Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spesies yang termasuk ke dalam cestoda usus antara lain Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum, Taenia saginata, dan Taenia solium. Taenia solium dapat menyebabkan penyakit yang dikenal dengan sistisekosis. Infeksi ini sering terjadi di negara berkembang. Lebih dari 80% dari 50 juta penduduk dunia yang terkena infeksi tinggal di negara berkembang. Sistiserkosis terutama mempengaruhi kesehatan dan mata pencaharian petani subsisten di negara berkembang di Afrika, Asia dan Amerika Latin karena dapat mengakibatkan epilepsi dan kematian pada manusia, mengurangi nilai pasar babi dan membuat daging babi tidak aman untuk dimakan (WHO, 2011). Infeksi cacing taenia pada usus manusia disebabkan oleh Taenia solium, Taenia saginata dan Taenia asiatica di Asia dan Pasifik. Taeniasis yang disebabkan oleh Taenia solium adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius di dunia karena telur dan proglotid dapat menginfeksi manusia melalui kontaminasi dari lingkungan dan yang fatal adalah neurosistiserkosis. Neurositiserkosis yang disebabkan oleh Taenia solium meningkat di daerah non endemis taeniasis (Malinee T. Anantaphruti, et al., 2007). 1
40

CESTODA

Jul 04, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: CESTODA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Spesies yang termasuk ke dalam cestoda usus antara lain Diphyllobothrium

latum, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum, Taenia

saginata, dan Taenia solium. Taenia solium dapat menyebabkan penyakit yang dikenal

dengan sistisekosis. Infeksi ini sering terjadi di negara berkembang. Lebih dari 80% dari

50 juta penduduk dunia yang terkena infeksi tinggal di negara berkembang.

Sistiserkosis terutama mempengaruhi kesehatan dan mata pencaharian petani subsisten

di negara berkembang di Afrika, Asia dan Amerika Latin karena dapat mengakibatkan

epilepsi dan kematian pada manusia, mengurangi nilai pasar babi dan membuat daging

babi tidak aman untuk dimakan (WHO, 2011).

Infeksi cacing taenia pada usus manusia disebabkan oleh Taenia solium, Taenia

saginata dan Taenia asiatica di Asia dan Pasifik. Taeniasis yang disebabkan oleh

Taenia solium adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius di dunia karena telur

dan proglotid dapat menginfeksi manusia melalui kontaminasi dari lingkungan dan yang

fatal adalah neurosistiserkosis. Neurositiserkosis yang disebabkan oleh Taenia solium

meningkat di daerah non endemis taeniasis (Malinee T. Anantaphruti, et al., 2007).

Penyebaran Taenia dan kasus infeksi akibat Taenia lebih banyak terjadi di

daerah tropis karena daerah tropis memiliki curah hujan yang tinggi dan iklim yang

sesuai untuk perkembangan parasit ini. Taeniasis dan sistiserkosis akibat infeksi cacing

pita babi Taenia solium merupakan salah satu zoonosis di daerah yang penduduknya

banyak mengkonsumsi daging babi dan tingkat sanitasi lingkungannya masih rendah,

seperti di Asia Tenggara, India, Afrika Selatan, dan Amerika Latin. Asian Taenia

dilaporkan telah ditemukan di negara-negara Asia yang umumnya beriklim tropis

seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, Korea dan Cina. Kini Asian Taenia

disebut Taenia asiatica. Kejadian Taenia asiatica yang tinggi terutama ditemukan di

Pulau Samosir, Indonesia. Di Kabupaten Jayawijaya Papua, Indonesia ditemukan 66,3%

(106 orang dari 160 responden) positif menderita taeniasis solium/sistiserkosis selulosae

1

Page 2: CESTODA

dari babi. Sementara 28,3% orang adalah penderita sistiserkosis yang dapat dilihat dan

diraba benjolannya di bawah kulit. Sebanyak 18,6% (30 orang) di antaranya adalah

penderita sistiserkosis selulosae yang menunjukkan gejala epilepsi. Dari 257 pasien

yang menderita luka bakar di Papua, sebanyak 82,8% menderita epilepsi akibat adanya

sistiserkosis pada otak.

Prevalensi sistiserkosis pada manusia berdasarkan pemeriksaan serologis pada

masyarakat Bali sangat tinggi yaitu 5,2% sampai 21%, sedangkan prevalensi taeniasis di

provinsi yang sama berkisar antara 0,4%-23%. Sebanyak 13,5% (10 dari 74 orang)

pasien yang mengalami epilepsi di Bali didiagnosa menderita sistiserkosis di otak.

