CHLORELLA Sp SEBAGAI PAKAN ALAMI LARVA IKAN
Pakan alami ialah makanan hidup bagi larva dan benih ikan
mencakup fitoplankton, zooplankton dan benthos serta berperan
sebagai sumber protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Disamping mengandung gizi yang lengkap pakan alami mudah dicerna
sebab mengandung enzim yang dapat membantu pencernaan di usus larva
atau benih ikan yang belum berkembang alat pencernaannya. Pakan
alami berukuran relatif kecil (150 mikron - 1 mm) sesuai dengan
bukaan mulut larva atau benih dan bergerak tidak begitu aktif
sehingga mempermudah larva atau benih untuk memangsanya. Karena
sifatnya yang hidup, pakan alami tidak mencemari media pemeliharaan
larva atau benih ikan. Pakan alami jenis fitoplankton diketahui
sebagai makanan awal bagi larva ikan laut yang relatif bukaan mulut
larvanya kecil. Sedangkan sebagian larva ikan air tawar banyak
memanfaatkan zooplankton karena bukaan mulut larvanya relatif
besar.Namun beberapa ikan air tawar termasuk ikan hias ada yang
bukaan mulut larvanya relatif kecil sehingga di dalam usaha
pembenihan memerlukan zooplankton yang ukurannya kecil. Pakan alami
sebagian mudah didapat dari alam dan ada yang mudah dibudidayakan.
Media kultur untuk pembudidayaan pakan alami dapat berupa media
alga atau media yang banyak mengandung bakteri untuk itu fasilitas
pengembangbiakan khususnya alga perlu dipersiapkan. Sedangkan media
bakteri mudah didapat dengan menggunakan kotoran hewan. Penyediaan
pakan alami secara berkesinambungan dan peruntukannya yang tepat
akan meningkatkan pertumbuhan dan sintasan larva dan benih
ikan.SALAH SATUNYA ADALAH CHLORELA Sp.
1.Sistematika dan MorfologiChlorella merupakan alga hiJau yang
di klasifikasikan sebagai berikutPhylum: ChlorophytaKelas:
chlorophhyceaeOrdo: ChlorococcalesFamilia: ChlorellaceaeGenus:
Chlorella ( Bougis, 1979 )Bentuk sel chlorella bulat atau bulat
telur, merupakan alga yang bersel tunggal tetapi kadang kadang
bergerombol. Diameter sel berkisar antara 2- 8 mikron, berwarna
hijau karena klorofil merupakan pigmen yang dominan, dinding selnya
keras terdiri atas selulosa dan pektin. Sel ini mempunyai
pitoplasma berbentuk cawan. Chlorella dapat bergerak tetapi sangat
lambat sehingga pada pengamatan seakan akan tidak bergerak.Menurut
Becker (1994) dalam Kawaroe (2010)Chlorellasp. Mengandung 51-58%
protein, 12-26% karbohidrat, 2-22% lemak, 4-5% nucleic acid. Asam
lemak yang terkandung dalamChlorellaterdiri dari linoleat sebanyak
45,068% dan 29,495 stearat.Chlorellasp
1.Ekologidan FisiologichlorellaChlorella dapat hidup di air yang
menggenang dengan sumber makanan yang cukup, chlorella ini adalah
sebagai pakan alami ikan yang sangat baik bagi kelangsungan
pertumbuhan ikan.Chlorella bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh
dimana-mana, kecuali pada tempat yang sangat kritis bagi kehidupan.
Alga ini dapat tumbuh pada salinitas 0-35 ppt. salinitas 10-20 ppt
merupakan salinitas optimum untuk pertumbuhan alga ini. Alga ini
masih dapat bertahan hidup pada suhu 400C, tetapi tidak tumbuh.
Kisaran suhu 25-300C merupakan kisaran suhu yang optimal.Alga ini
berproduksi secara aseksual dengan pembelahan sel, tetapi juga
dapat dengan pemisahana utospora dari sel induknya. Reproduksi sel
ini diawali dengan pertumbuhan sel yang membesar. Periode
selanjutnya adalah terjadinya peningkatan aktivitas sintesa sebagai
bagian dari persiapan pembentukan sel anak, yang merupakan tingkat
pemasakan awal. Tahap selanjutnya terbentuk sel induk muda yang
merupakan tingkat pemasakan akhir, yang akan disusul dengan
pelepasan sel anak.
2.Reproduksi ChlorellaChlorella ini dapat berkembangbiak dengan
membelah sel, Selnya bereproduksi dengan membentuk dua sampai
delapan sel anak di dalam sel induk yang akan dilepaskan dengan
melihat kondisi lingkungan salinitas 0-35 ppt dan yang optimal pada
10-20 ppt, kisaran suhu optimal 25-30C dan maksimum pada 40 C.
3.PRINSIP KULTURChlorella spSalah satu contoh phytoplankton
adalah Chlorella sp. Chlorella sp merupakan mikro alga sehingga
dalam dunia pembenihan sering hanya disebut alga. Kultur Chlorella
sp murni atau monospesifik species dimulai dari kegiatan isolasi
kemudian dikembangkan secara sedikit demi sedikit secara
bertingkat. Media kultur yang digunakan mula-mula hanya beberapa
liter saja, kemudian berangsur-angsur meningkat ke volume yang
lebih besar hingga mencapai skala massal. Kultur hingga volume 3
liter masih dilakukan didalam laboratorium sehingga sering disebut
dengan kultur skala laboratorium. Selanjutnya dilakukan kultur
aut-door yang dapat mencapai volume 60-100 liter yang merupakan
tahapan kultur selanjutnya. Karena kultur ini menggunakan proses
yang bertingkat-tingkat dari volume kecil ke volume yang lebih
besar, maka prinsip kultur ini disebut dengan kultur bertingkat
atau berlanjut.Pertumbuhan Chlorella sp sangat erat kaitannya
dengan ketersediaan hara makro dan mikro serta dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan. Factor-faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan Chlorella sp antara lain cahaya, suhu, tekanan
osmotic, dan pH air.Kultur Cholorella sp skala laboratorium
biasanya memerlukan kondisi lingkungan terkendali. Hal ini
dimaksudkan agar pertumbuhannya optimal sehingga didapatkan bibit
yang bermutu tinggi untuk skala kultur selanjutnya.
