Top Banner
KITA BERJUMPA DI RUANG SEMANGAT EDISI#03 CMW MUSIC MAGAZINE
16

CMW Musik Magazine Edisi#03

Jan 20, 2016

Download

Documents

Risky Chyle

CMW Musik Magazine nongol lagi dengan edisi ke tiganya. Silahkan kalian curi langsung, yupsh.
Salam kreatif batur Wanasaba dan salam CMWers..
Wasssalam..!!
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: CMW Musik Magazine Edisi#03

KITA BERJUMPADI

RUANG SEMANGAT

EDISI#03

CMWMUSIC MAGAZINE

Page 2: CMW Musik Magazine Edisi#03

Assalamualaikum...Halo mamen and magirls. CMW MUSIK MAGAZINE datang lagi nih dengan EDISI#03-nya “KITA BERJUMPA DI RUANG SEMANGAT” Setelah kemarin sukses meramaikan alam maya Wanasaba dengan tingkah laku kita semua yang secara ekslusif dan atraktif dalam mempublikasikan majalah musik ini.

Dan tentunya dengan harapan, semoga majalah edisi#03 ini bisa bermanfaat bagi CMWers khususnya dan warga Wanasaba pada umunya..

Selamat membaca dan semoga bermanfaat untuk kita semua, amin..!!Wassalam..!!

CMW CMW

Sebuah Pengantar Kata

1 30

KEBEBASAN

MENG”EKSPRESIKAN

DIRIDALAM BERMUSIKKITA BERJUMPA DI RUANG SEMANGAT

#03

ruangSEMANGAT CMWers

Page 3: CMW Musik Magazine Edisi#03

Ngomongin musik lagi, mencoba memberikan sudut pandang saya lagi akan musik dan apa saja yang bisa dibahas.Oh iya sebelumnya jika suatu kata pengantar itu penting, maka adalah sekiranya saya mengikuti kewajaran itu.

Halo nama saya Eko Rizkianto, panggil aja Chyle biar akrab.Berkuliah di salah satu perguruan tinggi YogyakartaWarna favorite : Hitam dan tentunya Biru yang selalu teridentikkan dengan arti kedamaian..Makanan kesukaan : apapun selain udang, lalu…ah sudah ya skip aja, ga penting juga di bahas. Hehe

Jadi begini ya teman-teman. Sehubungan dengan di tasbihkannya saya menjadi seorang penulis oleh diri saya sendiri. Maka inipun masih seputaran niat saya untuk mengeksiskan diri dan berkoar-koar kepada seluruh dunia (dunia maya khususnya) jika saya sedang suka menulis. Kali ini saya akan membagi sebuah ideologi saya sendiri akan musik dari sudut pandang saya. Salah benarnya ya suka-suka saya saja, dan memang ini tidak mutlak benar. Intinya saya Cuma ingin bercerita saja.

CMW CMW

2

IDEOLOGI MUSIK

GENRE DAN INDUSTRI

29

BURUH-KREATIFBURUH-KREATIF

CMWCMWMUSIK MAGAZINEMUSIK MAGAZINE

LAY-OUT >> RC SAMBILOTODESIGN >> NO FALL SAMBILOTO COKA SYAOKA JENDRAL 004FOTO >> RATIH JOVA, RATUPUBLISHER >> CMWersPENANGGUNG JAWAB >> SIMON NYANYUK

CONTAC USCONTAC US

Ratih Tri : +6281-9616-925No Fall Lalu : +62819-976-341-90Coka Syaoka : +628-1917-7910-79

Ratih Tri : +6281-9616-925No Fall Lalu : +62819-976-341-90Coka Syaoka : +628-1917-7910-79

Page 4: CMW Musik Magazine Edisi#03

Musik? apa itu musik? Musik yang bagus itu seperti apa? Musik yang apa itu seperti apa? Dan banyak musik dan apa lainnya yang mungkin selalu jadi pertanyaan. Dan dari sekian apa yang ditanyakan, saya ingin membahas soal musik itu apa dan musik yang bagus itu seperti apa menurut saya.

Dan menurut saya keduanya tidak salah. Semua berhak dengan bebas mendefinisikan musik yang bagus itu seperti apa. Jadi tidak akan ada habisnya kan soal pertanyaan musik yang bagus itu seperti apa. Ini belum ditanya para penggemar post rock, brithpop, Grunge, Dreampop atau apapun yang pastinya punya pendapat sendiri-sendiri soal musik yang bagus menurut mereka. Ya kan? Iya lah ya.

Nah berhubung musik yang bagus itu adalah relative, jadi ya menyikapinya adalah dengan tidak memaksakan seseorang untuk setuju dengan apa yang kita analogikan tentang musik yang bagus itu seperti

Jika ada sebuah pertanyan musik yang bagus itu seperti apa, sebenarnya tidak akan ada jawabannya, meskipun itu bisa di definisikan oleh banyak sudut pandang orang. Misalnya seorang Erwin gutawa pasti akan mendefinisikan musik yang bagus itu adalah yang teoristik, tertata, tersusun dalam tempo dan repertoar lagu yang rapi. Tapi jika menurut seorang punker mungkin akan lain dan sebaliknya. Mereka menganggap musik itu yang penting punya spirit akan apa yang ingin di sampaikan, ber-orasi lewat lirik lagu, atau apapun yang sebenarnya malah tidak menyoroti musik dari sudut pandang teoristik dan hal yang di pakemkan dalam sebuah ideologi yang di ajarkan banyak sekolah musik.

saya..heu,,heu..!!

Sekarang potret kelam itu sudah berangsur memudar karena adanya komunitas yang bisa memberikan sesuatu yang berbeda dari sebelunya men. Komunitas yang penuh dengan keragaman anggota yang ia miliki. Komunitas yang tak pernah tidur dari hiruk pikuknya tangisan remaja desa yang selalu rindu akan sebuah acara atau tingkah ekspresif yang nyata. Suatu komunitas yang bisa membuat remajanya termotivasi untuk memberikan warna tersendiri bagi desanya.

