Top Banner

of 196

CITRA R. LESTARI (2101411079)

Apr 06, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    1/196

    1

    TUGAS MEMBACA

    Disusun untuk Memenuhi Nilai Ujian Akhir Semester Satu Mata Kuliah Membaca

    Disusun Oleh:

    Citra Rizky Lestari2101411079

    Rombel 3

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2011

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    2/196

    2

    BAB 1 JENIS-JENIS MEMBACA

    1.1 Pengertian Membaca1.1.1Membaca Sebagai Proses1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

    1.2 Membaca Intensif1.2.1 Membaca Telaah Isi

    1.2.1.1 Membaca Teliti

    1.2.1.2 Membaca Pemahaman

    1.2.1.3 Membaca Kritis

    1.2.1.4Membaca Ide1.2.2Membaca Telaah Bahasa

    1.2.2.1 Membaca Bahasa

    1.2.2.2 Membaca Sastra

    1.3 Membaca Ekstensif1.3.1 Membaca Survai1.3.2 Membaca Sekilas1.3.3 Membaca Dangkal

    BAB 2 RETORIKA MEMBACA

    2.1 Pengertian2.2 Model Membaca

    2.2.1Model Membaca Atas Bawah2.2.2Model Membaca Bawah Atas2.2.3Model Membaca Timbal Balik2.2.4Perbedaan MMAB, MMBA, MMTB

    2.3 Pendekatan dalam Model Membaca

    BAB 3 TEKNIK MEMBACA

    3.1Teknik Dasar3.1.1Teknik Tertib3.1.2Teknik Taktertib3.1.3Teknik Campuran

    3.2Teknik Menengah3.2.1Close Reading3.2.2Close Prosedur

    3.3Teknik Lanjutan3.3.1Teknik Skimming3.3.2Teknik Scanning

    BAB 4 METODE MEMBACA

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    3/196

    3

    4.1 Metode Dasar

    4.1.1 Metode Abjad dan Bunyi

    4.1.2 Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Lembaga

    4.1.3 Metode Global

    4.1.4 Metode SAS

    4.2 Metode Menengah

    4.2.1 Metode Kata

    4.2.2 Metode Frase

    4.2.3 Metode Kalimat

    4.2.4 Metode Paragraf

    4.3 Metode Lanjutan

    4.3.1 Metode S-D4

    4.3.2 Metode P2R

    4.3.3 Metode S2QR

    4.3.4 Metode GDIP

    4.3.5 Metode PACER

    4.3.6 Metode SQ3R

    4.3.7 Metode PQ3R

    4.3.8 Metode PQRST

    4.3.9 Metode SUPER SIX Re

    4.3.10Metode OK5R

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    4/196

    4

    BAB 1

    JENIS-JENIS MEMBACA

    1.1 Pengertian Membaca

    Bagi masyarakat yang hidup dalam babakan pasca industri, atau yang lazim disebut

    era sumber daya manusia, atau era sibermatika, seperti sekarang ini, kemahiran membaca dan

    menulis atau yang lazim disebut literacy memang telah dirasakan sebagai conditio sine

    quanon alias prasyarat mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Sebagai sebuah bukti,

    konon para ahli ekonomi telah membuat prakiraan bahwa kehidupan perekonomian

    mendatang akan menemukan sumber kekuatannya pada kegiatan-kegiatan yang bertalian

    dengan suatu sumber daya yang hanya ada pada manusia, yakni daya nalarnya. Sebab daya

    nalar tersebut merupakan sumber utama yang dimiliki oleh manusia untuk berkreasi dan

    beradaptasi agar mereka mampu memacu kehidupan dalam jaman teknologi yang semakin

    canggih dan berkembang ini. Nalar manusia akan berkembang secara maksimal jika ia diasah

    melalui pendidikan. Dan jantung dari pendidikan adalah kegiatan berliterasi atau kegiatan

    baca-tulis. Dengan demikian kedudukan kemahiran berliterasi pada abad informasi seperti

    sekarang ini sesungguhnya merupakan modal utama bagi siapa saja yang berkehendak

    meningkatkan kemampuan serta kesejahteraan penghidupannya.

    Dalam dunia pendidikan kemahiran berliterasi merupakan hal yang sangat

    fundamental. Sebab semua proses belajar sesungguhnya didasarkan atas kegiatan membaca

    dan menulis, juga dengan melalui kegiatan literasi membaca dan menulislah kita dapat

    menjelajahi luasnya dunia ilmu yang terhampar luas dari berbagai penjuru dunia dan dari

    berbagai babakan jaman. Dengan demikian, dunia pendidikan dan persekolahan memiliki

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    5/196

    5

    tugas untuk mengupayakan kehadiran salah satu aspek keterampilan berbahasa ini kepada

    para siswanya.

    Hingga saat ini cukup banyak pengertian atau definisi yang telah dikemukakan oleh

    para pakar tentang membaca. Dari berbagai pengertian dan definisi membaca tersebut kita

    dapat mengklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar. Pertama, pengertian membaca yang

    ditarik sebagai interpretasi pengalaman membaca itu bermula dengan penemuan waktu dan

    berawal dengan pengelolaan tanda-tanda berbagai benda (membaca itu berawal dengan tanda

    dan pertanda). Kedua, definisi atau pengertian membaca yang ditarik dari interpretasi

    lambang grafis; membaca merupakan upaya memperoleh makna dari untaian huruf tertentu.

    Dan ketiga, definisi atau pengertian membaca yang ditarik dari keduanya, yakni membaca

    merupakan perpaduan antara pengalaman dan upaya memahami lambang-lambang grafis atau

    dari halaman bercetakan. Jika dihubungkan dengan masalah pembelajarannya, setiap definisi-

    definisi membaca tersebut sudah barang tentu senantiasa berimplikasi. Sebagai seorang guru

    atau calon guru kita perlu memahami implikasi-implikasi tersebut.

    Membaca merupakan suatu proses komunikasi antara pembaca dan peenulis dengan

    bahasa tulis. Hakikat membaca ada tiga hal, yaitu afektif, kognitif, dan bahasa. Perilaku afekti

    mengacu pada perasaan, perilaku kognitif mengacu pada pikiran, dan perilaku bahasa

    mengacu pada bahasa anak.1

    Membaca sebagai suatu proses penciptaan makna terhadap segala sesuatu yang ada

    dalam lingkungan tenpat pembaca mengembangkan suatu kesadaran.2

    1Kolker 1893:3

    2Doglass (dalam Cox 1988:6)

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    6/196

    6

    Dalam pengertian lain disebutkan bahwa membaca merupakan proses transaksional.

    Proses membaca meliputi langkah-langkah selama pembaca pengkonstruk makna melalui

    interaksinya dengan teks bacaan atau pembaca saja.3

    Membaca merupakan rangkaian respon yang kompleks, di antaranya mencakup

    respon kognitif, sikap, dan manipulatif. Membaca tersebut dapat dibagi menjadi beberapa sub

    keterampilan, yang meliputi: sensori, persepsi, sekuensi, pengalaman, berpikir, belajar,

    asosiasi, afektif, dan konstriktif. Aktivitas membaca dapat terjadi jika beberapa sub

    keterampilan tersebut dilakukan secara bersama-sama dalam suatu keseluruhan yang

    terpadu.4

    Setelah dilihat dari sudut pandang beberapa ahli, dapat diserap berbagai pemahaman

    kompleks mengenai definisi membaca, diharapkan dengan banyaknya referensi mengenai

    pengertian membaca kita dapat lebih memahami untuk apa, bagaimana, dan seperti apa

    membaca pada hakikatnya. Atas dasar pemahaman konsep apa itu membaca, kita dapat

    mengambil sikap cerdas dan kritis atas penguasaan diri kita dalam membaca agar output dari

    proses membaca yang kita lakukan dapat maksimal. Berbagai metode dan teknik dilakukan

    untuk mengoptimalkan proses membaca agar tujuan yang diharapkan berhasil. Untuk

    menikmati proses membaca tersebut, kita perlu mengubah pola pikir kita bahwa membaca

    merupakan kebutuhan, bukan tuntutanseperti yang orang anggap selama ini.

    Membaca merupakan aspek berbahasa yang paling bermanfaat. Tujuan dari membaca

    antara lain untuk mendapatkan informasi, gagasan, pendapat, pesan yang disampaikan

    penulis melalui lambang-lambang grafis yang sudah dikenal. Melalui kegiatan membaca akan

    memperoleh informasi dari belahan dunia. Dalam hidup melibatkan membaca dan semakin

    3Rosenblatt (dalam Tompikns 1911:267)

    4Fredick Mc Donald (dalam Burns 1966:8)

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    7/196

    7

    kesini membaca menjadi semakin penting. Disamping itu kemampuan membaca merupakan

    tuntutan kehidupan sehari-hari manusia.5

    Membaca merupakan proses akomodasi antara penerimaan dan penguasaan atas

    sebuah bahasa tulis yang dirangkai menjadi suatu makna yang mempunyai tujuan untuk

    disampaikan kepada pembaca dalam hal ini menjadi objek sasaran bahasa tersebut. 6

    1.1.1 Membaca Sebagai Proses

    Membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan suatu sintesis

    berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap pembaca yang aktif. Proses membaca

    yakni membaca sebagai proses psikologi, membaca sebagai proses sensori, membaca sebagai

    proses perseptual, membaca sebagai proses perkembangan, dan membaca sebagai proses

    perkembangan keterampilan.

    Sebagai proses psikologi membaca itu perkembangannya akan dipengaruhi oleh hal-

    hal yang sifatnya psikologi pembaca, seperti intelegensi, usia mental, jenis kelamin, tingkat

    sosial ekonomi, bahasa, ras, kepribadian, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi,

    tingkat kemampuan membaca. Di antara faktor-faktor tersebut menurut Harris (1970), bahwa

    faktor terpenting dalam masalah kesiapan membaca yaitu intelegensi umum.

    Membaca sebagai proses sensoris mengandung pengertian bahwa kegiatan membaca

    itu dimulai dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra penglihatan mata. Setelah dilakukan

    pemaknaan atau pengucapan terhadapnya. Pernyataan membaca sebagai proses sensoris

    tidak berarti bahwa membaca merupakan proses sensoris semata-mata. Banyak hal yang

    5Rahim 2008:11

    6Citra R. Lestari

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    8/196

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    9/196

    9

    kebiasaan membaca yang jelek, dan minimnya pengetahuan tentang cara membaca cepat dan

    efektif.

