-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Disharmonisasi Keluarga
2.1.1. Pengertian Disharmonisasi
Suatu keadaan dikatakan disharmonisasi adalah keadaan yang
biasanya
mencerminkan suatu kondisi dalam situasi yang terjadi dalam
sebuah kelompok
dan kelompok ini adalah sekumpulan manusia. Disharmonisasi
selalu berkaitan
dengan keadaan sebuah rumah tangga atau keluarga. Jadi apabila
didalamnya
(keluarga/rumah tangga) terdapat sebuah ketidakbahagian, maka
keluarga tersebut
dinyatakan disharmonisasi ( Gunarsa, 1993 : 34).
Disharmonisasi adalah suatu bentuk tidak terjadinya keselarasan
secara
keseluruhan yang dianggap mempunyai nilai negatif dengan
beberapa aspek
penilaian. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dinyatakan
bahwa
disharmonisasi adalah suatu keadaan atau kondisi yang terlihat
tidak bahagia
dalam suatu kumpulan manusia dan biasanya itu terdapat dalam
suatu keluarga.
2.1.2 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan . Anggota rumah
tangga yang
saling berhubungan melalui pertalian darah adaptasi atau
perkawinan .
(http//www.who.com. diakses pada tanggal 28 November 2010 pukul
11.15).
Universitas Sumatera Utara
-
Menurut Meyer F. Nimkoff, keluarga adalah ikatan yang sedikit
banyak
berlangsung lama antara suami dan istri, dengan atau tanpa anak.
Sedangkan
menurut Summer dan Keller merumuskan keluarga sebagai miniatur
dari
organisasi sosial, meliputi sedikitnya dua generasi dan
terbentuk secara khusus
melalui ikatan darah ( Gunarsa, 1993:230 ).
Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di
dalam
masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari
perhubungan
laki-laki dan perempuan, perhubungan mana sedikit banyak
berlangsung lama
untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam
bentuk
yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari
suami, istri dan anak-
anak. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama,
dimana saja dalam
satuan masyarakat manusia.
2.1.2.1 Peranan dan Fungsi Keluarga
Peranan dan fungsi keluarga sangat luas dan uraian mengenai ini
sangat
bergantung dari sudut orientasi mana akan dilakukan. Peranan dan
fungsi keluarga
diantaranya yaitu :
1. Dari sudut biologi, keluarga berfungsi untuk melanjutkan
garis keturunan.
2. Dari sudut psikologi perkembangan, keluarga berfungsi
untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribadian sehingga bayi yang
kecil
menjadi anak yang besar yang berkembang dan diperkembangkan
seluruh
kepribadiannya, sehingga tercapai gambaran kepribadian yang
matang,
dewasa dan harmonis.
Universitas Sumatera Utara
-
3. Dari sudut pendidikan, keluarga berfungsi sebagai tempat
pendidikan
informal, tempat dimana anak memperkembangkan dan
diperkembangkan
kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki, sehingga mencapai
prestasi
yang sesuai dengan kemampuan dasarnya dan memperlihatkan
perubahan
perilaku dalam berbagai aspeknya seperti yang diharapkan dan
direncanakan.
4. Dari sudut sosiologi, keluarga berfungsi sebagai tempat
untuk
menanamkan aspek sosial agar bisa menjadi anggota masyarakat
yang
mampu berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial.
Menurut Prof. Dr. J. Verkuyl ada tiga fungsi dan peranan
keluarga
(orangtua), yaitu :
1. Menguras keperluan materil anak-anak.
Ini merupakan tugas pertama dimana orangtua harus memberi
makan,
tempat perlindungan dan pakaian kepada anak-anak. Anak-anak
sepenuhnya tergantung kepada orang tuanya karena anak belum
mampu
mencukupi kebutuhannya sendiri.
2. Menciptakan suatu home bagi anak-anak.
Home disini berarti bahwa didalam keluarga itu anak-anak
dapat
berkembang dengan subur, merasakan kemesraan, kasih sayang,
keramah-
tamahan, merasa aman, terlindungi dan lain-lain. Di rumah anak
merasa
tentra, tidak merasa kesepian dan selalu gembira.