1.STERILISASIMETODE STERILISASIPada dasarnya persiapan untuk
kultur berbagai jenis phytoplankton adalah sama, misalnya pada
kultur Chlorella sp, yaitu sterilisasi alat dan bahan yang
bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan. Ada
lima metode sterilisasi, yakni:
a.Sterilisasi BasahMetode ini dilakukan dengan cara perebusan.
Botol-botol kultur dan peralatan lain yang akan digunakan direbus
dengan air hingga mendidih selama 2 jam. Air yang akan digunakan
untuk kultur juga dapat disterilkan dengan cara ini.b.Sterilisasi
dengan Autoclave dan OvenSterilisasi dengan autoclave pada dasarnya
menggunakan uap air panas bertekanan, sedangkan sterilisasi
menggunakan oven menggunakan udara panas. Sterilisasi model ini
umumnya digunakan untuk mensterilkan alat-alat dan botol kultur
yang terbuat dari gelas.c.Sterilisasi dengan PenyaringanMetode ini
dilakukan untuk cairan/larutan yang tidak tahan terhadap suhu
tinggi, misalnya vitamin, sehingga dilakukan penyaringan dengan
sebuah saringan yang steril.d.Sterilisasi dengan Sinar Ultra
VioletSinar UV dengan panjang gelombang 2000-3000 A dapat membunuh
mikroorganisme dengan cara menghancurkan struktur proteinnya.
Metode ini banyak digunakan untk mensterilkan ruang kerja dan
air.e.Sterilisasi KimiaBahan-bahan yang biasa digunakan untuk
sterilisasi ini adalah HCL, HgCl2, Alkohol, Formalin, Phenol,
Chlorin, dan sebagainya.
CARA STERILISASIa.Sterilisasi Peralatan yang digunakan untuk
isolasi PhytoplanktonSterilisasi peralatan yang akan digunakan
untuk isolasi dapat menggunakan autoclave dengan suhu 1210C dan
tekanan 1 kg/cm3atau menggunakan oven pada suhu sekitar
1050C.Mula-mula peralatan isolasi yang terdiri atas tabung reaksi,
cawan petri, pipet ukur, dan lain-lain dicuci dengan air tawar dan
detergen yang kemudian diletakkan di rak dan ditunggu hingga
kering. Setelah kering, cawan petri dan pipet ukr dibungkus dengan
kertas krap, sedangkan tabung reaksi ditutp dengan karet penutup,
terutama apabila sterilisasinya menggunakan autoclave. Tetapi
apabila menggunakan oven, peralatan tidak perlu dibungkus kertas,
cukup dimasukkan kedalam tabung stainless, kemudian ditutup rapat
dan dislotip dengan slotip tahan panas. Peralatan tersebut disusun
dalam autoclave kemudian ditutup rapat. Sterilisasi dengan
autoclave berjalan 15 menit pada suhu 1210C dengan tekanan 1
kg/cm3. Sedangkan menggunakan oven berjalan 5 jam pada suhu
1050C.
b.Sterilisasi Media KulturSterilisasi media kultur dapat
dilakukan dengan autoclave. Media yang akan disterilisasi mula-mula
dimasukkan kedalam botol atau erlenmayer bersih. Selanjutnya botol
atau erlenmayer tersebut ditutup dengan kapas atau gabus, dan
diatasnya ditutup kembali dengan aluminium foil dan diikat dengan
slotip. Selanjutnya botol atau erlenmayer yang telah berisi media
tersebut disusun rapi dalam autoclave dan siap untuk
disterilisasi.
c.Sterilisasi AlatAlat-alat yang cukup besar sehingga tidak
dapat masuk kedalam autoclave atau oven, dapat disterilkan dengan
cara kimia, misalnya dengan HCl atau chlorine. Peralatan kultur
yang sudah dicuci bersih direndam dengan HCl 10% selama 2 hari,
kemudian dibilas dengan air tawar. Selain itu dapat dengan merendam
peralatan pada larutan chlorine 150 mg/l selama 12-24 jam, kemudian
dinetralisir dengan 40-50 mg/l Na-Thiosulfat dan dibilas dengan air
tawar hingga bau chlorine hilangd.Sterilisasi Media tidak Tahan
PanasMedia pengkaya yang tidak tahan panas, misalnya vitamin,
disterilisasi dengan penyaringan. Saringan yang digunakan 2,5-3
mikron. Media tersebut selanjutnya ditempatkan dalam wadah yang
steril dan ditutup rapat dengan aluminium foil.
e.Sterilisasi pada Kultur semi Out-door dan Out-door/missalUntuk
kultur missal sterilisasi alat dan bahan dilakukan dengan cara
chlorinisasi karena cara ini lebih cepat, ekonomis, dan secara
tekhnis mudah dilaksanakan. Cara chlorinisasi tersebut adalah
sebagai berikut: bak dicuci bersih dengan menggunakan
sabun/detergen lalu disterilkan dengan larutan Na-Thiosulfat 40-50
mg/l. Terakhir bak dibilas dengan air tawar sampai bersih dan bau
chlorine hilang.Air sebagai media kultur juga dapat disterilkan
dengan menggunakan chlorine. Air laut yang akan digunakan
sebelumnya disaring, lalu disterilkan dengan chlorine 60 mg/l
selama minimal 1 jam dan dinetralisir dengan larutan Na-Thiosulfat
20 mg/l untuk menghilangkan sisa-sisa chlorine dalam air laut
hingga bau chlorine hilang. Air yang telah steril disimpan dalam
bak yang tidak tembus sinar dan ditutup dengan penutup tidak tembus
sinar untuk mencegah pertumbuhan lumut atau phytoplankton lain yang
tidak dikehendaki.
2.Budidaya ChlorellaChlorella dapat dibudidayakan dengan
menyiapkan wadah budidaya yang terbuat dari bak plastik, bak semen,
dan tempat tempat yang memungkinkan chlorella dapat tumbuhAda
beberapa tahapan yang dilakukan dalam kulturChlorella sp, yaitu
koleksi dan isolasi.
