-
BAB III
PEMBAHASAN MATERI
3.1. Pemilihan Jenis Turbin
Pada pabrik pengolahan kelapa sawit, uap diperoleh dari ketel
uap yang
menggunakan bahan bakar cangkang dan serabut kelapa sawit. Uap
panas lanjut
yang dihasilkan ini kemudian dialirkan keturbin uap untuk
memutar generator dan
menghasilkan energi listrik. Uap bekas dari turbin uap
didistribusikan ke unit-unit
pengolahan kelapa sawit dengan menggunakan alat BPV (Back
Pressure Vessel).
Disamping listrik tenaga uap, pabrik pengolahan kelapa sawit
juga menggunakan
pembangkit listrik tenaga diesel dengan penggerak mula motor
diesel yang
dihubungkan dengan generator, setelah turbin uap beroperasi
beban yang ada pada
motor diesel dipindahkan ke turbin uap. Dalam perencanaan ini
dipilih turbin uap
impuls jenis curtis. Adapun alasan dan pertimbangan dalam
pemilihan jenis turbin
ini adalah :
1. Pertimbangan efesiensi dan keandalan
Turbin curtis mempunyai efesiensi yang tinggi sehingga energi
potensial
uap dapat dimanfaatkan seefesien mungkin.
2. Segi Pemeliharaan
Perawatan dan pemakaian turbin impuls relatif tidak sulit.
3. Segi Kontruksi
Konstruksi turbin curtis lebih sederhana jika dibandingkan
dengan turbin
jenis parson, dari segi pengadaan komponen mudah didapatkan
seperti pengadaan
nozel, sudu, bantalan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
-
42
TURBIN GENERATORKETEL
DEAERATOR
BPVP1
2
3
4
5 6
Gambar 3.1 Instalasi Pembangkit Tenaga Dari Perencanaan Turbin
Uap
Gambar 3.2 Diagram T-s
3.2. Perhitungan Penurunan Kalor Pada Turbin
Untuk membangkitkan energi listrik pada generator, dibutuhkan
sejumlah
uap pada kondisi tertentu untuk memutar turbin, kemudian turbin
akan memutar
poros generator.
Universitas Sumatera Utara
-
Berdasarkan data-data survey, diperoleh kondisi-kondisi uap
sebagai berikut:
1. Tekanan uap masuk turbin (Po) = 20 Bar
2. Temperatur uap masuk turbin (To) = 260 oC
3. Tekanan uap keluar turbin (P2 ) = 3 Bar
Analisa Termodinamika Untuk Penurunan Kalor
Pada gambar diagram Mollier pada tekanan 20 bar dan suhu 2600 C
titik
A0, yang merupakan titik untuk menunjukkan kondisi uap kering,
diperoleh :
ho = 698,624 kkal/kg,
kemudian melalui titik A0 ditarik garis adiabatik hingga
mencapai tekanan 0,1 bar
pada titik A1t.
Sehingga diperoleh :
h1t = 613,834 kkal/kg
maka penurunan kalor :
h = 698,624 kkal/kg 613,834 kkal/kg = 84,79 kkal/kg
Kerugian pada katup pengatur diambil 5% dari tekanan uap
kering.
Penurunan tekanan pada katup pengatur :
P = 0,05 x Po
= 0,05 x 20 bar
= 1 bar
Sehingga tekanan sebelum masuk nosel adalah :
Po' = Po - P
Po' = 20 bar 1 bar
= 19 bar
Universitas Sumatera Utara
-
hi
ho
h1t
h'1tA'1t
A1t
Ao A'o
h
h
A1
260C19 bar20 bar
h (kJ/kg)
s (entropi)
Dengan menarik garis A0 sampai pada tekanan 3 bar (titik A1t)
diperoleh :
h1t = 616,222 kkal/kg.
Sehingga penurunan kalor teoritis akibat kerugian adalah :
h = 698,624 kkal/kg 616,222 kkal/kg = 82,40 kkal/kg.
Gambar 3.3 Diagram Mollier untuk proses penurunan kalor pada
turbin
3.3 Menentukan Masa Aliran
Efesiensi dalam relatif turbin ( oi ) untuk perhitungan
sementara diambil
sebesar 0,58 yang diperoleh dari grafik efesiensi turbin dengan
dua tingkat
kecepatan sebagai fungsi u/c1, untuk harga optimum sebesar
0,22.
Universitas Sumatera Utara
-
Gambar 3.4 Efesiensi turbin implus dengan dua tingkat
kecepatan
Gambar 3.5 Effisiensi Generator
Dengan mengambil daya yang direncanakan sebesar 1250 Kva,
maka
nilai-nilai dari berbagai efesiensi pada turbin dapat ditentukan
dari gambar, untuk
efesiensi generator ( ,944,0) =g efesiensi mekanis 986,0=m ,
untuk efesiensi
roda gigi 9408,0)( =r .
Sehingga dari persamaan det/.....3600
860 kgHo
NGgrmoi
e
=
Dimana : Ne = daya nominal pada terminal generator, yaitu
sebesar 1000 kW
H0 = penurunan kalor turbin
oi = efesiensi dalam relatif turbin
Universitas Sumatera Utara
-
m = effisiensi mekanis turbin, yaitu m = 0,986 (Gambar 3.4)
r = efesiensi roda gigi
g = effisiensi generator, yaitu g = 0,944 (Gambar 3.5)
Untuk turbin yang direncanakan didapat masa aliran uap
sebesar:
3.4 Perhitungan Daya Generator Listrik
Faktor daya atau faktor kali yang disebut dengan cos () besarnya
tidak
konstan tergantung pada beban listrik yang digunakan. Ada 2
unsur yang terpakai
dalam proses konversi daya, yaitu :
1. Daya keluaran atau daya nyata (V.I cos ) yang digunakan dalam
satuan
Watt. Dikatakan daya nyata, karena besaran inilah yang dipakai
dalam
proses konversi daya.
2. Daya reaktif (V.I sin ) yang diukur dengan satuan MVAR. Daya
ini
hanya membebani biaya investasi, bukan biaya operasi, yang
sebenarnya
tidak mempengaruhi suatu proses konversi daya.
Suatu beban membutuhkan daya reaktif karena:
a. Karakteristik beban itu sendiri.
b. Proses konversi daya di dalam alat itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
-
Dari penjelasan di atas, maka daya yang harus disuplai oleh
turbin uap ke
generator harus dapat memenuhi kebutuhan daya nyata dan daya
reaktif. Diagram
pada gambar di bawah ini menggambarkan daya yang bekerja pada
generator
listrik.
