perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PEDAGANG BARANG ANTIK DI PASAR WINDUJENAR SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : Turis Harningsih F0107090 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
119
Embed
commit to user - eprints.uns.ac.id · ruang lingkup penelitian adalah pedagang barang antik di Pasar Windujenar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menjelaskan seberapa besar
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN PEDAGANG BARANG ANTIK
DI PASAR WINDUJENAR SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Turis Harningsih F0107090
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
MOTTO
“ Nobody knows what they can do until they try ’’
“ Smile and the world smiles with you ’’
“ Be Your Self ’’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan karya kecil ini kepada:
Allah SWT
Orang Tua, Sahabat-Sahabatku, Adik dan Kakak Yang Aku
Sayangi
Teman-Teman Keluarga Besar Ekonomi Pembangunan
Angkatan 2007
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan berkat serta rahmat-Nya, sehingga dengan bimbingan, pertolongan,
izin dan kasih karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul :
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pedagang
Barang Antik Di Pasar Windujenar Surakarta”. Sebuah kebahagian tersendiri
bagi penulis dapat menyusun karya kecil ini sebagai upaya untuk memperoleh
gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Sebelas Maret.
Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang berupa
bantuan, bimbingan, dukungan, doa serta motivasi. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada:
1. Ibu Izza Mafruhah, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang dengan
penuh kesabaran membimbing, membantu dan meluangkan waktu bagi
penulis dalam proses penulisan skripsi.
2. Bapak Drs. Sutanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
4. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, kasih
sayang, kesabaran dan doa kepada penulis.
5. Kedua adikku yang senantiasa memberikan dukungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
6. Seluruh pedagang dan pengelola Pasar Windujenar Surakarta yang telah
membantu tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan dalam
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PEDAGANG BARANG ANTIK
DI PASAR WINDUJENAR SURAKARTA
Turis Harningsih (NIM. F0107090)
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kota Surakarta dengan ruang lingkup penelitian adalah pedagang barang antik di Pasar Windujenar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menjelaskan seberapa besar pengaruh modal, tingkat pendidikan, pengalaman berdagang, dan waktu usaha terhadap keberhasilan pedagang barang antik di Pasar Windujenar Surakarta yang diukur lewat laba yang didapat. Selain itu juga untuk mengetahui ada tidaknya dan jenis hambatan yang dikeluhkan padagang untuk mencapai keberhasilan. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survey, dimana obyek penilitian berjumlah 70 pedagang benda antik di Pasar Windujenar Surakarta. Dalam menganalisis permasalahan pertama digunakan regresi linear berganda yang sebelumnya dilakukan uji pemilihan model dengan MWD test dan Metode Zarembaka. Sedangkan untuk menganalisis permasalahan kedua digunakan analisis deskriptif. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel modal, pengalaman berdagang dan waktu usaha mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap besarnya laba yang diperoleh pedagang barang antik, sedangkan variabel tingkat pendidikan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan meskipun mempunyai koefisien regresi yang positif. Dari hasil uji F menunjukkan bahwa secara bersama-sama keempat variabel bebas yaitu modal, tingkat pendidikan, pengalaman berdagang dan waktu usaha berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pedagang. Nilai Adj R Square yang diperoleh dari regresi linier adalah sebesar 0.410681. Ini artinya sekitar 41,0681% variasi variabel dependen (perubahan tingkat laba) dapat dijelaskan oleh variasi independen yang dimasukan dalam model yaitu modal, pendidikan, pengalaman berdagang dan waktu usaha. Sisanya sebanyak 58,9319% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak dimasukan dalam model. Sedangkan dari hasil analisis deskriptif disimpulkan bahwa masih terdapat hambatan yang dialami pedagang setelah revitalisasi pasar, dimana hambatan terbesar yang dikeluhkan adalah pengunjung pasar yang sepi.
Kata Kunci : pedagang barang antik, sektor informal, regresi linear berganda, analisis deskriptif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
AN ANALYSIS ON THE FACTORS AFFECTING THE ANTIQUE GOODS MERCHANTS SUCCESS
IN WINDUJENAR MARKET OF SURAKARTA
Turis Harningsih (NIM. F0107090)
The location selected in this research is Surakarta city with antique goods
merchants in Windujenar Market as the research scope. The objective of research is to find out and to explain how much the effect of capital, education level, trading experience and business time length is on the antique goods merchants’ success in Windujenar Market of Surakarta measured using the profit gained. In addition, it also aims to find out whether or not there is the obstacle and the type of obstacles claimed by the merchants to achieve their success.
This study belongs to a descriptive quantitative using survey method, the object of which is 70 antique goods merchants in Windujenar Market of Surakarta. In analyzing the first problem, a multiple linear regression was used that was tested for model selection previously using test MWD and Zarembaka method. Meanwhile, to analyze the second problem, a descriptive analysis was used.
The result of calculation shows that the capital variable, trading experience and business time length affect significantly the size of profit gained by the antique goods merchants, while the education level variable does not affect significantly despite positive regression coefficient. The result of F test shows that the four independent variables of capital, education level, trading experience and business time length simultaneously affect the merchants’ success level. Adjusted R Square value obtained from the linear regression is 0,410681. It means that about 41,0681% dependent variable variation (the profit level change) can be explained by the dependent variation included in the model namely capital, education level, trading experience and business time length. The rest of 58,9319% is explained by other variable variation excluded from the model. Meanwhile, from the result of descriptive analysis result, it can be concluded that there are obstacles the merchants still face after the market revitalization, the largest of which is the small number of visitors.
Keywords: antique goods merchants, informal sector, multiple linear regression,
descriptive analysis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah
tersebut (Arsyad, 1999). Pembangunan merupakan salah satu cara untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Adanya pembangunan selain
memberikan dampak positif juga memberi dampak negatif terutama
ditunjukkan oleh berbagai masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja. Hal ini
menjadi masalah yang sangat serius bagi bangsa Indonesia, mengingat jumlah
penduduk yang tinggi akan menyebabkan penawaran tenaga kerja yang
berlebihan, sedangkan permintaan tenaga kerja di pasar tenaga kerja sangat
terbatas.
Pada banyak negara dunia ketiga, yang umumnya memiliki tingkat
kesejahteraan rakyat yang relatif masih rendah, mempertinggi tingkat
pertumbuhan ekonomi memang sangat mutlak diperlukan untuk mengejar
ketertinggalan di bidang ekonomi dari negara-negara industri maju. Oleh
karena masih relatif lemahnya kemampuan partisipasi swasta domestik dalam
pembangunan ekonomi, mengharuskan baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah untuk mengambil peran sebagai motor penggerak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pembangunan ekonomi nasional, salah satunya adalah pembangunan ekonomi
kerakyatan melalui penguatan pada sektor informal (Suparmoko, 1986 : 120).
Pada umumnya lapangan kerja pada sektor formal menjadi prioritas
bagi para tenaga kerja. Akan tetapi adanya ketidakseimbangan antara jumlah
permintaan dan penawaran dalam sektor ketenagakerjaan dan ditambah
dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia, banyak terjadi Putus
Hubungan Kerja (PHK) pada sektor formal tersebut. Untuk itu perlu
dikembangkan lapangan kerja pada sektor informal yang pada kenyataannya
sektor ini bisa menjadi penyelamat bagi masalah ketenagakerjaan yang kita
hadapi. Banyak bidang informal yang berpotensi untuk diangkat dan digali
menjadi salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan dan
pendapatan keluarga sekaligus dapat menyerap tenga kerja. Salah satu bidang
usaha informal yang banyak menyerap tenaga kerja tersebut adalah usaha
berdagang.
