-
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam
Prawiroharjo
(2008) mendefinisikan kehamilan sebagai fertilisasi atau
penyatuan dari
spermatozoa dan ovum lalu dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Apabila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kalender
internasional.
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan
terdiri dari
ovulasi (pelepasan ovum), terjadi migrasi spermatozoa dan ovum,
terjadi konsepsi
dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi( implantasi uterus),
pembentukkan plasenta
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Kehamilan adalah
suatu peristiwa
yang dimulai dari konsepsi sampai adanya tanda-tanda
persalinan(Bandiyah,
2009).
2.1.1 Pembagian Kehamilan
Menurut Prawirohardjo (2008), kehamilan dibagi menjadi tiga
triwulan,
yaitu sebagai berikut :
1) Triwulan Pertama : 0 hingga 12 minggu
2) Triwulan Kedua : 13 minggu 28 minggu
3) Triwulan Ketiga : 29 minggu 40 minggu
8
-
Penegakkan diagnosis kehamilan terhadap beberapa tanda dan
gejala
kehamilan. Perubahan fisiologi yang terjadi pada wanita hamil
menyebabkan
timbulnya perubahan-perubahan yang tanda tidak pasti
(presumptive sign), tanda
kemungkinan (probability sign) dan tanda positif (positife sign)
(Hani, 2010).
2.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan
Penegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian
terhadap
tanda, beberapa gejala kehamilan :
1) Tanda tanda yang tidak pasti ( presumtive signs) atau tanda
mungkin
kehamilan
Menurut Manuaba (2009),tanda tidak pasti atau tanda kemungkinan
hamil
adalah pembesaran rahim, perubahan serviks, terasa gerakan
janin, gejala
subjektif (amenorhe atau tidak haid, mual-muntah, merasakan
gerakan janin
dalam rahim, sering kecing, serta perubahan mammae menuju
perubahan
hamil)
2) Tanda Kemungkinan (Probability Sign)
Pada pemeriksaan kehamilan dapat diduga hamil bila dijumpai
pembesaran rahim dan perut, pemeriksaan memberikan petunjuk
adanya
kehamilan ( terdapat kontraksi rahim saat diraba, ada tanda
hegar, chadwick,
piscaseck, ballottement, dan reaksi pemeriksaan kehamilan
positif )(Bandiyah,
2009).
-
Adapun pengertian beberapa macam tanda kemungkinan kehamilan
adalah
dari Tanda Hegar yaitu segmen bawah rahim melunak, Tanda
chadwick yaitu
perubahan warna pada vagina dan vulva menjadi lebih merah dan
agak
kebiruan, Tanda Piscaseek yaitu uterus membesar kesalah satu
jurusan hingga
menonjol ke jurusan pembesaran tersebut (Rukiyah, 2009).
3) Tanda Pasti Kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat dijumpai dengan jalan :
a) Gerakan janin dalam rahim
Teraba gerakan janin dengan jelas oleh pemeriksa apabila diraba
pada usia
kehamilan sekitar 20 minggu (Hani, 2010). Biasanya menjadi jelas
setelah
minggu ke 22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas setelah
minggu
ke-24 (Kusmiyati, 2009).
b) Denyut Jantung Janin
Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu 17-18 pada
orang
gemuk, lebih lambat. Stetoskope ultranic(Doppler) digunakan
untuk
mendengar DJJ lebih awal sekitar minggu ke 12 dengan
melakukan
auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi
yang lain,
seperti : bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu
(Pantikawati, 2010).
c) Bagian-bagian Janin
Pada ibu yang diyakini sedang dalam kondisi hamil maka dalam
pemeriksaan melalui USG (Ultrasonografi) terlihat adanya
gambaran
janin. USG memungkinkan untuk mendeteksi jantung kehamilan
pada
minggu ke 5 sampai ke 7, melalui USG dapat juga diketahui
panjang,
-
kepala dan bokong janin dan merupakan metode yang akurat
dalam
menentukan usia kehamilan (Rukiyah, 2009).
2.2 Deteksi Dini Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
Deteksi dini adalah suatu mekanisme berupa pemberian informasi
secara tepat
waktu dan efektif, melalui institusi yang dipilih, agar
masyarakat/individu di
daerah rawan mampu mengambil tindakan menghindari atau
mengurangi risiko
dan mampu bersiap-siap untuk merespon secara efektif. Deteksi
dini dapat juga
dikatakan sebagai upaya memberitahukan kepada seorang klien yang
berpotensi
dilanda suatu masalah untuk menyiagakan mereka dalam menghadapi
kondisi dan
situasi suatu masalah (Rukiyah, 2011).
