Top Banner
JUNG : PSIKOLOGI ANALITIS Untuk memenuhi tugas Psikologi Kepribadian I Dosen Pengampu : Togi Fitri Afriani Ambarita, M.Psi Disusun Oleh Kelompok 2 : Gratia Adisti Pakpahan (19900057) Cintya Romauli Samosir (19900059) Hengki Hardinata Hulu (19900065) Uliartha Hasian Hutabarat (19900067) Ivana Lisa Nainggolan (19900097) Norton Tulus Tampubolon (19900100) Partogi JR Alphear Rengga Stohang (19900103) Fakultas Psikologi
49

Chyntia Samosir

Oct 23, 2020

Download

Chyntia Samosir

haii.. disini saya ingin berbagi materi tentang psikologi kepribadian tentang Carl Gustav Jung. Semoga bermanfaat yaa.. mohon maaf apabila kurang lengkap. Terimakasih
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Chyntia Samosir

JUNG : PSIKOLOGI ANALITISUntuk memenuhi tugas Psikologi Kepribadian I

Dosen Pengampu :

Togi Fitri Afriani Ambarita, M.Psi

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Gratia Adisti Pakpahan (19900057)

Cintya Romauli Samosir (19900059)

Hengki Hardinata Hulu (19900065)

Uliartha Hasian Hutabarat (19900067)

Ivana Lisa Nainggolan (19900097)

Norton Tulus Tampubolon (19900100)

Partogi JR Alphear Rengga Stohang (19900103)

Fakultas Psikologi

Universitas HKBP Nommesen Medan

Tahun Ajaran 2020/2021

Page 2: Chyntia Samosir

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih karuniaNya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laopran kelompok yang berjudul “Jung; Psikologi Analitis.” Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dosen Pengampu kami, Ibu Togi Fitri Ambarita, M. Psi yang sudah mempercayai kami untuk menyelesaikan laporan ini. Terimakasih juga kepada teman-teman kelompok yang saling memberi dukungan dalam menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun laporan ini menjadi lebih baik lagi. Dan dengan selesainya laporan ini, dapat membantu teman-teman dan khalayak untuk menambah wawasan dan informasi mengenai Psikologi Analitis.

Hormat kami,

Kelompok 2

Page 3: Chyntia Samosir

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Rekan kerja Freud, Carl Gustav Jung mendobrak psikoanalisis ortodoks dan membangun

teori kepribadian yang terpisah disebut psikologi analitik. Teori ini berasumsi bahwa fenomena

yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau magis (occult)bisa dan berpengaruh pada

kehidupan semua manusia. Jung percaya bahwa setiap orang termotivasi bukan hanya diperoleh

dari pengalaman yang ditekan, melainkan juga oleh pengalaman emosional tertentu yang

dipengaruhi para leluhur. Gambaran yang diturunkan (inherited image) merupakan sesuatu yang

disebut Jung sebagai Ketidaksadaran kolektif. Ketidaksadaran kolektif meliputi elemen-elemen

yang tidak pernh dialami seseorang secara individual, tetapi merupakan sesuatu yang diturunkan

oleh leluhur kita.

Beberapa elemen ketidaksaaran kolektif menjadi sangat berkembang, kemudian disebut

sebagai arketipe-arketipe (archetypes). Pengertian arketipe yang paling meluas adalah gagasan

mengenai realisasi diri (self-realization),yang bisa dicapai dengan adanya keseimbangan antara

dorongan-dorongan kepribadian yang berlawanan. Jadi teori Jung mengungkapkan mengenai

kepribadian yang berlawanan. Kepribadian setiap orang meliputi introvert dan ekstrovert, rasional

dan irasional, laki-laki dan perempuan, kesadaran dan ketidaksadaran, serta didorong oleh

kejadian-kejadian di masa lalu yang ditarik oleh harapan-harapan di masa depan.

Page 4: Chyntia Samosir

1.2. Rumusan Masalah 1. Siapa itu Carl Gustav Jung?

2. Apa saja tingkatan Psike?

3. Apa itu dinamika kepribadian?

4. Apa itu tipe psikologis?

5. Bagaimana dengan perkembangan kepribadian dalam teori Jung?

6. Apa saja metode investigasi Jung?

7. Apa saja penelitian yang terkait dengan teori kepribadian Jung?

8. Bagaimana kritik terhadap Jung?

1.3. Tujuan dan Manfaat 1. Mengetahui biografi Carl Gustav Jung.

2. Menjelaskan tingkatan-tingkatan psike.

3. Menjelaskan apa itu dinamika kepribadian.

4. Memaparkan tipe-tipe psikologis.

5. Mengetahui perkembagan kepribadian.

6. Memaparkan metode investigasi yang dilakukan oleh Jung.

7. Menjelaskan penelitian terkait mengenai teori Jung.

8. Mengetahui kritik terhadap Jung.

Page 5: Chyntia Samosir

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Biografi Carl Gustav Jung

Carl Gustav Jung lahir di Kesswil, 26 Juli 1875 – meninggal di Küsnacht, 6 Juni

1961 pada umur 85 tahun adalah psikolog yang berasal dari Swiss dan seseorang yang

merintis dan mengembangkan konsep psikologi analitik atau psikoanalisis. Kakeknya dari

pihak ayah, Carl Gustav Jung tua, adalah seorang fisikawan terkenal di Basel dan seorang

yang dikenal baik di kota itu. Rumor yang berkembang di daerah itu mengatakan bahwa

kakek Carl juga adalah anak tidak sah dari Sastrawan Jerman yang terkenal, Goethe.

Walaupun ayah Jung tidak pernah mengakui rumor tersebut, kadang-kadang ia juga

mempercayai bahwa ia cicit dari Goethe (Ellenberger,1970).

Orang tua Jung mempunyai tiga orang anak. Seorang putra, lahir sebelum Carl, dan

hanya bertahan hidup selama tiga hari dan seorang putri yang usianya lebih muda sembilan

tahun dari Jung. Pada tahun-tahun awal kehidupannya, Jung merupakan anak satu-satunya.

Jung menggambarkan ayahnya sebagai seorang idealis sentimental yang memiliki keraguan

mengenai keyakinan agamanya. Jung melihat ibunya sebagai orang yang mempunyai dua

sisi. Sisi yang pertama, ibunya adalah orang yang realistis, praktis, dan berhati hangat,

namun di sisi lainnya, ibunya tidak stabil, percaya pada hal-hal mistis, spiritual, kuno, dan

keji. Jung, sebagai anak yang emosional dan sensitive, lebih mengidentifikasi ibunya pada

sisi yang kedua, yang disebutnya dengan kepribadian nomor dua atau kepribadian dalam

malam.

Ketika Jung berusia 16-19 tahun, teori kepribadian yang dikemukakannya mengenai

kepribadian No.1 tampil lebih dominan dan secara bertahap “menekankan dunia perasaan

intuitif”. Ia mampu berkonsentrasi terhadap sekolah dan kariernya karena setiap hari

didukung oleh kesadaran  akan keberhasilan kepribadiannya. Carl Gustav Jung remaja

adalah seorang yang penyendiri, tertutup dan tidak peduli dengan masalah sekolah, apalagi

dia tidak punya semangat bersaing. Kemudian ia dimasukan di sekolah asrama Bassel,

Page 6: Chyntia Samosir

Swiss. Di sini ia merasa tertekan karena dicemburui teman-temanya. Lalu dia mulai sering

bolos dan pulang ke rumah dengan alasan sakit, mulai belajar dalam keadaan perasaan

tertekan. Pada teori  ini Jung mengenai sikap, teori kepribadian No.1 adalah orang dengan

kepribadian ekstrover dan bias menerima dunainya secara objektif, sedangkan No.2 adalah

orang yang intorver dan melihat dunianya secara subjektif. Meskipun demikian, selama

masa sekolahnya Jung memiliki kepribadian introvert, Jung jadi ektrovet pada waktu

menjadi professional dan mulai menemukan tujuan tanggung jawab hidupnya.

Sebelum Jung memutuskan untuk masuk kedokteran ia belajar Biologi, zoologi,

paleontologi, dan arkeologi. Penyelidikanya dalam bidang filsafat, mitologi, literatur kristen

dari abad-abad pertama, misistisisme, ghotisisme, dan alkemia diteruskan sepanjang

hidupnya, bersamaan dengan minatnya dalam penelitian-penelitian ilmiah. Latar belakang

dan pikiran-pikiranya yang memadukan antara ilmu eksakta dan ilmu humanisme, dapat

menghasilkan sebuah pemikiran yang unik dan mempersatukan dua pemikiran yang berbeda

dalam satu kestuan.(integral), Sehingga ia dapat mengungkapkan dengan baik struktur dari

psike.

Setelah memperoleh gelar kedoktorannya dari Universitas Basel pada tahun 1990,

Jung menjadi asisten psikiater Eugane Bleuer di Rumah Sakit Jiwa Burgholtzi di Zurich.