Sektor perdagangan merupakan bagian dari sektor informal yang
mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan tujuan
pembangunan nasional, karena sektor ini merupakan salah satu penyumbang
terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di negara kita. Di Kota Surakarta
sendiri kontribusi sektor perdagangan baik di tahun 2008 maupun 2009
menempati urutan pertama dalam pembentukan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kota Surakarta dengan nilai masing-masing mencapai 25,12%
dan 25,04%. Hal ini dapat kita lihat pada tabel dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tabel 1.1 Distribusi PDRB Kota Surakarta menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008-2009
No Lapangan Usaha Tahun 2008
Tahun 2009
1 Pertanian 0.06 0.06 2 Pertambangan dan Penggalian 0.04 0.03 3 Industri Pengolahan 23.27 21.98 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2.57 2.57 5 Bangunan 14.44 14.80 6 Perdagangan 25.12 25.04 7 Pengangkutan dan Komunikasi 11.20 11.11 8 Keuangandan Jasa Perusahaan 10.93 10.99 9 Jasa – jasa 12.38 13.42
Sumber: BPS (2010). Surakarta Dalam Angka 2009
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 sektor
perdagangan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
sebesar 2.223.561 juta atau sekitar 25,04% dari seluruh Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. Sektor yang menduduki urutan
kedua adalah sektor industri pengolahan yang menghasilkan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 1.592.356 juta atau sekitar
21,98%. Sedangkan sektor yang menghasilkan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) terendah pada tahun 2009 adalah sektor pertanian. Sektor
tersebut hanya menyumbang sebesar 0,06% dari total Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta atau sekitar 5.007 juta.
Selain sebagai penyumbang terbesar dalam pertumbuhan ekonomi
yang terwujud melalui data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor
perdagangan juga dapat dikatakan sebagai salah satu sektor yang mampu
menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang tinggi. Di Kota Surakarta sendiri,
sektor perdagangan merupakan sektor yang paling banyak menyerap jumlah
tenaga kerja. Pada tahun 2008 sektor ini mampu menyerap tenaga kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sebanyak 108.870 orang, kemudian diikuti oleh sektor jasa dengan serapan
tenaga kerja mencapai 61.562 orang. Pada tahun 2009 keadaannya tidak jauh
berbeda, dimana jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor perdagangan
berkurang menjadi 106.426 orang dan jumlah ini diikuti oleh jasa dengan
jumlah tenaga kerja sebesar 59.780 orang. Hal tersebut dapat diperjelas dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 1.2 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Di Kota Surakarta Tahun 2008 dan 2009
No Lapangan Usaha Tahun 2008
Tahun 2009
1 Pertanian 1.743 2.608 2 Pertambangan dan Penggalian - - 3 Industri Pengolahan 44.222 42.065 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 604 700 5 Bangunan 7.134 9.217 6 Perdagangan 108.870 106.426 7 Pengangkutan dan Komunikasi 18.221 16.815 8 Keuangan dan Jasa Perusahaan 8.745 9.157 9 Jasa – jasa 61.562 59.780
Sumber: BPS (2010). Surakarta Dalam Angka 2009
Tingginya sumbangan sektor perdagangan terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Surakarta dan banyaknya penyerapan
tenaga kerja di sektor tersebut disebabkan oleh secara geografis Kota
Surakarta tidak memungkinkan untuk meningkatkan taraf perekonomian di
sektor agraris, mengingat sebagian wilayah Kota Surakarta merupakan daerah
yang kurang subur. Oleh karena itu Surakarta lebih berperan sebagai kota
transit barang atau produk dagangan yang berasal dari daerah sekitarnya
seperti Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo
dan Kabupaten Klaten. Banyaknya barang-barang dagangan yang masuk ke
dalam wilayah Kota Surakarta dengan sendirinya membuat sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
perdagangan menjadi sektor unggulan penyangga perekonomian. Salah satu
bagian yang terpenting atau instrumen dari sektor perdagangan adalah pasar.
Pengertian pasar secara umum adalah sekumpulan pembeli dan
penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah
kelompok yang menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual
sebagai kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw,
2007 : 75). Sedangkan yang dimaksud sebagai pasar tradisional adalah pasar
yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa
toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola pedagang kecil, menengah,
swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan
dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar (Leksono,
2009 : 119).
Pada saat ini keberadaan pasar tradisional yang dahulu merupakan
pusat perekonomian telah sedikit demi sedikit ditinggalkan oleh para
konsumennya dengan alasan yang beragam mulai dari alasan ketersediaan
sarana dalam pasar, kebersihan pasar sampai alasan keamanan pasar. Salah
satu alasan yang membuat orang masih berbelanja di pasar tradisional adalah
adanya proses tawar menawar yang menimbulkan kedekatan personal dan
emosional antara penjual dan pembeli. Hal ini yang tidak mungkin
didapatkan ketika berbelanja dipasar modern (Smeru, 2007: 10).
Pemerintah Kota Surakarta seharusnya menyadari bahwa keberadaan
pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
oleh masyarakat luas. Perhatian Pemerintah Kota Surakarta tersebut dapat
dibuktikan dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional diberbagai tempat.
Target yang dituju sangat sederhana dan menyentuh hal yang sangat
mendasar. Selama ini pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja
yang kumuh, kotor serta berbau tidak enak, dan karenanya hanya didatangi
oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Gambaran pasar seperti di atas harus
diubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung. Dengan
demikian, masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk datang dan
melakukan transaksi jual beli di pasar tradisional.
Salah satu pasar tradisional yang telah mengalami revitalisasi adalah
Pasar Windujenar. Pasar Windujenar atau yang dulu lebih dikenal dengan
nama Pasar Triwindu merupakan salah satu objek wisata belanja selain Pasar
Klewer. Pasar Windujenar memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda
dengan pasar-pasar tradisional yang lain, hal ini dikarenakan pasar ini adalah
pusat jual beli barang antik yang mempunyai nilai histori tinggi. Berbagai
macam barang antik tersebut antara lain adalah koin, alat musik, topeng,
furniture, kerajinan tangan, bahkan juga terdapat barang-barang asli
peninggalan keraton yang juga diperjualbelikan disini. Kelebihan dan
keunikan yang terdapat di dalamnya membuat Pasar Windujenar tidak hanya
sering dikunjungi oleh kolektor barang antik dari dalam negeri akan tetapi
juga berasal dari luar negeri.
Para pedagang barang antik yang berada di Pasar Windujenar sering
dihadapkan pada persoalan tentang bagaimana mencapai keberhasilan usaha
melalui optimalisasi peningkatan pendapatan yang dituangkan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pemilihan kombinasi dari beberapa variabel keputusan. Banyak faktor-faktor
yang diduga mempengaruhi tingkat keberhasilan pedagang, termasuk
diantaranya adalah modal dagang, waktu usaha, pengalaman berdagang, usia
pedagang, tingkat pendidikan pedagang dan letak kios pedagang. Variabel-
variabel tersebut selanjutnya akan mempengaruhi besar kecilnya permintaan
yang didapat dari konsumen. Seperti yang kita ketahui bersama semakin
besar permintaan yang didapat oleh pedagang maka akan semakin besar pula
laba yang akan di dapat. Namun dari semua variabel yang telah disebutkan
tadi, terdapat beberapa variabel yang diduga paling kuat berpengaruh
terhadap tingkat keberhasilan pedagang yaitu variabel modal, tingkat
pendidikan pedagang, pengalaman berdagang dan waktu usaha. Untuk itulah
dengan diketahuinya pengaruh dari keempat variabel tersebut terhadap
tingkat keberhasilan pedagang, diharapkan mereka dapat mengembangkan
usahanya dengan mengambil kebijaksanaan yang tepat.
Maka atas dasar permasalahan di atas, penelitian ini mengambil
judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pedagang
Barang Antik di Pasar Windujenar Surakarta”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis
memberikan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah variabel modal dagang, tingkat pendidikan, pengalaman
berdagang, dan waktu usaha berpengaruh secara signifikan terhadap
keberhasilan pedagang barang antik di Pasar Windujenar Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Apakah kendala dan hambatan yang dihadapi oleh pedagang barang antik
di Pasar Windujenar Surakarta dalam mencapai keberhasilan setelah Pasar
Windujenar mengalami revitalisasi.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel modal dagang, tingkat pendidikan,
pengalaman berdagang, dan waktu usaha terhadap keberhasilan pedagang
barang antik di Pasar Windujenar Surakarta.