Salah satu deteksi dini dalam mengetahui tanda-tanda bahaya
kehamilan
adalah dengan melakukan pemeriksaan kehamilan atau yang dikenal
dengan
Antenatal Care (ANC). Asuhan antenatal atau antenatal care (ANC)
adalah suatu
program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan
medik pada
ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman
dan memuaskan( Prawirohardjo, 2008).
Deteksi dini terhadap tanda bahaya kehamilan dilakukan minimal 4
kali
selama ibu hamil atau dilakukan pada tiap trimester yaitu: pada
kunjungan
pertama atau pada trimester I tanda bahaya yang harus diwaspadai
adalah: adanya
anemia, penyakit keturunan, infeksi dan degeneratif, perdarahan
(abortus, ectopic
pregnancy, mola hidatidosa), hiperemesis gravidarum, kelainan
genetik janin
(jika memiliki riwayat atau risiko) dan lain-lain.
-
Pada kunjungan ulang atau pada trimester kedua, yang harus
diwaspadai
tentang kejadian/tanda bahaya yaitu perdarahan, preeklampsia,
dan eklampsia,
gangguan pertumbuhan janin. Pada kunjungan ulang di trimester
ketiga, tanda
bahayanya adalah adanya kehamilan ganda, ibu mengalami
perdarahan (plasenta
previa atau solusio plasenta) (Rukiyah, 2011).
Tujuan ANC (antenatal care) menurut Kusmiyati (2009) yaitu :
1. Mempromosikan, menjaga fisik dan mental ibu bayi dengan
pendidikan,
nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi.
2. Mendeteksi dan melaksanakan komplikasi medis, bedah atau
obstetric selama
kehamilan.
3. Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan
menghadapi
komplikasi.
4. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,
menjalankan
nifas normal, merawat anak secara fisik, psikologis dan
sosial.
Menurut Depkes RI (2009), pelayanan antenatal sesuai standar
meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaaan
laboratorium
rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai
risiko yang ditemukan
dalam pemeriksaan), adapun penerapan dalam asuhan antenatal
yaitu sebagai
berikut:
1. Timbang Berat Badan dan Tinggi Badan
2. Ukur Tekanan Darah
3. Nilai Status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Ukur tinggi fundus uteri
-
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunissasi tetanus dan berikan imunisasi
Tetanus Toxoid (TT)
bila diperlukan
7. Pemberian Tablet Zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan
8. Tes Laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling),termasuk Perencanaan Persalinan
danPencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Kusmiyati (2009) menyatakan bahwa dengan memberikan asuhan
antenatal
yang baik akan menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe
motherhood dalam
usaha menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Peningkatkan
efektifitas asuhan antenatal meliputi hal-hal berikut :
1. Asuhan diberikan oleh petugas yang terampil dan
berkesinambungan.
2. Persiapan menghadapi persalinan yang baik dengan cara
memperkirakan
komplikasi.
3. Mempromosikan kesehatan dan pencegahan penyakit (tetanus
toxoid,
suplemen gizi, pencegahan konsumsi alkohol dan rokok dan
lain-lain).
4. Mendeteksi dini komplikasi serta perawatan penyakit yang
diderita ibu hamil
(preeklamsia, eklamsia, HIV/AIDS, tuberkolosis, hepatitis,
hipertensi,
diabetes, dan lain-lainnya).
-
Standar waktu pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan
yaitu minimal 1kali pada triwulan pertama, 1kali pada triwulan
kedua, dan
minimal 2 kali pada triwulan ketiga untuk menjamin perlindungan
kepada ibu
hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan komplikasi
(Kemenkes, 2010).
2.3 Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
Menurut Depkes 2001 tanda-tanda bahaya dalam kehamilan adalah
tanda atau
gejala yang menunjukkan ibu atau bayi yang dikandungnya dalam
keadaan
bahaya. Menurut Hani (2010) ada beberapa macam tanda-tanda
bahaya kehamilan
adalah sebagai berikut :
1) Perdarahan dari vagina
Menurut Depkes RI (2000) dalam Deliana (2008), pendarahan
yang
berhubungan dengan persalinan dibedakan dalam dua kelompok utama
yaitu
perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan
antepartum adalah
perdarahan pervaginam yang terjadi sebelum bayi lahir.