Prevalensi taeniasis T. asiatica di Sumatera Utara berkisar 1,9%-20,7%. Kasus T.

asiatica di Provinsi ini umumnya disebabkan oleh konsumsi daging babi hutan setengah

matang.

B. Tujuan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui klasifikasi dari cestoda usus.

2. Mengetahui morfologi cestoda usus.

3. Mengetahui epidemiologi dan distribusi geografis cestoda usus.

4. Mengetahui siklus hidup cestoda usus.

5. Mengetahui patologi penyakit yang disebabkan oleh cestoda usus.

6. Mengetahui cara pencegahan dan pengendalian penyakit yang disebabkan oleh

cestoda usus.

2

Page 3: CESTODA

BAB II

ISI

Cacing pita termasuk subkelas CESTODA, kelas CESTOIDEA, filum

PLATYHELMINTES. Cacing dewasanya menempati saluran usus vertebrata dan

larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invertebrata. Bentuk badan cacing dewasa

memanjang menyerupai pita, biasanya pipih dorsoventral, tidak mempunyai alat

pencernaan atau saluran vaskular dan biasanya terbagi dalam segmen-segmen yang

disebu proglotid yang bila dewasa berisi alat reproduktif jantan dan betina. Ujung

bagian anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut skoleks, yang dilengkapi

dengan alat isap dan kait-kait. Spesies penting yang dapat menimbulkan kelainan pada

manusia umumnya adalah : Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus

granulosus, Echinococcus multilocularis, Taenia saginata, dan Taenia solium. Manusia

merupakan hospes cestoda ini dalam bentuk :

A. Cacing dewasa, untuk spesies Diphyllobothrium latum, Taenia saginata, Taenia

solium, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum.

B. Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, Taenia solium, Hymenolepis nana,

Echinococcus granulosus, Multiceps.

Sifat-sifat umum dari cestoda antara lain:

1. Badan cacing dewasa terdiri atas :

a. Skoleks, yaitu kepala yang merupakan alat untuk melekat, dilengkapi dengan

batil isap atau dengan lekuk isap.

b. Leher, yaitu tempat pertumbuhan badan.

c. Strobila, yaitu badan yang terdiri atas segmen-segmen yang disebut proglotid.

Tiap proglotid dewasa mempunyai susunan alat kelamin jantan dan betina

yang lengkap sehingga disebut hermafrodit.

2. Telur dilepaskan bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang uterus.

3. Embrio di dalam telur disebut onkosfer berupa embrio heksakan yang tumbuh

menjadi bentuk infektif dalam hospes perantara.

3

Page 4: CESTODA

Spesies yang termasuk ke dalam cestoda usus antara lain Diphyllobothrium

latum, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum, Taenia

saginata, dan Taenia solium.

A. Diphyllobothrium latum

A.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Cestoda

Ordo : Pseudophyllidea

Family : Diphyllobothriidae

Genus : Diphyllobothrium

Species : Diphyllobotrium latum

A.2 Morfologi

Gambar Diphyllobothrium latum

Cacing dewasa yang keluar dari usus manusia berwarna gading atau kuning

keabuan merupakan cacing pita yang terpanjang pada manusia. Ukuran panjangnya 3

sampai 10 m dan terdiri dari 3000-4000 buah proglotid dengan tiap proglotid

mempunyai alat kelamin jantan dan betina yang lengkap. Alat kelamin jantan berakhir

di cirrus yang berotot pada lubang kelamin tunggal. Alat kelammin betina terdiri dari

4

Page 5: CESTODA

ovarium yang simetris, berlobus dua, sebuah vagina yang berjalan dari lubang kelamin

tunggal dan sebuah uterus yang bermuara di lubang uterus di garis tengah ventral pada

jarak pendek di belakang lubang kelamin tunggal. Uterus yang hitam berkelok-kelok

dan menyerupai roset di tengah-tengah proglotid matang, adalah tanda yang khas yang

digunakan untuk diagnosis. Dari uterus yang melebar di proglotid gravid tiap hari

dikeluarkan 1 juta telur yang berwarna kuning tengguli ke dalam rongga usus. Proglotid

ini akan mengalami disintegrasi bila sudah selesai mengeluarkan telur-telurnya.