Ya,,,, CMW udah menjawab itu semua dari apa yang telah mereka lakukan sampai saat ini. Memanjakan remaja desanya bahkan semua warga-pun ikut terhibur akan apa yang mereka tunjukkan.

CMW sendiri sudah menjadi energi tersendiri bagi desanya, disamping DRAG WAY-nya Wanasaba yang selalu konsisten dalam membawa nama desanya ke arena balap dan prestasi-prestasi yang mereka dapatkan. Tentunya saya sebagai remaja desa Wanasaba, tidak ada kata iri, cemburu jika melihat desa lain penuh dengan event-event kedesaanya. Karena, di desa sayapun ada komunitas yang akan ngebuatin sebuah acara yang tak kalah wow-nya dengan acara di desa tetangga.

Sekarang, buat apa saya meratapi kesedihan dan untuk apa saya selalu berada di Kamar kesayangan. Toh juga di luar kamar, sudah siap menunggu kedatangan saya dan remaja-remaja lainnya untuk segera meramaikan lingkungan desa dengan cara tingah yang kreatif nan positif. Ya dengan cara, saya akan mengajak teman-teman nakal, pintar sampai anak kamar untuk MERAPAT KE CMW. Karena kami juga ingin terlibat langsung di dalam tingkah merekanya dalam meramaikan lingkungan desa kami sendiri.. yo-a..!!

Pendeknya sih, saya seorang CMWers dan CMW itu adalah energi tambahan untuk saya dalam menghiasi desa Wanasaba itu sendiri...Wassalam...!!

CMW CMW

3 28

Page 5: CMW Musik Magazine Edisi#03

apa. Contoh : dari dulu sampai sekarang saya adalah penggemar berat/Die hard fans of Nirvana & Radiohead. Kenapa 2 band itu? Karena 2 band itu mewakili arti dari kebebasan bermusik menurut saya. Dengan Nirvana yang bebas berekspresi dengan 'skill is dead'-nya yang malah terlihat jujur karena menjadi diri sendiri. Lalu Radiohead dengan kebebasan akan eksplorasi musiknya (soundnya) yang 'out of the book' itu.

Dan kebebasan itulah yang pada akhirnya menjadi sebuah ideologi saya tentang bermain musik itu harus seperti apa. Tapi tapi tapi jika ada orang yang menentang/mematahkan ideologi saya tentang kebebasan bermusik itu, ya ngga apa-apa juga. Kan tadi saya bilang jika semua orang berhak memberikan suatu paham apapun akan musik ideal itu seperti apa. Tapi lepas dari semua itu ”music it's just music” dengan semua kejujurannya, harmonisasinya dan apa yang bisa tertangkap sebuah indera menjadi sesuatu yang akhirnya mereprentasikan sebuah rasa yang tercurah, selamanya akan seperti itu, musik tidak bisa menjadi sebuah agama atau apa yang bisa di rumuskan dan di pakemkan, karena sifatnya sendiri abstrak dan tergantung siapa yang memaknainya seperti apa. Ada yang memaknai musik sebagai hobi, tujuan hidup, just for fun atau apapun lah tergantung si penikmat musik itu sendiri mengartikannya.

Itu sedikit saja tentang contoh soal yang mendasar tentang musik dan musik bagus itu seperti apa menurut saya. Sekarang beralih dengan pernik musik selain itu. Contoh kecilnya adalah tentang genre/aliran musik. Sebagian orang mungkin ada yang tidak menyukai tentang suatu pengkotakan akan sebuah genre dalam musik. Kalau saya pribadi sih antara setuju dan tidak setuju atau mungkin malah ga peduli soal itu.

Tapi jika suatu genre lahir untuk menjatuhkan genre lainnya, itu pasti saya tidak setuju. Karena musik kan harusnya unite dan menguatkan, bahkan dalam versi berlebihannya musik adalah sebagai alat pemersatu dan bahasa dunia. Adapun dalam versi simple-nya genre adalah hanya sebatas pengkotakan selera saja, yang tidak mungkin semua musik yang tercipta itu akan kita sukai semuanya. Pastilah ada satu atau dua yang

CMW CMW

427

Tak pernah kehabisan kata-kata untuk menulis tentang komunitas musik ini, tak pernah juga kehabisan energi untuk ikut terlibat dalam semua event yang mereka buat. Dan bagi saya, merekanya adalah candu untuk dikonsumsi setiap waktu. Tidak ingin terlewatkan sedikitpun akan apa yang mereka selalu tunjukkan di alam maya ataupun nyatanya.

Sebelum adanya CMW, mungkin saya salah satu dari sebagian remaja Wanasaba yang selalau meratapi kesedihannya di dalam kamar kesayangannya. Remaja yang selalu menyalahkan pihak desa karena ketidak becusan mereka ngebuatin saya sebuah acara sederhana tetapi kesannya wow. Hanya ke-iri-hatian saja yang saya rasakan ketika melihat desa lain yang setiap moment, desanya selalu teramaikan dengan ke-kreatifitasan muda mudinya.

Dan sepenggal cerita diatas itu merupakan potret yang sangat menyedihkan bagi sebagian remaja desa saya dan tentunya

Page 6: CMW Musik Magazine Edisi#03

CM

W M

USIK

MA

GA

ZIN

EED

ISI#

03

SPEC

IAL

EDIT

ION

jalu

r in

die

kre

atif

eks

pre

sif

agre

sif

efe

ktifita

s

Ka

mis

24

Ap

ril

Sim

on

Stu

dio

-jl.

La

bu

ha

n L

om

bo

k K

M 5

6 W

an

asa

ba

16

-00

-Se

lesa

i

bisa kita anggap bisa lebih mewakili diri kita ada di genre musik seperti apa. Dan ya itu mah bebas bebas aja.