Perdarahan yang terjadi
sebelum kehamilan 28 minggu seringkali berhubungan dengan aborsi
atau
keguguran. Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu dapat
disebabkan karena
terlepasnya plasenta secara prematur, trauma, atau penyakit
saluran kelamin
bagian bawah. Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah normal.
Pada masa
awal kehamilan,ibu mungkin mengalami perdarahan yang sedikit
atau spotting
disekitar waktu pertama haidnya terlambat. Perdarahan ini adalah
perdarahan
implantasi dan normal. Pada waktu yang lain dalam kehamilan,
perdarahan kecil
-
kemungkinan pertanda dari friable cervix. Perdarahan semacam ini
mungkin
normal atau mungkin suatu tanda adanya suatu infeksi(Hani,
2010).
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah
merah,
perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri (berarti abortus
atau keguguran,
KET atau ectopic pregnancy, mola hidatidosa) ( Rukiyah, 2009).
Diperkirakan
satu dari tiga kehamilan mengalami keguguran, penyebab keguguran
meliputi
kekurangan gizi, ketidakseimbangan hormon, infeksi dan auto-imun
atau kelainan
kromosom janin (Zita, 2010). Pada kehamilan lanjut, perdarahan
yang tidak
normal adalah merah, banyak atau sedikit, nyeri (berarti
plasenta previa dan
solusio plasenta). Perdarahan melalui jalan lahir sebelum 3
bulan disebabkan
keguguran yang mengancam janin. Nyeri perut bagian bawah yang
hebat pada
kehamilan 1-2 bulan ini merupakan hal yang berbahaya. Perdarahan
7-9 bulan
meskipun hanya sedikit merupakan ancaman bagi ibu dan janin (
Rukiyah, 2009).
2) Sakit Kepala yang hebat menetap dan tidak hilang
Sepuluh persen dari wanita hamil menderita sakit kepala hebat
yang
disebabkan pelebaran pembuluh darah dalam otak dan berhubungan
dengan
perubahan hormon yang terjadi dalam kehamilan. Sakit kepala juga
disebabkan
oleh kerja hormon, stres, atau tegang pada otot kepala dan leher
akibat postur
yang salah selama kehamilan (Zita, 2010).
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum dan sering kali
ketidaknyamanan
yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan
masalah yang
serius adalah sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak
hilang dengan
beristirahat. Sakit kepala yang hebat terkadang-kadang ibu
mungkin merasakan
-
penglihatannya kabur atau berbayangan. Sakit kepala yang seperti
ini dalam
kehamilan merupakan gejala dari pre-eklamsia (Hani, 2010).
Pre-eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hypertensi,
edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan sehingga dapat
menyebabkan kematian
pada ibu dan janinnya. Penyakit ini umumnya terjadi pada
triwulan ke-3
kehamilan yang dapat terjadi pada waktu antepartum, intrapartum,
dan pasca
persalinan (Prawirohardjo, 2008).
Pre-eklamsia ringan harus segera ditangani agar tidak meningkat
menjadi pre-
eklamsia berat yang ditandai dengan tekanan darah tinggi terus
meningkat dan
kadar protein yang lebih tinggi lagi dalam urine. Gejala
pre-eklamsia ringan
menunjukan peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dan
kadar urine
lebih tinggi dari 300 mg per 24 jam (Erikania, 2009). Hipertensi
karena kehamilan
yaitu yang terjadi pada saat kehamilan dapat mempengaruhi
kehamilan itu sendiri
biasanya terjadi pada usia kehamilan memasuki 20 minggu
(Rukiyah, 2011).
3) Gangguan Visual secara tiba-tiba (Pandangan kabur, rabun
senja)
Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur karena pengaruh
hormonal,
ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan.
Perubahan ringan
adalah normal, masalah penglihatan yang mengindikasikan keadaan
yang
mengancap jiwa ibu adalah perubahan visual mendadak, misalnya
pandangan
kabur atau berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai
dengan sakit
kepala yang hebat mungkin menandakan pre-eklamsia( Kusmiyati,
2009).
-
4) Bengkak pada muka dan tangan
Menurut Hani (2010), hampir dari sebagian ibu hamil akan
mengalami
pembengkakan yang normal. Bengkak bisa menunjukkan adanya
masalah serius
jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah
beristirahat dan ikuti
keluhan fisik lain, seperti sakit kepala, gangguan penglihatan.
