BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN Adapun tujuan dari praktikum adalah untuk menetapkan kadar COD yang terkandung dalam air. 1.2 LANDASAN TEORI Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat, yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan. Air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikro organisme, ikan dan hewan air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air sangat penting artinya bagi kehidupan. Untuk memenuhi kehidupannya, manusia tidak hanya tergantung pada makanan yang berasal dari daratan saja (beras, gandum, sayuran, buah, daging, dll), akan tetapi juga tergantung pada makanan yang berasal dari air (ikan, kerang, cumi-cumi, rumput laut, dll). Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari, melakukan fotosintesis yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUANAdapun tujuan dari praktikum adalah untuk menetapkan
kadar COD yang terkandung dalam air.
1.2 LANDASAN TEORIKehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan
air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang
terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan
mahluk hidup lainnya yang ada di darat, yang juga
memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat
bertahan. Air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat
memberikan kehidupan bagi mikro organisme, ikan dan
hewan air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air
sangat penting artinya bagi kehidupan.
Untuk memenuhi kehidupannya, manusia tidak hanya
tergantung pada makanan yang berasal dari daratan saja
(beras, gandum, sayuran, buah, daging, dll), akan
tetapi juga tergantung pada makanan yang berasal dari
air (ikan, kerang, cumi-cumi, rumput laut, dll).
Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan
sinar matahari, melakukan fotosintesis yang
menghasilkan oksigen. Oksigen yang dihasilkan dari
fotosintesis ini akan larut di dalam air. Selain dari
itu, oksigen yang ada di udara dapat juga masuk ke
dalam air melalui proses difusi yag secara lambat
menembus permukaan air. Konsentrasi oksigen yang
terlarut di dalam air tergantung pada tingkat kejenuhan
air itu sendiri. Kejenuhan air dapat disebabkan oleh
koloidal yang melayang di dalam air oleh jumlah larutan
limbah yang terlarut di dalam air. Selain dari itu suhu
air juga mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut
di dalam air. Tekanan udara dapat pula mempengaruhi
kelarutan oksigen di dalam air. Tekanan udara dapat
pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air karena
tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi oksigen
dari udara ke dalam air.
Kemajuan industri dan teknologi seringkali
berdampak pula terhadap keadaan air lingkungan, baik
air sungai, air laut, air danau maupun air tanah.
Dampak ini disebabkan oleh adanya pencemaran air yang
disebabkan oleh berbagai hal seperti yang telah
diuraikan di muka. Salah satu cara untuk menilai
seberapa jauh air lingkungan telah tercemar adalah
dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam
air.
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar
kandungan oksigennya sangat rendah. Hal itu karena
oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh
mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan
organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang
ditandai dengan bau busuk). Selain dari itu, bahan
buangan organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang
terlarut di dalam air organik yang ada di dalam air,
makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di
dalamnya. Bahan buangan organik biasanya berasal dari
industri kertas, industri penyamakan kulit, industri
pengolahan bahan makanan (seperti industri pemotongan
daging, industri pengalengan ikan, industri pembekuan
udang, industri roti, industri susu, industri keju dan
mentega), bahan buangan limbah rumah tangga, bahan
buangan limbah pertanian, kotoran hewan dan kotoran
manusia dan lain sebagainya.
Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di
dalam air dapat ditentukan seberapa jauh tingkat
pencemaran air lingkungan telah terjadi. Cara yang
ditempuh untuk maksud tersebut adalah dengan uji :
1. COD, singkatan dari Chemical Oxygen Demand, atau
kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi
terhadap bahan buangan di dalam air.
2. BOD singkatan dari Biological Oxygen Demand, atau
kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan
buangan di dalam air oleh mikroorganisme.
