmu

gaib, sistem nilai, dan juga pandangan hidup.

g. Kesenian

Kesenian disini yang dimaksud meliputi seni patung, seni relief, seni lukis

dan gambar, seni rias, seni vokal, seni kesusastraan, seni drama, dan seni

instrumental.

2.5 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan peneliti melalui data pustaka,

ditemukan penelitian sejenis seperti apa yang diteliti oleh peneliti. Berikut uraian

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini:

2.3 Representasi Nilai Budaya Minangkabau dalam Film “Tenggelamnya Kapal

Van Der Wijck” ditulis oleh Dewi Inrasari, seorang alumni UIN Alauddin

Makassar jurusan Ilmu Komunikasi. Pada penelitian Dewi, menghasilkan

sebuah kesimpulan bahwa budaya Minangkabau dalam film Tenggelamnya

Kapal Van Der Wijck diwujudkan melalui penggunaan bahasa, pakaian, dan

adatyang ditampilkan melalui beberapa adegan. Selain itu makna simbol

budaya Minangkabau pada film ini merupakan sebuah bentuk kritikan

terhadap budaya Minangkabau yang menganut sistem matrilineal dan

Page 20: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

27 

 

materialistis (Inrasari, 2015). Bila dibandingkan dengan penelitian yang akan

peneliti teliti, memiliki persamaan pada isu budaya pada film, hanya saja

memiliki perbedaan pada budaya yang diambil dan pada film yang diangkat

menjadi objek penelitian. Kemudian, penelitian ini memiliki perbedaan

dengan penelitian yang akan peneliti teliti. Perbedaan ini terletak pada jenis

penelitian. Inrasari menggunakan jenis penelitian kualitatif analisis teks media

sedangkan peneliti menggunakan kualitatif interpretatif. Bentuk analisis yang

digunakan pun berbeda. Inrasari menggunakan semiotika milik Charles

Sander Pierce, sedangkan peneliti menggunakan miliki Roland Barthes.

2.6 Definisi Konseptual

2.6.1 Definisi Konstruksi Budaya

Dalam teorinya, George Kelley (dalam Littlejohn, 1996:112-120) mengatakan

bahwa konstruktivisme adalah pesan yang diinterpretasikan oleh setiap individu dan

bertindak sesuai dengan kategori yang ada dan terkonsep dalam pikiran. Realitas

dalam pesan yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang ada, namun sudah melalui

proses seleksi yang terjadi karena adanya perspekif dari setiap individu. Jika dilihat

dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, konstruksi ini merupakan susunan suatu

bangunan. Sedangkan dalam Ilmu Komunikasi, konstruksi didefinisikan sebagai

sebuah konsep, yaitu abstraksi yang didefinisikan sebagai generalisasi dari hal-hal

yang khusus dan dapat diamati serta dapat diukur. Konstruktivisme ini sendiri

terbentuk dari teori konstruk setiap personal yang memahami pengalamannya melalui

kejadian yang akhirnya dikelompokkan berdasarkan kesamaan atau perbedaan yang

Page 21: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

28 

 

dimiliki tentang sesuatu. Karena teori ini mengakui bahwasanya konstruk memiliki

kondisi sosial yang alami dan dipelajari melalui hubungan dengan orang lain, maka

menjadi sebuah hal penting memaknai budaya sebagai sebuah peristiwa.

2.6.2 Makna Tanda dalam Pesan

2.6.2.1 Definisi Makna

Pada kehidupan sehari-hari, setiap kata yang diucapkan oleh manusia tentu

memiliki makna atau berakibat memunculkan makna. Persoalan makna adalah

persoalan yang menrik dalam kehidupan sehari-hari (Pateda, 2001:288). Menurut

Ogden dan Richards (dalam Sudaryat, 2009:13), makna adalah hubungan antara

lambang (simbol) dan acuan atau referen. Hubungan antara lambang dan acuan

bersifat tidak langsung, sedangkan hubungan antara lambang dengan referensi dan

referensi dengan acuan bersifat langsung. Ogden dan Richards juga menyebutkan

batasan makna ini sama dengan istilah pikiran, referensi yaitu hubungan antara

lambang dengan acuan atau referen.

