25 BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan Tidak terlepas dari fungsinya, manajemen keuangan bisa diartikan sebagai manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Fungsi sendiri bisa diartikan sebagai kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang tertentu. Oleh karena itu, dalam suatu perusahaan, manajer keuangan adalah pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola keuangan organisasi atas perusahaan. B. Laporan keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: Neraca atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Bagi para analisis, Laporan Keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainya dilakukan, ia pun tidak akan dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahan. Oleh karena itu yang paling penting adalah media laporan keuangan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi (screen) bagi analis dalam proses
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
25
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan
Tidak terlepas dari fungsinya, manajemen keuangan bisa diartikan sebagai
manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Fungsi sendiri bisa diartikan
sebagai kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung
jawab dalam bidang tertentu. Oleh karena itu, dalam suatu perusahaan, manajer
keuangan adalah pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola keuangan
organisasi atas perusahaan.
B. Laporan keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun
jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: Neraca atau Laporan
Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi
Keuangan.
Bagi para analisis, Laporan Keuangan merupakan media yang paling
penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada
tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan
langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainya dilakukan, ia pun tidak akan
dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahan. Oleh karena itu yang
paling penting adalah media laporan keuangan. Laporan keuangan inilah
yang menjadi bahan sarana informasi (screen) bagi analis dalam proses
26
pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi
keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus
dana (kas) persahaan dalam periode tertentu.
2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Jenis laporan keuangan utama dan pendukung dapat disebutkan sebagai
berikut:
a. Laporan Neraca (Posisi Keuangan)
Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi
keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva,
kewajiban, dan modal pada saat tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap
saat dan merupakan opname situasi posisi keuangan pada saat itu. Isi
Laporan Neraca dijelaskan sebagai berikut :
1) Aset ( Harta, Aktiva)
Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam
operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva yang
tak berwujud, dan lain-lain. Aktiva ini lazimnya di Indonesia dan
Amerika ditempatkan di sebelah kiri. Sedangkan di beberapa negara
Eropa lazimnya ditempatkan di sebelah kanan.
2) Liabilities (Kewajiban/Utang)
Kewajiban adalah kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang
diakui dan dinilai sesuai prinsip akuntansi. Kewajiban ini termasuk juga
saldo kredit yang ditunda yang bukan merupakan utang atau kewajiban.
27
3) Owner’s Equity (Modal Pemilik)
Equity adalah suatu hak yang tersisa alias aktiva suatu lembaga
(entity) setelah dikurangi kewajibannya. Dalam perusahaan Equity
adalah modal pemilik.
4) Off Balance Sheet
Dalam peristilahan akuntansi dan juga di perbankan khususnya,
dikenal apa yang disebut off balance sheet. Pada hakikatnya transakasi
off balance sheet ini adalah transaksi yang terjadi dalam perusahaan
tetapi karena menurut aturan baik aturan prinsip akuntansi maupun
aturan lainnya tidak dimasukkan dalam neraca atau belum boleh
dicatat dalam proses akuntansi. Transaksi ini biasanya menyangkut
transaksi cash atau transaksi instrument keuangan lainnya yang belum
direalisasi, misalnya plafon kredit (pembiayaan) yang belum
digunakan.
Penyajian dan Bentuk Neraca biasanya disajikan berdasarkan likuiditas
pos atau perkiraannya. Biasanya perkiraan yang paling lancar dan paling
dekat dengan konversi ke kas dicatat paling atas. Kewajiban yang paling
cepat harus dicantumkan paling atas dalam kelompoknya. Modal yang
harus ditunaikan terlebih dahulu harus ditempatkan di atas. Untuk industri-
industri tertentu konsep likuiditas ini tidak berlaku. Misalnya untuk
perusahaan asuransi pos yang ditempatkan paling atas adalah pos investasi.