Melalui kedua cara tersebut dapat ditentukan
tingkat pencemaran air lingkungan. Perbedaan dari kedua
cara uji oksigen yang terlarut di dalam air tersebut
secara garis besar adalah Chemical oxygen demand (COD)
adalah kapasitas air untuk menggunakan oksigen selama
peruraian senyawa organik terlarut dan mengoksidasi
senyawa anorganik seperti amonia dan nitrit. Sedangkan
biological (biochemical) oxygen demand adalah kuantitas
oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme aerob dalam
menguraikan senyawa organik terlarut. Jika BOD tinggi
maka dissolved oxygen (DO) menurun karena oksigen yang
terlarut tersebut digunakan oleh bakteri, akibatnya
ikan dan organisme air yg bernapas pake insang terancam
nyawanya. Hubungan keduanya adalah sama-sama untuk
menentukan kualitas air, tapi BOD lebih cenderung ke
arah cemaran organik.
Angka yang ditunjukkan COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air dari zat-zat organik yang secara alamiah
dapat mengoksidasi melalui proses mikrobiologis dan
dapat juga mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
dalam air. Zat organis Ag2SO4 ditambahkan sebagai
katalisator untuk mempercapat reaksi. Sedangkan merkuri
sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida
yang umumnya terdapat di dalam air buangan.
Perbandingan Rata – Rata Angka Jenis Air BOD5/COD
1. Air buangan domestik(penduduk)0,40 – 0,60
2. Air buangan domestik setelah pengendapan primer 0,60
3. Air buangan setelah pengolahan secara biologis 0,20
4. Air sungai 0,10
Dalam analisa COD, kadar klorida (Cl-) sampai 2000
mg/l di dalam sampel dapat mengganggu kerja kualitas
Ag2SO4. Gangguan ini dapat dihilangkan dengan
penambahan HgSO4 pada sample
Adapun keuntungan dengan penambahan tes COD
dibandingkan tes BOD5, antara lain:
a. Memakan waktu ±3 jam, sedangkan BOD5 memakan waktu
5 hari;
b. Untuk menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l, tidak
dibutuhkan pengenceran sampel, sedangkan BOD5
selalu membutuhkan pengenceran;
c. Ketelitan dan ketepatan (reprodicibilty) tes COD
adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari tes BOD5;
d. Gangguan zat yang bersifat racun tidak menjadi
masalah.
Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak
dapat membedakan antara zat yang sebenarnya yang
tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang
teroksidasi secara biologis. Hal ini disebabkan
karena tes COD merupakan suatu analisa yang
menggunakan suatu oksidasi kimia yang menirukan
oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan saja.
Untuk tingkat ketelitian pinyimpangan baku antara
laboratorium adalah 13 mg/l. Sedangkan
penyimpangan maksimum dari hasil analisa dalam
suatu laboratorium sebesar 5% masih diperkenankan.
Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak
dapat membedakan antara zat yang sebenarnya yang tidak
teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara
biologis. Hal ini disebabkan karena tes COD merupakan
suatu analisa yang menggunakan suatu oksidasi kimia
yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu
pendekatan saja.
Untuk tingkat ketelitian pinyimpangan baku antara
laboratorium adalah 13 mg/l. Sedangkan penyimpangan
maksimum dari hasil analisa dalam suatu laboratorium
sebesar 5% masih diperkenankan.
Pengolah Anaerobik Air Limbah Turunkan COD
Mengingat ancaman kesehatan masyarakat tak hanya
datang dari pencemaran air limbah industri, tetapi juga
limbah domestik, maka Bremen Overseas Research and
Development Association (Borda)-lembaga internasional
yang peduli pengolahan limbah-bekerja sama dengan
Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) saat ini
mengembangkan teknologi tepat guna dalam pengolahan air
limbah dengan sistem Decentralized Waste Water
Treatment Systems (Dewats).
Andreas Ulrich dari Borda kepada wartawan di
Yogyakarta, Selasa (11/11), menguraikan, model
konstruksi yang diperkenalkan Dewats, yaitu sistem
anaerobic filter dengan konstruksi di bawah tanah, dan
horizontal gravel filter.