Saussure (1994) berpendapat bahwa makna adalah pengertian atau konsep

pada tanda linguistik. Pengertian makna dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

maksud pembicara atau penulis, bisa juga diartikan sebagai pengertian yang diberikan

kepada suatu bentuk kebahasaan. Dalam KBBI dijelaskan pula makna mengandung

tiga unsur hal, yaitu (1) arti, (2) maksud pembicara atau penulis, (3) pengertian yang

diberikan kepada suatu bentuk kebahasan.

Secara linguistik makna diartikan sebagai apa-apa saja yang diartikan atau

dimaksudkan oleh kita (Hornby dalam Sudaryat, 2009:13). Rakhmat (1996)

Page 22: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

29 

 

menjelaskan mengenai para ahli yang telah menyepakati bahwa makna bersifat

subjektif tergantung dengan latar belakang budaya serta pengalaman dalam memberi

pengertian sebuah makna (Sobur, 2014:20). Pendapatnya ini sejalan dengan pendapat

Stevenson, yaitu apabila seseorang ingin menafsirkan makna sebuah tanda maka ia

harus memikirkan bagaimana mestinya tentang tanda tersebut, sehingga dapat

diperoleh jawaban pada kondisi-kondisi tertentu.

Ogden dan Richards (dalam Sudaryat, 2009:14) menjelaskan definisi makna

menjadi 14 rincian, yaitu:

1. Suatu yang intrinsik;

2. Hubungan dengan benda-benda lain yang unik dan sulit dianalisis;

3. Kata lain tentang suatu kata yang terdapat di dalam kamus;

4. Konotasi kata;

5. Suatu esensi, suatu aktivitas yang diproyeksikan ke dalam suatu objek;

6. Tempat sesuatu di dalam suatu sistem;

7. Konsekuensi praktis dari suatu benda dalam pengalaman kita mendatang;

8. Konsekuensi teoritis yang terkandung dalam sebuah pernyataan;

9. Emosi yang ditimbulkan oleh sesuatu

10. Sesuatu yang secara aktual dihubungkan dengan suatu lambang oleh

hubungan yang telah dipilih;

11.

a. Efek-efek yang membantu ingatan jika mendapat stimulus asosiasi-asosiai

yang diperoleh;

Page 23: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

30 

 

b. Beberapa kejadian lain yang membantu ingatan terhadap kejadian yang

pantas;

c. Suatu lambang seperti yang kita tafsirkan;

d. Sesuatu yang kita sarankan;

e. Dalam hubungannya dengan lambang penggunaan lambang yang secara

aktual dirujuk;

12. Pengunaan lambang yang dapat merujuk terhadap apa yang dimaksud;

13. Kepercayaan menggunakan lambang sesuai dengan yang kita maksudkan;

14. Tafsiran lambang;

a. Hubungan-hubungan;

b. Percaya tentang apa yang diacu;

c. Percaya kepada pembicara tentang apa yang dimaksudkannya.

Inti dari apa yang disampaikan oleh Ogden dan Richards, makna berarti

hubungan antara kata dan benda yang bersifat intrinsik yang berada dalam suatu

sistem dan diproyeksikan ke dalam bentuk lambang (Warsidi, 2014-11).

Dari pengertian-perngertian makna yang telah disampaikan di atas dapat

disimpulkan bahwa makna adalah hubungan antara kata dengan konsep, serta benda

atau hal yang dirujuk.

2.6.2.2 Jenis Makna

Pateda (dalam Abdul Chaer, 2009:59) membagi jenis makna menjadi 25 jenis

makna, yaitu afektif, makna denotatif, makna deskriptif, makna ekstensi, makna

emotif, makna gereflekter, makna ideasional, makna intensis, makna gramatikal,

Page 24: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

31 

 

Umum 

makna kiasan, makna kognitif, makna kolokasi, makna konotatif, makna konseptal,

makna konstruksi makna leksikal, makna luas, makna piktonal, makna proposisional,

makna pusat, makna referensial, makna sempit, makna stilistika, dan makna tematis.