Gambar scoleks Diphyllobotrium latum

Scoleks yang kecil dan berbentuk buah badan (almond), dengan ukuran 2-3 x 1

mm, mempunyai dua lekuk isap yang dalam dan letaknya dorsoventral. Telur cacing ini

berukuran 55-76 x 41-56 mikron, mempunyai selapis kulit telur dengan operkulum yang

tidak tampak jelas pada satu kutub dan sering terdapat sebuah penebalan pada kutub lain

seperti benjolan kecil.

Gambar telur Diphyllobothrium latum

A.3 Siklus Hidup

5

Page 6: CESTODA

Gambar siklus hidup Diphyllobothrium latum

Telur dikeluarkan melalui lubang uterus proglotid gravid dan ditemukan dalam

tinja. Pada suhu yang sesuai telur menetas dalam waktu 9-12 hari setelah sampai di air.

Embrio didalam embriofor yang bersilia keluar melalui lubang operkulum. Korasidium

bersilia yang berenang bebas dimakan dalam waktu 1-2 hari oleh binatang yang

termasuk copepoda seperti Cyclops dan Diaptomus. Dalam hospes perantara ini larva

kehilangan silianya, menembus dinding dengan bantuan kait-kaitnya dan sampai

kerongga badan. Disini larva tersebut bertambah besar dari 55 sampai 550 mikron dan

dibentuk larva proserkoid yang memanjang.

Bila copepoda yang mengandung larva ini dimakan oleh hospes perantara II

yaitu spesies ikan air tawar yang sesuai seperti ikan salem, maka larva proserkoidnya

akan menembus dinding usus ikan dan masuk ke rongga badan dan alat-alat dalam,

jaringan lemak dan jaringan ikat serta otot-otot. Dalam waktu 7-30 hari larva ini

berubah menjadi larva pleroserkoid atau sparganum yaitu larva yang berbentuk seperti

kumparan dan terdiri dari pseudosegmen, dengan ukuran 10-20 x 2-3 mm. Bila ikan

tersebut dimakan hospes definitif, misalnya manusia, sedangkan ikan itu tidak dimasak

dengan baik, maka sparganum di rongga usus halus tumbuh menjadi cacing dewasa

dalam waktu 3-5 minggu.

6

Page 7: CESTODA

A.4 Epidemiologi dan Distribusi Geografis

Parasit ini dapat ditemukan di daerah dengan iklim dingin, dimana ikan air tawar

merupakan bagian penting dari makanan. Parasit ini ditemukan di Amerika, Kanada,

Eropa, daerah danau di Swiss, Rumania, Turkestan, Israel, Mancuria, Jepang, Afrika,

Malagasi, dan Siberia. Penyakit ini di Indonesia tidak ditemukan tetapi banyak dijumpai

di negara-negara yang banyak makan ikan salem mentah atau kurang matang. Banyak

binatang seperti anjing, kucing, dan babi bertindak sebagai hospes reservoar dan perlu

diperhatikan.

Pembuangan air kotor yang tidak mencukupi, adanya hospes perantara di air

tawar yang sesuai, dan kebiasaan makan ikan mentah atau setengah matang

menyebabkan timbulnya daerah endemi. Penyelidikan epidemiologi menunjukkan

bahwa daerah-daerah di Amerika Utara menjadi semakin terjangkit. Faktor terpenting

yang menyebabkan bertambahnya infeksi di daerah itu adalah kebiasaan untuk

membiarkan tinja segar memasuki air tawar. Ikan-ikan didalam danau yang tidak

termasuk danau besar di Amerika Serikat bagian utara, tengah dan Canada sering

menderita infeksi berat. Infeksi dengan cacing ini kebanyakan terdapat pada orang

Rusia, Finlandia, dan Skandinavia, yang mempunyai kebiasaan makan ikan mentah atau

ikan yang tidak dimasak sempurna.

A.5 Patologi

Parasit ini menyebabkan penyakit yang disebut difilobotriasis. Penyakit ini

biasanya tidak menimbulkan gejala berat, mungkin hanya gejala saluran cerna seperti

diare, tidak nafsu makan, dan tidak enak perut. Bila cacing hidup di permukaan usus

halus, mungkin timbul anemia hiperkrommakrositer, karena cacing itu banyak

manyerap vitamin B12, sehingga timbul gejala defisiensi vitamin tersebut.

Diphyllobothrium laum mengambil 80 sampai 100% dari dosis vitamin B12 radioaktif

yang diberikan per os pada hospesnya. Bila jumlah cacing banyak, mungkin terjadi

sumbatan usus secara mekanik atau terjadi obstruksi usus, karena cacing-cacing itu

menjadi seperti benang kusut.

