Top Banner
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Daerah Penelitian Daerah aliran sungai Ciliwung Hulu secara geografis terletak pada 6 o 37’-6 o 46’ LS dan 106 o 49’-107 o 05’BT dan termasuk zona 48 UTM, seperti terlihat pada Gambar 6 Luas DAS Ciliwung Hulu memiliki luas ± 15109.17 ha yang merupakan daerah pegunungan dengan elevasi antara 367 mdpl sampai 2710 mdpl (hasil deliniasi DEM SRTM). Secara administratif pemerintahan, DAS Ciliwung Hulu sebagian termasuk wilayah Kabupaten Bogor (Kecamatan Megamendung, Cisarua, dan Ciawi) dan sebagian kecil Kotamadya Bogor yaitu wilayah Kecamatan Kota Bogor Timur, dan Kota Bogor Selatan (BPDAS Ciliwung-Cisadane,2007). Gambar 6. Posisi Sub Das Ciliwung Hulu (BPDAS Ciliwung-Cisadane, 2007)
17

Cili Wung

Jan 15, 2016

Download

Documents

Arya Yanti

terowongan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Cili Wung

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Daerah Penelitian

Daerah aliran sungai Ciliwung Hulu secara geografis terletak pada

6o37’-6o46’ LS dan 106o49’-107o05’BT dan termasuk zona 48 UTM, seperti terlihat

pada Gambar 6 Luas DAS Ciliwung Hulu memiliki luas ± 15109.17 ha yang

merupakan daerah pegunungan dengan elevasi antara 367 mdpl sampai 2710 mdpl

(hasil deliniasi DEM SRTM). Secara administratif pemerintahan, DAS Ciliwung

Hulu sebagian termasuk wilayah Kabupaten Bogor (Kecamatan Megamendung,

Cisarua, dan Ciawi) dan sebagian kecil Kotamadya Bogor yaitu wilayah Kecamatan

Kota Bogor Timur, dan Kota Bogor Selatan (BPDAS Ciliwung-Cisadane,2007).

Gambar 6. Posisi Sub Das Ciliwung Hulu (BPDAS Ciliwung-Cisadane, 2007)

Page 2: Cili Wung

DAS Ciliwung Hulu sedikitnya terdapat 7 Sub DAS, yaitu : Tugu, Cisarua,

Cibogo, Cisukabirus, Ciesek, Ciseusepan, dan Katulampa. Sub DAS Ciliwung Hulu

memiliki beberapa outlet, dalam penelitiaan ini outlet yang digunakan adalah outlet

SPAS Katulampa yang berada di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur,

Kota Bogor. Aliran sungai Ciliwung Hulu dicirikan oleh sungai pegunungan yang

berarus deras dan variasi kemiringan lereng yang tinggi (3%-15%, 15%-45%, dan

lebih dari 45%). Kondisi kemiringan sungai ini menyebabkan aliran air yang dari

hulu sungai berkecepatan tinggi tetapi pada daerah yang landai kecepatan aliran air

berkurang drastis.

Bentuk DAS Ciliwung Hulu mulai dari bagian hulu sampai Katulampa

mempunyai bentuk dendrik. Bentuk ini mencirikan bahwa antara kenaikan aliran

dengan penurunan aliran ketika terjadi banjir mempunyai durasi seimbang. Dengan

bentuk seperti ini peranan daerah hulu semakin penting, kontribusi aliran permukaan

dari daerah ini cukup besar, jika kondisi fisik khususnya perubahan penggunaan

lahan berubah maka akan mengakibtkan perubahan yang nyata terhadap karakteristik

aliran sungai.