    Faktor yang mempengaruhi kemampuan serta minat baca dapat diklasifikasikan ke

    dalam dua kategori, yaitu

    a. Faktor intrinsik

    Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri pembaca, melipiti kepemilikan

    kompetensi bahasa si pembaca, minat, motivasi, dan kemampuan membacanya.

    b. Faktor ekstrinsik

    Merupakan faktor yang berasal dari luar diri pembaca, antara lain unsur-unsur yang

    berasal dari dalam teks bacaan (misal keterbacaan, organisasi teks, wacana) dan unsur yang

    berkenaan dengan fasilitas, guru, model pengajaran)7

    Beberapa penyebab kesukaran memahami isi bacaan berakar pada kebiasaan baca

    yang salah. Kebiasaan-kebiasaan yang dimaksud meliputi:

    a. Terlalu banyak memperhatikan butir demi butir informasi sehingga gagal memberimakna pada teks

    b. Kurang memberi perhatian kepada detail, sehingga meskipun maksud umum bacaantertangkap secara utuh namun gagal dalam memahami butir-butir tertentu, dengan

    demikian unsur-unsur kecil dalam bacaan seperti kata hubung, kata ingkar, kata modal,

    luput dari perhatian pembaca

    7Pearson (dalam Hafni 1981:2-3)

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    10/196

    10

    c. Terlalu imajinatif, terutama jika pembaca menganggap telah mengetahui topik tertentudalam bahan bacaan atau mempunyai pendapat yang kuat tentang topik tersebut, dengan

    demikian pembaca akan menafsirkan makna teks dari sudut pandangnya sendiri

    d. Kalimat-kalimat yang tersaji dalam teks mempunyai tingkat kompleksitas tinggi,keruwetan sintaksis dapat menyebabkan kesulitan pembacanya

    e. Gaya penulisan yang bertipe mengulang-ulang gagasan dengan ungkapan-ungkapandengan kata-kata khusus juga menyulitkan bagi pembacanya

    f. Gaya pengungkapan pokok pikiran penting secara tidak langsung yang mengharuskanpembaca mengambil inferensi atas informasi-informasi yang tidak tersirat dalam bacaan,

    juga menimnulkan kesulitan bagi pembacanya

    g. Penggunaan kata yang tidak akrab bagi pembacanya juga merupakan kendala bagipembaca untuk memahami isi dari bacaan8

    1.2 Membaca Intensif

    Membaca intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami suatu teks secara

    tepat dan akurat. Kemampuan membaca intensif adalah kemampuan memahami detail secara

    akurat, lengkap, dan kritis terhadap fakta, konsep, gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan

    perasaan yang ada pada wacana tulis.

    Membaca Intensif adalah suatu aktivitas membaca yang sangat membutuhkan

    kecermatan dan ketajaman piker dan merupakan kunci mendapatkan ilmu pengetahuan.9

    8Swan 1979

    9Suyatmi dan Mujiyanto 1989:85-86

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    11/196

    11

    Membaca intensif sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk belajar. Dengan

    keterampilan membaca intensif pembaca dapat memahami baik pada tingkatan lateral,

    interpretatif, kritis, dan evaluatif.

    Aspek kognitif yang dikembangkan dengan berbagai teknik membaca intensif tersebut

    adalah kemampuan membaca secara komprehensif. Membaca komprehensif merupakan

    proses memahami paparan dalam bacaan dan menghubungkan gambaran makna dalam

    bacaan dengan skemata pembaca guna memahami informasi dalam bacaan secara

    menyeluruh.

    Kemampuan membaca intensif mencakup

    a. kemampuan pemahaman literal,b. pemahaman inferensial,c. pemahaman kritis,d. pemahaman kreatif.

    Karakteristik membaca intensif mencakup

    a. membaca untuk mencapai tingkat pemahaman yang tinggi dan dapat mengingat dalamwaktu yang lama,

    b. membaca secara detail untuk mendapatkan pemahaman dari seluruh bagian teks,c. cara membaca sebagai dasar untuk belajar memahami secara baik dan mengingatlebih lama,

    d. membaca intensif bukan menggunakan cara membaca tunggal (menggunakanberbagai variasi teknik membaca seperti scanning, skimming, membaca komprehensif,

    dan teknik lain),

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    12/196

    12

    e. tujuan membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detaildengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga

    pemahaman keseluruhan isi wacana,

    f. kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa membaca kalimat-kalimat dalam tekssecara cermat dan penuh konsentrasi. Kecermatan tersebut juga dalam upaya menemukan

    kesalahan struktur, penggunaan kosakata, dan penggunaan ejaan/tanda baca,

    g. kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif,h. kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa mengubah/menerjemahkan wacana-wacana tulis yang mengandung informasi padat menjadi uraian (misalnya: membaca

    intensif tabel, grafik, iklan baris, dan sebagainya).

    1.2.1 Membaca Telaah Isi

    Membaca telaah isi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menelaah

    isi bacaan. Membaca teliti atau pemahaman ialah kegiatan membaca yang bertujuan untuk

    memperoleh pengertian atau memahami bahan bacaan secara cepat dan tepat.

    Dalam membaca pemahaman ada beberapa aspek yang diperlukan, antara lain

    a. Seorang pembaca harus mempunyai kosa kata yang banyak.b. Memiliki kemampuan menafsirkan makna katac. Memiliki kemampuan ide pokokd. Memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    13/196

    13

    1.2.1.1 Membaca TelitiMembaca teliti adalah membaca yang dilakukan secara seksama dan dalam membaca

    ini memerlukan keterampilan-keterrampilan. Keterampilan-keterampilan itu diantaranya:

    a. Survey cepat untuk melihat organisasi dan pendekatan umum.b. Membaca seksama dan membaca ulang paragraft untuk menentukan kalimat judul.c. Penemuan hubungan paragraft dengan keseluruhan tulisan membaca teliti mencakup

    membaca paragraft dengan pengertian membac pilihan yang lebih panjang, membuat catatan,

    dan meneelaah tugas.

    Dalam metode membaca menelaah ini terdiri atas lima tahap:

    a. Surveyadalah kegiatan membaca sepintas sepintas hal-hal yang pokok dalam table. Manfaat

    mensurvey juduladalaah untuk memahami pesan secar utuh dan menyeluruh. Pembaca harus

    meresapi judul yang disurvey karena judul merupakan ringkasan yang padat tentang

    informasi yang disampaikan penulis.

    b. Questionadalah tahap kedua dari SQ3R yang berupa kegiatan pembaca menyusun pertanyaan-

    pertanyaan. Pertanyaan dibuat berdasarkan perkiraan-perkiraan pembaca sewaktu melakukan

    survey. Pertanyaan muncul karena keinginan pembaca untuk mengetahui sesuatu hal yang

    diperkirakan terdapat dalam bacaan. Sebaiknya pertanyaan-pertanyaan itu dicatat agar tidak

    lupa dan tidak membebani pembaca untuk mengingat-ingat pertanyaan yang dapat

    menganggu konsentrasi pada waktu membaca.

    c. Reading

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    14/196

    14

    adalah tahap ketiga dari SQ3R yang berupa kegiatan untuk membaca bacaan. Tahap ini

    merupakan tahap terpenting dari metode ini. Pada tahap ini pembaca melakukan kegiatan

    membaca secara menyeluruh yaitu membaca bab demi bab dan bagian demi bagian. Untuk

    memperlancar proses membaca pembaca memfokuskan pada kata-kata kunci, pikiran-pikiran

    pokok yang terdapat dalam bacaan dan simpulan yang dibuat penulis. Dalam membaca

    d. Reciteadalah tahap keempat dari metode SQ3R yang berupa kegiatan membaca untuk

    menceritakan kembali isi bacaan yang telah dibaca dengan kata-kata sendiri. Tahap ini

    dilakukan apabila pembaca sudah merasa yakin bahwa pertanyaan yang telah dirumuskan

    pada tahap question bias dijawab dan dapat menceritakan dengan benar mengenai bacaan

    yang telah dibacanya. Tingkat kesulitan dan panjang pendeknya bacaan menjadi

    pertimbangan dalam melakukan recite. Sebaiknya recite dilakukan secara tulis, bukan lisan,

    dan recite berupa ikhtisar.

    e. Reviewadalah tahap akhir dari metode SQ3R yang berupa membaca kegiatan membaca untuk

    memeriksa ulang bagian-bagian yang telah dipahami dan dibaca. Meninjau ualan tidak sama

    dengan membaca ulang. Membaca ulang merupakan kegiatan membaca untuk mengulang

    membaca bacaan yang telah dibaca secara teliti. Sedangkan meninjau ulang merupakan

    merupakan kegiatan untuk melihat-lihat bagian-bagian bacaan secara cepat kilat. Bagian yang

    ditinjau ulang adalah misalnya Judul, Sub Judul, gambar, diagram, dan pertanyaan-

    pertanyaaan yang ada dibuku.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    15/196

    15

    1.2.1.2 Membaca Pemahaman

    Membaca pemahan merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya

    adalah memahami bacaan secara tepat dan cepat. Sejumlah aspek yang perlu diperlukan

    pembaca dalam membaca pemahaman adalah:

    a. memiliki kosa kata yang banyakb. memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacanac. memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjangd.

    memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian

    e. memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan101.2.1.3 Membaca Kritis

    Membaca kritis ialah kegiatan membaca dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang

    rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis.

    Membaca kritis berusaha memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dalam membaca kritis,

    pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis.

    Aspek membaca kritis yang dikaitkan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom,

    sebagai berikut ini.

    1. Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengana. mengenali ide pokok paragrafb. mengenali tokoh cerita dan sifatnyac. menyatakan kembali ide pokok paragrafd. menyatakan kembali fakta bacaane. menyatakan kembali fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter tokoh, dll.10Kamijan 1966

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    16/196

    16

    2. Kemampuan menginterpretasi makna tersirat ditandai dengana. menafsirkan ide pokok paragrafb. menafsirkan gagasan utama bacaanc. membedakan fakta/detail bacaand. menafsirkan ide-ide penunjange. memahami secara kritis hubungan sebab akibatf. memahami secara kritis unsur-unsur pebandingan.

    3. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ditandati dengan

    a. mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaanb. menerapkan konsep-konsep/gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yangproblematis

    c. menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi

    4. Kemampuan menganalisis ditandai dengan

    a. memeriksa gagasan utama bacaanb. memeriksa detail/fakta penunjangc. mengklasifikasikan fakta-faktad. membandingkan antar gagasan yang ada dalam bacaane. membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan

    5. Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    17/196

    17

    a. membuat simpulan bacaanb. mengorganisasikan gagasan utama bacaanc. menentukan tema bacaand. menyusun kerangka bacaane. menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulanf. membuat ringkasan

    6. Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan

    a. menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhanb. menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opinic. menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasipengarang

    d. menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasane. menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yangdibuat

    f. menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa, ataupenyusunan kalimatnya.11

    1.2.1.4 Membaca Ide

    Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh,

    serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan

    1.2.2 Membaca Telaah Bahasa

    11Nurhadi 1987

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    18/196

    18

    Membaca telaah bahasa adalah suatu keterampilan membaca dengan cara membaca

    dari segi isi dan bahasa suatu bacaan sehingga mencerminkan keindahan.