7

Page 8: CESTODA

A.6 Pencegahan dan Pengendalian

Pencegahan infeksi dengan cacing pita ikan di daerah endemi tergantung pada

kontrol sumber infeksi, pembuangan kotoran dan penjualan ikan. Binatang sebagai

hospes reservoar dapat menyulitkan masalah pemberantasan sumber infeksi.

Pembuangan tinja segar didalam kolam air tawar harus dihindarkan. Penjualan ikan dari

danau yang banyak mengandung parasit harus dilarang, walaupun ada kesukaran dalam

pelaksanaan adiministrasi. Pendinginan sampai -10o C selama 24 jam, memasak dengan

sempurna selama paling sedikit 10 menit pada suhu 50o C , mengeringkan dan

mengasinkan ikan secara baik akan mematikan larvanya. Penduduk harus diberi

penerangan tentang bahaya makan ikan mentah atau ikan yang tidak dimasak dengan

baik.

Obat pilihan adalah Niclosamid (Yomesan), diberikan 4 tablet (2 gram)

dikunyah sekaligus setelah makan hidangan ringan. Obat lain yang juga efektif adalah

paromomisin, yang diberikan dengan dosis 1 gram setiap 4 jam sebanyak 4 dosis. Selain

daripada itu dapat dipakai parazikuantel dosis tunggal 10 mgr/kg berat badan. Penderita

diberikan obat Atabrin dalam keadaan perut kosong, disertai pemberian Na-bikaronas,

dosis 0,5 gr.

B. Hymenolepis nana

B.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Cestoda

Ordo : Cyclophyllidea

Family : Hymenolepididae

Genus : Hymenolepis

Species : Hymenolepis nana

8

Page 9: CESTODA

B.2 Morfologi

Gambar Hymenolepis nana

Cacing ini mempunyai ukuran terkecil jika dibandingkan dari golongan cestoda

yang ditemukan pada manusia,. Panjangnya kira-kira 25-40 mm dan lebarnya 1 mm.

Ukuran strobila biasanya berbanding terbalik dengan jumlah cacing yang ada dalam

hospes.

Gambar skoleks Hymenolepis nana

Skoleks berbentuk bulat kecil, mempunyai 4 batil isap dan rostelum yang

pendek dan berkait-kait. Bagian leher panjang dan halus. Strobila dimulai dengan

proglotid imatur yang sangat pendek dan sempit, lebih ke distal menjadi lebih lebar dan

luas. Pada ujung distal strobila membulat. Didalam proglotid gravid uterus membentuk

kantong mengandung 80-180 telur.

Telur keluar dari proglotid paling distal yang hancur. Bentuknya lonjong,

ukurannya 30-47 mikron, mempunyai lapisan yang jernih dan lapisan dalam yang

mengelilingi sebuah onkosfer dengan penebalan pada kedua kutub, dari masing-masing

kutub keluar 4-8 filamen. Dalam onkosfer terdapat 3 pasang duri (kait) yang berbentuk

lanset.

9

Page 10: CESTODA

Gambar telur Hymenolepis nana

B.3 Siklus Hidup

Gambar siklus hidup Hymenolepis nana

Cacing dewasa hidup di usus halus untuk beberapa minggu. Proglotid gravid

melepaskan diri dari badan, telurnya dapat ditemukan dalam tinja. Cacing ini tidak

memerlukan hospes perantara. Bila telur tertelan kembali oleh manusia atau tikus, maka

di rongga usus halus telur menetas, larva keluar dan masuk ke selaput lendir usus halus

dan membentuk larva sistiserkoid, kemudian keluar ke rongga usus dan menjadi dewasa

dalam waktu 2 minggu atau lebih.

Orang dewasa kurang rentan dibandingkan dengan anak. Kadang-kadang telur

dapat menetas di rongga usus halus sebelum dilepaskan bersama tinja. Keadaan ini

10

Page 11: CESTODA

disebut autoinfeksi interna. Hal ini memberi kemungkian terjadi infeksi berat sekali

yang disebut hiperinfeksi, sehingga cacing dewasa dapat mencapai jumlah 2000 ekor

pada seorang penderita.