3. Tugas pendidikan
Tugas mendidik, merupakan tugas terpenting dari orang tua
terhadap anak-
anaknya ( Ahmadi, 2001:246 ).
Universitas Sumatera Utara
-
Dari beberapa penyajian tentang fungsi dan peranan keluarga,
nyatalah
betapa pentingnya keluarga terutama bagi perkembangan
kepribadian seseorang.
Keluarga menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar
kepribadian yang ikut
menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah
dewasa. Jadi
gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seorang
remaja, banyak
ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi
sebelumnya,
jelasnya apa yang dialami dalam lingkungan keluarganya.
Lingkungan rumah, khususnya orangtua menjadi teramat penting
sebagai
tempat pentting tempat persemaian dari benih-benih yang akan
tumbuh dan
berkembang lebih lanjut. Buruk dialami keluarga akan buruk pula
diperlihatkan
dalam lingkungannya. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya
adalah akibat
dari suasana dan perlakuan negatif yang diperoleh dari keluarga
(Gunarsa,
1993:186).
Terdapat Bentuk-bentuk Keluarga, yaitu :
1. Tradisional
a. Nuclear Family atau Keluarga Inti
Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh
sanksi-sanksi
legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat
bekerja
diluar rumah.
b. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami
atau istri. Tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya baik
itu bawaan
dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.
Universitas Sumatera Utara
-
c. Niddle Age atau Aging Cauple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya
bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah
atau
perkawinan / meniti karier.
d. Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear
Suami istri tanpa anak.
e. Single Parent
Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
f. Dual Carrier
Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.
g. Commuter Married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h. Single Adult
Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk
kawin.
i. Extended Family
1, 2, 3 geneasi bersama dalam satu rumah tangga.
j. Keluarga Usila
Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah.
2. Non Tradisional :
a. Commune Family
Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber yang
sama,
pengalaman yang sama.
Universitas Sumatera Utara
-
b. Cohibing Coiple
Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
c. Homosexual / Lesbian
Sama jenis hidup bersama sebagai suami istri.
d. Institusional
Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti.
e. Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dengan
anak.
Fungsi Keluarga Menurut WHO (1978) :
1) Fungsi Biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2) Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3) Fungsi Sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah
perkembangan
anak
c. Meneruskan nilai-nilai keluarga
Universitas Sumatera Utara
-
4) Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi
kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang
akan
datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.
5) Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan
dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimiliki.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam
memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya.
Fungsi Keluarga menurut Friedman (1998) :
1) Fungsi Affective
a. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan sehat secara
mental
saling mengasuh, menghargai, terikat dan berhubungan.
b. Mengenal identitas individu
c. Rasa aman
2) Fungsi Sosialisasi Peran
a. Proses perubahan dan perkembangan individu untuk
menghasilkan
interaksi sosial dan belajar berperan.
b. Fungsi dan peran di masyarakat.
c. Sasaran untuk kontak sosial didalam atau di luar rumah.
Universitas Sumatera Utara
-
3) Fungsi Reproduksi
Menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup
masyarakat.
4) Fungsi Ekonomi
a. Memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga
b. Menambah penghasilan keluarga sampai dengan pengalokasian
dana
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Konsep sehat sakit keluarga
b. Pengetahuan dan keyakinan tentang sakit tujuan kesehatan
keluarga
mandiri
Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan :
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga,
keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan
saling
memelihara (Friedman, 1981). Membagi 5 tugas kesehatan yang
harus dilakukan
oleh keluarga yaitu :
a. Mengenai gangguan perkembangan kesehatan setiap
anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit
dan
yang tidak membantu dirinya karena cacat / usia yang terlalu
muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari
lembaga-
lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan
fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
-
2.1.3 Aspek-aspek Disharmonisasi Keluarga
Ada banyak aspek dari disharmonisasi kelurga diantaranya adalah
:
1. Kurangnya kasih sayang antara keluarga.
Kasih sayang merupakan kebutuhan manusia yang hakiki, karena
sejak
lahir manusia sudah membutuhkan kasih sayang dari sesama. Tetapi
bila
disuatu keluarga tidak terjalin kasih sayang, maka tidak akan
terjalin
hubungan emosional yang harmonis antara satu dan lainnya.