KoleksiKoleksi bertujuan untuk mendapatkan speciesChlorella
spdari alam untuk dikultur secara murni. Pengambilannya dialam
dapat menggunakan plankton net.Chlorella spyang diperoleh dapat
dikembangkan dengan menggunakan pupukIsolasiAda beberapa metode
untuk mengisolasi phytoplankton, khusus untk fitoplankton jenis
Chlorella sp menggunakan metode isolasi goresan. Metode ini sangat
baik digunakan untuk mengisolasi phytoplankton sel tunggal seperti
Chlorella sp.Metode ini menggunakan media agar-agar. Agar-agar
sebanyak 1,5% dicampur dengan air laut pada salinitas tertentu,
kemudian dipanaskan hingga mendidih dan larut sempurna berwarna
kuning jernih.Selama proses pemanasan harus diaduk terus menerus
untuk mencegah terjadinya kerak atau penggumpalan. Setelah
pemanasan selesai, larutan agar-agar tersebut kemudia diangkat dan
ditunggu sampai agak dingin baru dilakukan pemupukan dengan
menggunakan pupuk Allen Miquel (untuk sekala laboratorium) dengan
komposisi KNO3 20,2 gr, Akuades 100 gr, sedangkan untuk skala
massal ukuran 1-4 ton digunakan pupuk teknis yang terdiri dari:
KNO3 100 gr/ton, FeCl3 3 gr/ton, dan NaH2PO4. 10 H2O 10 gr/ton dan
sesuai dosis yang diinginkan.
Larutan agar-agar yang telah dipupuk disterilisasi dengan
autoclave (121 0C, 15 menit) atau pengukusan sekitar 30 menit.
Bahan-bahan pengkaya yang tidak tahan panas harus disterilkan
secara terpisah. Angkat dan biarkan agak dingin, sekitar 50 0C.
Selanjutnya dituangkan kedalam cawan petri yang sudah steril dengan
tebal kurang lebih 3 mm atau kedalam tabung reaksi yang sudah
steril dalam posisi miring. Agar miring pada tabung reaksi tersebut
biasa digunakan untuk penyimpanan isolat. Selanjutnya dituang
hingga membeku.Setelah media agar membeku, kemudian ditulari bibit
Chlorella sp yang berasal dari air sampel dengan cara goresan
menggunakan ose yang telah dibakar dengan pembakar spritus. Bibit
digoreskan dalam media agar-agar pada cawan petri dengan pola
zig-zag. Untuk mencegah kontaminasi oleh mikroorganisme lain maka
cawan petri ditutup atau disegel dengan isolasi.Untuk penumbuhan,
cawan petri atau tabung reaksi tersbeut diletakkan pada rak kultur
serta disinari dengan dua buah lampu TL 40 watt secara terus
menerus. Cawan petri diletakkan dalam posisi terbalik. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya proses pengeringan akibat
penyinaran dengan lampu TL secara terus menerus atau terjadinya
penetesan embun dari bagian tutup cawan petri ke media
agar-agar.Setelah beberapa hari inokulum akan tampak tumbuh pada
goresan media agar-agar, tetapi masih dicampur dengan phytoplankton
jenis lain, kemudia dilakukan penggoresan berulang-ulang pada media
agar-agar yang sama sampai diperoleh bibit yang benar-benar murni.
Isolate yang diinkubasi dalam ruangan ber AC untuk menjaga
kestabilan suhu 25-27 0C. isolate juga dapat dipindah kecawan petri
yang lain atau pada agar miring dalam tabung reaksi apabila
diperlukan.
Hasil kultur murni dari media agar-agar dikembangkan pada media
cair dalam tabung reaksi dengan volume media kultur 10 ml. bibit
diambil dengan jarum ose yang steril kemudia dipindah ke tabung
rekasi decara aseptis. Sebelumnya Chlorella sp yang tumbuh pada
permukaan agar-agar diperiksa lebih dahulu dengan cara memindahkan
phytoplankton pada gelas objek yang telah diberi media kultur 1
tetes. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop. Apabila
phytoplankton yang diamati sesuai dengan keinginan kemudian
dilakukan inokulasi pada tabung reaksi yang berisi air laut yang
telah diperkaya oleh unsure hara dan ditumbuhkan. Larutan diaduk
dengan cara dikocok sesering mungkin selama masa kultur. Apabila
bibit pada tabung reaksi tersebut telah tumbuh dengan baik, maka
phytoplankton tersebut (Chlorella sp) dapat dikembangkan kedalam
botol-botol kultur yang lebih besar.
1.PERTUMBUHAN PLANKTON (Chlorella sp)Pertumbuhan phytoplankton
dalam kultur dapat ditandai dengan bertambah besarnya ukuran sel
atau bertambah banyaknya jumlah sel. Hingga saat ini kepadatan sel
digunakan secara luas untuk mengetahui pertumbuhan phytoplankton
dalam kultur pakan alami. Ada empat fase pertumbuhan, yaitu:
1.Fase IstirahatSesaat setelahpenambahan inokulumkedalam media
kultur, populasi tidak mengalami perubahan. Ukuran sel pada saat
ini pada umumnya meningkat. Secara fisiologis phytoplankton sangat
aktif dan terjadi proses sintesis protein baru. Organism mengalami
metabolism, tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga kepadatan
sel belum meningkat.
2.Fase Logaritmik/EksponsialFase ini diawali oleh pembelahan sel
dengan laju pertumbuhan tetap. Pada kondisi kultur yang optimum,
laju pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal.3.Fase
StasionerPada fase ini, pertumbuhan mulai mengalami penurunan
dibandingkan dengan fase logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi
sama dengan laju kematian. Dengan demikian penambahan dan
pengurangan jumlah phytoplankton relative sama ata seimbang
sehingga kepadatan phytoplankton tetap.
4.Fase KematianPada fase ini laju kematian lebih cepat daripada
laju reproduksi. Jumlah sel menurun secara geometric. Penurunan
kepadatan phytoplankton ditandai dengan perubahan kondisi optimum
yang dipengaruhi temperature, cahaya, pH air, jumlah hara yang ada,
dan beberapa kondisi lingkungan yang lain.