28
b. Laporan Laba/Rugi
Laporan Laba/Rugi adalah sebagai kelebihan penghasilan atas
biaya selama periode akuntasi. Laba atau income adalah perubahan
dalam modal dalam suatu lembaga selama satu periode tertentu yang
diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal dari
buku pemilik.
c. Laporan Arus Kas
Yang sering menjadi masalah dalam laporan ini adalah mengenai
pengertian dana.
Dana dapat diartikan macam-macam yaitu :
1. Dana adalah Kas;
2. Dana adalah Aktiva Tetap (Quick Assets);
3. Dana adalah Moneter Aset;
4. Dana adalah Aktiva Lancar;
5. Dana adalah Modal Kerja;
6. Dana diartikan sebagai keseluruhan Aktiva.
Dalam FASB (Financial Accounting Standar Board) Statement no.
95 muncul lagi Cash Flow Statement atau Laporan Arus Kas yang harus
sudah diterapkan pada pelaporan tahun buku 1989. Dalam laporan ini,
transaksi kas dikelompokkan pada tiga bagian yaitu:
1. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan operasi;
2. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan pembiayaan;
3. Transaksi kas yang berasal dari kegiatan investasi.
29
d. Laporan Perubahan Modal
Laporan ini menjelaskan perubahan posisi modal baik saham
dalam PT atau modal dalam perusahaan perseorangan.
C. Rasio-Rasio Keuangan
1. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio Keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan
dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Misalnya antara Utang dan
Modal, antara Kas dan Total Aset, antara Harga Pokok Produksi dengan
total Penjualan, dan sebagainya. Rasio keuangan sangat penting dalam
melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Rasio Keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan
penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi
dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat
memperoleh informasi dan memberikan penilaian.
Perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio
yang penting. Misalnya, rasio ideal mengenai likuiditas bank tidak sama
dengan rasio ada perusahaan industri, perdagangan, atau jasa. Oleh
karenanya, di dalam laporan mengenai average industry ratio di Amerika
perusahaan uang menerbitkannya membagi-bagi menurut jenis perusahaan
bahkan menurut sub-sub industri yang lebih rinci.
30
2. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis
lainnya. Keunggulan tersebut adalah:
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan;
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain;
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi;
e. Menstandarisir size perusahaan;
f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodeik atau “time
series”;
g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang.
3. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga
memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu
penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya.
Adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah:
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
31
b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga
menjadi keterbatasan teknik ini seperti :
1. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak
mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai biasa atau
subjektif;
2. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai
perolehan (cost) bukan harga pasar;
3. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka
rasio;
4. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa
diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
e. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi
yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan
akan menimbulkan kesalahan.
4. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Pada umumnya rasio keuangan bermacam-macam tergantung kepada
kepentingan dan penggunaannya, begitu pula perbedaan jenis perusahaan
juga dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasionya.
32
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat
dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos
aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas ini adalah
sebagai berikut :
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dibayar dengan
memakai hutang lancar. Rasio lancar yang ideal adalah 100%.
Rasio Lancar = Aktiva LancarUtang lancar
x 100%
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Dengan rasio cepat berarti likuiditas perusahaan diukur dengan
menggunakan unsure-unsur aktiva lancar yang likuid, dengan cara
tidak mempertimbangkan yang kurang likuid seperti persediaan. Rasio
cepat yang ideal adalah 100%.
Rasio Cepat = Akt iva Lancar −Persediaan
Utang lancar x 100%
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas dibandingkan dengan
total aktiva lancar. Rasio kas yang ideal adalah 100%.
Rasio Kas = Kas
Aktiva lancar x 100%
33
b. Rasio Aktivitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan
dalam menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki
oleh perusahaan. Rasio ini diukur dengan membandingkan penjualan
dengan berbagai investasi dalam aktiva.
1. Total Assets Turnover
Merupakan perbandingan antara pendapatan dengan jumlah
aktiva. Kemampuan dana yan tertanam dalam keseluruhan aktiva
berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal yang
diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Total Assets Turnover
yang ideal yaitu 200%.