    1.2.2.1 Membaca BahasaMembaca bahasa adalah suatu keterampilan membaca suatu bahasa bersifat

    khusus, misal: bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan lain-lain. Tujuan utama membaca

    bahasa adalah

    a. Memperbesar Daya Kata Ragam bahasa (bahasa formal, informal, percakapan, vulgar, slang, dan bahasa teknis) Makna kata dari konteks(pragmatik) Bagian kata (nomina, verba, adjektiva, keterangan) Penggunaan kamus Makna varian (semantik) Idiom (ungkapan) Sinonim dan antonim Konotasi dan denotasi Derivasi (asal usul kata)

    b. Mengembangkan Kosakata Kritik Bahasa kritik sastra, menggunakan kata-kata yang tepat dan mengandung penilaian

    sehingga menguatarakan informasi khusus kepada orang lain agar mengetahui

    beberapa alternatif dari suatu kata

    Memetik makna dari konteks, makna designatif yaitu sejumlah karakteristik harusdimiliki oleh sesuatu yang dirujuk, denotasi, dan konotasi

    Petunjuk konteks, melalui a. Definisi, b. Contoh, c. Uraian baru (tanda baca kurungatau tanda pisah), d. Mempergunakan pengubah (memperkenalkan secara langsung

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    19/196

    19

    suatu istilah dengan menggunakan tanda baca koma), e. Mempergunakan koma

    (mempertentangkan)

    1.2.2.2 Membaca SastraMembaca sastra adalah suatu keterampilam membaca hasil karya sastra seperti

    cerpen, novel, novelet, dan lain sebagainya. Seorang pembaca sastra harus mengetahui hal

    berikut

    a. Bahasa Ilmiah dan Bahasa SastraBahasa ilmiah umumnya menggunakan kata yang bersifat denotatif, sedangkan

    bahasa sastra biasanya menggunakan bahasa yang bersifat konotatif

    b. Gaya Bahasa Perbandingan

    o Metafora, Nani jinak-jinak merpatio Kesamaan, Mereka bak batu-batu yang tanduso Analogi, Agama sejati dibendung, aliran-aliran politik dibandung

    Hubungano Metonimia, Karet bagi penghapus pensil terbuat dari kareto Sinekdoke, Berjuta mulut yang harus diberi makan oleh pemerintah

    Pernyataano Hiperbolao Litotes, Datanglah ke gubuk kami inio Ironi, suaramu bagaikan petir yang menggelegar sehingga memek

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    20/196

    20

    1.3 Membaca Ekstensif

    Membaca ektensif merupakan membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak

    mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Yang dimaksud proses membaca

    secara luas yaitu bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya, serta waktu membaca cepat

    dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah sekedar memahami isi yang penting dari

    bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan singkat.12

    Membaca ekstensif meliputi:

    1.3.1 Membaca Survai (Survey Reading)Membaca survai adalah kegiatan membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap

    bahan bacaan yang akan dibaca lebih mendalam. Kegiatan membaca survai merupakan

    pendahuluan dalam membaca intensif

    Yang dilakukan seseorang ketika membaca survai adalah sebagai berikut:

    Memeriksa judul bacaan/ buku, kata pengantar, daftar isi, dan melihat abstrak (jikaada)

    Memeriksa bagian terakhir dan isi (kesimpulan) jika ada Memeriksa indeks dan apendiks (jika ada)

    1.3.2 Membaca SekilasMembaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan

    mengandalkan kecepatan gerak mata dalam melihat dan memerhatikan bahan tertulis yang

    dibaca dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.

    Metode yang digunakan dalam melatihkan membaca cepat adalah:

    Metode kosakata, metode yang berusaha untuk menambah kosakata

    12Tarigan (1984:11)

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    21/196

    21

    Metode motivasi, metode yang berusaha menambah motivasi pembaca (pemula) yangmengalami hambatan

    Metode gerak mata, metode yang mengembangkan kecepatan membaca denganmeningkatkan kecepatan gerak mata

    1.3.3 Membaca Dangkal (Superficial Reading)Membaca dangkal pada hakikatnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang

    dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bacaan. Membaca jenis ini

    biasanya dilakukan seseorang demi kesenangan, kegembiraan atau sebagai pengisi waktu

    senggang.

    Perbedaan membaca Intensif dan Ekstensif

    Intensif Ekstensif

    1. Teliti 1. Cepat

    2. Terbatas 2. Terbatas

    3. Seksama 3. Waktu Singkat4. Pemahaman mendetail 4. Jangkauan Luar

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    22/196

    22

    BAB 2

    RETORIKA MEMBACA

    2.3 Pengertian

    Retorika mula-mula tumbuh dan berkembang pada abad V Sebelum Masehi di Yunani. Pada

    mulanya retorika diberi pengertian oratoria atau seni berpidato. Orang yang paling pertama

    memperkenalkan oratoria adalah orang Yunani Sicilia, walaupun tokoh pendiri oratoria adalah orang

    dari Sirakusa yang bernama Corax. Ia memperkenalkan seni berpidato pada tahun 500 Sebelum

    Masehi.

    Pada zaman Yunani kuno pertumbuhan retorika difokuskan pada seni berpidato. Hal tersebut

    terjadi karena publikasi secara meluas mengenai hasil pemikiran atau gagasan hanya dapat dilakukan

    melalui sarana lisan. Publikasi secara tulis belum dapat dilakukan sebab belum ada percetakan. Yang

    dapat digunakan dalam memecahkan masalah atau penyebaran informasi yang melibatkan banyak

    orang atau kepada massa pada waktu itu hanyalah dengan bahasa lisan, yaitu berpidato. (Haryadi

    2006: 1)

    2.4 Model Membaca

    Model membaca mempunyai hubungan yang erat dengan proses membaca. Kajian

    yang sistematis mengenai proses membaca dimulai sejak tahun 1990-an. Pada waktu itu,

    proses membaca merupakan fokus perhatian para ahli psikologi eksperimental. Sebelumnya,

    yaitu tahun 1950 dan 1960-an, fokus pakar tertuju pada kajian definisi dan penjelasan tentang

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    23/196

    23

    membaca. Kajian mengenai model-model membaca dan teori membaca baru muncul sejak

    tahun 1970-an. Model dan teori membaca muncul berdasarkan pandangan dari ahli psikologi

    (perkembangan dan kognitif), proses informasi, psikolinguistik, dan linguistik.

    Model membaca yang lahir dari penelitian tersebut ternyata banyak.walaupun banyak,

    model membaca dapat diklasifikasi menjadi tiga model, yaitu model membaca atas bawah,

    model membaca bawah atas, dan model membaca timbal balik. (Harjasujana dan Sujati 1997:

    28).

    Haryadi (dalam Retorika Membaca 2006:5) menjelaskan pengertian model bahwa

    Model merupakan sistem atau cara kerja dari sesuatu yang dibuat. Cara kerja yang diciptakan

    didasarkan atas asumsi atau tesis yang dianut. Asumsi yang dianut merupakan pendekatan.

    Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa model muncul berdasarkan pendekatan yang dianut

    atau dipakai.

    Apakah pendekatan itu? Dalam pembelajaran, penegrtian pendekatan sering kali

    disamakan atau disinonimkan dengan pengertian metode dan pengertian metode

    disinonimkan dengan teknik. Sebenarnya, ketiga istilah tersebut adalah berbeda, hanya saja

    perbedaannya tidak terlalu jelas jika kita kurang cermat dalam menggunakan istilah-istilah

    tersebut. Oleh karenanya, dalam pemakaian ketiga istilah tersebut tumpang tindih.

    Ketumpangtindihan terjadi dalam tatanan persepsi dan tatanan produksi.

    Sampai sekarang di kalangan guru sekolah masih hidup suatu keyakinan, bahwa

    pandangan seseorang terhadap suatu teori tertentu akan melandasinya dalam bersikap dan

    bertindak. Pandangan ini disitir dari pernyataan Wardhaugh (1969), yang berarti kira-kira

    sesungguhnya bagi guru sekolah tidak ada yang lebih praktis daripada suatu teori yang

    baik. Pengajaran yang baik ialah pengajaran yang didasari oleh suatu pemahaman dan

    pengertian teoretis yang baik terhadap suatu teori tertentu.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    24/196

    24

    Teori adalah penjelasan yang abstrak tentang suatu kejadian tertentu atau tentang

    seperangkat fenomena. Sebagai contoh, ambilah teori kinetik tentang gas yang menjelaskan

    pola gas di alam ini. Teori ini menganut pandangan bahwa gas itu tersusun atas partikel-

    partikel yang bergerak terus-menerus. Istilah teori mempunyai kedekatan makna dengan

    istilah model. Model dapat diartikan sebagai definisi operasional tentang suatu teori tertentu.

    Kembali kepada contoh kita tentang teori kinetik. Teori kinetik mengenai gas

    mempunyai banyak model. Namun, tidak selayaknya dibicarakan di sini semuanya. Untuk

    memahami arti kata model baiklah kita ambil suatu contoh saja. Model yang paling umum

    diterima adalah model yang menyatakan bahwa pola gas itu merupakan suatu fungsi efek

    tekanan, panas, dan volume terhadap molekul-molekul gas tertentu. Teori kinetik untuk gas

    itu, baik teorinya sendiri maupun modelnya, kedua-duanya mempunyai sifat yang formal,

    cermat, dan spesifik, meliputi sejumlah hukum yang valid, yang bisa dinyatakan dengan

    rumus yang dikenal dan bisa dipahami oleh siswa tingkat lanjutan atas.

    Dalam bab ini anda akan memperoleh keterangan tentang teori dan model membaca

    yang mempunyai sifat yang tidak sama dengan teori dan model yang telah disinggung di atas

    tentang teori kinetik itu. Model-model membaca tersebut mempunyai pengaruh yang penting

    terhadap pengajaran membaca. Karenanya anda perlu mempelajarinya dengan baik. Sayang,

    uraian mengenai hal ini belum ada yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Mudah-mudahan

    dengan mempelajari bab ini anda akan memperoleh gambaran yang cukup baik tentang

    model-model membaca.

    Para ahli membaca mencari penjelasan yang lebih terinci mengenai proses membaca

    dan penjelasan teoretisnya mengenai hal tersebut. Model membaca itu ternyata tidak hanya

    satu melainkan banyak model. Namun, model-model proses membaca tersebut tampaknya

    dapat dikelompokkan ke dalam tiga klasifikasi model.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    25/196

    25

    2.2.1 Model Membaca Atas Bawah (MMAB)

    Teori ini dikenal sebagai model psikolinguistik dalam membaca dan teori ini

    dikembangkan oleh Goodman (1976). Model ini memandang kegiatan membaca sebagai

    bagian dari proses pengembangan skemata seseorang yakni pembaca secara stimultan (terus-

    menerus) menguji dan menerima atau menolak hipotesis yang ia buat sendiri pada saat proses

    membaca berlangsung. Pada model ini, informasi grafis hanya digunakan untuk mendukung

    hipotesa tentang makna. Pembaca tidak banyak lagi membutuhkan informasi grafis dari

    bacaan karena mereka telah memiliki modal bacaan sendiri untuk mengerti bacaan. Proses

    membaca model ini dimulai dengan hipotesis dan prediksi-prediksi kemudian

    memverifikasinya dengan menggunakan stimulus yang berupa tulisan yang ada pada teks.

    Inti dari model membaca atas bawah adalah pembaca memulai proses pemahaman

    teks dari tataran yang lebih tinggi. Pembaca memulai tahapan membacanya dengan membaca

    prediksi-prediksi, hipotesis-hipotesis, dugaan-dugaan berkenaan dengan apa yang mungkin

    ada dalam bacaan, bermodalkan pengetahuan tentang isi dan bahasa yang dimilikinya. Untuk

    membantu pemahaman dengan menggunakan teori ini, pembaca menggunakan strategi yang

    didasarkan pada penggunaan petunjuk semantik dan sintaksis, artinya untuk mendapatkan

    makna bacaan, pembaca dapat menggunakan petunjuk tambahan yang berupa kompetensi

    berbahasa yang ia miliki. Jadi, kompetensi berbahasa dan pengetahuan tentang apa saja

    memainkan peran penting dalam membentuk makna bacaan.

    Jadi menurut model membaca atas-bawah dapat disimpulkan bahwa pengetahuan,

    pengalaman dan kecerdasan pembaca diperlukan sebagai dasar dalam memahami bacaan.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    26/196

    26

    Model membaca atas bawah ini berpijak pada teori psikolinguistik, mengenai

    interaksi antara pikiran dan bahasa. Goodman (1967) bependapat bahwa membaca itu

    merupakan proses yang meliputi penggunaan isyarat kebahasaan yang dipilih dari masukan

    yang diperoleh melalui persepsi pembaca. Pemilihannnya itu dilakukan dengan kemampuan

    memperkirakan. Ketika informasi itu di proses, terjadilah keputusan-keputusan sementara

    untuk menerima, menolak atau memperhalus. MMBA menggunakan informasi grafis itu

    hanya untuk mengukung atau menolak hipotesis mengenai makna.