2. Kurangnya saling pengertian sesama anggota keluarga.
Selain kurangnya kasih sayang, pada umumnya para remaja
mengharapkan
pengertian dari orang tuanya. Dengan tidak adanya pengertian
dari
keluarga maka dapat menimbulkan pertengkaran-pertengkaran
antar
sesama anggota keluarga.
3. Tidak adanya dialog atau komunikasi di dalam keluarga.
Komunikasi adalah cara yang ideal untuk mempererat hubungan
antara
anggota keluarga. Dengan tidak adanya memanfaatkan waktu
secara
efektif dan efisien untuk berkomunikasi, maka tidak dapat
diketahui
keinginan dari masing-masing pihak dan setiap permasalahan tidak
dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Tidak ada kerjasama antara anggota keluarga.
Kerjasama yang tidak baik antara sesama anggota keluarga
sangat
dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada saling membantu
dan
gotong royong akan mendorong anak untuk bersifat tidak toleransi
jika
kelak bersosialisasi dalam masyarakat. Kurang kerjasama antara
keluarga
Universitas Sumatera Utara
-
membuat anak menjadi malas untuk belajar karena dianggapnya
tidak ada
perhatian dari orangtua ( Gunarsa, 1993 : 51)
2.2 Remaja
WHO mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga
krieria
yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan
usia antara 10-20
tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai
berikut:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola
identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang
penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 1997:132).
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek
intelektual. Transpormasi intelektual dari cara berpikir remaja
ini memungkinkan
mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam
masyarakat
dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol
dari semua
periode perkembangan (Ali, 2004 : 9)
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tepat yang jelas. Mereka sudah
tidak
termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima
untuk masuk ke
golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang
dewasa. Remaja
masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksiamal
fungsi fisik
maupun psikisnya.
Universitas Sumatera Utara
-
Pembagian masa perkembangan anak ini dimaksudkan untuk
mempermudah dalam mempelajari masa remaja. Perlulah dikemukakan
beberapa
pendapat dan pembagian masa perkembangan anak dari beberapa ahli
:
a. Aristoteles.
Menurut Aristoteles, masa perkembangan anak sampai umur 21
tahun
dibagi ke dalam tiga tahap :
1. Umur 0 7 tahun adalah tahap bermain (fase egosentris).
2. Umur 7 12 tahun adalah tahap sekolah dasar (fase
realistis).
3. Umur 12 21 tahun adalah tahap pubertas (fase idealistis).
b. Prof. Dr. Kohnstam.
Prof. Dr. Kohnstam membagi tiga masa perkembangan :
1. Umur 0 7 tahun : masa bayi dan kanak-kanak.
2. Umur 7 13 tahun : masa sekolah atau masa intelektual.
3. Umur 12 21 tahun : masa sosial.
Masa sosial dibagi lagi ke dalam empat masa yaitu :
a) Masa pueral : umur 12 14 tahun.
b) Masa prapubertas (awal remaja) : umur 14 15 tahun.
c) Masa pubertas (remaja) : umur 15 18 tahun.
d) Masa adolesensi : umur 18 21 tahun .
c. Dr. Zakiah Daradjat
Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya, Kesehatan Mental, membagi
perkembangan anak ke dalam empat masa yaitu :
1. Masa bayi : umur 0 2 tahun.
2. Masa kanak-kanak : umur 2 5 tahun.
Universitas Sumatera Utara
-
3. Masa sekolah : umur 5 12 tahun.
4. Masa remaja : umur 12 21 tahun.
Setelah meneliti perkembangan anak seperti di atas, penulis
dapat
menyimpulkan bahwa masa remaja dalam usia perkembangan anak
berada dalam
usia 12 sampai 21 tahun.
a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek
fisiologis,
di masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan
beberapa
hormone, seperti hormone gonotrop yang berfungsi untuk
mempercepat
kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi
hormone
kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis,
testosterone, oestrogen,
dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga
terjadi percepatan
pertumbuhan. Dampak dari produksi hormone adalah:
1. Ukuran otot bertambah dan semakin kuat.
2. Menghasilkan sperma dan oestrogen memproduksi sel telur
sebagai tanda
kemasakan.
3. Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya
payudara,
berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut
halus
disekitar kemaluan, ketiak dan muka.
b. Perubahan Emosional.
Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa
kanakkanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu,
ingin tahu, iri
hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada
rangsangan yang
membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan
emosi. Remaja
Universitas Sumatera Utara
-
umumnya memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi
yangekstrem dan
selalu merasa mendapatkan tekanan. Bila pada akhir masa remaja
mampu
menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem
dan mampu
memgekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan
kondisi
lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat,
dengan kata lain
remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi
emosi yang
stabil. Ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang
ditandai dengan sikap
sebagai berikut (Hurlock, 1999:87):
1. Tidak bersikap kekanak-kanakan.
2. Bersikap rasional.
3. Bersikap objektif
4. Dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk
bertindak
lebih lanjut.
5. Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.
6. Mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.
c. Perubahaan Sosial
Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga
mengakibatkan
perubahan dan perkembangan remaja, menyebutkan dua bentuk
perkembangan
remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah
teman sebaya.
Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan
maksud
menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah
dan berkumpul
bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan
mengeksperesikan
segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat
rentan terhadap
pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan
perilaku.
Universitas Sumatera Utara
-
Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual.
Remaja
akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan
jenis menjadi
lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai
oleh lawan jenis
dan kelompoknya (Monks, 2002:122).
2.3 Narkoba
Narkoba merupalan akronim dari narkotika, psikotropika dan
bahan-bahan
adiktif lainnya. Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah
ini muncul sekitar
tahun 1998 karena banyak terjadi peristiwa penggunaan atau
pemakaian barang-
barang yang termasuk narkotika dan obat-obat adiktif yang
terlarang. Oleh karena
itu untuk memudahkan orang berkomunikasi dan tidak menyebut
istilah yang
tergolong panjang, maka kata-kata narkotika narkotika,
psikotropika dan bahan-
bahan adiktif lainnya ini disingkat menjadi narkoba. (NO.
SE/03/IV/2002/BNN tentang Penggunaan Istilah Narkoba )
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Narkoba adalah
zat-zat
kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik secara
oral, dihirup
maupun intravena, suntik) dapat mengubah dan bahkan merusak
pikiran, suasana
hati, ataupun perasaan, perilaku seseorang dan organ tubuh.
Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan
untuk
kepentingan medis atau pengobatan. adapun kegunaannya adalah
untuk
menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar
dari hal-hal
media dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat
menimbulkan
kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang
populer
Universitas Sumatera Utara
-
didalam masyarakat terdiri dari tiga golongan yaitu : Narkotika,
psikotropika dan
bahan-bahan adiktif lainnya.
1. Narkotika
Narkotika adalah zat-zat obat yang dapat mengakibatkan
ketidaksadaran
atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi
susunan saraf
sentral. (Prakoso ; 1982 : 15).
Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Narkotika
adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa ngerio dan
dapat
menimbulkan ketergantungan (BNN, 2009).
Menurut UU No. 35 tahun 2009, narkotika terbagi dalam 3
golongan,
yaitu:
A. Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu
pengetahuan dan tidak didunakan dalam terapi serta mempunyai
potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang
paling sering
disalahgunakan adalah sebagai berikut :
a. Ganja/cimeng/rumput/mariyuana
b. Heroin/Putau
c. Shabu-shabu
d. Ekstasi
Universitas Sumatera Utara
-
B. Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk ujuan
pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Dan jenis
narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai
berikut :
a. Morfin
b. Metadon
C. Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi
dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling
sering
disalahgunakan adalah sebagai berikut :
a. Kodeina.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat-obat baik alamiah maupun
sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan
perilaku (UU RI Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika).