Cukup ya soal definisi musik yang mendasar, sekarang kita mulai bahas faktor penunjang lainnya untuk memunculkan sebuah musik yang pada akhirnya bisa sampai di telinga kita dan kita dengar lalu kita suka. Adalah sebuah industri yang pada akhirnya mewadahi karya seni itu (dalam hal ini seni musik) untuk kemudian di publish dan sampailah ke telinga kita. Namun pada perkembangannya industri itu tidak selalu berjalan seperti apa yang seharusnya ideal menurut kita, khususnya saya yang memang (ehem) idealis ini.

Industi = pasar dan pasar = jualan, dan apa yang di jual adalah produk. Dan produk yang menjual adalah apa yang pasar inginkan. Bolak balik ya? ya gitulah pokoknya. Kenapa menjadi tidak sesuai dengan apa yang ideal menurut saya? Karena musik pada akhirnya menjadi suatu produk yang di jual. Konotasi tentang musik yang dijual itu sendiri sebenarnya bukan suatu dosa besar menurut saya. Wajar saja jika seorang musisi membuat musik, meng-albumkannya dan berharap ada yang mengapresiasinya dengan cara membeli albumnya. Lalu salahnya? Salahnya adalah terletak dalam suatu stereotype/keseragaman demi sebuah produk yang ngejual.

Kalau dari segi bisnis kan apa yang pasar inginkan ya itu yang produk coba tawarkan agar laku. Dan dampaknya di negeri saya Indonesia ini, ditandai dengan lahirnya banyak band melayu kala itu. Lalu sekarang diteruskan dengan banyaknya boyband/girlband k-pop disini, karena ya itu yang pasar inginkan sekarang/itu yang menjual sekarang. Padahal sebenarnya, melalui sudut pintarnya band Efek Rumah Kaca pernah memberikan statemen jka “pasar bisa di ciptakan”, dan kenyataannya mereka memang sukses meskipun mereka bukanlah termasuk dalam kategori band melayu apalagi boyband. Dan jika mikir positifnya band melayu ataupun boyband disini adalah bukan suatu 'kesalahan' juga bagi perkembangan warna musik disini. Kalau satu atau dua band melayu atau boyband/girlband sih ga masalah dan mungkin memang perlu juga sebagai keragaman warna musik disini, karena ga semua orang suka Pure saturday atau Efek Rumah kaca, ya kan?. nah yang salah tentulah balik lagi

(mereka/orang lain: tetap akan kebingungan tentang solidnya CMW,

kalau mereka sendiri tetap tidak mau tahu alias tidak mau mencari

tahu: apa, kenapa dan bagaimana CMW).

(kalimat di atas, bikin kita makin bingung: sebenarnya tulisan ini

bercakap apa). ahh sudahlah. yaa sudahlah.

Terimkasih wassalam.

Oleh: Ryza Genk

CMW CMW

5 26

Page 7: CMW Musik Magazine Edisi#03

teman-teman CMW. Dan itu perlu disematkan. Selebihnya di kota

kecamatan tempat ianya berada (lihat langsung pose galery dokument

CMW di dalam web-nya). Semoga telah ada, hhaha..

Seperti judul tulisan ini “Kita Berjumpa Di Ruang Semangat”:

maksudnya, kita telah berhasil sejauh itu, menunjukkan itu,

melangsungkan itu hingga saat ini. Walaupun di antara masing-masing

kita berada di tempat dan waktu yang berbeda. “Kita”. Atau saya pakai

aja kata “Anda” (para CMW), telah bergerak sejauh itu: menunjukkan

semangat yang solid, kompak secara bersama. Kalau mau berlebihan,

kita pakai aja dengan istilah “kagum & terharu” atas sesuatunya.

Mungkin dalam kenyataan, sedikit menengok kenyataan yang ada.

Yang kita sebut dengan “Bashcamp CMW”, yaitu yang berlokasi di

simon's studio: yang di sebut-sebut tempat berkumpulnya teman-

teman cmw. Kenyataannya tidak terlalu ramai/aktif. Dan mungkin

selama itu, ada di antara kita sendiri dan orang lain yang memberontak

(bertanya dalam hatinya) dengan pernyataan yang bernada sedikt

agak “remeh”-> “katanya solid, tapi kok beshcamp-nya sendiri seperti

itu, sepi dan membisu. Mana-mana solid-nya???..

Nah, kalau memang ada kegalauan seperti di atas, atau kebimbangan

kita yang seperti itu, yang karena “bashcamp-nya sepi”..! Saya ingin

menyikapi seperti ini: kita bertemu/berjumpa di ruang semangat.

Semangat tidak terhalang ruang dan waktu. Jadi, biarlah bashcampnya

seperti itu. Tidak usah dipaksakan untuk ramai-ramai-ria. Kita memang

harus seperti itu. Dan sudah seperti itu.

(maaf, sebenarnya saya ini nulis apaan sih).

Karena kita sudah seperti itu, kita telah sedikit “bersua, berjuma,

bertemu” di ruang semangat. Maka lahirlah, seperti yang sudah sama-

sama kita dan orang lain ketahui: adanya majalah, desain, festival

musik, pose, web dan sebagainya.

pada pola keseragaman itu. Dan pola keseragaman itu ada karena si pelakunya (industri yang mewadahi musisinya), tidak berani ber-spekulasi akan sesuatu yang baru, yang menurut mereka belum tentu laku di pasaran dan imbas yang bagus dari segi materi/penjualan. Bahasa mereka sih “realistis” gitu.

Realitanya di Indonesia seperti itu, dan kalau Ngomongin Indonesia berarti kita ngomongin soal cara berpikir skeptis yang memang sudah menjadi atau seakan sudah menjadi ciri berpikirnya bangsa ini. Sedih ya? Hiks hiks (kalo kata ABG mah). Seorang musisi (ngakunya musisi) belum apa-apa udah berpikir “ini lagu yang gua bikin laku ga ya?” ngejual ga ya? Gua bisa dapet duit dari ini ga ya? tuh kan belum apa-apa udah skeptis. Katanya yakin kalau rejeki mah udah ada yang ngatur, lalu mengapa anda khawatir wahai musisi palsu. Berkarya lah dulu, jika memang bagus pasti akan diterima ko, dan bentuk penerimaan itu bisa berupa album yang laku ataupun tawaran manggung yang banyak, yang ga mungkin kan kalau ga ngehasilin duit? Iya ga? Iya lah ya. Lucu kan? Ya memang lucu...... Hahahaha.

