CINTA TANAH AIR PRESPEKTIF AL-QUR`AN ( Studi Komparatif antara Tafsir Al-Huda dan Tafsir Al-Azhar) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Azzah Nuril Mudli’ah NIM: 14210567 FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA 2018 M/ 1439 H
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
CINTA TANAH AIR PRESPEKTIF AL-QUR`AN
( Studi Komparatif antara Tafsir Al-Huda dan Tafsir Al-Azhar)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag)
Oleh:
Azzah Nuril Mudli’ah
NIM: 14210567
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
2018 M/ 1439 H
CINTA TANAH AIR PRESPEKTIF AL-QUR`AN
( Studi Komparatif antara Tafsir Al-Huda dan Tafsir Al-Azhar)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag)
Oleh:
Azzah Nuril Mudli’ah
NIM: 14210567
Dosen Pembimbing:
Ali Mursyid, M.Ag
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
2018 M/ 1439 H
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul Cinta Tanah Air Prespektif Al-Qur`an (Studi
Komparatif antara Tafsir Al-Huda dan Tafsir Al-Azhar)” yang disusun oleh
Azzah Nuril Mudli‟ah dengan Nomor Induk Mahasiswa 14210567 telah
melalui proses bimbingan dengan baik dan disetujui untuk diujikan pada
sidang munaqasyah.
Jakarta, 12 Agustus 2018
Pembimbing
Ali Mursyid, M.Ag
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Cinta Tanah Air Prespektif Al-Qur`an (Studi
Komparatif antara Tafsir Al-Huda dan Tafsir Al-Azhar)” oleh Azzah Nuril
Mudli‟ah dengan NIM 14210567 telah diujikan pada sidang Munaqasyah
Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta pada tanggal
Agustus 2018. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag).
Jakarta, 18 Agustus 2018
Dekan Fakultas Ushuluddin
Dra. Hj. Maria Ulfah, MA
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dra. Hj. Maria Ulfah, MA Dra. Siti Ruqoyyah Tamami
Penguji I, Penguji II,
Drs. Arison Sani, MA Iffaty Zamimah, MA
Pembimbing
Ali Mursyid, M.Ag
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Azzah Nuril Mudli’ah
NIM : 14210567
Tempat/tgl. Lahir : Tegal, 25 Februari 1996
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Cinta Tanah Air Prespektif Al-
Qur`an(Studi Komparatif antara Tafsir Al-Huda dan Tafsir Al-Azhar)”
adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah
disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 18 Agustus 2018
Azzah Nuril Mudli’ah
iv
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk Ummi dan Abi
Yang telah bersedia menjadi tangan kanan Allah dalam mendidik Azzah,
merawat Azzah dengan penuh kasih dan sayang.
Yang doanya selalu mengalir untuk kebaikan dan keberhasilan Azzah.
untuk Abah, meski ragamu tak lagi disini,
Semoga sedikit dari apa yang Azzah berikan mampu menjadi penerang alam
kuburmu, dan mendapatkan tempat terindah disisi-Nya.
Tak lupa, untuk para penjaga kalam-Nya di Pondok Pesantren Putri
Tahfidzul Qur`an Miftahul Huda „Ceria, yang selalu histeris berjejer rapi di
balkon atas ketika Azzah harus berangkat lagi ke Jakarta. I Love You mbak-
mbak.
.
v
MOTTO
Setiap kau menemukan persoalan dalam hidupmu, bacalah Al-Qur`an dan
mintalah kepada Allah agar menyelesaikan persoalan itu.
(Dr. K. H. Ahsin Sakho Muhammad, Renungan Kalam Langit)
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, atas Rahmat Allah penulis mampu menyelesaikan
skripsi dengan judul “Cinta Tanah Air Prespektif Al-Qur`an (Studi
Komparatif Tafsir Al-Huda dan Tafisr Al-Azhar).”
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda
Nabi Muhammad s.a.w. Sang pendidik dan pembawa risalah agama Islam.
Hamdan lillah, tak henti-hentinya penulis haturkan kepada Sang Maha
Kuasa, sehingga atas Kuasa-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini
merupakan akumulasi dari perjuangan-perjuangan kecil penulis. Dalam
penyelesaian skripsi ini penulis harus mengkolaborasikan antara kesabaran
dan semangat, serta senantiasa menjaga keduanya agar tetap stabil selama
masa pengerjaan.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya sederhana ini sejatinya
bukanlah mutlak hasil dari kerja keras penulis seorang. Karna banyak sekali
sumbangsih orang lain dalam proses pengerjaannya. Untuk itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin menghaturkan terimaksih kepada:
1. Allah swt, yang Maha Baik atas setiap kemudahan dan kejutan-Nya
selama penulis mengerjakan skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Khuzaemah Tahido Yanggo, Lc, MA. Ibunda kita
semua, Rektor Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
3. Ibu Dr. Hj. Maria Ulfa, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, atas kesediaannya menyetujui
judul penulis.