Day
a R
eakt
if (M
VA
R)
Daya Se
mu (MV
A)
Daya Nyata (MW)
Gambar 3.6 Diagram daya yang harus disuplai turbin uap ke
generator
Dari gambar 3.6 di atas, dapat disimpulkan bahwa daya yang
dibutuhkan
oleh generator adalah daya semu (MVA) dan daya terpasang
generator adalah
daya nyata (MW), maka :
P = PG . cos
Dimana :
P = daya terpasang generator listrik = 1 MW
PG = daya yang dibutuhkan generator listrik (MVA)
cos = faktor daya yang besarnya 0,6 0,9. harga yang tergantung
pada
pembebanan umumnya diambil cos = 0,8. Dengan demikian dari
persamaan di
atas :
Universitas Sumatera Utara
-
maka daya transmisi pada roda gigi (Pt) :
Dimana :
tz = efisiensi roda gigi yang ditentukan dari gambar 3.4 =
0,9408
3.5 Segitiga Kecepatan Turbin Dengan Dua Tingkat Kecepatan
Dengan merancang turbin terdiri dari dua baris sudu (dua
tingkat
kecepatan) dan dengan mengambil harga (u/c1) optimum sebesar
0,22 dan
koefesien kecepatan () sebesar 0,95 maka kecepatan absolute uap
keluar nozel:
Kecepatan uap keluar teoritis (C1t) adalah
Kecepatan keliling sudu:
U = (u/c1) x C1
U = 0,22 x 800,42
U = 176,09 m/det
Dengan mengambil sudut masuk uap 1 sebesar 200, diperoleh
kecepatan relatif
uap memasuki sudu gerak baris pertama (W1) :
Universitas Sumatera Utara
-
Sudut kecepatan relatif uap memasuki sudu gerak baris pertama
:
Gambar 3.7 Segi tiga kecepatan untuk turbin impuls dengan dua
tingkat kecepatan
Kecepatan relatif uap pada sisi keluar sudu gerak I, dimana
koefesiensi sudu- sudu
baris pertama diambil 0,82
w2 = x w1 = 0,82 x 637,80 = 522,996 m/det
Dengan mengambil sudut relatif keluar uap (2) lebih kecil 30
dari sudut
kecepatan relatif masuk uap: 2 = 25,420 - 30 = 22,420,
diperoleh kecepatan absolute uap keluar sudu gerak I :
Sudut kecepatan keluar absolute uap keluar sudu gerak I :
Universitas Sumatera Utara
-
Kerugian kalor pada nozel :
Kerugian kalor pada sudu gerak I:
Kecepatan absulute uap masuk sudu gerak II:
Dimana : gb adalah koefesiensi sudu pengarah
Sudut pengarah pada sisi keluar :
1 = 2 - 3
1 = 32,98 - 3
1 = 29,98
Kecepatan relatif uap pada sisi masuk sudu gerak II :
Universitas Sumatera Utara
-
Sudut kecepatan relatif uap masuk ke sudu gerak II :
Kecepatan relatif uap keluar sudu gerak II :
W2 = .W1 = 0,88 x 181,66 = 159,86 m/det
Sudut keluar relatif uap sudu gerak baris II:
2 ' = 1 ' - 3
2 ' = 58,95 - 3
2 ' = 55,95
Kecepatan absolute uap keluar sudu gerak baris II:
Sudut keluar absolute uap sudu gerak II:
Kerugian kalor pada sudu pengarah :
Universitas Sumatera Utara
-
Kerugian kalor pada sudu gerak baris kedua :
Kerugian kalor akibat kecepatan keluar :
Efisiensi pada keliling cakram dihitung melalui persamaan :
Dimana :
C1u = C1 x cos 1 = 800,42 x cos 200 = 752,15 m/det
C2u = C2 x cos 2 = 366,42 x cos 32,980 = 307,38 m/det
C1 'u = C1 ' x cos 1 ' = 311,46 x cos 29,98 = 269,79 m/det
C2 'u = C2 ' x cos 2 ' = 158,24 x cos 123,17 = -86,58 m/det
Untuk memeriksa ketepatan perhitungan kerugian kerugian kalor
yang
diperoleh diatas hasilnya dibandingkan dengan hasil hasil yang
diperoleh untuk
nilai u/c1 yang optimum :
Universitas Sumatera Utara
-
kesalahan perhitungan :
Persen error < 2%
Kerugian akibat gesekan cakram dan kerugian pengadukan
ditentukan dari:
GN
h gcagca 427102
=
Dimana : = koeffisien uap panas lanjut, antara 1,1 dan 1,2, dan
untuk uap
jenuh sama dengan 1,3.
= 1/ 0,2774 = 3,6049 kg/m3 adalah volume spesifik uap
sesudah
nozel.
d = diameter rata-rata sudu
Maka :
Universitas Sumatera Utara
-
Sehingga kerugian akibat gesekan cakram dan kerugian pengadukan
diperoleh:
Penurunan kalor yang dimanfaatkan dalam turbin sebesar :
Maka :
Dari nilai oi ini dapat dicari nilai masa aliran yang tepat
melalui turbin :
Universitas Sumatera Utara
-
Jika terdapat ketidak sesuaian lebih dari 2 % kerugian energi (
gcah ) harus
dievaluasi ulang dan diperoleh nilai massa aliran yang
sebenarnya.
Perbedaan antara masa aliran uap yang diperoleh dari perhitungan
pendahuluan
dan dari perhitungan akhir adalah :
Karena ketidak sesesuaian masih pada batas-batas yang di ijikan,
oleh
karena itu perhitungan tidak perlu diulang lagi.
3.6 Daya Turbin Uap
Daya dalam turbin uap (Ni):
Daya efektif (Neff)
Dimana :
m = efesiensi mekanis yang ditentukan dari gambar 3.4 =
0,986
Universitas Sumatera Utara
-
BAB IV
PERHITUNGAN UKURAN UTAMA TURBIN
4.1 Perhitungan Ukuran Poros
Poros berfungsi sebagai penghubung yang memindahkan daya dan
putaran
turbin serta tempat pemasangan cakram dan sudu, beban yang akan
dialami poros
ini adalah:
1. Beban lentur yang berasal dari berat sudu-sudu dan
cakram.
2. Beban puntir yang berasal dari cakram
Dalam perancangan poros dari segi kekuatan mekanis,
tegangan-tegangan
pada penampang diambil sebagai dasar perhitungan, yang antara
lain :
1. Penampang yang momen lenturnya terbesar
2. Penampang yang momen puntirnya maksimum
Untuk poros putaran sedang dan beban berat digunakan baja
paduan
dengan pengerasan kulit. Untuk ini dipilih bahan poros adalah
baja krom nikel
JIS 4102 SNC 21 yang memiliki kekuatan tarik 80 kg/mm2. Tegangan
geser yang
diizinkan untuk bahan poros dapat dihitung berdasarkan persamaan
:
a = b / Sf1 x Sf2
dimana:
Sf1 = faktor keamanan terhadap bahan baja paduan (6,0)
Sf2 = faktor keamanan karena adanya pasak, dan konsentrasi
tegangan (1,3 - 3,0), diambil sebesar 2,7
Universitas Sumatera Utara
-
a = 7,26/80 2
mmkg
a = 4,94 kg/mm2
Daya nominal yang ditransmisikan pada perencanaan ini sebesar
1391 kW pada
putaran 5000 rpm.
Besarnya momen torsi poros (Mt) dapat dihitung dengan
persamaan:
Diameter poros dp dihitung dengan persamaan:
dimana :
Kt = faktor pembebanan (1,5 - 3,0) untuk beban kejutan dan
tumbukan yang besar diambil 2,6
Cb = faktor pembebanan lentur (1,2 - 2,3) (diambil 2,2)
Maka :
Dari standar poros yang ada maka dipilih diameter poros terkecil
yang
dipakai pada perencanaan ini adalah 120 mm.
Universitas Sumatera Utara
-
4.2 Perhitungan Ukuran Nosel dan Sudu Gerak
Nosel adalah suatu peralatan lintasan aliran dengan luas
penampang pada
kedua ujungnya berbeda, dimana kecepatan aliran gas atau cairan
yang melaluinya
akan meningkat searah dengan lintasan aliran, 1212 , PPVV ,
kerja yang ada pada
nosel hanya kerja aliran.