B. Tanah dan Topografi

Berdasarkan peta tanah tinjau sekala 1:250.000 (LPT) terdapat beberapa jenis

tanah yang dominan di DAS Ciliwung yaitu latosol, regosol, dan andosol dengan

uraian sebagai berikut :

1. Latosol

Tanah ini berbahan induk batuan vulkanik yang bersifat intermedier yaitu

batuan dengan kadar Mg dan Fe cukup tinggi. Umumnya latosol bersolum

dalam, Ph agak tinggi dan kepekaan terhadap erosi rendah

2. Regosol

Tanah mempunyai fraksi pasir sangat tinggi dengan tekstur sedang

sampai sangat kasar

3. Andosol termasuk tanah yang kaya akan unsur hara dan bahan organik

tetapi agak peka terhadap erosi (Munaf.1992)

Page 3: Cili Wung

Hasil survey dari Pusat Penelitiaan Tanah Dan Agroklimat(1992) dalam

Sukarman (1997), daerah tangkapan Ciliwung Hulu (Katulampa) terdiri dari 31

satuan pengamatan tanah Jenis tanah yang ada pada daerah penelitian adalah (i)

kompleks latosol merah kekuningan dan latosol coklat dengan luasan 1171.00 ha

(9.12% dari total luasan DAS penelitian yang terbentuk dari deliniasi antara DEM

ukuran 90 m X 90 m dan Batas DAS yang didapat dari BPDAS menggunakan MW-

SWAT), umumnya terdapat pada lereng datar agak curam, (ii) latosol coklat dengan

luasan 669.38 ha (5.22%) umumnya terdapat pada lereng landai sampai sangat curam,

(iii) asosiasi andosol coklat dan regosol coklat dengan luasan 1540.25 ha (12.00%)

umumnya terdapat pada lereng landai sampai sangat curam, dan (iv) asosiasi latosol

coklat kemerahan dan latosol coklat 9453.11 ha (73.66%) umumnya terdapat pada

lereng datar hingga agak curam. Sebaran jenis tanah yang berada di Sub DAS

Ciliwung Hulu seperti terlihat pada Gambar 7.

Dari hasil overlay antara peta batas DAS dan peta DEM pada proses deliniasi,

maka Sub DAS Ciliwung Hulu merupakan daerah yang memiliki ketinggian ± 367 m

sampai 2710 m diatas permukaan laut. Keadaan topografi pada daerah Sub DAS

Ciliwung Hulu didominasi kelas lereng landai hingga agak curam. Dimana rincian

kelas lerengnya adalah datar dan agak landai dengan slope kemiringan 0%-8%

(17.76% dari luas Sub DAS hasil deliniasi), landai dengan slope 8%-15%

(26.26% dari luas Sub DAS hasil deliniasi), agak curam dengan slope 15%-25%

(23.39% dari luas Sub DAS hasil deliniasi), curam dengan slope 25%>45% (19.91%

dari luas Sub DAS hasil deliniasi), dan sangat curam dengan slope >45% (12.68%

dari luas Sub DAS hasil deliniasi).

C. Penggunaan Lahan

Bedasarkan pengolahan dengan menggunakan SWAT di Sub DAS Ciliwung

Hulu hasil deliniasi maka Sub DAS tersebut didominasi oleh hutan, pertanian lahan

kering (tegalan), dan pemukiman. Berdasarkan pengamatan peta topografi terbagi

menjadi enam jenis tutupan lahan yaitu hutan 5020,36 Ha (39.12% watershed) dan

umumnya berada pada hulu DAS, semak belukar 88.52 ha (0.69% watershed),

Page 4: Cili Wung

perkebunan teh seluas 440.07 ha(3.43 % watershed), pertanian lahan kering atau

tegalan 6449.32 (50.25% watershed) menyebar luas pada daerah DAS dan biasanya

menempati sekitar pemukiman penduduk, pemukiman seluas 822.82 ha (6.41%

watershed) umumnya mendominasi daerah hilir DAS dan rata-rata berada disekitar

aliran sungai Ciliwung, dan lahan terbuka 12.65 ha (0.10 % watershed). Sebaran

land use yang berada di Sub DAS Ciliwung Hulu seperti terlihat pada Gambar 8.