B.4 Epidemiologi dan Distribusi Geografis

Cacing pita ini tidak memerlukan hospes perantara. Survey yang dilakukan di

negara-negara menunjukkan frekuensi dari 0,2- 3,7% walaupun di daerah-daerah

tertentu 10% dari anak-anak menderita infeksi ini. Di Amerika Serikat bagian selatan

frekuensinya 0,3-2,9%. Infeksi ini kebanyakan terbatas pada anak-anak dibawah umur

15 tahun. Infeksi kebanyakan terjadi secara langsung dari tangan ke mulut.Frekuensinya

agak lebih tinggi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dan presentase infeksi

pada orang negro kira-kira setengahnya dari bangsa kulit putih.

Penularan tergantung pada kontak langsung, karena telurnya yang resistennya

lemah, yang tidak tahan terhadap panas dan pengeringan, tidak dapat hidup lama diluar

hospes. Infeksi ditularkan langsung dari tangan ke mulut dan lebih jarang karena

kontaminasi makanan atau air. Kebiasaan yang kurang bersih pada anak-anak

menguntungkan adanya parasit ini pada golongan umur rendah. Hal ini sering terjadi

pada anak-anak umur 15 tahun ke bawah. Kontaminasi terhadap tinja tikus perlu

mendapat perhatian. Infeksi pada manusia selalu disebabkan oleh telur yang tertelan

dari benda-benda yang terkena tanah, dari tempat buang air atau langgsung dari anus ke

mulut. Kebersihan perorangan terutama pada keluarga besar dan di perumahan panti

asuhan harus diutamakan.

B.5 Patologi

Parasit ini biasanya tidak menyebabkan gejala. Jumlah yang besar dari cacing

yang menempel pada dinding usus halus menimbulkan iritasi mukosa usus. Kelainan

yang sering timbul adalah toksemia umum karena penyerapan sisa metabolit dari parasit

masuk kedalam sistem peredaran darah penderita. Pada anak kecil dengan infeksi berat,

cacing ini kadang-kadang menyebabkan keluhan neurologi yang gawat, mengalami

sakit perut dengan atau tanpa diare, kejang-kejang, sukar tidur dan pusing. Eosinifilia

sebesar 8-16%. Sakit perut, obstipasi dan anoreksia merupakan gejala ringan.

11

Page 12: CESTODA

B.6 Pencegahan dan Pengendalian

Pencegahannya sukar, karena penularan terjadi langsung dan hanya satu hospes

yang terlibat dalam liingkaran hidupnya. Pemberantasannya terutama tergantung pada

perbaikan kebiasaan kebersihan pada anak. Pengobatan orang yang mengandung cacing

ini, sanitasi lingkungan, menghindarkan makanan dari kontaminasi dan pemberantasan

binatang mengerat juga dapat dilakukan. Obat yang efektif adalah atabrine, bitional,

prazikuantel dan niklosamid, tetapi saat ini obat-obat tersebut sulit didapat di Indonesia.

Obat yang efektif dan ada di pasaran Indonesia adalah amodiakun. Hiperinfeksi sulit

diobati, tidak semua cacing dapat dikeluarkan dan sistiserkoid masih ada di mukosa

usus.

C. Hymenolepsis diminuta

C.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Cestoda

Ordo : Cyclophyllidea

Family : Hymenolepididae

Genus : Hymenolepis

Species : Hymenolepis diminuta

C.2 Morfologi

Gambar Hymenolepis diminuta

12

Page 13: CESTODA

Gambar skoleks Hymenolepis diminuta

Gambar telur Hymenolepis diminuta Gambar sistiserkoid Hymenolepis diminuta

Cacing dewasa berukuran 20-60 cm mempunyai 800-1000 buah proglotid.

Skoleks kecil bulat, mempunyai 4 batil isap, dan rosteum tanpa kait-kait. Proglotid

matang berukuran 0,8 x 2,5 mm. Proglotid gravid mengandung uterus yang berbentu

kantong dan berisi kelompok-kelompok telur. Apabila proglotid gravid lepas dari

strobila, menjadi hancur dan telurnya keluar bersama tinja. Telurnya agak bulat

berukuran 60-79 mikron, mempunyai lapisan luar yang jernih dan lapisan yang dalam

yang mengeliilingi onkosfer dengan penebalan pada 2 kutub, tetapi tanpa filamen.

Onkosfer mempunyai 6 buah kait.

Cacing dewasa hidup di rongga usus halus. Hospes perantaranya adalah

serangga berupa pinjal dan kumbang tepung. Dalam pinjal, telur berubah menjadi larva

sistiserkoid. Bila serangga dengan sistiserkoid tertelan oleh hospes definitif maka larva

menjadi cacing dewasa di rongga usus halus.

