Ringkasan Mata Kuliah dan Pembahasan Kasus
1. Understanding Strategies
2. Behavior in Organization3. From Understanding Consumer
Behavior to Testing Category 4. Southwest Airlines Corporation
Oleh :
Kelompok : III
DWI SUSANTO (NIM: S431302002)
PURNAMA SIDDI (NIM: S431302001)Mata Kuliah Sistem Pengendalian
Manajemen
Dosen Pengampu : Dr. Djuminah, M.Si., AkUNIVERSITAS SEBELAS
MARET
SURAKARTA
2013
Bab. 1
Understanding Strategies
PendahuluanSeperti kita ketahui bahwa Sistem Pengendalian
Manajemen adalah alat yang digunakan dalam menerapkan, melakukan
atau melaksanakan strategi yang telah ditentukan. Strategi itu
berbeda-beda antara suatu organisasi dengan organisasi yang lain,
dan pengendalian manajemen dirancang atau disusun sesuai dengan
yang dibutuhkan suatu organisasi dalam menerapkan strategi
tersebut. Strategi yang berbeda membutuhkn prioritas tugas yang
berbeda, factor-factor kunci untuk sukses yang berbeda, serta
keahlian, sudut pandang dan perilaku yang berbeda pula.Strategi
disusun untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi atau
perusahaan itu sendiri sebenarnya tidak mempunyai tujuan, yang ada
adalah tujuan dari para pendiri perusahaan (biasanya tertuang di
dalam anggaran dasar perusahaan) dan/ atau tugas dari para
manajemen puncak perusahaan. Oleh karena itu strategi suatu
organisasi atau perusahaan biasanya disusun oleh para top manajemen
(CEO) dengan mendengarkan saran dan masukan dari para manajer
lainnya.
Tujuan
Tujuan atau tugas umum dari manajemen perusahaan adalah
memaksimalkan nilai perusahaan atau harga saham perusahaan yang
kemudian dapat difokuskan lagi antara lain berupa meningkatkan laba
perusahaan, meningkatkan penjualan, menurunkan biaya, memperluas
pasar, meningkatkan kapasitas produk, mutu produk, kepuasan
pelanggan, kepuasan karyawan, menguasai poses produksi dari hulu ke
hilir dan lain-lain. RisikoRisiko adalah segala kemungkinan yang
dapat merugikan atau mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Akan
tetapi, tingginya tingkat laba perusahaan biasanya diperoleh dari
keinginan, usaha dan kemampuan para manajer perusahaan dalam
mengambil dan menghadapi risiko. Semakin tinggi tingkat risiko yang
dihadapi perusahaan akan semakin tinggi pula laba yang diperoleh.
Masing-masing manajer mempunyai perilaku yang berbed-beda dalam
mengambil risiko. Dimana perilaku tersebut sangat tergantung dari
karakter pribadi tiap-tiap manajer.
Pendekatan StakeholdersKegiatan perusahaan pada dasarnya berada
pada tiga pasar utama, yaitu:
1. Capital Market,
yaitu tempat perusahaan mencari dan memperoleh dana
2. Product Market,
yaitu tempat perusahaan memasarkan hasil produksi nya
3. Factor Market,
yaitu tempat perusahaan membeli factor-faktor produksi seperti
bahan baku,mesin-mesin serta tenaga kerja.
Sehubungan dengan hal tersebut, tanggung jawab perusahaan adalah
tidak hanya kepada para pemegang saham saja, tetappi meliputi juga
para pelanggan, pemasok, karyawan, dan masyarakat luas.
Formulasi Strategi
Formulasi strategi adalah suatu proses dimana para eksekutif
senior mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan
sehubungan dengan adanya kesempatan-kesempatan yang dapat diperoleh
serta adanya ancaman yang mungkin timbul dan kemudian memutuskan
strategi yang diambil sesuai dengan kemampuan/ kompetensi
perusahaan dalam merebut kesempatan yang ada.Proses formulasi
strategi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Strategy FormulationTingkatan Strategi
Strategi biasanya dibedakan serta diterapan pada pada dua
tingkatan manajemen yaitu:
1. Corporate level strategy,
yaitu strategi yang dirancang dan diterapkan untuk keseluruhan
organisasi
2. Bussiness unit level strategy.,
yaitu strategi yang dirancang dan diterapkan pada masing-masing
unit yang ada di dalam organisasiPerlu diperhatikan bahwa meskipun
strategi pada kedua level berbeda, tetapi terdapat satu hal yang
konsisten yang ada pada kedua strategi tersebut. Ikhtiar penekanan
pada kedua tingkatan strategi dapat dilihat pada table dibawah
ini:
Two Level of Strategy
Strategy LevelKey Strategic IssuesGeneric Strategic
OptionPrimary Organizational Levels Involved
Corporate LevelAre we in the right mix of industries? What
industries or sub_industries should we began?
Single IndustriesRelated Diversification
Unrelated Diversification
Corporate office
Business Unit LevelWhat should be the mission of the business
unit?
How should the business unit compete to realized its
mission?
Build
Hold
Harvest
Divest
Low costDifferentiation
Corporate office and Business unit general manager
Business unit general manager
Corporate Level Strategy
Strategi tingkat korporasi adalah berkenaan dengan penentuan
bauran kegiatan usaha yang tepat. Oleh karena itu, strategi pada
tingkatan ini lebih menekankan pada pertanyaan dimana kita akan
bersaing dan bukannya pada pertanyaan bagaimana kita bersaing pada
suatu industry yang merupakan pertanyaan pada strategi level unit
bisnis.
Issue pada strategi level korporasi adalah:
1. Penentuan bidang usaha apa yang akan dimasuki perusahaan
2. Pengalokasian sumber daya perusahaan ke bidang usaha
tersebutKeputusan-keputusan strategi yang biasanya diambil pada
level ini antara lain:
1. Bidang usaha yang akan diambil atau dilakukan
2. Bidang usaha yang tetap diteruskan
3. Bidang usaha yang harus diutamakan
4. Bidang usaha yang harus dikesampingkan
5. Bidang usaha yang harus dihentikan
Penentuan mengenai bidang usaha mana yang akan dimasuki, pada
dasarnya terdiri dari tiga kategori, yaitu:
1. Single Industry,Yaitu perusahaan yang bergerak dalam satu
jenis bidang industry, contohnya Exxon Mobil bergerak dalam
industry pertambangan minyak.
2. Related Diversification,
Yaitu perusahaan yang bergerak dalam beberapa bidang industry ,
dimana bidang industry yang dipilih mempunyai keterkaitan, sehingga
setiap unit bisnis pada masing-masing industry tersebut memperoleh
manfaat dari induk perusahaan. Contohnya P&G (Procter and
Gamble), mempunyai unit bisnis yang saling berkaitan antara
lain:
Pampers, yang memproduksi diapers
Tide, yang memproduksi detergent
Ivory, yang memproduksi sabun
Crest, yang memproduksi pastagigi
Head & Shoulder, yang memproduksi shampoo
Dll.
P&G, sebagai induk perusahaan, mempunyai dua jenis
keunggulan utama yang bermanfaat bagi unit bisnis-unit bisnis
dibawahnya yaitu:
Keahlian tinggi di dalam beberapa bidang teknologi kimia
Keahlian di dalam bidang pemasaran dan distribusi
3. Unrelated Diversification,Yaitu perusahaan yang bergerak
dalam beberapa bidang industry , dimana bidang industry yang
dipilih tidak mempunyai keterkaitan satu sama lain, contohnya
Textron yang mempunyai unit bisnis pada industry peralatan menulis,
helicopter, chain saws, forklift, atau gas turbine engines.
Ikhtisar dari ketiga generic strategi dpat dilihat pada table di
bawah ini:Summary of Three Generic StrategiesType of Corporate
Strategy
Single Industry FirmRelated Diversified Firm Related Diversified
Firm
Pictorial representation of strategy
Identifying features
Competes in only one industrySharing of core competencies across
businesses
Totally autonomous businesses in very different markets
ExamplesExxon Mobil
McDonalds Corp.
Nucor
Ford MotorProcter & Gamble
Du Pon
Johnson & Johnson
AT&TITTTextron
General Electric
Rockwell
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Richard P. Rumsel,
Strategy, Structure and Economic Performance, 1974 diketahui bahwa
kinerja perusahaan yang mempunyai beberapa unit bisnis yang
mempunyi keterkaitan industries adalah yang terbaik, diiukti oleh
kinerja perusahaan yang bergerak pada satu bidang industry
sedangkan perusahaan yang mempunyai beberapa unit binis pada
bidang-bidang industri yang tidak berkaitan ternyata dalam jangka
panjang mempunyai kinerja yang buruk.
Business Unit StrategiesPenentuan strategi tingkat unit usaha
pada dasarnya adalah berkenaan dengan dua pertanyaan yaitu :
1. What should be the mission of the business unit?
2. How should the business unit compete to realize its
mission?
Misi dari Unit BisnisBanyak cara menentukan misi dari suatu unit
bisnis , tetapi terdapat dua model yang banyak digunakan,
yaitu:
1. Boston Consulting Group Model (BCGs Model)
2. General Electric Planning Model (GEPs Model) Meskipun kedua
model tersebut berbeda metode yang digunakan dalam mengembangkan
dan menentukan misi dari berbagai unit usaha yang ada, tetapi kedua
model tersebut mempunyai kesamaan dalam macam-macam keputusan misi
yang akan dipilihn yaitu sebagai berikut:
1. Build,meningkatkan pangsa pasar meskipun harus mengorbankan
laba jangka pendek maupun aliran kas.
2. Hold,mempertahankan pangsa pasar dan posisi bersaing.
3. Harvest,memaksimalkan laba jangka pendek dan aliran kas
meskipun harus mengorbankan pangsa pasar.
4. Divest,menarik diri dari kegiatan usaha baik melalui proses
likuidasi maupun penjualan seluruh asset-aset usaha.
Model BCG untuk misi unit usaha dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Business Unit Mission: The BCG Model
Cash Source
High
Low
High
High
Market
GrowthCash UseRate
Low
Low
High
Low
Relative Market Share
grafik di atas menunjukan adanya empat kondisi perusahaan dan
misi pa yang seharunya diambil, sebagai berikut:
1. Jika pertumbuhan pasar tinggi dan pangsa pasar rendah, maka
misi perusahaan sebaiknya adalah build., yaitu berusaha merebut
pangsa pasar yang ada meskipun harus banyak mengeluarkan biaya
(banyak kas yang keluar).2. Jika pertumbuhan pasar tinggi dan
pangsa pasar juga sudah tinggi, maka misi perusahaan adalah hold
tau bertahan selama mungkin. Kas yang masuk banyak yang diikuti
dengan kas keluar yang juga banyak untuk mempertahankan pangsa
pasar.
3. Jika pangsa pasar tinggi, tetapi pertumbuhan pasar mulai
menurun maka misi perusahaan adalah harvest, yaitu memperbanyak kas
masuk selagi sempat (pangsa pasar masih tinggi) dan mengurangi kas
keluar.
4. Jika pertumbuhan rendah dan pangsa pasar juga sudah rendah
maka misi perusahaan adalah keluar dari kegiatan usah.Model GEP
untuk misi unit usaha dapat dilihat pada gambar dibawah ini;
Business Unit Mission: The GEP ModelThe portofolio matrix:
High
Industry Average
Attractivenes
Low
Strong Average
Weak
Business Strength
Recommended Business Strategies:
High
Industry Average
Attractivenes
Low
Strong Average
Weak
Business StrengthModel BCG dan GEP sama-sama berbentuk matrik
hanya pada BCG ada empat kotak sedangkan GEP 6 kotak, hal ini
karena pada BCG hanya membuat dua macam kondisi pada masing-masing
variable, yaitu high dan low sedangkan pada GEP mempunyai tiga
macam kondisi yaitu strong/high, average dan weak/ low. Variabe
vertical pada BCG adalah variable pertumbuhan pasar sedangkan pada
GEP adalah variable daya tarik industry, yang pada dasarnya
mempunyai arti atau nilai yang sama. Begitu pula dengan variable
horizontal pada BCG adalah tingkat pangsa pasar sendangkan pada GEP
adalah kekuatan uasaha, yang pada dasarnya juga mempunyai arti atau
nilai yang sama. Macam-macam keputusannya juga sama yaitu teridir
dari build, hold, harvest, danh divest.Keunggulan Daya Saing
Perusahaan
Setiap unit usaha seharusnya mengembangkan keunggulan bersaing
agar dapat menyelesaikan atau mencapai misi nya. Terdapat tiga
pertanyaan yang saling berhubungan yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan keunggulan bersaing, yaitu:
1. Apa struktur industry dimana unit usaha beroperasi ?2.
Bagaimana unit usaha seharusnya memanfaatkan struktur industry?
3. Apa yang akan menjadi dasar keunggulan bersaing dari unit
usaha?
Ada dua pendekatan analisis yang dikemukakan Michael Porter
untuk membantu mengembangkan suatu keunggulan bersaing yang baik,
yaitu:
1. Industry analysis,
Profitabilitas rata-rata industry sejauh ini merupakan alat yang
paling banyak digunakan dalam memprediksi kinerja perusahaan.
Struktur industry, menurut Porter, sebaiknya dianalisis berdasarkan
kekuatan kolektif dari lima komponen daya saing yang ada,
yaitu:
a. Intensitas dari persaingan diantara para pesaing yang
ada,
Faktor yang mempengaruhi persaingan secara langsung antara lain
pertumbuhan industry, diferensi produk, jumlah dan jenis-jenis
peaing, tingkat biaya tetap, adanya kelebihan kapasitas produksi
dan hambatan-hambatan untuk keluar. b. Daya tawar para
pelanggan,
Faktor yang mempengaruhi daya tawar para pelanggan adalah jumlah
pembeli, biaya yang dikeluarkan para pembeli, kemampuan para
pembeli berintegrasi kebelakang, pengaruh dari produk unit usaha
pada total biaya para pembeli, pengaruh dari produk unit usaha
kualitas produk atau kinerja para pembeli, besarnya volume unit
usaha terhadap para pembeli.
c. Daya tawar para pemasok,
Faktor yang mempengaruhi kekuatan pemasok antara lain jumlah
pemasok, kemampuan integrasi ke depan dari para pemasok, keberadaan
bahan baku pengganti, pentingnya volume unit usaha terhadap para
pemasok.d. Ancaman dari produk-produk pengganti,
Faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain harga atau
kualitas/kinerja dari produk pengganti, biaya pembelian dari para
pembeli, tingkat kecenderungan pembeli dalam mengganti produk yang
selama ini dibelinya.
e. Ancaman dari perusahaan atau pesaing yang baru masuk,Faktor
yang mempengaruhi hal ini antara lain hambatan untuk masuk ke
industry seperti jumlah modal yang diperlukan, akses ke saluran
distibusi, skala ekonomi, diferensi produk, kerumitan teknologi
dari proses produksi, tindakan yang dilakukan perusahaan yang sudah
ada dalam menghambat masuknya pemain baru, serta kebijaksanaan
pemerintah.
Pengaruh kelima komponen tersebut adalah sebagai berikut:
a. Semakin tinggi daya kekuatan kelima komponen tersebut maka
akan semakin berkurang profitabilitas suatu industry.
b. Bergantung pada daya kekuatan dari kelima komponen tersebut,
maka factor kunci masalah strategis yang dihadapi unit usaha akan
berbeda antara satu industry dengan industry lainnya.
c. Memahami sifat dasar dari daya kekuatan setiap komponen
tersebut akan membantu dalam menghasilkan strategi yang
efektif.
Ilustrasi mengenai lima factor yang mempengaruhi struktur
industry dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Industry Structure Analysis: Porters Forces Model
Analisis terhadap kelima komponen di atas merupakan langkah awal
dalam menentukan peluang dan ancaman yang ada di lingkungan
industry. Langkah berikutnya sebagai respon terhadap peluang dan
ancaman yang ada, serta dalam mengembangkan keunggulan bersaing,
menurut Porter ada dua cara:
a. Low cost,
Penekanan biaya dapat dilakukan dengan memperbesarv skala
produksi, pengendalian biaya yang ketat, penghemtan biaya, atau
pengaruh kurva pengalaman.
b. Differentiation, Membuat keunikan hasil produksi yang lebih
baik dan menarik dibandingkan dengan hasil produksi para
pesaing.
2. Value Chain Analysis
Suatu unit usaha dapat mengembangkan keunggulan bersaingnya
melalui pendekatan low cot atau differentiation atau kedua-duanya,
seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini:Basic for Competitive
Advantage
Superior
Relative
Differentiation
Position
Inferior
Superior Inferior
Relative Cost Position
Akan tetapi, keunggulan bersaing tidak dapat diperoleh dari
analisis pada tingkatn unit usaha secara keseluruhan. Value chain
analysis melakukan analisis dengan terlebih dahulu membagi
aktivitas suatu unit usaha secara keseluruhan ke dalam
aktivitas-aktivitas strategis dari masing-masing bagian dimulai
dari aktivitas penelitian dan pengembangan produk, aktivitas
produksi, aktivitas pemasaran dan penjualan, aktivitas logistic dan
pergudangan, aktivitas-aktivitas penunjang lainnya seperti
keuangan, sumber daya manusia, IT dll, seperti pada gambar dibawah
ini:Typical Value Chain for a Business
Support Activities: Finance, Human Resources, IT
Value chain analysis pada dasarnya adalah utntuk menentukan pada
bagian atau aktivitas yang mana yang masih dapat dikembangkan
keunikannya ataupu masih dapat diturunkn biayanya. Pada setiap
aktivitas yang memberikan nilai tambah, terdapat empat pertanyaan
kunci sebagai berikut:
1. Apakah kita masih dapat mengurangi biaya pada aktivitas ini
dengan tetap menjaga tingkat pendapatan?
2. Apakah kita masih dapat meningkatkan pendapatan melalui
aktivitas dengan tetap menjaga jumlah biaya yang dikeluarkan?
3. Apakah kita masih dapat mengurangi asset-aset pada aktivitas
ini dengan tetap menjaga biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang
dihasilkan?
4. Apakah kita dapat melakukan nomor 1, 2 dan tiga bersama-sama
sekaligus?
Dengan value chain analisis tersebut maka suatu unit usaha dapat
mengetahui peluang apa saja yang masih mungkin diperoleh dalam
meningkatkan keunggulan bersaing.
Bab. 2
Behavior in Organizations
PendahuluanSistem Pengendalian Manajemen mempengaruhi perilaku
manusia, dimana suatu SPM dapat dikatakan baik adalah jika dapat
mempengaruhi perilaku agar sesuai dengan tujuan bersama. Hal
tersebut diperlukan karena dapat memastikan bahwa tindakan individu
yang diambil dalam mencapai tujuan pribadi juga membantu dalam
mencapai tujuan organisasi.
Goal CongruenceGoal congruence adalah suatu kondisi dimana
tujuan pribadi dari masing-masing -individu yang ada di dalam suatu
organisasi sesuai atau mendukung tercapainya tujuan organisasi.
Goal congruence yang benar-benar sempurna antara tujuan individu
dengan tujuan organisasi tidaklah mungkin ada. Contohnya antaralain
bahwa para karyawan pada dasarnya menginginkan kompenasi
setinggi-tingginya yang dapat mereka peroleh sedangkan perusahaan
berusahan menekan sebisa mungkin biaya gaji untuk meningkatkan
profit atau gaji tinggi bisa dibayarkan jika memang tidak
menpengaruhi tingginya profit yang direncanakan. Sistem
pengendalian yang memadai setidak-tidaknya tidak mendorong
individu-individu untuk bertindak berlawanan dengan kepentingan
perusahaan. Evaluasi praktek sistem pengendalian terdapat dua
pertanyaan penting sehubungan dengan goal congruence ini yaitu:
1. Tindakan apa yang memotivasi individu-individu untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan kepentingan pribadi mereka
sendiri?
2. Apakah tindakan tersebut sesuai dengan kepentingan
perusahaan?
Faktor-faktor Informal yang Mempengaruhi Goal Congruence
Baik sistem formal maupun proses Informal akan mempengaruhi
perilaku manusia di dalam suatu organisasi, akibatnya akan
mempengaruhi tingkatan goal congruence yang dapat dicapai.. Agar
strategi yang telah ditentukan dapat dilaksanakan secara efektif
maka mekanisme formal haruslah konsisten dengan mekanisme informal.
Faktor-faktor informal tersebut yaitu:1. Faktor dari Luar,faktor
yang eksternal yang terpenting adalah norma-norman berperilaku yang
ada pada masyarakat sekitar dimana organisasi berada.2. Faktor dari
Dalam, antara lain:
a. Budaya,
Kepercayaan atau keyakinan bersama, nilai-nilai, norma
berperilaku, ataupun pandangan-pandangan yang diterima dan
diberlkukn di dalm organisasi.
b. Gaya manajemen,
Para manajer mempunyai gaya yang berbeda-beda, ada yang
karismatik dan ramah, ada yang sangat bersemangat , ada yang senang
turun kelapangan dan senang berdiskusi, ada yang sering di dalam
ruang kantor dan hanya menerima laporan tertulis dan lain-lain.
c. Organisasi Informal,
struktur organisasi yang menggambarkan wewenang dan tanggung
jawab setiap manajer merupakan garis hubungan yang formal antara
atasan, bawahan maupun dengan manajer yang setingkat. Akan tetapi,
terdapat hubungan yang informal diantara para manajer tanpa melihat
wewenang, tugas dan tanggung jawab, seperti hubungan pertemanan
karena berada pada satu klub olah raga, klub social atau pun sesama
jemaah di masjid, dan lain-lain. d. Persepsi dan komunikasi,
Kebijakan ataupun arahan dari pimpinan perusahaan diberitahukan ke
seluruh bagian dan karyawan melalui saluran komunikasi yang formal
seperti surat edaran, surat keputusan, anggaran, surat tugas,
bulletin, papan pengumuman dan lain-lain. Diluar itu, terdapat
saluran komunikasi yang informal seperti percakapan-percakapan
diantara para karyawan sehari-hari, rumor, ngerumpi dan lain-lain
yang dapat memperjelas informasi yang disampaikan secara formal
atau juga dapat membuat bias.
Sistem Pengendalian Formal Sistem pengendalian formal terdiri
dari dua tipe yaitu sistem pengendalian manajemen itu sendiri dan
aturan-aturan (rules). Rules diartikan sebagai segala instruksi
formal termasuk job description, prosedur operasi standard, manual
atau tata cara operasi, aturan etik, larangan-larangan atau
peringatan-peringatan dan lain-lain. Jenis-jenis aturan antara lain
sebagai berikut: 1. Physical Control,
antara lain satuan pengamanan, gudang yang harus dikunci, kamera
pengawas, tanda pengenal, seragam, password untuk mengakses
computer atau untuk memasuki ruangan dan lain-lain.
2. Manuals,adalah aturan-aturan, instruksi-instruksi ataupun
larangan-larangan yang tertulis.
3. System Safeguards,adalah pengamanan untuk memastikan bahwa
segala informasi yang masuk mealalui sistem benar-benar tepat dan
untuk mencegah adanya kecurangan, contohnya: pembubuhan tandatangan
pada dokumen untuk menyatakan persetujuan, pengecekan silang antara
jumlah total dengan rincian, pemishan tugas, penghitungan uang atau
aktiva lainnya secara berkala termasuk pemeriksaan oleh internal
auditor maupun eksternal auditor.4. Task Control Systems,
adalah suatu sistem yang memastikan bahwa tugas-tugas tertentu
dilaksanakan secara efisien dan efektif.
Proses Pengendalian FormalGambar dibawah ini menjelaskan alur
proses pengendalian:The Formal Control Process
Reward(feedback)
Yes
No
Revise
Revise Corrective Measurement
Action
Feedback
Communication
Tahap pertama adalah mengimplementasikan goal and strategies
pada strategic Plan. Kemudian strategic plan yang sudah ditentukan
dijabarkan kedalam annual budgeting yang berfokus pada pendapatan
dan biaya pada masing-masing pusat tanggung jawab (responsibility
centers). Masing-masing Responsibilities Centers kemudian akan
melaksanakan budgeting yang telah ditentukan dengan arahan Rules
dan Other Information. Hasil atau performance dari responsibilities
center harus dilaporkan dan kemudian dinilai serta dibandingkan
dengan rencana (report actual vs. plan). Jika hasilnya memuaskan
maka informasi tersebut dikirimkan ke responsibility centers
sebagai feedback sedangkan jika hasilnya tidak memuaskan maka
informasi ini akan dikirimkan kembali baik ke proses strategic
planning mupun ke proses budgeting untuk dilakukan revisi serta ke
responsibility centers untuk dikoreksi.Tipe OrganisasiStrategi
perusahaan mempunyai pengruh terhadap struktur perusahaan, dimana
kemudian tipe dari struktur perusahaan akan mempengaruhi sistem
pengendlian manajemen. Pada dasarnya terdapat tig macam struktur
perusahaan, yaitu:
1. A functional structure,
Suatu struktur perusahaan dimana setiap manajer bertanggung
jawab atas suatu fungsi yang ada di perusahaan, antara lain fungsi
pembelian, fungsi produksi, fungsi pergudangn. fungsi pemasaran,
fungsi keuangan dam lain-lain.
Ide dasar dari struktur ini adalah spesialisasi, dimana para
manajer yang memimpin suatu fungsi peruhaan harus mempunyai
keahlian khusus sesuai dengan yang dibutuhkan fungsi terebut.
Misalnya: fungsi pemasaran akan dipimpin oleh manajer yang ahli dan
sudah berpengalaman dibidang pemasaran.Oleh karena itu, kelebihan
dari struktur ini terletak pada efisiensi.
Kelemahan dari struktur ini antara lain:
a. Oleh karena kontribusi masing-masing fungsi terhadap kinerja
perusahaan tidak dapat diidentifikasikan dengan jelas, maka kinerja
dari masing-masing fungsi terhadap laba perusahaan juga tidak dapat
diukur. b. Oleh karena masing-masing fungsi hanya dikaitkan secara
langsung terhadap CEO dan tidak ada kaitan atau saluran komunikasi
antara satu fungsi dengan fungsi lainnya maka jika ada masalah
antara satu fungsi dengan fungsi yang lain harus diselesaikan di
tingkst CEO. Hal ini memerlukan waktu yang cukup lama.c. Tidak
dapat direapkan pada suatu perusahaan yang mempunyai diversifikasi
produk dan pasar.d. Menimbulkan adanya kotak-kotak diantara
fungsi-fungsi yang ada sehingga membatasi adanya koordinasi silang
diantara mereka, seperti msaalah pengembangan produk.Gambar
struktur organisasi fungsional adalah sebagai berikut:
Functional Organization
2. A business unit structure,
Suatu struktur perusahaan dimana setiap manajer bertanggung
jawab atas sebagian besar atau seluruh aktivitasaktivitas suatu
unit tertentu yang ada di perusahaan dimana unit tersebut berfungsi
sebagai bagian yang semi independen dari perusahaan.
Bentuk struktur unit usaha ini dirancang untuk mengatasi masalah
pada organisasi yang berbentuk struktur fungsional. Suatu unit
usaha , yang biasa disebut juga suatu divisi, bertanggung jawab
atas seluruh fungsi yang terlibat dalam proses produksi dan
pemasaran suatu jenis produk tertentu. Para manager suatu unit
usaha bertindak seolah-olah unit usahanya terpisah dari perusahaan
secara keseluruhan.Dengan struktur seperti ini, kinerja para
manajer unit dapat dihitung dari profitabilitas dari unitnya
masing-masing. Keuntungan lainnya adalah bahwa unit usha ini
merupakan latihan dasar bagi para manajernya bertindak sebagai
general manajer. Kelebihan lainnya adalah bahwa dengan struktur
unit usaha ini akan lebih mendekatkan pada pasar.
Kelemahannya berupa adanya duplikasi fungsi atau kerja yang
sebenarnya telah dilakukan oleh kantor pusat. Selain itu,
sedilitnya pasokan specialist pada suatu fungsi tertentu atau suatu
unit usaha tidak dapat menarik para ahli atau specialist
tertentu.
Gambar struktur organisasi fungsional adalah sebagai
berikut:
Business Unit Organization
3. A matrix structure,
suatu struktur perusahaan dimana setiap manajer bertanggung
jawab tidak hanya pada satu fungsi tetapi pada beberapa atau semua
fungsi yang ada di perusahaan. (mengeni struktur matriks ini akan
dibahas di chapter 16).
Gambar struktur organisasi matrix adalah sebagai berikut:
Matrix Organization
Function of the ControllerController adalah sebutan bagi orang
atau pihak yang bertanggung jawab untuk merancang dan
mengoperasikan sistem pengendalian manajemen. Biasanya, di dalam
banyak organisasi, sebutan untuk orang seperti ini adalah CFO, the
chief financial officer.
Fungsi yang dilakukan oleh controller antara lain sebagai
berikut:
1. Merancang dan mengoperasikan sistem informasi dan
pengendalian.
2. Menyiapkan laporan keuangan dan laporan tahunan bagi para
pemegang saham maupun para pengguna lainnya di luar perusahaan.
3. Menyiapkan dan menganalisis laporan kinerja ,
menginteprestasikan laporan ini bagi para manajer dan menganalisis
program dan anggaran yang diajukan dari berbagai segment di dalam
perusahaan dan mengkonsolidasikannya ke anggaran tahunan secara
keseluruhan.
4. Mengawasi audit internal dan prosedur pengendalian akuntansi
untuk memastikan keabsahan informasi, menciptakan sistem pengamanan
yang memadai guna mencegah terjadinya pencurian maupun kecurangan,
dan melakukan audit operasional.
5. Mengembangkan para pegawai di bagian controller dan
berpertisipasi dalam pendidikan para pegawai lainnya yang
berhubungan dengan fungsi controller.
Hubungan Controller dengan Lini Organisasi Fungsi dari
controller adalah sebagai staf. Controller bertanggung jawab
merancang dan mengoperasikan sistem dalam mengumpulkan dan
melaporkan informasi, tetapi penggunaan informasi yang dihasilkan
adalah tanggung jawab manajemen lini. Controller tidak membuat
keputusan atau mendorong suatu pengambilan keputusan yang dilakukan
manajemen lini.Controller juga memainkan peranan penting dalam
menyiapkan perencanaan strategis maupun anggaran. Mereka sering
diminta untuk mempertajam keakuratan laporan keuangan dan untuk
meminta perhatian manajemen lini agar ikut memberikan masukan.
Controller pada Unit Usaha Controller pada unit usaha tidak dapat
dipungkiri telah membagi loyalitas mereka. Di satu sisi mereka
mempunyai kesetiaan terhadap controller perusahaan, yang
bertanggung jawab terhadap seluruh operasi sistem pengendalian
perusahaan dan di sisi lain mereka juga bertanggung jawab terhadap
manajer unit usaha.
Ada dua jenis hubungan antara controller unit usaha dengan
controller perusahaan, yaitu:
1. Dotted Line Relationship,
yaitu controller unit usaha melapor kepada manajer unit usaha.
Manajer unit usaha berwenang untuk mempekerjakan, melatih,
menggaji, serta memberi promosi kepada controller tanpa campur
tangan perusahaan atau dengan kata lain bahwa manajer unit usaha
adalah boss nya si controller.Kelemahan: adanya kemungkinan si
controller tidak melaporkan dengan sesungguhnya anggaran dan
kinerja unit usaha kepada senior manajer (manajer perusahaan). 2.
Solid Line Relationship,
yaitu controller unit usaha melapor secara langsung kepada
controller perusahaan atau controller perusahaan merupakan boss
dari controller unit usaha.
Kelemahan: manajer unit usaha menggangap si controller sebagai
mata-mata dari kantor pusat.
Bab. 3
From Understanding Consumer Behavior
to Testing Category Strategies
Penulis
: Maureen Johnson
Nama Jurnal: Journal of the Market Research Society
Vol. Journal: 41
Tahun
: 1999
Halaman: 259 - 288
Abstraksi
Manfaat dari Category Management bagi suatu organisasi pemasok
akan maksimal jika ada strategi purchase marketing yang pada
dasarnya adalah menggunakan toko-toko sebagai media pemasaran,
antara lain berupa penempatan produk di rak-rak penjualan suatu
toko pada posisi yang menguntungkan, penentuan harga, jalur
komunikasi, dan program promosi. Paper ini menggarisbawahi berbagai
macam pendekatan penelitian yang digunakan pada Category Management
dan mendiskusikan perkembangan dari purchase marketing pada
beberapa konteks yang berbeda, dengan mempelajari kasus yang
diambil dari areal geographis pemasaran yang berbeda- mulai dari
Brazil sampai Kanada dan sampai UK. Paper ini menjelaskan bagaimana
para pabrikan dapat sukses mengembangkan suatu strategi alternative
dalam mengelola merk dagang mereka dibawah tekanan dari para
pedagang-pedagang ecera (retailer) untuk member diskon harga.
Efficient Consumer Response (ECR ) Sejak diperkenalkan pada
tahun 1992, Efficient Consumer Response (ECR) telah berkembang
secara cepat menjadi suatu gerakan global dari industry
barang-barang konsumsi (consumer goods). Pada intinya, di dalam ECR
terdapat empat strategi kerjasama antara pemasok dengan pengecer.
Keempat strategi tersebut adalah:
1. Efficient replenishment,Efisiensi dalam mengganti atau
mengisi kembali barang-barang dagangan, yang dilakukan oleh suatu
sistem yang terintegrasi yang menghubungkan konsumen, toko-toko
pengecer, pusat distribusi eceran, dan pemasok
2. Efficient promotion,Efisiensi dalam mempromosikan barang
dagangan. dengan berfokus pada kegiatan promosi si pemasok.
Strategi promosi yang dilakukan adalah menciptakan bauran terbaik
dari promosi yang berorientasi pada consumer dengan berdasarkan
permintaan konsumen secara keseluruhan dan permintaan konsumen pada
masing-masing toko pengecer, dan memastikan manfaat dari kegiatan
operasi ini berupa penurunan tingkat persediaan. 3. Efficient store
assortment, Efisiensi dalam memillih jenis-jenis barang yang dijual
di toko-toko sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
4. Efficient product introduction, Efisiensi dalam
memperkenalkan produk-produk baru kepada para konsumen, dengan
lebih menekankan pada produk-produk baru yang memang dibutuhkan
konsumen dan yang biaya produksinya lebih rendah berdasarkan data
kebututuhan-kebutuhan konsumen yang belum dapat dipenuhi atau baru
sebagian dipenuhi.
Diharapkan, baik efisiensi maupun penghematan biaya yang
dihasilkan oleh ECR, dapat secara signifikan meningkatkan kinerja
dari kerjasama antara pengecer dan pemasok. Hal ini berarti
meningkatkan kemampuan untuk memasarkan barang dan jasa yang dapat
memenuhi perubahan tingkat kebutuhan konsumen yang cepat dimana
pada akhirnya akan memberikan keunggulan bersaing. Hal ini semua
yang menyebabkan Category Management muncul.
Tabel yang menggambarkan keempat strategi dasar dari ECR adalah
sebagai berikut:
Category ManagementManajemen kategori adalah suatu konsep
penentuan jenis-jenis barang yang akan dibeii dan dijual oleh para
retailer-supplier sesuai dengan tingkat kebutuhan konsumen, dengan
demikian pengetahuan mengenai konsumen sangat penting. Pengetahuan
mengenai konsumen dilakukan dengan melakukan penelitian pasar yang
terinci hingga tingkat jenis barang, sehingga pemasok dapat
mengetahu jenis barang yang harus disediakan bagai para
retailer.
Manfaat dari Category Management bagi pemasok akan maksimal jika
ada strategi purchase marketing, yaitu menggunakan toko-toko
retailer sebagai media pemasaran, antara lain berupa penempatan
produk di rak-rak penjualan suatu toko pada posisi yang
menguntungkan, penentuan harga, jalur komunikasi, dan program
promosi. Meskipun penataan barang-barang yang dijual sepenuhnya hak
dari para pemilik toko, tetapi para pemasok mempunyai argumentasi,
pendapat atau saran yang patut didengar oleh para pengecer mengenai
penempatan barang-barang yang dijual untuk menarik perhatian
konsumen agar mau membeli, dimana pada akhirnya akan memberikan
kepuasan baik bagi pengecer maupun pemasok. Meskipun banyak
perusahaan sudah mulai menerapkan konsep CM ini, tetapi masih ada
suatu hal yang harus menjadi perhatian, yaitu membangun kepercayaan
diantara pengecer dan pemasok dalam menggabungkan tingkat
permintaan konsumen dimana retailer dan pemasok telah sepakat untuk
bekerjasama dalam pemasarannya. Banyak pengecer dn pemasok yang
sudah sepakat melakukan kerjasama pemasaran tetapi gagal
dikarenakan tidak adanya kepercayaan satu sama lain, saling
mencurigai atau tidak loyal terhadap kesepakatan yang telah
dibuat.
Pemain Global dan Manajemen Kategori. Pengenalan terhadap CM di
Brazil, dimulai dari pemain global seperti Coca Cola, Gessy Lever,
Colgate, P&G, yang kemudian dilanjutkan oleh pengecer local,
seperti Pao de Acucar, Candia atau ABRAS. Mereka merupakan contoh
mereka yang sukses menerapkan CM. Dimulai dengan hanya dua pengecer
dan tiga pabrikan yang terlibat di tahun 1996, sekarang sudah
menjadi 30 pengecer (mewakili 18% pasar) dan 15 pabrikan yang sudah
ikut dalam inisiatif CM ini. Hal ini didorong oleh beberapa hal
yaitu:
1. Tekanan dari para pengecer international, seperti Carrefour,
Wal-Mart, Ahold, yang memasuki persaingan para retailer di
Brazil.2. Penghematan biaya pada rantai pasokan mulai menjadi suatu
hal yang kritis terutama dalam menghadapi tingkat inflasi yang
tinggi di Brazil.3. Para pengecer mulai berubah dari budaya membeli
(kulakan) ke budaya menjual.4. Permintaan konsumen yang lebih
banyak menjadi hal yang kritis di titik-titik poin penjualan.5.
Kebutuhan para retailer untuk menjual lebih banyak jenis barang
yang berbeda-beda sebagai upaya untuk meningkatkan
persaingan.Manajemen Kategori dan Pemasaran PembelianCM adalah
suatu alat dalam mengembangkan strategi purchase marketing yang
terbaik bagi satu jenis barang eceran dalam memenuhi kebutuhan para
konsumen dan dalam menentukan pendekatan terbaik untuk mempengaruhi
pemasaran jenis barang tersebut. Hal terpenting adalah adanya suatu
pemahaman mengenai pentingnya purchase environment secara relative
terhadap pre purchase environment untuk jenis barang tersebut.
Pre purchase environment adalah termasuk salah satu alat
pemasaran yang dapat mempengaruhi pemilihan merek-merek tertentu
oleh seorang konsumen sebelum dia pergi ke toko untk membeli. Pre
purchase environment antara lain seperti rancangan produk maupun
pengepakannya, pengiklanannya, maupun promosi secara langsung ke
konsumen. Purchase environment merupkan alat pemasaran yang berada
di dalam toko, seperti rak-rak pembelian, ruang pamer, komunikasi
seperti majalah toko, dan promosi-promosi yang dilakukan di dalam
toko. Para pemasok juga berusaha untuk mempengaruhi konsumen
melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam toko. Oleh karena
itu, para pemasok juga harus mengetahui bagaimana menggunakan
alat-alat yang tersedia di dalam toko guna mempengaruhi
konsumen.serta harus mengetahui perilaku konsumen di dalam toko
sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian.Data scan pengecer
dapat memberikan data per jenis penjualan dengan analisis yang
dapat mengetahui pengaruh terhadap pembelian dari perbedaan
strategi harga, perbedaan promosi dn perbedaan tata letak rak-rak
penjualan. Data panel consumer dapat memberikan informasi berharga
mengenai perilaku membeli, baik terhadap keseluruhan produk maupun
terhadap suatu produk khusus.
Gambar di bawah ini menjelaskan mengenai pengelolaan perilaku
membeli :
Mendefinisikan CategoriApakah yoghurt merupakan suatu kategori
atau sub kategori dari makanan pencuci mulut, apakah sajakah yang
termasuk ke dalam kategori snak, kategori produk rambut antara lain
sampo, conditioner, dan sebagainya. Pendefinisian kategori suatu
produk biasanya dilakukan oleh pengecer dengan saran dan dukungan
dari pemasok.
Salah satu cara mendefinisikan suatu produk adalah dengan
menanyakan secara langsung pendapat konsumen mengenai kategori dari
produk yang dibagikan ke mereka.
Kategori Proses MembeliPengertian proses membeli adalah
berkaitan dengan empat hal sebagai berikut:
1. Bagaimana seseorang tertarik untuk membeli produk kita?
2. Mengapa seseorang membeli produk kita?
3. Kapan seseorang membeli produk kita?
4. Dimana seseorang akan membeli produk kita?
Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Penelitian dapat dilakukan terhadap konsumen yang akan menjadi
target pemasaran, yang biasanya mengacu pada keempat pertanyaan
tersebut. Memahami Dinamika didalam Toko
Lingkungan toko pengecer sangat mempengaruhi keputusan konsumen
untuk membeli suatu kategori produk. Oleh karena itu, sangatlah
penting untuk memahami dinamika lingkungan suatu toko yang
mendukung penjualan suatu kategori produk. Misalkan di toko buku,
suasana dibuat tenang dan nyaman agar pembeli mau melihat buku-buku
yang lainnya, mekipun buku yang memang direncanakan untuk dibeli
telah diperoleh.
Mengetahui Perilaku Membeli Terhadap Suatu Merk Untuk mengetahui
perilaku konsumen terhadap suatu merk tertentu dapat dilakukan
dengan menanyakan secara langsung beberapa konsumen pada beberapa
tempat penjualan,. Pertanyaan difokuskan pada pengaruh kegiatan
pemasaran, seperti diskon, promosi atau kenaikan harga terhadap
keputusan membeli suatu kategori barang tertentu. Dengan demikian
akan diketahui kekuatan dan kelemahan merk suatu produk yang sangat
diperlukan dalam menentukan strategi pemasaran poduk tersebut.
Studi Kasus di BrazilPenelitian terbaru mengenai kategori produk
kebutuhan rumah tangga di Brazil menunjukan bahwa sebagian besar
perilaku konsumen terhadap kategori poduk ini sangat setia, yaitu
mencapai 53%. Para pemilik merk terkenal banyak memperoleh
keuntungan pada situasi seperti ini. Dengan sedikit kegiatan
promosi, para konsumen akan memilih membeli produk mereka, bahkan
jika di suatu toko tidak ada produk ini maka konsumen akan mencari
di toko lainnya. Strategi pemasaran dari produk ini terutamanya
adalah menjamin adanya produk ini di semua toko dan sepanjang
waktu.
Perilaku konsumen yang membeli secara selective berdasarkan
harga yang ditawarkan menempati urutan kedua yaitu sebesar 31%.
Mereka ini akan memilih produk yang menawarkan harga yang terbaik
dari beberapa merk tertentu ketika mereka berbelanja di toko.
Konsumen yang memilih produk merk apa saja asal menawarkan diskon
atau promosi menepati urutan terakhir yaitu sebesar 16%. Jika
dibuat diagram, maka porsi komposisi tiga macam perilaku konsumen
di Brazil terhadap produk kebutuhan rumah tangga adalah sebagai
berikut:
Kondisi di Kanada (sebagai perbandingan)
Kondisi di Inggris
KesimpulanSejak menulis paper mengenai CM bagi Kongres di Turki
2 tahun lalu, Research International telah melihat pertumbuhan yang
hebat atas riset mengenai masalah CM ini. Ketika para pemain global
sedang memimpin industri ini, penelitian mengenai CM sedang
dilakukan di seluruh dunia, dari Amerika ke Scandinavia dan dari
Brazil ke Bangkok dan diperkirakan akan terus tumbuh dan
berkembang. Agar riset mengenai hal ini dapat menjadi suatu alat
yang berguna maka sangatlah penting untuk melakukan standarisasi
khususnya jika akan digunakan melewati batas negara oleh
perusahaan-perusahaan multinasional yang ingin membandingkan hasil
penelitian di negara-negara lain. Akan tetapi juga perlu
memperhatikan adanya pendekatan yang fleksibel untuk mengatasi
adanya perbedaan dinamika , baik pada kategori produk itu sendiri,
pada usaha-usaha pengecer, dan terutama usaha-usaha klien kita.
Akan tetapi yang terpenting dri semua itu adalah bahwa klien
kita sebagai penerima akhir hasil riset kita menginginkan adanya
arahan bagaimana temuan-temuan tersebut dapat diterapkan, terutama
untuk kasus penelitian yang lain dari sebelum-sebelumnya. Adalah
sangat penting bagi tim proyek penelitian untuk memahami bagaimana
lingkungan pengecer dan POP (Point of Purchase) bekerja, dan
mengenali lebih mendalam akan hal tersebut dikaitkan dengan konteks
kategori dari lingkungan pengecer dimana tim ini bekerja.
Untuk kedepannya, kita sudah menemukan bahwa para peneliti
sedang diminta untuk bergerak dari studi kategori menuju data
perusahaan dari sumber-sumber yang lain sebagai dasar rekomendasi
CM baik yang umum maupun yang khusus. Bab. 4Southwest Airlines
Corporation- a case study
Memasuki Januari 2005, yang merupakan akhir tahun buku Southwest
Airlines Corporation (Southwest), menorehkan catatan atas
pencapaian rekor 32 tahun profitabilitas berturut-turut yang tidak
dapat dilakukan oleh perusahaan penerbangan manapun. Southwest
merupakan perusahaan yang bergerak dibisnis pelayanan transportasi
udara yang didirikan di Texas pada 18 Juni 1971, dimulai dengan 3
unit pesawat Boeing 737 yang melayani jasa pengangkutan udara di
tiga kota, Dallas, Houston dan San Antonio. Dimana pada tahun 2004,
Southwest telah berkembang dengan memiliki 417 pesawat Boeing 737
dan menyediakan layanan transportasi udara ke 60 bandara udara yang
ada di 31 negara bagian di USA. Southwest merupakan perusahaan
transportasi udara yang bertahan pada konsep nations low-fare
(tariff nasional yang rendah) dan mengutamakan kepuasan
pelanggan.
Southwest memiliki struktur biaya operasi paling rendah dalam
industri penerbangan domestik dan secara konsisten menawarkan biaya
yang simple dan murah (low-rate). Pada tahun 2004, perusahaan
mempunyai 31.000 karyawan dan menghasilkan pendapatan operasi
sebesar $6,5 miliar dari factor penumpang terisi sebesar 69,5%.
Southwest juga diakui oleh majalah Fortue sebagai the most admired
airlines in the world dan diantara perusahaan-perusahaan lainnya di
seluruh industriyang ada, Southwest menjadi perusahaan nomor 5 dari
daftar 10 perusahaan yang paling mengagumkan. Sementara itu, sejak
2002, majalah Business Ethics memasukkan Southwest dalam daftar 100
Best Corporate Citizens. Pada tahun 2005, The American Customer
Satisfaction Index (ACSI) mengakui Southwest sebagai pemimpin
industry penerbangan dalam masalah kepuasan pelanggandan majalah
Inside Flyer memberikan penghargaan kepada Southwest atas best
Customer Service, best bonus promotion dan best awardredemption di
tahun 2004.Perbedaan pada Southwest
Dalam operasionalnya, Southwest tidak menggunakan pendekatan
yang digunakan oleh perusahaan penerbangan besar lain seperti
United, American, dan Delta, atau menggunakan pendekatan hub and
spoke, namun mereka menggunakan pendekatan short haul, medium haul
dan point-to-point. Southwest juga tidak memberikan tempat duduk
yang telah dijatahkan, membayar karyawannya sesuai trayek dan
menggunakan bandara yang kurang padat. Sebanyak 60% dari penumpang
Southwest menggunakan layanan website, melakukan reservasi online
melalui southwest.com. Situs tersebut juga diberitakan merupakan
website airline nomor satu dari jumlah pendapatan yang
dihasilkan.Southwest konsisten untuk meningkatkan efisiensi dan
sebisa mungkin melakukan cost saving dari kegiatan operasional yang
ada. Pada tahun 2004, Southwest mereview 225.895 lamaran untuk
menjadi pegawai dan menerima lamaran serta mempekerjakan 1.706
karyawan baru. Proses penerimaan karyawan sedikit unik, yaitu para
pekrerja Southwest sendiri yang akan menyaring calon pegawai dan
melakukan wawancara sesuai dengan fungsi serta tanggung jawab
mereka , misalnya: pilot akan menyaring dan mewawancarai calon
pilot, atau petugas pintu gerbang akan menyaring petugas pintu
gerbang. Hal ini bertujuan untuk lebih memahami apa yang dicari
oleh perusahaan yang harus dipenuhi calon pegawai. Southwest
melakukan perekrutan atas dasar sikap (attitude) selaras dengan
kecerdasan.
Southwest memulai rencana bagi hasil pertama dalam industry
perusahaan penerbangan pada tahun 1974 dan menawarkan bagi hasil
kepada karyawannya setiap tahun sejak itu. Melalui rencana ini,
karyawan memiliki sekitar 10% dari saham perusahaan. Pada tahun
2003, Southwest menawarkan kepada karyawannya sebuah pencapaian
$126 juta dalam bagi hasil.
Data kinerja keuangan Southwest dibandingkn dengan perusahaan
penerbangan lainnya dapat dilihat ]ada table dibawah ini:EXHIBIT
1Comparative Financial Data on Selected Companies
Five-Year Average: 1999-2004
SouthwestUnitedAmericanDeltaJetblue
Return On Equity (percentage)10.91NANA-85.33NA
Sales Growth (percentage)6.64-1.88-1.141.01NA
2004 Data
Sales ($B)6.516.414.318.61.3
As percentage of sales:
Cost of goods sold68.877.398.181.163.3
Gross Margin29.222.71.918.933.5
Operating Income8.5-5.2-23.3-0.89.0
Net Income4.8-10.5-36.4-4.13.8
Return on equity (percentage)6.6NANANA5.3
Fokus
Fokus dalam kasus ini adalah penerapan strategi yang dilakukan
oleh Southwest yang berbeda dengan perusahaan penerbangan yang
lainnya, dimana dalam kasus ini dijelaskan perbedaan strategi yang
dilakukan oleh Southwest dalam menjalankan usahanya dengan
perusahaan penerbangan yang lainnya.
Jawaban:
1. Apakah strategi yang digunakan oleh Southwest? Apakah basis
yang digunakan sebagai landasan untuk membangun keunggulan
kompetitifnya?
Strategi yang dilakukan ialah strategi unit bisnis dimana
Southwest menekankan pada bagaimana perusahaan akan tetap dapat
bersaing dalam pasar dengan perusahaan-perusahaan penerbangan
lainnya.
Basis yang digunakan ialah diferensiasi dimana perusahaan
melakukan diferensiasi penawaran produk yang dihasilkan oleh unit
bisnis sehingga menciptakan sesuatu yang dipandang oleh pelanggan
sebagai sesuatu yang unik danbasis biaya rendah ialah penekanan
atau peminimalisasian biaya.
2. Bagaimana sistem pengendalian Southwest membantu melaksanakan
strategi perusahaan?
Sistem pengendalian Southwest dapat dikatakan membantu
melaksanakan strategi perusahaan, hal ini dapat dijelasakan dari
penerapan sistem pengendalian yang menghantarkan Southwest menjadi
perusahaan penerbangan tersukses di Amerika Serikat sebagai contoh
sistem perekrutan karyawan yang benar-benar paham tentang
posisinya, yang akan meningkatkan mutu dari karyawan, dan menjaga
kenyamanan pelanggan Southwest.
Environmental Analysis
Competitor
Customer
Supplier
Regulatory
Social/ Political
Internal Analysis
Technology know how
Manufacturing know how
Marketing know how
Distribution know how
Logistic know how
Opportunities & threats
Identify opportunities & Threats
Strengths & weakness
Identify core competencies
Fix internal competencies with external opportunities
Firms Strategies
Star
Hold
Question mark
Build
Dog
Divest
Cash Cow
Harvest
Winners Question marks
Winners
Winners
ProfiP
Profit ProducersLosers
Losers
Average Business
Lossers
Invest/
Grow Selectively
(Build)
ProfiP
Invest/
Grow Selectively
(Build)
Invest/
Grow Strongly
(Build)
Harvest/
Divest
Earn/ Protect
(Hold)
Harvest/
Divest
Earn/ Protect
(Hold)
Dominate/
Delay/
Divest
Harvest/
Divest
New Entrants
Suppliers
Industry
Competitors
Customers
Subtitutes
Differentiation
Advantege
Cost-cum
Differentiation
Advantage
Stuck-in-
the -Middle
Low cost
Advantage
Product Development
Manufacturing
Marketing and
Sales
Service/
Logistic
Goal and
Strategies
Rules
Other
Information
Strategic
Planning
Budgeting
Respon-
Sibility
Centers
Peformanceceee
Report
Actual
Vs.
Plan
Was per-
Formance
Satisfac-tory?
Chief Executive Officer
Staff
Staff
Staff
Manufacturing
Manager
Marketing
Manager
Manager
Plant 1
Manager
Plant 2
Manager
Plant 1
Manager
Region A
Manager
Region B
Manager
Region C
Chief Executive Officer
Staff
Manager
Business Unit Y
Manager
Business Unit X
Staff
Staff
Markeitng
Manager
Plant
Manager
Plant
Manager
Markeitng
Manager
Markeitng
Manager
Plant
Manager
Manager
Business Unit Z
Staff
Project X
Manager
Chief Executive Officer
Staff
Project X
Manager
Function A
Managerr
Project Y
Manager
Function B
Managerr
Function C
Managerr