Top Banner

of 21

Chapter i Palas

Jul 06, 2018

Download

Documents

evitasari
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    1/21

     

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang

    Pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan asas kemandirian.

     Namun, karena pembangunan tersebut memerlukan pembiayaan yang cukup

     besar, asas kemandirian tidak dapat dilaksanakan secara utuh. Oleh karena itu,

     pemerintah harus menggali segala sumber - sumber dana untuk membiayai

    kebutuhan pembangunan nasional yang dimaksud. Salah satu dari sekian banyak

    sumber - sumber dana untuk membiayai pembangunan nasional ini adalah dengan

    cara penanaman modal.

    Di masa globalisasi sekarang ini, peran penanaman modal semakin krusial.

    Apalagi terhadap Negara - negara yang sedang taraf membangun seperti Negara

    Republik Indonesia ini. Istilah membangun secara berdikari (berdiri di atas kaki

    sendiri) berdasarkan asas kemandirian dengan mengabaikan sama sekali

     penanaman modal terutama terhadap penanaman modal asing sudah bukan

    zamannya lagi . 1

     

    Berkaitan dengan hal tersebut, penanaman modal harus menjadi bagian

    dari bentuk penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai

    upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan

    lapangan pekerjaan bagi masyarakat, meningkatkan pembangunan ekonomi

     berkelanjutan meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional,

    1  Munir Fuadi, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek , ( Bandung; Citra Aditya Bakti,

    2002 ), hlm. 131

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    2/21

     

    membangunan pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan

    kesejahteraan masyarakat dalam suatu system perekonomian yang berdaya saing.

    Karena itu, persaingan untuk memperebutkan penanaman modal saat ini

    sudah semakin seru, dengan kompetisi yang semakin ketat. Berbagai insentif dan

    kemudahan untuk penanaman modal yang akan menanamkan modalnya di suatu

     Negara atau suatu daerah semakin diramu secara menarik.Tidak terkecuali sektor

    yuridis yang juga dituntut untuk dipermak terus menerus agar tidak menjadi

     penghambat, atau agar tidak tertinggal dari sektor yuridis di Negara – Negara

     pesaing. Misalnya ada suatu Negara yang hukumnya memberikan hak atas tanah

     bagi pemodal asing sampai 100 tahun.2

      Agar tujuan peneyelenggaraan penanaman modal dapat tercapai, maka

    faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara

    lain melalui perbaikan koordinasi antara instansi pemerintah pusat dan pemerintah

    daerah, penciptaan birokrasi yang efisien,kepastian hukum dibidang penanaman

    modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serat iklim usaha yang kondusif

    di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai

    faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik

    secara signifikan.

     

    3

      Pemerintah dewasa ini telah menggariskan arah dari kebijakan penanaman

    modal. Pemberian jaminan dan kepastian berusaha kepada penanaman modal serta

    keamanan investasinya telah ditetapkan sebagai salah satu prioritas pemerintah.

    Selain itu akan dilakukan pula penyederhanaan dalam prosedur investasi,

    2  Ibid., hal.134.

    3  Lihat Penjelasan Umum UU No.25 Thun 2007 Tentang Penanaman Modal

     

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    3/21

     