Penampang terkecil pada nosel disebut kerongkongan, nosel
berfungsi
untuk mengubah energi panas ke bentuk energi kinetik dengan
kerugian yang
minimum, pada proses expansi turunnya tekanan aliran uap akan
menyebabkan
sebagian uap berubah menjadi kondensat.
Nilai minimum terjadi pada kerongkongan yang disebut tekanan
kritis (pkr)
yang sama dengan 0,577 Po (untuk uap jenuh) dan 0,546 Po (untuk
uap panas
lanjut). Kecepatan uap pada tekanan ini disebut kecepatan
kritis.
Bila tekanan sesudah nozel lebih besar dari tekanan kritis P1
> pkr, maka
ekspansi uap yang terjadi hanya sampai tekanan P1 dan kecepatan
uap pada sisi
keluar tekanan ini lebih kecil dari kecepatan kritis, dalam hal
ini digunakan nozel
konvergen, sedangkan untuk mendapatkan tekanan sisi keluar P1
< pkr dan
kecepatan superkritis C1 > Ckr digunakan nosel konvergen
divergen.
Untuk menentukan jenis nozel terlebih dahulu ditentukan
harga-harga
tekanan kritis pkr.
4.2.1 Tinggi Nozel dan Sudu Gerak
Kondisi uap pada baris pertama adalah uap panas lanjut, maka
tekanan
kritisnya: pkr = 0,546 x P0
pkr = 0,546 x 19 bar = 10,374 bar
Universitas Sumatera Utara
-
Dimana tekanan sesudah nozel P1= 3 bar, karena P1 lebih kecil
dari pkr, maka
digunakan nozel konvergen divergen.
Penampang sisi keluar nozel:
f1 = 11
o
cG
(m2)
dimana :
G0 = massa aliran uap = 7,022 kg/det
1 = volume spesifik uap pada penampang sisi keluar = 0,62352
m3/kg
C1 = kecepatan aktual uap pada penampang sisi keluar = 800,42
m/det
Tinggi nosel, disarankan diantara10 mm - 20 mm, dan derajat
pemasukan
parsial, tidak kurang dari 0,2. Untuk turbin-turbin dengan
kapasitas besar dan
menengah dengan sudu-sudu yang relatif besar, nilai derajat
pemasukan parsial
dapat mencapai satu.
Dengan membuat tinggi nozel ln sebesar 16 mm, diperoleh derajat
pemasukan
parsial uap :
Tinggi sisi masuk sudu gerak baris yang pertama dibuat sebesar
:
l1' = ln + 2 = 16 + 2 = 18 mm
Universitas Sumatera Utara
-
Tinggi sudu nosel baris yang pertama pada sisi keluarnya:
dimana:
1' = merupakan volume spesifik uap keluar sudu gerak baris
pertama
= 0,64705 m3/kg.
Tinggi masuk sudu pengarah diambil lebih besar 1,1 mm dari
tinggi sudu
nosel baris pertama, sehingga :
lgb = l1 '' + 1,1 = 22,79 + 1,1 = 23,89 mm
Tinggi sisi keluar sudu ini akan sebesar:
Dalam perencanaan ini diambil tinggi sisi keluar sudu sebesar 29
mm
lgb'' = 29 mm
Tinggi sudu gerak sisi masuk baris kedua
l2' = lgb" + 2
l2' = 29 + 2 = 31 mm
Tinggi sudu gerak sisi keluar baris kedua
Universitas Sumatera Utara
-
Gambar 4.1 Ukuran Nozel dan Sudu Gerak
Bahan nosel diambil dari baja yang sama dengan bahan sudu karena
dari
kondisi uap yang masuk merupakan uap panas lanjut, sehingga
material nosel
yang dipilih adalah baja krom nikel tahan karat AISI UNS
NO.41400 dengan
tegangan tarik dan lentur total akibat gaya sentrifugal yang
adalah sebesar 2137
kg/cm2, jadi pemilihan bahan di atas sudah aman.
4.2.2 Lebar Sudu Gerak
Lebar sudu gerak berkisar 20 - 25 mm untuk turbin kapasitas
menengah dan besar.
Dalam perencanaan ini ditetapkan lebar sudu gerak 20 mm.
Besarnya jari- jari
busur dari profil sudu baris pertama dapat dihitung dengan
persamaan :
Jari-jari busur sudu gerak baris kedua
Jari-jari busur sudu pengarah
Universitas Sumatera Utara
-
4.2.3 Jarak bagi antara Sudu Gerak
Jarak antara masing-masing sudu pada sudu gerak turbin dapat
dihitung dengan
persamaan :
Jarak bagi sudu-sudu gerak baris pertama
Jarak bagi sudu-sudu gerak baris kedua
Jarak bagi sudu-sudu pengarah
4.2.4 Jumlah Sudu
Jumlah sudu pada tingkat pengaturan dihitung dengan
persamaan:
Pada sudu gerak baris pertama
Dimana :
d = diameter sudu rata rata tingkat pertama
t1 = jarak bagi sudu baris pertama
Pada sudu gerak baris kedua
Pada sudu pengarah
Universitas Sumatera Utara
-
4.3 Kekuatan Sudu
Kekuatan sudu turbin cukup dihitung pada bagian-bagian yang
terlemah,
dan bila pada bagian ini ternyata sudah aman, maka bagian yang
lain akan lebih
aman. Besarnya tegangan tarik akibat gaya radial yang memiliki
nilai terbesar
yaitu pada sudu gerak baris kedua, dapat dihitung dengan
persamaan :
Dimana: n = putaran roda turbin = 5000 rpm
= massa jenis bahan sudu = 0,00785 kg/cm3
l"2 = tinggi sudu keluar baris ke dua = 3,476 cm
r = jari-jari rata-rata sumbu sudu = 67,3/2 = 33,652 cm
rs = jari-jari rata-rata plat penguat sudu
rs = r + 0,5 x l2"+ 0,5 x s ; (s = tebal selubung = 0,2 cm)
rs = 33,652 + 0,5 x 3,476 + 0,5 x 0,2 = 38,328 cm
ts = panjang setiap bilah selubung
ts =
(Dimana : lebar akar sudu untuk turbin kapasitas menenga adalah
30 40 mm,
diambil 30 mm.)