Menurut UU No. 5 tahun 1997, narkotika terbagi dalam 2 golongan,
yaitu:
A. Golongan III
Banyak digunakan dalam pengobatan, memiliki potensi sedang
dan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : flunitrazepam.
Universitas Sumatera Utara
-
B. Golongan IV
Sangat luas digunakan dalam terapi, memiliki potensi ringan
dan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : diazepam, nitrazepam.
3. Zat adiktif lainnya.
Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam
organisme
hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan yang
dapat
menimbulkan ketergantungan (adiksi), yakni keinginan untuk
menggunakan
kembali secara terus-menerus. Dan jenis zat adiktif yang paling
sering
disalahgunakan adalah sebagai berikut :
A. Alkohol (ethanyl atau ethyl alcohol)
Hasil fermentasi/ peragian karbohidrat dari bulir padi-padian,
cassava, sari
buah anggur, nira.
B. Inhalansia
Zat-zat yang disedot melalui hidung:
- Hidrokarbon alifatis (yang terdapat di lem, pelumas bensin,
aerosol,
semir sepatu)
- Halogen hidrokarbon (yang terdapat dalam minyak pelumas,
freon,
pendingin AC, Lemari es)
- Nitrat alifatis (yang terdapat dalam pengharum ruangan)
- Keton
- Ester
- Glytol
Universitas Sumatera Utara
-
C. Rokok
Benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih
jantan.
Di dalam rokok terdapat racun berbahaya seperti :
- Nikotin
- Karbon monoksida
- Karbondioksida
- Asam biru
- Arsenic
- Zat ari belerang
- Berbagai amonial
Universitas Sumatera Utara
-
Berikut ini penulis akan mencantumkan rekap usia pelaku tindak
kejahatan
narkotika di Sumatera Utara berdasarkan tangkapan
kepolisian.
Tabel 1
Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika di Sumatera
Utara
U S I A
DAERAH 6-11 12-15 16-18 19-23 24,dst Tidak
Diketahui
JUMLAH
MEDAN 0 4 24 81 506 142 757
BINJAI 0 2 4 19 88 4 117
T. TINGGI 0 1 3 8 49 7 68
P. SIANTAR 0 1 1 5 31 2 40
T. BALAI 0 0 0 3 56 18 77
P. SIDEMPUAN 0 0 0 1 4 8 13
SIBOLGA 0 0 0 3 13 5 21
LANGKAT 0 0 5 15 95 13 128
DELI SERDANG 0 3 1 11 46 1 68
SERGEI 0 0 5 13 52 1 71
SIMALUNGUN 0 0 2 17 55 3 75
ASAHAN 0 0 9 21 94 7 131
LABUHAN BATU 0 0 2 11 48 8 69
TAPSEL 0 0 0 3 12 0 15
MADINA 0 0 1 1 13 0 15
TAPTENG 0 1 1 4 7 0 13
NIAS 0 0 0 0 1 0 1
NIAS SELATAN 0 0 0 0 0 0 0
TAPUT 0 0 0 0 2 0 2
TOBASA 0 0 0 2 5 0 7
SAMOSIR 0 0 0 0 4 0 4
HUMBAHAS 0 0 0 0 0 0 0
KARO 0 0 0 9 31 3 43
DAIRI 0 0 0 3 14 1 18
PAKPAK BARAT 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 0 12 58 236 1224 223 1753
Universitas Sumatera Utara
-
Sumber : Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara
(PIMANSU)
tahun 2009.
2.3.1 Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar
keperluan
medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar
hukum
(Pasal 59, Undang-undang Nomor 5, tahun 1997, tentang
Psikotropika dan Pasal
84, 85 dn 86, Undang-undang Nomor 35, tahun 2009, tentang
Narkotika).
Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba secara
terus-menerus
atau sekali-kali atau kadang-kadang dan berlebihan serta tidak
menunjuk petunjuk
dokter dan praktek kedokteran. Penyalahgunaan narkoba dapat
menimbulkan
gangguan-gangguan tertentu pada badan dan jiwa seseorang dengan
akibat sosial
yang tidak diinginkan dan merugikan. ( Widjono, 1981:1).
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu proses yang makin
meningkat
dari taraf coba-coba ke taraf penggunaan untuk hiburan,
penggunaan situasional,
penggunaan teratur sampai kepada ketergantungan. Meskipun taraf
coba-coba bisa
langsung terseret kepada taraf ketergantungan oleh karena sifat
narkoba yang
mempunyai daya yang menimbulkan ketergantungan yang tinggi.
Penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan cara ditelan,
dirokok,
disedot dengan hidung, disuntikkan kedalam pembuluh darah balik
(intravena),
disuntikkan kedalam otot atau disuntikkan kedalam lapisan lemak
di bawah kulit.
Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik
secara
bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS,
Hepatitis B, Hepatitis
C, dan penyakit infeksi lainnya yang ditularkan melalui darah
atau cairan tubuh.
Universitas Sumatera Utara
-
Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan
ketergantungan yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang
makin tinggi
dosisnya untuk menghasilkan khasiat yang sama (menimbulkan daya
toleransi).
Bila pemakaian narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak
akan
menimbulkan gejala putus narkoba, yaitu perasaan nyeri seluruh
badan yang tidak
terperikan.
Sekali mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba
dan
mencoba lagi sehingga akhirnya timbul ketagihan dan
ketergantungan. Pada
umumnya, baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam
keadaan sudah
terlambat, yaitu sudah berada dalam cengkraman ketergantungan
yang tidak bisa
ditinggalkan.
2.3.2 Narkoba Sebagai Masalah Sosial.
Remaja adalah usia yang paling rentan dan merupakan
pengonsumsi
dominan dalam penyalahgunaan Narkoba, masalah pokoknya biasanya
berpangkal
pada pencarian identitas diri. Mereka umumnya membutuhkan
kejelasan posisi
sosial dalam lingkup pergaulan di mana mereka berada. Remaja
mengalami krisis
identitas seiring dengan transisi masa hidupnya: dari anak-anak
yang beranjak
dewasa. Masa transisi ini menjadi pertaruhan bagaimana remaja
mengendalikan
luapan emosinya, misalnya saat merasa tersinggung oleh orang di
sekitarnya, serta
kemampuan menempatkan diri dengan lingkungan dan komunitas
sebaya.
Keluarga menjadi faktor awal instabilitas usia remaja.
Realitas
menunjukkan bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan
kebahagiaan bagi
semua anggotanya. Banyak keluarga yang mengalami disharmonisasi.
Ini ditandai
Universitas Sumatera Utara
-
dengan relasi orangtua yang tidak harmonis dan matinya
komunikasi antara
orangtua dan anak. Disharmonisasi yang terus berlangsung sering
berakibat
perceraian dan biasanya menjadi awal petualangan remaja di
jalanan dan
komunitas narkoba.
Faktor disharmonisasi dalam keluarga ternyata memiliki pengaruh
yang
sangat kuat dengan kenyataan biologis-psikologis kodrati remaja
sebagai manusia.
Ini berangkat dari asumsi bahwa usia remaja adalah usia yang
serba tidak pasti
dan penuh gejolak. Pada satu sisi remaja ingin melepaskan diri
dari pengaruh
orangtua dan di sisi lain belum sepenuhnya berdiri sendiri.
Dengan demikian, jika
orangtua tidak mampu bertindak sebagai pengayom dan sosok yang
dipercaya,
otomatis remaja akan mencari tempat sandaran lain.
2.4 Defenisi Kesejahteraan Sosial
Ada beberapa defenisi yang dikembangkan dalam upaya
menggambarkan
kesejahteraan sosial yaitu sebagai berikut :
Menurut Adi kesejahteraan sosial adalah ilmu terapan yang
mengkaji dan
mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat
dimanfaatkan
untuk meningkatkan kualitas hidup (kondisi) masyarakat antara
lain melalui
pengelolaan masalah sosial; pemenuhan kebutuhan hidup
masyarakat, dan
pemaksimalan kesempatan anggota masyarakat untuk berkembang
(Adi, 2008 :
48).