     perbaikan sarana dan prasarana, serta penerapan peraturan –peraturan investasi

    secara konsisten dan transparan.4

      Dari hal tersebut di atas pemberian, fasilitas penanaman modal harus juga

    mempertimbangkan tingkat daya saing perekonomian dan kondisi keuangan

     Negara dan harus promotif dibandingakn dengan fasilitas yang diberikan Negara

    lain. Pentingnya kepastian fasilitas penanaman modal ini mendorong pengaturan

    secara lebih detail terhadap bentuk fasilitas fiscal, fasilitas hak atas tanah,

    imigrasi, fasilitas perizinan impor. Meskipun demikian, pemberian fasilitas

     penanaman modal tersebut juga diberikan sebagaia upaya mendorong penyerapan

    tenaga kerja, keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi

    kerakyatan, orientasi ekspor, dan intensif yang lebih menguntungkan kepada

     penanaman modal yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan

     produksi dalam negeri, serta fasilitas terkait dengan lokasi penanaman modal di

    daerah tertinggal dan di daerah dengan infrastruktur terbatas. 5

      Sebagaimana dengan Negara – Negara lainnya, penanaman modal secara

    langsung bagi pemerintah Indonesia dianggap relaitf lebih stabil dan memiliki

    resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan jenis investasi lainnya, karena

     penanaman modal jenis ini akan mengendap dalam jangka waktu yang cukup

    lama dan tidak rentan terhadap gejolak nilai mata uang. Di pihak lain, penanaman

    modal secara tidak langsung atau penanaman modal dalam bentuk fortofolio

    sifatnya lebih rentan terhadap gejolak mata uang, dan dapat berpindah tempat

    4  Jonker Sihombing,  Investasi Asing Melalui Surat utang Negara di Pasar Modal,

    (Bandung;Alumni 2008 ),hlm.825  Penjelasan Umum UU No.25 Tahun 2007 

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    4/21

     

    sewaktu – waktu apabila pemikinya meilhat faktor-faktor yang mengkhawatirkan

    investasinya.6

      Secara teoritis Indonesia seharusnya dapat menjadi Negara tempat

     penanaman modal yang baik. Hal ini disebabkan bahwa Indonesia memiliki

    keunggulan – keunggulan komparatif sebagai berikut :

     

    7

    1. 

    Sumber daya alam yang melimpah ( seperti minyak bumi, gas bumi,

     pertambangan, hasil hutan dan hasil laut ) .

    2.  Pasar dalam negeri yang luas dengan penduduk lebih kurang 243.000.000

    ( dua ratus empat puluh tiga juta ) jiwa .

    3.  Upah buruh yang relatife murah .

    4.  Kebijaksanaan ekspor yang kondusif .

    5.  Kebijaksanaan rezim devisa bebas .

    6. 

    Letak strategis diantara 2 ( dua ) benua dan 2 ( dua ) samudera.

    Disamping itu, harapan dari masyarakat pebisnis adalah agar Indonesia

    dapat memberikan kemudahan lain, seperi :8

    1.  Kemudahan pajak .

    2.  Keamanan dan stabilitas politik .

    3. 

    Stabilitas nilai tukar rupiah .

    4.  Kemudahan, kebersihan dan transparansi birokrasi .

    5.   Law Enforcement  dan kepastian hukum .

    6  Jonker Sihombing, op.cit .hlm.78

    7  Munir Fuadi , Menata Bisnis Modern di Era Global, ( Bandung; Citra Aditya Bakti,

    2002), hlm.688  Ibid .hlm.67 

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    5/21

     

    Di Indonesia, penanaman modal tidak hanya terkonsentrasi di pusat saja,

    melainkan sudah merambah ke daerah- daerah di Indonesia. Hal ini telah

    dirasakan semenjak digalakkannya pelaksanaan otonomi daerah sehingga

     pelaksanaan pembangunan nasional lebih merata, seperti diketahui dahulu sangat

    terjadi ketimpangan pembangunan antara daerah dan pusat .

    Pelaksana otonomi daerah pada awalnya ditujukan untuk memperbaharui

    dan mereformasi kehidupan nasional guna menumbuhkan otonomi secara

    substantif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, memperkuat kebangsaan

    dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia .

    Melalui otonomi sebenarnya ingin dioptimalkan pemanfaatan seluruh aset

    yang dimiliki daerah untuk menjaga dan memperkuat persatuan dan kesatuan

     bangsa. Meskipun sejarah panjang menunjukkan bahwa kehidupan pemerintahan

     berjalan di atas konsep yang kurang tepat dalam perumusan hubungan antara

     pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pembagian hak dan kesempatan yang

    kurang adil, pendesentralisasian urusan yang setengah hati,tidak terwadahinya

    aspirasi daerah dalam mekanisme pengambil-alihan keputusan yang menyangkut

    kepentingan daerah, mungkin hanya sedikit contoh dari ketimpangan itu.