Fs = luas plat penguat sudu, dimana lebar selubung = 30 mm = 3
cm
= b x tebal selubung = 3 x 0,2 = 0,6 cm2
Universitas Sumatera Utara
-
Tegangan tarik dan lentur total akibat gaya sentrifugal yang
diizinkan
untuk baja krom nikel tahan karat AISI UNS NO.41400 adalah
sebesar 2137
kg/cm2, jadi pemilihan bahan di atas sudah aman. Tegangan lentur
akibat tekanan
uap dapat ditentukan dari persamaan berikut ini:
Besarnya gaya akibat rotasi pada sudu gerak baris ke dua adalah
:
Pu1 = 1
uo
z.u.hG.427
(kg)
dimana:
hu = penurunan kalor yang dimanfaatkan dalam turbin(51,76
kkal/kg)
= derajat pemasukan parsial ( 0,4737 )
z1 = jumlah sudu pada baris kedua (191 buah)
u = kecepatan tangensial (176,09 m/det)
maka:
Gaya yang terjadi akibat perbedaan tekanan uap masuk dan keluar
sudu didapat
dari persamaan :
Pa1 = l . t (P1 P2) kg
dimana :
l = tinggi sudu baris kedua
t = jarak antara sudu pada diameter rata rata
P1 = tekanan uap sebelum sudu
P2 = tekanan uap sesudah sudu
Pa1 = 34,76 x 1,34 (0,20 0,1) = 4,657 kg
Universitas Sumatera Utara
-
Gaya yang bekerja akibat perbedaan momentum uap yang mengalir
:
P a1 = ( )
1
u2u1o
z..gC-CG
(kg)
maka :
Sehinga besarnya resultan gaya (Po1) akibat tekanan uap dihitung
dengan
persamaan :
Dengan menganggap Po1 konstan sepanjang sudu gerak baris kedua
maka
momen lengkung yang terjadi (Mx1) adalah :
Mx1 = 2l.P 11 (kg.cm)
Dimana: P1 = Po1 cos = Po1 (karena = 0)
l1 = 2
356328 + = 342 mm = 34,20 cm
Sehingga :
Universitas Sumatera Utara
-
Gambar 4.2. Gaya-gaya lentur pada Sudu
Tegangan lentur yang memiliki nilai terbesar terjadi disepanjang
sudu
gerak 10, dapat dihitung dengan persamaan :
b = Mx1/Wy1 (kg/cm2)
dimana Wy1 = momen perlawanan terkecil sudu relatif terhadap
y-y
= 0,16286 cm3 (table 4.1)
maka : b = 27,901/0,16286
b = 171,318 kg/cm2
Untuk turbin pemasukan penuh : b 380 kg/cm2, dengan demikian
konstruksi
sudu yang direncanakan sudah aman.
Table 4.1 Momen perlawanan terkecil sudu relatif terhadap sudu
y-y
No F e (F.e) (eo-e)2 F(eo-e)2
1 0,5065 0,33 0,617145 51,37879 26,02336
2 1,2311 0,83 1,021813 44,46089 54,7358
3 1,7838 1,33 2,372454 38,04299 67,86109
4 2,6897 1,83 4,922151 32,12509 86,40686
Universitas Sumatera Utara
-
5 4,2032 2,33 9,793456 26,70719 112,2557
6 6,9121 2,83 19,56124 21,78929 150,6098
7 11,9904 3,33 39,92803 17,37139 208,2899
8 14,2559 3,83 54,59991 13,45349 191,7909
9 13,3556 4,33 57,82953 10,003559 134,0308
10 12,4552 4,83 60,15862 7,11769 88,65226
11 11,5549 5,33 61,58735 4,69979 54,30537
12 10,6303 5,83 61,97436 2,78189 29,57219
13 9,5261 6,33 60,30021 1,36399 12,99351
14 7,7518 7,33 52,94445 0,44609 3,457981
15 4,7474 34,79836 0,02819 0,133831
113,5937 521,9591 ly = 1221,119
4.4 Pembahasan Perhitungan Ukuran Cakram
Jenis cakram yang dipilih adalah jenis cakram konis, hal ini
berguna untuk
mengurani tegangan-tegangan yang diinduksikan pada kelepak,
yaitu tempat
cakram bertemu dengan hub. Tegangan radial akibat sesuaian paksa
pada poros :
r0 = 50 kg/cm2.
Tegangan radial pada jari-jari r2 akibat gaya sentrifugal
sudu-sudu dan pelek (rim)
adalah r2 = 1902,96 kg/cm2.
ro = jari-jari dalam cakram = 0,5 dp = 0,5 x 110 = 55 mm
r2 = jari jari luar cakram = (923/2)-(356/2) = 283,5 mm
r1 = jari jari hub = r2/2 = 283,5/2 = 141,75 mm
Universitas Sumatera Utara
-
Y1 = tebal kaki cakram = 40 mm (ditetapkan)
Y = tebal cakram bagian atas = 12 mm (ditetapkan)
Y0 = tebal hub = 2.y1= 2 x 45 = 80 mm (ditetapkan)
Gambar 4.3. Penampang Cakram Kelepak Konis
Jari-jari konis sempurna (R pada gambar 4.3) dihitung dengan
persamaan :
Tegangan lentur pada bagian cakram yang tipis pada jari-jari R =
18,0 cm
dihitung dengan persamaan :
u = g
U2 (kg/cm2)
Dimana :
U = 14836,5 cm/det (Kecepatan keliling pada jari-jari R)
= 0,00785 kg/cm3 (bobot spesifik bahan cakram)
Universitas Sumatera Utara
-
Sehingga:
Tegangan pada bagian dalam cakram pada jari-jari r1 dihitung
dari :
u = g
U12 (kg/cm2)
dimana:
Maka:
Untuk menghitung tegangan-tegangan pada bagian penting konis
cakram, dihitung dari persamaan :
a. Tegangan radial pada jari-jari r2
r2 = u . p0 + A.p1 + B.p2 (kg/cm2) ..... [4.1]
b. Tegangan radial dan tangensial pada kelepak (collar)
jari-jari r1
r1 = u . p0 + A.p1 + B.p2 (kg/cm2) ..... [4.2]
t1 = u . q0 + A.q1 + B.q2 (kg/cm2) ..... [4.3]
A dan B adalah konstanta integrasi yang diperoleh dari kondisi
batas, dan
p dan q adalah koefisien yang tergantung pada perbandingan r/R =
x.