2.PENGHITUNGAN KEPADATAN PHYTOLANKTON (Chlorella sp)Penghitungan
kepadatan plankton digunakan sebagai salah atu ukuran mengetahui
pertumbuhan phytoplankton, mengetahui kepadatan bibit, kepadatan
pada awal kultur, dan kepadatan pada saat panen. Kepadatan
phytoplankton dapat dihitung dengan menggunakan
Hemacytometer.Hemacytometer banyak digunakan untuk menghitung
sel-sel darah. Untuk dapat mempergunakan alat-alat ini perlu alat
yang lain yaitu mikroskop dan pipet tetes. Untuk memudahkan
penghitungan phytoplankton yang diamati biasanya menggunakan alat
bantu hand counter.Hemacytometer merupakan suatu alat yang terbuat
dari gelas yang dibagi menjadi kotak-kotak pada dua tempat bidang
pandang. Kotak tersebut berbentuk bujur sangkar dengan sisi 1 mm,
sehingga apabila ditutup dengan gelas penutup volume ruangan yang
terdapat diatas bidang bergaris adalah 0,1 mm atau 10-4 ml. Kotak
bujur sangkar yang mempunyai sisi 1 mm tersebut dibagi lagi menjadi
25 buah kotak bujur sangkar, yang masing-masing dibagi lagi menjadi
16 kotak bujur sangkar kecil.Cara penghitungan kepadatan
phytoplankton dengan Hemacytometer adalah sebagai berikut:
Hemacytometer dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu dengan
tissue. Kemudian gelas penutupnya dipasang. Phytoplankton yang akan
dihitung kepadatannya diteteskan dengan menggunakan pipet tetes
pada bagian parit yang melintang hingga penuh. Penetesan harus
hati-hati agar tidak terjadi gelembung udara dibawah gelas penutup.
Selanjutnya Hemacytometer tersebut diamati dibawah mikroskop dengan
pembesaran 100 atau 400 kali dan dicari bidang yang berkotak-kotak.
Untuk mengetahui kepadatan phytoplankton dengan cara menghitung
phytoplankton yang terdapat pada kotak bujur sangkar yang mempunyai
sisi 1 mm. apabila jumlah phytoplankton yang didapat adalah N, maka
kepadatan phytoplankton adalah N x 104 sel/ml.
3.PEMANENANBerdasarkan pola pertumbuhan phytoplankton, maka
pemanenan phytoplankton harus dilakukan pada saat yang tepay yaitu
pada saat phytoplankton tersebut mencapai puncak populasi. Apabila
pemanenan phytoplankton terlal cepat atau belum mencapai puncak
populasi, sisa zat hara masih cukup besar sehingga dapat
membahayakan organism pemangsa karena pemberian phytoplankton pada
bak larva kebanyakan dengan cara memindahkan massa air kultur
phytoplankton. Sedangkan apabila pemanenan terlambat maka sudah
banyak terjadi kematian phytoplankton sehingga kualitasnya turun.
Khusus untuk phytoplankton jenis Chlorella sp pemanenan dilakukan
pada saat 4 hari karena phytoplankton tersebut mencapai puncak
populasi pada saat hari ke 4 setelah pembibitan maka sebaiknya
segera dipanen.Pemanenan phytoplankton dapat dilakukan dengan
berbagai macam alat sesuai dengan kebutuhan dan jumlah
phytoplankton. Adapun peralatannya antara lain : centrifuge, plate
separator, dan berbagai macam filter. Pemanenan dapat dilakukan
secara total atau sebagian. Apabila panen dilakukan sebagian,
phytoplankton yang telah siap dipanen diambil sebanyak 2/3 bagian.
Kemudian kedalam sisa phytoplankton yang 1/3 bagian tersebut
ditambahkan air laut dengan salinitas tertentu (10-20 ppt).
selanjutnya dilakukan pemupukan sekitar dosis. Panen sebagian ini
sebaiknya dilakukan tidak lebih dari tiga kali pada bak budidaya
yang sama, setelah itu harus dilakukan panen total.
4.PASCA PANENChlorella spyang telah dipanen memiliki banyak
peranan yang sangat penting, baik sebagai pakan alami larva
terutama larva ikan kakap putih, ikan kakap merah, dan ikan kerapu,
juga sebagai green water pada pemeliharaan berbagai jenis
larva.Hasil pemanenan dapat disimpan dalam bentuk kering didapat
dari hasil penjemuran phytoplankton konsentrat dibawah sinar
matahari.penjemuran dilakukan dalam kotak penjemuran bertenaga
surya yang dapat menghasilkan udara panas dengan suhu sekitar 700C.
Dengan suhu ini komposisi gizi phytoplankton terutama protein tidak
rusak.Chlorella spyang kering yang didapat disimpan dalam
botol-botol yang tertutup rapat. Pengeringan juga dapat dilakukan
dengan menggunakan oven. Phytoplankton freeze (beku) didapat dari
hasil penyimpanan phytoplankton yang telah dipadatkan didalam
freezer.http://shampankbie.blogspot.com/2013/02/chlorella-sp-sebagai-pakan-alami-larva.html
7BAB IIKAJIAN PUSTAKA2.1 Biologi Chlorella sp.2.1.1 Klasifikasi
dan MorfologiNama Chlorella berasal dari zat bewarna hijau
(chlorophyll) yang jugaberfungsi sebagai katalisator dalam proses
fotosintesis (Steenblock 2000).Chlorella sp. (Gambar 1) oleh Bold
dan Wynne (1985) dikategorikan ke dalamkelompok alga hijau yang
memiliki jumlah genera sekitar 450 dan jumlah spesieslebih dari
7500.Gambar 1. Siklus Hidup dan Bentuk Sel Chlorella sp.(Sumber:
http://www.rbgsyd.nsw.gov.au, 10 Februari 2013)Nama alga hijau
diberikan karena kandungan zat hijau (chlorophyll) yangdimilikinya
sangat tinggi, bahkan melebihi jumlah yang dimiliki oleh
beberapatumbuhan tingkat tinggi. Klasifikasi Chlorella sp. menurut
Bold dan Wynne(1985) adalah sebagai berikut:Divisi :
ChlorophytaKelas : ChlorophyceaeOrdo : ChlorococcalesFamili :
OocystaceaeGenus : ChlorellaSpesies : Chlorella sp.8Bentuk umum
sel-sel Chlorella adalah bulat atau elips (bulat telur),termasuk
fitoplankton bersel tunggal (unicellular) yang soliter, namun juga
dapatdijumpai hidup dalam koloni atau bergerombol. Diamater sel
umumnya berkisarantara 2-12 mikron, warna hijau karena pigmen yang
mendominasi adalah klorofil(Bold 1980). Chlorella sp. merupakan
organisme eukariotik (memiliki inti sel)dengan dinding sel yang
tersusun dari komponen selulosa dan pektin sedangkanprotoplasmanya
berbentuk cawan (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995).2.1.2 Habitat dan
EkologiBerdasarkan habitat hidupnya Chlorella dapat dibedakan
menjadiChlorella air tawar dan Chlorella air laut. Chlorella air
tawar dapat hidup dengankadar salinitas hingga 5 ppt. Contoh
Chlorella yang hidup di air laut adalahChlorella vulgaris,
Chlorella pyrenoidosa, Chlorella virginica dan lain-lain(Isnansetyo
dan Kurniastuty 1995). Umumnya Chlorella bersifat planktonis
yangmelayang di dalam perairan, namun beberapa jenis Chlorella juga
ditemukanmampu bersimbiosis dengan hewan lain misalnya Hydra dan
beberapa Ciliata airtawar seperti Paramecium bursaria (Dolan
1992).2.1.3 ReproduksiReproduksi Chlorella adalah aseksual dengan
pembentukan autosporayang merupakan bentuk miniatur dari sel induk.