    Oleh karena itu,sampai saat ini otonomi daerah belum dapat dilaksanakan

    sebagaimana cita-cita untuk menjalankan politik desentralisasi. Undang-Undang

    mengenai otonomi daearah belum dapat dilaksanakan karena terlalu banyak

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    6/21

     

    memerlukan peraturan pelaksanaannya, disamping banyak konflik norma dalam

     pemberian otonomi pada daerah dan banyaknya penafsiran yang berbeda .9

    Dalam hal ini permasalahan difokuskan pada masalah bagaimana

    mengembangkan sumber penerimaan daerah melalui investasi dengan

    mengedepankan pemberdayaan daerah menuju kemandirian ekonomi guna

    mensejahterakan masyarakat .

    Upaya pemerintah daerah Kabupaten untuk menciptakan iklim bagi dunia

    usaha atau industri yang kondusif perlu terus didukung karena apabila pengusaha

    sudah merasakan fasilitas atau insentif yang diberikan oleh pemerintah daerah

    maka pengusaha pasti akan berusaha memanfaatkannya. Pengusaha akan tertarik

    dan berinisiatif untuk menggerakkan usaha industri. Jika roda perekonomian

    sudah mulai bergerak maka investor lain akan semakin aktif menanamkan

    modalnya di sektor- sektor industry di daerah. Dengan demikian pemerintah

    daerah tidak perlu menaikkan pajak dan memungut retribusi.10

    Dengan demikian sebagai hal yang penting, pemerintah daerah perlu

    mengetahui hal –hal yang sangat berpengaruh dalam investasi. Adapun faktor-

    faktor yang dapat mempengaruhi investasi untuk masuk ke daerah, antara lain :

     

    11

    1. 

    Stabilitas politik dan perekonomian yang menunjukkan kestabilan yang

    mantap baik itu di tingkat pusat dan di tingakt daerah .

    2.  Kebijakan dan langkah deregulasi dan debirokrasi yang diambil

     pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menggairahkan iklim investasi.

    9  N.Rosyidah Rachmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi

     Era Global, ( Malang,Jawa Timur: Bayumedia Publishing, 2004 ),hlm.11310

      Ibid, hlm.11511  Ibid,hlm 116 

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    7/21

     

    3.  Pembangunan kawasan industri sebagai pasar yang menopang jelas

    investasi.

    4.  Tersedianya sumber daya alam yang melimpah seperti minyak bumi, gas

    alam, bahan tambang, pertanian, perikanan, hasil hutan dan sebagainya.

    5. 

    Tersedianya sumber daya manusia dengan keterampilan dan keahlian

    dengan upah yang kompetitif. Tenaga buruh yang murah namun tidak

    memiliki keterampilan bukan lagi menjadi daya tarik investor asing untuk

    menanamkan modalnya .

    6.  Iklim moneter yang stabil .

    7.  Kelonggaran yang diberikan oleh pemerintah di berbagai bidang, misalnya

     penurunan bea masuk,insentif perpajakan,dan sebagainya .

    Untuk mendukung hal tersebut diatas ,pemerintah daerah perlu memahami

    masalah – masalah yang dihadapi investor berkaitan dengan otonomi daerah

    tersebut, antara lain :12

    1.  Kekacauan perekonomian dan ketidakstabilan politik Indonesia sat ini.

    2.  Kekuatiran kontrak-kontrak yang ditandatangani dengan pemerintahan

    daerah akan kurang kuat atau kurang memberi kepastian hukum.

    3.  Kekuatiran akan mengalami kesulitan mencari dana dalam menjalankan

     proyek-proyek.