4. Bapak Ali Mursyid, MA selaku dosen pembimbing terbaik penulis,
atas ketelatenannya dalam membimbing proses pembuatan skripsi ini,
sejak masih berbentuk proposal hingga menjadi skripsi yang utuh.
vii
Terimakasih telah mengajarkan kami arti kesabaran menunggu,
sehingga dapat berwujud tanda tangan tanda disahkannya skripsi ini
untuk diujikan.
5. Ibu Atiqoh, Ibu Mahmudah, Kak A‟yuna, Ibu Muthmainnah, dan Ibu
Istiqomah. Instruktur tahfidz yang selalu memberikan dukungan serta
semangat penulis, sehingga penulis sampai pada titik ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur`an
(IIQ) Jakarta yang telah membagikan ilmunya pada penulis, sehingga
penulis mendapatkan dan memahami banyak hal terkait ilmu-ilmu Al-
Qur`an.
7. Seluruh staf Fakultas yang telah membantu tahap demi tahap proses
yang penulis lalui.
8. Pimpinan dan staf perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta,
perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan PSQ,
perpustakaan Sadra, dan perpustakaan Iman Jama‟, terimakasih atas
kesempatannya untuk penulis dalam mencari bahan yang diperlukan
dalam menyusun skripsi.
9. Ummi Hj. Nur Mahfudloh dan Abi Syamsul Ma‟arif S.Sos.I,
terimakasih sebanyak-banyaknya Azzah sampaikan untuk Ummi dan
Abi, tanpa doa, dukungan, serta keikhlasan Ummi dan Abi, tak akan
mungkin Azzah mampu menyelesaikan hingga tahap ini. Ridhoi
setiap langkah Azzah Umi, Abi.
10. Abah H. M. Hadun Miftah (alm), meski kini engkau tak lagi bersama
kami, Abah. Azzah yakin engkau selalu mendoakan kami di alam
sana. Mendoakan untuk keberhasilan dan kesuksesan Azzah.
Terimakasih Abah, 12 tahun yang sangat berharga dan
diakses tanggal 10 Mei 2018 9 Wahbah Al-Zuhaily, al-Munir fil Aqidah wal Syariah wal Manhaj, (Damaskus:
Dar Al-Fikr Al-Mu‟ashir, 1418 H), juz 5, h. 144
6
yang suci. Karena tanah air membutuhkan orang yang berjuang dengan
pedang (senjata), dan juga berjuang dengan argumentasi dan dalil.
Bahwasannya memperkokoh moralitas jiwa, menanamkan nasionalisme dan
gemar berkorban, mencetak generasi yang berwawasan „cinta tanah air
sebagian dari iman‟, serta mempertahankannya (tanah air) adalah kewajiban
yang suci. Inilah pondasi bangunan umat dan pilar kemerdekaan mereka.”10
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, MA juga mengatakan bahwa
salah satu ayat yang membahas mengenai kebangsaan terdapat pada Q.S Al-
Hujurat: 13.
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujurat: 13)
Menurut beliau, kata sya’ab juga diterjemahkan sebagai “bangsa”
seperti ditemukan dalam terjemahan al-Qur`an yang disusun oleh Departemen
Agama RI.11
Memang benar saat ini Indonesia sudah merdeka dari para penjajah,
akan tetapi Indonesia hanya merdeka dalam bentuk fisik saja, sedangkan
dalam bentuk moral Indonesia belum merdeka.
Pada era globalisasi ini, rasa cinta terhadap tanah air masih sangat
dibutuhkan. Kenapa? karena walaupun negara kita sudah merdeka dari
10
Muhammad Mahmud al-Hijazi, Tafsir al-Wadlih, (Beirut: Dar al-Jil al-Jadid,
1413 H), juz II, h. 30 11
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur`an,(Bandung: PT. Mizan Pustaka,
2007), cet. I, h. 436
7
penjajahan, kita masih memiliki kewajiban untuk menjaga kemerdekaan
tersebut, kita harus menjaga keutuhan bangsa ini yang telah diperjuangkan
oleh para pahlawan.