Tiap satu sel induk (parrent cell)akan membelah menjadi 4, 8, atau
16 autospora yang kelak akan menjadi sel-selanak (daughter cell)
dan melepaskan diri dari induknya (Bold dan Wynne 1985).Proses
reproduksi Chlorella dapat dibagi menjadi 4 tahap (Kumar danSingh
1979 ) yaitu:Tahap pertumbuhan, pada tahap ini sel Chlorella tumbuh
membesar.Tahap pemasakan awal saat terjadi peningkatan aktivitas
sintesa yangmerupakan persiapan awal pembentukan autospora.Tahap
pemasakan akhir, pada tahap ini autospora terbentuk.Tahap pelepasan
autospora, dinding sel induk akan pecah dan diikuti olehpelepasan
autospora yang akan tumbuh menjadi sel induk muda.92.2 Kultur
Chlorella sp.2.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangbiakan
Chlorella sp.Menurut Bold dan Wynne (1985), perkembangbiakan
Chlorella sp. dalamkultur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain: media, nutrien atau unsurhara, cahaya, suhu, serta salinitas.
Media merupakan tempat hidup bagi kulturChlorella yang pemilihannya
ditentukan pada jenis Chlorella yang akandibudidayakan. Bahan dasar
untuk preservasi media yang dapat digunakan adalahagar-agar.Nutrien
terdiri atas unsur-unsur hara makro (macronutrients) dan unsurhara
mikro (micronutrients). Contoh unsur hara makro untuk
perkembangbiakanChlorella adalah senyawa anorganik seperti N, K,
Mg, S dan P. Unsur hara mikroadalah Fe, Cu, Zn, Mn, B, dan Mo
(Basmi 1995). Unsur hara tersebut diperolehdalam bentuk
persenyawaan dengan unsur lain (Bold 1980). Tiap unsur haramemiliki
fungsi-fungsi khusus (Tabel 1) yang tercermin pada
perkembangbiakandan kepadatan yang dicapai oleh organisme Chlorella
yang dikultur tanpamengesampingkan pengaruh dari
lingkungan.Kebutuhan nutrien untuk tujuan kultur fitoplankton harus
tetap terpenuhimelalui penambahan media pemupukan guna menunjang
perkembangbiakanfitoplankton. Unsur N, P, dan S penting untuk
sintesa protein. Unsur K berfungsidalam metabolisme karbohidrat.
Unsur Cl dimanfaatkan untuk aktivitas kloroplas,unsur Fe dan unsur
Na berperan dalam pembentukan klorofil (Isnansetyo danKurniastuty
1995; Oh hama dan Miyachi 1988).Beberapa faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhanfitoplankton di kultur terbuka
antara lain: cahaya, suhu, tekanan osmosis, pH air,kandungan O2 dan
aerasi (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995). Cahaya merupakansumber
energi untuk melakukan fotosintesis. Cahaya matahari yang
diperlukanoleh fitoplankton dapat digantikan dengan lampu TL atau
tungsten. Oh hama danMiyachi (1988) menyatakan bahwa intensitas
cahaya saturasi untuk Chlorellaberada pada intensitas 4000 lux. Hal
ini menunjukkan bahwa setelah titikintensitas tersebut dicapai,
maka fotosintesis tidak lagi meningkat sehubungandengan peningkatan
porsi intensitas cahaya (Basmi 1995).10Tabel 1. Fungsi Fisiologis
Umum Unsur Makro dan MikroUnsur Fungsi FisiologisKarbon Unsur pokok
bahan sel organik.Nitrogen Unsur pokok protein, asam nukleat dan
koenzim.Belerang Unsur pokok protein (seperti: asam amino sistein
dan metionin),Unsur pokok beberapa koenzim (koenzim-A,
karboksilase).Fosfor Unsur pokok asam nukleat, fosfolipid,
koenzim.Kalium Berfungsi dalam proses fotosintesis, pengangkutan
hasil asimilasi,enzim dan mineral termasuk air.MagnesiumKation
penting untuk sel, kofaktor anorganik untuk berbagaireaksi
enzimatik termasuk melibatkan ATP, berfungsi dalampengikatan enzim
pada substrat dan unsur pokok klorofil.Mangan Kofaktor anorganik
untuk beberapa enzim, kadang-kadangmenggantikan Mg.Kalsium Kation
penting untuk sel, kofaktor untuk beberapa enzim(misalnya
proteinase).Besi Unsur pokok sitokrom dari protein heme dan non
heme yang lain,kofaktor untuk sejumlah enzim.Kobalt Unsur pokok
vitamin B12 dan turunan koenzim.Tembaga Metabolisme protein dan
karbohidrat serta berperan terhadapfiksasi NMolibdenum Unsur pokok
anorganik enzim-enzim yang khusus.Seng Unsur pokok anorganik
enzim-enzim yang khusus.Sumber : Stainer et al. (1982)Kisaran suhu
optimal bagi perkembangbiakan Chlorella adalah antara25-300C
(Isnansetyo dan Kurniastuty 1995). Menurut Taw (1990) untuk
kulturChlorella diperlukan suhu antara 25-350C. Penelitian lain
menunjukkan bahwauntuk jenis Chlorella vulgaris dapat beradaptasi
pada media kultur dengan suhuserendah 50C (Maxwell et al. 1994).