    12  Ibid.hlm 117

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    8/21

     

    4.  Iklim investasi bagi perusahaan asing serta penanaman modal dalam

    negeri hamper pasti berbeda di setiap daerah bila langkah-langkah

    desentralisasi dilaksanakan.

    5.  Kekuatiran adanya perebutan kekuasaan antara pemerintah pusat dan

    daerah dalam penarikan pajak dan retribusi .

    Oleh karena itu pemerintah daerah dalam rangka otonomi daerah dan

    memasuki era global perlu lebih jeli menangkap peluang guna menggali potensi

    daerah masing-masing., Agar lebih mandiri secara ekonomi diharapkan

     pemerintah daerah berhati-hati dalam menetapkan kebijakan untuk tidak terlalu

    membebani masyarakat dan dunia usaha dengan pungutan pajak –pajak dan

    retribusi lainnya. Tanpa pertimbangan matang, hal tersebut akan berdampak pada

    tertutupnya peluang pemerintah daerah untuk menarik penanaman modal baik

    dalam negeri ataupun asing sebanyak-bayaknya ke daerah.

    Untuk itu pemerintah daerah perlu mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh

    kepada penanaman modal di daerah. Sehingga dapat membuat kebijakan strategis

    yang mendukung investasi masuk ke daerah guna meningkatkan pendapatan

    daerah. Pemerintah daerah perlu mengupayakan meningkatkan pendapatan

    daerah. Pemerintah daerah perlu mengupayakan ketertiban dan keamanan serta

    menjamin kepastian hukum selain mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan

    andal. Dari uraian di atas maka penanaman modal sangat dibutuhkan bagi daerah

     –daerah terutama daerah yang baru dimekarkan untuk menggerakkan sektor

     perekonomian sehingga kesejahteraan bisa tercipta atau dirasakan sampai ke

     pelosok ( daerah –daerah ) di tanah air, dan dari sini dapat dilihat keseriusan

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    9/21

     

     pemerintahan daerah untuk membangun daerahnya terutama dengan menarik

     penanaman modal atau investor untuk menanamkan modal ke daerahnya .

    Terutama pada daerah hasil pemekaran seperti Kabupaten Padang Lawas Utara,

    yang mana daerah ini masih jauh dari kata maju. Hal ini disebabkan karena

    sebagai daerah yang baru pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan maka

    dengan otomatis pendapatan daerah belum mapan sebagai sebuah daerah

    kabupaten. Dengan daerah yang masih banyak memiliki potensial untuk

    dikembangkan maka daerah Kabupaten Padang Lawas Utara memerlukan

    investasi ( penanaman modal ) baik penanaman modal dalam negeri dan

     penanaman modal asing untuk meningkatkan pendapatan daerah. Investasi yang

    dapat dilakukan oleh penanaman modal ialah di bidang perkebunan, di bidang

     peternakan, di bidang perikanan dan lain-lain.Dengan di latar belakangi oleh 

     permasalahan di atas maka penulis untuk mengangkat judul tentang “ Sistem

    Koordinasi Antara Pemerintah Daerah Provinsi dengan Pemerintah Daerah Hasil

    Pemekaran Dalam Bidang Penanaman Modal Ditinjau Dari UU No.25 Tahun

    2007 ( Studi Penanaman Modal di Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten

    Padang Lawas Utara ) “.

    B. Perumusan Masalah

    Adapun masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

    1.  Bagaimana ketentuan pelayanan penanaman modal berdasarkan UU No.25

    Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ?

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    10/21

     

    2.  Bagaimana kewenangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten /

    Kota dalam pelayanan penanaman modal ?

    3.  Bagaimana koordinasi antara Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dengan

    Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran ( Pemerintah Kabupaten Padang

    Lawas Utara ) dalam bidang Penanaman Modal ?