Total Assets Turnover = PendapatanTotal Aktiva
2. Receivable Turnover
Merupakan perbandingan antara pendapatan dengan piutang
rata-rata. Kemampuan piutang berputar dalam sutau periode tertentu.
Receivable Turnover yang ideal yaitu 200%.
Receivable Turnover = Pendapatan
Piutang Rata −Rata
c. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan jumlah cabang,
dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio.
34
Pengembalian/Imbalan atas Investasi (Return on Invesment- ROI)
Yaitu Perbandingan antara Laba setelah biaya bunga dan Pajak
(Laba bersih/EAT) dengan Total Aktiva Perusahaan. Return on
Invesment yang baik adalah 200%.
ROI = Laba Bersih /EAT
Total Aktiva x 100%
d. Rasio Leverage
Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan
terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan
perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik
mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang.
1. Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin
hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimiliki.
Debt Ratio = Total UtangTotal Aktiva
x 100%
2. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)
Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah utang jangka
panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan, guna mengetahui financial levarage perusahaan.
Total Debt to Equity Ratio = Total Utang
Hutang jk .pjg +ekuitas x 100%
35
D.Penyajian Laporan Keuangan
Laporan keuangan disajikan dengan maksud untuk melihat kondisi
keuangan pada setiap periode tertentu.
Adapun Neraca ,Laporan Laba/Rugi dan laporan Arus Kas pada PT
Pelabuhan Indonesia I Periode Tahun 2012
Tabel 3.1 PT. Pelabuhan Indonesia I
Neraca Per 31 Desember 2012
Aktiva Nilai Passiva Nilai Aktiva Lancar -Kas dan Setara Kas -Investasi Jangka Pendek -Piutang Usaha -Piutang Pegawai -Piutang Lain-Lain -Uang Muka -Persediaan -Angsuran Pajak Penghasilan Badan -PPN Masukan Yang Dapat Dikreditkan -Biaya Yang Dibayar Dimuka -Pendapatan Yang Masih Akan Diterima -Dividem Interim -Penyisihan Piutang Usaha
Jumlah Aktiva Lancar
Aktiva Tetap Dan Akumulasi Penyusutan -Bangunan Fasilitas Pelabuhan -Akm. Penyusutan Bangunan Fasilitas Pelabuhan -Kapal -Akm. Penyusutan Kapal -Alat-Alat Fasilitas Pelabuhan -Akm. Penyusutan Alat-Alat Fasilitas Pelabuhan -Instalasi Fasilitas Pelabuhan -Akm. Penyusutan Instalasi
Fasilitas Pelabuhan -Tanah -Jalan Dan Bangunan -Akm. Penyusutan Jalan Dan Bangunan
74.843.154.550
227.487.850.000 70.911.243.589
124.282.533 69.065.385.008
7.302.527.965 4.105.587.303 5.093.100.700
3.275.893.758
3.850.121.103
20.392.481.383
10.000.000.000 (5.760.224.902)
490.691.402.990
541.171.235.312 (143.666.906.133)
187.091.738.565
(129.903.993.827) 285.559.073.912
(164.102.191.210)
76.106.048.912 (33.619.705.004)
49.749.859.758
153.796.843.049 (64.100.496.169)
Kewajiban Jangka Pendek -Hutang Usaha -Hutang Kerjasama Mitra Usaha -Beban Yang masih harus
dibayar -Uang Titipan Dan Uang