Wilensky dan Lebeaux, kesejahteraan sosial adalah system
yang
terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga
sosial, yang
dirancang untuk membantu individu-idividu dan kelompok-kelompok
agar
Universitas Sumatera Utara
-
mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya
agar tercipta
hubungan-hubungan personal dan sosial yang member kesempatan
kepada
individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka
seluas-luasnya
dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan
masyarakat (Suud, 2006 : 7).
Sementara menurut Fridlander. Kesejahteraan sosial adalah system
yang
akan terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial
yang ditujukan
untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standart
hidup dan
kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi
perseorangan dan sosial
yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan
kemampuan-kemampuannya
secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras
dengan kebutuhan
keluarga dan masyarakat (Muhidin, 1984 : 2).
Dari defenisi-defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan :
1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai ilmu dan system yang
terorganisir
yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.
2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat
kehidupan yang
sejahtera.
3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara: meningkatkan
kemampuan
individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dalam memecahkan
masalahnya sehingga dapat berfungsi sosial sebagaimana
mestinya.
Di dalam Undang-Undang tentang Kesejahteraan Sosial no 11 tahun
2009
menyatakan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup
layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya.
Universitas Sumatera Utara
-
2.5 Kerangka Pemikiran
Disharmonisasi keluarga adalah keadaan yang biasanya
mencerminkan
suatu kondisi dalam situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok
dan kelompok
manusia. Hal ini berkaitan dengan keadaan sebuah rumah tangga
atau keluarga.
Jadi apabila didalamnya terdapat sebuah ketidakbahagian, maka
keluarga tersebut
dinyatakan disharmonisasi.
Keluarga terdiri dari beberapa individu, setiap individu
berinteraksi
dengan individu lainnya dan hal ini berpengaruh terhadap keadaan
keadaan
harmonis dan tidak harmonisnya pada suatu keluarga. Kelompok
paling sering
terkena dampak dari disharmonisasi keluarga adalah para remaja,
sehingga
mengakibatkan remaja sering melakukan penyimpangan-penyimpangan
terhadap
perilakunya, seperti penyalahgunaan narkoba.
Penyalahgunaan narkoba merupakan pengguna Narkotika,
Psikotropika,
dan Zat-zat Adiktif yang digunakan bukan untuk tujuan pengobatan
dan diluar
dari resep dan pengawasan serta tanpa mendapat izin dari dokter.
Penggunaannya
adalah untuk menghilangkan rasa sakit dan psikis, memperoleh
kenikmatan/hiburan, penggunaan situasional. Penggunaan teratur
sampai kepada
ketergantungan.
Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik
secara
bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS,
Hepatitis B, Hepatitis
C, dan penyakit infeksi lainnya yang ditularkan melalui darah
atau cairan tubuh.
Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan
ketergantungan yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang
makin tinggi
dosisnya untuk menghasilkan khasiat yang sama (menimbulkan daya
toleransi).
Universitas Sumatera Utara
-
Bila pemakaian narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak
akan
menimbulkan gejala putus narkoba, yaitu perasaan nyeri seluruh
badan yang tidak
terperikan.
Mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan
mencoba
lagi sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada
umumnya,
baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam keadaan sudah
terlambat,
yaitu sudah berada dalam cengkraman ketergantungan yang tidak
bisa
ditinggalkan.
Bagan alur pemikiran
2.6. Hipotesa
Hipotesa adalah dugaan logis sebagai kemungkinan pemecahan
yang
hanya dapat diterima sebagai kebenaran bilamana setelah diuji
ternyata fakta-fakta
atau kenyataan-kenyataan sesuai dengan dugaan tersebut
(Nawawi,1983:161).