    Makna diperoleh dengan menggunakan informasi yang perlu saja dari system isyrat

    semantik, sintaksis, dan grafik. Isyarat grafik diturunkan dari media cetak, isyarat-isyarat

    lainnya berasal dari kebahasaan pembaca, pembaca mengembangkan berbagai strategi untuk

    memillih isyarat grafis yang paling berguna, setelah pembaca menjadi semakin terampil,

    informasi grafis itu semakin berkurang pula perlunya, sebab pembaca telah memiliki

    perbendaharaan kata dan konsep-konsep yang semakin kaya. Strategi-strategi untuk membuat

    perkiraan yang didasarkan pada penggunaan isyarat semantic dan sintaksis, memungkinkan

    pembaca untuk memahami materi dan umtuk mengantisipasi apa yang tampak berikutnya di

    dalam materi cetak yang sedang dibaca.

    2.2.2 Model Membaca Bawah Atas (MMBA)

    Pada model membaca bawah atas stuktur-struktur yang ada dalam teks itu dianggap

    sebagai unsure yang memainkan peran utama, sedangkan struktur-struktur yang ada dalam

    pengetahuan sebelumnya merupakan hal yang sekunder. MMBA pada dasarnya merupakan

    proses penerjemahan dekode dan encode. Decode adalah kegiatan mengubah tanda-tanda

    menjadi berita. Encode ialah kegiatan mengubah berita menjadi lambing-lambang. Pada

    MMBA pembaca mulai dengan hurufhuruf atau unit-unit yang lebih besar, dan setelah itu

    barulah ia melakukan antisipasi terhadap kata-kata yang diejanya itu.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    27/196

    27

    Teori proses informasi (cough) bepandapat bahwa membaca itu pada dasarnya adalah

    penerjenahan lambang grafik kedalam bahasa lisan. Mempelajari apa yang dikatakan

    lambang tercetak merupakan kegiatan satu-satunya dalam proses membaca. Menrut MMBA,

    tugas pertama seorang pembaca ialah mendekode lambang-lambang tertulis itu menjadi

    bunyi-bunyi bahasa. Peran pembaca bersifat relative pasif dalam proses penerjemahan itu.

    Satu-satunya pengetahuan yang didiapkan ialah pengetahuan tentang hubungan antara

    lambang dan bunyi. Jelaslah bahwa menurut MMBA teks bacaan itu diproses okeh pembaca

    tanpa informasi yang mendahuluinya yang ada hubungannya dengan isi bacaan.

    Inti proses membaca menurut teori ini adalah proses kengkodean kembali simbol

    tuturan tertulis (Harris & Sipay, 1980). Membaca dalam proses bottom-up merupakan proses

    yang melibatkan ketepatan, rincian, dan rangkaian persepsi dan identifikasi huruf-huruf, kata-

    kata, pola ejaan, dan unit bahasa lainnya. Tugas utama pembaca menurut teori ini adalah

    mengkode lambang-lambang yang tertulis menjadi bunyi-bunyi bahasa (Harjasuna, 1996).

    Brown (2001) menyatakan bahwa pada proses bottom-up membaca terlebih dahulu

    mengetahui berbagai tanda linguistik, seperti huruf, morfem, suku kata, kata-kata frasa,

    petunjuk gramatika dan tanda wacana, kemudian menggunakan mekanisme pemrosesan yang

    masuk akal, koheren dan bermakna. Agar bisa memahami bacaan pada teori ini, pembaca

    membutuhkan keterampilan yang berhubungan dengan lambang bahasa yang digunakan

    dalam teks.

    Fries (1962), mendefinisikan membaca debagai kegiatan mengembangkan kebisaan

    merespon kepada seperangkat pola yang terdiri atas lambang-lambang grafis. Model-model

    pemikiran yang sejalan dengan MMBA itu, menimbulkan metode-metode membaca yang

    disebut metode alphabet, metode fonik. Metode alphabet meruakan metode pengajaran

    membaca yang tertua. Dalam zaman keemasan Yunani dan Roma orang mengajarkan

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    28/196

    28

    membaca dengan metode alphabet. Dalam metode ini, huruf-huruf yang di ajarkan itu

    diucapkan sama dengan ucapan alphabet. Dengan demikian, huruf d diucapkan /de/, huruf

    k diucapkan /ka/, huruf l diucapkan /el/, huruf m diucapkan /em/ dan selanjutnya.

    Menghubungkan ucapan ka /ka/ dan I /i/ menjadi ki /ki/ ternyata merupakan hal

    yang tidak mudah bagi anak-anak yang baru mulai belajar membaca. Itulah sebabnya dalam

    metode fonik, konsonan-konsonan itu tidak diucapkan seperti ucapan alphabet. Huruf k

    tidak di ucapkan /ka/ tetapi /kh/, huruf d tidak di ucakan /de/ tetapi /dh/, dem ikian

    seterusnya.

    Model membaca sangat berkaitan dengan proses membaca. Studi yang sintesis

    tentang proses membaca dimulai sejak tahun 1880-an. Pada waktu itu proses membaca

    merupakan pusat perhatian para ahli psikologi eksperimental. Di antara tahun 1950-an dan

    tahun 1960-an perhatian para ahli diarahkan pada definisi dan penjelasan tentang membaca.

    Semenjak tahun 1970-an tumbul model-model dan teori membaca yang bertitik tolak dari

    pandangan ahli psikologi perkembangan dan psikologi kognitif, proses informasi,

    psikolinguistik dan linguistik.

    Gambar di bawah ini melukiskan perbedaan pokok antara MMBA dan MMAB.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    29/196

    29

    Salah seorang tokoh MMBA Gough (1972) mencoba menunjukkan proses membaca itu

    dalam sebuah model berurut lanjut, tidak interaktif. Menurut pandangannya, proses tersebut

    meliputi urutan-urutan berikut:

    (1) Informasi grafemik diserap melalui system visual dan disimpan secara singkat di dalam

    ikon.

    (2) Image tersebut dikilas dan diolah di dalam perlengkapan pengenal pola yang dapat

    mengenali huruf-huruf.

    (3) Huruf-huruf ini kemudian dikirim ke pencatat huruf yang menahan huruf-huruf itu,

    sementara pendekod mengubah huruf-huruf tersebut menjadi gambaran fonem.

    (4) Gambaran fonem ini masuk ke dalam librarian yang mencarikan leksikon, dan

    mencocokkan untaian fonemik dengan entri yang sudah ada dalam leksikon.

    (5) Untaian leksikal yang dihasilkan oleh librarian itu masuk ke dalam memori pertama.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    30/196

    30

    (6) Memori pertama itu dapat menangkap satuan leksikal itu sampai lima buah, dan hal ini

    merupakan masukan bagi merlin.

    (7) Merlin menggunakan pengetahuannya tentang sintaksis dan semantic untuk menentukan

    struktur dalam atau mungkin makna masukan itu.

    (8) Akhirnya, struktur dalam atau pernyataan-pernyataan tentang makna itu masuk ke

    dalam Tempat Tujuan Kalimat-kalimat (TTKSMD), setelah maknanya dipahami.

    Dengan demikian, kegiatan membaca itu selesai setelah semua masukan teks itu dapat

    melewati sederetan transformasi dan mencapai (TTKSMD).

    Gambar di bawah ini membantu menjelaskan proses membaca menurut MMBA.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    31/196

    31

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    32/196

    32

    2.2.3 Model Membaca Timbal Balik

    Model Membaca Timbal-Balik (MMTB) dicanangkan oleh teoris Rumelhart (1977).

    Rumeljart mereaksi dua model membaca yang telah kita singgung di muka. Dia beranggapan

    bahwa model-model yang terdahulu itu tidak memuaskan, karena pada umumnya model-

    model tersebut bertitik tolak pada pandangan formalisme model-model perhitungan yang

    linear. Model-model itu mempunyai sifat-sifat berurut-berlanjut, tidak interaktif.

    Secara sederhana, konsep MMTB dapat dilukiskan sebagai berikut.

    MMTB melukiskan MMBA dan MMAB berlangsung simultan pada pembaca yang

    mahir. Artinya, proses membaca tidak lagi menunjukkan suatu proses yang bersifat linier,

    tidak menjukkan proses yang berturut-berlanjut, melainkan suatu proses timbal balik yang

    bersifat simultan. Pada suatu saat MMBA berperan dan pada saat lain justru MMAB yang

    berperan. Para penganut paham MMTB percaya bahwa pemahaman itu tergantung pada

    informasi grafis atau informasi visual dan informasi nonvisual atau informasi yang sudah

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    33/196

    33

    tersedia dalam pikiran pembaca. Oleh karenanya, pemahaman bisa terganggu jika ada

    pengetahuan yang diperlukan untuk memahami bacaan yang dibacanya tidak bisa digunakan,

    baik disebabkan pembaca lupa akan informasi tersebut atau mungkin juga karena skemanya

    terganggu.

    Paradigma yang diajukan Rumelhart untuk melukiskan proses membaca itu berlainan

    dengan paradigma-paradigma yang pernah ada sebelumnya. Dalam kompultasi paralel selalu

    terjadi interaksi di antra proses-proses yang berlangsung berkelanjutan dan akhirnya sampai

    pada suatu kesimpulan. Rumelhart mengajukan pendapat yang menyatakan bahwa membaca

    sebagai kegiatan yang meliputi berbagai tipe pemrosesan informasi dan unit-unit

    pemrosesan itu bersifat sangat interaktif dan berlanjut. Dengan menggunakan formalisme

    yang dikembangkan dengan komputer, Rumelhart dapat menjelaskan secara tepat aspek-

    aspek membaca yang bersifat parallel dan yang bersifat interaktif. Aspek-aspek yang

    dikemukakan oleh Rumelhart itu sudah dijelaskan oleh para ahli yang terdahulu. Akan

    tetapi, penjelasan yang disampaikan para pendahulunya tidak mencapai tingkat kejelasan

    seperti yang dijelaskan oleh Rumelhart.

    MMTB sukar dilukiskan dalam diagram dua dimensi. Dalam gambar yang berikut ini

    penyimpan informasi visual (PIV) mencatat informasi grafis. PIV itu disentuh oleh alat

    penyadap ciri (APC). Ciri-ciri yang disadap itu digunakan sebagai masukan untukpemadu

    pola (PP).

    PP merupakan komponen yang utama dalam model ini. Ke dalamnya bisa masuk

    informasi sensoris, informasi tentang kemungkinan-kemungkinan sintaksis, semantik,

    leksikal, dan struktur ortografis tentang berbagai untaian huruf. PP membuat keputusan

    berdasarkan informasi-informasi yang masuk ke dalamnya itu.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    34/196

    34

    Mari kita perhatikan paradigma Rumelhart dalam gambar berikut.

    Model yang dilukiskan dalam diagram di atas, menunjukkan adanya pengaruh berbgai

    tahapan (grafik, semantic, dan sebagainya) terhadap kegiatan membaca dalam bentuk

    interaktif. Yang tidak dijelaskan dalam proses tersebut ialah bagaimana komponen-

    komponen itu berinteraksi. Hal inilah yang kemudian menjadi bahan pemikiran ahli lain,

    seperti Goodman dan Ruddel. Yang tidak ada di dalam model itu ialah gambaran tentang

    kerjapemandu polanya sendiri.