Universitas Sumatera Utara
-
Untuk bagian hub:
a. Pada jari-jari r hub = r1
t1 = hub + (1-y1/y0). v. r1 (kg/cm2) ..... [4.4]
Dengan v koefisien pemampatan melintang = 0,3
b. Pada permukaan melingkar cakra pada jari-jari r0:
r0 = lo. u + l1o 0
1
yy
. r1 + l2o thub (kg/cm2) ..... [4.5]
Koefisien p0, p1, p2, q0, q1 dan q2 diperoleh dari kurvakurva
yang
diberikan pada gambar 4.4.berikut :
Gambar 4.4. Berbagai Koefisien untuk Cakram Konis
Koefisien-koefisien untuk persamaan [4.1] diperoleh dari :
Diperoleh: p0 = 0,0814 ; p1 = 5,43 ; p2 = -0,29
Universitas Sumatera Utara
-
Koefisien untuk persamaan [4.2] dan [4.3]:
X =075,33175,141 =
Rr
= 0,229
Diperoleh: p0 = 0,18 ; p1 =1,75 ; p2 = -12,1 ; q0 = 0,177 ; q1 =
1,65 ; q2 = 17,57
Koefisien - koefisien 1o, 11o, l2o dihitung dari ro/r hub =
112/14,175 = 0,7901 atau
rhub/r0 = 14,175/112 =1,2625, sehingga:
1o = 3,3/8 [0,7875 (r0/rhub)2 + 0,2125(rhub/r0)2]
1o = 3,3/8 [0,7875 (0,7901)2 + 0,2125(1,2625)2] = 0,2077
l1o = 0,5 [1 + (r0/rhub)2] (rhub/r0)2
l1o = 0,5 [1 + (0,7901)2] (1,2625)2 = 1,301
12o= -0,5 [1 - (r0/rhub)2] (rhub/r0)2
12o = -0,5 [1 - (0,7901)2] (1,2625)2 = -0,301
Dengan mensubstitusikan koefisien koefisien dan nilai numerik
y1, yo
dan y ke persamaan [4.1 - 4.5] dengan bilangan yang belum
diketahui pada sisi
kiri diperoleh:
1902,96 = 3118,76 x 0,058 + A x 7,2 + B(-0,17)
7,2 A 0,17 B = 1722,072 ..... [4.6]
r1 = 3118,76 x 0,165 + A x 2,27 + B(-2,62)
2,27 A 2,62 B - r1 = -514,595 ..... [4.7]
t1 =3118,76 x 0,172 + A x 2 + B x 6,16
2 A + 6,16 B - t1 = -536,427 ..... [4.8]
t1 = thub + (1- 80/160) 0,3 . r1
thub + 0,15r1 - t1 = 0 ..... [4.9]
Universitas Sumatera Utara
-
-100 = 0,2077 x 572,83 + 1,301 x (80/160) . r1 + (-0,301). t
hub
0,6505 r1 0,301thub = -218,977 ..... [4.10]
Persamaan diatas diselesaikan dengan jalan menghilangkan
bilangan yang
tidak diketahui secara berurutan. Dengan membagi persamaan
[4.10] dengan
0,301 dan menambahkannya ke persamaan [4.9] diperoleh :
2,31 r1 - t1 = -727,498 ..... [4.11]
Persamaan [4.8] dikurangkan dengan persamaan [4.11]
diperoleh:
2 A + 6,16 B 2,31 r1 = - 191,071 ..... [4.12]
Dengan membagi persamaan [4.12] dengan 2,31 dan mengurangkannya
dari persamaan [4.7] diperoleh:
1,404 A +(-5,287) B = -431,88 ..... [4.13]
A dan B dapat dihitung dari persamaan [4.6 - 4.13] :
7,2 A 0,17 B = 1722,072
1,404 A - 5,287 B = - 431,88
diperoleh : A = 242,627 B = 146,118
Maka tegangan tegangan r1, t1, thub dan rhub dapat dihitung:
r1 = 3118,76 x 0,165 + 242,627 x 2,27 + 146,118 x (-2,62)
= 682,530 kg/cm2 (dari persamaan [4.7])
t1 = 3118,76 x 0,172 + 242,627 x 2 + 146,118 x 6,16
= 1921,768 kg/cm2 (dari persamaan [4.8])
t hub = 1921,768 0,15 x 682,530
= 1819,389 kg/cm2 (dari persamaan [4.9])
Universitas Sumatera Utara
-
Tegangan pada permukaan-permukaan silindris pada jari-jari hubr
adalah
seragam,maka :
rhub = 1r0
1 .yy
= 530,68216080
= 341,265 kg/cm2.
Jenis baja yang digunakan untuk konstruksi cakram turbin
tergantung pada
besarnya tegangan yang dialami dan kondisi operasi yang dibagi
menjadi
3 kategori seperti terdapat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Sifat sifat Baja yang digunakan pada pembuatan
cakram
Kategori Cakra
Tegangan Ultimate, kg/mm2
Titik serah, kg/mm2
Perpanjangan relatif, %
Pengecilan luasan relatif, %
Kelentingan spesifik, kg.m/cm2
Kekerasan Brinell, kg/mm2
I 63 32 17 35 4 170 207
II 75 40 17 35 4 187 223 III 90 75 15 35 3 289 321
Tegangantegangan yang diizinkan untuk masingmasing hal
ditentukan
dengan memperhatikan sifatsifat fisis baja maupun temperatur
operasi cakra
yang direncanakan. Umumnya tegangan-tegangan yang diizinkan
tidak pernah
lebih dari 0,4 kali tegangan titik serah bahan pada temperatur
yang direncanakan.
Dari hasil perhitungan tegangan-tegangan pada bagian-bagian
yang
penting untuk cakram yang direncanakan, bahan yang dipakai
dipilih dari kategori
I dimana titik serahnya: 63 kg/mm2 (6300 kg/cm2).
Universitas Sumatera Utara
-
Dan tegangan yang diizinkan adalah:
max = t1 0,4 x 7500
t1 = 1921,786 2520 kg/cm2
Sehingga desain cakram ini sudah memenuhi.
4.5 Perhitungan putaran kritis
Putaran kritis adalah putaran permenit yang secara numerik
berimpit
dengan frekuensi alami getaran poros. Secara teoritis putaran
kritis menyebabkan
lendutan poros cenderung untuk memperbesar sampai ke tak hingga.
Jadi
pengoperasian pada putaran kritis haruslah dihindari ,untuk
menghitung putaran
kritis harus menghitung terlebih dahulu pembebanan yang terjadi
pada poros.
Pembebanan yang dimaksud adalah pembebanan statis yang
disebabkan berat
cakram, sudu gerak, dan berat poros itu sendiri. Berat cakram
pada baris kedua
dapat dihitung melalui persamaan berikut ini :
Berat sudu gerak :
Berat sudu gerak baris 1
wsg1 = . F . l1 . z1
Dimana :
F = luas penampang sudu = 1,135 cm2
l1 = tinggi sudu gerak rata-rata = 2,039 cm2
z1 = jumlah sudu gerak = 159 buah
= berat spesifik bahan sudu, 0,00785 kg/cm3
Universitas Sumatera Utara
-
maka : wsg1 = 0.00785 x 1,135 x 2,039 x 159 = 2,888 kg,
Berat sudu gerak baris 2
wsg2 = . F . l2 . z2
Dimana :
F = luas penampang sudu = 1,135 cm2
l2 = tinggi sudu gerak rata-rata = 3,288 cm2
z2 = jumlah sudu gerak = 191 buah
= berat spesifik bahan sudu, 0,00785 kg/cm3
maka : wsg2 = 0.00785 x 1,135 x 3,288 x 191 = 5,595 kg,
Berat cakram :
Dimana :
R = jari-jari cakram tertular = 39,29 cm
r2 = jari-jari cakram sampai pelek (rim) = 13,15 cm
r1 = jari-jari cakram sampai kelepak = 9 cm
y = tebal cakram pada jari-jari r2 = 1,2 cm
y1 = tebal cakram pada jari-jari r1 = 4,5 cm
y0 = tebal cakram pada jari-jari r0 = 8 cm
maka :
Universitas Sumatera Utara
-
Berat poros, WP
Dimana : dp = diameter poros = 104,779 mm = 10,477 cm
= bobot spesifik bahan = 0,00785 kg/cm3
l = panjang poros = 100 cm
Maka bobot pada poros sebesar (w0) :
W0 = (Wsg1 + Wsg2) + Wck + Wp
W0 = (2,888 + 5,595) + 191,51 + 67,641
W0 = 267,634 kg
Sebelum menghitung putaran kritis poros terlebih dahulu
ditentukan:
a. Modulus elastisitas poros E = 2,1 x 106 kg/cm2
b. Mencari reaksi pada bantalan
Gambar 4.5 Pembebanan pada Poros
80 24
Satuan cm
22
Wp
100
Fcr F10 22
25
RA RB
Universitas Sumatera Utara
-
MA = 0 ;
Wck(60) + WP(50) RB(100) = 0
191,51(60) + 135,282(50) RB(100) = 0
RB = 250,188 kg
Fy = 0 ;
RA + RB (Wck + Wp) = 0
RA + 250,188 (191,51 + 135,282) = 0
RA = 76,604 kg
c. Momen inersia untuk poros, dicari dengan persamaan :
d. Defleksi pada poros ditentukan dengan :
Selanjutnya ditentukan:
Fiyi = Wp. 1 + Wck . 2
= 135,28 x 0,002276 + 191,51 x 0,00699
= 2,9852 kg.cm
Fiyi2 = 135,28 x 0,0022762 + 191,51 x 0,006992 = 0,01005
kgcm2
Universitas Sumatera Utara
-
Maka Putaran kritis diperoleh dengan persamaan :
Sehingga besarnya perbedaaan putaran kritis dengan putaran
normal turbin,
diperoleh :
Dari praktek ternyata, bila putaran kritis berbeda dengan
putaran
normal sebesar 15 sampai 20 %, dapat dipastikan bahwa turbin
sudah berada
dalam operasi yang aman, akan tetapi kebanyakan pabrik pembuat
turbin
memakai kepesatan operasi normal lebih tinggi atau lebih rendah
daripada
kepesatan kritis sebesar 30 % sampai 40%.