Pada masa itu mungkin rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit tempat  magang bidang

psikiatri yang paling bergengsi di dunia. Pada tahun 1902-1903, Jung belajar Selama enam

bulan di Paris bersama Pierre Janet, yang merupakan penerus Charcot.

C. G. Jung mengawali kariernya di paris, tahun 1902, dengan menghadiri kuliah

pertama kalinya dari Pierre Janet, kemudian ia melanjutkan perjalananya ke London. Pada

tahun 1903, Jung kemudian menikah dengan Emma Rauschenbach, yang merupakan kawan

sekaligus pendampingnya dalam bidang ilmu sampai kematianya tahun 1955. Teori

kompleks yang isinya mengenai sekelompok psikis, atau psikis emosional (feeling-toned)

yang ditekan, merupakan hasil penyelidikan eksperimental pertama yang dipimpinnya

dalam kerja sama dengan Franz Rikin dan ilmuwan lainya pada tahun 1904, dengan judul

“Diagnostische Assoziationsstudien.” Karya ini menjaidikanya populer dan sebagai

jembatan bertemunya dengan Sigmund Freud tahun 1907 dalam tulisannya mengenai

interpretasi mimpi, Jung mendapat konfirmasi (pengesahan) atas penyelidikanya sendiri

Page 7: Chyntia Samosir

Bahkan Freud akhirnya menyadari bahwa Jung adalah putra mahkota psikoanalisis dan

pewaris tahtanya.

Sesudah memberi kuliah di Amerika Serikat bersama dengan Freud tahun 1911,

Jung menghentikan kariernya sebagai penerbit dari majalah Jahrbuch fur psychologische

Forscchungen (Year Book For Psychologycal Research) yang telah didirikan oleh Bleuler

dan Freud. Jung juga berhenti sebagai ketua National Psychoanalytic Society, dimana ia

sendiri yang mendirikanya, dan masih merupakan Organisasi Profesional Freudian. Jung

menjelaskan pandangan-pandangan baru yang berbeda dari pandangan Freud dalam buku-

bukunya yang mungkin paling terkenal dari semua buku Jung yaitu Symbol and

Wandlungen der libido, kemudian diterbitkan lagi dengan judul Symbol and Wandlung

(symbol and transformation). Semakin lama Carl Gustav Jung semakin tertarik untuk

mendalami simbol-simbol mitologis dan simbol-simbol relegious.

Pada awal pecah perang dunia I, mulailah sebuah peristiwa introspeksi yang

tergabung dengan penyelidikan empiris, suatu periode kosong (belum ada publikasi) yang

berakhir sampai diterbitkanya Psychologcal Types tahun 1921. Dari karyanya ini, Jung

membedakan diri posisinya dari Freud dan meletakan dasar psikologi analitis. Pada tahun

1920, Jung pergi ke Tunisia dan Algaria; dari tahun 1924- 1925. Pada tahun 1948, Institut

C. G. Jung didirikan di Zurich untuk meneruskan ajaranya dan sebagai pusat latihan dan

analis. Karya dilanjutkan di Inggris oleh “Society of Analytical Psychology” (perkumpulan

Psikologi Analitis), dan di beberapa perkumpulan lain di New York, Sanfrancisco, Los

Angeles dan beberapa negara Eropa. Perang dunia pertama adalah masa menyakitkan bagi

Jung. Akan tetapi masa ini merupakan batu loncatan baginya untuk melahirkan teori-teori

kepribadian yang tiada duanya di dunia. Setelah perang berakhir, Jung melakukan

perjalanan keberbagai negara, misalnya, ke suku-suku primitif di Amerika dan India. Dia

pensiun pada tahun 1946 dan mulai menarik diri dari kehidupan umum setelah istrinya

meninggal pada tahun 1955. C.G. Jung meninggal pada tanggal 6 Juni 1961 di Zurich.

Page 8: Chyntia Samosir

2.2. Tingkatan Psike

Jung juga melandaskan teori kepribadiannya pada asumsi bahwa pikiran atau

psike (psyche), mempunyai level kesadaran dan ketidaksadaran. Namun tidak seperti

Freud, Jung sangat menekankan bahwa bagian yang paling penting dari labirin

ketidaksadaran seseorang bukan berasal dari pengalaman personal, melainkan dari

keberadaan manusia di masa lalu. Konsep ini yang disebut Jung sebagai ketidaksadaran

kolektif.

1. Kesadaran

Jung mengamati “anak mengembangkan kondisi yang pada awalnya bersifat

hewani dan tidak disadari menjadi kesadaran, yang pada awalnya primitif, dan

kemudian pelan-pelan menjadi lebih beradab”. Kesadaran adalah sebuah fenomenon

intermittent (sebentar-sebentar) ketika seseorang memasuki ketidaksadaran setiap kali

mereka pergi tidur. Pikiran sadar itu sempit karena pikiran itu setiap saat hanya dapat

menahan beberapa konten simultan. Disamping itu, kesadaran bersifat sementara dan

orang hanya bisa mendapatkan kesadaran tentang dunia luar melalui suksesi saat-saat

sadar.Menurut Jung, bayangan mengenai kesadaran(Conscious) merupakan hal yang

mudah dirasakan oleh Ego, sementara elemen ketidaksadaran tidak ada kaitannya

dengan Ego.

Jung melihat Ego sebagai pusat dari Kesadaran, namun bukanlah inti dari

kesadaran itu sendiri. Ego bukan keseluruhan dari kepribadian dan harus dipenuhi

dengan diri. Diri lah yang merupakan pusat dari kepribadian yang kebanyakan

diantaranya berupa ketidaksadaran. Pada orang yang sehat secara psikologis, Ego

merupakan aspek kedua dari Ketidaksadaran diri (Jung, 1951/1959a), jadi kesadaran

memainkan peran relatif kecil dalam psikologi analitis. Psikologi Analitis yang

dikemukakan oleh Jung lebih menekankan pada penjelajahan kesadaran Psike

seseorang yang menyebabkan ketidakseimbangan Psikologis. Individu yang sehat

ialah yang dapat berhubungan dengan dunia kesadarannya namun dapat mengalami

ketidaksadaran diri dan kemudian mencapai individuasi.

Page 9: Chyntia Samosir

2. Ketidaksadaran Personal

Ketidaksadaran personal merangkum seluruh pengalaman yang terlupakan,

ditekan,atau di persepsikan secara sibliminal pada seseorang. Ketidaksadaran

personal mengandung ingatan dan impuls masa silam, kejadian yang terlupakan serta

berbagai pengalaman yang disimpan dalam alam bawah sadar. Personal Unconscious

dibentuk melalui pengalaman individu/pribadi. Beberapa gambaran ketidaksadaran

personal ada yang mudah diingat secara mudah dan sulit. Namun ada beberapa bagian

uang jauh dari jangkauan kesadaran manusia. Materi ketidaksadaran ini disebut

dengan kompleks (complexes). Sebuah kompleks merupakan akumulasi dari

kumpulan gagasan yang diwarnai dengan perasaan.

Kompleks adalah salah satu fitur penting ketidaksadaran pribadi. Jung

menemukan kompleks melalui penelitiannya tentang asosiasi kata, yang menemukan

bahwa kompleks merusak ingatan dan menghasilkan sumbatan dalam aliran asosiasi.

Kompleks adalah akumulasi asosiasi, kadang-kadang bersifat traumatik, sehingga

mempunyai konten emosional yang kuat. Kompleks adalah konstelasi elemen-elemen

psikis berisi energi yang memiliki inti arketipe dan dapat menerobos masuk ke

kesadaran, sering kali secara otonom. Contohnya pengalaman seseorang dengan

ibunya akan terkumpul sebagai pusat emosi, sehingga kata “ibu” akan memicu respon

emosi yang dapat memblokir laju pemikirannya. Kompleks secara umum dapat di

kategorikan sebagai sesuatu yang personal, namun kompleks dapat pula diturunkan

dari pengalaman kolektif kemanusiaan seseorang.

Contohnya Mother complex tidak hanya berasal dari hubungan personal dengan

ibunya, tetapi juga dipicu oleh pengalaman seluruh spesies dengan ibunya dan

sebagian dibentuk gambaran seseorang terhadap ibunya. Oleh karena itu Kompleks

dapat menjadi sesuatu yang disadari serta menghambat ketidaksadaran personal dan

kolektif.

3. Ketidaksadaran kolektif

Ketidaksadaran kolektif (collective unconscious) udah mengakar dari masa lalu

leluhur seluruh spesies. Hal ini merepresentasikan konsep Jung yang paling

kontroversialdan mungkin palaing penting. Isi fisik yang menyertai ketidaksadaran

Page 10: Chyntia Samosir

kolektif diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya sebagai sebuah kondisi

psikis yang potensial. Pengalaman nenek moyang dulu dengan konsep universal

seperti Tuhan, Ibu, Bumi, dan lainnya telah ditransmisikan dalam beberapa generasi

sehingga orang berada dalam suatu kondisi dan waktu yang dipengaruhi pengalaman

primordial primitive dari nenek moyangnya (Jung, 1937/1959). Dengan demikian, isi

dari ketidaksadaran kolektif adalah kurang lebih sama pada seluruh budaya di dunia

ini (Jung, 1934/1959).