Berdasarkan acuan dari kerangka pemikiran dalam peneltian ini,
peneliti
merumuskan hipotesa sebagai berikut :
Disharmonisasi Keluarga : 1. Pekerjaan dan pendapatan
orang tua. 2. Faktor disharmoniasi keluarga
: - Kurangnya kasih sayang - Kurangnya saling pengertian
antar anggota keluarga - Tidak ada dialog atau
komunikasi - Tidak ada kerja sama
Penyalahgunaan Narkoba : - Lama menggunakan Narkoba - Jenis
Narkoba yang
digunakan - Penyebab menggunakan
Narkoba - Dampak penyalahgunaan
Narkoba
Universitas Sumatera Utara
-
Ha : Ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap
penyalahgunaan narkoba
oleh siswa-siswi SMK Yayasan Tunas Pelita Kota Binjai.
Ho : Tidak ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap
penyalahgunaan
narkoba oleh siswa-siswi SMK Yayasan Tunas Pelita Kota
Binjai.
2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.7.1 Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk
menggambarkan
secara abstrak mengenai suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau
individu yang
menjadipusat perhatian. Defenisi konsep bertujuan untuk
merumuskan istilah
yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang
apa yang
akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat
mengaburkan tujuan
penelitian (Singarimbun, 1989: 33).
Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang
akan
diteliti, maka penulis membatasi konsep yang akan digunakan
sebagai berikut :
1. Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama
antara suami
istri, dengan atau tanpa anak.
2. Disharmonisasi menghasilkan perilaku negatif terhadap para
pelajar.
3. Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam
tubuh
manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik)
dapat mengubah
dan bahkan merusak pikiran, suasana hati, ataupun perasaan,
perilaku
seseorang dan organ tubuh.
4. Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar
keperluan medis,
tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar
hukum.
Universitas Sumatera Utara
-
5. Pelajar lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu
biologis, psikologik,
dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 16-19 tahun.
2.7.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang
memberitahukan
bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain
defenisi
operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu
peneliti lain
yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006 :
46).
Berdasarkan hal tersebut maka di dalam penelitian ini terdapat
dua
variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas adalah sejumlah
gejala atau unsur yang menentukan ada atau munculnya gejala atau
unsur yang
lain. Sedangkan variabel terikat merupakan sejumlah gejala atau
unsur yang ada
atau muncul dipengaruhi oleh adanya variabel bebas (Nawawi,
1983:56).
Variabel bebas (x) yaitu Disharmonisasi Keluarga, diukur
dengan
indikator berikut :
a. Pekerjaan dan Pendapatan orang tua.
b. Faktor disharmonisasi keluarga.
a. Kurangnya kasih sayang antar anggota keluarga.
Bila suatu keluarga tidak terjalin kasih sayang. Maka tidak akan
terjalin
hubungan emosional antar anggota keluarga.
b. Kurangnya saling pengertian antar anggota keluarga.
Dengan tidak adanya pengertian dari keluarga, maka dapat
menimbulkan pertengkaran-pertengkaran antar sesama anggota
keluarga.
Universitas Sumatera Utara
-
c. Tidak ada dialog atau komunikasi didalam keluarga.
Tidak adanya waktu secara efektif dan efisien untuk
berkomunikasi,
maka tidak dapat diketahui keinginan masing-masing pihak dan
setiap
masalah tidak dapat diselesaikan dengan baik.
d. Tidak ada kerjasama antara anggota keluarga
Tidak ada saling membantu dan gotong royng akan mendorng
anak
untuk bersikap tidak toleransi jika kelak bersosialisasi dalam
masyarkat.
Kurangnya kerjasama, membuat anak menjadi malas untuk
belajar
karena tidak ada perhatian dari orang tua.
Variabel terikat (y) yaitu Penyalahgunaan Narkoba, diukur
dengan
indikator sebagai berikut :
1. Berapa lama menggunakan Narkoba.
2. Jenis Narkoba yang digunakan.
3. Faktor faktor penyalahgunaan Narkoba.
4. Dampak penyalahgunaan Narkoba.
5. Sumber mendapatkan Narkoba
Universitas Sumatera Utara