4.6 Roda Gigi
Oleh karena putaran poros turbin melebihi putaran maksimum
generator
dimana putaran poros turbin yang besarnya 5000 rpm dan putaran
yang dihasilkan
generator sebesar 1500 rpm maka digunakan roda gigi reduksi
dengan demikian
perbandingan kecepatannya adalah : i = 5000/1500 = 3,33. Untuk
menghindari
terjadinya beban kejut dan getaran yang besar akibat dari
tingginya putaran yang
disuplai dari poros turbin maka roda gigi yang dipilih adalah
roda gigi miring,
dimana pasangan roda gigi jenis ini mempunyai kontak yang halus,
dan getaran
yang dihasilkan rendah, dan kontak tiap giginya lebih luas
dibanding roda gigi
jenis lain. Dari pertimbangan diatas maka roda gigi yang
direncanakan adalah
roda gigi miring tersusun seperti gambar berikut :
Universitas Sumatera Utara
-
Gambar 4.6 Roda gigi miring
Untuk sebuah rangkaian roda gigi tersusun, rasio kecepatan
ditulis :
327,32
1
1
2 ===nn
ZZi
Dalam hal ini direncanakan z1 = 21, sehingga :
Z2 = i2 22 = 3,327 22 = 70 buah
Harga-harga yang ditetapkan
m (modul) = 6 mm
n ( sudut tekan pada bidang normal) = 20
(sudut kemiringan gigi) = 30
Sudut tekan, (t) = tan-1(tan n/cos)
= tan-1(tan 20/cos30)
= 22,8
Jarak bagi lingkar (P) :
P = m (mm)
P = (6) = 18,84 mm
Universitas Sumatera Utara
-
Jarak bagi lingkaran dari bidang normal (Pn) :
Pn= P cos
Pn= 18,84 cos 30 = 16,31mm
Diameter picth untuk pinion (D1) :
D1 = m z1 D1 = 6 21 =126 mm
Diameter picth untuk roda gigi 2 (D2) :
D2 = m . z2
D2 = 6 70 = 420 mm
Tinggi gigi (H)
H = 2m + ck
Dimana ck = 1,5
maka H = 2(6) + 1,5
H = 13,5 mm
Diameter lingkaran kepala
Dk1 = (Z1 + 2) m
Dk1 = (21 + 2) 6
Dk1 = 138 mm
Dk2 = (Z2 + 2) m
Dk2 = (70 + 2) 6
Dk2 = 432 mm
Kecepatan tangensial u pada diameter pitch untuk pinion adalah
:
u = D1 n/60
u = (0,126) 5000/60
u = 32,98 m/det
Universitas Sumatera Utara
-
Gaya tangensial yang dipikul roda gigi pinion (Ft) adalah :
kguN
F efft
=102
Dimana : Neff (daya efektif yang dihasilkan poros turbin) =
1405,72 KW
Maka :
Sehingga :
Gaya radial pada roda gigi (Fr)
Fr = Ft tan t
= 4347,587 tan 22,8
= 1827,557 kg
Gaya aksial pada roda gigi (Fa)
Fa = Ft tan
= 4347,587 tan 30
= 2510,08 kg
Gaya total (F)
Universitas Sumatera Utara
-
Dalam pemilihan bahan roda gigi, baja adalah bahan yang
memuaskan
karena mempunyai kekuatan yang tinggi. Bahan roda gigi dibuat
dari baja paduan
dengan kekerasan kulit SCN 21 dengan tegangan lentur yang
diizinkan a = 40
kg/mm2, tegangan tarik B = 80 kg/mm2 . Besarnya tegangan lentur
yang
diizinkan persatuan lebar sisi Fb dihitung dari persamaan :
Fb = a . m . Y . fv ( kg/mm)
Dimana :
m = modul roda gigi = 6 mm
Y = faktor bentuk gigi = 0,327
fv = faktor dinamis, untuk u = 20 50 mm
= u+5,5
5,5
= 97,325,5
5,5+
= 0,5
Sehingga :
Fb = (40) (6) (0,327) (0,5)
Fb = 39,24 kg/mm
Maka lebar roda gigi (b) :
b = Ft/Fb = 3709,219/39,24 = 80,26 mm
Tegangan tarik yang timbul pada roda gigi adalah :
Dari persamaan diatas diperoleh B b, dengan demikian kostruksi
roda gigi
aman terhadap tegangan tarik dan beban lentur yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
-
4.7 Bantalan dan Pelumasan
Bantalan merupakan bagian utama dari elemen mesin sehingga
dalam
pemilihannya harus dipertimbangkan peranannya. Bantalan yang
dipakai pada
rancangan ini adalah bantalan luncur, mengingat beban yang
dialami cukup besar
dan putaran yang tinggi. Bantalan disuplai dengan minyak pelumas
yang biasanya
pada tekanan 0,4 sampai 0,7 atm pengukuran (gauge). Ruang bebas
disediakan
diantara poros dan permukaan bantalan untuk dapat memberi tempat
bagi lapisan
minyak pelumas. Secara umum bantalan luncur dapat digambarkan
sebagai
berikut :
Gambar 4.7 Bantalan Luncur
Pendesainan bantalan ini dilaksanakan menurut metode yang
disarankan
oleh M.I. Yanovsky untuk bantalan luncur 1800. Jenis bantalan
yang digunakan
adalah bantalan radial (journal bearing).
Untuk ruang bebas a dan b dipilih sesuai dengan diameter poros.
Ruang bebas
yang diperbolehkan untuk bantalan luncur yang didasarkan pada
data operasi
turbin uap diberikan pada tabel 4.7 berikut :
Universitas Sumatera Utara
-
Tabel 4.3 Ruang bebas yang diperbolehkan untuk bantalan
luncur
Ruang bebas a dan b dipilih sesuai dengan diameter poros (Tabel
4.3),
dengan interpolasi didapat harga a untuk diameter 224 mm yang
dipilih untuk
bantalan dengan lapisan logam putih (a = 0,15 mm dan b = 0,25
mm).
Gambar 4.8 Dudukan poros pada bantalan pada berbagai
kecepatan
Perbandingan d/L biasanya diandaikan sebesar 1 sampai 1,2 akan
tetapi
untuk bantalan yang dibebani dengan beban yang berat,
nilai-nilai yang lebih
besar dapat dipakai (diambil 2).
L = d/1,2 = 100/1,2
L = 83,33 mm.
Gaya tangensial yang terjadi pada poros sebesar :
Universitas Sumatera Utara
-
Beban pada poros sebesar :
W = berat poros + berat cakram
W = (135,282 + 191,51)kg = 326,792 kg
Maka gaya radial sebesar :
Koefisien (kriteria beban) bantalan diperoleh dari persamaan
:
( )
..