Isi ketidaksadaran kolektif tidak hanya diam hanya dan tidak berkembang,

melainkan ia aktif dan mempengaruhi pikiran, emosi, dan tindakan seseorang.

Ketidaksadaran kolektif bertanggung jawab terhadap kepercayaan agama, mitos, serta

legenda. Ketidaksadaran kolektif tidak merujuk pada ide yang diturunkan, tetapi lebih

kepada kecenderungan manusia untuk berinteraksi dengan cara tertentu pada saat

pengalaman mereka menstimulasi kecenderungan biologis. Sebagai contoh, seorang

ibu muda akan langsung merasakan cinta dan kasih saying terhaap anaknya yang baru

lahir walaupun sebelumnya ia pernah merasakan perasaan negative atau biasa saja

terhadap bayi sewaktu di dalam kandungan. Respon ini merupakan bagian dari

potensi diri seorang wanita atau dapat kita sebut “cetak biru yang diturunkan.” Akan

tetapi potensi seperti ini membutuhkan pengalaman seseorang sebelum menjadi aktif.

Ada berapa prediposisi bilogis yang dimiliki oleh manusia? Jung mengatakan

bahwa manusia mempunyai kecenderungan yang diturunkan dan jumlahnya sama

dengan situasi tipikal dalam kehidupan manusia. Pengulangan situasi tipikal yang

jumlah tak terhingga akan menjadikannya sebagai bagian dari konstitusi biologis

manusia. Dengan lebih banyak pengulangan, pembentukan ini mulai mengembangkan

beberapa isi dan muncul sebagai arketipe otonomi yang relatif.

4. Arketipe

Arketipe (archetype) adalah bayangan-bayangan leluhur atau arkaik (archaic)

yang datang dari ketidaksadaran kolektif. Arketipe memiliki persamaan kompleks

karena mereka merupakan kumpulan bayangan-bayangan yang diasosiasikan dan

diwarnai dengan sangat kuat oleh perasaan. Perbedaan arketipe dengan kompleks

adalah kompleks merupakan komponen ketidaksadaran personal yang diindividuasi,

Page 11: Chyntia Samosir

sedangkan arketipe merupakan konsep yang umum dan muncul dari isi

ketidaksadaran kolektif. Arketipe harus dibedakan dengan insting. Jung (1948/1960)

mendefiniskan insting sebagai ketidaksadaran impuls fisik pada tindakan, sedangkan

arketipe adalah pasangan psikis dari sebuah insting. Untuk membandingkan antara

arketipe dan insting, Jung (1975) menulis :

“seperti binatang dari jeni yang sama dan menunjukkan fenomena instingtuai yang

serupa di eluruh dunia, manusia juga menampilkan bentuk arketipe yang bentuknya

sama dimana pun ia tinggal. Seperti binatang yang tidak perlu diajari kegiatan

instingtif, manusia juga memiliki pola psikis primordial dan mengulangnya secara

spontan, tidak dipengaruhi oleh proses pengajaran apapun. Sebagai manusia yang

sadar dan mampu melakukan intropeksi, mereka juga dapat mempersepsi pola

instingtifnya dalam bentuk representasi dari arketipe” (hlm, 152).

Arketipe mempunyai dasar biologis, tetapi asalnya terbentuk melalui pengulangan

pengalaman dari para lelehur manusia. Pada seorang manusia, terapat arketipe yang

tidak dapat di hitung jumlahnya. Arketipe ini aktif pada saat proses pertemuan

pengalaman personal dengan bayangan primordial latea. Arketipetidak dapat muncul

sendiri, tetapi ketika aktif ia akan muncul dalam beberapa bentuk. Kebanyakan

muncul dalam bentuk mimpi, fantasi, dan delusi. Selama pertengahan kehidupannya,

Jung mengalami banyak mengalami mimpi aarketipe dan fantasi. Ia sering kali

memunculkan fantasinya dengan membayangkan dirinya menuju luar semesta

(cosmic abbys) yang sangat dalam.

5. Persona

Sisi kepribadian yang ditunjukan orang kepada dunia. Pemilihan istilah ini sangat

telat karena mengacu pada topeng yang digunakan oleh pemain teater pada masa itu.

Persona adalah bagaimana kita menampilkan diri kita kepada dunia. Persona

mewakili semua topeng sosial berbeda yang kita kenakan di antara berbagai

kelompok dan situasi. Ini bertindak untuk melindungi ego dari citra negatif. Menurut

Jung, persona dapat muncul dalam mimpi dan mengambil bentuk yang berbeda.

Selama perkembangan, anak-anak belajar bahwa mereka harus berperilaku dengan

cara tertentu agar sesuai dengan harapan dan norma masyarakat. Persona

Page 12: Chyntia Samosir

berkembang sebagai topeng sosial yang berisi semua dorongan primitif, dorongan

hati, dan emosi yang dianggap tidak dapat diterima secara sosial.

Pola dasar persona memungkinkan orang untuk beradaptasi dengan dunia di

sekitar mereka dan menyesuaikan diri dengan masyarakat tempat mereka tinggal.

Namun, menjadi terlalu dekat dengan pola dasar ini dapat membuat orang melupakan

jati diri mereka yang sebenarnya.

6. Bayangan

Bayangan (shadow) merupakan arketipe dari kegelapan dan represi yang

menampilkan kualitas-kualitas yang tidak kita akui keberadaannya serta berusaha

disembuhyikan dari diri sendiri dan orang lain. Bayangan mengandung

kecenderungan keberatan (ketidaksetujuan) moral serta sejumlah sifat konstruktif dan

kreatif yang juga tidak ingin kita hadapi (Jung. 1951/1959a)Jung bersikeras bahwa

sepenuhnya kita harus bertahan secara berkesinambungan untuk mengetahui

bayangan kita dan ini merupakan pencarian dari ujian keberanian yang pertama.

Lebih mudah memproyeksikan sisi gelap kepribadian kita pada orang lain, dengan

melihat kejelekan dan sifat jahat pada orang lain yang tidak ingin kita lihat pada diri

sendiri.

Untuk dapat menguasai kegelapan dalam diri, kita harus mencapai "realisasi

bayangan." Sayangnya, kebanyakan dari kita tidak pernah menyadari bayangan kita

dan hanya mengidentifikasi sisi baik kepribadian kita. Orang yang tidak pernah

menyadari bayangannya, tidak memiliki kekuasaan dan mengarah pada kehidupan

tragis, dan secara terus-menerus berada dalam "peruntungan buruk" serta menuai

kekalahan juga tidak mendapatkan dukungan untuk diri mereka sendiri (Jung.

1954/1959a). Dalam Memories, Dreams, Reflection, Jang (1961) menceritakan

sebuah mimpi yang terjadi ketika ia mengalami perpecahan dengan Freud. Dalam

mimpi tersebut. bayangannya muncul sebagai seseorang yang jahat, berkulit cokelat,

membunüh seorane pahlawan, yaitu seorang pria bernama Siegfried, yang muncul

sebagai orang Jerman. Jung menginterpretasikan minpi ini dengan makna bahwa ia

tidak lagi membutuhkan Sigmund Freud, sehingga bayangannya menampilkan tugas

konstruktif menghancurkan sosok pahlawannya terdahulu.

Page 13: Chyntia Samosir

7. Anima

Seperti Frued, Jung juga percaya bahwa semua manusia secara psikologis bersifat

biseksual dan memiliki sisi maskulin dan feminism. Sisi feminim seorang pria

terbentuk dalam ketidaksadaraan kolektif sebagai arketipe dan menetap dikesadaran.

Beberapa pria dapat mengenali animanya. Untuk dapat menguasai anima, seorang

pria harus melampaui batasan intelektualnya, jauh kebagian terdalam

ketidaksadarannya dan menyadari sisi feminim dari kepribadiannya. Dalam

Memories, Dreams, Reflections, Jung menggambarkan dengan jelas pengalamannya.

Dipicu oleh “seorang wanita dari dalam dirinya,” Jung menyimpulkan bahwa :

“wanita itu pasti adalah roh (soul)dalam perasaan primitive dan saya mulai

berspekulasi dengan penalaran mengapa nama anima diberikan pada roh itu.

Mengapa ia berpikir seperti feminim? Kemudian, saya melihat bahwa perasaan

feminim figure ini memerankan peran yang tipikal atau arketipikal, peranan dalam

ketidaksadaran akan pria, dan saya menyebutnya anima. Figur ketidaksadaran

wanita isebut animus” (hal. 186).