Berbeda dengan Pateda, Leech (dalam Abdul Chaer, 2009:59) membaginya ke

dalam tuhuh tipe makna, yaitu makna konseptual, makna konotatif, makna stilistika,

makna afektif, makna reflektif, makna kolokatif, dan makna tematik.

Sudaryat (2009:22) membagi jenis-jenis makna menjadi dua bagian besar,

yaitu makna leksikal dan makna struktural. Selanjutkan makna leksikal ini dibagi lagi

menjadi makna langsung dan makna kiasan. Sudaryat (2009:22) menggambarkan

ragam makna tersebut dalam bentuk bagan.

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.1 Ragam Makna Sudaryat 

2.6.2.3 Definisi Tanda

Semiotik menurut Cobley dan Jenz adalah istilah kata yang berasal dari

bahasa Yunani “Semeion” yang memiliki arti tanda atau “Seme” yang memiliki arti

penafsiran.

MAKNA

Leksikal Struktural 

Langsung  Kiasan Gramatikal Tematis 

Khusus  Konotatif  Afektif Stilistik Reflektif Kolokatif  Idiomatikal 

Page 25: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

32 

 

Sedangkan menurut Eco, semiotik didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari mengenai objek, peristiwa, dan seluruh kebudayan sebagai tanda (Sobur,

2006:95).

Tanda sendiri memiliki artian yaitu sesuatu yang berdiri pada sesuatu yang

lain, atau menambahkan dimensi yang berbeda pada sesautu, dengan memakai segala

apapun yang dipakai untuk mengartikan sesuatu yang lainnya.

Pierce (dalam Berger, 2000:1) mengatakan bahwa tanda merupakan pegangan

seseorang akibat ketertarikan dengan tanggapan atau kapasitasnya. Dikatakan pula

bahwa tanda juga didefinisikan sebagai yang atas dasar konvensi sosial yang

terbangun dan dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Zoest, 1993:1).

Sebenarnya, tanda sendiri adalah bentuk dari representasi dari gejala yag

memiliki sejumlah kriteria, seperti nama, peran, fungsi, tujuan, dan keinginan tanda

ada dimana-mana. Begitu juga dengan benda-benda yang ada di sekitar kita, seperti

lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Kata pun juga disebut sebagai tanda.

Beberapa definisi mengenai semiotik sudah dikemukakan oleh beberapa ahli

semiotik, baik berupa definisi secara etimologi dan terminologi, diantaranya adalah:

a. Charles Sanders Pierce

Pierce mendefinisikan bahwa semiotik sebagai sesuatu hubungan diantara

tanda, objek dan makna (Sobur, 2003:16).

b. Van Zoest

Menurut Zoest, semiotik adalah ilmu tanda dan segala yang berhubungan

dengan cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimnya,

Page 26: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

33 

 

dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya (Sobur,

2001:96).

c. Saussure

Semiologi menurut Saussure adalah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-

tanda di tengah masyarakat dan dengan demikian menjadi bagian dari

disiplin psikologi sosial (Sobur, 2001:12).

Semiotik memiliki peran melakukan interogasi terhadap kode yang dipasang

oleh pemberi kode agar penerima kode bisa mengerti makna yang dimaksud oleh

pemberi kode dalam sebuah teks (Sobur, 2003: 11).

Sobur mengatakan dalam bukunya (2003:100-101) bahwa semiotik memiliki

beberapa macam semiotik yang bertahan hingga sekarang setidaknya ada sembilan

macam, yaitu:

a. Semiotik analitik

yaitu merupakan semiotik yang menganalisis tanda. Semiotik ini memiliki

objek tanda kemudian dianalisis menjadi ide, obyek dan makna. Ide yang

dianalisis disebut sebagai lambang, sedangkan untuk makna sendiri adalah

beban yang ada di dalam lambang yang nantinya mengacu pada suatu

objek tertentu.

b. Semiotik deskriptif

Semiotik ini merupakan semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang

ada sejak dahulu kala namun tetap disajikan dan digunakan hingga saat

ini.