Hal ini bisa
merupakan pertanda anemia, gagal jantung, pre-eklamsia.
Kaki bengkak terjadi pada hamil trimester ketiga. Gangguan pada
kaki
bengkak ada dua yaitu retensi (penahanan) air dan garam karena
gestosis dan
tertekannya pembuluh darah, karena bagian terendah bayi mulai
masuk pintu
atas panggul (Bandiyah, 2009). Bengkak pada tangan dan wajah
disertai tekanan
darah tinggi dan sakit kepala sangat berbahaya bila diabaikan
bisa terjadi
kejang-kejang yang disebut keracunan kehamilan atau eklamsia.
Keadaan ini
bisa menyebabkan kematian ibu hamil dan janin (Rukiyah,
2009).
5) Nyeri abdominal yang hebat
Nyeri abdominal menunjukkan masalah yang mengacam keselamatan
jiwa
adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat. Hal ini bisa
berarti appendicitis, ectopic pregnancy, preterm, gastritis,
penyakit kantong
empedu, iritasi uterus, abrupsi placenta, ISK, dan lain-lain
(Pantikawati, 2010).
-
6) Bayi kurang bergerak seperti biasanya
Menurut Kusmiyati (2009), ibu mulai merasakan gerakan bayinya
selama
bulan ke-5 atau ke-6. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan
bayinya lebih awal.
Jika bayi tidur gerakkan akan melemah. Bayi harus bergerak
paling sedikit 3 kali
dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika
berbaring atau
beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik
7) Berat Badan Ibu Tidak Naik
Selama kehamilan berat badan ibu naik sekitar 9-12 kg, karena
adanya
pertumbuhan janin dan bertambahnya jaringan tubuh ibu akibat
kehamilan.
Kenaikan berat badan ibu biasanya terlihat nyata sejak kehamilan
berumur 4 bulan
sampai menjelang persalinan. Apabila berat badan ibu tidak naik
pasca akhir
bulan keempat dan pada akhir bulan keenam mengakibatkan
pertumbuhan janin
akan terganggu. Penyebab Berat badan ibu naik atau ternganggu
dikarenakan
berbagai faktor diantaranya kekurangan gizi (Kekurangan Energi
Kronis atau
KEK) dan penyakit lain, seperti batuk menahun, malaria dan
lain-lainnya yang
perlu segera di obati (Rukiyah, 2009).
8) Mual muntah berlebihan
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang
wajar dan
sering kedapatan pada kehamilan trimester satu. Mual biasanya
terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.
Gejala-gejala ini kurang
lebih terjadi pada 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir
berlangung selama
kurang lebih 10 minggu. Pekerjaan sehari-hari terganggu dan
keadaan umum
menjadi buruk keadaan inilah disebut hyperemisis gravidarum
keluhan gejala dan
-
perubahan fisiologi menentukan berat ringannya penyakit
(Wiknjosastro, 2005).
Adapun gejala-gejala hyperemisi gravidarum menurut Zita (2010)
adalah muntah
yang parah dan berlebihan disertai juga dengan dehidrasi.
Menurut Manuaba (2009), Hiperemesis gravidarum dapat dibagi
menjadi tiga
tingkat yaitu sebagai berikut :
a) Tingkat pertama : Muntah berlangsung terus, makan berkurang,
berat badan
menurun, kulit dehidrasi , tekanan darah turun dan nadi
meningkat, lidah
kering dan mata tampak cekung
b) Tingkatan kedua : Ibu tampak lebih lemah, gejala dehidrasi
makin tampak,
mata cekung, lidah kering dan kotor, tekanan darah menurun dan
nadi
meningkat, berat badan makin menurun, mata ikterus, terjadi
gangguan buang
air besar, menjadi apatis, dan nafas berbau.
c) Tingkatan ketiga : Muntah berkurang, keadaan ibu hamil makin
menurun
dengan tekanan darah turun dan nadi meningkat, suhu naik,
keadaan dehidrasi
makin jelas, dan gangguan kesadaran sampai koma.
9) Keluarnya air ketuban sebelum waktunya
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina. Air ketuban
dinyatakan pecah dini
jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya
selaput ketuban
dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37
minggu) maupun
pada kehamilan aterm (Kusmiyati, 2009).
-
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu.
Sebagian besar ketuban
pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu,
sedangkan kurang
dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009).
Menurut Rukiyah (2011), apabila ketuban pecah dan cairan keluar
sebelum
ibu mengalami tanda-tanda persalinan janin dan mudah terinfeksi.
Demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat
merupakan tanda infeksi terjadi. Tanda terjadi ketuban pecah
sebelum waktunya
adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma
air ketuban
berbau amis, dengan ciri pucat dan berwarna merah darah. Cairan
ini tidak akan
berenti atau kering karena terus diproduksi sampai lahir.
2.4 Pencegahan Bahaya Kehamilan
Pencegahan pada bahaya kehamilan seperti rasa mual dan muntah
yang
berlebihan Menurut Sary (2009) untuk mengatasi mual pada
kehamilan yaitu
dengan minum teh jahe atau pappermint dan minum banyak air serta
jus buah.
Makan dengan diet tinggi karbohidrat dan protein serta rendah
lemak. Ibu
dianjurkan agar ibu makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil, tetapi
lebih sering. Makanan yang berminyak dan berbau dihindari dan
ketika bangun
pagi dianjurkan makan roti atau biskuit dengan teh hangat(
Prawirohardjo, 2008).
Cara pencegahan dan mengatasi pada tanda bahaya kehamilan
seperti pre-
eklamsia dengan gejala sakit kepala yang hebat yaitu hirup udara
segar setiap hari,
lakukan latihan ringan 20 menit sehari, tidur dan minum air
mineral sebanyak
-
mungkin, istirahat yang cukup terutama pukul 17.00 -19.00,
lakukan olahraga
ringan dan teratur, makan dengan pola makan seimbang dan sehat
(Zeta, 2010).
Tanda bahaya seperti Edema atau pembengkakan ringan pada
pergelangan
kaki dan tangan dapat dicegah yaitu istirahat dengan mengangkat
kaki selama 20
menit, tiga atau empat kali sehari untuk mengurangi pergelangan
kaki yang
bengkak (Zeta, 2010). AdapunMenurut Bandiyah (2009), tanda
bahaya bengkak
pada bagian tubuh dapat dicegah dengan keadaan ringan kaki
bengkak dapat
diatas dengan tidur dengan kaki lebih tinggi dan mengurangi
makan garam.
2.5 Tempat Mendapatkan Pertolongan
Apabila ibu mengalami tanda-tanda bahaya dalam kehamilan maka
keluarga
perlu segera meminta bantuan atau pertolongan bidan terdekat
untuk dibawa ke
puskesmas atau Rumah Sakit, agar dapat diperiksa dan diberi
pertolongan yang
diperlukan (Depkes, 2001).
2.6 Pengetahuan 2.6.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra
manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan
telinga.
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).
-
Menurut Notoadmodjo (2012), pengetahuan yang tercakup dalam
domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
dipelajari
sebelumnyatermasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang
paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan
secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
tersebut harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Analisa (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur
organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
-
4) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
5) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
6) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real(sebenarnya).
2.6.2 Faktor- faktor yang Mempengaruhi terbentuknya
Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan sebagai berikut :
1) Faktor Internal
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seeorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan
tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi.
Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan
tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya.
-
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan faktor penting
dalam
menentukan perilaku seseorang, karena pengetahuan dapat
menimbulkan
perubahan persepsi kebiasaan masyarakat. Pembentukan sikap
seseorang juga
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya. Semakin tinggi
pengetahuan seseorang
maka semakin baik pula sikap seseorang dalam menghadapi
masalah.
b. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan
adalah
keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan
kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,
tetapi lebih
banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang
dan banyak
tantangan. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu. Bekerja
bagi ibu-ibu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
c. Usia
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah
umur
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Sedangkan
menurut Hurlock (1998) yang dikutip oleh Nursalam (2003) semakin
cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih
dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini
akan sebagai dari
pengalaman dan kematangan jiwa.
-
2) Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003)
lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dapat
mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
dari
sikap dalam menerima informasi.
2.6.3 Cara Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket
yang menanyakan tentang isi,materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau
responden (Notoatmodjo, 2012).Pengukuran pengetahuan berupa
pertanyaan
tertutup pilihan jawaban a, b, c, dan d. Pengukuran dilakukan
dengan
menggunakan skala Guttman nilai 1 jika memilih jawaban benar,
nilai 0 jika
memilih jawaban salah atau tidak menjawab pertanyaan (Hidayat,
2009).