Panjar -Uper -Hutang Pajak Penghasilan Badan (PPh Pasal 25) -PPN Keluaran -Hutang Pajak Lainnya -Hutang Bonus Dan Tantiem -Pendapatan Diterima Dimuka Jangka Pendek Jumlah Kewajiban J.pendek Kewajiban Jangka Panjang -Kewajiban Imbalan Kerja
Jangka Panjang -Pendapatan Diterima Dimuka
Jangka Panjang -Kewajiban Pajak Tangguhan Jumlah Kewajiban J.Panjang
Jumlah kewajiban Ekuitas -Modal Disetor -Bantuan pemerintah YBDS
(BPYBDS) -Cadangan
Jumlah Ekuitas
348.915.401.410
21.992.355.484 74.413.787.396
6.717.551.926 8.906.401.970
9.203.373
7.911.908.208 8.132.975.026
67.022.374 11.656.774.887
488.723.382.054
68.100.138.956
43.033.689.564
1.376.366.474
112.510.194.994 601.233.577.048
455.059.000.000 56.900.915.000
753.318.858.666
1.265.278.773.666
36
-Peralatan -Akm. Penyusutan Peralatan -Kendaraan -Akm. Penyusutan Kendaraan -Emplasemen -Akm. Penyusutan Emplasemen Jumlah Harga Perolehan Jumlah Akumulasi Penyusutan Jumlah Aktiva Tetap Aktiva lain-Lain -Aktiva Tetap Dalam Konstruksi -Piutang lain-lain -Biaya yang Ditangguhkan -Aktiva Tetap Belum Dimanfaatkan -Aktiva Tetap tidak Difungsikan -Uang jaminan -Penyisihan Piutang lain-lain -Akm. Amortisasi Beban Ditangguhkan -Akm. Peneyusutan Aset tidak Berwujud -Aset Tidak Lancar Lainnya
Jumlah Aktiva Lain-lain
40.871.489.473 (22.713.8842.694)
35.058.133.368 (21.859.047.536)
22.687.790.535 (7.154.246.413)
1.392.092.212.884 (587.120.428.986)
808.971.783.898
414.642.430.676
2.843.341.902 154.764.751.631
19.264.595.748
609.166.692
153.759.780.000 (745.650.504)
(87.102.221.185)
(609.166.656)
52.089.738.814
709.516.767.118
Laba Rugi Tahun Berjalan -Laba Rugi Tahun Berjalan
138.667.603.292
Jumlah Aktiva 2.005.179.954.006 Jumlah Pasiva 2.005.179.954.006 Sumber Data : PT Pelabuhan Indonesia I, 2014
37
Tabel 3.2 PT. Pelabuhan Indonesia I
Laporan Laba/Rugi Periode 31 Desember 2012
1. Pendapatan Operasi Pendapatan pusat Pelayaran Kapal Pendapatan Pusat Pelayaran Barang Pendapatan Pusat Pelayaran Penghasilan Alat Pendapatan Pusat Pelayaran Terminal Pendapatan Pusat Pelayaran Terminal Peti Kemas Pendapatan Pusat Pelayaran Penghasilan TBAL Pendapatan Pusat Pelayaran Pelsus/Duks Pendapatan Pusat Pelayaran Rupa-Rupa Usaha Pendapatan Pusat Pelayaran KSMU Pendapatan Pusat RS. Pelabuhan/Unit Kesehatan Pendapatan Pusat Pelabuhan Usaha Galangan Kapal Pendapatan Pusat Pelabuhan Usaha Depo Peti Kemas Total Pendapatan Usaha 2. Beban Usaha Beban pegawai Beban Bahan Beban Pemeliharaan Beban Penyusutan Dan Amortisasi Beban Asuransi Beban Kerja Sama Mitra Usaha (KSMU) Beban Administrasi Kantor Beban Umum Total Beban Usaha
Laba/Rugi Usaha (1-2)
3. Pendapatan/Biaya Diluar Usaha Pendapatan Diluar Usaha Beban diluar Usaha Laba/Rugi di luar Usaha
Arus Kas Penerimaan Kas Penerimaan Kas Dari Aktivitas Usaha Kepelabuhan Penerimaan Kas Dari Kegiatan Lainnya Penerimaan Kas Dari Aktivitas Investasi
Total Penerimaan Kas Pengeluaran Kas Pengeluaran Kas Untuk Aktivitas Usaha Kepelabuhan Pengeluaran Kas Untuk Aktivitas Lainnya Pengeluaran Kas Untuk Aktivitas Investasi