Gambar 7.Jenis Tanah Sub DAS Ciliwung Hulu (BPDAS Ciliwung-Cisadane, 2007)

Dari hasil simulasi diketahui banyak areal pertanian yang berada pada

kemiringan > 30%. berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan dan perencanaan tataguna

lahan (Hardjowigeno, 2007), penggunaan lahan yang memilki tingkat kemiringan

Page 5: Cili Wung

cukup terjal (30%) tidak sesuai untuk komoditas pertanian hal ini dapat menyebabkan

penurunan kualitas lingkungan seperti terjadinya erosi, juga dapat mengganggu

kondisi hidrologi secara umum seperti meningkatkan run off.

Gambar 8 . Peta Penggunaan Lahan Sub DAS Ciliwung Hulu 2008

(Arsip BPDAS Ciliwung-Citarum,2008)

Page 6: Cili Wung

D. Iklim

Wilayah Sub DAS Ciliwung Hulu mempunyai iklim tropis yang

dipengaruhi oleh angin muson dan mempunyai dua musim yaitu musim

penghujan dan musim kemarau, musim penghujan pada DAS ini terjadi antara

bulan November hingga bulan April, sedangkan musim kemarau berlangsung

antara bulan Juni hingga Oktober (BPDAS Ciliwung-Cisadane,2007)

Unsur iklim yang digunakan sebagai input dari software MW_SWAT yang

mempengaruhi transformasi hujan menjadi debit dalam siklus hidrologi adalah

curah hujan, temperatur, kelembaban udara, radiasi matahari, dan kecepatan

angin. Curah hujan merupakan sumber air utama yang ada di alam, sedangkan

parameter iklim lainnya digunakan untuk menilai nilai evapotranspirasi

Unsur hujan menunjukan tingkat kebasahan suatu wilayah, bulan basah

(curah hujan rata-rata bulanan >100mm) terjadi lebih atau sama dengan 9 bulan,

bulan kering (curah hujan <60 mm) terjadi kurang atau sama dengan 3 bulan.

Berdasarkan pada klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson yaitu pengklasifikasian

yang hanya memperhatikan unsur iklim maka daerah Ciliwung Hulu termasuk

dalam tipe iklim A (daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika).

Sedangkan klasifikasi iklim menurut Oldemen (1975) dalam Handoko (1995)

peyebaran zona agroklimatnya adalah A1 yang merupakan zona sangat basah

(sesuai untuk menanam padi secara terus menerus namun produksi kurang karena

kerapatan fluks radiasi surya rendah sepanjang tahun).

Data curah hujan bulanan selama 5 tahun periode 2004-2008 untuk stasiun

atau pos Gunung Mas, Gadog, dan Pasir Muncang merupakan hasil pengukuran

dari Badan PSDA dan untuk stasiun Citeko diperoleh dari Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika Pusat di Jakarta. Rata-rata curah hujan bulanan

minimum dari ke-empat stasiun tersebut (curah hujan rata-rata terkecil yang turun

pada lokasi penelitian dari empat stasiun penakar) yaitu berkisar dari 27

mm/bulan-93 mm/bulan. Sedangkan curah hujan rata-rata bulanan maksimum

(curah hujan rata-rata yang turun terbesar pada lokasi penelitian dari empat stasiun

penakar hujan) yaitu curah hujannya antara 331 mm/bulan-650 mm/bulan.

Berdasarkan Gambar 9, curah hujan yang jatuh bervariasi pada setiap stasiun di

Page 7: Cili Wung

setiap tahunnya. Semakin tinggi elevasi suatu daerah maka curah hujan semakin

besar.