13

Page 14: CESTODA

C.3 Siklus Hidup

Telur ditemukan pada tinja hospes definitif. Cacing ini memerlukan hospes

perantara I yaitu larva pinjal tikus dan kumbang tepung dewasa. Didalam serangga ini

embrio yang keluar dari telurnya berkembang menjadi sistiserkoid. Bila dimakan oleh

hospes definitif, sistiserkoid akan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus

halus dalam waktu kira-kira 18-20 hari.

C.4 Epidemiologi dan Distribusi Geografis

Penyebaran cacing ini kosmopolit juga ditemukan di Indonesia. Hospes definitif

mendapat infeksi bila hospes perantara yang mengandung parasit tertelan secara

kebetulan.

C.5 Patologi

Parasit ini tidak menimbulkan gejala , infeksi biasanya terjadi secara kebetulan

saja. Manusia secara kebetulan mendapat infeksi karena makanan atau tangan yang

terkontaminasi dengan serangga yang mengandung parasit. Infeksi pada manusia adalah

ringan dan jangka waktu hidup cestoda pada manusia pendek. Infeksi percobaan pada

manusia dewasa hanya berlangsung selama 5-7 minggu.

C.6 Pencegahan dan Pengendalian

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari kontak dengan

hospes perantara yang memungkinkan terjadinya kontaminasi. Selalu mencuci tangan

14

Page 15: CESTODA

sebelum makan juga dapat mengurangi infeksi karena kontaminan yang menempel pada

tangan akan mati ketika mencuci tangan. Obat yang efektif adalah antabrine.

D. Dipylidium caninum

D.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Cestoda

Ordo : Cyclophyllidea

Family : Hymenolepididae

Genus : Dipylidium

Species : Dipylidium caninum

D.2 Morfologi

Gambar skoleks Dipylidium caninum Gambar Dipylidium caninum

Gambar telur Dipylidium caninum

15

Page 16: CESTODA

Panjang cacing ini kira-kira 25 cm dan mempunyai 60-75 buah proglotid.

Skoleks kecil, berbentuk jajaran genjang, mempunyai 4 batil isap lonjong yang

menonjol dan rostelum seperti kerucut yang refraktil dan diperlengkapi dengan 30-150

kait-kait yang berbentuk duri mawar dan tersusun menurut garis transversal. Leher

cacing pendek dan langsing. Bentuk proglotid seperti tempayan. Tiap proglotid

mempunyai dua perangkap alat kelamin. Proglotid gravidberukuran 12 x 2,7 mm, berisi

penuh dengan kantong telur tipis yang mengandung 15-25 butir telur.

D.3 Siklus Hidup

Gambar siklus hidup Dipylidium caninum

Proglotid gravid melepaskan diri dari strobila satu per satu atau dalam kelompok

terdiri dari 2 atau 3 segmen, dan proglotid ini dapat bergerak dengan kecepatan

beberapa inci sejam. Proglotid ini dapat bergerak keluar secara aktif dari anus atau

dikeluarkan bersama tinja. Telurnya dikeluarkan oleh kontraksi proglotid atau karena

disintegrasi proglotid di luar usus, beberapa tersangkut pada bulu hospes, terutama di

daerah perianal.

Hospes perantaranya adalah larva pinjal anjing, kucing, manusia dan tuma

anjing Trichodectes canis. Bila dimakan oleh hospes perantara, onkosfer keluar dari

bungkusnya, menembus dinding usus dan tumbuh menjadi larva sistiserkoid yang

16

Page 17: CESTODA

infektif dan berbentuk seperti buah jambu didalam pinjal dewasa. Bila pinjal yang

mengandung parasit ini dimakan oleh hospes definitif, larva sistiserkoid dibebaskan di

usus muda dan menjadi cacing dewasa dalam waktu kira-kira 20 hari. Hospes

definitifnya adalah anjing, kucing, dan manusia.

D.4 Epidemiologi dan Distribusi Geografis

Cacing ini ditemukan kosmopolit. Sebagian besar infeksi terjadi pada anak yang

berumur kurang dari 8 tahun dan kira-kira sepertiga dari bayi yang berumur kurang dari

6 bulan. Infeksi ini kebanyakan terjadi karena bergaul dengan anjing sebagai binatang

peliharaan. Penularan terjadi karena secara kebetulan menelan pinjal, tuma anjing atau

kucing yang mengandung parasit baik melalui makanan yang terkontaminasi atau dari

tangan ke mulut. Presentase anjing yang menderita infeksi cacing ini tinggi.