"Melalui cara ini, air menjadi tak berbau dan air
limbah di bawah permukaan kerikil. Setelah ini air
diolah melalui kolam indikator aerobik yang biasanya
merupakan tahap akhir dari proses pengolahan air
limbah. Setelah melalui proses pengolahan air limbah
itu, Chemical Oxygen Demand (COD) mampu diturunkan
hingga 95 persen," papar Ulrich.
Sistem pengolahan air limbah Dewats tampak sangat
efisien dan berdaya guna. Air limbah cucian, mandi, dan
air kotor dapur setelah diolah dapat menjadi air yang
bersih sehingga bisa digunakan untuk memelihara ikan
atau pertamanan. Sedangkan limbah tinja atau air seni
lewat sistem bio digester dapat menjadi energi panas
yang bisa digunakan untuk memasak atau penerangan.
Pimpinan tim Dewats Suryanto menambahkan, meskipun
sudah ada undang-undang tentang pengelolaan lingkungan
hidup dan pengendalian pencemaran air, banyak industri
membuang air limbahnya ke lingkungan tanpa proses
pengolahan sehingga banyak sungai, bahkan sumur,
tercemar.
"Lewat sistem pengolahan Dewats dapat dibangun
dengan teknologi tepat guna yang mudah perawatannya dan
murah biaya operasionalnya. Parameter pencemaran,
seperti BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD, dapat
diturunkan secara drastis. Dari tes mikrobiologi dapat
menurunkan bakteri e-coli sampai 99 persen,"
PARAMETER KUALITAS AIR
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
menyatakan bahwa untuk menjamin kualitas air yang
dinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi
alamiahnya, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan
kualitas air. Upaya pengelolaan kualitas air dilakukan
pada :
1. sumber yang terdapat di dalam hutan lindung;
2. mata air yang terdapat di luar hutan lindung; dan
3. akuifer air tanah dalam
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang
diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter
tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun
2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter
kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik,
kimia, dan mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan
kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat
diamati secara visual/kasat mata. Yang termasuk dalam
parameter fisik ini adalah kekeruhan, kandungan
partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan
sebagainya.
Parameter kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa
kimia dalam air, seperti kandungan oksigen, bahan
organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau
logam, derajat keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan
sebagainya.
Parameter mikrobiologis menyatakan kandungan
mikroorganisme dalam air, seperti bakteri, virus, dan
mikroba pathogen lainnya.Berdasarkan hasil pengukuran
atau pengujian, air sungai dapat dinyatakan dalam
kondisi baik atau cemar. Sebagai acuan dalam
menyatakan kondisi tersebut adalah baku mutu air,
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82
tahun 2001.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Buret dan statif.
2. Pipet volume.
3. Pipet tetes.
4. Erlenmeyer
5. Water bath.
6. Corong.
7. Gelas ukur.
8. Beaker glass.
9. Thermometer.
A. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Larutan KMnO4 0,025 N
2. Larutan Na2C2O4 0,025 N
3. Ag2SO4
4. H2SO4 1 : 2
5. Aquades
6. Pocari sweat
7. Lasegar
BAB III
CARA KERJA
Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah :
1. Pipet masing-masing sampel ( pocari sweat dan
lasegar ) sebanyak 25 ml dan masukkan ke dalam
erlenmeyer.
2. Tambahkan ke dalam masing-masing erlenmeyer
sebanyak 50 ml aquades, 2,5 ml H2SO4 1 : 2 dan 0,5
gr Ag2SO4 kristal, kemudian aduk sampai rata.
3. Setelah rata, tambahkan ke dalam masing-masing
erlenmeyer 5 ml KMnO4 0,025 N, panaskan dalam
water bath selama 30 menit pada suhu .
4. Kemudian, dengan menggunakan pipet volum tambahkan
pada masing-masing erlenmeyer 5 ml Na2C2O4 0,025 N,
hingga larutan menjadi bening.
5. Setelah itu titar masing-masing larutan dengan
menggunakan KMnO4 0,025 N hingga warna merah muda,
dan catat masing-masing volum titrasi.