Gambar 9. Curah Hujan (mm) DAS Ciliwung Hulu 2004-2008 (Arsip BMKG-

PSDA, 2009)

Selain data curah hujan yang diperlukan sebagai data input di MW_SWAT

juga diperlukan data iklim lainnya seperti temperatur, kelembaban udara,

kecepatan angin dan radiasi surya. yang diperoleh dari Badan Meteorologi,

Geofisika dan Klimatologi Pusat di Jakarta, untuk stasiun Citeko diperoleh suhu

maksimum rata-rata sebesar 24.98 0C dan suhu minimum rata-rata sebesar 18.92 0C. Radiasi surya rata-rata tahunan adalah 10.08 MJ/m2/hari, kecepatan angin

rata-rata tahunanan sebesar 1.19 m/detik, dan kelembaban udara rata-rata tahunan

sebesar 82.64%.

E. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi merupakan gabungan peristiwa evaporasi dan transpirasi,

kedua proses ini merupakan perubahan air menjadi uap air dari permukaan bumi

ke atmosfer. Evaporasi merupakan penguapan yang terjadi pada sungai, danau,

laut, waduk, dan permukaan tanah. Sedangkan transpirasi terjadi pada tanaman

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

2004 2005 2006 2007 2008

Curah  Hujan

 (mm)

Tahun

Page 8: Cili Wung

melalui stomata. Evapotranspirasi dibedakan menjadi evapotranspirasi potensial

yang merupakan laju evapotraspirasi dari tanaman rumput hijau dengan tinggi

seragam antara 8 cm sampai 15 cm, tumbuh secara aktif, menutupi permukaan

tanah secara bersamaan pada kondisi tidak kekurangan air dan dipengaruhi oleh

iklim. Dan evapotranspirasi aktual yang merupakan evapotranspirasi yang terjadi

sesungguhnya dengan kondisi air yang nyata dan dipengaruhi oleh jenis tanaman.

Berdasarkan data iklim diatas, maka hasil simulasi menunjukan bahwa

bahwa besarnya rata-rata bulanan maksimum evapotranspirasi potensial (PET)

pada tahun 2008 adalah sebesar 96.67 mm dan terjadi pada bulan Desember

sedangkan besarnya evapotranspirasi minimum terjadi pada bulan Juni yaitu

sebesar 0.014. Besarnya evapotranspirasi aktual (ET) maksimum terjadi pada

bulan Maret yaitu sebesar 59.91 mm dan minimum terjadi pada bulan Juni yaitu

sebesar 0.01 mm. Secara lengkap dapat terlihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Grafik Evapotranspirasi Aktual dan Potensial (mm) (Hasil Simulasi)

0

20

40

60

80

100

120

mm

Bulan

Page 9: Cili Wung

F. Penggunan MapWindow

Map Window merupakan software aplikasi berlabel free, merupakan salah

satu software untuk Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographical

Information System (GIS) yang berbasis open source. MapWindow dapat

digunakan untuk mendistribusikan data ke bentuk lain dan untuk mendefinisikan

sistem proyeksi.

Jenis peta yang diperlukan oleh MWSWAT adalah peta penggunaan lahan

dan peta tanah dalam bentuk Tagged Image File (TIF) yang telah digrid dan di

reprojected terlebih dahulu

(1) Proses DEM (Watershed Delineation)

Pada tahap ini merupakan pengolahan DEM dan Batas Sub DAS

Ciliwung Hulu untuk deliniasi DAS Ciliwung Hulu secara otomatis akan

diperoleh perhitungan topografi secara lengkap, peta jaringan sungai, peta

batas DAS, peta Sub DAS dan outlet yang pada tahap ini harus dipastikan

bahwa unit elevasi harus dalam satuan meter.

Hasil delinasi dengan menggunakan peta DEM yang berasal dari

SRTM (US Geological Survey) dan peta batas DAS Ciliwung hulu yang

berasal dari BPDAS dengan menggunakan ukuran dari watershed

delineation adalah 2 km2 dan penambahan satu titik outlet yakni di

koordinat pengukuran debit Katulampa, maka terbentuk 37 Sub-DAS

dengan total luasan 12833.73 ha. Dari hasil deliniasi adanya pengurangan

luas Sub DAS Ciliwung Hulu yakni seluas 2275.44 ha hal ini disebabkan

delinasi merupakan pembentukan DAS dari aliran terluar dan semua anak

sungai akan mengalir pada outlet yang telah ditentukan yaitu outlet

Katulampa. Sehingga anak sungai yang tidak terhubung atau masuk ke

outlet katulampa tidak termasuk DAS penelitian, dan juga dipengaruhi oleh

resolusi DEM yang digunakan.semakin kecil resulusi yang digunakan maka

akan meningkatkan ketelitian. Hasil deliniasi saperti terlihat di Gambar 11.