    C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan

    Tujuan utama dalam penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi

     persyaratan tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana Hukum pada Fakultas

    Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun berdasarkan permasalahan di atas,

    maka yang menjadi maksud dan tujuan yang ingin dicapai adalah :

    1.  Untuk mempelajari dan memberikan gambaran mengenai ketentuan

     pelayanan penanaman modal berdasarkan UU No.25 tahun 2007 tentang

     penanaman modal .

    2.  Untuk mempelajari , memahami dan memberikan gambaran mengenai

    kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten / kota dalam

     pelayanan penanaman modal .

    3. 

    Untuk mengetahui koordinasi antara Pemerintah Propinsi Sumatera

    Utara dengan Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran ( Pemerintah

    Kabupaten Padang Lawas Utara ) dalam bidang Penanaman Modal .

    Disamping mempunyai tujuan penelitian juga mempunyai manfaat dari

    segi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis :

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    11/21

     

    1.  Kegunaan Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

    dalam rangka perkembangan ilmu hokum pada umumnya,

     perkembangan Hukum Ekonomi dan Khususnya mengenai penanaman

    modal terhadap koordinasi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dengan

    Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran ( Pemerintah Kabupaten Padang

    Lawas Utara ) .

    2.  Secara Praktis

    Agar pembahasan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

     pembaca baik kalangan Akademisi maupun para penanaman modal baik

     penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing dan

     juga pemerintah daerah baik pemerintah propinsi maupun pemerintah

    daerah hasil pemekeran. Skripsi ini juga diharapkan dapat menjadi bahan

    referensi bagi mahasiswa lain atau pihak yang membaca karya tulis ini

    yang ingin membahas mengenai koordinasi penanaman modal guna

    dijadikan sebagai sumber informasi bagi pembaca ataupun yang ingin

    melakukan pembahasan lebih lanjut tentang koordinasi penanaman

    modal .

    D. Keaslian Penulisan

    Penulisan skripsi ini berjudul “ Sistem Koordinasi Antara Pemerintah

    Propinsi Sumatera Utara dengan Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran

    (Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara ) dalam Bidang Penanaman Modal

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    12/21

     

    ditinjau dari UU no.25 Tahun 2007 “. Setelah melakukan Penelusuran ke

    Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Besar Universitas Sumatera Utara, hal

    ini belum pernah diangkat ataupun ditulis, kalaupun ada substansi pembahasannya

     berbeda dengan pembahasan yang dipaparkan dalam skripsi ini .

    Adapun judul yang berkaitan dengan judul skripsi ini adalah skripsi yang

     berjudul “ Perlakuan dan Pemberian Fasilitas kepada penanaman modal menurut

     perspektif UU no. 25 tahun 2007 “ yang ditulis oleh Bonatua Edyana Manihuruk

     pada tahun 2012 di dalamnya memuat mengenai perlakuan dan pemberian

    fasilitas kepada penanaman modal yang diberikan oleh pemerintah menurt

     perspektif UU no.25 Tahun 2007 .

    Selain judul di atas, skripsi yang berkaitan dengan judul skripsi ini adalah

    skripsi yang berjudul “Predictability UU No.25 Tahun 2007 dalam Mendorong

    Investor Asing dalam Penanaman Modal di Kabupaten Samosir “ yang ditulis

    oleh Raditya Wiguna pada tahun 2009 yang di dalamnya mengenai cara

    mendorong agar investor asing mau menanam modal di Kabupaten Samosir .

    Sedangkan dalam skripsi ini hal yang dituangkan adalah sistem

    koordinasinya dalam melakukan penanaman modal antara pemerintah propinsi

    dengan pemerintah daerah hasil pemekaran. Sebab untuk daerah hasil pemekaran

     penanaman modal itu sangat dibutuhkan. Karena penanaman modal tersebut akan

    membantu perekonomian daerah tersebut baik dari segi membuka lapangan

     pekerjaan maupun menambah pendapatan daerah tersebut melalui sistem

    koordinasi.