    Pengembangan gambaran proses membaca yang dibuat oleh Rumelhart merupakan

    sumbangan utama terhadap model-model membaca. Rumelhart menampilkan suatu model

    membaca yang menunjukkan komponen-komponen sensori, semantik, sintaksis, dan

    pragmatik yang diperoleh dalam bentuk interaktif untuk memperoleh pemahaman tentang

    bahasa tulis. Berbagai jenis informasi masuk ke dalam pusat berita; berbagai hipotesis

    dirumuskan, kemudian disetujui, ditentukan, dikukuhkan atau ditolak oleh sumber informasi

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    35/196

    35

    yang layak. Hipotesis baru digeneralisasikan hingga pada akhirnya tercapailai hipotesis yang

    paling layak. Interaksi antara hipotesis dan sumber informasi dapat ditandai secara

    matematis dalam model probabilitas. Dengan demikian, membaca itu dipandang sebagai

    formulasi hopotesis, pengujian probabilitas dengan menggunakan serangkaian sumber

    informasi, dan akhirnya dibuatlah keputusan tentang hipotesis yang terbaik yang diterima

    sebagai makna.

    Rumelhat telah melengkapi kita dengan pengetahuan tentang sebuah model yang

    cukup canggih. Dengan menggunakan model tersebut kita dapat mengatasi masalah yang

    berkenaan dengan proses kebahasaan seperti yang tampak pada perilaku pola membaca.

    Model ini mempunyai ciri yang esensial yang menjelaskan betapa proses kebahasaan

    peringkat yang lebih tinggi (semantik dan makna) mempermudah proses kebahasaan

    peringkat rendah (huruf, kata), dan betapa penguasaan atas peringkat yang lebih tinggi itu

    mempermudah penguasaan atas peringkat yang lebih rendah.

    Model membaca yang dikemukakan oleh Rumelhart itu mengingatkan pembaca agar

    informasi yang dimilikinya (meskipun jumlahnya sangat terbatas) dapat dimanfaatkan pada

    saat melakukan kegiatan membaca. Dilihat dari bidang pengajaran, hal tersebut

    menunjukkan adanya kemungkinan besar bagi guru untuk menolong para siswanya menjadi

    pembaca yang fleksibel, ialah pembaca yang mampu mengatur kecepatan tempo bacanya

    sesuai dengan sifat, manfaat, tujuan, kebutuhan dan relevansi dari materi bacaan tersebut.

    Pembaca harus dialihkan perhatiannya dari struktur lahir bahasa (kata, huruf, kalimat, dan

    sebagainya) ke struktur batin, ke bagian yang menghendaki prakiraan.

    Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan memprakirakan dan menemukan

    makna bacaan itu ialah strategi pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan

    bahasa yang dimilikinya serta informasi pragmatik yang telah dimilikinya dalam proses

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    36/196

    36

    menyimak dan berbicara. Guru dituntut untuk mengembangkan strategi yang mendorong

    siswa supaya bersikap aktif-kognitif agar dapat menjadi pembaca yang mahir.

    Yang dapat kita lakukan sebagai guru adalah menciptakan lingkungan yang kondusif,

    yang mendorong menumbuhkan minat baca yang positif. Perlu diutamakan keyakinan bahwa

    dalam hal ini bukanlah kehadiran guru dalam lingkungan itu yang pertama dan utama,

    melainkan kehadiran siswa itu sendiri. Kemampuan membaca akan meningkat hanya dengan

    jalan melakukan kegiatan membaca itu sendiri. Melakukan aktifitas baca sama dengan

    berlatih membaca. Latihan tersebut akan mendorong mereka meningkatkan kemampuan

    membaca serta menemukan sendiri strategi yang paling tepat untuk dirinya dalam

    menghadapi bacaan.

    Dalam praktek pengajaran membaca, hal tersebut menunjukkan kita pada berbagai

    konsep dan pandangan tentang berbagai metode pengajaran membaca. Kiranya kita perlu

    meninggalkan berbagai asumsi yang pernah menguasai metode pengajaran pada masa-masa

    silam. Sebagai contoh, guru tidak perlu lagi terlalu memikirkan adanya kebolongan

    kosakata yang mungkin belum diketahui siswa. Dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut,

    kemudian guru berpikir bahwa pengajaran membaca tidak mungkin dilakukan. Para guru

    lebih baik meyakinkan para siswanya bahwa bagaimanapun para siswa tidak perlu berkecil

    hati dan frustasi dengan bacaan yang sarat dengan kosakata sukar yang tidak dapat

    dipahaminya. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana mereka dapat memanfaatkan

    informasi nonvisual. Informasi ini akan membantu siswa untuk merekontruksi makna dari

    lambang-lambang yang berupa cetakan. Perubahan sikap seperti itu akan membuat mereka

    percaya diri dan bergantung pada kemampuan sendiri. Hambatan kosakata yang dialaminya

    akan diatasi sendiri dengan jalan memproses masukan linguistik dan memadukannya dengan

    aspek kognitif yang dimilikinya. Dengan demikian, para siswa tidak lagi akan bergantung

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    37/196

    37

    kepada guru atau pun sumber-sumber lainnya yang datang dari luar pada waktu mereka

    menghadapi masalah-masalah dalam membaca.

    Model yang dianjurkan oleh Rumelhart itu mendukung salah satu keyakinan yang

    secara intuitif telah diterima oleh banyak orang, ialah bahwa pembaca akan lebih merasa

    terlayani jika kita membekali mereka dengan kesiapan untuk membaca materi yang disajikan

    kepada mereka. Banyak hal yang bisa dilakukan guru dalam upaya membekali pengetahuan

    siap mereka. Prosedur-prosedur tersebut dapat berupa kegiatan-kegiatan berikut: diskusi,

    pertunjukan film, karyawisata, bercerita, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini bermanfaat

    bagi para siswa dalam upaya membantu mereka untuk menggunakan latar belakang

    informasi (pengetahuan) yang dimilikinya. Pengetahuan siap ini akan mempermudah proses

    memahami bacaan dengan lebih layak dan lebih baik.

    Cara lama yang masih banyak digunakan para guru ialah pemberian tugas membaca.

    Pemberian tugas ini kadang-kadang merupakan tugas prasyarat untuk tugas berikutnya

    berupa diskusi. Tampaknya, meskipun metode pemberian tugas ini tidak terlalu jelek dan

    merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk membangkitkan motivasi siswa,

    namun cara ini tampaknya sudah ketinggalan zaman. Bagaimanapun hal-hal yang dibawa

    pembaca tersebut dari proses yang dijalaninya itu. Oleh karena itu, guru boleh berkeyakinan

    bahwa proses membaca akan berlangsug lebih baik jika prosedur penugasan itu dibalikkan,

    diskusi dulu, baru kemudian membaca.

    Dalam bidang metode pengajaran, model Rumelhart itu dipandang sebagai model

    yang sudah membaur dengan berbagai strategi pengajaran yang telah menunjukkan

    keberhasilannya. SQ3R misalnya, memberikan dorongan kepada siswa untuk menyurvai,

    bertanya dan bertanya, membuat prakiraan, dan membaca untuk menguji hipotesis. Model

    membaca yang baik harus dapat menjelaskan teori berbagai pendekatan yang baik untuk

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    38/196

    38

    membaca dan belajar. Model yang baik harus pula memberikan penjelasan terhadap

    langkah-langkah pengajaran yang baru.

    Model Rumelhart berguna sekali untuk pengajaran membaca pada peringkat sekolah

    menengah, baik sekolah mengengah pertama maupun peringkat di atasnya. Model ini sangat

    baik untuk mengakrabkan dan mendorong mereka dalam pengujian cara dan strategi

    membaca yang biasa mereka lakukan sendiri.

    Setelah Anda mempelajari dengan seksama konsep-konsep MMTB yang diprakarsai

    Rumelhart, bagaimana pendapat dan komentar anda terhadap prinsip-prinsip yang ada di

    dalamnya? Ya, mungkin anda tergolong orang yang berpendapat bahwa model Rumelhart itu

    tidak menarik karena di dalamnya sesungguhnya tidak ada hal-hal yang baru bagi anda.

    Sebagai guru, anda mungkin sudah terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

    terbuka yang biasa timbul dalam pikiran anda selagi membaca. Bukankah pertanyaan-

    pertanyaan yang muncul selagi kita membaca merupakan cerminan dari proses interaktif dari

    kerja mata dan kerja kognisi pada saat kita merespon bacaan. Sebagai guru anda pun sudah

    terbiasa dengan pemberian rangsangan-rangsangan kepada para siswa anda agar mereka

    membuat prakiraan-prakiraan, hipotesis, antisipasi, klasifikasi, yang memungkinkan mereka

    untuk berfikir secara divergen. Mungkin, kita telah melakukan sesuatu yang tidak kita

    ketahui landas pijaknya. Dengan pengetahuan ini, mudah-mudahan apa yang telah kita

    lakukan tersebut dapat kita yakini sebagai sebuah kebenaran dan sesuatu yang dapat

    memberikan manfaat yang lebih baik.

    Dalam model Rumelhart, mungkin Anda tidak melihat adanya pembicaraan tentang

    aplikasi. Memang, Rumelhart boleh dikatakan tidak menyinggung masalah aplikasi itu. Dia

    tidak pula menyinggung masalah pramembaca, yakni suatu kondisi sebelum seseorang

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    39/196

    39

    sampai pada halaman-halaman bercetak. Dia memulai konsepnya dari halaman bercetak, dan

    dari situ kemudian bergerak ke depan dengan konsep-konsep interaksi.

    MMTB sangat berbeda dengan MMBA seperti yang dikemukakan oleh Gough, La

    Berge dan Samuel (1974). MMBA bersifat linear dan berjenjang, dimulai dari pemrosesan

    unit linguistik yang paling kecil, yakni huruf-huruf, kemudian bergerak menuju pemrosesan

    kelompok huruf, kata-kata, kelompok kata, kalimat, hingga akhirnya sampai ke makna.

    Sebaliknya MMTB membenarkan proses yang dimulai dari peringkat yang lebih tinggi

    MMTB mulai dengan semantik atau makna kata. Pada peringkat yang lebih tinggi itu ada

    bank data yang bekerja secara simultan. Kita memiliki sintaksis, semantik, ortografi, dan

    leksikon yang bekerja secara serentak, tidak bekerja secara berurutan seperti halnya dalam

    MMBA.

    Kemampuan membaca dapat dikembangkan secara baik melalui pengayaan

    pengalaman membaca. Siswa perlu sekali membaca materi sebanyak-banyaknya sehingga

    mereka dapat memahami kata dalam konteks yang berbeda-beda. Guru dapat membantu

    muridnya mempertinggi dan meningkatkan keterampilannya dalam membaca dengan jalan

    membimbing mereka untuk terus membaca sebanyak-banyaknya. Yang perlu diperhatikan

    benar dalam hal ini ialah sikap murid. Guru yang terlalu sering memberi tugas yang berada

    di luar jangkauan kemampuan muridnya akan membuat siswa terbunuh minat dan

    motivasinya. Salah satu upaya untuk membangkitkan minat baca siswa ialah dengan jalan

    menyediakan bahan bacaan yang kira-kira dapat menarik perhatian mereka.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    40/196

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    41/196

    41

    Pendidikan Taksonomik dikembangkn oleh Gray. Ia berpendapat bahwa dalam proses

    membaca diperlukan empat keterampilan, yaitu mengenal kata, koperhensif, reaksi, dan

    asimilasi.

    b. Pendekatan PsikologisPendekatan psikologis terdiri dari dari dua yaitu behavior dan kognitif. Pendekatan

    behavior dipelopori oleh Skinner tahun 1957. Pendekatan ini berpandangan bahwa belajar

    bahasa dapat dikendalikan dari luar. Seseorang belajar kalau ada stimulus, ia merespon

    stimulus tersebut. Lingkungan memberikan stimulusdan rancangan, kemudian orang yang

    belajar member respon.

    c. Pendekatan Proses InformasiTokoh yang dikenal dalam pendekatan proses informasi adalah Smith. Ia menyatakan

    bahwa keterampilan membaca merupakan suatu proses informasi. Pendekatan ini berprinsip

    bahwa membaca adalah aktivitas komunikasi yang memungkinkan informasi ditransformasi

    dari penulis kepada pembaca. Istilah dalam teori komunikasi informasi yang dipakai dalam

    studi membaca adalah seluruh komunikasi, suara, keterbatasan kapasitas alat, dan

    pengurangan.

    d. Pendekatan PsikomotorikPendekatan Psikomotorik dikembangkan oleh Holmes dan Singer. Penerapan

    pendekatan ini dalam membaca untuk mengukur tingkat kenyaringan dn kecepatan membaca

    diukur secara stastiktik dengan menggunakan analisis subsastra. Hasil pengukuran

    menunjukkan bahwa 89% perbedaan kenyaringan dikarenakan factor kata.

    e. Pendekatan Linguistik

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    42/196

    42

    Pendekatan Linguistik dikembangkan dalam dua periode, yaitu periode pertama

    dikembangkan oleh Bloomfield, Fries, Lefevre, dan periode kedua oleh Chomsky, Halle,

    Goodman, dan Ruddell. Bloomfield berpendapat bahwa membaca merupakan hubungan

    teratur antara system tulisan dan ujaran. Senada dengan pendapat itu Fries mengatakan bahwa

    membaca merupakan hubungan antara bunyi-bunyi bahasa dengan huruf.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    43/196

    43

    BAB 3

    TEKNIK MEMBACA

    Teknik membaca (reading technical) merupakan implementasi dari metode membaca.