Pada penelitiaan ini digunakan data debit dari SPAS Katulampa, dari

Gambar 11 terlihat bahwa Katulampa berada di Sub-DAS 37. Data debit

yang digunakan berasal dari PSDA dan berupa debit harian dan rata-rata

debit bulananan.

Page 10: Cili Wung

Gamba

(2)

unit

peng

men

men

10%

seba

Outle

Alir

Batas

Bata

ar 11. Hasil

Pembentu

Untuk m

analisis dil

ggunaan la

nggunakan

nggunakan

%, dan kemi

anyak 254 H

Katulampa

et

rain Sungai

s Sub DAS

s DAS

Deliniasi D

ukan HRU

mendapatkan

lakukan tum

ahan. Juml

threshold

threshold 2

iringan lere

HRU dalam

a

Hasil Delin

DAS Ciliwu

n Hydrolog

mpang tindi

ah HRU

d by per

20%, untuk

eng menggu

37 sub-bas

niasi

ung Hulu de

gical Respon

ih (overlay)

yang terbe

rcentage

k jenis tana

unakan thre

sin seperti te

Cisarua

engan Mode

nse Units

) antara pet

entuk oleh

(dimana

ah menggu

eshold 5%)

erlihat pada

el MWSWA

(HRUs) se

a tanah dan

model de

untuk lan

unakan thre

maka terb

a Gambar 12

AT

ebagai

n peta

engan

nduse

eshold

entuk

2.

Page 11: Cili Wung

tana

satu

bahw

HRU

kem

pada

yang

kem

bera

yakn

kem

beru

teren

Bat

Al

Bat

Ou

1,2,3…. No

HRU mer

ah dan pengg

HRU den

wa Katulam

U. Terbentu

miringan (slo

a Sub DAS

Pada Sub

g memiliki

miringan ma

ada pada HR

ni pada ke

merahan dan

upa pertania

ndah denga

Katulampa

tas HRU

lirain Sunga

tas Sub DA

utlet

omor Sub DA

Gamba

rupakan uni

gunaan laha

gan yang l

mpa berada d

uknya HRU

ope). HRU

Ciliwung H

b basin 37

i tingkat

aksimal 25

RU 253 de

emiringan

latosol cok

an lahan ke

an presenta

a

ai

AS

Gadog

AS

ar 12. Pemb

it analisis h

an yang spe

lainya. Dari

di subbasin

U berdasarka

yang terbe

Hulu dapat d

di ketahui

kemiringan

5%. Presen

engan presen

8%-15%,

klat dengan

ering (CRD

ase 2.84%

entukan HR

idrologi yan

esifik, sehin

i hasil HRU

37 dan pa

an perbedaa

entuk oleh

dilihat pada

bahwa sub

n datar-aga

ntasi maksim

ntasi 29.37

jenis tana

landuse yan

DY). Sedang

berada di

T

RU

ng mempun

ngga dapat d

U yang dib

ada subbasin

an landuse,

model untu

Tabel 2.

b basin bera

ak curam

mal HRU

% dari luas

ah Asosiasi

ng berada d

gkan presen

HRU 248

Tugu Utara

Tugu Selatan

nyai karakte

dipisahkan a

bentuk dike

n 37 terben

jenis tanah

uk Sub-DA

ada pada d

yakni de

yang terb

san sub-DA

i latosol c

di daerah ter

ntase HRU

dengan d

a

eristik

antara

etahui

ntuk 7

h, dan

AS 37

daerah

engan

entuk

AS 37

coklat

rsebut

yang

daerah

Page 12: Cili Wung

pertaniaan lahan kering, kemiringan 15%-25%, dan jenis tanah kompleks

latosol merah kekuningan dan latosol coklat.