Suhu mempengaruhi proses-proses fisika,11kimia, biologi yang
berlangsung dalam sel fitoplankton. Peningkatan suhu hinggabatas
tertentu akan merangsang aktifitas molekul, meningkatnya laju
difusi danjuga laju fotosintesis (Sachlan 1982). Suhu di bawah 160C
dapat menyebabkankecepatan perkembangbiakan Chlorella sp. turun,
sedangkan suhu diatas 360Cdapat menyebabkan kematian (Taw
1990).Nilai pH media kultur merupakan faktor pengontrol yang
menentukankemampuan biologis fitoplankton dalam memanfaatkan unsur
hara. Nilai pH yangterlalu tinggi misalnya, akan mengurangi
aktifitas fotosintesis fitoplankton(De La Noue dan De Pauw 1988).
Nielsen (1955) menyatakan bahwa pH yangsesuai untuk
perkembangbiakan Chlorella berkisar antara 4,5-9,3 dan
kisaranoptimum untuk Chlorella laut berkisar antara 7,8-8,5. Secara
umum kisaran pHyang optimum untuk kultur Chlorella adalah antara
7-9.Karbondioksida (CO2) diperlukan oleh fitoplankton untuk
membantuproses fotosintesis. Karbondioksida dengan kadar 1-2%
biasanya sudah cukupdigunakan dalam kultur fitoplankton dengan
intensitas cahaya yang rendah. KadarCO2 yang berlebih dapat
menyebabkan pH kurang dari batas optimum sehinggaakan berpengaruh
terhadap perkembangbiakan fitoplankton (Taw 1990).Aerasi dalam
kultur fitoplankton digunakan dalam proses pengadukanmedia kultur.
Pengadukan sangat penting dilakukan bertujuan untuk
mencegahterjadinya pengendapan sel, nutrien tersebar dengan baik
sehingga fitoplanktondalam kultur mendapatkan nutrien yang sama,
mencegah sratifikasi suhu, danmeningkatkan pertukaran gas dari
udara ke media (Taw 1990).2.2.2 Fase Perkembangbiakan Chlorella
sp.Perkembangbiakan fitoplankton dalam media kultur dapat diamati
denganmelihat pertambahan besar ukuran sel fitoplankton atau dengan
mengamatipertambahan jumlah sel dalam satuan tertentu. Cara kedua
lebih sering digunakanuntuk mengetahui perkembangbiakan
fitoplankton dalam media kultur, yaitudengan menghitung kelimpahan
atau kepadatan sel fitoplankton dari waktu kewaktu. Menurut
Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) ada dua cara
penghitungankepadatan fitoplankton yaitu menggunakan sedgwich
rafter dan menggunakanhaemocytometer. Penggunaan haemocytometer
untuk menghitung kepadatan sel12fitoplankton lebih sering digunakan
dibandingkan sedgwich rafter karena faktorkemudahannya. Selama
pertumbuhannya fitoplankton dapat mengalami beberapafase
pertumbuhan (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995), yaitu :a. Fase Lag
(Fase Istirahat)Dimulai setelah penambahan inokulum ke dalam media
kultur hinggabeberapa saat sesudahnya. Pada fase ini peningkatan
paling signifikan terlihatpada ukuran sel karena secara fisiologis
fitoplankton menjadi sangat aktif. Prosessintesis protein baru juga
terjadi dalam fase ini. Metabolisme berjalan tetapipembelahan sel
belum terjadi sehingga kepadatan sel belum meningkat
karenafitoplankton masih beradaptasi dengan lingkungan barunya.b.
Fase Logaritmik (Fase Eksponensial)Fase ini dimulai dengan
pembelahan sel dengan laju pertumbuhan yangmeningkat secara
intensif. Bila kondisi kultur optimum maka laju pertumbuhanpada
fase ini dapat mencapai nilai maksimal dan pola laju pertumbuhan
dapatdigambarkan dengan kurva logaritmik. Menurut Isnansetyo dan
Kurniastuty(1995), Chlorella sp. dapat mencapai fase ini dalam
waktu 5-7 hari.c. Fase Penurunan Laju PertumbuhanPembelahan sel
tetap terjadi pada fase ini, namun tidak seintensif fasesebelumnya,
sehingga laju pertumbuhan juga mengalami penurunan dibandingkanfase
sebelumnya.d. Fase StasionerPada fase ini laju reproduksi dan laju
kematian relatif sama. Penambahandan pengurangan jumlah
fitoplankton seimbang sehingga kepadatannya relatiftetap
(stasioner).e. Fase KematianFase ini ditandai dengan laju kematian
yang lebih besar daripada lajureproduksi sehingga jumlah sel
mengalami penurunan secara geometrik.Penurunan kepadatan sel
fitoplankton ditandai dengan perubahan kondisioptimum yang
dipengaruhi oleh suhu, cahaya, pH media, ketersediaan hara,
danbeberapa faktor lain yang saling terkait satu sama lain.13Secara
skematis pola perkembangbiakan dari fitoplankton,
khususnyaChlorella sp. dapat dilihat pada Gambar 2.Gambar 2. Kurva
Perkembangbiakan Chlorella sp.(Sumber: Isnansetyo dan Kurniastuty
1995)2.3 PupukPemupukan biasanya yang digunakan dalam kultur
Chlorella sp. yaknipupuk urea, pupuk ZA dan pupuk TSP sebagai unsur
hara makro dan unsur mikrobagi perkembangbiakan Chlorella
sp.Pengertian pupuk secara umum adalah suatu bahan yang bersifat
organikataupun anorganik, bila ditambahkan kedalam tanah atau
tanaman, dapatmemperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah dan