Jung juga percaya bahwa anima berasal ari pengalaman seorang pria dengan

wanita (Ibu, kakak perempuan, dan kekasih) yang digabungkan untuk membentuk

gambaran umum mengenai wanita. Dalam perjalanannya, konsep umum ini menjadi

bagian dalam ketidaksadaran kolektif semua pria sebagai arketipe anima. Seorang

pria bisa bermimpi mengenai wanita tanpa bayangan yang pasti dan identitas tertentu.

Wanita yang dibayangkan tidak mewakili siapapun pada pengalaman pria, tetapi

masuk ke dalam mimpi dari kedalaman ketidaksadaran kolektifnya. Anima itu tidak

selalu tampil dalam mimpi sebagai sosok wanita, tetapi bisa berupa perasaan atau

mood (Jung, 1945/1953).

8. Animus

Arketipe maskulin pada wanita adalah animus. Bila anima mempersentasikan

mood dan perasaan irasional, maka animus merupakan simbol dari proses berpikir

dan bernalar. Animus mampu mempengaruhi proses berpikir seorang wanita, yang

sebenarnya tidak dimiliki oleh wanita. Hal itu ssebenarnya berasal dari

Page 14: Chyntia Samosir

ketidaksadaran kolektif yang bermula dari cerita hubungan prasejarah pria dan

wanita. Jung juga percaya bahwa animus bertanggung jawab dalam proses berpikir

dan berpendapat seorang wanita, sama dengan anima yang menghasilkan perasaan

mood seorang pria.

9. Great Mother

Ibu Agung (GREAT MOTHER) dan Orang Tua bijaksana (WISE OLD MAN )

adalah dua arketipe lain yang diturunkan dari anima dan animus setiap orang. Baik

pria maupun wanita memiliki arketipe great mother ini sealu dikaitkan dengan

perasaan. Great mother dua dorongan yang berlawanan pada satu sisi dorongan maut

kesuburan dan pengarug serta disisi lain. Arketipe ini mampu untuk menghasilkan

dan mempertahankan sebuah keidupan (kesuburan dan pengasuhan). Perlu diingat

bahwa jung melihat ibunya sebagai orang yang mempunyai dua kepribadian sebagai

ibu yang penuh cinta mengayomi serta ibu yang menakutkan,konservatif dan kejam.

Semua dideskripsikan dan diaplikasikan kepada anak tidak hanya datang dari ibu

sendiri tetapi lebih kepada arketipe dari ibu itu sendiri dan pada akhirnya akan

memberikan si ibu sebuah latar belakag mitos. Inilah yang dianggap Jung sebagai

bukti dengan great mother. Dimensi kesuburan dan pengasuhan dari sebuah arketipe

great mother disimbolkan dengan pepohnan,kebun,laut,surga,rumah dan

negara.Kesuburan dan kekuatan dikombinasikan untuk melahirkan sebuah konsep

rebith yang mungkin merupakan sebuah arktipe yang berbeda –beda.

10. Wise Old Man

Orang tua yang bijak merupakan sebuah arketipe dari kebijaksanaan dan

keberartian yang menyimbolkan pengetahuan manusia akan misteri kehidupan.Hal

yang serupa di perlihatkan oleh Penyihir di Wizard of OZ merupakan karakter yang

sangat menyakinkan dan menarik perhatian walaupun kata –kata yang di ucapkannya

kadang tidak memilik makna.seorang yang didominasikan oleh arketipe jenis ini

mungkin akan memiliki banyak pengikut dengan menggunakan pendapat yang

terdengar dan menyakinkan tetapi sesungguhnya tidak berarti karena kolektif tidak

dapat menggunakan kebijakan individu tertentu. Arketipe umum selalu terkait dengan

Page 15: Chyntia Samosir

emosi. Bahaya bagi komunitas dan masyarakat akan timbul saat orang mulai

terpengaruh oleh berbagai dengan kebohongan.Perhatikan bahwa jung melihat kotbah

dari ayahnya yang seorang pastor sebagi sesuatu yang di dorong dan tidak didasari

keyakinan yang kuat terhadap agamanya sendiri. Cerita literatur dipenuhi oleh kisah

mengenai anak-anak muda yang pergi dari rumah kemudian pada akhirnya meraih

kebijakan di akhir kisahnya Jung.

11. Pahlawan

Arketipe pahlawan (hero) direpresentasikan dalam mitologi dan legenda sebagai

seseorang yang sangat kuat, bahkan terkadang merupakan bagian dari Tuhan, yang

memerangi kejahatan dalam bentuk naga, monster, atau iblis.Asal muasal pahlawan

bermula dari masa awal sejarah manusia hingga timbul kesadaran.Ketika

mengalahkan seorang karakter jahat, seorang pahlawan secara simbolis mengatasi

masalah ketidaksadaran pramanusia.Pencapaian dari kesadaran merupakan satu dari

sekian asal-usul pencapaian yang besar dan arketipe mengenai seorang pahlawan

yang memenangi pertempuran merepresentasikan kemenangan dalam mengatasi

kegelapan atau masalah (Jung, 1951, 1959b).

12. Diri

Jung memercayai bahwa setiap orang memiliki kecenderungan, untuk bergerak

menuju perubahan. kesempurnaan. dan kelengkapan, yang diwarisi. la menyebut

disposisi bawaan ini sebagai diri (self. Sebuah arketipe yang paling komprehensif

dibandingkan arketipe lainnya. Diri merupakan arketipe dari banyak arketipe karena

sifatnya yang menarik arketipe jenis lain dan menyatukan kesemuanya dalam sebuah

realisasi diri (self realization). Seperti arketipe lainnya. arketipe ini memiliki

komponen kesadaran dan personal, tetapi itu semua sebagian besar dibentuk oleh

gambaran-gambaran ketidaksadaran kolektif. Sebagai sehuah arketipe, diri

disimbolkan sebagai ide seseorang akan kesempurnaan. keutuhan, dan kelengkapan.

Akan tetapi, simbol yang utuh dari semua itu adalah sebuah mandala yang

diperiihatkan sebagai sebuah lingkaran dalam sebuah persegi, schuah persegi dalam

lingkaran, atau bentuk konsentris lainnya. Kesemuanya melambangkan adanya

Page 16: Chyntia Samosir

ketidaksadaran kolektif antara kesatuan, keseimbangan, dan keutuhan. Diri meliputi

gambaran ketidaksadaran personal dan kolektif.

Dengan demikian, tidak dapat disalahartikan sebagai ego, yang hanya

melambangkan kesadaran semata. Pada Figur 4.1 kesadaran (ego) direpresentasikan

merupakan bagian kecil dari kepribadian secara keseluruhan; kesadaran personal

digambarkan pada lingkaran di tengah: ketidaksadaran kolektif digambarkan sebagai

tingkaran dalam. Keseluruhan dari tiga simbol itu melambangkan diri. Hanya empat

jenis arketipe yang digambarkan dalam mandala ini-persona, shadow, animus, serta

anima-dan masing-masing digambarkan secara ideal dalam ukuran yang sama besar.

Bagi kebanyakan orang. persona lebih terlihat sadar jika dibanding dengan shadow,

dan shadow akan lebih Figur 4.1, setiap arketipe digambarkan separuh kesadaran,

ketidaksadaran personal, dan separuh ketidaksadaran kolektif. Keseimbangan yang

ditunjukkan oleh gambar tersebut antara ketidaksadaran dan diri secara keseluruhan

tampak sangat idealistis. Banyak orang dengan ketidaksadaran vang berlimpah dan

kekurangan kepribadian "soul sparck: gagal menyadari kekayaan dan vitalitas dari

ketidaksadaran personal dan terutama ketidaksadaran kolektif mereka Di lain pihak,

orang-orang dengan kesadaran yang terlalu tinggi kerap kali patologis. dengan satu

kepribadian (Jung. 1951/1959a). Walaupun diri tidak pernah mencapai keseimbangan

yang sempurna, setiap orang dalam ketidaksadaran kolektifnya memiliki sebuah

konsep tentang diri vang sempurna dan terpadu. Atandala merepresentasikan sebuah

diri vang sempurna, susunan arketipe.

Bab 4 Jung Psikologi Analitis I Pada satu kesempatan saat Jung mengalami krisis

paruh baya, ia bahkan mendapatkan visi di mana ia dikonfrontasikan dengan seorang

tuaberjanggut yang tinggal dengan seorang wanita muda yang cantik dan sebuah ular

hitam yang besar. Orang tua itu menjelaskan bahwa ia adalah Elijah dan wanita muda

yang bersamanya adalah Salome, keduanya adalah figur yang ada dalam Injil. Elijah

memiliki inteligensi yang tajam walaupun Jung tidak terlalu yakin dengannya.

Salome memberikan Jung perasaan curiga, sedangkan ular menunjukkan kesukaan

yang amat sangat terhadap Jung. Pada saat ia mengalami visi seperti itu, Jung tidak

dapat memahami artinya, tetapi beberapa tahun kemudian, ia dapat melihat tiga sosok

tersebut sebagai figur dalam arketipe. Elijah merepresentasikan wise old man, yang

Page 17: Chyntia Samosir

tampak bijaksana, tetapi tidak masuk akal. Salome merepresentasikan figur anima

yang cantik dan menarik, tetapi tidak dapat mengambil hikmah dari suatu hal.