Total Pengeluaran Kas
987.517.718.797
1.891.252.911.467 977.224.758.000
3.855.995.388.264
555.227.040.363
2.378.028.527.182 1.278.497.309.173
4.191.752.876.178
(335.757.488.454)
80.796.578.004 557.291.915.000
638.088.493.004
74.843.154.550
227.487.850.000
302.331.004.550
Kenaikan/(Penurunan) Kas Bersih Saldo Awal Kas Kas Setara kas
Kas Pada Awal Periode Saldo Akhir Kas Kas Setara Kas
Saldo Akhir Kas
39
Adapun juga Neraca ,Laporan Laba/Rugi dan laporan Arus Kas pada PT
Pelabuhan Indonesia I periode Tahun 2013
Tabel 3.4 PT. Pelabuhan Indonesia I
Neraca Per 31 Desember 2013
Aktiva Nilai Passiva Nilai Aktiva Lancar -Kas dan Setara Kas -Investasi Jangka Pendek -Piutang Usaha -Piutang Pegawai -Piutang Lain-Lain -Uang Muka -Persediaan -Angsuran Pajak Penghasilan Badan -PPN Masukan Yang Dapat Dikreditkan -Biaya Yang Dibayar Dimuka -Pendapatan Yang Masih Akan Diterima -Penyisihan Piutang Usaha
Jumlah Aktiva Lancar
Investasi -Properti Investasi -AKM. Penyusutan Investasi properti Jumlah Investasi Aktiva Tetap Dan Akumulasi Penyusutan -Bangunan Fasilitas Pelabuhan -Akm. Penyusutan Bangunan Fasilitas Pelabuhan -Kapal -Akm. Penyusutan Kapal -Alat-Alat Fasilitas Pelabuhan -Akm. Penyusutan Alat-Alat Fasilitas Pelabuhan -Instalasi Fasilitas Pelabuhan -Akm. Penyusutan Instalasi
Fasilitas Pelabuhan -Tanah -Jalan Dan Bangunan -Akm. Penyusutan Jalan Dan
244.573.901.329 145.720.111.588
77.801.959.342 119.656.779
79.529.046.437 8.965.787.234 7.142.271.016
14.401.913.690
13.430.649.821
3.030.833.464 25.962.624.023
(20.382.078.501)
600.296.676.222
12.090.914.684 (3.424.968.639)
8.665.946.045
710.263.405.450
(161.141.634.358)
277.083.646.216 (140.669.582.407)
762.644.896.248 (181.280.785.313)
122.898.295.527 (38.642.739.244)
94.182.682.329
234.439.275.622 (78.372.125.580)
Kewajiban Jangka Pendek -Hutang Usaha -Hutang Kerjasama Mitra usaha -Beban Yang masih harus
dibayar -Uang Titipan Dan Uang Panjar -Uper -Hutang Pajak Penghasilan Badan (PPh Pasal 25) -PPN Keluaran -Hutang Pajak Lainnya -Pendapatan Diterima Dimuka Jangka Pendek Jumlah Kewajiban J.pendek
Kewajiban Jangka Panjang -Hutang Bank Jangka Panjang -Kewajiban Imbalan Kerja
Jangka Panjang -Pendapatan Diterima Dimuka
Jangka Panjang -Kewajiban Pajak Tangguhan Jumlah Kewajiban J.Panjang
Jumlah Kewajiban Ekuitas -Modal Disetor -Tambahan Modal Disetor -Bantuan pemerintah YBDS
(BPYBDS) -Cadangan
Jumlah Ekuitas
Laba Rugi Tahun Berjalan -Laba Rugi Tahun Berjalan
449.261.676.765
4.872.754.659 51.564.099.274
9.196.638.854
13.268.178.140 6.217.565.626
11.886.186.281 3.459.495.879
11.494.992.182
561.221.587.659
737.178.694.098 86.785.708.422
65.659.755.503
5.583.329.386
895.207.487.409
1.456.429.075.068
455.059.000.000 48.167.600.000
435.790.297.506
839.793.581.023
1.778.810.478.529
211.335.377.811
40