Blanko
1. Pipet sampel ( aquades ) sebanyak 25 ml dan
masukkan ke dalam erlenmeyer.
2. Tambahkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 50 ml
aquades dan 2,5 ml H2SO4 1 : 2 kemudian aduk
sampai rata.
3. Setelah rata, tambahkan ke dalam erlenmeyer 5 ml
KMnO4 0,025 N, panaskan dalam water bath selama 30
menit pada suhu .
4. Kemudian, dengan menggunakan pipet volum tambahkan
ke dalam erlenmeyer 5 ml Na2C2O4 0,025 N,
5. Setelah itu titar larutan dengan menggunakan KMnO4
0,025 N hingga warna merah muda, dan catat volum
titrasi.
B A B V
DATA PENGAMATAN
A. SAMPEL.
1. LASEGAR
LASEGAR + Aquades Larutan bening
Larutan bening + H2SO4 1 :2
Larutan bening
Larutan bening + Ag2SO4 Larutan
bening
Larutan bening + KMnO4 0,025 N
Larutan berwarna ungu
Larutan berwarna ungu dipanaskan Larutan
berwarna ungu
Larutan berwarna ungu + Na2C2O4 Larutan
bening
Larutan bening dititer
Larutan merah
muda
KMnO4
0,025 N
Volume KMnO4 0,025 N yang digunakan : 1,40 ml
2. POCARY SWEAT
POCARY SWAET + Aquades Larutan bening
Larutan bening + H2SO4 1 :2
Larutan bening
Larutan bening + Ag2SO4 Larutan bening
Larutan bening + KMnO4 0,025 N
Larutan berwarna coklat
Larutan coklat dipanaskan
Larutan coklat
Larutan coklat + Na2C2O4 Larutan bening
Larutan bening dititer
Larutan merah muda
KMnO4
0,025 N
Volume KMnO4 0,025 N yang digunakan : 2,50 ml
B. BLANKO.
Aquades Larutan bening
Larutan bening + H2SO4 1 :2 Larutan bening
Larutan bening + KMnO4 0,025 N
Larutan berwarna ungu
Larutan berwarna ungu dipanaskan Larutan
berwarna ungu
Larutan berwarna ungu + Na2C2O4 Larutan bening
Larutan bening dititer
Larutan merah muda
KMnO4
0,025 N
Volume KMnO4 0,025 N yang digunakan : 1,20 ml
B A B VI
ANALISA DATA
A. SAMPEL “ LASEGAR”
Diketahui : a = 1,40 ml
b = 1,20 ml
f = 0,9
V = 25 ml
Ditanya : COD….?
Jawab :
1000
COD = (a – b) × f × × 0,2
V = ( 1,40 – 1,20 ) ml × 0,9 × 1000/25 ml ×0,2 = 0,2 × 0,9 × 40 ×0,2 = 1,44ppm
B. SAMPEL “ POCARY SWEAT”
Diketahui : a = 2,50 ml
b = 1,20 ml
f = 0,9
V = 25 ml
Ditanya : COD….?
Jawab :
1000
COD = (a – b) × f × × 0,2
V = ( 2,50 – 1,20 ) ml × 0,9 × 1000/25 ml ×0,2 = 1,3× 0,9 × 40 × 0,2 = 9,36 ppm
BAB VII
REAKSI
O2 + H2O H2O + O2
H2O + H2SO4 HSO4- + H3O+
2H3O + Ag2SO4 + O2 2AgO +
H2SO4 + 2 H2O
AgO + 3 H2SO4 + 2KMnO4 AgSO4
+ K2SO4 + 2MnSO4 + 3H2O +
O2
3Na2C2O4 + 3H2SO4 3 NaSO4 + 3H2C2O4
BAB VIII
KESIMPULAN
Dari praktikum diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kadar COD yang terkandung dalam minuman Pocary Sweat
adalah sebesar 9,36 ppm
2. Kadar COD yang terdapat dalam minuman Lasegar adalah