2. Untuk mengetahui kendala dan hambatan yang dihadapi oleh pedagang
barang antik di Pasar Windujenar Surakarta dalam mencapai keberhasilan
setelah Pasar Windujenar mengalami revitalisasi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai melalui studi Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Keberhasilan Pedagang Barang Antik di Pasar
Windujenar Surakarta adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pengembangan Ilmu, dapat digunakan untuk menambah khasanah
pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pedagang Barang Antik di Pasar Windujenar Surakarta.
2. Bagi Pedagang Barang Antik di Pasar Windujenar Surakarta, dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan
dalam upaya peningkatan keuntungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3. Bagi Pihak Lain, dapat memberikan informasi tambahan khususnya bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan penelitian berikutnya,
khususnya jika akan diterapkan untuk studi-studi di daerah lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pasar
a. Pengertian Pasar
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai
suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu
negara meningkat dalam jangka panjang (Arsyad, 1999). Dari definisi
tersebut pembangunan ekonomi mempunyai 3 (tiga) sifat penting
yaitu: (i) suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara
terus-menerus, (ii) usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita, dan
(iii) kenaikan pendapatan perkapita itu harus berlangsung dalam
jangka panjang. Pembangunan ekonomi (economic deveolopment)
mempunyai pengertian yang berbeda dengan pertumbuhan ekonomi
(economic growth), pembangunan ekonomi sebagai (Arsyad, 1999) :
1) Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat
pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic
Product (GDP) pada suatu tahun tertentu adalah melebihi tingkat
pertambahan penduduk, atau
2) Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross
Domestic Product (GDP) yang terjadi dalam suatu negara diikuti
oleh perombakan dan modernisasi struktur ekonominya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)
tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah terjadi perubahan struktur
ekonomi atau tidak.
Pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah
barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok yang
menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai
kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw,
2007 : 75). Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi
dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang)
melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata
sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan
kuantitas tertentu yang menjadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli
dan penjual, mendapatkan manfaat dari adanya transaksi atau pasar.
Pihak pembeli mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi
dan memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapatkan
imbalan pendapatan untuk selanjutnya digunakan untuk membiayai
aktivitasnya sebagai pelaku ekonomi produksi atau pedagang.
Pasar dapat terbentuk dengan adanya syarat-syarat sebagai
berikut:
1) adanya penjual
2) adanya pembeli
3) tersedianya barang yang diperjualbelikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
4) terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual
(pedagang) dan pembeli (konsumen) memiliki peran dan fungsi
penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun fungsi pasar ada
tiga macam, yaitu (Sadono, 1994: 220) :
1) Fungsi Distribusi
Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan
jarak antara konsumen dengan produsen dalam melaksanakan
transaksi. Pasar memiliki fungsi distribusi menyalurkan barang-
barang hasil produksi kepada konsumen. Melalui transaksi jual
beli, produsen dapat memasarkan barang hasil produksinya baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada konsumen atau
kepada pedagang perantara lainnya. Melalui transaksi jual beli itu
pula, konsumen dapat memperoleh barang dan jasa yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya secara mudah dan
cepat.
2) Fungsi Pembentukan Harga
Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih dahulu
dilakukan tawar menawar, sehingga diperoleh kesepakatan harga
antara penjual dan pembeli. Dalam proses tawar menawar itulah
keinginan kedua belah pihak (antara pembeli dan penjual)
digabungkan untuk menentukan kesepakatan harga, atau disebut
harga pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) Fungsi Promosi
Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi,
karena di pasar banyak dikunjungi para pembeli. Pelaksanaan
promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
memasang spanduk, membagikan brosur penawaran,
membagikan sampel atau contoh produk kepada calon pembeli,
dan sebagainya.
b. Jenis-Jenis Pasar
Dalam perekonomian, bentuk-bentuk pasar dapat dibedakan
menjadi 4 jenis, yaitu: (i) pasar persaingan sempurna, (ii) monopoli,
(iii) persaingan monopolistis, dan (iv) oligopoli (Sadono, 1994: 227).
1) Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna di dalam teori ekonomi mikro
pada umumnya adalah suatu pasar yang ditandai oleh tidak
adanya sama sekali persaingan yang bersifat pribadi (rivaly) di
antara perusahaan-perusahaan individu yang ada didalamnya.
Berikut adalah ciri-ciri pasar persaingan sempurna:
a) Jumlah penjual dan pembeli masing-masing banyak dan
mereka masing-masing bertindak sebagai penerima harga.
b) Jenis barang yang diperjualbelikan bersifat homogen (sama).
c) Adanya kebebasan bagi penjual dan pembeli untuk keluar
masuk pada bidang usaha atau pasar barang yang
bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d) Setiap pembeli dan penjual memiliki pengetahuan yang
sempurna tentang keadaan pasar.
e) Adanya mobilitas sumber daya yang ada secara sempurna,
artinya pembeli mudah untuk mendapatkan barang dan
penjual mudah untuk mendapatkan sumber daya produksi.
2) Pasar Monopoli
Pasar monopoli adalah suatu pasar yang mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut :
a) Hanya ada satu penjual.
b) Tidak ada penjual lain yang menjual output yang dapat
mengganti secara baik (close subtitute) output yang dijual
monopolis.
c) Ada halangan (baik alami maupun buatan) bagi perusahaan
lain untuk memasuki pasar.
3) Pasar Persaingan Monopolistis
Model pasar persaingan monopolistis dibandingkan
dengan model pasar persaingan sempurna atau monopoli relatif
masih baru. Ciri-cirinya adalah :
a) Di pasar banyak terdapat penjual dan juga pembeli.
b) Produk yang dihasilkan produsen dibedakan (diusahakan
mempunyai ciri yang berbeda-beda antara produk yang satu
dengan produk yang lain), tetapi diantara mereka terdapat
kemampuan untuk saling mengganti secara cukup besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c) Terdapat kebebasan bagi perusahaan untuk masuk dan keluar
dari pasar.
4) Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli yaitu pasar yang terdiri dari beberapa
produsen saja, namun ada kalanya pasar oligopoli terdiri dari dua
perusahaan saja, yang dinamakan duopoli (Sadono, 1994: 311).
Dalam pasar oligopoli tidak terdapat keseragaman dalam sifat-
sifat berbagai industri. Sebagian perusahaan menghasilkan barang
yang sangat bersamaan (identical), tetapi ada pula perusahaan-
perusahaan yang menghasilkan barang yang berbeda corak.
Biasanya struktur industri dalam pasar oligopoli terdapat
beberapa perusahaan raksasa yang menguasai sebagian besar
pasar oligopoli, antara 70% sampai 80% dari seluruh nilai
penjualan.
c. Pasar Tradisional
Menurut Leksono yang dimaksud sebagai pasar tradisional
adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) termasuk kerjasama dengan swasta
dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang
dimiliki/dikelola pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau
koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses
jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Sektor Informal
Sektor informal digambarkan sebagai suatu kegiatan usaha berskala
kecil yang dikelola oleh individu-individu dengan tingkat kebebasan yang
tinggi dalam mengatur cara bagaimana dan dimana usaha tersebut
dijalankan. Sektor informal juga didefinisikan sebagai sektor yang tidak
menerima bantuan dari pemerintah atau sektor yang belum menggunakan
bantuan ekonomi dari pemerintah meskipun bantuan itu telah tersedia atau
sektor yang telah menerima bantuan ekonomi dari pemerintah namun
belum sanggup berdikari (Soetjipto, 1985: 5).