Bangunan -Peralatan -Akm. Penyusutan Peralatan -Kendaraan -Akm. Penyusutan Kendaraan -Emplasemen -Akm. Penyusutan Emplasemen Jumlah Harga Perolehan Jumlah Akumulasi Penyusutan Jumlah Aktiva Tetap Aktiva lain-Lain -Aktiva Tetap Dalam Konstruksi -Piutang lain-lain -Aktiva Tak Berwujud -Biaya yang Ditangguhkan -Aktiva Tetap Belum Dimanfaatkan -Aktiva Tetap tidak Difungsikan -Uang jaminan -Persedian Tidak Berfungsi -Penyisihan Piutang lain-lain -Akm. Amortisasi Aset Tidak Berwujud -Akm. Amortisasi Beban Ditangguhkan -Akm. Peneyusutan Aset tidak Berwujud -Aset Tidak Lancar Lainnya
Jumlah Aktiva 3.446.574.931.408 Jumlah Pasiva 3.446.574.931.408 Sumber Data : PT Pelabuhan Indonesia I, 2014
Berdasarkan pada tabel 3.1 dan tabel 3.5 laporan neraca periode 31
Desember 2012 dan periode 31 Desember 2013, dilihat dari perbandingan jumlah
aktiva lancar pada tahun 2012 adalah sebesar 490.691.402.990 sedangkan pada
tahun 2013 adalah sebesar 600.296.676.222. Perbedaan jumlah aktiva lancar pada
41
tahun 2012 dan tahun 2013 sebesar 109.605.273.300 disebabkan oleh kenaikan
jumlah masing-masing aktiva lancar pada tahun 2013 dalam hal ini peningkatan
terbesar terdapat pada kas dan setara kas tahun 2013 sebesar 169.730.752.800.
Penyebab lainnya ialah pada jumlah aktiva lancar pada tahun 2012 terdapat
dividem interim sebesar 10.000.000.000 sedangkan pada tahun 2013 tidak
terdapat dividem interim.
Tabel 3.5 PT. Pelabuhan Indonesia I
Laporan Laba/Rugi Periode 31 Desember 2013
1. Pendapatan Operasi Pendapatan pusat Pelayaran Kapal Pendapatan Pusat Pelayaran Barang Pendapatan Pusat Pelayaran Penghasilan Alat Pendapatan Pusat Pelayaran Terminal Pendapatan Pusat Pelayaran Terminal Peti Kemas Pendapatan Pusat Pelayaran Penghasilan TBAL Pendapatan Pusat Pelayaran Pelsus/Duks Pendapatan Pusat Pelayaran Rupa-Rupa Usaha Pendapatan Pusat Pelayaran KSMU Pendapatan Pusat RS. Pelabuhan/Unit Kesehatan Pendapatan Pusat Pelabuhan Usaha Galangan Kapal Pendapatan Pusat Pelabuhan Usaha Depo Peti Kemas Total Pendapatan Usaha 2. Beban Usaha Beban pegawai Beban Bahan Beban Pemeliharaan Beban Penyusutan Dan Amortisasi Beban Asuransi Beban Kerja Sama Mitra Usaha (KSMU) Beban Administrasi Kantor Beban Umum
3. Pendapatan/Biaya Diluar Usaha Pendapatan Diluar Usaha Beban diluar Usaha Laba/Rugi di luar Usaha
Laba/ Rugi Sebelum Pajak
Beban (Manfaat) Pajak Penghasilan
Laba Rugi Setelah Pajak
37.213.524.008 99.509.564.310
(62.296.040.302)
280.196.306.973 68.860.929.162
211.335.377.811
Sumber Data : PT. Pelabuhan Indonesia, 2014
Beban diluar usaha adalah beban yang timbul dari aktivitas diluar usaha
pokok perusahaan. Pendapatan diluar usaha adalah pendapatan yang diperoleh
perusahaan melalui kegiatan non operasional. Contohnya pendapatan sewa.
Beban pajak atau penghasilan pajak adalah jumlah agregat pajak kini dan
pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada
satu periode. Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan terutang atas penghasilan
kena pajak pada satu periode. Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak
penghasilan terutang untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan
temporer kena pajak.