Tabel 2 HRU yang terbentuk di Sub_DAS 37

Area [ha] %Watershed %Subbasin

Subbasin 37

513.42 4

Landuse CRDY 513.42 4 100 Soil KLMKLCK 180.16 1.4 35.09 ALCK 333.25 2.6 64.91 Slope 0-3 15.62 0.12 3.04 3-8 146.21 1.14 28.48 8-15 229.93 1.79 44.78 15-25 121.66 0.95 23.7 HRU 248 CRDY/KLMKLCK/15-

25 14.58 0.11 2.84

249 CRDY/KLMKLCK/8-15

79.15 0.62 15.42

250 CRDY/KLMKLCK/3-8 70.82 0.55 13.79 251 CRDY/KLMKLCK/0-3 15.62 0.12 3.04 252 CRDY/ALCK/15-25 107.08 0.83 20.86 253 CRDY/ALCK/8-15 150.78 1.17 29.37 254 CRDY/ALCK/3-8 75.39 0.59 14.68 Sumber : (Hasil Simulasi)

(3) SWAT Setup and Run

Pada tahap ini dilakukan penggabungan antara data tanah,

land use, kemiringan, dan iklim untuk menentukan periode waktu

simulasi, pada tahap ini juga ditentukan jenis sungai, metode

penghitungan evaporasi potensial dengan metode Priesteley-Taylor

yang direkomindasikan untuk daerah beriklim basah seperti

Indonesia.

Waktu simulasi dilakukan dari tanggal 1 Desember 2008

sampai tanggal 31 Desember 2008. Pemilihan waktu simulasi ini

berdasarkan peta land use yang digunakan yaitu tahun 2008. Hal

Page 13: Cili Wung

Pos

1,2,3…. N

BaOu

Al

B

ini ber

dihasil

(stnlist

stasiun

hanya

di Su

temper

kecepa

dibang

dengan

ada 4

Gunun

Ciliwu

seperti

Gadog

s Hujan

Nomor Sub D

atas HRUutlet

liran Sungai

Batas Sub D

rtujuan untu

lkan dari ko

Untuk mem

t.txt) yang

n dan file

dari stasiun

ub DAS C

ratur. Data

atan angin

gkitkan den

n mencetak

buah stasiu

ng Mas, da

ung Hulu. S

i terlihat pa

g

DAS

i

DAS

Gambar 1

uk mengeta

ondisi tanah

mperoleh o

terdiri dari

.tmp dari

n Citeko di

Ciliwung

iklim lainn

n yang jug

ngan mengg

k hasil simul

un yang terb

an Pasir Mu

Sebaran pos

da Gambar

13. Batas Su

ahui jumlah

h, landuse ,

output yang

file harian

stasiun Ci

ikarenakan

Hulu tidak

nya berupa

ga dibutuh

gunakan file

lasi periode

baca yaitu p

uncang yan

s hujan atau

13.

C

Pasir Munc

ub DAS

h debit simu

dan kemirin

g diinginka

n .pcp untuk

teko. Peng

dari pos hu

k melakuk

data radias

hkan dalam

e weather g

e bulanan. D

pos Citeko,

ng tersebar

u pos pengu

iteko

cang

ulasi yang

ngan yang a

an. stasiun

k masing-m

gunaan file

ujan yang b

kan penguk

si surya dan

m SWAT

generator (.w

Dari hasil Ru

pos Gadog

tidak mera

ukuran data

Gunung M

dapat

ada.

iklim

masing

e tmp

berada

kuran

n data

akan

wgn).

uning

g, pos

ata di

iklim

Mas

Page 14: Cili Wung

G. Kalibrasi dan Validasi

Untuk tujuan kalibrasi dan validasi, setiap tipe penggunaan lahan didaerah

penelitian disesuaikan dengan tipe tanaman maupun urban dan jenis tanah yang

ada dalam SWAT data base (landcover/plant grow database). Untuk hutan

menggunakan kode FRSE yang merupakan kode untuk jenis hutan sepanjang

tahun,pertanian lahan kering menggunakan kode CRDY, lahan terbuka

menggunakan kode GRAS, semak belukar menggunakan kode SHRB (Shrub

Land), perkebunan teh menggunakan kode LBLS untuk tanaman Little Bluestum

(Schizachyrum Scoparium (Michauk) Nash), rawa menggunakan kode WATR

yang merupakan kode untuk air, pemukiman menggunakan kode URMD yang

merupakan jenis pemukiman dengan tingkat kependudukan sedang-padat.

Kalibrasi model dilakukan terhadap debit air bulanan yang keluar dari outlet

(SPAS) Katulampa. Dengan cara membandingkan debit bulanan hasil observasi

lapangan pada SPAS Katulampa yang diperoleh dari PSDA Ciliwung Cisadane

dengan debit bulanan hasil simulasi (Hasil keluaran model SWAT pada file RCH

yaitu FLOW_OUT).

Kalibrasi dan validasi dilakukan terhadap total hasil air, aliran permukaan,

aliran dasar, dan aliran lateral pada periode tahun 2008 sesuai dengan peta landuse

yang digunakan yakni tahun 2008. Gambar 14 menunjukan debit bulanan hasil

observasi pada SPAS Katulampa dan debit bulanan hasil prediksi model SWAT

yang terdapat pada outlet di Sub-DAS 37. Nilai rata-rata debit bulanan hasil

observasi dan hasil simulasi adalah 13.73 m3/detik dan 10,15 m3.detik. Adanya

selisih antara debit hasil simulasi dan prediksi dikarenakan ada empat buah pos

hujan yang dibaca oleh MW-SWAT yang tersebar tidak merata yaitu semua pos

hujan tersebut disekitar aliran sungai yang disebelah selatan sedangkan untuk

wilayah utara tidak ada pos pengukur hujan, sehingga sebaran rata-rata hujan

untuk daerah Sub DAS Ciliwung Hulu berkurang yang menyebabkan debit aliran

sungai di SPAS Katulampa hasil simulasi juga berkurang. Selain itu juga masih

menggunakan karkteristik penggunaan lahan global. Hubungan antara debit hasil

simulasi dengan debit hasil observasi seperti terlihat pada Gambar 14.

Page 15: Cili Wung

Gambar 14. Debit Hasil Simulasi (m3/s) dengan Debit Real (m3/s)

Uji validasi model terhadap hasil air bulanan (debit) mempunyai nilai

efisiensi Nash Sutclife (ENs) sebesar 0.46 dan kefisien korelasi (R2) sebesar 0.85,

dan nilai standar deviasi (α) antara debit ukur dan simulasi sebesar 3.57. Dari hasil

simulasi menunjukan bahwa SWAT sangat baik untuk memprediksi hasil air

bulanan walaupun indeks tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan yang

dikemukan oleh oleh Fohrer dan Frede (2002) dalam Junaedi (2009) yaitu senilai

0.66. Besarnya nilai koefisien korelasi antara data debit hasil simulasi dan

observasi dapat terlihat pada Gambar 15. Dengan nilai seperti itu maka

menunjukan hasil simulasi tergolong memuaskan. Hal ini sesuai dengan Van Liew

and Garbrech (2003) dalam Junaedi (2009) yang menggolongkan hasil simulasi

kedalam tiga kriteria yaitu hasil simulasi dikatakan baik jika nilai Nash

Sutclife≥0.75, memuaskan jika nilai 0.75<Nash Sutclife>0.36, dan

dinyatakan kurang memuaskan jika nilai Nash Sutclife<0.36.