2
uLd
aFrv =
Dimana : Fr = beban bantalan = 3909,681 kg
L = panjang permukaan bantalan = 83,33 mm
u = kecepatan keliling permukaan poros
= viskositas rata-rata minyak pelumas = 0,3 x 10-6
kg.det/cm2
(untuk minyak jenis TZOUT (GOST 32-53))
maka :
Besar harga koefisien x diperoleh dari gambar 4.9. Untuk
bantalan luncur
= 1800 dan harga = 1,2 diperoleh x = 0,565
Universitas Sumatera Utara
-
Gambar 4.9 Grafik koefisien v (kriteria beban)
Koefisien gesek f untuk bantalan dapat dihitung dengan
menggunakan
data-data pada gambar 4.10. Untuk bantalan luncur = 1800 dan
harga = 1,2
dan x =0,72, diperoleh s = 3,775
Gambar 4.10 Grafik untuk menentukan koefisien s
maka :
Kerja untuk melawan gesekan :
Universitas Sumatera Utara
-
Dengan mengabaikan kerugian akibat radiasi, maka jumlah minyak
yang
dibutuhkan untuk menyerap kalor yang timbul akibat gesekan pada
bantalan akan
sebesar : ).(.
.60
12 ttCQq x
=
Dimana : = bobot spesifik pelumas (0,92 kg/ltr)
C = kapasitas termal rata-rata minyak pelumas (0,4
kkal/kg0C)
t1 = temperatur minyak pada sisi masuk, diandaikan (35
45)0C.
untuk perencanaan ini diambil 400C.
t2 = temperatur minyak pada sisi keluar
t2 = t1 + (10 45)0C.
Temperatur minyak pada sisi keluar dari bantalan tidak boleh
lebih dari
600C, karena pada temperatur yang lebih tinggi kualitas minyak
pelumas menurun
dengan cepat yang menjadi tidak dapat dipakai lagi untuk
pemakaian selanjutnya
maka ditetapkan, t2 = 520C.
maka :
4.8 Rumah Turbin
Stator turbin mempunyai bentuk yang rumit, perhitungan yang
tepat untuk
dinding silinder akan menjadi sangat sulit. Dengan mengabaikan
pengaruh
dinding samping, rusuk-rusuk pengukuh, flens, variasi tekanan
dan temperatur
menurut panjangnya dan lain-lain, kita dapat mengandaikan
silinder itu berbentuk
drum.
Universitas Sumatera Utara
-
Dalam hal ini gaya-gaya yang bekerja pada dinding stator
dapat
dinyatakan dengan rumus :
2PD
t
=
Dimana: D = diameter dalam silinder = 80 cm
P = Tekanan pengukuran gauge uap masuk nosel = 19 kg/cm2
= tebal dinding selider, ditetapkan 3 cm
Maka :
Silinder untuk turbin kapasitas kecil dan menengah biasanya
terbuat dari
besi cor kelabu JIS G 5501 FC20 dengan tegangan tarik b = 20
kg/mm2 atau
2000 kg/cm2 dan nilai faktor keamanan k = 4 (diambil) sehingga
:
b izin = 2000/4 = 500 kg/cm2
dengan demikian :
b izin > , maka konstruksi ini aman
Universitas Sumatera Utara
-
BAB V
SISTEM PENGATURAN TURBIN
5.1 Pengaturan Putaran Turbin
Untuk pembangkit listrik yang saling berhubungan dengan
pembangkit
lainnya, keseluruhan pembangkit harus sikron dengan yang
lainnya. Untuk
mendapatkan sinkronisasi frekuensi dan gelombang sinusoida harus
sama, maka
untuk mendapatkan frekuensi yang tetap maka putaran harus
konstan.
Daya turbin uap ditentukan berdasarkan jumlah massa uap dan
tekanan
atau suhu uap masuk turbin. Perubahan daya turbin akibat
perubahan variasi
tekanan yang tidak konstan yang menyebabkan putaran turbin
berubah. Putaran
turbin akan dapat dijaga konstan dengan mengatur jumlah massa
aliran uap
memasuki turbin dengan menggunakan katub regulator (katup
pengatur).
5.2 Governor
Turbin uap dijalankan dan dihentikan berturut-turut dengan
membuka
penuh dan menutup rapat katup penutup uap. Kemudian mengatur
jumlah uap
masuk nozel turbin dilaksanakan dengan mengatur pembukaan katup
pemasukan
uap. Besarnya pembukaan katup pemasukan uap dikendalikan oleh
alat yang
dinamai governor.
Jenis governor yang dipakai pada turbin uap ada dua macam yaitu
:
1. Governor pengatur kecepatan, yaitu diperlukan apabila
kecepatan harus
konstan, misalnya pada turbin penggerak arus bolak balik.
Universitas Sumatera Utara
-
2. Governor pengatur tekanan, yaitu digunakan pada turbin dimana
sebagian
tekanan uap yang diekstraksikan (keluar dari turbin untuk suatu
proses) harus
diusahakan konstan.
Jenis governor yang dipakai pada rancangan ini adalah jenis
governor
pengatur kecepatan.
Gambar 5.1 Governor pengaturan putaran turbin
Keterangan Gambar :
1. Selonsong 2. Pompa minyak 3. Roda gigi reduksi
4. Katup pengatur 5. Piston 6. Servomotor
7. Piston 8. Katup pandu/distribusi 9. Pengatur sentrifugal
10. Bak minyak.
Universitas Sumatera Utara
-
5.3 Analisa Pengatur Sentrifugal
Gambar 5.2 Pengatur Sentrifugal
Dengan meningkatnya kepesatan (putaran) poros, maka bobot m
akan
terlempar keluar akibat pengaruh dari gaya sentrifugal. Hal ini
menyebabkan
posisi bobot m akan berubah pada suatu titik tertentu dan juga
selongsong akan
berpindah keatas dimana selongsong tersebut dihubungkan dengan
tuas
penghubung yang berhubungan dengan katub pengatur.
Adapun analisa gaya yang terjadi sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
-
Gambar 5.3 Analisa gaya pada pendulum
Dari gambar tersebut diperoleh persamaan :
T sin = Fs
T cos = m g
T = cos
mg
cosmg sin = Fs
Adapun besarnya gaya sentrifugal yang terjadi sebesar :
rmFs 2=
Dimana :
Fs = Gaya sentryfugal
m = massa bobot
= kecepatan sudut
Universitas Sumatera Utara
-
602 n = ( n = putaran)
r = l sin 1 = jari-jari rotasi
Maka persamaan diperoleh :
cosmg sin = Fs
cosmg sin = m 2 l sin
Cos = l
g2
= arc cos l
g2
Jika diambil perbandingan reduksi (i = 1,5) maka diperoleh
putaran pengatur
sentrifugal saat kondisi normal sebesar :
n1 = n0 i
n1 = 5000 (1,5)
n1 = 7500 rpm
Pada saat putaran turbin tidak konstan putaran diandaikan
sebesar n2 = 8500 rpm
(putaran turbin meningkat) dan n3 = 4000 rpm (putaran turbin
menurun) dan
panjang l dan p ditetapkan sebesar 30 cm dan 40 cm.