Hhmm lalu apalagi ya yang ingin saya sabdakan. Hehe. mumpung di awal paragraf saya sudah tegaskan jika ini hanyalah sudut pandang saya saja, dan mungkin tidak mutlak. Jadi saya ga perlu khawatir akan ada yang mematahkan sebuah ideologi/pemahaman saya tentang musik ini. Jawabnya ya tinggal bilang ini Cuma menurut saya saja. Dan kalaupun keukeuh ingin mematahkan teori ini ya silahkan saja..heu,,heu (bentar nyeduh kopi dulu) sekalian mikir, sekalian beli cemilan dulu, sekalian beli rokok dulu, eh lupa kalau saya udah ngerokok. Ya pokoknya nulisnya udah dulu lah ya. Nanti saya sambung lagi soal Lagu lagu dengan judul “Janganlah Anda menyalahkan sebuah Lagu, karena lagu tidak punya dosa” (musicology wenky #2). Tapi nulisnya ntar aja.

Akhir kata terima kasih sudah mau berbaik hati untuk meluangkan waktunya membaca tulisan saya. Semoga bermanfaat, dan kalaupun ga bermanfaat ya minimal kan saya udah niat baik nih, udah mau ngasih pandangan hasil pengamatan saya beberapa tahun terakhir ini. Semoga tuhan memuliakan kebaikan anda sekalian.

CMW CMW

625

Page 8: CMW Musik Magazine Edisi#03

->Kita berjumpa di ruang semangat

Seputar “Cesebu Musik Wanasaba”, yang di singkat dengan CMW,

tentang CMW, ekspresi dan tingkahnya, bagi saya selalu menarik

ngomongin pasal semangat di dalamnya. Dan begitu juga sebaliknya.

Semangat dan energinya: jelas tak terhalang ruang dan waktu.

Kapan dan dimana saja, ianya tetap hidup seperti yang sudah

semestinya. Ia tidak bisa musnah, membeku, membusuk ataupun

kadaleluarsa. Letih sejanak, iyaa, kayaknya sih..hhhaah, auahuu...

iya, tepat sekali, seperti cinta katanya dia. Hal ini semua genre musik

telah menceritakannya di dalam lirik dan aransemen nadanya.

Semangat dan CMW. Atau dengan kata lain, CMW dengan

semangatnya. Merupakan sesuatu yang menarik buat diceritain ke

orang-orang. Atau paling gak ke diri saya sendiri dah. Biar kesannya

kagak terlalu waw dan sebagainya.....

Iya, tentu telah banyak sekali buah semangat yang ditunjukkan oleh

Dan untuk saya, semoga tuhan memberikan rizky yang cukup untuk saya agar saya bisa bikin album sendiri. jadi ga cuma koar-koar soal musik saja, tapi ada contoh kongkritnya berupa album musik yang saya bikin. Trus dibikinnya kapan? ya nanti kalau modalnya udah cukup. Sekarang baru ada berapa gitu modalnya? baru 2500, hasil kembalian beli nasi kuning. Mungkin sekitar setahunan lagi lah modal itu cukup, dengan hasil perhitungan seperti ini (sehari 2500 x setahun. setahun 365 hari, nah 2500 x 365 = Rp 912.500) sisanya paling jual baju, jacket, sepatu atau apapun.semoga terealisasikan.Amin amin.#senyumPeace, love, and gaul..

CMW CMW

7 24

Page 9: CMW Musik Magazine Edisi#03

saya menyebut diri saya sendiri sebagai seorang penggemar yang

diam-diam. Heuheuu.. selama itu saya berpandangan “The Sigit

sangat Rock N' Roll. Mulai dari musik, lirik, gambar, poster, kemasan

video, video klip, interview, sikap dan semuanya, menceritakan

sesuatu yang idealis: semangat, kegilaan, pemberontakan, cinta dan

semuanya dah tentang jiwa liar...

Iya, The Sigit adalah nama sebuah band, bukan merupakan sebuah

komunitas. Lantas apa alasan saya, yang menyatakan. CMW adalah

The Sigiit-nya wanasaba. Bagi saya, alasannya cukup simple, yaitu

“smangat kreatifitas anak muda yang liar”.

Iya, “semangat kreatifitas anak muda yang liar”. Bagi saya, dalam

konteks wanasaba, sekali lagi desa wanasaba. Sekarang

in i , mana ada yang mau, bahkan b isa

mempertahankan kreatifitasnya sendiri di wanasaba,

di sebuah desa-> yang hampir

t i d a k a d a y a n g m a u

pedul i /mendukung tentang

kreatifitas mereka sebagai anak

muda. Tidak ada.

Wassalam. Salam semangat kreatifitas.

Kecuali mereka, teman-teman

yang berada di CMW itu sendiri: bermusik, bikin

majalah, desain, mengadakan event untuk desa dan

lain-lainnya. Iya, sejujurnya kita tahu, sesungguhnya

itu sungguh berat. Selain keterbatasan alat, hampir

tidak ada yang mendukung juga dari siapa-siapa. Di

atas semuanya yang demikian itu, itulah yang saya

sebut dengan “semangat kreatifitas anak muda yang

liar”.