    Teknik membaca merujuk pada siasat yang dilakukan oleh pembaca dalam memahami

    bacaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam membaca. Teknik membaca bersifat

    individu dan situasional. Individual maksudnya adalah teknik yang dipilih oleh seseorang

    dalam membaca tergantung kemampuan yang dimilikinya. Yang dimaksud situasional adalah

    pemilihan teknik membaca adalah tergantung pada kondisi bacaan dan tujuan membaca.

    Bacaan yang tingkat kesukarannya berbeda, misalnya sukar, sedang, mudah, menggunakan

    teknik yang berbeda pada waktu membaca. Tujuan membaca mempengaruhi pilihan teknik

    membaca. Pembaca yang mempunyai tujuan umum menggunakan teknik yang berbeda

    dengan pembaca yang mempunyai tujuan khusus.13

    3.4 Teknik DasarHaryadi dalam Retorika Membaca (2002) menjelaskan bahwa teknik membaca yang

    digunakan untuk pemula merupakan teknik dasar. Dalam membaca permulaan yang

    dipentingkan adalah pembaca dapat menyandingkan kembali simbol-simbol tulisan. Pembaca

    hanya mempraktikkan membaca secara sederhana. Kemampuan yang dilatihkan dalam teknik

    ini adalah

    13Haryadi (dalam Retorika Membaca 2002:115)

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    44/196

    44

    a. Pengenalan simbol-simbol tertulis dalam bentuk huruf, suku kata, kata, frase, dankalimat

    b. Kemahiran mengayunkan mata secara teratur tanpa lompatan balik. Ketrampilanmemahami dan menafsirkan makna tidak diperhatikan karena pemahaman dan

    penafsiran dipandang sebagai proses berpikir yang menyerti proses membaca secara

    visual

    Teknik membaca yang termasuk dalam teknik dasar ada tiga. Ketiga teknik tersebut

    adalah teknik tertib, tektik taktertib, dan teknik campuran.

    3.4.1Teknik TertibTeknik tertib merupakan teknik permulaan yang digunakan atau dilakukan secara

    urut. Urutan dalam teknik ini berdasarkan urutan secara formal. Urutan formal dipandang dari

    aspek huruf, jumlah huruf, jumlah suku kata, dan jumlah kata. Misalnya huruf b lebih

    didahulukan untuk dibaca dan dipelajari dibanding huruf c. Tektik tertib dapat diterapkan

    dalam membaca huruf, suku kata, kata, dan kalimat.

    3.4.2Teknik TaktertibTeknik taktertib atau acak merupakan teknik membaca permulaan yang digunakan

    atau dilakukan secara tidak urut. Alasan pemakaian teknik secara acak adalah kepraktisan,

    keempirisan, dan kemudahan. Pertimbangan kepraktisan yang dimaksud ialah berdasarkan

    sering tidaknya huruf, suku kata, kata yang digunakan atau didengar. Misalnya huruf f, q, v,

    x, z diajarkan setelah huruf-huruf yang lain karena huruf-huruf tersebut tidak sering dipakai.

    Teknik taktertib dapat diterapkan dalam membaca huruf, suku kata, kata, dan kalimat.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    45/196

    45

    3.4.3Teknik CampuranTeknik campuran merupakan perpaduan antara teknik tertib dan teknik taktertib.

    Teknik ini digunakan atau dipilih jika teknik tertib dan taktertib tidak dapat digunakan secara

    sendiri-sendiri. Pelaksanaan masing-masing teknik itu mengalami kendala. Kendala yang bisa

    dihadapi dalam penerapan teknik tertib adalah kadangkala siswa mengalami kesulitan dalam

    membaca karena yang dibaca sulit dan tidak praktis. Kendala dalam metode taktertib adalah

    apabila ada pilihan siswa belajar (membaca) tentang A atau b karena keduanya sama-sama

    praktis dan mudah. Untuk mengatasinya digunakan dengan teknik campuran, yaitu

    membelajarkan (belajar) membaca secara praktis dan mudah dengan mempertimbangkan

    urutan formal

    3.5 Teknik MenengahMerupakan teknik membaca yang digunakan atau diperuntukkan bagi pembaca yang

    sudah mahir dalam penyandian kembali symbol-simbol yang berbentuk grafis atau sudah ahli

    dalan teknik dasar.

    Pembaca melakukan teknik ini untuk melakukan proses membaca secara teliti.

    Pembaca memahami isi atau makna bacaan yang dibaca. Pembaca mengayunkan mata

    menelusuri lambing-lambang grafis secara teratur dengan sekaligus memahami isi bacaan.

    Teknik menengah terdiri dari empat jenis. Keempat jenis itu adalah Close Reading,

    mengingat, retensi, dan close prosedur.

    3.5.1Close ReadingAdalah teknik membaca yang digunakan untuk memperoleh pemahaman atau suatu

    bacaan.

    Tujuan Close reading adalah mencari dan memperoleh informasi yang mencakup

    pemahaman terhadap isi dan makna bacaan secara eksplisit.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    46/196

    46

    Tujuan Close reading adalah mencari dan memperoleh informasi yang mencakup

    pemahaman terhadap isi dan makna bacaan secara eksplisit.

    a. Teknik MengingatAdalah sebuah informasi yang diperoleh dari suatu bacaan yang kemudian hal-hal penting

    untuk ditindak lanjuti bagaimana caranya menghafal atau mengingat informasi-informasi

    yang telah diperoleh.

    b. Teknik aliterasiAdalah teknik mengingat informasi atau isi dari bacaan dengan pengulanagan bunyi atau

    huruf pada kata kunci.

    c. Teknik AkronimAdalah teknik mengingat informasi atau isi yang ada dalam bacaan dengan membentuk kata

    dari huruf awal kata.

    d. Teknik AkrostikAdalah teknik memngingat informasi yang ada daalam bacaan dengan membentuk kata atau

    frase.

    e. Teknik SajakAdalah teknik mengingat informasi pada bacaan dengan membuat sebuah sajak.

    f. Teknik LociAdalah teknik mengingat yang mula-mula digunakan untuk mengingat bahan pidato yang

    akan disampaikan.

    g. Teknik LinkAdalah teknik menghafal yang digunakan untuk menghafal isi atau informasi dalam bacaan.

    h. Teknik Peg

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    47/196

    47

    Adalah teknik mengingat yang digunakan untuk menghafal isi atau informasi bacaan dengan

    menciptakan hubungan asosiasi.

    i. Teknik FonetikAdalah teknik yang digunakan untuk mengingat isi dan informasi yang ada pada bacaan

    yang menghubungkan antara system fonetik dan system yang dihafalkan.

    j. Teknik RetensiAdalah teknik menghafal kemudian pembaca mengingat atau menyimpan hafalan supaya

    sewaktu hafalan tersebut digunakan cepat mengingatnya kembali.

    3.5.2Close ProsedurAdalah teknik yang mula-mula diperkenalkan oleh Wilson Tailor. Close procedure ini

    sendiri merupakan teknik penangkapan pesan dari sumbernya.

    Teknik close procedure dalam teknik menengah digunakan untuk melatih keterampilan baca

    siswa melalui kegiatan belajar-mengajar terutama:

    a. Penggunaan isyaraat sintaksisb. Penggunaan isyarat sematikc. Penggunaan isyarat skematikd. Peningkatan kosa kata

    3.6 Teknik LanjutanMerupakan teknik membaca yang digunakan oleh pembaca untuk membaca secara

    luas dalam waktu sesingkat mungkin.. Pembaca dalam menggunakan metode ini mempunyai

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    48/196

    48

    target membaca sebanyak mungkin dalam waktu seminimal mungkin. Atau pembaca

    menerapkan prinsip efisiensi.

    Teknik lanjutanditerapkan oleh pembaca yang sudah mahirbaik yang sudah mahir

    secara mekanik maupun secara pemahaman. Yang termasuk dalam teknik lanjutan adalah

    skimming dan scanning.

    3.6.1Teknik SkimmingBerasal dari bahasa inggris to skim. Membaca Skimming merupakan istilah dalam

    membaca ekstensif. Skimming adalahteknik membaca dengan menjelajahi halaman demi

    halaman secara cepat.

    Jadi, kesimpulannya membaca skimming adalah teknik membaca dengan menjelajahi

    atau menyapu bacaan dengan cepat untuk memahami atau menemukan hal-hal penting.

    Tujuan membaca skimming adalah untuk mengenal topic bacaan,opini, bagian penting

    organisasi bacaan, penyegaran dan memperoleh kesan umum.

    Jenis teknik skimming:

    a. Skipping adalah membaca dengan melompat-lompat bagian yang penting atau pokok.b. Sampling adalah teknik membaca bagian tertentu dengan cepat supaya mendapat gambaran

    umum dari bacaan.

    c. Locating adalah teknik membaca vertical yang berarti mata pembaca bergerak secara verticalyaitu pandangan mata bergerak dari atas kebawah secara cepat.

    d. Previewing adalah gabungan dari teknik sampling dan locating.

    3.6.2Teknik ScanningAdalah teknik baca sepintas,tetap teliti dengan maksud menemukan dan memperoleh

    informasi tertentu atau fakta khusus dari sebuah bacaan.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    49/196

    49

    Tujuan teknik scanning adalah digunakan untuk menemukan topic tertentu, memilih

    acara televise,menemukan kata dikamus, mencari nomor telepon dan mencari entri pada

    indeks.

    Pola yang digunakan pada teknik lanjutan:1. Pola vertical

    Adalah pola membaca dengan cara bola mata bergerak meluncur secara vertical dari atas

    kebawah.

    2. Pola diagonalAdalah pola membaca dengan cara mata bergerak secara diagonal yaitu dari sudut kiri

    halaman bergerak meluncur kesudut kanan bawah.

    3. Pola zig-zagAdalah pola membaca dengan mata bergerak muali dari sudut kiri atas halaman.

    4. Pola SpiralAdalah pola membaca dengan cara gerak mata pada bagian tengah dengan membentuk pola

    spiral.

    5. Pola BlokAdalah pola membaca dengan arah gerak mata berhenti sejenak pada akhir blok-blok

    tertentu.