Terakhir, sang ular merepresentasikan kebalikan dari tokoh pahlawan (hero) yang

menunjukkan kesukaan terhadap Jung, pahlawan dalam visinya. Jung (1961) percaya

bahwa ia harus mengidentifikasikan semua gambaran ketidaksadaran ini agar dapat

mengatur identitasnya sendiri dan tidak kehilangan dirinya pada kekuatan

ketidaksadaran kolektif. Kemudian, ia menulis: Hal penting yang harus diingat adalah

membedakan seseorang dari konten ketidaksadaran yang mempersonifikasikan

mereka dan pada saat yang sama membawa mereka dalam sebuah hubungan pada

kesadaran. Ini merupakan sebuah teknik untuk melucuti kekuatan mereka.

Tidak terlalu sulit untuk mempersonifikasikan mereka karena mereka memiliki

derajat otonomi tertentu yang terpisah dari identitas asli mereka. Otonomi tersebut

merupakan hal yang paling tidak nyaman untuk dilakukan oleh seseorang. Walaupun

begitu, fakta bahwa ketidaksadaran menunjukkan penampakannya dengan nyata

membuat kita menemukan cara yang paling nyata untuk mengatasinya.

2.3. Dinamika Kepribadian

1. Kausalitas dan Teleologi

Apakah motivasi lahir dari akibat masa lalu atau akibat dari tujuan yang bersifat

teleologi? Jung bersikeras bhawa hal itu berasal dari keduanya. Kausalitas menyatakan

bahwa masa kini menyajikan kondisi pada saat ini dan dalam pengalaman yang asli.

Freud sangat bersandar pada penjelasannya bahwa sikap orang dewasa bergantung pada

pengalaman masa kecilnya. Jung mengkritisi pendapat ini dan mengatakan bahwa Frued

hanya bergantung pada satu sisi saja, yaitu kausalitas dan bersikeras pandangan kausal

tidak dapat menejelaskan seluruh motivasi. Sebaliknya, teleology menyatakan bahwa

kejadian masa kini diotivasi oleh tujuan dan aspirasi akan masa depan yang secara

langsung menentukan nasib seseorang. Jung mengatakan bahwa perilaku manusia

dibentuk oleh kedua faktor kekuatan kausal serta teleology dan penjelasan kausal

haruslah seimbang dengan penjelasan teleologi.

Page 18: Chyntia Samosir

2. Progresi dan Regresi

Untuk mencapai realisasi diri, orang harus mengadaptasi tidak hanya lingkungan

luar saja akan tetapi juga dunia dalam diri mereka sendiri. Adaptasi pada dunia luar

meliputi aliran keluar dari energi psikis yang disebut dengan progresi (progression),

sedangkan adaptasi ke dalam bergantung pada energi yang berlawanan arahnya yang

disebut dengan regresi (regression), Kedua hal tersebut sangat penting bagi manusia jika

mereka ingin mencapai tingkat perkembangan individu dan realisasi diri. Progresi akan

membuat manusia bereaksi sesuai kondisi lingkungan tertentu, sedangkan regresi adalah

suatu langkah mundur yang diperlukan dalam sebuah perialanan menuju kesuksesan.

Regresi mengaktifan psikis ketidaksadaran, alat penting untuk mencari solusi bagi semua

masalah. Jika berdiri sendiri, baik progresi atau pun regresi, tidak ada yang dapat

bergerak menuju pembangunan diri.

Masing masing dapat menjadi terlalu berpengaruh, sehingga akan berakibat pada

kegagalan dalam proses adaptasi. Akan tetapi. jika keduanya bersatu, keduanya dapat

bekerja sama mengaktifkan proses pengembangan kepribadian yang sehat (Jung, 1928/

1960). Regresi dapat dilihat dalam krisis paruh baya yang dialami Jung, masa ketika

kondisi psikisnya berbalik menuju ketidaksadaran dan menjauh dari pencapaian yang

signifikan. Jung menghabiskan sebagian besar waktunya bergulat dengan Bagian dua

teori Kepribadian ketidaksadaran psikisnya dan sedikit sekali meluangkan waktu untuk

menulis atau mengajar (memberikan kuliah). Regresi mendominasi hidupnya pada saat

progres hampir mendekati titik hadir. Setelah itu, Jung bergerak dari periode ini menujuh

keseimbangan psikis dan sekali lagi ia menjadi tertarik dengan dunia luar. Akan tetapi

pengalaman regresifnya dengan dunia dalam (introverted world) telah membekas secara

permanen dan membuatnya berubah. Jung (1961) meyakini bahwa langkah regresif

diperlukan untuk menciptakan kepribadian yang seimbang dan menumbuhkan proses

realisasi diri.

Page 19: Chyntia Samosir

2.4. Tipe Psikologis Selain Tingkatan Psikis dan kepribadian yang dinamis jung mengenali berbagai jenis

psikologis yang terdiri dari dua sikap dasar (introvensi dan ekstravensi) serta empat fungsi

yang terpisah (berpikir/thingking), merasakan dengan indra (feeling),merasakan dengan hati

(sensing), dan intuisi (intuition).

1. Sikap

Jung (1921/1971) mendefinisikan sikap (attitude) sebagai suatu kecenderungan

untuk beraksi atau bereaksi dalam sebuah arah karakter. Ia beranggapan bahwa setiap

orang memiliki dua sikap yakni ekstrovert dan introvert, walaupun hanya satu yang

dapat aktif pada saat satu sikap lainnya tidak aktif.

2. Introvensi

Menurut Jung introvensi (introversion) adalah aliran energy psikis kearah yang

memiliki orientasi subjektif. Introver memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia

dalam diri mereka, dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi bersifat individu.

Orang-orang ini akan mmenerima dunia luar dengan selektif atau pandangan subjektif

mereka.

3. Ekstravensi

Berkebalikan dengan introvensi, ekstravensi (ekstraversion) adalah sebuah sikap

yang menjelaskan aliran psikis kearah luar, sehingga orang yang bersangkutan

memiliki orientasi objektif. Eksttrover cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh

sekeliling dibandingkan dengan kondisi dalam dirinya sendiri. Mereka cenderung

berfokus pada sikap subjektif baik kepada orang lain ataupun dirinya sendiri.

Kesimpulannya, manusia tidak ada yang seluruhnya introver atau seluruhnya

ekstrover. Ibaratkan sebuah jungkat jungkit yang dimana introver dan ekstrover yang

ada pada diri seseorang jika di ekspresikan secara seimbang tercipta kenyamanan

dalam dunia eksternal dan internalnya.

4. Fungsi

Kedua sisi introversi dan ekstroversi dapat dikombinasikan dengan satu atau lebih

dari empat fungsi dan membentuk delapan kemungkinan orientasi atau jenis. Dapat

dideskripsikan sebagai berikut; sensing membuat orang dapat menjelaskan bahwa

sesuatu itu benar-benar ada, thingking membuat kita dapat mengerti arti sesuatu,

Page 20: Chyntia Samosir

feeling membuat manusia mengerti nilai atau seberapa berharganya sesuatu, serta

intuition dapat membuat manusia mengetahui sesuatu tanpa mengetahui bagaimana

caranya.

2.5. Perkembangan Kepribadian Jung percaya bahwa kepribadian berkembang melalui serangkaian tahap yang berujung

pada sebuah keutuhan pribadi atau realisasi diri. Berlawanan dengan Freud, Jung

menggarisbawahi tahap kedua dari kehidupan, yaitu periode usia 35 atau 40-an saat

seseorang memilikikesempatan untukmembawaseluruhaspekkepribadian secarabersama-

sama untuk mencapai tahap realisasi diri. Bagaimanapun, kesempatan untuk degenerasi atau

mengalami reaksi kaku juga hadir pada waktu tersebut. Faktor kesehatan psikologis

seseorang sangat bergantung pada kemampuannya dalam mencapai keseimbangan antara

berbagai kutub proses yang saling berlawanan. Kemampuan ini proporsional dengan

pencapaian sukses dalam perjalanan melewati berbagai tahapan kehidupan.

1. Tahap Perkembangan

Jung mengategorikan perkembangan menjadi empat periode utama, yaitu masa

kanak-kanak, masa muda, masa pertengahan (paruh baya), dan masa tua (lanjut usia). Ia

membandingkan perjalanan setiap tahapan itu dengan perjalanan ke matahari melewati

langit, dengan kecerahan matahari diibaratkan sebagai faktor kesadaran. Matahari saat

fajar diibaratkan sebagai masa kanak-kanak, penuh dengan potensi, tetapi masih belum

memahami apa arti sebuah kesadaran. Matahari pagi diibaratkan masa muda. baru saja

beranjak dari horison dan tidak mengetahui apapun yang akan terjadi di masa depan.