D.5 Patologi

Anjing dan kucing tidak menjadi sakit kecuali pada infeksi berat dengan gejala

menjadi lemah, kurus, menderita gangguan saraf dan pencernaan. Manusia yang jarang

mengandung lebih dari satu parasit jarang menunjukkan gejala. Pada anak-anak

mungkin menjelma sebagai gangguan intestinal ringan, sakit pada epigastrum, diare dan

kadang-kadang mengalami reaksi alergi. Jarang seorang penderita menunjukkan rasa

sakit yang nyata di epigastrium, emasiasi dan pengurangan berat badan.

D.6 Pencegahan dan Pengendalian

Anak kecil sebaiknya jangan diperbolehkan mencium anjing dan kucing yang

dihinggapi pinjal atau tuma. Kebiasaan mencium kucing dan anjing sebaiknya tidak

dianjurkan. Binatang peliharaan yng disukai ini sebaiknya diberi obat cacing dan

pengobatan dengan insektisida.

E. Taenia saginata

E.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

17

Page 18: CESTODA

Class : Cestoda

Ordo : Cyclophyllidea

Family : Taeniidae

Genus : Taenia

Species :Taenia saginata

E.2 Morfologi

Gambar Taenia saginata

Cacing pita Taenia saginata adalah salah satu cacing pita yang berukuran besar

dan panjang, terdiri dari kepala yang disebut skoleks, leher dan strobila yang merupakan

rangkaian ruas-ruas proglotid, sebanyak 1000-2000 buah. Panjang cacing 4-12 meter

atau lebih. Bentuk leher sempit, ruas-ruas tidak jelas dan didalamnya tidak terlihat

struktur tertentu.

Gambar skoleks Taenia saginata

Skoleks hanya berukuran 1-2 milimeter, mempunyai empat batil isap dengan

otot-otot yang kuat, tanpa kait-kait. Strobila terdiri dari rangkaian proglotid yang belum

18

Page 19: CESTODA

dewasa (imatur) yang dewasa (matur) dan yang mengandung telur atau disebut gravid.

Pada proglotid yang belum dewasa, belum terlihat struktur alat kelamin yang jelas. Pada

proglotid yang dewasa terlihat struktur alat kelamin seperti folikel testis yang berjumlah

300-400 buah, tersebar di bidang dorsal. Vasa eferensnya bergabung untuk masuk ke

rongga kelamin (genital atrium), yang berakhir di lubang kelamin (genital pore).

Lubang kelamin ini letaknya selang-seling pada sisi kanan atau kiri strobila. Di bagian

posterior lubang kelamin, dekat vas deferens, terdapat tabung vagina yang berpangkal

pada ootip.

Ovarium terdiri dari 2 lobus, berbentuk kipas, besarnya hampir sama. Letak

ovarium di sepertiga bagian posterior dari proglotid. Vitelaria letaknya di belakang

ovarium dan merupakan kumpulan folikel yang eliptik. Uterus tumbuh dari bagian

anterior ootip dan menjulur kebagian anterior proglotid. Setelah uterus ini penuh dengan

telur, maka cabang-cabangnya akan tumbuh, yang berjumlah 15-30 buah pada satu

sisinya dan tidak memiliki lubang uterus (porus uterinus). Proglotid yang sudah gravid

letaknya terminal dan sering terlepas dari strobila. Proglotid ini dapat bergerak aktif,

keluar dengan tinja atau keluar sendiri dari lubang dubur (spontan). Setiap harinya kira-

kira 9 buah proglotid dilepas. Proglotid ini bentuknya lebih panjang dari pada lebar.

Gambar telur Taenia saginata

Telur dibungkus embriofor, yang bergaris-garis radial, berukuran 30-40 x 20-30

mikron, berisi suatu embrio heksakan yang disebut onkosfer. Telur yang baru keluar

dari uterus masih diseliputi selaput tipis yang disebut lapisan luarv telur. Sebuah

proglotid gravid berisi kira-kira 100.000 buah telur. Waktu proglotid terlepas dari

rangkaiannya dan menjadi koyak, cairan putih susu mengandung banyak telur mengalir

19

Page 20: CESTODA

keluar dari sisi anterior proglotid tersebut, terutama bila proglotid berkontraksi waktu

gerak.