Memiliki rasa cinta terhadap tanah air itu tidak serta merta dimiliki saat
hendak menghadapi penjajah yang menjajah negara kita. Karena penjajahan
itu tidak hanya berbentuk fisik, akan tetapi dapat terjadi pula dengan bentuk
penjajahan terhadap moral suatu bangsa.
Perwujudan rasa cinta tanah air tidak hanya bagi warga negara
Indonesia kepada negara Indonesia, akan tetapi sebagai warga negara di
negara mana pun itu kita harus memiliki rasa cinta tanah air, misalnya Mesir.
Pada abad ke 19, seorang tokoh Mesir bernama Ath-Thahthawi (w. 27
Mei 1873) yang merupakan salah seorang tokoh pembaharu di bidang
pendidikan membawa pembaharuan terhadap pendidikan di Mesir pada waktu
itu, bahkan dikenal pula sebagai pioner pertama pembaharu pendidikan.
Beliau merumuskan sebuah konsep pendidikan yang menjelaskan gagasan
beliau mengenai pendidikan. Beliau berpendapat bahwasannya tujuan
pendidikan itu adalah untuk pembentukan kepribadian, tidak hanya untuk
kecerdasan. Lebih dari pada itu, tujuan pendidikan juga berupaya
menanamkan rasa patriotisme (hubb al-wathan).
Patriotisme merupakan dasar utama yang membawa seseorang untuk
membangun masyarakat maju. Wacana patriotisme yang dimaksudkan Ath-
Thahthawi adalah cinta pada tanah tumpah darah yaitu Mesir, bukan seluruh
dunia Islam. Pemikiran Ath-Thahthawi tentang tujuan pendidikan tidak jauh
berbeda dengan pemikiran yang berada di Indonesia, bahwasannya
pendidikan itu tidak hanya untuk menambahpengetahuan akan tetapi
ditunjukkan pula untuk kepentingan bangsa.12
12
Hamka, Pandangan Hidup Muslim, (Jakarta: P.T Bulan Bintang, 1984), Cet.3,
h.220
8
Kita percaya kepada Tuhan dan kita mengabdi kepada Tuhan. Kita
bersyukur kepada-Nya karena kita dilahirkan di atas setumpuk dunia yang
indah. Tanah air adalah nikmat Ilahi kepada kita. Di atas bumi-Nya kita
dibesarkan, hasil buminya kita makan, airnya yang mengalir yang kita
minum.
Jadi dapat dikatakan, bahwasannya karena mencintai Tuhanlah maka
timbul cinta cinta kita kepada tanah air. Rumpun cinta yang seperti ini dari
Tauhid-lah asalnya.
Tetapi cinta itu terkadang terlepas dari uratnya, terbongkar dari asalnya,
sebagaimana juga pada segi-segi yang lain, cinta itu terlepas dari urat tauhid,
lalu menjadi musyrik.13
Jika cinta tanah air adalah naluri manusia, maka seorang mukmin
ataupun kafir selama masih naluri yang sehat pasti cinta kepada tanah airnya.
Dengan demikian cinta tanah air bukanlah bagian dari iman. Ungkapan حب
bukanlah hadis sahih. Hadis ini adalah palsu (maudhu’i) الوطن من الايمان
menurut penilaian ash-Shaghghani sebagaimana dikutip oleh ulama hadis
Muhammad Nashiruddin al-Albani (w. 4 Oktober 1999) dalam kitabnya yang
berjudul Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah wa al-Mawhu’ah, jilid I, hlm.
110.14
Sebagai manusia yang diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang
membedakannya dengan makhluk lainnya, adalah melakukan kewajiban
manusia itu sendiri untuk mengenal Allah dari dekat, sekaligus untuk
mengabdi kepada-Nya. Salah satu cara mengenal Allah yang banyak tidak
disadari oleh kita semua yaitu dengan cara mencintai tanah air kita sendiri,
13
Hamka, Pandangan Hidup Muslim, (Depok: Gema Insan Press, 1965)Cet.3,
h.220-221. 14
Quraish Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab, (Jakarta:Penerbit Lentera
Hati,2009),cet.V, h.424-425
9
seperti jargon yang suda ada sejak zaman penjajahan, yaitu “Hubbul Wathan
Minal Iman” yang artinya Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman.
Ada sejumlah hadis yang mengisyaratkan tentang kecintaan orang
beriman kepada tanah airnya. Misalnya hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Abi
Hatim.