Page 27: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

34 

 

c. Semiotik faunal zoosemiotic

yaitu semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan

oleh hewan. Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah

sistem tanda yang ada dalam kebudayaan masyarakat.

d. Semiotik naratif

Semiotik ini merupakan semiotik yang membahas sistem tanda dalam

narsi yang berwujud mitos dan cerita lisan.

e. Semiotik natural

Bisa juga disebut dengan semiotik khusus yang membedah sistem tanda

yang dihasilkan oleh alam. Berbeda dengan semiotik natural, semiotik

normatif merupakan semiotik yang khusus membahas sistem tanda yang

dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma.

f. Semiotik sosial

Semiotik ini khusus membeda sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia

yang berwujud lambang. Sedangkan semiotil struktural adalah semiotik

yang khusus membeda sistem tanda yang dimanifestasikan melalui

struktur bahasa.

g. Semiotik cultural

Semiotik ini khusus digunakan untuk membeda sistem tanda yang ada

dalam kebudayaan suatu masyarakat tertentu. Biasanya, budaya yang akan

diteliti memiliki perbedaan dengan kebudayaan di wilayah tertentu.

Page 28: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

35 

 

Barthes menjelaskan dalam teorinya bahwa teori semiotik dibagi menjadi dua

tingkatan, yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi sendiri merupakan tingkat petandaan

yang menjelaskan hubungan penanda dengan petanda dalam relaitas, sehingga

menghasilkan makna emplisit, langsung dan pasti. Sedangkan konotasi merupakan

tingkatan petanda yang menjelaskan mengenai hubungan penanda dan petanda yang

di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan juga tidak

pasti (Yusvita Kusumarini, 2006).

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menjadi

ciri khas suatu masyarakat. Menurutnya, mitos ada pada tingkat kedua penandaan.

Tanda tersebut akan muncul menjadi petanda baru yang kemudian memiliki petanda

kedua dan membentu tanda baru setelah terbentuknya sistem sign-signifier-signified.

Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang

menjadi sebuah makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi sebuah

mitos.

2.7 Konsep Bibit, Bebet, dan Bobot dalam Budaya Jawa

2.7.1 Definis Kejawen

Kejawen adalah kepercayaan yang sudah mendarah daging dalam pribadi

masyarakat Indonesia khususnya masyarakat di pulau Jawa. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, arti dari kejawen adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

adat dan kepercayaan yang berlaku di masyarakat Jawa.

Kejawen merupakan ajaran yang keyakinan dan ritualnya merupakan

campuran dari agama-agama formal dengan pemujaan terhadap kekuatan alam

Page 29: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

36 

 

(Suyono, 2007:2). Sebagai contoh, sangat banyak sekali orang Jawa yang menganut

agama Islam. Namun, pengetahuan mereka tentang agama Islam bisa dibilang masih

sangat kurang mendalam. Hal ini yang akhirnya mendasari adanya budaya kejawen di

kalangan masyarakat Indonesia khususnya Jawa.

Suparlan (dalam Woodward, 1999:3) menyatakan bahwa varian mistik orang

Islam Jawa atau disebut priyayi dan abangan adalah Islam Jawa sedangkan terhadap

orang-orang kebatinan sebagai kejawen. Kejawen memang sangat sering dikaitkan

dengan hal-hal mistis, meskipun hal ini tidak dapat sepenuhnya dianggap benar.

“Mistisisme adalah ajaran yang menyatakan adanya hal-hal yant idak

terjangkau oleh akal manusia atau sering disebut dengan hal-hal ghaib. Hal ini tidak

dapat sepenuhnya dianggap benar. Namun, tidak dapat dipungkiri pula dunia kejawen

memang tidak dapat dilepaskan dari hal mistis, begitu pula dengan hal mistis yang

tidak dapat dilepaskan dari kejawen” (Tim penyusun KBBI, 2007:749).

Jadi, secara garis besar perilaku masyarakat yang disebut kejawen ini

merupakan suatu pengungkapan seseorang yang ingin dekat dengan Tuhan melalui

berbagai cara. Dan tradisi seperti ini adalah tradisi atau ritual yang telah turun-

temurun diwariskan dari orang-orang Jawa agar hidupnya selaras, harmonis dan

bahagia.