Musik pada hakikatnya adalah bagian dari seni yang menggunakan bunyi sebagai media penciptaannya. Walaupun dari waktu ke waktu beraneka ragam bunyi, seperti klakson maupun mesin sepeda motor dan mobil, handphone, radio, televisi, tape recorder, dan sebagainya senantiasa mengerumuni kita, tidak semuanya dapat dianggap sebagai musik karena sebuah karya musik harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut merupakan suatu sistem yang ditopang oleh berbagai komponen seperti melodi, harmoni, ritme, timbre (warna suara), tempo, dinamika, dan bentuk. Sebelum lebih jauh membahas syarat-syarat tersebut berikut aspek-aspek lain yang terkait dengannya seperti sejarah musik, pencipta musik, karya-karya musik, dan berbagai formasi pertunjukan musik, bab ini akan terlebih dahulu meninjau beberapa definisi tentang musik, fungsi musik, dan jenis-jenis musik.

Walaupun banyak dari para ahli musik telah mencoba memberikan definisi tentang musik, namun hingga kini belum ada satupun yang diyakini merupakan satu-satunya pengertian yang paling lengkap.

CMW CMW

823

Page 10: CMW Musik Magazine Edisi#03

Tampaknya ada yang memahami musik sebagai kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengarannya. Di samping itu ada juga yang pemahamannya bertolak dari asumsi bahwa musik adalah suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya. Walaupun demikian ada juga yang berbeda pandangan dari kedua model tersebut. Terlepas dari berbagai perbedaan sudut pandang tersebut, beberapa definisi berikut ini dapat membantu kita untuk memahami pengertian tentang musik.

Dari penulis-penulis Indonesia di antaranya dapat dijumpai sejumlah definisi tentang musik: Jamalus (1988) berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Rina (2003) setuju dengan pendapat bahwa musik merupakan salah satu cabang kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyi- bunyian. Prier (1991) setuju dengan pendapat Aristoteles bahwa musik merupakan curahan kekuatan tenaga penggambaran yang berasal dari gerakan rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang berirama.

Menurut ahli perkamusan (lexicographer) musik ialah: ”Ilmu dan seni dari kombinasi ritmis nada-nada, vokal maupun instrumental, yang melibatkan melodi dan harmoni untuk mengekspresikan apa saja yang memungkinkan, namun khususnya bersifat emosional”. Walaupun demikian selama berabad-abad para ahli menganggap bahwa definisi kamus tersebut kurang memuaskan. Sebagai alternatif, di antaranya ada yang memahami musik sebagai ”bahasa para dewa”; yang lain mengatakan bahwa: ”music begins where speech ends” (musik mulai ketika ucapan berhenti).

Romain Rolland berpendapat bahwa musik adalah suatu janji keabadian; bagi Sydney Smith musik ialah satu-satunya pesona

Iyaps,. Bukan apa-apa sih, tetapi saya memandang cmw (cesebu musik wanasaba) itu, the sigit-nya wanasaba aja di mata saya sendiri. Sebab bagi saya, ada kesamaan yang menarik walaupun tidak significant dan pun terlalu jauh pula, haha.. (ada-ada aja).. yaitu semangat kreatifitasnya yang liar.

Ialah band indie yang berasal dari kota

Bandung, yang bisa dikatan beraliran rock. Band ini, mungkin hanya

sabagian orang yang mengetahuinya di indonesia, sebab nongol di

layar kaca televisi aja hampir kagak pernah. Namun kenyataannya,

sudah sering melangsungkan tour musik ke luar negeri, eropa dan

terutama di dalam negeri sendiri. “Insurgent Army”, itulah nama

sebutan penggemarnya.

Saya sendiri, merasa menjadi bagian penggemar The Sigit secara

diam-diam, bahkan seorang fanatik.

Banyak hal yang bisa saya peroleh

dan simpan dari The Sigit. Atau

dengan kata lain “The Sigit” sebagai

penginspirasi saya dalam banyak

hal. Memotivasi saya, terutama

dalam hal “bagaimana seharusnya

anak muda”. Watak, tingkah dan

kliarannya.

Saya sedikit bisa mengetahui dan

mengikuti The Sigit dari ulasan-

ulasan di dalam internet (media

sosial): website, facebook, youtube

dan media-media lainnya. Makanya,

THE S.I.G.I.T, singkatan dari (the super insurgent group of

intemperance talent ).

CMW CMW

9 22

Page 11: CMW Musik Magazine Edisi#03

termurah dan halal di muka bumi. Goethe berpendapat bahwa musik mengangkat dan memuliakan apa saja yang diekspresikannya. Mendelssohn meyakini bahwa musik dapat mencapai suatu wilayah yang kata-kata tidak sanggup mengikutinya, dan Tchaikovsky berkata bahwa musik adalah ilham yang menurunkan kepada kita keindahan yang tiada taranya. Musik adalah logika bunyi yang tidak seperti sebuah buku teks atau sebuah pendapat. Ia merupakan suatu susunan vitalitas, suatu mimpi yang kaya akan bunyi, yang terorganisasi dan terkristalisasi. Sehubungan dengan itu Herbert Spencer, seorang filsuf Inggris mempertimbangkan musik sebagai seni murni tertinggi yang terhormat.

Dengan demikian musik adalah pengalaman estetis yang tidak mudah dibandingkan pada setiap orang, sebagaimana seseorang dapat mengatakan sesuatu dengan berbagai cara (Ewen 1963, vii-viii). Dari perspektif interpretasi atau penikmatannya, musik juga dapat dipahami sebagai bahasa karena ia memiliki beberapa karakteristik yang mirip dengan bahasa. Berkaitan dengan hal tersebut Machlis (1963, 4) memahami musik sebagai bahasa emosi-emosi yang tujuannya sama seperti bahasa pada umumnya, yaitu untuk mengkomunikasikan pemahaman. Sebagai bahasa musik juga memiliki tata bahasa, sintaksis, dan retorika, namun tentunya musik merupakan bahasa yang berbeda. Setiap kata-kata memiliki pengertian yang kongkrit, sementara nada-nada memiliki pengertian karena hubungannya dengan nada-nada yang lain. Kata-kata mengekspresikan ide-ide yang spesifik sedangkan musik menyugestikan pernyataan-pernyataan misterius dari pikiran atau perasaan.