ث نا أب، ثنا ابن أب عمر، قال: قال سفيان، فسمعناه من مقاتل منذ سبعين سنة، عن حدا خ اك، قال:"لم ة، الضح ة ف ب لغ الحفة اشتاق إل مك رج النب صلى اللو عليو وسلم من مك
ة". 15فأن زل اللو ت بارك وت عال عليو القرآن " لرادك إل معاد " إل مك“dari al-Dhahhak, beliau berkata: Ketika Rasulullah saw. keluar dari
kota Makkah, lalu sampai di al-Juhfar (tempat diantara Makkah dan
Madinah), beliau rindu dengan Makkah, maka Allah swt. Menurunkan
ayat: “...dan sungguh (Allah) akan mengembalikanmu ke tempat
kembali (yaitu ke Makkah).” ( H.R Ibn Abu Hatim al-Razi)
Hadis yang diriwayatkan Ibn Abu Hatim al-Razi (w. 890 M) didalam
tafsirnya ini, diamini oleh banyak penafsir Al-Qur`an, seperti al-
Thabathaba‟i, Ibn „Asyur (w. 12 Agustus 1975), dan Sayyid Quthub (w. 29
Agustus 1966) sebagaimana yang dijelaskan Quraish Shihab didalam tafsir
al-Misbah.
Fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini sebenarnya menunjukkan
kalau mencintai negara itu punya andil besar, dalam menjaga
keberlangsungan kehidupan dan pelaksanaan ajaran agama yang didasari
oleh keimanan. Pelajaran dari kearifan tokoh bangsa ketika menjadikan
ungkapan “Hubbul Wathan Minal Iman” adalah sarana meningkatkan
semangat juang rakyat, harus kita teladani dan ambil semangatnya pada hari
ini. Memakmurkan dan mengelola muka bumi ini adalah bagian dari ajaran
15
Abu Muhammad „Abdurrahman bin Muhammad bin Idris bin Mundzir at Tamimiy
al Handzaliy ar Razi bin Abi Hatim, Tafsir Al-Qur`anul „Adzim liabni Abi Hatim, (Kerajaan
Arab Saudi: Perpustakaan Nizar Mustafa el Baz),Cet III, h. 419
10
islam, yaitu mensyukuri pemberian nikmat hidup di dunia ini, dengan
bekerja mencari nafkah yang halal. Memang, tanah air ini tidak hanya soal
kelahiran, ataupun kampung halaman. Mulla al-Qari (w. 1605 M)16
misalnya, menambahkan kalau al-wathan juga memiliki tafsiran makna
akhirat, karena kita semua akan kembali ke „kampung‟ akhiran, maka
pantaslah kalau kita merindukannya..
Atas dasar pandangan-pandangan diatas, merupakan suatu kewajiban
bagi umat Islam untuk memahami lebih jauh lagi ajaran Islam, sebelum kita
memahamkan orang lain dan membuktikannya dengan tindakan nyata bahwa
Islam adalah agama yang akan menebar kasih di muka bumi dan mencintai
tanah air bukan hanya tabiat, tetapi juga lahir dari bentuk keimanan kita.
Karenanya, jika kita mengaku diri sebagai orang yang beriman, maka
mencintai indonesia sebagai tanah air yang jelas-jelas penduduknya
mayoritas muslim merupakan keniscayaan. Inilah makna penting pernyataan
hubbul wathan minal iman (Cinta tanah air sebagian dari iman).
Pada dasarnya, kata cinta tanah air dalam Al-Qur`an tidak disebutkan
secara langsung. Namun nilai-nilai cinta tanah air banyak ditemukan dalam
Al-Qur`an. Nilai-nilai cinta tanah air tersebut juga tidak bertentangan dengan
konsep ajaran agama Islam yang menjadikan Al-Qur`an sebagai kitab
pedoman hidup. Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah: (1) nilai persatuan
dan kesatuan, terdapat dalam Q.S. Al Anbiya‟: 92, Q.S. Al Hujurat: 13, Q.S.
Ali Imron: 103, dan Q.S.As Shaff: 4 (2) nilai rela berkorban, terdapat dalam
Q.S. Al Anfal: 60, Q.S. Qashsas: 7, dan Q.S. An Nisa‟: 135 (3) nilai
kesetiaan, terdapat dalam Q.S. An Nisa‟: 59, dan Q.S. Ali Imron: 103 (4)
nilai taat terhadap peraturan, terdapat dalam Q.S. An Nisa‟: 59, dan Q.S. An
16
Mulla al-Qari adalah seorang ulama ahli hadis yang bermadzhab Hanafi. Ketinggian
ilmu dan pribadi beliau diakui umat sehingga digelar sebagai “al-Imam Naashirus Sunnah
dan Pembasmi Bid‟ah- Imam Pembela Sunnah dan Pembasmi Bid‟ah”. Lihat