Matahari menjelang tengah hari diibaratkan sebagai masa pertengahan, bersinar penuh,

tetapi sudah mengetahui bahwa ia akan tenggelam sore nanti. Matahari sore adalah

manusia di masa tuanya, yang mengetahui bahwa sebentar lagi akan ada waktunya untuk

tenggelam (Figur 4.4). Jung (1931/1960a) berargumentasi bahwa nilai, pandangan, dan

cara berperilaku yang sesuai dengan kehidupan di pagi hari, tidak akan sesuai untuk

paruh kedua, dan orang harus belajar untuk menemukan maksud dan tujuan hidup seiring

terus berkurangnya usia mereka.

Page 21: Chyntia Samosir

1.1. Masa Kanak-kanak

Jung membagi periode ini menjadi tiga bagian, yaitu (1) anarkis, (2) monarkis,

dan (3) dualistis. Fase Anarkis dikarakterisasikan dengan banyaknya kesadaran yang

kacau dan sporadis. "Pulau-pulau kesadaran" mungkin akan tampak, tetapi sedikit

atau bahkan tidak ada sama sekali hubungan di antara pulau-pulau kecil ini.

Pengalaman pada fase anarkis terkadang masuk sebagai gambaran yang primitif yang

tidak mampu digambarkan secara akurat. Fase monarkis dari usia ini

dikarakterisasikan dengan perkembangan ego dan mulainya masa berpikir secara

logis dan verbal. Pada kurun waktu ini, anak-anak akan melihat dirinya sendiri secara

objektif dan kerap mendeskripsikan diri mereka sebagai orang ketiga.

"Pulau- pulau kesadaran" akan berkembang semakin besar, lebih banyak, dan

lebih dihuni oleh ego primitif, walaupun ego dipersepsikan sebagai objek dan belum

disadari sebagai penerima. Ego sebagai penerima mulai tumbuh dalam fase dualistis

pada saat ego terbagi menjadi objektif dan subjektif. Sekarang, anak-anak menyadari

dirinya sendiri sebagai orang pertama dan mulai sadar akan eksistensinya sebagai

individu yang terpisah. Selama masa tersebut, "Pulau-pulau kesadaran" menjadi

sebuah pulau yang menyatu dan dihuni oleh ego kompleks yang menyadari dirinya

sebagai objek dan subjek (Jung, 1931/1960a).

1.2. Masa Muda

Periode yang ditandai dari pubertas sampai dengan masa pertengahan (paruh

baya) dengan masa muda (youth). Anak muda mencoba bertahan untuk mencapai

kebebasan fisik dan psikis dari orang tuanya, mendapatkan pasangan, membangun

keluarga, dan mencari tempat di dunia ini. Menurut Jung (1931/1960a), masa muda

seharusnya menjadi periode meningkat, mencapai kematangan seksual,

menumbuhkan kesadaran, dan pengenalan bahwa dunia di mana tidak ada masalah,

seperti pada waktu kanak-kanak sudah tidak ada lagi. Kesulitan utama yang dialami

anak-anak muda adalah bagaimana mereka bisa mengatasi kecenderungan alami (juga

dialami pada masa pertengahan dan usia lanjut) untuk menyadari perbedaan yang

teramat tipis antara masa muda dengan kanak-kanak, yaitu dengan menghindari

masalah yang relevan pada masanya.

Page 22: Chyntia Samosir

Keinginan dengan prinsip konservatif.Seseorang berupaya untuk memegang nilai-

nilai masa mudanya akan mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi tahapan

hidup setelahnya, dianggap tidak mampu dalam kapasitas mencapai realisasi diri, dan

merusak kemampuannya dalam membangun tujuan baru serta mencari arti kehidupan

(Jung, 1931/1960a).

1.3. Masa pertengan (paruh baya).

Jung percaya bahwa pertengahan atau paruh baya (middle life) berawal di usia 35-

40 tahun, pada saat matahari telah melewati tengah hari dan mulai berjalan menuju

terbenam. Walaupun penurunan ini dapat menyebabkan sejumlah orang di usia ini

meningkat kecemasannya, tetapi fase ini juga merupakan sebuah fase yang potensial.

Jika orang di masa pertengahan dapat memegang teguh nilai moral dan sosial pada

masa kecilnya, maka mereka dapat menjadi kokoh dan fanatik dalam menjaga

ketertarikan fisik dan kemampuannya. Dalam usahanya menemukan idealisme,

mereka akan berjuang keras untuk menjaga penampilan dan gaya hidup masa

mudanya. Menurut Jung (1931/1960a), kebanyakan dari kita tidak siap untuk"

mengambil langkah menuju masa atau fase berikutnya. buruk lagi, kita mengambil

langkah tersebut dengan asumsi yang salah bahwa keyakinan dan idealisme kita akan

terus ada sampai saat ini. ... Kita tidak dapat hidup di fase berikutnya (masa senja)

dengan mengandalkan kehidupan kita di masa muda karena segala sesuatu yang

tampak baik di masa muda, tidak akan terlihat baik di masa tua, dan apa yang

dianggap benar di masa muda akan menjadi kebohongan.

Bagaimana masa pertengahan dapat kita jalani dengan sepenuhnya? Orang yang

telah hidup pada masa mudanya tanpa bersikap kekanak-kanakan atau dengan nilai-

nilai masa pertengahan akan lebih siap untuk hidup di fase ini. Mereka akan mampu

memberikan tujuan ekstrovernya di masa muda dan bergerak menuju kesadaran

introver yang berkembang. Kesehatan psikologis mereka tidak dipengaruhi oleh

sukses dalam bisnis, prestise dalam lingkungan, atau kepuasan dalam kehidupan

keluarga. Mereka harus menatap ke depan dengan harapan dan antisipasi,

menyerahkan gaya hidup masa muda, dan menemukan arti baru dalam masa

pertengahan. Langkah ini sering kali, tetapi tidak selalu, meliputi orientasi beragama

Page 23: Chyntia Samosir

yang dewasa, terutama kepercayaan akan kehidupan setelah kematian (Jung, masa

tua" (hlnı. 399). 1931/1960a).

1.4. Masa tua

Pada saat masa tua (old age) atau lanjut usia menjelang, orang akan mengalami

penurunan kesadaran, seperti pada saat matahari berkurang sinarnya di waktu senja.

Jika orang merasa ketakutan dengan kehidupan di fase sebelumnya, maka hampir bisa

dipastikan mereka akan takut dengan kematian pada fase hidup berikutnya. Takut

akan kematian sering disebut sebagai proses yang normal, tetapi Jung percaya bahwa

kematian adalah tujuan dari kehidupan dan hidup hanya bisa terpenuhi saat kematian

terlihat. Pada tahun 1934 saat berusia 60 tahun, Jung menulis: Biasanya kita

berpegangan pada masa lalu kita dan bertahan dengan ilusi masa muda. Menjadı tua

bukanlah hal yang populer. Tidak ada yang memikirkan kemungkinan bahwa tidak

bisa menjadi tua adalah sama tidak mungkinnya dengan menahan perkembangan

sepatu anak-anak.

Seorang anak muda yang tidak berjuang dan menaklukkan, akan kehilangan

bagian terbaik dari masa mudanya, dan seorang tua yang tidak tahu bagaimana cara

mendengarkan cerita dari sebuah cerita saat mereka mulai jatuh dari kejayaan, akan

dianggap tidak masuk akal. la akan menjadi mumi spiritual yang tidak akan menjadi

sescorang kecuali menjadi tonggak masa lalu saja (Jung, 1934/1969, hlm. 407).

Banyak pasien Jung berasal dari masa pertengahan (paruh baya) atau lebih tua lagi

dan banyak di antara mereka yang menderita akibat terlalu berorientasi masa lalu,

susah pavah bergantung pada gaya hidup dan tujuan masa lalu, serta menjalani alur

hidup tanpa tuiuan vang jelas. Jung merawat orang-orang ini dengan membantu

mereka membangun tujuan dan arti hidup baru dalam kehidupannya, dengan

mempelajari arti kematian. Ia mendapatkan cara perawatan ini lewat sebuah

interpretasi mimpi karena impian dari orang-orang berusia Janjut terkadang penuh

dengan simbol kelahiran kembali, seperti perjalanan jauh atau perubahan lokasi. Jung

menggunakan semua ini dan simbol-simbol yang menjelaskan ketidaksadaran

pasiennya terhadap kematian dan membantu mereka untuk menemukan filosofi

kehidupan yang berarti (Jung, 1934/1960).

Page 24: Chyntia Samosir

2. Realisasi Diri

Kelahiran kembali psikologis atau terkadang disebut dengan realisasi diri atau

individuasi adalah proses untuk menjadi seseorang atau seseorang secara utuh (Jung.