Dari beberapa pendapat di atas setidaknya dapat dipahami bahwa musik merupakan salah satu cabang seni pertunjukan seperti tari, drama, puisi, dan sebagainya. Sebagai sebuah karya seni, musik adalah ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan lewat komposisi jalinan nada atau melodi, baik dalam bentuk karya vokal

CMW CMW

1021

HALAMAN KOSONG

Page 12: CMW Musik Magazine Edisi#03

maupun instrumental. Di samping itu musik adalah suatu karya seni yang tersusun atas kesatuan unsur-unsur seperti irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur, dan ekspresi. Diposkan oleh

Pergerakan indie label di Indonesia adalah fenomena yang pada saat ini

terlihat cukup berkembang drastis. Hal itu terjadi karena ada gerakan

penolakan terhadap major label yang terkesan menekan kreatifitas dari

seorang musisi itu sendiri. Idealisme sangat kental di dunia indie

label. Hal ini cukup mempengaruhi warna musik yang mereka sajikan.

Sangat beragam dan memiliki karakter yang cukup kuat. Lain halnya

dengan musisi major label yang terkesan di patok dalam membuat suatu

karya. Mungkin pasaran lah yang menentukan karya-karya mereka

Umbard

karena adanya kebebasan berekspresi. Sehingga lagu-lagu yang dibuat-pun bisa maksimal, tapi apa salahnya untuk menjadi mainstream?

Mungkin anda sekalian seharusnya tidak memandang sebelah mata para musisi mainstream. Banyak sebenarnya dari mereka yang bisa konsisten dengan kualitas yang bagus. Sebut saja padi, gigi atau nidji, toh bukan mau mereka untuk menjadi seragam tuntutan label. Darimana label menugaskan mereka dengan segala kesamaan dalam bermusik? dari selera masyarakat. Jadi jangan salahkan mereka, salahkan selera masyarakat kita yang masih kemelayu-melayuan. Berteriak-lah sekencang mungkin terhadap fenomena lagu-lagu kemelayuan ini, tapi ternyata mereka masih punya pendengar setia kok. Malah fans-nya banyak sekali men, coba lihat di inbox atau dahsyat yang kerap kali menyiarkan acaranya live di luar studio. Apakah sedikit yang menonton? di samping adanya bayaran sebagai penonton acara-acara seperti ini. Toh jika hadir banyak penonton, tidak mungkin stasiun televisi bisa meng-cover dengan membayar setiap orangnya kan? Jadi pasti ada oknum-oknum diluar orang bayaran yang menonton. ribet ya? saya juga pusing sendiri nulisnya,,,heu,,heu,,

Jadi menurut saya, tidak selamanya musik mainstream itu buruk. Masih ada yang bagus. Ya, walaupun tema yang diusung masih cinta-cintaan dan satu lagi, karena saya juga sering mendapat lagu-lagu indie dari rekomendasi beberapa teman saya. Saya mendapati tidak semua lagu dari band indie itu bagus kok men, saya pernah mendengarkan lagu-lagu dari beberapa band yang memilih jalur indie. Jadi mengapa memilih indie ketika kualitas yang kalian pilih sama saja seperti mainstream..? Apa supaya dinilai keren..??Wassalam..

Saya pernah membaca tulisan seorang vokalis band major label di majalah musik, ia mengungkapkan apa saja alasan yang mendasari mereka memilih masuk di dunia mainstream. bukannya karena mendulang emas semata. Tapi ini lebih masuk terhadap kepuasan, sang vokalis mengungkapkan mengapa salah menjadi mainstream, mereka hanya ingin namanya diabadikan dan mereka yakin dengan konsep bermusik yang berbeda dari band mainstream lainnya. Ini sama saja seperti musikalisasi yang dibuat band-band indie.

CMW CMW

pergerakan indie label-jalur musik indie

11 20

Page 13: CMW Musik Magazine Edisi#03

Mulai maraknya musisi yang mengambil jalur indie sebagai pilihan bermusik memang sekarang sudah menjadi hal biasa. Sebutlah mocca, efek rumah kaca, atau band yang sedang kebanjiran job seperti endahNrhesa.

saya jamin 99,9%, musisi indie akan menjawab seperti ini jika kalian bertanya hal itu. Memang adanya keharusan-keharusan dari sang label membuat tidak bisa bebasnya ekspresi

yang dikeluarkan. Adanya tuntutan untuk mencapai target pemasaran membuat musisi-musisi dari major label membuat musik yang harus diminati masyarakat dan ini dapat terlihat dengan terlihatnya

keseragaman mereka dalam bermusik. musisi indie mempunyai idealisme yang kerap kali susah untuk dipatahkan, sehingga mereka memutuskan untuk memulainya sebagai independent.

Saya adalah salah satu penggemar musik indie, saya sering menghadiri beberapa gigs. Tetapi apakah saya bersikap merendahkan musik mainstream? tidak. mungkin di antara kalian yang sama-sama penggemar juga seperti saya, kerap kali sering mencemooh lagu-lagu dari band major label. Seperti Kangen band, ST12 atau Armada. Kalau kalian menjawab pernah menjadikan mereka bahan lelucon, saya ingin bertanya pada anda, apakah anda benar-benar menikmati musik indie atau hanya gaya-gayaan semata supaya dibilang keren? karena dari survey salah satu majalah, social climber tertinggi di kota Bandung. Yang ditempati oleh orang-orang yang sering datang ke gigs atau kenal dengan banyak anggota band indie. 83% social climber dipenuhi oleh orang-orang yang sering ke gigs. cukup tinggi kan? mengalahkan social climber dari yang sering dugem atau pengguna BB. Saya tidak pernah menyalahkan mengapa orang-orang mulai berpaling ke musik indie, mungkin

Mengapa banyak band yang memilih kancah indie? pasti jawabanya, karena tidak ingin dikekang oleh major label.

dipatok label seperti itu.