dapat meningkatkanpertumbuhan tanaman.Nitrogen merupakan unsur
penting bagi pertumbuhan tanaman terutamapada fase vegetatif. Saat
fase ini terjadi tiga proses penting yaitu pembelahan
sel,pemanjangan sel dan tahap diferensiasi sel (Hladka 1971). Shelf
dan Soeder(1980) menyatakan bahwa nitrogen merupakan bagian penting
dari protein,protoplasma, klorofil, dan asam nukleat. Vegetasi
tingkat rendah maupun tinggimenyerap N dalam bentuk amonium (NH4+)
dan nitrat (NO3-).Organisme berklorofil yang kekurangan nitrogen
akan berubah warnaselnya menjadi kekuningan karena adanya
penghambatan sntesis klorofil.Pemupukan nitrogen yang berlebihan
akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatifyang berlebihan. Kekurangan
N juga akan membatasi pertumbuhan karena tidak14ada pembentukan
protoplasma baru. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhanN tanaman
(mengatur nisbah C/N) dengan memberikan pupuk N ke tanah.Chlorella
sp. tidak dapat membedakan dan tidak bisa memilih unsur harayang
diserap berasal dari pupuk organik atau pupuk kimia. Chlorella
sp.menyerap unsur hara (N, P, K, dan sebagainya) melalui mekanisme
pertukaranion, dan dalam bentuk ion-ion anorganik. Agar dapat
diserap oleh Chlorella sp.,pupuk organik harus melalui serangkaian
proses perombakan oleh mikroba dalamtanah menjadi ion-ion
anorganik/kimia. Jadi yang diserap Chlorella sp. padaakhirnya tetap
saja berupa ion-ion anorganik / kimia (Hardjowigeno 2007).2.3.1
Pupuk UreaPupuk urea (Gambar 3) yang dikenal dengan nama rumus
kimianyaNH2CONH2 pertama kali dibuat secara sintetis oleh Wohler
(1928) denganmereaksikan garam cianat dengan ammonium
hidroksida.Pupuk urea yang dibuat merupakan reaksi antara karbon
dioksida (CO2)dan ammonia (NH3). Kedua senyawa ini berasal dari
bahan gas bumi, air danudara. Ketiga bahan baku tersebut merupakan
kekayaan alam yang terdapat diSumatera Selatan (Hardjowigeno
2007).Untuk mendapatkan konsentrasi urea yang lebih tinggi maka
dilakukanpemekatan dengan cara:Penguapan larutan urea di bawah
vacuum (ruang hampa udara, tekanan 0,1atmosfir mutlak), sehingga
larutan menjadi jenuh dan mengkristal.Memisahkan kristal dari
cairan induknya dengan centrifuge.Penyaringan kristal dengan udara
panas.Gambar 3. Pupuk Urea(Sumber : http://www.canadianagri.ca, 10
Februari 2013)152.3.2 Pupuk ZA (Zwavelzuur Amonia)Pupuk ZA (Gambar
4) mendapatkan nama panjangnya, ZwavelzuurAmonia dari bahasa
Belanda. Nama kimia ZA adalah amonium sulfat denganrumus kimia
(NH4)2SO4. Senyawa garam anorganik ini memiliki memilikikandungan
nitrogen sekitar 20% dan sulfur sekitar 24% sehingga
tujuanproduksinya adalah sebagai pupuk pertanian (George dan Sussot
1971).Gambar 4. Pupuk ZA(Sumber : http://www.trivenichemical.com,
10 Februari 2013)Bentuk pupuk ZA yang dapat dijumpai di pasaran
adalah seperti bubukkasar atau bongkahan-bongkahan kecil bewarna
putih seperti gula pasir danmudah larut dalam air. Penggunaan pupuk
ZA dalam bidang pertanian yangberlebihan dapat menyebabkan turunnya
pH tanah.2.3.3 Pupuk TSP (Triple Super Phospate)Fosfor (P)
merupakan salah satu unsur makro primer yang dibutuhkan olehtanaman
(Tisdale dan Nelson 1975). Kekurangan unsur P dapat diamati
dariadanya gejala tertundanya pematangan sel. Bold and Wynne (1985)
menyatakangejala kekurangan P juga biasanya tampak pada fase awal
pertumbuhan. Padatumbuhan tingkat tinggi, tanaman yang kekurangan P
gejalanya dapat terlihatpada daun tua dimana warna daun menjadi
keunguan, perakaran menjadi dangkaldan sempit penyebarannya, batang
menjadi lemah.Menurut Bold dan Wynne (1985) fosfor merupakan salah
satu unsur yangberperan dalam proses penyusunan karbohidrat dan
senyawa kaya nitrogen. Gulaterfosforilasi yang kaya energi muncul
dalam proses fotosintesis. Fosforilasiadenosin menghasilkan
adenosine monofosfat, difosfat, trifosfat (AMP, ADP dan16ATP)
dimana tanaman menyimpan energinya untuk kelangsungan proses
kimialainnya. Menurut Buckman dan Brady (1982), fosfor berpengaruh
baik padaproses pembelahan sel dan pembentukan lemak pada
organisme. Salah satu pupukfosfor yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Pupuk TSP (Gambar 5).Gambar 5. Pupuk TSP(Sumber : http
://www.jhbunn.co.uk, 1 Juni 2009)Bentuk umum yang dapat dijumpai
berupa butiran kecil kasar denganwarna kecoklatan, abu-abu, atau
kekuningan dan bahan penyusunnya seperti tanahyang mengering
(Havlin et al. 2005).2.3.4 Komposisi Pupuk Untuk Perkembangbiakan
Chlorella sp.Adapun pupuk yang digunakan untuk skala massal berbeda
dengan pupukyang digunakan dalam skala laboratorium. Hal ini
dilakukan denganpertimbangan faktor ekonomis. Adapun pupuk yang
digunakan dalam skalamassal dapat dilihat pada Tabel 2.Tabel 2.
Berbagai Kombinasi Pupuk Untuk Media Chlorella sp.PupukKonsentrasi
(mg/l media)A B CUrea 80 40 12-15ZA 40 80 -TSP 15 15 -FeCl3 2 1,5
-EDTA 5 1,0 -N:P:K (14:14:14) - - 30Sumber : Jusadi (2003)172.4
Bayam (Amaranthus sp.)Bayam (Gambar 6) ini berasal dari Amerika
tropik, namun sekarangtersebar ke seluruh dunia. Di Indonesia hanya
dikenal dua jenis bayam budidaya,yaitu Amaranthus tricolor dan
Amaranthus hybridus. Jenis Amaranthus tricolorbiasa ditanam sebagai
bayam cabut dan terdiri dari dua varietas, yaitu bayam hijau(bayam
putih, bayam sekul atau bayam Cina). Dan bayam merah
karenatanamannya berwarna merah. Amaranthus hybridus sering disebut
bayam kakap,bayam tahun, atau bayam bathok dan di tanam sebagai
bayam petik. Di luar darijenis bayam tersebut merupakan bayam
liar.Gambar 6. Bentuk Tanaman BayamKandungan gizi yang baik bagi
tubuh yang terkandung dalam bayamantara lain vitamin A, vitamin B,
asam folat, besi dan magnesium. Salah satu zatgizi yang baik pada
bayam yaitu glutathione, yang berfungsi sebagai
pembentukenzim-enzim dan membantu sistem kekebalan tubuh. Kandungan
besi pada bayamrelatif lebih tinggi daripada sayuran lain (unsur
besi merupakan penyusunsitokrom dan protein yang terlibat dalam
fotosintesis).Daunnya berbentuk bulat telur dengan ujung agak
meruncing mempunyaiurat- urat daun yang jelas. Warna daun variasi,
mulai dari hijau muda, hijau tua,hijau keputih- putihan, sampai
berwarna merah. Daun bayam liar umumnya kasap(kasar) dan kadang
berduri.18Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak
mengandung air,tumbuh tinggi di atas permukaan tanah. Bayam tahunan
mempunyai batang kerasberkayu dan bercabang banyak.Bunga bayam
berukuran kecil, berjumlah banyak, terdiri dari daun bunga1-5, dan
bakal buah 2-3 buah. Bunga keluar dari ujung-ujung tanaman ketiak
daunyang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak.Perkembangbiakan
tanaman bayam umumya generatif, biji berukuransangat kecil dan
halus, berbentuk bulat, dan berwarna coklat tua mengkilap
sepertihitam kelam. Setiap tanaman dapat menghasilkan biji
kira-kira 1200-3000biji/gram.2.4.1 Kandungan Senyawa Kimia
BayamBayam juga mengandung zat nitrit (NO2). Kalau teroksidasi oleh
udara,maka akan menjadi NO3 (nitrat). Kandungan nutrisinya yang
tinggi, bayam seringdisebut sebagai King of Vegetables. Kandungan
asam folat dan asam oksalatmembuat bayam bisa dipakai untuk
mengatasi berbagai macam masalahkesehatan. Misalnya menurunkan
kadar kolesterol, mencegah sakit gusi,mengobati eksim, asma, untuk
perawatan kulit muka, kulit kepala, rambut,mengobati rasa lesu,
kurang darah, mencegah hilangnya penglihatan saat tua
dankanker.Menurut Wishnok (1998), bayam segar yang baru dicabut
daripersemaiannya telah mengandung senyawa nitrit kira-kira
sebanyak 5 mg/kg. Bilabayam disimpan di lemari es selama 2 minggu,
kadar nitrit akan meningkatsampai 300 mg/kg. Berdasarkan data dari
USDA Nutrient database, dalam 100 gbayam, mengandung komposisi
senyawa organik, dapat dilihat pada Tabel 3.19Tabel 3. Komposisi
Senyawa Organik Dalam 100 g BayamKandungan Bayam KomposisiAir 11000
mgProtein 14000 mgLemak 7000 mgKarbohidrat 65000 mgKalsium 90 mgAbu
1400 mgFosfor 557 mgBesi 7600 mgNatrium 131 mgKalium 385 mgVitamin
B1 (Thiamin) 0,08 mgVitamin B2 (Riboflavin) 0,15 mgVitamin B3
(Niacin) 0,9 mgVitamin B7 (Biotin) 1,5 mgVitamin B12
(Kobalamin)Vitamin C0,6 mg0,8 mgVitamin ETembaga1,89 mg0,13 mgZinc
2,9 mgMagnesium 248 mgMangan 3,4 mgNitrat 426 mgNitrit 72 mgSumber
: USDA Nutrient database (2003)202.4.2 Senyawa Fitokimia Pada
BayamGolongan senyawa kimia dalam fitokimia mempunyai beberapa
manfaatdan karakterisasi tersendiri. Dari berbagai tanaman,
biasanya terdapat lebih darisatu golongan senyawa kimia, sehingga
dari berbagai tanaman mempunyaimanfaat masing-masing sebagai
pengobatan baik secara tradisional maupunberdasarkan penelitian.
Berikut adalah beberapa golongan kimia secara luas:a.
AlkaloidAlkaloid adalah golongan senyawa yang bersifat basa,
mengandung satuatau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan
berbentuk siklik. Alkaloidsebagian besar berbentuk kristal padat
dan sebagian kecil berupa cairan (misalnyanikotin) pada suhu kamar,
memutar bidang polarisasi dan terasa pahit danbiasanya tanpa warna
(Harborne 1987). Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhansejauh ini
belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah
mengungkapkanbahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan
dari serangan hama danpenyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa
mineral untuk mempertahankankeseimbangan ion.b. FlavonoidFlavonoid
terdapat dalam tumbuhan sebagai glikosida dan aglikonflavonoid.
Flavonoid biasanya terdapat dalam semua tumbuhan
berpembuluh.Flavonoid merupakan senyawa yang terdiri dari dari 15
atom karbon yangumumnya tersebar di dunia tumbuhan (Hahlbrock
1981).c. SaponinSaponin merupakan glikosida triterpen yang sifatnya
menyerupai sabun,merupakan senyawa aktif permukaan dan dapat
menimbulkan busa jika dikocokdengan air dan pada konsentrasi rendah
dapat menyebabkan hemolisis pada seldarah merah. Saponin berperan
sebagai bagian dari sistem pertahanan tanamandan termasuk ke dalam
kelompok besar molekul pelindung tanaman yang
disebutphytoanticipans atau phytoprotectans. Saponin diketahui
mempunyai efek sebagaianti mikroba, menghambat jamur dan melindungi
tanaman dari seranganserangga.
http://media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090040_2_4617.pdf