43
Tabel 3.6 PT. Pelabuhan Indonesia I
Arus Periode 31 Desember 2013
Sumber Data : PT. Pelabuhan Indonesia I, 2014
Arus Kas Penerimaan Kas Penerimaan Kas Dari Aktivitas Usaha Kepelabuhan Penerimaan Kas Dari Kegiatan Lainnya Penerimaan Kas Dari Aktivitas Investasi Penerimaan Kas Dari Aktivitas Pendanaan
Total Penerimaan Kas Pengeluaran Kas Pengeluaran Kas Untuk Aktivitas Usaha Kepelabuhan Pengeluaran Kas Untuk Aktivitas Lainnya Pengeluaran Kas Untuk Aktivitas Investasi Pengeluaran Kas Dari Aktivitas Pendanaan
Total Pengeluaran Kas
Kenaikan/(Penurunan) Kas Bersih
Saldo Awal Kas Kas Setara kas
Kas Pada Awal Periode Saldo Akhir Kas Kas Setara Kas
Saldo Akhir Kas
1.155.188.304.834
2.600.170.125.575 422.839.865.000 716.548.469.003
4.894.746.764.412
806.786.202.935
3.139.286.240.885 847.445.964.567 13.265.347.658
4.806.783.756.045
87.963.008.367
74.843.154.550 227.487.850.000
302.331.004.550
244.573.901.329 145.720.111.588
390.294.012.917
44
E. Analisis Rasio Keuangan Perusahaan
Berdasarkan pengertian dan penggolongan rasio keuangan, maka dapat
dianalisis beberapa rasio keuangan tersebut untuk melihat tingkat perkembangan
seluruh aktivitas perusahaan.
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini dianalisis untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.
a. Rasio Lancar (Current Ratio
Rasio Lancar = Aktiva LancarUtang lancar
x 100%
)
2012 =490.691.420.990488.723.382.054
x 100%
=100.40%
2013 =600.296.676.222561.221.587.659
x 100%
=106.96%
Berdasarkan perhitungan rasio lancar pada tahun 2012, perusahaan
mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 100,40 % aktiva lancar.
Sedangkan, pada tahun 2013, perusahaan mampu menjamin setiap hutang
lancar dengan 106,96 % aktiva lancar. Hal ini berarti, kemampuan
perusaaan dalam menjamin hutang lancar perusahaan sepenuhnya terjamin
dengan 100%.
45
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio Cepat = Aktiva Lancar −Persediaan
Utang lancar x 100%
2012 = 490.691.420.990−4.105.587.303
488.723.382.054 x 100%
= 99.56 %
2013 = 600.296.676.222−7.142.271.016561.221.587.659 x 100%
= 105.68%
Berdasarkan perhitungan rasio cepat pada tahun 2012, perusahaan
mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 99,56% aktiva lancar.
Sedangkan, pada tahun 2013, perusahaan mampu menjamin setiap hutang
lancar dengan 105,68% aktiva lancar. Hal ini berarti, kemampuan
perusaaan dalam menangani hutang lancar berdasarkan aktiva lancar
perusahaan ditambah persediaan perusahaan tetap saja menjamin .
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio Kas = Kas
Aktiva lancar x 100%
2012 =74.843.154.550
490.691.420.990 x 100%
= 15 %
2013 =244.573.901.329600.296.676.222
x 100%
= 41 %
Berdasarkan perhitungan rasio kas, pada tahun 2013 terjadi kenaikan rasio
sebesar 26%. Rasio Kas pada tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat
46
untuk perusahaan, karena rasio kas yang baik yaitu 100% walaupun terjadi
kenaikan pada tahun berikutnya, sebaiknya perusahaan menghindari hutang
lancar yang berlebihan agar perusahaan menjadi likuid.
Tabel 3.7 Rasio Likuiditas
Akhir Tahun 2012 dan 2013 No Rasio-Rasio Likuiditas 2012 2013 Perbandingan