Sektor ini mempunyai karakteristik yang amat berbeda dengan
sektor formal. Hal ini seperti yang ditunjukkan oleh tabel berikut :
Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal No. Karakteristik Formal Informal 1 Modal Relatif mudah diperoleh Sukar diperoleh 2 Teknologi Padat modal Padat karya
3 Organisasi Birokrasi Mempunyai organisasi, keluarga
4 Kredit Lembaga keuangan resmi Lembaga keuangan tidak resmi
5 Serikat pekerja Sangat berperan Tidak berperan 6 Sifat wiraswasta Tergantung pemerintah Berdikari
7 Persediaan barang Jumlah besar kualitas baik Jumlah kecil kualitas berubah
8 Hubungan majikan dan pekerjaan Hubungan kontrak kerja Berdasarkan saling
kepercayaan Sumber: Tulus Haryono
3. Penyebab timbulnya sektor informal
Dijelaskan oleh Subri (2003: 85-87), munculnya dilema ekonomi
informal di Indonesia adalah sebagai dampak dari makin kuatnya proses
modernisasi yang bergerak bias menuju sifat-sifat yang dualistis. Bias
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pembangunan secara makro akan menghasilkan sistem ekonomi lain, yaitu
sektor informal yang banyak terjadi di negara-negara sedang berkembang.
Fenomena dualisme ekonomi yang melahirkan sektor informal ini
menunjukkan bukti adanya keterpisahan secara sistematis-empiris antara
sektor formal dengan sektor informal dari sebuah sistem ekonomi nasional.
Hal ini memberi legitimasi ekonomi dan politik bahwa
perekonomian suatu negara mengalami stagnasi dengan tingkat
pengangguran yang sangat tinggi dan ketimpangan sosial ekonomi yang
cukup besar. Kegiatan sektor informal yang menonjol biasanya terjadi
dikawasan yang sangat padat penduduknya, dimana pengangguran
(unemployment) maupun pengangguran terselubung (disquised
unemployment) merupakan masalah yang utama. Adanya jumlah tenaga
kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja tersebut pada
akhirnya akan tertampung dalam sektor informal, akan tetapi
tertampungnya tenaga kerja dalam sektor informal masih dipandang
sebagai penyelesaian sementara karena di dalam sektor informal sendiri
terdapat persoalan yang sangat rumit.
4. Teori Permintaan dan Penawaran
a. Permintaan
Permintaan dalam ekonomi adalah kombinasi harga dan
jumlah suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai
tingkat harga suatu periode tertentu. Permintaan suatu barang sangat
dipengaruhi oleh pendapatan dan harga barang tersebut. Apabila harga
barang naik sedang pendapatan tidak berubah maka permintaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
barang tersebut akan turun. Sebaliknya, jika harga barang turun,
sedang pendapatan tidak berubah maka permintaan barang akan
mengalami kenaikan atau bertambah (Soekirno, 1985).
Dalam analisis permintaan hanya ada satu faktor yang
berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta yaitu harga produk,
sedangkan faktor-faktor lain seperti selera, pendapatan dan faktor
diluar itu dianggap sebagai ceteris paribus (tidak berubah). Dengan
demikian dapat diketahui hubungan antara jumlah barang yang
diminta dengan tingkat harga tersebut (Sudarsono, 1983).
Hukum permintaan menyatakan bahwa, bila harga suatu
barang naik sedangkan faktor-faktor lain dianggap ceteris paribus
maka jumlah barang yang diminta konsumen akan mengalami
penurunan. Hukum tersebut membentuk suatu kurva seperti pada
gambar 2.1, dimana sumbu horizontal menunjukkan jumlah barang
yang diminta dan sumbu vertikal menunjukkan tingkat harga. Dari
kurva tersebut terlihat bahwa pada tingkat harga tinggi (P0), jumlah
barang yang diminta rendah (Q0), dan apabila pada tingkat harga yang
lebih rendah (P1), jumlah barang yang diminta akan meningkat (Q1).
P
P0
P1
Permintaan (D)
Q0 Q1 Q Gambar 2.1 Kurva Permintaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara variabel
tidak bebas dan semua variabel yang dapat mempengaruhi besarnya
variabel tidak bebas. Fungsi permintaan dapat ditulis sebagai berikut
(Suparmoko, 1990):
Qa = f ( PA, PB-Z, I, T, A, N )
Keterangan :
Qa = Jumlah barang yang diminta
PA = Harga barang A
PB-Z = Harga barang lain
I = Tingkat pendapatan konsumen
T = Selera
A = Pengeluaran perusahaan untuk advertensi
N = Jumlah penduduk
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan menurut Faried
Wijaya (1991) selain harga barang itu sendiri adalah :
1) Selera konsumen
Perubahan selera konsumen yang lebih menyukai barang
berarti akan lebih banyak barang yang diminta pada setiap tingkat
harga. Jadi permintaan akan naik atau kurva permintaan akan
bergeser ke kanan. Sebaliknya berkurangnya selera konsumen
akan barang tersebut menyebabkan permintaan turun yang berarti
kurva permintaan bergeser ke kiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Banyaknya konsumen pembeli
Bila volume pembelian oleh masing-masing konsumen
adalah sama, maka kenaikan jumlah konsumen di pasar akan
menyebabkan kenaikan permintaan, sehingga kurvanya bergeser
ke kanan. Penurunan jumlah atau banyaknya konsumen akan
menyebabkan penurunan permintaan.
3) Pendapatan konsumen
Pengaruh perubahan pendapatan terhadap permintaan
barang mempunyai dua kemungkinan. Pada umumnya pengaruh
pendapatan terhadap permintaan adalah positif dalam arti bahwa
kenaikan pendapatan akan menaikkan permintaan. Hal ini terjadi
apabila barang tersebut merupakan barang superior atau normal.
Akan tetapi pada jenis barang inferior, maka kenaikkan
pendapatan justru menurunkan permintaan.
4) Harga barang-barang lain yang bersangkutan
Barang-barang lain yang bersangkutan biasanya
merupakan barang subsitusi atau barang komplementer. Kenaikan
harga barang subsitusi akan membuat harga barang tersebut turun
secara relatif meskipun pada kenyataannya harganya tetap.
Permintaan suatu barang akan naik apabila harga barang
penggantinya turun. Hal ini karena harga barang tersebut terlihat
lebih murah dibandingkan dengan harga barang penggantinya.
Kenaikan harga barang pelengkap suatu barang tertentu akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
menyebabkan permintaan akan barang tersebut turun, dan
sebaliknya.
5) Ekspektasi
Ekspektasi para konsumen terhadap harga-harga juga akan
mempengaruhi permintaan suatu barang. Apabila harga suatu
barang diperkirakan mengalami kenaikan di masa yang akan
depan maka tingkat permintaan terhadap barang tersebut secara
otomatis akan mengalami kenaikan. Hal ini dilakukan oleh
masyarakat untuk memperoleh harga yang lebih rendah.
Sebaliknya, apabila masyarakat memperkirakan harga suatu
barang turun di masa yang akan datang maka tingkat permintaan
barang tersebut akan mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena
masyarakat lebih menunda membeli atau menggunakan agar uang
yang dia keluarkan tidak setinggi harga barang tersebut pada saat
ini. Hal ini juga akan terjadi apabila masyarakat memperkirakan
pendapatannya akan turun pada masa yang akan datang.
b. Penawaran
Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang
yang ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan
seberapa banyak produsen mau dan mampu menawarkan suatu barang
per periode pada berbagai kemungkinan tingkat harga, dengan asumsi
ceteris paribus. Hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah barang
yang ditawarkan secara langsung berhubungan dengan tingkat
harganya, hal lain diasumsikan konstan. Jadi semakin rendah tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
harganya, maka jumlah yang barang ditawarkan juga semakin sedikit
dan sebaliknya semakin tinggi harganya maka semakin tinggi juga
jumlah yang ditawarkan.
Kurva penawaran menunjukkan hubungan antara harga suatu
barang dengan jumlah yang ditawarkan, hal lain diasumsikan konstan.
Pada umumnya kurva penawaran menaik dari kiri bawah ke kanan
atas. Bentuk kurva penawaran bersifat demikian karena terdapat
hubungan yang positif diantara tingkat harga dan jumlah barang yang
ditawarkan dimana semakin tinggi tingkat harga, maka semakin
banyak jumlah yang ditawarkan (Sukirno, 2003 : 88-89).
P
P0 Penawaran (S)
P1
Q0 Q1 Q Gambar 2.2 Kurva Penawaran
Perubahan jumlah yang ditawarkan adalah reaksi produsen
terhadap perubahan harga barang yang dicerminkan dengan gerakan
sepanjang kurva penawaran. Perubahan penawaran adalah reaksi
produsen terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya
selain harga barang yang bersangkutan, dicerminkan dengan
dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki dan kondisi sosial
ekonomi seperti ketrampilan, usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, lapangan pekerjaan yang tersedia dan modal kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Untuk mengetahui karakterisitik penduduk menurut lapangan
usaha utama di Kota Surakarta berdasarkan usia 15 tahun ke atas
dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Di Kota Surakarta Tahun 2009 (Jiwa)
Lapangan Usaha Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
Pertanian 1.400 1.208 2.608Pertambangan dan Penggalian 0 0 0
Industri 22.599 19.466 42.065Listrik, Gas dan Air 700 0 700Bangunan 8.956 261 9.217Perdagangan 53.755 52.671 106.426Angkutan dan Komunikasi 12.565 4.250 16.815
Dari hasil regresi diatas akan dilakukan uji statistik yang
meliputi uji t (uji tiap-tiap individu secara variabel) dan uji F (secara
bersama-sama). Selain itu akan dilakukan uji asumsi klasik yang
meliputi multikolinearlitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
1) Uji Statistik
a) Uji t
Uji t merupakan pengujian variabel–variabel
independen secara individual yang dilakukan untuk melihat
apakah variabel independen secara individu berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen. Apabila nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
t hitung yang diperoleh lebih kecil daripada nilai t tabel
yang digunakan, maka Ho diterima yang berarti variabel
independen tersebut secara signifikan tidak berbeda dengan
nol. Atau sebaliknya jika nilai t hitung yang diperoleh lebih
besar daripada nilai t tabel yang digunakan, maka Ho
ditolak yang berarti variabel independen tersebut secara
signifikan berbeda dengan nol. Cara lain yaitu dengan
melihat tingkat signifikansi pada tabel hasil regresi linier,
jika nilai signifikansinya < 0,05 berarti variabel tersebut
signifikan pada taraf 5% dan sebaliknya jika nilai
signifikansinya > 0,05 berarti variabel tersebut tidak
signifikan pada taraf 5%.
Uji t digunakan untuk menguji hipotesis pertama
yang diajukan dalam penelitian ini. Berikut adalah hasil uji
hipotesis tersebut:
(1) Pengujian Hipotesis Variabel Modal (M)
(a) Hipotesis statistik
H0 : ≥ 0 Modal tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Laba.
H1 : < 0 Modal berpengaruh secara signifikan
terhadap Laba.
(b) Menentukan derajat signifikan α = 0,05
(c) Perhitungan uji t
Nilai t hitung = 5,874110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 65 = ± 2,00
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-2,000 2,000 5,874110
Gambar 4.2 Uji t untuk variabel modal
(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau 5,874110 > 2,00
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua
sisi dan pada taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai t
hitung (5,874110) lebih besar dari t tabel (2,00), maka
H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya variabel
modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
laba yang diperoleh pedagang barang antik di Pasar
Windujenar.
(2) Pengujian Hipotesis Variabel Pendidikan
(a) Hipotesis statistik
H0 : ≥ 0 Pendidikan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Laba.
H1 : < 0 Pendidikan berpengaruh secara
signifikan terhadap Laba.
(b) Menentukan derajat signifikan α = 0,05
(c) Perhitungan uji t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Nilai t hitung = 0,446045
Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 65 = ± 2,00
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-2,00 0,446045 2,00
Gambar 4.3 Uji t untuk variabel pendidikan
(d) Kesimpulan: t hitung < t tabel atau 0,446045 < 2,00
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua
sisi dan pada taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai t
hitung (0,446045) lebih kecil dari t tabel (2,00), maka
H0 diterima dan H1 ditolak. Kesimpulannya variabel
pendidikan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap laba yang diperoleh pedagang barang antik di
Pasar Windujenar.
(3) Pengujian Hipotesis Variabel Pengalaman
Berdagang
(a) Hipotesis statistik
H0 : ≥ 0 Pengalaman Berdagang tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Laba.
H1 : < 0 Pengalaman Berdagang berpengaruh
secara signifikan terhadap Laba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
(b) Menentukan derajat signifikan α = 0,05
(c) Perhitungan uji t
Nilai t hitung = 2,414764
Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 65 = ± 2,00
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-2,000 2,000 2,414764
Gambar 4.4 Uji t untuk variabel pengalaman berdagang
(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau 2,414764 > 2,00
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua
sisi dan pada taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai t
hitung (2,414764) lebih besar dari t tabel (2,00), maka
H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya variabel
pengalaman berdagang mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap laba yang diperoleh pedagang
barang antik di Pasar Windujenar.
(4) Pengujian Hipotesis Variabel Waktu Usaha
(a) Hipotesis statistik
H0 : ≥ 0 Waktu Usaha tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Laba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
H1 : < 0 Waktu Usaha berpengaruh secara
signifikan terhadap Laba.
(b) Menentukan derajat signifikan α = 0,05
(c) Perhitungan uji t
Nilai t hitung = 2,035406
Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 65 = ± 2,00
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-2,000 2,000 2,035406
Gambar 4.5 Uji t untuk variabel waktu usaha
(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau 2,035406 > 2,00
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua
sisi dan pada taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai t
hitung (2,035406) lebih besar dari t tabel (2,00), maka
H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya variabel
waktu usaha mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap laba yang diperoleh pedagang barang antik di
Pasar Windujenar.
b) Uji F
Uji F adalah uji untuk mengetahui apakah variabel
independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependennya. Nilai F hitung yang diperoleh dari
regresi linier adalah sebesar 13,02109 dengan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
probabilitas sebesar 0.000000. Dengan menggunakan α=
5%, maka diperoleh F tabel sebesar 2,75, maka F hitung
lebih besar dari F tabel, yaitu 13,02109 > 2,75, serta nilai
probabilitasnya lebih kecil dari 0,05.
Ho ditolak Ho diterima
2,75 13,02109
Gambar 4.6 Uji F
Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel
modal, pendidikan, pengalaman berdagang dan waktu
usaha, berpengaruh terhadap pembentukan tinggi-rendahnya
tingkat laba yang didapatkan pedagang.
c) Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Uji R2 dimaksudkan untuk menghitung seberapa
besar variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen. Besarnya nilai statistik
koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R
Squared) yang diperoleh dari regresi linier adalah sebesar
0.410681. Ini artinya bahwa sekitar 41,0681% variasi
variabel dependen (perubahan tingkat laba) dapat dijelaskan
oleh variasi independen yang dimasukan dalam model yaitu
modal, pendidikan, pengalaman berdagang dan waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
usaha. Sisanya sebanyak 58,9319% dijelaskan oleh variasi
variabel lain yang tidak dimasukan dalam model.
d) Koefisien Korelasi
Uji ini digunakan untuk mengetahui keeratan (kuat
lemahnya) hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen. Dari hasil regresi linier diperoleh
(Adjusted R Squared) sebesar 0.410681, berarti besarnya
koefisien korelasi (r) adalah 0,640844. Sehingga dapat
disimpulkan hubungan antara variabel dependen dan
variabel independen sedang.
2) Uji Asumsi Klasik
a) Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah suatu kondisi dimana
terdapat korelasi atau hubungan antar variabel independen.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
multikolineritas adalah dengan metode Korelasi Parsial,
yaitu dengan membandingkan R2 persamaan regresi awal
dengan R2 persamaan regresi antar variabel.
Jika dalam model tersebut terdapat multikolinearitas
maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar
sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan
tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 4.21 Hasil Uji Korelasi Parsial
Persamaan Regresi Nilai R Square
L ƒ M P PB WU 0.444845 M ƒ P PB WU 0.083006 P ƒ M PB WU 0.315258 PB ƒ M P WU 0.204523 WU ƒ M P PB 0.234865
Sumber: Print out Komputer. (2011). Eviews 3.0
Dari tabel di atas terlihat bahwa semua regresi antar
variabel independen menghasilkan nilai R2 yang lebih kecil
dari nilai R2 persamaan awal, sehingga dapat disimpulkan
model terbebas dari masalah multikolonieritas.
b) Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas terjadi jika muncul dalam fungsi
regresi yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga
penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun
besar (tetapi masih tetap bias dan konsisten).
Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas
adalah dengan Uji LM ARCH. Jika regresi tersebut
menghasilkan probabilitas diatas 0,05 maka variabel bebas
tersebut tidak signifikan pada tingkat α = 5%. Dari hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa pada tingkat α = 5% semua
koefisien regresi tidak signifikan yang berarti tidak terdapat
masalah heteroskedastisitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tabel 4.22 Hasil Uji LM ARCH
ARCH Test: F-statistic 0.457964 Probability 0.500907Obs*R-squared 0.468433 Probability 0.493709
Sumber: Print out Komputer. (2011). Eviews 3.0
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai OBS*R2
adalah 0,468433, sedangkan nilai X2 tabel dengan df 1 dan
α=5% adalah 3,84. Karena nilai OBS*R2 < X2 tabel maka
dapat disimpulkan model terbebas dari masalah
heteroskedastisitas.
c) Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji
Breusch-Godfrey (BG-Test) untuk menguji ada tidaknya
autokorelasi. Hasil uji BG dapat dilihat pada tabel 4.23
berikut:
Tabel 4.23 Hasil Uji Breusch-Godfrey Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 3.497204 Probability 0.066047Obs*R-squared 3.626881 Probability 0.056853
Sumber: Print out Komputer. (2011). Eviews 3.0
Dalam model persamaan ini, diketahui n = 70 dan k
= 4, maka diperoleh degree of freedom (df) sebesar 66 (n-
k). Dengan menggunakan α=5 %, diperoleh nilai X2 tabel
sebesar 90,5312. Dibandingkan dengan nilai Obs*R-
squared BG Test dalam persamaan ini adalah 3,626881,
maka dapat disimpulkan bahwa persamaan model tersebut
bebas dari autokorelasi, karena nilai X2 tabel lebih besar
dibandingkan dengan nilai obs*R-squared.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
3) Interpretasi Hasil Secara Ekonomi
a) Pengaruh Variabel Modal Terhadap Keberhasilan
Padagang Pasar Windujenar
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda
yang telah dilakukan sebelumnya diketahui t statistik dari
variabel modal 5,874110 dan nilai t tabelnya ± 2,00,
sehingga disimpulkan pada taraf signifikansi 5% variabel
modal mempunyai pengaruh terhadap besarnya laba yang
diperoleh pedagang barang antik di Pasar Windujenar. Hal
ini berarti hubungan antara variabel modal dengan variabel
laba sesuai dengan hipotesis yang telah ditulis sebelumnya.
Nilai koefisien regresi dari variabel modal sebesar
0,036194, berarti peningkatan jumlah modal sebesar Rp.
1.000.000,- menyebabkan kenaikan laba sebesar Rp.
36.194,- dengan asumsi variabel independen yang lain
tetap.
b) Pengaruh Variabel Tingkat Pendidikan Terhadap
Keberhasilan Padagang Pasar Windujenar
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda
diketahui t statistik dari variabel tingkat pendidikan
0,446045 dan nilai t tabelnya ± 2,00, sehingga disimpulkan
pada taraf signifikansi 5% variabel tingkat pendidikan tidak
mempunyai pengaruh terhadap besarnya laba yang
diperoleh pedagang barang antik di Pasar Windujenar. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
ini berarti hubungan antara variabel tingkat pendidikan
dengan variabel laba tidak sesuai dengan hipotesis yang
telah ditulis sebelumnya. Hasil ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan formal tidak menjamin berhasil tidaknya
pedagang barang antik dalam menjalankan usahanya.
Sehingga meskipun pedagang barang antik mempunyai
tingkat pendidikan formal yang tinggi, namun hal itu tidak
mempengaruhi peningkatan laba yang diperolehnya.
c) Pengaruh Variabel Pengalaman Berdagang Terhadap
Keberhasilan Padagang Pasar Windujenar
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda
diketahui t statistik dari variabel pengalaman berdagang
2,414764 dan nilai t tabelnya ± 2,00, sehingga disimpulkan
pada taraf signifikansi 5% variabel pengalaman berdagang
mempunyai pengaruh terhadap besarnya laba yang
diperoleh pedagang barang antik di Pasar Windujenar. Hal
ini berarti hubungan antara variabel pengalaman berdagang
dengan variabel laba sesuai dengan hipotesis yang telah
ditulis sebelumnya. Nilai koefisien regresi dari variabel
pengalaman berdagang sebesar 15434,99, berarti
peningkatan pengalaman berdagang sebesar 1 tahun
menyebabkan kenaikan laba sebesar Rp 15.434,99,- dengan
asumsi variabel independen yang lain tetap. Hal ini
menunjukkan dengan meningkatnya pengalaman berdagang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
maka akan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
pedagang dalam menjalankan kegiatannya, sehingga pada
akhirnya juga akan meningkatkan laba yang diperolehnya.
d) Pengaruh Variabel Waktu Usaha Terhadap
Keberhasilan Padagang Pasar Windujenar
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda
diketahui t statistik dari variabel waktu usaha 2,035406 dan
nilai t tabelnya ± 2,00, sehingga disimpulkan pada taraf
signifikansi 5% variabel waktu usaha mempunyai pengaruh
terhadap besarnya laba yang diperoleh pedagang barang
antik di Pasar Windujenar. Hal ini berarti hubungan antara
variabel waktu usaha dengan variabel laba sesuai dengan
hipotesis yang telah ditulis sebelumnya. Nilai koefisien
regresi dari variabel waktu usaha sebesar 4818,507, berarti
peningkatan waktu usaha sebesar 1 jam per bulan
menyebabkan kenaikan laba sebesar Rp 4.818,507,- dengan
asumsi variabel independen yang lain tetap. Hal ini
menunjukkan dengan meningkatnya waktu usaha maka
akan meningkatkan kemungkinan pedagang untuk
melakukan transaksi lebih banyak, sehingga potensi untuk
memperoleh laba tinggi semakin besar.
2. Analisis Deskriptif Hambatan Pedagang Pasar Windujenar
Hambatan pedagang merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan pedagang Pasar Windujenar. Semakin banyak jenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
hambatan yang dialami maka tingkat keberhasilannya semakin kecil.
Dalam penelitian ini hambatan dibagi menjadi 4 (empat) jenis yaitu: (i)
Pengunjung pasar yang sepi, (ii) Kurang adanya dukungan promosi dari
Pemkot Surakarta, (iii) Terbatasnya modal, dan (iv) Tingkat persaingan
yang tinggi. Berikut adalah tabel rincian masing-masing hambatan
tersebut :
Tabel 4.24 Jenis Hambatan yang Dikeluhkan Pedagang Pasar Windujenar
No Jenis Hambatan Ada (pedagang)
Persen (%)
Tidak Ada (pedagang)
Persen (%)
1 Pengunjung Pasar yang Sepi 54 77,14 16 22,86
2 Kurang adanya dukungan promosi dari Pemkot Surakarta
33 47,14 37 52,86
3 Terbatasnya Modal 36 51,43 34 48,57
4 Tingkat persaingan yang tinggi 44 62,86 26 37,14
Sumber: Penelitian Lapangan 2011
Dari tabel di atas terlihat bahwa jenis hambatan yang paling
banyak dikeluhkan oleh pedagang Pasar Windujenar adalah pengunjung
pasar yang sepi dengan jumlah pedagang sebesar 54 responden atau
sekitar 77,14%. Hambatan terbesar kedua yang dikeluhkan oleh para
pedagang adalah tingkat persaingan yang tinggi dengan jumlah pedagang
sebanyak 44 responden atau sekitar 62,86%. Terbatasnya modal
merupakan jenis hambatan terbesar ketiga yang dikeluhkan pedagang
dengan jumlah pedagang sebanyak 36 pedagang. Sedangkan kurang
adanya dukungan promosi dari Pemkot bukan merupakan hambatan bagi
sebagian besar pedagang. Sebanyak 37 pedagang sudah dapat
memanfaatkan dukungan promosi dari Pemkot, sedangkan sebanyak 33
pedagang belum dapat memanfaatkannya. Berikut adalah analisis dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
masing-masing hambatan yang dikeluhkan oleh pedagang Pasar
Windujenar Surakarta:
a. Pengunjung pasar yang sepi
Pasar Windujenar merupakan salah satu pasar yang tidak
menjual berbagai macam kebutuhan pokok seperti pasar-pasar pada
umumnya. Pasar ini memiliki ciri khusus, dimana barang yang
diperjualbelikan dalam pasar merupakan barang antik atau tiruannya.
Hal inilah yang membuat Pasar Windujenar mempunyai segmentasi
pasar secara khusus.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ramai sepinya pengunjung
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pedagang dalam
melaksanakan kegiatan usahanya, termasuk pedagang yang berada di
Pasar Windujenar. Asumsinya adalah semakin banyak pengunjung
maka akan semakin banyak transaksi jual beli yang terjadi sehingga
kemungkinan pedagang memperoleh laba yang besar semakin tinggi.
Harapan pedagang untuk dapat menarik pengunjung sangatlah besar
pada saat Pasar Windujenar selesai direnovasi, akan tetapi
kenyataannya sampai saat ini setelah pasar selesai direnovasi pun
kondisinya tetap jauh tidak berbeda dari sebelum diadakan renovasi.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap pedagang
kebanyakan mengatakan bahwa walaupun sudah ada peningkatan
jumlah pengunjung, tetapi peningkatan itu tidak terlalu signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel 4.25 Karakteristik Responden Menurut
Hambatan Pengunjung Pasar Sepi
Hambatan Jumlah Persentase
Ada 54 77,14 Tidak Ada 16 22,86 Total 70 100
Sumber : Penelitian Lapangan 201
Dari 70 responden yang diwawancarai yang mengaku bahwa
Pasar Windujenar masih sepi pengunjung sebesar 54 orang
responden atau sekitar 77,14%, sedangkan sisanya sebesar 16 orang
responden mengaku sudah ada peningkatan jumlah pengunjung
pasar. Hal ini merupakan temuan yang cukup mengejutkan,
alasannya adalah dengan biaya renovasi pasar yang tidak kecil
seharusnya pasar ini dapat menarik pengunjung lebih banyak lagi
tetapi pada kenyataannya jauh berbeda. Pada saat wawancara
beberapa pedagang mengatakan penyebab sepinya pengunjung
adalah kurang adanya bantuan promosi dari pihak Pemkot untuk
memperkenalkan Pasar Windujenar ke dunia luar. Padahal bila
dilihat dari lebih jauh lagi, Pasar Windujenar dapat dikatakan
mempunyai potensi yang besar untuk dapat mengangkat sektor
pariwisata di Kota Surakarta. Salah satu alternatif solusi yang bisa
dilakukan untuk mengurangi masalah ini adalah memperbaiki
infrastuktur penunjang pasar, seperti tempat parkir dan kamar mandi.
Hal ini dikarenakan berdasarkan pemantauan di lapangan keadaan
tempat parkir dan kamar mandi di Pasar Windujenar masih dalam
kondisi relatif kurang baik. Dengan membaiknya kondisi infrastuktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
penunjang tersebut diharapkan tingkat ketertarikan pengunjung dapat
lebih tinggi lagi.
b. Kurang adanya dukungan promosi dari Pemkot Surakarta
Promosi merupakan salah satu cara untuk dapat menarik
perhatian konsumen terhadap suatu produk yang ditawarkan
produsen. Dengan adanya promosi maka mainsheet konsumen akan
dapat dipengaruhi sehingga konsumen akan dapat mengetahui secara
lebih baik segala macam informasi mengenai apa yang ditawarkan
oleh produsen. Promosi juga sangat diperlukan untuk
memperkenalkan keberadaan Pasar Windujenar secara lebih luas lagi
ditengah masyarakat. Diharapkan dengan adanya promosi maka
jumlah pengunjung Pasar Windujenar akan dapat meningkat
sehingga jumlah transaksi jual beli juga akan meningkat.
Promosi mengenai keberadaan Pasar Windujenar selayaknya
dilakukan oleh Pemkot Surakarta, mengingat Pasar Windujenar
merupakan salah satu aset wisata Kota Surakarta. Berikut adalah
hasil penelitian tentang masalah dukungan promosi:
Tabel 4.26 Karakteristik Responden Menurut Hambatan
Dukungan Promosi Pemkot Surakarta
Hambatan Jumlah Persentase
Ada 33 47,14 Tidak Ada 37 52,86 Total 70 100
Sumber: Penelitian Lapangan 2011
Dari hasil wawancara terhadap 70 responden, sebanyak 33
responden atau sekitar 47,14% belum dapat memanfaatkan
dukungan promosi dari Pemkot, sedangkan sisanya sebanyak 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
orang atau sekitar 52,86% sudah dapat memanfaatkan dukungan
promosi yang dilakukan oleh Pemkot Surakarta. Menurut sebagian
pedagang event-event yang sudah diadakan di sekitar lokasi pasar
hanya mengundang minat masyarakat pada saat acara tersebut
dilaksanakan saja, setelah event itu selesai maka kondisi Pasar
Windujenar kembali sepi seperti semula. Pemkot Surakarta dapat
meningkatkan dukungan promosi dengan memperkenalkan Pasar
Windujenar lewat internet, sehingga keberadaan pasar tidak hanya
diketahui oleh para wisatawan dalam negeri saja tetapi juga oleh
wisatawan mancanegara. Selama ini deskripsi mengenai Pasar
Windujenar yang telah dilakukan oleh Pemkot Surakarta lewat
website Portal Informasi Kota Solo dinilai terlalu sederhana dan
kurang menarik, sehingga belum dapat mencerminkan kondisi
aslinya. Selain itu untuk dapat meningkatkan jumlah kunjungan di
Pasar Windujenar, Pemkot dapat menginstruksikan kepada para
guide untuk menjelaskan kepada turis mengenai kelebihan dan
keunikan yang terdapat di Pasar Windujenar. Dengan adanya
tambahan dukungan promosi tersebut diharapkan jumlah wisatawan
atau pengunjung Pasar Windujenar dapat bertambah sehingga akan
meningkatkan pula transakasi jual beli yang pada akhirnya akan
membuat pedagang memperoleh laba yang lebih besar.
c. Terbatasnya modal
Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan
usaha perdagangan. Modal merupakan kebutuhan utama bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
pedagang dalam menjalankan usahanya baik pada saat memulai
usaha, maupun pada saat pengembangan usaha. Modal dapat
berbentuk uang (gold capital), maupun dalam bentuk barang (sach
capital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain
sebagainya.