1939/1959, 1945/1953), Psikologi analitis sesungguhnya adalah psikologi kebalikan dan

realisasi diri merupakan sebuah proses penyatuan kedua kutub menjadi sebuah individu

yang homogen. Proses ini berarti seseorang memiliki seluruh komponen psikologis yang

berfungsi dalam satu kesatuan, tanpa melemahkan proses kemampuan psikis. Orang yang

telah melewati proses ini telah mencapai realisasi diri, meminimalkan persona mereka,

mengenali anima dan animus-nya, serta telah mencapai keseimbangan antara introversi

dan ekstraversi. Selain itu, individu-individu ini telah menempatkan seluruh empat

tahapan fungsi ke dalam posisi superior, sebuah pencapaian yang luar biasa sulit didapat.

Realisasi diri adalah suatu hal yang amat langka dan bisa dicapai hanya oleh mereka yang

telah dengan baik mengasimilasi kesadaran mereka dengan keseluruhan kepribadian

mereka.

Untuk sampai pada proses ini, dibutuhkan keberanian untuk menghadapi berbagai

kejahatan alami dari bayangan seseorang dan bahkan lebih banyak lagi dibutuhkan

keberanian untuk menerima sisi maskulin atau feminin seseorang. Proses ini hampir tidak

pernah tercapai sebelum paruh baya dan hanya tercapai oleh mereka yang telah mampu

menanggalkan egonya, satu hal yang menjadi perhatian utama dari kepribadiannya, dan

menggantinya dengan diri. Orang-orang yang telah mencapai realisasi diri harus

mengizinkan ketidaksadaran dirinya menjadi inti dari kepribadiannya. Tujuan

memperbesar kesadarannya adalah untuk meningkatkan ego dan memproduksi satu sisi

manusia yang kekurangan jiwa dari kepribadiannya. Orang yang sadar dengan

kepribadiannya tidaklah didominasi oleh proses ketidaksadarannya atau oleh ego

kesadarannya, tetapi mencapai keseimbangan antara semua aspek kepribadiannya. Orang

yang mencapai realisasi diri mampu menempatkan dirinya di dunia eksternal dan

internalnya. Tidak sama seperti individu yang terganggu secara psikologis, orang yang

mencapai kesadaran-pribadi hidup di dunia nyata dan membuat beberapa pertimbangan

Bagaimanapun. tidak seperti orang lain, mereka sadar bahwa progres regresi dapat mem-

bimbing mereka menemukan jati diri mereka.

Page 25: Chyntia Samosir

Melihat gambaran secara tidak sadar dianggapnya sebagai bahan potensial untuk

kehidupan psikis yang baru dan orang-orang ini menerima gambaran tersebut

sebagaimana mereka muncul dalam mimpi kemudian meretleksikannya setelah

memikirkannya secara mendalam (introspective reflections) (Jung 1939/1959,

1945/1953).

2.6. Metode Investigasi Jung Jung secara konsisten menganggap dirinya sebagai peneliti Sains. Menghilangkan label

mistis dan filosofis. Dalam suratnya kepada Calvin Hall, tertanggal 6 Oktober 1954, Jung

mengatakan: “jika Anda mengatakan kepada saya bahwa saya adalah seseorang yang

mempelajari kekuatan gaib,magis,atau sihir (occulist) karena saya dengan misterius

mempelajari agama,mitologi,cerita rakyat,serta fantasi pada individu modern dan naskah

kuno, maka sana saja Anda menyatakan bahwa Freud adalah seseorang yang melakukan

pelecehan seksual karena dia melakukan hal yang sama melalui fantasi seksual

(Jung,1975,hlm.18).

Jung menegaskan bahwa Psike tidak hanya dapat di mengerti secara intelektual, tetapi

harus dilihat dari keseluruhan diri seseorang. Sejalan dengan itu, ia juga mengatakan bahwa

“tidak semua yang saya kemukakan tertulis dikepala saya, tetapi banyak diantaranya juga

berasal dari hati saya” (Jung,1943/1953 hlm. 116). Jung mengumpulkan data untuk teorinya

tidak hanya melalui pemahaman menyeluruh di berbagai disiplin ilmu, tetapi juga dari

asosiasi kata, analisis mimpi, Imajinasi aktif, dan Psikoterapi. Informasi ini kemudian

dikombinasikan dengan bacaan mengenai kimia abad pertengahan (alehemy), fenomena

kekuatan gaib (occult), atau subjek lainnya dalam usaha mengonfirmasi hipotesis dari

Psikologi Analitis.

1. Tes Asosiasi Kata

Jung bukanlah orang pertama yang menggunakan test asosiasi kata, tetapi ia

dianggap telah membantu untuk mengembangkan dan mendefenisikan ulang Tes

Asosiasi Kata. Awanya ia menjadi asisten muda seorang psikiater di Burgholtzi, dab ia

berbicara tentang tes ini selama perjalanannya dengan Freud ke Amerika Serikat (1909).

Kegunaan tes ini dalam psikologi Juangian adalah untuk membuka feeling-toned

complexes. Kompleks adalah berbagai hal individualis dan bersifat emosional yang

Page 26: Chyntia Samosir

bergabung dan membentuk sekumpulan gambaran disekitar pusat inti kepribadian. Tes

Asosiasi Kata didasarkan pada prinsip bahwa kompleks membentuk respon emosional

yang dapat diukur. Dalam tes ini Jung menggunakan tes ini, Jung menggunakan 100 kata-

kata yang dipilihdan diatur untuk menstimulus atau merangsag reaksi emosi. Ia

menginstruksikan seseorang untuk merespons setiap stimulus kata dengan kata pertama

yang dipikirkan responden.

Beberapa jenis reaksi mengindikasikan bahwa kata kata yang menstimulasi dapat

menyentuh kompleks. Respon kritis yang meliputi pernapasan yang terbatas perubahan

dalam konduktivitas listrik kulit, reaksi penundaan, beragam respons, pengabaian

instruksi, ketidakmampuan untuk mengucapkan kata kata sederhana, ketidakmampuan

merespon, dan ketidakkonsistenan antara hasil tes dan pengulangan tes. Respon

signifikan lainnya meliputi pipi yang bersemu merah, gagap,tertawa,batuk,menghela

napas,mendeham,menangis, gerakan badan yang berlebihan dan pengulangan kata

stimulus. Seseorang yang menunjukkan kombinasi ini mungkin mengindikasikan bahwa

sebuah kompleks telah tercapai.

2. Analisis Mimpi

Jung setuju dengan Frued bahwa mimpi memiliki makna dan makna itu harus

disikapi dengn seriu. Ia juga setuju dengan Freud bahwa mimpi berangkat dari timbulnya

kedalaman kondii ketidaksadaran dan maknanya kemudian akan diwujudkan dalam

bentuk-bentuk yang simbolis. Namun, ia keberatan dengan pendapat Freud yang

mengatakaan bahwa hampir semua mimpi adalah sebuah bentuk keinginan dan simbol

dari keinginan serta kebutuhan seksual. Jung (1964) percaya bahwa orang yang

menggunakan berbagai simbol untuk merepresentasikan berbagai konsep (tidak hanya

sesual) dapat memahami “berbagai hal yang ada diluar jangkuan pengetahuan

manusia” (hal, 21). Mimpi adalah kondisi ketidaksadaran dan percobaan spontan untuk

mengetahui dan memahami sebuah kenyataan yang hanya bisa diwujudkan dalam bentuk

simbol.

Maksud dari interpretasi mimpi Jungian adalah untuk membuka elemen dari

ketidaksadaran personal dan kolektif serta mengintegrasikannya dalam sebuah kesadaran

untuk memfasilitasi proses realisasi diri. Terapis Jungian harus dapat memahami bahwa

Page 27: Chyntia Samosir

mimpi kerap kali merupakan kompenasi atau pengalihan, yaitu perasaan dan sikap yang

tidak diwujudkan dalam perjalanan hidup dan akan menemukan jalannya melalui mimpi.

Jung merasa yakin bahwa mimpi menawarkan bukti keberadaan ketidaksadaran kolektif.

Mimpi ini termasuk mimpi besar (big dreams), yang memiliki arti khusus bagi semua

orang; mimpi umum(typical dreams), merupakan mimpi yang umum bagi kebanyakan

orang; dan mimpi paling awal yang diingat (earliest dreams remembered).

3. Imajinasi Aktif

Metode yang digunakan Jung dalam melakukan analisis terhadap dirinya sendiri

dan pasiennya, adalah imajinasi aktif. Metode ini dimulai dengan impresi berupa

gambaran mimpi,visi,tampilan, atau fantasi milik seseorang. Orang ini kemudian

berkonsentrasi hingga impresinya bergerak. Tujuan dari imajinasi aktif adalah membuka

gambaran arketipe yang bermula dari ketidaksadaran. Hal ini sangat berguna bagi orang

yang ingin mengenal ketidaksadaran personal dan kolektifnya.

4. Psikoterapi

Jung mengidentifikasi 4 pendekatan dasar dalam terapi:

1. Pengakuan Rahasia Patogenik

Metode menghilangkan emosi atau metode katarsis yang di praktikan oleh Josef

Breuer pada pasiennya, Anna O pasien yang memiliki kebutuhan untuk berbagai

rahasia-rahasia mereka, katarsis adalah suatu langkah yang efektif.

2. Melibatkan Penafsiran

Penjelasan dan tekhnik menerangkan. memberi kesempatan kepada pasien untuk

mencari sendiri pengertian mengenai penyebab neurosis mereka, tetapi pasien masih

memiliki perasaan tidak mampu untuk mengatasi permasalahan sosialnya.

3. Pendekatan yang diadopsi oleh Adle, dengan memasukan faktor pendidikan pasien

pasiennya sebagai Mahkluk sosial. Sayangnya menurut jung pendekatan ini sering

kali meninggalkan pasien-pasiennya hanya dalam keadaan mampu menyesuaikan diri

secara sosial dengan baik.

Untuk melampaui ketiga pendekatan ini, Jung mengusulkan suatu tahap ke empat yaitu:

Page 28: Chyntia Samosir

4. Transformasi

Terapis harus menjadi orang utama yang harus diubah atau ditrasnformasi menjadi

manusia yang sehat, terutama dengan melakukan proses psikoterapi.

Tahap keempat ini terutama dilakukan terhadap pasien pasien yang sedang berada

pada tahap kedua hidupnya dan mempunyai perhatian terhadap kesadaran dalam diri

dengan permasalahan moral dan religius serta dalam menemukan filosofis hidup. (Jung

1931/1954b) Tujuan utama terapis Jung adalah Seorang terapis hanya mampu membantu

pasien-pasiennya setelah melakukan trasformasidengan membangun falsafah hidup yang

mapan melalui individuasi, keseluruhan atau realisasi diri.  “Transfer balik” istilah ini

diperkenalkan oleh Jung yaitu suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perasaan terapis pada pasiennya.

2.7. Penelitian Terkait 1. Tipe Kepribadian dan Menginvestasikan Uang

Kepribadian adalah studi mengenai keunikam masing-masing orang. Oleh karena

itu, selalu berkaitan dengan setiap orang dan setiap tempat. Meskipu penelitian dibidang

psikologi dan keuangan tidak sepenuhnya sejalan, kepribadian bisa. Menjadi sesuatu

yang umum dalam kedua bidang tersebut. Filbeck dan rekan- rekannya (2005)

menggunakan MBTI untuk menentukan tipe kepribadian Jung yang memungkinkan

toleransi risiko dalam menginvestasikan MBTI merupakan pengukuran penilaian diri.

Untuk mengukur toleransi resiko ketika mengiventasikan uang , peneliti menggunakan

kuesioner, yaitu menggunakan pertanyaan mengenai situasi hipotesis yang berbeda.

Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut para peneliti dapat menyimpulkan titik

presentase orang merasa investasi- investasi mereka terlalu keras dan beresiko.Penemuan

mereka mengungkapkan bahwa MBTI merupakan cara memprediksi yang baik untuk

melihat siapa yang mau menoleransi resiko dan siapa yang tidak.

Secara terperinci peneliti menemukan bahwa tipe pemikir mempunya toleransi

yang tinggi terhadap resiko, sedangkan mereka yang tipe perasa mempunyai toleransi

yang relative rendah. Jika dilihat secara logis adanya situasi ekonomi yang naik turun

Page 29: Chyntia Samosir

merupakan hal yang bijaksana untuk lebih bertoleransi pada resiko. Penemuan tersebut

bersifat informative dan tetap sejalan dengan tipe Jungian. Misalnya tipe pemikir (bukan

introver dan ekstrover) adalah orang yang mementingkan aktivitas logis, adanya kondisi

ekonomi yang naik turun merupakan hal yang bijaksana untuk lebih bertoleransi pada

resiko, bahkan ketika ekonomi sedang jatuh. Tipe kepribadian perasa menggambarkan

cara orang mengevaluasi informasi. Evaluasi ini tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan

logika dan alasan tertentu. Oleh karena itu tipe perasa lebih menilai toleransi daripada

resiko.

2. Tipe kepribadian dan Kepemimpinan

MBTI telah digunakan secara meluas pada penelitian perilaku daam lingkup

perusahaan khusunya yang berhubungan kepemipinan dan perilaku kepribadian.

Misalnya, Garned merupakan ciri dari manejer perkinerja efektif yang secara umum

bekerja untuk mencapai hasil melalui analisis yang cepat terhadap masalah dan

penerapan keputusan secara langsung. Secara Umum orang yang menunjukkan tipe

perilaku yang berhubungan dengan aktivitas berfikir dan menilai akan pertimbangan

sebagai calon kepemimpinan.Pemimpi itu diharapkan memotivasi tim karyawan lebih

dari yang dilakukan oleh seorang pelatih. Gaya kepemimpinan yang ada diharapkan lebih

menyesuaikan dengan aktivitas perasaan.

3. Tipe Kepribadian dan Minat Terhadap Bidang Gesekan di Jurusan Teknik

Bidang gesekan di jurusan teknik merupakan suatu masalah utama yang akut

karena hampir 50% siswanya tidak lulus di bidang ini. Penjelasan yang paling umum

adalah karena performa mereka lemah di bidang tersebut dan persepsi diri yang salah

mengenai tipikal insinyur. Suau studi di dalam Jurnal Psychology Type menguji apakah

tipe kepribadian dan kesuaiannya terhadap bidang gesekan pada jurusan teknik dapat

meramalkan minat akan bidang ini. Kajian ini dilakukan dengan sampel mahasiswa

jurusan teknik di Georgia Tech (Thomas, Benne, Marr, Thomas, & Home, 2000). Peneliti

melihat 195 mahasiswa (72 % pria) mendaftar pada jurusan teknik (listrik dan

magnetism) yang dikenal sebagai kelas “weeding out” dimana 30% dari mashasiswa

Page 30: Chyntia Samosir

biasanya menerima nilai dibawah C. Para siswa menyelesaikan Myres-Briggs Type

Indicator (MBTI) pada suatu sesi laboratorium.

Seperti yang diperkirakan, hasil kajian itu menunjukkan bahwa sebagai kelompok

sampe, diwakili oleh tipe kepribadian pemikir (75%), introvensi (57%) dan penilai atau

judging (56%). Dari sampe itu, hasilnya terbagi dua hampir sama rata untuk intuitive –

sensing (51% sensing).

2.8. Kritik Terhadap Jung Seperti teori pada umumnya psikologi analitis juga harus dapat memenuhi

6 karakteristik teori yang pertama teori yang bermanfaat harus menghasilkan

hipotesis dan kajian yang deskriptif.kedua sebuah teori yang harus mempunyai

kapasitas untuk divertifikasi atau diulang. Ketiga suatu teori yang bermanfaat

perlu mengorganisir pengamatan ke dalam suatu kerangka yang

bernmakna.psikologi realitis merupakan teori yang unik karena menambahkan

suatu dimensi yang baru dalam teori kepribadian yaitu ketidaksadaran kolektif.

Keempat teori yang bermanfaat adalah kemampuan teori tersebut diterapkan.

Page 31: Chyntia Samosir

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan 1. Ketidaksadaran personal dibentuk oleh pengalaman-pengalaman individu yang

direpresikan dari individu tertentu dan menjadi sumber kompleks.

2. Manusia mewarisi ketidaksadaran kolektif yang membentuk sikap, perilaku, dan

mimpi.

3. Arketipe merupakan sebuah contoh ketidaksadaran kolektif. Arketipe umum meliputi

persona, bayangan, anima, animus, great mother, wise old man, pahlawan dan diri.

4. Anima adalah sisi feminism dari seorang pria yang bertanggung jawab atas suasana

hati (mood) irasional dan perasaan tidak logis. Sedangkan animus adalah sisi

maskulin sorang wanita yang bertanggung jawab atas pemikiran tidak logis dan

pendapat-pendapat tidak masuk akal dari seorang wanita.

5. Kedua sikap, yaitu introversi dan extraversi dapat dikombinasikan dengan satu atau

lebih dari empat fungsi (thingking, feeling, sensing dan intuation) untuk

menghasilkan delapan tipe dasar kepribadian.

3.2. Saran

Dalam buku Fiest dan Fiest masih banyak materi yang kurang bisa dimengerti, bahasa

yang sulit dipahami, dan cara terjemahannya yang menurut kami masih perlu diperbaiki.

Semoga dari laporan ini dapat membantu khalayak sebagai media informasi mengenai

Psikologi Analitis. Terimakasih

Page 32: Chyntia Samosir

Daftar Pustaka

Feist, Jess dan Feist, Gregory J. 2014. Teori Kepribadian Edisi 7. Jakarta : Salemba Humanika.

Hal. 115-154.

Feist, Jess dan Feist, Gregory J. 2017. Teori Kepribadian Edisi 8. Jakarta : Salemba Humanika.

Hal. 107-144.