2.7 Sikap 2.7.1 Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup
terhadap stimulasi atau objek (Notoatmodjo, 2012). Sikap adalah
kesediaan diri
seorang individu melaksanakan suatu tindakan tertentu. Sikap
dapat bersifat
positif dan negatif. Sifat positif tidak membahayakan dalam
kehidupan
masyarakat, sifat negatif menghambat, menciptakan garis pemisah
antara
indivudu merupakan penghalang dalam mengadakan
interaksi(Wahyuningsih,
2009).
-
2.7.2 Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, Menurut Notoatmodjo (2012)
Sikap ini
terdiri dari berbagai tingkatan yakni sebagai berikut :
1) Menerima(receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek)
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan
suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan.Lepas
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima
ide tersebut.
3) Menghargai ( valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga, misalnya
seorang mengajak ibu yang lain ( tetangga, saudaranya, dsb)
untuk
menimbang anaknya keposyandu atau mendiskusikan tentang gizi
adalah
suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap
gizi anak.
4) Bertanggung Jawab ( responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.Misalnya
seorang
ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari
mertua
atau orang tuanya sendiri.
-
2.7.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Wawan (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
antara
lain sebagai berikut :
1) Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor
emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut
.
3) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya,
karena
kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu
masyarakat asuhannya.
4) Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya,
berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif
dipengaruhi oleh
sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.
-
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga
agama sangat
menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau
pada
gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6) Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi
yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk
mekanisme pertahanan ego
2.7.4 Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak
langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau
pernyataan responden
terhadap suatu objek. Pengukuran secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan bagaimana
pendapat
responden (Notoadmodjo, 2012).
Pengukuran Sikap menggunakan skala likert, yakni berupa sikap
positif
(favorable) dan sikap negatif (unfavorable) serata pada
pernyataan menggunakan
alternatif jawaban : Sangat Setuju(SS), Setuju (S),Tidak Setuju
(TS), Sangat Tidak
Setuju(STS) (Hidayat, 2009).
-
2.8 Tindakan 2.8.1 Praktik atau Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(overt
behaviour). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan
nyata diperlukan
faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain
adalah fasilitas
(Notoatmodjo, 2007).
Robert Kwick (1974) yang dikutip dalam Wawan (2011)
menyatakan
bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme
yang dapat
diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan
sikap. Sikap
hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap
suatu objek
dengan cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi
atau tidak
menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku
manusia.
2.8.2 Tingkat- tingkat Praktik
Seperti halnya dengan pengetahuan dan sikap, praktik atau
tindakan
(Practice) menurut Notoadmodjo (2007) ini terdiri dari berbagai
tingkatan yaitu
sebagai berikut :
a. Persepsi ( Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang
akan diambil merupakan pratik tingkat pertama.
b. Respon Terpimpin ( Guided Respons)
Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh
adalah indikator praktik tingkat dua.
-
c. Mekanisme (Mecanism)
Apaila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai
praktik tingkat
tiga
d. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan
baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa
mengurangi
kebenaran tersebut.
2.8.3 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tindakan
Menurut teori Laurence Green dalam Notoatmodjo (2012) ada 3
sebagai
berikut :
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing faktors)
Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan
nilai-nilai
dan sebagainya
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors)
Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas-
fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas,
obat-obatan, alat
kontrasepsi, jamban dan sebagainya
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors)
Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lain
yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
-
2.8.4 Pengukuran Perilaku atau Tindakan
Pengukuran perilaku atau tindakan dapat dilakukan secara tidak
langsung
yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan
beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).Pengukuran
juga dapat diukur
secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan responden.
Pengukuran praktik (overt behavior) juga dapat diukur dari hasil
perilaku tersebut
(Notoadmodjo, 2012).
2.9 Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, kerangka konsep menerangkan tentang
hubungan
pengetahuan, sikap dan tindakan ibu hamil tentang deteksi dini
tanda-tanda
bahaya kehamilan.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Tindakan Ibu Hamil tentang
Deteksi Dini Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan di Puskesmas Medan
Deli
Tahun 2014 Variabel Independen Variabel Dependen
1. 1.
Pengetahuan Ibu Hamil tentang deteksi dini tanda-tanda
bahaya
kehamilan
Tindakan Ibu Hamil Tentang Deteksi Dini Tanda-Tanda
Bahaya Kehamilan
Sikap Ibu Hamil tentang deteksi dini tanda-tanda bahaya
kehamilan
-
2.10 Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan ibu
hamil dalam
deteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan
2. Tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan
ibu hamil
dalam deteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan