JUNG : PSIKOLOGI ANALITIS Untuk memenuhi tugas Psikologi Kepribadian I Dosen Pengampu : Togi Fitri Afriani Ambarita, M.Psi Disusun Oleh Kelompok 2 : Gratia Adisti Pakpahan (19900057) Cintya Romauli Samosir (19900059) Hengki Hardinata Hulu (19900065) Uliartha Hasian Hutabarat (19900067) Ivana Lisa Nainggolan (19900097) Norton Tulus Tampubolon (19900100) Partogi JR Alphear Rengga Stohang (19900103) Fakultas Psikologi
haii.. disini saya ingin berbagi materi tentang psikologi kepribadian tentang Carl Gustav Jung. Semoga bermanfaat yaa.. mohon maaf apabila kurang lengkap. Terimakasih
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
JUNG : PSIKOLOGI ANALITISUntuk memenuhi tugas Psikologi Kepribadian I
Dosen Pengampu :
Togi Fitri Afriani Ambarita, M.Psi
Disusun Oleh Kelompok 2 :
Gratia Adisti Pakpahan (19900057)
Cintya Romauli Samosir (19900059)
Hengki Hardinata Hulu (19900065)
Uliartha Hasian Hutabarat (19900067)
Ivana Lisa Nainggolan (19900097)
Norton Tulus Tampubolon (19900100)
Partogi JR Alphear Rengga Stohang (19900103)
Fakultas Psikologi
Universitas HKBP Nommesen Medan
Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih karuniaNya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laopran kelompok yang berjudul “Jung; Psikologi Analitis.” Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dosen Pengampu kami, Ibu Togi Fitri Ambarita, M. Psi yang sudah mempercayai kami untuk menyelesaikan laporan ini. Terimakasih juga kepada teman-teman kelompok yang saling memberi dukungan dalam menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun laporan ini menjadi lebih baik lagi. Dan dengan selesainya laporan ini, dapat membantu teman-teman dan khalayak untuk menambah wawasan dan informasi mengenai Psikologi Analitis.
Hormat kami,
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Rekan kerja Freud, Carl Gustav Jung mendobrak psikoanalisis ortodoks dan membangun
teori kepribadian yang terpisah disebut psikologi analitik. Teori ini berasumsi bahwa fenomena
yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau magis (occult)bisa dan berpengaruh pada
kehidupan semua manusia. Jung percaya bahwa setiap orang termotivasi bukan hanya diperoleh
dari pengalaman yang ditekan, melainkan juga oleh pengalaman emosional tertentu yang
dipengaruhi para leluhur. Gambaran yang diturunkan (inherited image) merupakan sesuatu yang
disebut Jung sebagai Ketidaksadaran kolektif. Ketidaksadaran kolektif meliputi elemen-elemen
yang tidak pernh dialami seseorang secara individual, tetapi merupakan sesuatu yang diturunkan
oleh leluhur kita.
Beberapa elemen ketidaksaaran kolektif menjadi sangat berkembang, kemudian disebut
sebagai arketipe-arketipe (archetypes). Pengertian arketipe yang paling meluas adalah gagasan
mengenai realisasi diri (self-realization),yang bisa dicapai dengan adanya keseimbangan antara
dorongan-dorongan kepribadian yang berlawanan. Jadi teori Jung mengungkapkan mengenai
kepribadian yang berlawanan. Kepribadian setiap orang meliputi introvert dan ekstrovert, rasional
dan irasional, laki-laki dan perempuan, kesadaran dan ketidaksadaran, serta didorong oleh
kejadian-kejadian di masa lalu yang ditarik oleh harapan-harapan di masa depan.
1.2. Rumusan Masalah 1. Siapa itu Carl Gustav Jung?
2. Apa saja tingkatan Psike?
3. Apa itu dinamika kepribadian?
4. Apa itu tipe psikologis?
5. Bagaimana dengan perkembangan kepribadian dalam teori Jung?
6. Apa saja metode investigasi Jung?
7. Apa saja penelitian yang terkait dengan teori kepribadian Jung?
8. Bagaimana kritik terhadap Jung?
1.3. Tujuan dan Manfaat 1. Mengetahui biografi Carl Gustav Jung.
2. Menjelaskan tingkatan-tingkatan psike.
3. Menjelaskan apa itu dinamika kepribadian.
4. Memaparkan tipe-tipe psikologis.
5. Mengetahui perkembagan kepribadian.
6. Memaparkan metode investigasi yang dilakukan oleh Jung.
7. Menjelaskan penelitian terkait mengenai teori Jung.
8. Mengetahui kritik terhadap Jung.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Biografi Carl Gustav Jung
Carl Gustav Jung lahir di Kesswil, 26 Juli 1875 – meninggal di Küsnacht, 6 Juni
1961 pada umur 85 tahun adalah psikolog yang berasal dari Swiss dan seseorang yang
merintis dan mengembangkan konsep psikologi analitik atau psikoanalisis. Kakeknya dari
pihak ayah, Carl Gustav Jung tua, adalah seorang fisikawan terkenal di Basel dan seorang
yang dikenal baik di kota itu. Rumor yang berkembang di daerah itu mengatakan bahwa
kakek Carl juga adalah anak tidak sah dari Sastrawan Jerman yang terkenal, Goethe.
Walaupun ayah Jung tidak pernah mengakui rumor tersebut, kadang-kadang ia juga
mempercayai bahwa ia cicit dari Goethe (Ellenberger,1970).
Orang tua Jung mempunyai tiga orang anak. Seorang putra, lahir sebelum Carl, dan
hanya bertahan hidup selama tiga hari dan seorang putri yang usianya lebih muda sembilan
tahun dari Jung. Pada tahun-tahun awal kehidupannya, Jung merupakan anak satu-satunya.
Jung menggambarkan ayahnya sebagai seorang idealis sentimental yang memiliki keraguan
mengenai keyakinan agamanya. Jung melihat ibunya sebagai orang yang mempunyai dua
sisi. Sisi yang pertama, ibunya adalah orang yang realistis, praktis, dan berhati hangat,
namun di sisi lainnya, ibunya tidak stabil, percaya pada hal-hal mistis, spiritual, kuno, dan
keji. Jung, sebagai anak yang emosional dan sensitive, lebih mengidentifikasi ibunya pada
sisi yang kedua, yang disebutnya dengan kepribadian nomor dua atau kepribadian dalam
malam.
Ketika Jung berusia 16-19 tahun, teori kepribadian yang dikemukakannya mengenai
kepribadian No.1 tampil lebih dominan dan secara bertahap “menekankan dunia perasaan
intuitif”. Ia mampu berkonsentrasi terhadap sekolah dan kariernya karena setiap hari
didukung oleh kesadaran akan keberhasilan kepribadiannya. Carl Gustav Jung remaja
adalah seorang yang penyendiri, tertutup dan tidak peduli dengan masalah sekolah, apalagi
dia tidak punya semangat bersaing. Kemudian ia dimasukan di sekolah asrama Bassel,
Swiss. Di sini ia merasa tertekan karena dicemburui teman-temanya. Lalu dia mulai sering
bolos dan pulang ke rumah dengan alasan sakit, mulai belajar dalam keadaan perasaan
tertekan. Pada teori ini Jung mengenai sikap, teori kepribadian No.1 adalah orang dengan
kepribadian ekstrover dan bias menerima dunainya secara objektif, sedangkan No.2 adalah
orang yang intorver dan melihat dunianya secara subjektif. Meskipun demikian, selama
masa sekolahnya Jung memiliki kepribadian introvert, Jung jadi ektrovet pada waktu
menjadi professional dan mulai menemukan tujuan tanggung jawab hidupnya.
Sebelum Jung memutuskan untuk masuk kedokteran ia belajar Biologi, zoologi,
paleontologi, dan arkeologi. Penyelidikanya dalam bidang filsafat, mitologi, literatur kristen
dari abad-abad pertama, misistisisme, ghotisisme, dan alkemia diteruskan sepanjang
hidupnya, bersamaan dengan minatnya dalam penelitian-penelitian ilmiah. Latar belakang
dan pikiran-pikiranya yang memadukan antara ilmu eksakta dan ilmu humanisme, dapat
menghasilkan sebuah pemikiran yang unik dan mempersatukan dua pemikiran yang berbeda
dalam satu kestuan.(integral), Sehingga ia dapat mengungkapkan dengan baik struktur dari
psike.
Setelah memperoleh gelar kedoktorannya dari Universitas Basel pada tahun 1990,
Jung menjadi asisten psikiater Eugane Bleuer di Rumah Sakit Jiwa Burgholtzi di Zurich.
Pada masa itu mungkin rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit tempat magang bidang
psikiatri yang paling bergengsi di dunia. Pada tahun 1902-1903, Jung belajar Selama enam
bulan di Paris bersama Pierre Janet, yang merupakan penerus Charcot.
C. G. Jung mengawali kariernya di paris, tahun 1902, dengan menghadiri kuliah
pertama kalinya dari Pierre Janet, kemudian ia melanjutkan perjalananya ke London. Pada
tahun 1903, Jung kemudian menikah dengan Emma Rauschenbach, yang merupakan kawan
sekaligus pendampingnya dalam bidang ilmu sampai kematianya tahun 1955. Teori
kompleks yang isinya mengenai sekelompok psikis, atau psikis emosional (feeling-toned)
yang ditekan, merupakan hasil penyelidikan eksperimental pertama yang dipimpinnya
dalam kerja sama dengan Franz Rikin dan ilmuwan lainya pada tahun 1904, dengan judul
“Diagnostische Assoziationsstudien.” Karya ini menjaidikanya populer dan sebagai
jembatan bertemunya dengan Sigmund Freud tahun 1907 dalam tulisannya mengenai
interpretasi mimpi, Jung mendapat konfirmasi (pengesahan) atas penyelidikanya sendiri
Bahkan Freud akhirnya menyadari bahwa Jung adalah putra mahkota psikoanalisis dan
pewaris tahtanya.
Sesudah memberi kuliah di Amerika Serikat bersama dengan Freud tahun 1911,
Jung menghentikan kariernya sebagai penerbit dari majalah Jahrbuch fur psychologische
Forscchungen (Year Book For Psychologycal Research) yang telah didirikan oleh Bleuler
dan Freud. Jung juga berhenti sebagai ketua National Psychoanalytic Society, dimana ia
sendiri yang mendirikanya, dan masih merupakan Organisasi Profesional Freudian. Jung
menjelaskan pandangan-pandangan baru yang berbeda dari pandangan Freud dalam buku-
bukunya yang mungkin paling terkenal dari semua buku Jung yaitu Symbol and
Wandlungen der libido, kemudian diterbitkan lagi dengan judul Symbol and Wandlung
(symbol and transformation). Semakin lama Carl Gustav Jung semakin tertarik untuk
mendalami simbol-simbol mitologis dan simbol-simbol relegious.
Pada awal pecah perang dunia I, mulailah sebuah peristiwa introspeksi yang
tergabung dengan penyelidikan empiris, suatu periode kosong (belum ada publikasi) yang
berakhir sampai diterbitkanya Psychologcal Types tahun 1921. Dari karyanya ini, Jung
membedakan diri posisinya dari Freud dan meletakan dasar psikologi analitis. Pada tahun
1920, Jung pergi ke Tunisia dan Algaria; dari tahun 1924- 1925. Pada tahun 1948, Institut
C. G. Jung didirikan di Zurich untuk meneruskan ajaranya dan sebagai pusat latihan dan
analis. Karya dilanjutkan di Inggris oleh “Society of Analytical Psychology” (perkumpulan
Psikologi Analitis), dan di beberapa perkumpulan lain di New York, Sanfrancisco, Los
Angeles dan beberapa negara Eropa. Perang dunia pertama adalah masa menyakitkan bagi
Jung. Akan tetapi masa ini merupakan batu loncatan baginya untuk melahirkan teori-teori
kepribadian yang tiada duanya di dunia. Setelah perang berakhir, Jung melakukan
perjalanan keberbagai negara, misalnya, ke suku-suku primitif di Amerika dan India. Dia
pensiun pada tahun 1946 dan mulai menarik diri dari kehidupan umum setelah istrinya
meninggal pada tahun 1955. C.G. Jung meninggal pada tanggal 6 Juni 1961 di Zurich.
2.2. Tingkatan Psike
Jung juga melandaskan teori kepribadiannya pada asumsi bahwa pikiran atau
psike (psyche), mempunyai level kesadaran dan ketidaksadaran. Namun tidak seperti
Freud, Jung sangat menekankan bahwa bagian yang paling penting dari labirin
ketidaksadaran seseorang bukan berasal dari pengalaman personal, melainkan dari
keberadaan manusia di masa lalu. Konsep ini yang disebut Jung sebagai ketidaksadaran
kolektif.
1. Kesadaran
Jung mengamati “anak mengembangkan kondisi yang pada awalnya bersifat
hewani dan tidak disadari menjadi kesadaran, yang pada awalnya primitif, dan
kemudian pelan-pelan menjadi lebih beradab”. Kesadaran adalah sebuah fenomenon
intermittent (sebentar-sebentar) ketika seseorang memasuki ketidaksadaran setiap kali
mereka pergi tidur. Pikiran sadar itu sempit karena pikiran itu setiap saat hanya dapat
menahan beberapa konten simultan. Disamping itu, kesadaran bersifat sementara dan
orang hanya bisa mendapatkan kesadaran tentang dunia luar melalui suksesi saat-saat
sadar.Menurut Jung, bayangan mengenai kesadaran(Conscious) merupakan hal yang
mudah dirasakan oleh Ego, sementara elemen ketidaksadaran tidak ada kaitannya
dengan Ego.
Jung melihat Ego sebagai pusat dari Kesadaran, namun bukanlah inti dari
kesadaran itu sendiri. Ego bukan keseluruhan dari kepribadian dan harus dipenuhi
dengan diri. Diri lah yang merupakan pusat dari kepribadian yang kebanyakan
diantaranya berupa ketidaksadaran. Pada orang yang sehat secara psikologis, Ego
merupakan aspek kedua dari Ketidaksadaran diri (Jung, 1951/1959a), jadi kesadaran
memainkan peran relatif kecil dalam psikologi analitis. Psikologi Analitis yang
dikemukakan oleh Jung lebih menekankan pada penjelajahan kesadaran Psike
seseorang yang menyebabkan ketidakseimbangan Psikologis. Individu yang sehat
ialah yang dapat berhubungan dengan dunia kesadarannya namun dapat mengalami
ketidaksadaran diri dan kemudian mencapai individuasi.
2. Ketidaksadaran Personal
Ketidaksadaran personal merangkum seluruh pengalaman yang terlupakan,
ditekan,atau di persepsikan secara sibliminal pada seseorang. Ketidaksadaran
personal mengandung ingatan dan impuls masa silam, kejadian yang terlupakan serta
berbagai pengalaman yang disimpan dalam alam bawah sadar. Personal Unconscious
dibentuk melalui pengalaman individu/pribadi. Beberapa gambaran ketidaksadaran
personal ada yang mudah diingat secara mudah dan sulit. Namun ada beberapa bagian
uang jauh dari jangkauan kesadaran manusia. Materi ketidaksadaran ini disebut
dengan kompleks (complexes). Sebuah kompleks merupakan akumulasi dari
kumpulan gagasan yang diwarnai dengan perasaan.
Kompleks adalah salah satu fitur penting ketidaksadaran pribadi. Jung
menemukan kompleks melalui penelitiannya tentang asosiasi kata, yang menemukan
bahwa kompleks merusak ingatan dan menghasilkan sumbatan dalam aliran asosiasi.
Kompleks adalah akumulasi asosiasi, kadang-kadang bersifat traumatik, sehingga
mempunyai konten emosional yang kuat. Kompleks adalah konstelasi elemen-elemen
psikis berisi energi yang memiliki inti arketipe dan dapat menerobos masuk ke
kesadaran, sering kali secara otonom. Contohnya pengalaman seseorang dengan
ibunya akan terkumpul sebagai pusat emosi, sehingga kata “ibu” akan memicu respon
emosi yang dapat memblokir laju pemikirannya. Kompleks secara umum dapat di
kategorikan sebagai sesuatu yang personal, namun kompleks dapat pula diturunkan
dari pengalaman kolektif kemanusiaan seseorang.
Contohnya Mother complex tidak hanya berasal dari hubungan personal dengan
ibunya, tetapi juga dipicu oleh pengalaman seluruh spesies dengan ibunya dan
sebagian dibentuk gambaran seseorang terhadap ibunya. Oleh karena itu Kompleks
dapat menjadi sesuatu yang disadari serta menghambat ketidaksadaran personal dan
kolektif.
3. Ketidaksadaran kolektif
Ketidaksadaran kolektif (collective unconscious) udah mengakar dari masa lalu
leluhur seluruh spesies. Hal ini merepresentasikan konsep Jung yang paling
kontroversialdan mungkin palaing penting. Isi fisik yang menyertai ketidaksadaran
kolektif diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya sebagai sebuah kondisi
psikis yang potensial. Pengalaman nenek moyang dulu dengan konsep universal
seperti Tuhan, Ibu, Bumi, dan lainnya telah ditransmisikan dalam beberapa generasi
sehingga orang berada dalam suatu kondisi dan waktu yang dipengaruhi pengalaman
primordial primitive dari nenek moyangnya (Jung, 1937/1959). Dengan demikian, isi
dari ketidaksadaran kolektif adalah kurang lebih sama pada seluruh budaya di dunia
ini (Jung, 1934/1959).
Isi ketidaksadaran kolektif tidak hanya diam hanya dan tidak berkembang,
melainkan ia aktif dan mempengaruhi pikiran, emosi, dan tindakan seseorang.
Ketidaksadaran kolektif bertanggung jawab terhadap kepercayaan agama, mitos, serta
legenda. Ketidaksadaran kolektif tidak merujuk pada ide yang diturunkan, tetapi lebih
kepada kecenderungan manusia untuk berinteraksi dengan cara tertentu pada saat
pengalaman mereka menstimulasi kecenderungan biologis. Sebagai contoh, seorang
ibu muda akan langsung merasakan cinta dan kasih saying terhaap anaknya yang baru
lahir walaupun sebelumnya ia pernah merasakan perasaan negative atau biasa saja
terhadap bayi sewaktu di dalam kandungan. Respon ini merupakan bagian dari
potensi diri seorang wanita atau dapat kita sebut “cetak biru yang diturunkan.” Akan
tetapi potensi seperti ini membutuhkan pengalaman seseorang sebelum menjadi aktif.
Ada berapa prediposisi bilogis yang dimiliki oleh manusia? Jung mengatakan
bahwa manusia mempunyai kecenderungan yang diturunkan dan jumlahnya sama
dengan situasi tipikal dalam kehidupan manusia. Pengulangan situasi tipikal yang
jumlah tak terhingga akan menjadikannya sebagai bagian dari konstitusi biologis
manusia. Dengan lebih banyak pengulangan, pembentukan ini mulai mengembangkan
beberapa isi dan muncul sebagai arketipe otonomi yang relatif.
4. Arketipe
Arketipe (archetype) adalah bayangan-bayangan leluhur atau arkaik (archaic)
yang datang dari ketidaksadaran kolektif. Arketipe memiliki persamaan kompleks
karena mereka merupakan kumpulan bayangan-bayangan yang diasosiasikan dan
diwarnai dengan sangat kuat oleh perasaan. Perbedaan arketipe dengan kompleks
adalah kompleks merupakan komponen ketidaksadaran personal yang diindividuasi,
sedangkan arketipe merupakan konsep yang umum dan muncul dari isi
ketidaksadaran kolektif. Arketipe harus dibedakan dengan insting. Jung (1948/1960)
mendefiniskan insting sebagai ketidaksadaran impuls fisik pada tindakan, sedangkan
arketipe adalah pasangan psikis dari sebuah insting. Untuk membandingkan antara
arketipe dan insting, Jung (1975) menulis :
“seperti binatang dari jeni yang sama dan menunjukkan fenomena instingtuai yang
serupa di eluruh dunia, manusia juga menampilkan bentuk arketipe yang bentuknya
sama dimana pun ia tinggal. Seperti binatang yang tidak perlu diajari kegiatan
instingtif, manusia juga memiliki pola psikis primordial dan mengulangnya secara
spontan, tidak dipengaruhi oleh proses pengajaran apapun. Sebagai manusia yang
sadar dan mampu melakukan intropeksi, mereka juga dapat mempersepsi pola
instingtifnya dalam bentuk representasi dari arketipe” (hlm, 152).