Untuk memperoleh sudut dihitung dengan menggunakan aturan sinus
yaitu :
sinsinpl
=
pl sinsin =
pl sinarcsin=
Universitas Sumatera Utara
-
Tabel 5.1 Besarnya kecepatan sudut rotasi () dan sudut , ,
No n(rpm) = 602 n
(rad/det) = arc cos l
g2
p
l sinarcsin= = 180 - (+)
1
2
3
7500
8500
4000
785
889,67
418,67
89,9969
89,9976
89,9993
48,5903
48,5903
48,5903
41,4126
41, 4115
41,418
Untuk mencari panjang k1, k2, k3 dihitung dengan menggunakan
aturan cosinus
yaitu :
k12 = l2 + p2 2 (l)(p) cos 1
k12 = (30)2 + (40)2 2 (30)(40) cos 41,4126
k1 = 26,46 cm
k22 = l2 + p2 2 ( l )( p) cos 2
k22 = (30)2 + (40)2 2 (30)(40) cos 41,4115
k2 = 26,47 cm
k32 = l2 + p2 2 ( l )( p) cos 3
k32 = (30)2 + (40)2 2 (30)(40) cos 41,418
k3 = 26,48 cm
Maka besarnya selongsong yang berpindah sejauh :
untuk putaran naik dari 8550 rpm hingga 9500rpm
z2 = k2 k1
z2 = 26,47 26,46 = 0,01 cm
Universitas Sumatera Utara
-
Untuk putaran turun dari 8550 rpm hingga 4000 rpm
z1 = k3 k2
z1= 26,48 26,47 = 0,01 cm
Maka dapat disimpulkan bahwa besarnya perpindahan katup
pengatur
tergantung pada besarnya putaran yang terjadi dan panjang
lengan.
5.4 Sistem Pengaturan Tidak Langsung
Gambar 5.1 menunjukan salah satu metode pengaturan tidak
langsung
(indirect method of governing) yang memakai servomotor jenis
piston.
Pada kondisi operasi konstan, piston pada katup pandu dan
servomotor
menempati kedudukan pada pertengahan jarak perpindahannya, yang
baik lubang
masuk maupun lubang keluar katup pandu yang menghubungkan katup
pandu itu
dengan servomotor adalah dalam keadaan tertutup. Katup pengatur
untuk kondisi
ini juga menempati kedudukan tetap tertentu.
Setiap perpindahan selongsong pengatur kepesatan sentrifugal
akan
menyebabkan perpindahan piston (7). Sejalan dengan arah
perpindahan piston,
minyak bertekanan dari pompa minyak memasuki salah satu dari
kedua ruang K
dan K1 pada servomotor. Bila minyak memasuki bagian atas, yakni
ruang K,
katup pengatur akan mulai menutup dan mengurangi jumlah aliran
uap melalui
turbin (daya yang dihasilkan oleh turbin akan berkurang). Pada
waktu yang
bersamaan minyak dari ruang K1 mulai mengalir keluar melalui
lubang katub
pandu dan masuk kedalam bak minyak. Sebaliknya jika minyak
bertekanan
memasuki ruang K1 proses berlawanan akan diperoleh yang akan
membuka katup
pengatur sehingga uap yang masuk keturbin semakin besar.
Universitas Sumatera Utara
-
5.5 Cara kerja Governor
a. Bila beban turbin turun
Setelah beban turbin menurun maka kepesatan putar poros turbin
akan
meningkat. Bobot pengatur sentrifugal akan terlempar kearah luar
akibat kenaikan
gaya sentrifugal. Kemudian selongsong akan berpindah keatas yang
bersama-
sama dengannya titik b akan berpindah juga, yang dikopel dengan
piston (7)
relative terhadap titik putar c pada tuas ac. Ruang servomotor K
sekarang
terhubung dengan ruang tengah katup pandu dan minyak bertekanan
mulai masuk
kedalam bagian atas selinder utama K servomotor. Katup pengatur
mulai menutup
dan saat bersamaan minyak dari bagian bawah selinder utama
dikeluarkan kebak
minyak. Titik putar c tuas ac sekarang mulai bergerak kebawah,
tuas ac yang
beroperasi pada titik a sebagai pusat putar dan pada proses
tersebut memindahkan
piston (7) kebawah bersama-sama dengannya. Segera setelah piston
menempati
posisi tengah awalnya pemasukan minyak keruang K dihentikan dan
katup
pengatur menempati kedudukan yang baru. Jumlah uap yang mengalir
ke turbin
akan berkurang sehingga daya yang dihasilkan akan menurun.
b. Bila beban turbin naik
Bila beban turbin naik maka kepesatan putar poros turbin akan
menurun.
Bobot pengatur sentrifugal akan terlempar kearah dalam akibat
gaya sentrifugal
yang kecil. Kemudian selongsong akan berpindah bawah yang
bersama-sama
dengannya titik b akan berpindah juga, yang dikopel dengan
piston (7) relative
terhadap titik putar c pada tuas ac.
Universitas Sumatera Utara
-
Ruang servomotor K1 sekarang terhubung dengan ruang tengah
katup
pandu dan minyak bertekanan mulai masuk kedalam bagian atas
selinder utama
K1 servomotor. Katup pengatur mulai membuka dan saat bersamaan
minyak dari
bagian bawah selinder utama dikeluarkan ke bak minyak. Titik
putar c tuas ac
sekarang mulai bergerak keatas, tuas ac yang beroperasi pada
titik a sebagai pusat
putar dan pada proses tersebut memindahkan piston (7) keatas
bersama-sama
dengannya. Segera setelah piston menempati posisi tengah awalnya
pemasukan
minyak ke ruang K1 dihentikan dan katup pengatur menempati
kedudukan yang
baru. Jumlah uap yang mengalir ke turbin akan meningkat sehingga
daya yang
dihasilkan akan meningkat juga, dan putaran turbin akan normal
kembali.
Universitas Sumatera Utara
-
BAB VI
KESIMPULAN
Dari perhitungan-perhitungan yang dilakukan, maka dapatlah
dibuat
beberapa kesimpulan, yaitu :
6.1. Spesifikasi Turbin Uap
1. Tekanan uap masuk : 20 bar
2. Temperatur uap masuk turbin : 260 0C
3. Tekanan uap keluar turbin : 3 bar
4. Daya turbin : 1460,527 kW
5. Jenis turbin : Turbin implus
6. Laju aliran massa uap : 7,022 kg/det
7. Putaran Turbin : 5000 rpm
6.2. Dimensi Bagian Utama Turbin
a. Poros
1) Diameter : 120 mm
2) Panjang : 100 cm
3) Bahan : JIS 4102 SNC 21
b. Nozel
1) Jenis : Konvergen-divergen
2) Tinggi : 16 cm
3) Jumlah : 20 buah
c. Cakram
1) Jari-jari dalam cakram : 55 mm
2) Jari-jari luar cakram : 283,5 mm
Universitas Sumatera Utara
-
d. Sudu Gerak
1) Sudu gerak baris pertama
a) Jumlah : 159 buah
b) Tinggi sisi masuk : 18 mm
c) Tinggi sisi keluar : 22,79 mm
2) Sudu gerak baris kedua
a) Jumlah : 191 buah
b) Tinggi sisi masuk : 31 mm
c) Tingi sisi keluar : 34,76 mm
3) Sudu pengarah
a) Jumlah : 188 buah
b) Tinggi sisi nmasuk : 23,89
c) Tinggi sisi keluar : 29 mm
e. Bantalan dan pelumasan
1) Jenis : Bantalan luncur
2) Diameter dalam : 110
3) Panjang : 83,33
4) Minyak pelumas : TZOUT(GOST32-53)
5) Viskositas : =0,3 .10-6 kg.det/cm2
Universitas Sumatera Utara