    6. Pola HorisontalAdalah pola membaca dengaan cara gerak mata meluncur dengan cepat sekali dari ujung kiri

    sampai ujung kanan.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    50/196

    50

    BAB 4

    METODE MEMBACA

    Metode membaca adalah tingkat penerapan teori-teori membaca yang ada pada tingkat

    model membaca yang dilakukan dengan cara melakukan pemilihan kemahiran khusus yang

    akan digunakan untuk membaca.

    Ragam Metode Membaca dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

    41. Metode DasarMetode yang digunakan atau diperuntukkan pembaca pemula atau yang baru

    pertama membaca atau belajar membaca.

    Metode membaca dasar ada enam, yaitu metode abjad, bunyi, kupas rangkai suku

    kata, kata lembaga, global, dan struktur analisis dan sitesis (SAS).

    4.1.1 Metode Abjad dan Metode Bunyi- Metode Abjad adalah metode yang digunakan untuk pembaca pemula yang baru belajar

    membaca atau mengenal huruf dalam bentuk abjad.

    Contoh: Huruf a,b,c dan seterusnya dibaca a,be,ce,de dst.

    - Metode Bunyi adalah metode pembaca yang digunakan untuk pembaca pemula yang barubelajar membaca dengan wujud bunyi.

    Contoh: Huruf a,b,c dst dibaca a,eb,ec,ed dst

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    51/196

    51

    Jadi,kesimpulannya bahwa metode abjad dengan metode bunyi sama-sama diperuntukkan

    untuk pemula hanya berbeda yang metode abjad dalam wujud abjad dan dalam metode bunyi

    dalam wujud metode bunyi.

    4.1.2 Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga- Metode Kupas Rangkai Suku Kata

    adalah metode membaca yang diperuntukkan untuk pembaca pemula dengan cara merangkai

    suku kata yang dibaca.

    Contoh:

    Bo-la

    b-o-l-a

    bo-la

    - Metode Kata LembagaAdalah metode membaca demi kata yang diperuntukkan bagi pembaca pemula dengan

    merangkai kata lembaga yang dibaca. Kata lembaga adalah kata yang sudah dikenal oleh

    pembaca.

    Contoh:

    Topi

    To-pi

    t-o-p-i

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    52/196

    52

    to-pi

    topi

    4.1.3 Metode GlobalAdalah metode yang diperuntukkan bagi pembaca pemula dengan prosedur memperkenalkan

    bacaan secara utuh,bagian demi bagian bacaan, kemudian dibaca kembali secara utuh

    Metode global sama dengan metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga.

    Sedangkan metode sebelumnya(abjad,bunyi) membaca penerapannya secara berurutan.

    4.1.4 Metode SASAdalah Metode Struktur Analisis Sintaksis yang merupakan metode membaca permulaan

    yang terdiri atas tiga bagian (Stuktural,Analisis dan Sintaksis)

    Dalam penerapannya SAS dibagi menjadi dua yaitu metode SAS tanpa buku dan dengan

    buku.

    Metode SAS tanpa buku dilaksanakan dengan cara merekam bahasa siswa, menampilkan

    gambar sambil cerita, membaca gambar, membaca gambar dengan kartu kalimat, membaca

    kalimat secara structural,analisis dan sintesis.

    a. Merekam bahasa siswaBahasa yang digunakan adalah bahan bacaan siswa dan berwujud kaliamat. Kalimat yang

    digunakan sebagai bahan bacaan adalah yang sesuai dengan tingkat baca siswasehingga

    bahasa hasil rekaman siswa bias dipilih terlebih dahulu dan tidak semua hasil rekaman

    dipakai sebagai bahan bacaan.

    b. Menampilkan Gambar Sambil Cerita

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    53/196

    53

    Guru menampilkan gambar kepada siswa sambil bercerita. Gambar yang

    diperlihatkanpun terlihat sederhana. Cerita yang disampaikan merupakan cerita gambar yang

    diceritakan menggunakan kalimat-kalimat yang bias dipahami.

    c. Membaca GambarMembaca gambar hampir sama dengan menampilkan gambar sambil cerita. Dimana nanti

    cerita gambar itu siswa sendiri yang menceritakan lagi atau meneruskan cerita tersebut.

    d. Membaca secara StrukturalMembaca bacaan yang berupa kalimat secara structural yaitu membaca demi kata yang

    menyusun kalimat yang dibacanya.

    Contoh membaca secara structural:

    Ini sepatu

    Ini sepatu Ani

    Sepatu Ani baru

    Sepatu Ani Bagus

    e. Membaca secara SintesisAdalah membaca dengan cara merangkai unsure pembentuk bacaan yang kecil menjadi lebih

    besar seperti merangkai huruf-huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata

    menjadi kalimat.

    4.2 Membaca Menegah

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    54/196

    54

    Membaca menengah adalahmetode pembaca yang dilakukan oleh pembaca yang

    sudah ahli dalam membaca permulaan. Keeahlian disini berarti ahli membaca unsure bacaan

    yang berbentuk huruf, suku kata, kata dan kalimat.

    Berdasarkan visualisasi symbol grafis metode menengah terdapat empat metode,

    yaitu:

    a. Katab. Frasec. Kalimatd. Paragraf

    4.2.1 Metode Kata

    Merupakan cara membaca kata demi kata pada sebuah bacaan. Metode ini

    diterapkan berdasarkan atas pandangan bahwa bacaan merupakansususna atas kata yang

    mengandung makna.

    Membaca dengan metode kata dapaat dilihat dari dua aspek:

    o Aspek Mekanik merupakan cara mata bergerak melihat kata demi kata pada sebuah bacaan.o Aspek Konseptual merupakan cara otak memahami makna-makna yang terkandung dalam

    kata-kata yang dibaca.

    4.2.2 Metode FraseMerupakan cara membaca unsure bagian-bagian yang berbentuk frase. Dasar

    penggunaan ini adalah penulis menyampaikan ide-ide dan perasaannya bukan dalam bentuk

    kata melainkan dalam bentuk frase.

    4.2.3 Metode Kalimat

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    55/196

    55

    Merupakan cara membaca bacaaan dengan menelaah kalimat demi kalimat.

    Pembavca mengayunkan pandangan matanya dari kaalimat satu ke kaliamat berikutnya dan

    sekaligus memahami maknanya. Metode ini diterapakan untuk menyampaikan gagasan-

    gagasan dalam bentuk kalimat. Dengan menerapkan metode ini pembaca dapat membaca

    lebih efisien dan efektif.

    4.2.4 Metode ParagrafAdalah metode membaca dengan cara menelaah paragraph demi paragraph. Metode

    paragraph merupakan metode yang paling tinggi tingkatannya dalam metode menengah.

    Membaca paragraf merupakan membaca yang paling rumit maka dari itu supaya dapat

    menguasai perlu latihan secara continue, berkesinambungan,dan tekun. Metode paragraph

    juga dibagi menjadi dua yaitu metode paragraph mekanik dan konseptual.

    4.3 Metode LanjutanMetode lanjutan adalah metode yang cara penerapan dilakukan oleh pembaca yang

    sudah menguasai metode mengah untuk mengembangkan dan meningkatkan kemahiran

    membaca. Metode ini sangat sesuai dengan tuntutan zaman,dimana seperti saat ini zaman

    globalisasi orang dituntut untuk berlomba-lomba dalam menguasai ilmu pengetahuan.

    Metode yang dapat digunakan agar pembaca dapat membaca secara efektif dan

    efisien maka paraa ahli memngungkapkan dengan menggunakan metode S-D4, P2R, S2QR,

    GPID, PACER, PQR, PQRST, SQ3R, SUPER SIX RS, OK5R.

    4.3.1 Metode S-D4

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    56/196

    56

    Metode ini merupakan metode menbaca yang dilakukan dengan tahap survey dan

    decide. Metode ini diterapkan menganut prinsip fleksibilitas yang artinya metode ini dilahat

    melalui situasi bacaan.

    Pembahasan mengenai S-D4:

    a. Survey adalah kegiatan pembaca dalam melakukan aktivitasmembaca secara sepintaskemudian mengidentifikasikan pokok-pokok pikiran utama. Survey dilakukan secara cepat,

    mata digerakkan untuk menyapu halaman secara kilat. Bagian yang disurvey adalah judul

    atau sub judul .

    b. Decide adalah proses seorang pembaca memutuskan untuk melakukan salah satu dari pilihanberikut:

    1. Skip adalah mengabaikan atau sama sekali tidak membaca.2. Membaca sepintas adalah pilihan yang dilakukan agar pembaca merasa tidak perlu membaca

    bacaan yang telah disurvey.

    3. Membaca dengan kecepatan wajar adalah pilihan yang apabila pembaca belum tahu tentangbacaan yang telah disurvey sehingga pembaca perlu membacanya dengan kecepatan yang

    normal.

    4. Mempelajari materi bacaan adalah pembaca membaca dengan sungguh-sungguh teliti, danhati-hati sehingga kecepatan membaca relative pelan. Hal ini dilakukan pembaca karena

    bacaan relative sullit untuk dipahami.

    4.3.2 Metode P2RAdalah metode membaca yang terdiri atas tiga tahap yaitu preview,read dan review

    yang biasa digunakan sebagian besar pembaca efisien dan cepat.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    57/196

    57

    a. Preview adalah membaca sepintas untuk mengetahui struktur bacaan,pokok-pokokbacaan,relevansi dan sebagainya.

    b. Read adalah membaca secepat mungkin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sesuaitingkat kesulitan bacaan. Tujuannya adalah mencari informasi yang ada pada bacaan serta

    bersifat pokok atau inti.

    c. Review adalah membaca sepintas untuk memastikan bahwa tidak ada yang terlewatkan atauuntuk memperkuat ingatan terhadap pokok-pokok pikiran yang didapat dari tahap read. Yang

    berbeda adalah tujuannya jika preview untuk mengenal bacaan dan review untuk

    memantapkkan kembali apa yang dipahami.

    4.3.3 Metode S2QRAdalah metode membaca yang digunakan untuk membaca table,grafik atau diagram

    yang taahap-tahapnyaa terdiri dari survey,seek,question,reading, tersebut digunakan apabila

    pembaca tidak memiliki tujuan khusus. Metode ini bertujuan untuk emncari informasi yang

    tertuang dalam table dan grafik.

    a. SurveyAdalah kegiatan membaca sepintas hal-hal yang inti didalam table maupun grafik. Hal-hal

    yang disurvey adalah judul table dan sub judul. Manffat dari metode ini adalah untuk

    memahami pesan secara menyeluruh, selain itu pembaca harus dapat memahami tentang

    judul yang disurvey karena judul merupakan ringkasan yang padat.

    b. SeekAdalah kegiatan dari pembac untuk mencari informasi pada kolom dan informasi tambahan

    yang ada diluar kolom tabel.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    58/196

    58

    c. QuestionAdalah kegiatan dari seorang pembaca untuk emmbuat pertanyaan berdsarkan tabel dan

    kolom. Yang dipertanyakan mengenai informasi apa saja yang terdapat dalam tabel dan

    kolom.

    d. ReadingAdalah kegiatan membaca tabel secara seksama dan teliti sehingga diperoleh informasi yang

    dicari. Pembaca melakukan metode ini berpegangan pada tahap Question.

