DALAM MENCAPAI KESUKSESAN, terkadang kita harus cukup fleksibel dengan adanya perubahan. Malah seringkali kitalah yang harus mengadakan perubahan tersebut. Begitulah setidaknya langkah yang dilakukan oleh desainer muda, Alvin Tjitrowirjo dalam mengubah jalur dari cita-citanya yang semula menjadi car designer hingga kini menjadi seorang product designer. Namun nampaknya ini merupakan keputusan yang tepat, karena akhirnya Alvin pun ‘jatuh hati’ pada bidang interior selama masa pendidikannya di Industrial Design di Universitas RMIT, Melbourne. Semenjak itu ia telah menghasilkan produk-produk inovatif yang merupakan paduan material tradisional dan modern, nostalgia masa lalu serta inspirasi masa depan dalam bentuk yang mudah dicerna dan tidak rumit. Sentuhan retro-futuristik dan avant-garde juga terlihat pada kombinasi penggunaan materi tradisional dengan materi industrial seperti alumunium, baja tahan-karat, kayu hingga rotan. Hasil-hasil karyanya pun banyak mendapatkan sorotan, bahkan di saat ia masih menjalankan studinya. Misalnya Snug, sebuah kursi bahan fiberglass dan kulit yang sekilas terlihat seperti furnitur luar angkasa, namun begitu Anda mendudukinya, ada suatu perasaan homey dan innocent. Pada pengilustrasian produk tersebut, bisa dilihat Alvin yang sedang duduk santai sambil mengangkat satu kakinya di atas kaki lainnya, yang menurutnya, “Bukankah ini kebiasaan duduk orang Indonesia, walaupun dalam ruang kursi yang sangat sempit sekalipun? Jadi, mengapa tidak membuat kursi yang memang nyaman untuk posisi tersebut?” ujarnya jenaka. Ternyata Snug yang berawal dari kebiasaan sehari-hari ini menarik perhatian negara luar, di mana furnitur bergaya retro-futuristik ini pernah dipajang pada pameran Melbourne Design-EX dan ikut dalam acara desain Launch Pad Exhibition di Melbourne Museum dan berhasil menjadi salah satu favorit dari lima besar pilihan juri. Sekembalinya ke tanah air, desainnya pun menarik perhatian beberapa pihak di mana pada bulan Juni 2006, pameran pertamanya berjudul “alvin+volvo” berhasil disponsori oleh perusahaan mobil keluaran Swiss ini. Bukan hanya dunia otomotif, desainer busana Sally Koeswanto pun pernah mengajaknya bekerjasama untuk pagelaran fesyennya tahun lalu. Dan yang terakhir, pameran di Vastuhome, bertajuk Mi Casa Su Casa memperlihatkan koleksi furniturnya seperti rak buku, lampu meja, kursi hingga meja yang ideal untuk hunian modern. Apakah menjadi seorang desainer produk sudah menjadi cita- cita Anda sejak dulu? Menggambar memang sudah menjadi hobi dari kecil dan obyek yang paling saya sukai adalah mobil. Ditambah dengan melihat profesi ayah di sebuah perusahaan otomotif membuat saya ingin menjadi seorang car designer. Saya menyukainya karena desain otomotif bersifat ergonomis, selain mengandung unsur style dan trend. Tapi setelah melakukan survei dan pertimbangan, saya menyadari bahwa rata-rata desainer yang sukses mengawali langkahnya dari product designer, juga untuk bisa menjadi se- orang car designer diperlukan jalan yang sangat panjang. Karena itu akhirnya saya coba mempelajari ilmu desain yang global dengan mengambil kelas Industrial Design di Universitas RMIT, Melbourne. Dari sana rupanya saya menemukan ketertarikan dalam bidang ini, ditambah saya melihat prospek yang bagus dalam dunia product design. Kegiatan Anda sepulang ke sini? Mengerjakan beberapa proyek kerjasama dengan arsitek dan mengajar paruh waktu di bidang desain interior dan furnitur di Universitas Pelita Harapan dalam kurun waktu satu setengah tahun ini. Selain itu saya juga terlibat di Dform, sebuah organisasi non-profit yang bertujuan untuk mendukung desainer Indonesia di mana saya banyak bekerjasama dengan pedagang, desainer produk hingga arsitek. Apakah ciri khas desain Anda? Walaupun saat ini saya masih dalam tahapan mencari identitas, tapi yang pasti akan selalu ada elemen Indonesia dalam desain saya dalam sajian internasional. Karena saya tergerak dengan banyaknya produk desain yang ada di pasaran saat ini yang masih kurang nilai internasionalnya, padahal kita sudah bisa menghasilkan produk kerajinan tangan yang baik. CHANGING LANES ALVIN TJITROWIRJO MELAJU DENGAN KECEPATAN TINGGI DALAM DUNIA DESAIN INDONESIA DAN MEN’S FOLIO BERHASIL ‘MENANGKAPNYA’ UNTUK INTERVIEW EKSKLUSIF SEMINGGU SEBELUM KEBERANGKATANNYA KE KOTA MADRID UNTUK STUDI LEBIH LANJUT F O R M TEKS ASTRID NATASASTRA LOKASI KEDIAMAN KELUARGA N. LATIEF MEN’S FOLIO 61 Ciri khas desain Alvin T. Modul gantungan baju pada produk Up Y’all berupa jari tangan Inge Chair dengan celah penyimpanan majalah