Nilai koefisien kerelasi R2 senilai 0.85 menunjukan debit dan volume aliran

model dapat menerangkan debit dan volume aliran lapangan serta terdapat

hubungan yang cukup kuat antara debit model dengan debit pengukuran

dilapangan, maka hasil model cukup baik untuk menduga debit aliran rata-rata

sebagaimana terlihat pada Gambar 15.

0

5

10

15

20

25

30

m3 /s

Bulan

Simulasi

observed‐

Page 16: Cili Wung

Gambar 15. Debit Hasil Simulasi (m3/s) dan Debit Observasi (m3/s)

Lampiran 4 menunjukan karakteristik hidrologi DAS Ciliwung Hulu

berdasarkan hasil simulasi. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah air rata-rata

bulanan yang dapat disimpan oleh DAS Ciliwung Hulu sebesar 161.17 mm. total

hujan rata-rata bulanan yang jatuh di DAS Ciliwung Hulu sebesar 3145.43 mm,

aliran permukaan (surface flow) 1290.32 mm, aliran lateral sebesar 44.91 mm,

aliran bawah permukaan 1162.45 mm, dan air yang masuk berupa perkolasi

sebesar 1442.60 mm, dan total air yang dihasilkan sebesar 2496.61 mm. Dari

hasil simulasi diketahui bahwa nilai debit aliran permukaan jauh lebih besar

dibandinhgkan aliran bawah permukaan. Besarnya aliran permukaan disebabkan

berkurangnya kemampuan DAS meretensi air. ini mengidentifikasikan bahwa

telah terjadi ketidak seimbangan atau kerusakan di DAS Ciliwung Hulu yaitu

kemampuan tanah atau dengan kondisi penggunaan lahan yang ada seperti tahun

2008 menyebabkan kemampuaan daya serap air semakin kecil yang dapat

menyebabkan kerusakan lingkungan akibat adanya banjir, maupun erosi. Ini akan

mengakibatkan debit pada musim hujan besar dan debit pada musim kemarau

rendah.

Besarnya air yang dapat disimpan tergantung pada jenis tanah,

penggunaan lahan, dan tata guna lahan. Ini terlihat dari jumlah air yang dihasilkan

pada sub-basin 1 hampir sama dengan sub basin 37, padahal luas area sub basin 1

jauh lebih kecil dibandingkan sub-basin 37, luas wilayah sub basin 1 seluas

y = 1.265xR² = 0.849

0

5

10

15

20

25

30

0 5 10 15 20 25

Deb

it Observasi (m

3 /s)

Debit Simulasi (m3/s)

Page 17: Cili Wung

343.42 ha, sedangkn sub basin 37 sebesar 513.42 ha. Hal ini disebabkan jenis

tutupan lahan yang berada di sub-basin 1 terdiri dari hutan, perkebunan teh, dan

pertanian lahan kering atau tegalan sedangkan di subbasin 37 penggunaan

lahannya terdiri dari pemukiman dan pertanian lahan kering.. Besarnya air yang

dihasilkan (WYIELD) maksimum pada sub-basin 1 terjadi pada bulan Maret

yaitu sebesar 391.94 mm, sedangkan minimum terjadi pada bulan Agustus.

Sedangkan WYIELD maksimum yang dihasilkan di sub-basin 37 terjadi pada

bulan Maret yaitu sebesar 426.35 mm dan WYIELD minimum terjadi pada bulan

Agustus yaitu sebesar 62.62 mm. Pada Gambar 16 terlihat bahwa pada musim

kemarau subbasin 1 WYIELDnya lebih besar dibandingkan subbbasin 37. Hal ini

menunjukan kemampuan hutan dalam menahan air atau menyimpan air jauh lebih

besar dibandingkan tegalan maupun permukiman.

Gambar 6. WYIELD (mm) pada Sub-basin 37 dan 1 (Hasil Simulasi)

050

100150200250300350400450

WYIELD (m

m)

Bulan

Basin 37 (mm)

Basin 1 (mm)