2.7.2 Bibit, Bebet dan Bobot dalam Pernikahan Adat Jawa

Sampai saat ini, dalam menentukan pilihan calon pengantin di masyarakat

Jawa masih menggunakan dua model yaitu model tradisional dan model modern atau

lebih sering disebut dengan pacaran. Kedua model ini sangat bertentangan prinsip

Page 30: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

37 

 

karena orang tua yang masih menggunakan model tradisional akan memilihkan calon

pasangan untuk anaknya, sedangkan model pacaran akan membuat anak memilih

sendiri calonnya dan tidak menggunakan perantara dari orang tuanya.

Geertz (1985:61) menjelaskan dalam pemilihan calon pengantin yang

menggunakan model tradisional ini pilihan calon pengantin harus ditentukan oleh

orang tua atau setidaknya harus mendapatkan persetujuan dari orang tua terlebih

dahulu. Suwardi (1992:4) mengatakan bahwa sebenarnya model tradisional yang

dipegang oleh orang tua ini pada dasarnya berpegang pada konsep “bibit, bebet, dan

bobot”.

Seperti yang sudah peneliti jabarkan secara singkat di bab sebelumnya, tradisi

ini sebenarnya merupakan tradisi yang dilakukan oleh keluarga Ningrat. Seperti yang

dikatakan Hariwijaya dalam bukunya (2004:6-7), para bangsawan

mempertimbangkan bibit, bebet dan bobot untuk menentukan jodoh bagi anak-anak

mereka dengan alasan untuk kebaikan dan kebahagiaan kedua mempelai di masa

yang akan datang. Dulunya, bibit, bebet, dan bobot ini diartikan jika calon pengantin

perempuan dari keluarga ningrat, maka calon pengantin laki-laki harus dari keluarga

ningrat pula. Begitu juga sebaliknya. Namun, lama-kelamaan tradisi ini diikuti oleh

masyarakat di luar keraton dengan alasan semata-mata ingin menjunjung nilai

kebudayaan.

Bibit disini berarti orang tua menilai calon pengantin dari segi keturunan

(asal-usul), dari keluarga yang bagaimana si calon pengantin. Kemudian bebet disini

berarti bagaimana status sosial calon pengantin, seperti kedudukan, keahlian,

Page 31: communis yang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/54005/3/BAB II.pdfformat berita, pendapat, musik, film, iklan, dan lain sebagainya. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

 

38 

 

kepandaian, dan lain-lain. Bobot berarti seberapa banyak kekayaan harta benda yang

dimiliki oleh calon pengantin.

Ketika memilih calon pengantin dengan menggunakan model tradisional ini

seringkali diatur oleh seorang “mak comblang”. Biasanya, mak comblang dalam

masyarakat Jawa adalah seorang wanita setengah baya yang memang ahli dalam hal

tata cara perkawinan dan ahli dalam mengatur perkawinan (Koentjaraningrat,

1984:126).

Tujuan dilakukannya bibit, bebet dan bobot ini yang utama adalah

memperoleh keturunan yang sah dan merupakan tujuan yang pokok dari perkawinan

itu sendiri.

Tradisi bibit, bebet dan bobot ini dilakukan dengan cara penyelidikan yang

dilakukan oleh kedua orang tua calon mempelai perempuan dengan dibantu oleh mak

comblang. Jika kedua orang tua calon mempelai perempuan sudah setuju atau merasa

puas dengan hasil penyelidikan, maka kedua orang tua akan memberitahukan kepada

mak comblang untuk dipertemukan dengan calon laki-laki. Namun, ketika calon laki-

laki datang ke rumah calon perempuan, biasanya calon perempuan tidak mengerti

maksud kedatangannya. Orang tuanya pun tidak memberitahunya. Hal ini bertujuan

untuk memberi peluang kepada calon laki-laki untuk menilai secara langsung

bagaimana calon perempuan (Hardiyanto, 1997).