Arketipe mempunyai dasar biologis, tetapi asalnya terbentuk melalui pengulangan
pengalaman dari para lelehur manusia. Pada seorang manusia, terapat arketipe yang
tidak dapat di hitung jumlahnya. Arketipe ini aktif pada saat proses pertemuan
pengalaman personal dengan bayangan primordial latea. Arketipetidak dapat muncul
sendiri, tetapi ketika aktif ia akan muncul dalam beberapa bentuk. Kebanyakan
muncul dalam bentuk mimpi, fantasi, dan delusi. Selama pertengahan kehidupannya,
Jung mengalami banyak mengalami mimpi aarketipe dan fantasi. Ia sering kali
memunculkan fantasinya dengan membayangkan dirinya menuju luar semesta
(cosmic abbys) yang sangat dalam.
5. Persona
Sisi kepribadian yang ditunjukan orang kepada dunia. Pemilihan istilah ini sangat
telat karena mengacu pada topeng yang digunakan oleh pemain teater pada masa itu.
Persona adalah bagaimana kita menampilkan diri kita kepada dunia. Persona
mewakili semua topeng sosial berbeda yang kita kenakan di antara berbagai
kelompok dan situasi. Ini bertindak untuk melindungi ego dari citra negatif. Menurut
Jung, persona dapat muncul dalam mimpi dan mengambil bentuk yang berbeda.
Selama perkembangan, anak-anak belajar bahwa mereka harus berperilaku dengan
cara tertentu agar sesuai dengan harapan dan norma masyarakat. Persona
berkembang sebagai topeng sosial yang berisi semua dorongan primitif, dorongan
hati, dan emosi yang dianggap tidak dapat diterima secara sosial.
Pola dasar persona memungkinkan orang untuk beradaptasi dengan dunia di
sekitar mereka dan menyesuaikan diri dengan masyarakat tempat mereka tinggal.
Namun, menjadi terlalu dekat dengan pola dasar ini dapat membuat orang melupakan
jati diri mereka yang sebenarnya.
6. Bayangan
Bayangan (shadow) merupakan arketipe dari kegelapan dan represi yang
menampilkan kualitas-kualitas yang tidak kita akui keberadaannya serta berusaha
disembuhyikan dari diri sendiri dan orang lain. Bayangan mengandung
kecenderungan keberatan (ketidaksetujuan) moral serta sejumlah sifat konstruktif dan
kreatif yang juga tidak ingin kita hadapi (Jung. 1951/1959a)Jung bersikeras bahwa
sepenuhnya kita harus bertahan secara berkesinambungan untuk mengetahui
bayangan kita dan ini merupakan pencarian dari ujian keberanian yang pertama.
Lebih mudah memproyeksikan sisi gelap kepribadian kita pada orang lain, dengan
melihat kejelekan dan sifat jahat pada orang lain yang tidak ingin kita lihat pada diri
sendiri.
Untuk dapat menguasai kegelapan dalam diri, kita harus mencapai "realisasi
bayangan." Sayangnya, kebanyakan dari kita tidak pernah menyadari bayangan kita
dan hanya mengidentifikasi sisi baik kepribadian kita. Orang yang tidak pernah
menyadari bayangannya, tidak memiliki kekuasaan dan mengarah pada kehidupan
tragis, dan secara terus-menerus berada dalam "peruntungan buruk" serta menuai
kekalahan juga tidak mendapatkan dukungan untuk diri mereka sendiri (Jung.
1954/1959a). Dalam Memories, Dreams, Reflection, Jang (1961) menceritakan
sebuah mimpi yang terjadi ketika ia mengalami perpecahan dengan Freud. Dalam
mimpi tersebut. bayangannya muncul sebagai seseorang yang jahat, berkulit cokelat,
membunüh seorane pahlawan, yaitu seorang pria bernama Siegfried, yang muncul
sebagai orang Jerman. Jung menginterpretasikan minpi ini dengan makna bahwa ia
tidak lagi membutuhkan Sigmund Freud, sehingga bayangannya menampilkan tugas