Modal yang digunakan oleh pedagang di Pasar Windujenar
dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu modal usaha
dan modal kerja. Pengertian modal usaha atau yang disebut sebagai
kapital yaitu semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung
maupun tidak langsung dalam produksi untuk menambah output
(Irawan dan Suparmoko, 1998: 75). Contohnya kios, produk
dagangan/produk barang antik, dll. Disamping modal usaha, setiap
perusahaan juga selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai
kegiatannya sehari-hari, misalnya untuk membayar upah buruh,
membayar retribusi, dan lain sebagainya, dimana uang atau dana
yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk
dalam perusahaan dalam jangka waktu yang pendek melalui hasil
penjualan produknya.
Modal yang digunakan oleh pedagang juga dapat dibagi
berdasarkan asalnya, dimana modal terdiri dari modal sendiri dan
modal bukan milik sendiri yang biasanya berupa pinjaman. Berikut
adalah tabel yang menggambarkan karakteristik pedagang menurut
hambatan terbatasnya modal:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tabel 4.27 Karakteristik Responden Menurut Terbatasnya Modal
Hambatan Jumlah Persentase
Ada 36 51,43Tidak Ada 34 48,57 Total 70 100
Sumber: Penelitian Lapangan 2011
Dari hasil penelitian di lapangan didapatkan hasil bahwa
sebanyak 36 pedagang hanya menggunakan modal yang berasal dari
diri sendiri atau dari lingkungan keluarga dekat, sementara itu
pedagang yang sudah menggunakan modal dari luar sebanyak 34
pedagang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang
masih mengalami kesulitan dalam mencari modal guna
meningkatkan omzet penjualannya.
Salah satu jalan yang dapat dijadikan solusi untuk mengatasi
masalah ini adalah menggiatkan koperasi yang ada di lingkungan
Pasar Windujenar. Koperasi tersebut dapat berperan sebagai lembaga
kredit yang mudah dan murah dalam menunjang kebutuhan modal
para pedagang. Campur tangan dari pemerintah daerah juga sangat
diperlukan. Pemerintah Daerah dapat memberi fasilitas Kredit Usaha
Rakyat (KUR) dengan bunga ringan dan syarat mudah yang
disalurkan lewat koperasi. Selain itu juga diperlukan dukungan dari
para pedagang barang antik sendiri melalui paguyuban pedagang
untuk berani melakukan intervensi terhadap kepengurusan koperasi
tersebut. Apabila pengurus-pengurus koperasi dirasa kurang bisa
mengembangkan koperasi menjadi alat yang dapat mempermudah
pedagang dalam melakukan kegiatan usaha, maka sebaiknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
mengambil pengurus koperasi dari luar lingkungan pasar, sehingga
koperasi dapat dikelola secara profesional. Pengurus koperasi dari
luar tersebutlah yang diharapkan dapat melakukan negosiasi dengan
pihak lembaga keuangan agar mau meminjamkan modal kepada para
pedagang yang membutuhkan tambahan modal.
d. Tingkat persaingan yang tinggi
Persaingan merupakan salah satu faktor penentu tingkat
keberhasilan pedagang dalam menjalankan usahanya. Tinggi
rendahnya tingkat persaingan dapat dipengaruhi oleh karakteristik
barang dan jasa yang diperjualbelikan di dalam pasar. Apabila
barang dan jasa yang diperjualbelikan mempunyai karakteristik yang
hampir sama atau bahkan sama maka penjual memiliki tingkat
persaingan yang tinggi karena mereka akan terpengaruh dengan
harga dan kualitas barang yang dijual pedagang lain. Akan tetapi jika
barang yang diperjualbelikan mempunyai karakteristik yang berbeda
antara satu penjual dengan penjual yang lain maka tingkat
persaingan antar penjual itu dapat dikatakan rendah, karena mereka
mempunyai ciri khas yang membuat konsumen tetap mengkonsumsi
barang yang mereka jual tanpa terpengaruh harga dan kualitas
barang yang dijual penjual lain.
Para pedagang di Pasar Windujenar sendiri dapat dikatakan
banyak menjual barang yang hampir sama, karena barang-barang
yang dijual merupakan barang baru yang sengaja diproduksi dengan
desain tertentu agar terlihat antik. Hal inilah yang membuat antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
satu pedagang dengan pedagang yang lain menjual barang yang
karakteristiknya sama yang pada akhirnya membuat tingkat
persaingan tinggi di antara mereka. Menurut hasil wawancara
pedagang yang mengaku mempunyai hambatan berupa tingkat
persaingan yang tinggi sebanyak 44 orang atau 62,86% dari total
responden. Sedangkan sisanya 26 orang atau sekitar 37,14%
mengaku tidak mempunyai hambatan. Berikut adalah tabel yang
menunjukkan hasil wawancara tersebut:
Tabel 4.28 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Persaingan yang Tinggi
Hambatan Jumlah Persentase
Ada 44 62,86 Tidak Ada 26 37,14 Total 70 100,00
Sumber: Penelitian Lapangan 2011
Hasil tersebut menunjukkan bahwa para pedagang sangat
terbebani dengan adanya hambatan tingkat persaingan yang tinggi.
Salah satu alternatif solusi permasalahan ini adalah dengan cara
memberikan diferensiasi barang dagangan antara satu penjual
dengan penjual lain. Namun apabila pelaksanaan diferensiasi barang
dagangan itu tidak bisa dilakukan maka alternatif solusi lainnya
adalah memberikan suatu standar harga terendah suatu barang
tertentu, sehingga seorang pembeli akan mendapatkan harga beli
yang sama bila dia berbelanja di satu penjual dengan penjual lainnya.
Dengan demikian posisi tawar harga pedagang dapat lebih kuat dan
tingkat persaingan akan lebih dapat teratasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Modal dagang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
keberhasilan pedagang, artinya peningkatan modal dagang akan
meningkatkan keberhasilan pedagang. Tingkat pendidikan berpengaruh
secara positif tetapi tidak signifikan, artinya semakin tinggi tingkat
pendidikan belum tentu akan meningkatkan keberhasilan pedagang.
Pengalaman berdagang berpengaruh positif dan signifikan, artinya
semakin lama pengalaman berdagang maka akan meningkatkan
keberhasilan pedagang. Waktu usaha berpengaruh positif dan signifikan,
artinya semakin lama waktu berdagang maka akan meningkatkan
keberhasilan pedagang.
2. Para pedagang di Pasar Windujenar masih mengalami hambatan setelah
adanya revitalisasi pasar. Hambatan-hambatan tersebut adalah (i)
Pengunjung pasar masih sepi, (ii) Terbatasnya modal pedagang, dan (iii)
Tingkat persaingan yang tinggi antar pedagang. Dari ke-3 (tiga)
hambatan tersebut hambatan yang paling banyak dikeluhkan oleh
pedagang barang antik di Pasar Windujenar adalah pengunjung pasar
yang sepi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan di atas, maka dapat
diberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Para pedagang barang antik di Pasar Windujenar hendaknya berusaha
untuk menambah modal guna memperlancar usaha barang antik,
mengingat modal merupakan faktor penting untuk menjalankan
usahanya.
2. Para pedagang disarankan untuk memperluas jejaring kerja untuk
menambah volume penjualan dan laba yang mereka peroleh.
3. Pemerintah Kota Surakarta hendaknya lebih memperhatikan
perkembangan Pasar Windujenar, terutama masalah dukungan promosi
Pasar Windujenar. Hal ini ditujukan untuk lebih mempopulerkan Pasar
Windujenar baik di tingkat nasional maupun internasional.
4. Untuk meminimalisir masalah pengunjung pasar sepi, para pedagang
hendaknya melakukan perbaikan internal diantaranya adalah melakukan
standarisasi harga dan memperbaiki tata letak barang dagangan agar
terlihat rapi supaya pembeli tertarik untuk membeli barang antik.