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    13/21

     

    Dengan demikian, jika dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak

    dicapai oleh penulisan skripsi ini maka, dapat disimpulkan bahwa apa yang ada di

    dalam skripsi ini adalah murni dari si penulis dan bukan hasil jiplakan dari skripsi

    orang lain, dan dimana diperoleh melalui hasil pemikiran para pakar dan praktisi,

    referensi, buku –buku, makalah- makalah, dan bahan-bahan seminar, serta media

    cetak berupa koran-koran ,media elektronik seperti internet serta bantuan dari

     berbagai pihak , berdasarkan pada asas- asas kelimuan yang jujur, rasional dan

    terbuka. Semua ini adalah merupakan impliksi dari proses penemuan kebenaran

    ilmiah, sehingga hasil penulis dapat dipertanggung jawabkan kebenaran secara

    ilmiah.

    E.Tinjauan Pustaka

    Istilah investasi dan penanaman modal merupakan istilah-istilah yang

    dikenal, baik dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang-

    undangan. Istilah investasi merupakan istilah yang popular dalam dunia

    usaha,sedangkan istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam

     perundang-undangan. Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai

     pengertian yang sama sehingga kadang-kadang digunakan secara

    interchangeable.13

      Istilah penanaman modal merupakan terjemahan dari kata investment ,

     berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai

    13

      Dhaniswara K.Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta; Raja GrafindoPersada,2007 ), hlm 10

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    14/21

     

     penanaman modal atau investasi. Penanaman modal atau investasi sering kali

    dipergunakan dalam arti yang berbeda-beda.14

      Di kalangan masyarakat luas, investasi memiliki pengertian yang lebih

    luas karena dapat mencakup baik investasi langsung ( direct investment  ) maupun

    investasi tidak langsung (  portofolio investment   ) sedangkan penanaman modal

    lebih mempunyai konotasi kepada investasi langsung . 15

      Menurut Dhaniswara K.Harjono,secara umum, investasi dapat diartikan

    sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik orang pribadi ( natural person  )

    maupun badan hokum (  juridical person ), dalam upaya meningkatkan dan /atau

    mempertahankan niali modalnya,baik yang berbentuk uang tunai ( cash money ),

     peralatan ( equipment  ), asset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun

    keahlian.

     

    16

      Dari pengertian tersebut di atas, dapat ditarik unsur- unsur terpenting

    kegiatan investasi, yaitu : 17

    1.  Adanya motif untuk meningkatkan atau setidaknya – tidaknya

    mempertahankan nilai modalnya.

    2.  Bahwa model tersebut tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat kasat

    mata dan dapat diraba ( tangible  ), tetapi juga mencakup sesuatu yang

     bersifat tidak kasat mata dan tidak dapat diraba ( intangible ).  Intangible 

    mencakup keahlian, pengetahuan, jaringan, dan sebagainyayang dalam

    14  Sutiarnoto, Tantangan Dan Peluang Investasi Asing Di Indonesia, (Medan ;Pustaka

    BangsaPress,2008 ), hlm 515

     Dhaniswara K. Harjono.op.cit.hlm 1016

      Ibid., hal.12.17

      Ibid., hal.13.

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    15/21

     

     berbagai kontrak kerja sama (  Joint Venture Agreenment   ) yang

    dibiasanya disebut “ valuable service “ .

    Dalam praktek istilah investasi atau penanaman modal sendiri seringkali

    dipergunakan dalam arti yang berbeda-beda. Oleh karena itu, Komaruddin

    memberikan pengertian investasi atau penanaman modal tersebut dalam 3 ( tiga )

    arti :18

    a. 

    Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat penyertaan

    lainnya.

     b.  Suatu tindakan untuk membeli barang –barang modal.

    c.  Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan hasil pendapatan

    dimasa yang akan datang.

    Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

    memberikan pengertian penanaman modal dalam pasal 1 angka 1 dimana

    menyebutkan “ penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal,

     baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk

    melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia “.19

      Sedangkan di dalam Rancangan Perjanjian Multilateral Tentang Investasi

    (  Multilateral Agreement On Investment  ) yang pada waktu itu sedang disiapkan

    oleh organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan ( Organization for

     Economic Cooperation and Development   ) diberikan pengertian investasi

    ( internasional ) yang lebih luas. Dalam rancangan tersebut “ penanaman modal “

    ( investment ) diartikan dalam suatu jenis aktiva yang dimiliki atau dikendalikan

    18

     Rosyidah Rakhmawati,op.cit.hlm.3.19 Lihat Pasal 1Angka 1 UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    16/21

     

    secara langsung ataupun secara tidak langsung oleh suatu investor (  Every kind

    ofasset ownedor controlled, directly or indirectly, by on investor  ) .20

      Oentoeng soerapati mengemukakan bahwa hal tersebut termasuk :

     

    21

    1.  suatu perusahaan;

    2. 

    saham-saham atau bentuk lain partisipasi ekuitas dalam suatu perusahaan

    dan hak – hak yang diperolah dari padanya ;

    3. 

    obligasi ,surat hutang, pinjaman atau bentuk lain dari piutang dan hak-hak

    yang diperoleh dari padanya;

    4.  klaim atas uang atau kinerja;

    5.  hak-hak atas kekayaan intelektual;

    6.  hak-hak yang diberikan berdasarkan hukum atau kontrak seperti konsesi,

    lisensi,otoritas dan izin;

    7. 

    kekayaan lain yang bertubuh atau tidak bertubuh, bergerak, atau tetap,

    dan hak-hak yang terkait pada kekayaan lain seperti sewa, mortgage,

    liens, dan gadai.

    Pengertian penanaman modal secara luas akan membuka wawasan

     pemikiran, bahwa pengertian penanaman modal bukan hanya terdapat dalam

     perumusan undang-undang penanaman modal saja akan tetapi lebih luas dari itu,

    sehingga pemahaman terhadap penanaman modal beserta implikasinya dapat lebih

    mengerti. Sebab tanpa pengertian yang luas tentunya dapat membawa kita pada

    rasa apriori yang pada akhirnya bisa menolak tehadap perbedaan penanaman

    modal dimanapun ia berada atau melakukan operasinya tidak akan dapat

    20

     Rosyidah Rakhmawati,op cit;hlm 421 Ibid

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    17/21

     

    dibendung kehadirannya oleh Negara-negara penerima modal. Apalagi dengan

    dukungan globalisasi dunia lewat transportasi dan komunikasi yang tidak lagi

    membedakan jarak Negara yang satu dengan Negara yang lainnya .

    F. Metode Penulisan

    Dalam setiap penulisan haruslah menggunakan metode penelitian yang

    sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan oleh

     penulis dapat diuraikan sebagai berikut :

    1.  Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan

    dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Penelitian yang

    dilakukan adalah penelitian hukum normative yang bersifat deskriptif.

    Penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang menganalisis hukum

    yang tertulis. Sedangkan yang bersifat deskriptif maksudnya

    menggambarkan dan menjelaskan bagaimana penanaman modal yang

     berlaku di Indonesia, tata cara perizinan penanaman modal dan koordinasi

     pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten terkait penanaman modal

     baik dalam negeri maupun penanaman modal asing khususnya antara

    Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kab. Padang Lawas

    Utara.

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    18/21

     

    2.  Sumber Data

    a. 

    Data Primer

    Data primer diperoleh langsung dari lapangan melalui riset dan

     pengambilan data dengan informasi yang berasal dari Badan

    Penanaman Modal dan Promosi Sumatera Utara, Badan Perencanaan

    Pembangunan Daerah Padang Lawas Utara serta pihak-pihak yang

    terkait dan memenuhi karakteristik untuk mendapatkan data dan

    informasi mengenai masalah yang diteliti guna mendukung data- data

    sekunder.

     b.  Data Sekunder

    Dalam penulisan skripsi ini, data sekunder yang digunakan adalah

     bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

    1. 