Dalam setiap fenomena tentu ada pro dan kontra. Namun di kalangan

orang yang memilih ini cenderung menentang major label. Hal ini

biasanya terbentuk dari pengalaman pribadi para musisi yang ditolak

maupun merasakan sendiri dibodohinya mereka oleh salah satu major

label. Permainan di belakang major label lah yang biasanya

menghancurkan suatu band itu sendiri. Band yang masuk label pada saat

ini seperti hanya dimanfaatkan, pada bulan-bulan pertama memang

mereka dikenal. Namun bulan-bulan selanjutnya mereka dilupakan

konsumen. Mengapa begitu? Karena karya-karya yang ditampilkan tidak

kreatif. Banyak sekali band yang mengikuti band-band sebelumnya yang

sudah terkenal. Karakter yang mereka tampilkan adalah karakter band-

band sebelumnya sukses di blantika music Indonesia. Terkesan tidak

kreatif kan? Memang sebenarnya itulah yang membedakan musisi indie

dan major label.

Dalam indie label dibutuhkan kreatifitas yang sangat kuat. Suatu

pemikiran-pemikiran hebat sangat diperlukan disini. Hal-hal seperti

itulah yang bias membuat musisi indie label terangkat ke permukaan

dan bahkan mungkin sekarang indie label telah menjadi trend di

Indonesia terutama di bandung. Seperti salah satu band indie dari

bandung yang bernama LITTLE THINK. Band yang bergenre alternatif

poprock ini dengan lantang menentang major label. Pergerakan mereka

di indie label sangat pesat. Mereka berpendapat bahwa para musisi

major label tidak ada yang mandiri. Pemikiran mereka terpaku hanya

pada major label. Mereka hanya sebatas membuat karya, mengirim demo ke

CMW CMW

1219

Page 14: CMW Musik Magazine Edisi#03

label dan bila gagal mencoba lagi lain kali. Sungguh suatu pola pikir

seorang musisi yang tidak berkembang bukan? Dan celakanya hal seperti

itu telah membudaya di Indonesia. Untuk itulah pergerakan indie label

dalam mengimbangi major label sangat dibutuhkan. Hal ini dilakukan

agar pihak major label tidak bisa seenaknya memainkan blantika music

Indonesia. Banyak band yang telah membuktikan di indie label, suatu

band bisa lebih sukses dan berprestasi dibandingkan dengan band major

label. Namun semua itu bukan dengan jalan yang instan pula, semuanya

butuh proses dan pemikiran yang luar bisa agar musisi indie label bisa

mengimbangi major label.

Management yang professional juga sangat mempengaruhi kesuksesan

suatu band. Jika suatu band berkonsep seperti itu. Mungkin music di

Indonesia akan sangat beragam dan tidak akan didominasi oleh band-band

major label. Dan hal itulah yang sebenarnya ditunggu-tunggu oleh

penikmat music Indonesia. Konsep indie label yang mandiri akan membuat

industri musik indonesia jadi lebih stabil. Sehingga kualitas music

Indonesia bisa disetarakan dengan kualitas musik dunia. Dan itu

bukanlah hal yang tidak mungkin. Jika ada keseriusan dari semua pihak,

semua itu bisa tewujud dengan kesungguhan. Untuk itu mari kita dukung

gerakan indie label di Indonesia.

sendiri dengan sedemikian rupa agar lingkungannya terlihat hidup seperti lingkungan-lingkungan lainnya. Jelas ia tak perlu lari atau pun mengurung diri dari lingkungan tempat tinggalnya, karena ia sudah memiliki lingkungan yang tak sunyi dan ia tak mungkin menghilang dari lingkungannya karena ia sadar lingkungannya sangat butuh kepada dirinya. Hhhaaa yoii yoaa ane puitis roman sekali..

Dan mungkin saja CMW alias ceseboe musik wanasaba, adalah salah satu bentuk penghias lingkugan wanasaba itu sendiri, siap akan meramaikan atau mengeksistensikan desa atau juga akan mengaktualkan anak-anak wanasaba itu sendiri, bukan saja di bidang seni musik tetapi lebih dari itu. Dan itu sudah mulai nyata terjadi, lihat saja adanya situs blog ini, adanya tulisan-tulisan ini, adanya desain grafis yang telah lama di pamerkan di mana saja, yang berbertuk sticker atau gambar dalam majalah dan yang lainnya yang akan menyatu menjadi satu-kesatuan wanasaba. Hhaaa ane lebay bro-bre.

Sejauh ini, ada beberapa orang anak wanasaba yang memiliki beckground berbeda yang tak ada sangkut-pautnya dengan musik atau tak mengerti tentang musik itu sendiri, tetapi mereka sangat respek yang antusias mengapresiasi terbentuknya komunitas musik ini. Mereka rela mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya yang sebenarnya sangat mahal bagi tempat kerja mereka termasuk uangnya sendiri, dan menyebut-nyebut uang ini ane pribadi sangat jijik sekali.

Suatu saat dan pasti, CMW tak sekedar komunitas musik, tetapi ia akan menjadi sebuah pergerakan atau kumpulan-kumpulan ekspresi semua anak muda wanasaba yang akan di lihat orang banyak di luar sana, melalui tingkah-tingakah kreatif yang di tampung atau di adopsinya. Wassalam.

Dan melalui CMW ini kita akan tunjukkan kepada orang-orang bahwa tanpa menghitung-hitung uang kita akan bisa jalan, kita akan pamer-pamer ekspresi dengan sangat puas kepada siapa-siapa saja bahwa rasa kekeluargaan itu gak serendah seperti yang yang telah diremehkan oleh orang-orang yang memang tak berpendidikan.