    4.3.4 Metoden GDIPMetode ini diperkenalkan oleh Merrit. Metode GDIP adalah metode membaca yang

    terdiri atas empat tahap yaitu goal, plans, implementasion dan development.

    a. Goalladalah apa yang diharapkan, dimaksud, dan apa yang dimaksud tujuan membaca. Goal dapat

    dilakukan dengan cara membatasi perhatian, latar belakang, kendala, memusatkan perhatian

    dan merumuskan maksud dan tujuan.

    b. PlansAdalala sebuah rencana untuk mencapai tujuan. Plans dapat dilakukan dengan

    mengkorelasikan maksud pilihan bagian-bagian yang dibaca, perincian maksud lebih khusus

    dan penyusunan pola membaca.

    c. ImplementationAdalah kegiatan membaca dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dan rencana

    yang sudah disusun untuk mencapai tujuan tersebut.

    d. Development

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    59/196

    59

    Adalah proses evaluasi mengambil kesimpulan dimana yang dievaluasi adalah apakah tujuan

    membaca sudah tercapai, apakah rencana sudah berjalan sesuai dengan rencana dan apakah

    kegiatan keseluruhan telah tercapai.

    4.3.5 Metode PACERMetode PACER merupakan metode yang terdiri dari lima tahap, yaitu Preview,

    Asses, Choose, Expedite dan review.

    a. Preview atau meninjauAdalah kegiatan membaca secara sepintas kemudian menggali hal-hal yang bersifat luaran.

    b. AssesAdalah kegiatan membaca untuk menentukan tujuan membaca dan materi membaca. Tujuan

    umum membaca adalah tujuan utama dalam membaca sedangkan tujuan khususnya sesuai

    dengan kperluan yang diinginkan pembaca.

    c. ChooseAdalah kegiatan membaca yang berkaitan dengan memilih dan melakukan membaca dengan

    teknik yang tepat. Teknik yang tepat akan menentukan keberhasilan dalam membaca.

    d. ExpediteAdalah kegiatan pembaca untuk mempercepat kecepatan membaca. Pengertian mempercepat

    dapat diartikan sebagai sebagai kegiaatan mempercepat proses membaca baik pada bagian

    yang muda,sedang dan sulit.

    e. ReviewAdalah kegiatan pembaca untuk membaca kembali secara sepintas

    4.3.6 Metode SQ3R

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    60/196

    60

    Adalah metode membaca yang ditujukan untuk kepentingan studi yang terdiri dari

    lima tahap yaitu suvey,question,reading,recite,review. Metode ini dibuat untuk kepentingan

    membaca bacaan yang berupa buku untuk kepentingan belajar.

    a. SurveyAdalah meninjau,meneliti,mengkaji cara membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah buku.

    Bagian-bagian yang disurvey adalah bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal

    yang disurvey adalah daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan abstrak. Bagian isi yang

    disurvey adalah judul tiap bab,sub judul,bagan, diagram,grafik. Bagian akhir adalah

    simpulan, daftar pustaka dan indeks.

    b. QuestionAdalah kegiatan pembaca menyusun pertanyaan-pertanyaan.

    Pertanyaan disusun berdasarkan perkiraan pembaca sewaktu mensurvey.

    c. ReadingAdalah Kegiatan pembaca untuk membaca bacaan. Tahap ini adalah tahap yang paling

    penting. Pembaca melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh yaitu dengaan membaca

    bab demi bab, bagian demi bagian.

    d. ReciteAdalah kegiatan pembaca untuk memceritakan kembali isi bacaan yang telaah dibaca dengan

    menggunakan kata-kata sendiri. Sebaiknya recite dilakukan secara tertulis. Sebab recite

    berupa ikhtisar.

    e. Review

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    61/196

    61

    Adalah keegiatan pembaca untuk memeriksa ulang bagian yang telah dibaca dan dipahami.

    Meninjau ulamg tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang adalah kegiatan

    membaca ulang bacaan yang telah dibaca. Bagian yang ditinjau ulang seperti judul,ssubjudul,

    gambar, diagram.

    4.3.7 Metode PQ3R

    Metode PQ3R adalahmetode membaca buku untuk studi yang meliputi tahap

    prepare,question,reading,recite dan review. Dalam metode sebelumnya telah dijelaskan

    mengenai metode Question, Reading, Recite dan Review. Dalam hal ini metode yang belum

    dijelaskan adalah metode prepare.

    a. Metode prepare adalah tahap awal dalam membaca sebuah buku dengan cara melihat secarasekilas keseluruhan isi buku.

    b. ReadingAdalah Kegiatan pembaca untuk membaca bacaan. Tahap ini adalah tahap yang paling

    penting. Pembaca melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh yaitu dengaan membaca

    bab demi bab, bagian demi bagian.

    c. ReciteAdalah kegiatan pembaca untuk memceritakan kembali isi bacaan yang telaah dibaca dengan

    menggunakan kata-kata sendiri. Sebaiknya recite dilakukan secara tertulis. Sebab recite

    berupa ikhtisar.

    d. Review

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    62/196

    62

    Adalah keegiatan pembaca untuk memeriksa ulang bagian yang telah dibaca dan dipahami.

    Meninjau ulamg tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang adalah kegiatan

    membaca ulang bacaan yang telah dibaca. Bagian yang ditinjau ulang seperti judul,ssubjudul,

    gambar, diagram.

    4.3.8 Metode PQRST

    Adalah metode membaca untuk keperluan studi yang meliputi lima tahap yaitu

    preview,question,summarize, read dan survey.

    a. SurveyAdalah meninjau,meneliti,mengkaji cara membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah buku.

    Bagian-bagian yang disurvey adalah bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal

    yang disurvey adalah daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan abstrak. Bagian isi yang

    disurvey adalah judul tiap bab,sub judul,bagan, diagram,grafik. Bagian akhir adalah

    simpulan, daftar pustaka dan indeks.

    b. QuestionAdalah kegiatan pembaca menyusun pertanyaan-pertanyaan.

    Pertanyaan disusun berdasarkan perkiraan pembaca sewaktu mensurvey.

    c. ReadingAdalah Kegiatan pembaca untuk membaca bacaan. Tahap ini adalah tahap yang paling

    penting. Pembaca melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh yaitu dengaan membaca

    bab demi bab, bagian demi bagian.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    63/196

    63

    d. Preview atau meninjauAdalah kegiatan membaca secara sepintas kemudian menggali hal-hal yang bersifat luaran.

    e. SummerizeAdalah kegiatan untuk membuat ringkasan informasi yang telah diperoleh dari buku ysng

    telah dibacanya. Ringkasan dibuat setelah selesai membaca satu bab dengan tujuan agar

    informasi yang telah diperoleh tidak lupa atau hilang.

    4.3.9 Metode SUPER SIX Re

    Adalah metode membaca buku untuk keperluan studi yang terdiri dari enam tahap,

    yaitu reconnoiter, read, recite,record, review dan reflect.

    a. ReadingAdalah Kegiatan pembaca untuk membaca bacaan. Tahap ini adalah tahap yang paling

    penting. Pembaca melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh yaitu dengaan membaca

    bab demi bab, bagian demi bagian.

    b. ReciteAdalah kegiatan pembaca untuk memceritakan kembali isi bacaan yang telaah dibaca dengan

    menggunakan kata-kata sendiri. Sebaiknya recite dilakukan secara tertulis. Sebab recite

    berupa ikhtisar.

    c. ReviewAdalah keegiatan pembaca untuk memeriksa ulang bagian yang telah dibaca dan dipahami.

    Meninjau ulamg tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang adalah kegiatan

    membaca ulang bacaan yang telah dibaca. Bagian yang ditinjau ulang seperti judul,ssubjudul,

    gambar, diagram.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    64/196

    64

    d. RecordAdalah kegiatan membuat catatan atau menandai bacaan pada margin bab dan membuat

    ringkasan ide-ide pokok yang ada pada setiap bab.

    e. ReflectAdalah kegiatan merenungkan kembali hal-hal yang telah dibacanya dan ide-ide pokok yang

    ada dalam bacaan dipikirkan lebih mendalam.

    4.3.10 Metode OK5RMetode ini adalah metode membaca buku untuk kepentingan studi yang terdiri atas

    overview,key ideas, read,record,recite,review, dan reflect.

    a. ReadingAdalah Kegiatan pembaca untuk membaca bacaan. Tahap ini adalah tahap yang paling

    penting. Pembaca melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh yaitu dengaan membaca

    bab demi bab, bagian demi bagian.

    b. ReciteAdalah kegiatan pembaca untuk memceritakan kembali isi bacaan yang telaah dibaca dengan

    menggunakan kata-kata sendiri. Sebaiknya recite dilakukan secara tertulis. Sebab recite

    berupa ikhtisar.

    c. ReviewAdalah keegiatan pembaca untuk memeriksa ulang bagian yang telah dibaca dan dipahami.

    Meninjau ulamg tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang adalah kegiatan

    membaca ulang bacaan yang telah dibaca. Bagian yang ditinjau ulang seperti judul,ssubjudul,

    gambar, diagram.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    65/196

    65

    d. RecordAdalah kegiatan membuat catatan atau menandai bacaan pada margin bab dan membuat

    ringkasan ide-ide pokok yang ada pada setiap bab.

    e. ReflectAdalah kegiatan merenungkan kembali hal-hal yang telah dibacanya dan ide-ide pokok yang

    ada dalam bacaan dipikirkan lebih mendalam.

    f. Key ideasAdalah kegiatan membaca untuk memisahkan ide-ide atau pikiran utama dari kumpulan ide

    penjelas.

    g. Over view (Survey)Adalah meninjau,meneliti,mengkaji cara membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah buku.

    Bagian-bagian yang disurvey adalah bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal

    yang disurvey adalah daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan abstrak. Bagian isi yang

    disurvey adalah judul tiap bab,sub judul,bagan, diagram,grafik. Bagian akhir adalah

    simpulan, daftar pustaka dan indeks.

  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    66/196

    66

    BAB 5

    PRAKTIK MEMBACA TELITI DAN PEMAHAMAN

    5.1 Praktik Membaca Teliti dan Pemahaman

    Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai praktik membaca teliti dan pemahaman,

    disertai dengan contoh dan penerapan guna memaksimalkan pemahaman terhadap pembaca

    mengenai praktik membaca teliti dan pemahaman.

    5.1.1 Bacaan

    TEKS 1:

    Indonesian National Orchestra: Orkestra Musik Tradisional Pertama Dunia

    Oleh: Franky Raden

    Indonesia memiliki orchestra musik tradisional pertama di dunia. Bila di Barat sudah

    ratusan tahun memiliki musik orkestra modern yang digunakan hingga sekarang ini, di Timur

    lahir orkestra musik tradisional yang diwakili dari seluruh wilayah Indonesia. Orkestra musik

    tradisional ini tergabung dalam Indonesian National Orchestra (INO) .

    Bila dalam ujicoba orchestra musik tradisional ini berhasil, kita akan menjadi negara

    pertama di dunia yang memiliki national orchestra yang berbeda dengan orchestra musik

    umumnya selama ini yang bersumber dari barat, kata Franky Raden, pimpinan INO saat

    latihan di gedung Sapta Pesona Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Jakarta, 4 Mei

    2010.

    http://indonesiaproud.wordpress.com/2010/05/21/indonesian-national-orchestra-orchestra-musik-tradisional-pertama-dunia/http://indonesiaproud.wordpress.com/2010/05/21/indonesian-national-orchestra-orchestra-musik-tradisional-pertama-dunia/
  • 8/2/2019 CITRA R. LESTARI (2101411079)

    67/196

    67

    INO melakukan pertunjukan perdana sebagai ujicoba performance mereka di

    Balairung Gedung Sapta Pesona Jakarta pada 12 Mei 2010. Dalam pegelaran musik

    tradisional yang difasilitasi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) ini

    dihadiri para musikus kreatif termasuk para maestro musik tradisional di Indonesia.

    Menurut Frangky, ada tiga hal yang mendasari berdirinya INO , yakni estetika, bisnis

    dan politik. Dalam hal estetika, Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan budaya

    musik hampir tida