    Bahan hukum primer yanitu bahan-bahan hukum yang mengikat,

    terdiri dari peraturan perundang-undangan antar lain Undang-

    Undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal ,

    Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 jo Undang-Undang

     Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemekaran Daerah dan beberapa

    Peraturan Kepala BKPM tentang koordinasi dalam penanaman

    modal seperti pengawasan pelaksanaan penanaman modal dan

    lain – lain.

    2.  Bahan sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

    mengenai bahan hukum primer misalnya : hasil penelitian, hasi

    karya ilmiah dari kalangan hukum dan sebagainya.

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    19/21

     

    3.  Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan

     petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

    sekunder, misalnya : kamus-kamus hukum dan kamus bahasa

    Indonesia.

    3. 

    Teknik Pengumpulan Data

    Dalam melakukan penulisan ini, penelitian yang dilakukan oleh penulis

    adalah penelitian kepustakaan ( library research  ) yang merupakan

     pengumpulan data-data yang dilakukan melalui literatur atau dari sumber

     bacaan berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan dan bahan

     bacaan lainnya yang terkait dengan penulisan skripsi ini untuk digunakan

    sebagai dasar ilmiah dalam pembahasan materi dan metode penelitian

    ( field research ) wawancara dengan Ibu Delfi Farosa jabatan front office

     pada PTSP di Badan Penanaman Modal dan Promosi Provinsi Sumatera

    Utara dan wawancara dengan Bapak Surtan Sotarduga,Harahap jabatan

    Kepala Bidang Penanaman Modal di Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara yang berkaitan dengan

     penanaman modal di Kabupaten Padang Lawas Utara.

    4. 

    Analisis Data

    Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisis

    secara prespektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif .

    Metode deduktif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan

    membandingkan sedangkan metode induktif dilakukan dengan

    menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    20/21

     

    skripsi ini, sehingga dipeoleh kesimpulan yang sesuai dengan penelitian

    yang telah dirumuskan.

    G.Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan menjadi dalah satu metode yang dipakai dalam

    melakukan penulisan skripsi ini, hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam

    menyusun serta mempermudah pembaca untuk memahami dan mengerti isi dari

    skripsi ini. Keseluruhan skripsi ini meliputi 5 ( lima ) bab yang secara garis besar

    isi bab-perbab diuraikan sebagai berikut :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang permasalahan,

     perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan

    kepustakaan, metode penelitian yang digunakan, serta sistematika

     penulisan skripsi ini.

    BAB II : KETENTUAN PELAYANAN PENANAMAN MODAL

    BERDASARKAN UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG

    PENANAMAN MODAL

    Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran mengenai ketentuan

     pelayanan penanaman modal berdasarkan UU No.25 tahun 2007

    tentang penanaman modal yang berlaku di Indonesia.

    BAB III : KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI DAN

    PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA DALAM

    PELAYANAN PENANAMAN MODAL

  • 8/16/2019 Chapter i Palas

    21/21

     

    Dalam bab ini diuraikan mengenai bentuk kewenangan

     pemerintah provinsi dalam pelayanan penanaman modal dan

     bentuk kewengan pemerintah kabupaten / kota dalam pelayanan

     penanaman modal.

    BAB IV : KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH PROVINSI

    SUMATERA UTARA DENGAN PEMERINTAH DAERAH

    HASIL PEMEKARAN ( PEMERINTAH KABUPATEN

    PADANG LAWAS UTARA ) DALAM BIDANG

    PENANAMAN MODAL.

    Dalam bab ini diuraikan mengenai bentuk kebijakan koordinasi

    yang dilakukan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

    dengan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara dalam hal

     penanaman modal yang dilakukan oleh seorang investor.

    BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

    Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari

    skripsi yang ditulis oleh penulis.