CMW CMW

13 18

CM

M

MUSIK ART MAGAZINE

Page 15: CMW Musik Magazine Edisi#03

;Sebaiknya siapa pun kita anak-anak muda wanasaba, jangan berkecil hati apalagi menjauh dengan sesuatu yang coba di bentuk oleh siapa-siapa saja dia dan dengan atas nama apa pun saja di desa sempit wanasaba ini, sebaiknya lekas merapat dalam keadaan apa pun itu, sebab dalam titikwaktu yang paling lama sekalipun, mau gak mau kita akan merasamemiliki dan dimiliki oleh sesuatu yang akan dan telah ada di lingkungan tempat tinggal kita sendiri.

Siapa pun anda, bajingan bangsat sekalipun, tetap saja anda adalah anak muda yang tetap diharapkan oleh lingkungan desanya dan sebaliknya engkau sangat membutuhkan lingkungan ini untuk bisa tumbuh berkembang.

Salah satu sifat lingkungan adalah

Mungkin saat ini, anda merasakan sebuah pemberontakan diri yang gak pasti, terbawa faktor eks atau bimbang dalam ego internal sikologi anda sendiri yang memvonis hal itu dengan kekeliruan alasan tak jelas dari gosip-gosip liar atau dari benak yang dangkal.

Lari maupun menghilang dari lingkungan sendiri adalah tingkah sia-sia percuma anak-anak muda yang paling konyol memilukan.

kejam yang sangat sadis. Selain teralienasi, juga raut keterisolasian adalah korban lingkungan yang paling nyata.

Dan orang-orang cerdas biasanya mampu menjinakkan lingkungannya, dengan kata lain lingkungan tunduk kepadanya. Ia melakukan sesuatu untuk menghiasi lingkungan, ia berusaha membentuk lingkungannya

Musisi oh Musisi… Banyak orang menganggapmu sebagai sekumpulan anak muda yang suka berfoya-foya, hura-hura, bukan pekerja keras, mempunyai pola hidup yang tidak teratur, dan predikat-predikat lain yang melekat pada musisi. Kok gitu ya? Kita akan membahas tentang kebiasaan baik musisi atau kebiasaan musisi yang positif.

Mungkin orang-orang yang menilai seperti itu melihat dengan sebelah mata dan dari 1 sudut pandang saja.. coba melihat dengan 2 mata dan melihat dari beberapa sudut pandang, maka mereka akan mendapatkan pendapat-pendapat baru yang sama sekali berbeda…

Ingat!!! Kita disini membahas tentang Musisi yang Profesional yang berkomitmen, mempunyai visi dan misi, dan selalu TAKE ACTION.Menyenangkan sekali rasanya saat bertemu Musisi yang Profesional, seorang Musisi yang Profesional pasti mempunyai Emosi yang Stabil, pasti Ramah, mempunyai raga yang Sehat.

Kebiasaan Baik Musisi sebagai berikut:1. Selalu Belajar, sehingga Mempunyai Wawasan yang baikWawasan mereka tentang Musik atau Sosial, Politik, Ekonomi, Kebudayaan patut diasungi jempol. Lah kenapa mereka (Musisi) mempunyai wawasan yang begitu luas? itu secara langsung atau tidak langsung sudah menjadi tuntutan bagi para Musisi untuk selalu mengembangkan kemampuannya dalam mencipta karya (lagu). Dengan bertambahnya wawasan maka berbagai ide dalam mencipta karya musik (lagu) juga semakin banyak.

2. Giat Bekerja dan BerkaryaKita harus bisa memposisikan Musik itu sebagai Pekerjaan atau Hobby, Kenapa? Biar nanti ada Prioritas, dan agar kedua-duanya (Musik sebagai Hobby dan Pekerjaan) bisa berjalan semua. Kalau Teman-teman

CMW CMW

1417

scratch for

Page 16: CMW Musik Magazine Edisi#03

CESEBOE MUSIKwanasaba

sudah menetapkan Prioritas, maka Teman-teman bisa menyikapinya.

Musisi yang baik harus mempunyai pekerjaan yang nyata, baik dibidang musik atau bidang pekerjaan yang lain. Kenapa? karena untuk menjadi seorang Musisi dibutuhkan pendanaan berupa materi (uang), bayangin aja peralatan dan perlengkapan seorang musisi seperti gitar, keyboard, drum dll, dan itu butuh uang untuk mendapatkannya. Maka Musisi harus bekerja keras untuk mendapatkan peralatan dan perlengkapan nya.Setelah mendapatkan peralatan-perlengkapan, langkah selanjutnya adalah berkarya. Bukan seorang Musisi kalau tanpa karya. Musisi dikenal dari karyanya (Bongky BIP).

3. Bersosialisasi dengan baikJauhkanlah sifat-sifat iri, dengki, hasut, fitnah. karena sifat itu akan menjauhkan kita dari masyarakat. Apalah arti seorang Musisi tanpa Masyarakat/orang-orang yang menyukai dan mendukungnya? tak berarti…Musisi yang baik mempunyai kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan dengan baik, karena sebenarnya Gelar Musisi itu sendiri adalah pemberian dari Lingkungan/Masyarakat yang mengenal karya seni (lagu) kita.4. Mendekatkan diri dengan PenciptaAspek Spiritual adalah faktor utama yang membuat seorang Musisi mendapatkan Kesuksesan. Karena hanya dengan ijin-Nya semua mungkin terjadi, termasuk kesuksesan seorang Musisi.Jika ada yang bertanya “banyak Musisi yang jauh dari Pencipta tapi masih Sukses, kalau begitu apa bedanya antara Dekat atau Jauh dari Pencipta?” ya jelas ada bedanya, Musisi yang Dekat dan Jauh dari Pencipta mempunyai kesempatan yang sama untuk mencapai kesuksesan, bedanya adalah ketenangan bathin ketika mencapai Kesuksesan… Itulah beberapa kebiasaan baik musisi yang profesional yang patut ditiru..Pasti Bermanfaat…SMANGAD!!!

CMW CMW

15 16

ladang KREATIFitasladang KREATIFitas

media anak mudanya wanasaba dalam tingkah yang positif

LAHAN BERMUSIK