E.3 Siklus Hidup

Gambar siklus hidup Taenia saginata

Telur-telur cacing ini melekat pada rumput bersama tinja, bila orang berdefekasi

di padang rumput, atau karena tinja yang hanyut dari sungai di waktu banjir. Ternak

yang makan rumput akan terkontaminasi atau dihinggapi cacing gelembung karena telur

yang tertelan akan dicerna sehingga embrio heksakan menetas. Embrio heksakan di

saluran pencernaan ternak menembus dinding usus, masuk ke saluran getah bening atau

darah dan ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk tumbuh

menjadi cacing gelembung yang disebut Sistiserkus bovis, yaitu larva Taenia saginata.

Peristiwa ini terjadi setelah 12-15 minggu.

Bagian tubuh ternak yang sering dihinggapi larva tersebut adalah otot maseter,

paha belakang dan punggung. Otot di bagian lain juga dapat dihinggapi. Setelah 1 tahun

cacing gelembung ini biasanya mengalami degenerasi, walaupun ada yang dapat hidup

sampai 3 tahun.

Bila cacing gelembung yang terdapat di daging sapi yang dimasak kurang

matang termakan oleh manusia, skoleksnya keluar dari cacing gelembung dengan cara

20

Page 21: CESTODA

evaginasi dan melekat pada mukosa usus halus seperti yeyunum. Cacing gelembung

tersebut dalam waktu 8-10 minggu tumbuh menjadi dewasa. Biasanya di rongga usus

hospes terdapat seekor cacing. Hospes definitif dari cacing pita Taenia sagnata adalah

manusia sedangkan hewan memamah biak dari keluarga Bovidae, seperti sapi, kerbau

dan lainnya adalah hospes perantara.

E.4 Epidemiologi dan Distribusi Geografik

Cacing tersebut adalah kosmopolit, didapatkan di Eropa, Timur Tengah, Afrika,

Asia, Amerika Utara, Amerika Latin, Rusia dan juga Indonesia, yaitu daerah Bali,

Jakarta dan lain-lain. Cacing tersebut sering ditemukan di negara yang penduduknya

banyak makan daging sapi/kerbau. Cara penduduk memakan daging tersebut yaitu

matang (well down), setengah matang (medium) atau mentah (rare) dan cara

memelihara ternak memainkan peranan. Ternak yang dilepas di hutan atau padang

rumput lebih mudah dihinggapi cacing gelembung tersebut, daripada ternak yang

dipelihara dan dirawat dengan baik di kandang.

E.5 Patologi

Nama penyakitnya disebut taeniasis saginata. Cacing dewasa Taenia saginata,

biasanya menyebabkan gejala klinis yang ringan, seperti sakit ulu hati, perut merasa

tidak enak, mual, muntah, mencret, pusing atau gugup. Umumnya gejala tersebut

berkaitan dengan ditemukannya cacing yang bergerak-gerak dalam tinja, atau cacing

yang keluar dari lubang dubur, yang keluar sebenarnya adalah proglotid. Gejala yang

lebih berat dapat terjadi, yaitu apabila proglotid menyasar masuk apendiks, atau terdapat

ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobila cacing. Berat badan tidak jelas

menurun. Eosinofilia dapat ditemukan di darah tepi.

E.6 Pencegahan dan Pengendalian

Tindakan pencegahan terdiri atas:

1. Menghilangkan infeksi dengan mnegobati oorang yang mengandung parasit ini

dan mencegah kontaminasi tanah dengan tinja manusia.

2. Pemeriksaan daging sapi akan adanya sistiserkus.

3. Pendinginan daging sapi pada suhu -10o C selama 5 hari.

21

Page 22: CESTODA

4. Memasak daging sapi sampai matang diatas suhu 57o C

5. Mengasinkan didalam larutan garam 25% selama 5 hari dapat membunuh

sistiserkus.

Obat yang digunakan untuk mengobati taeniasis saginata, secara singkat dibagi

dalam:

1. Obat tradisional : biji labu merah, biji pinang

2. Obat lama : kuinakrin, amodiakuin, niklosamid

3. Obat baru : prazikuantel

F. Taenia solium

F.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Cestoda

Ordo : Cyclophyllidea

Family : Taeniidae

Genus : Taenia

Species :Taenia solium

F.2 Morfologi

Gambar Taenia solium

22

Page 23: CESTODA

Gambar skoleks Taenia solium

Cacing pita Taenia solium berukuran panjang kira-kira 2-4 meter dan kadng-

kadang sampai 8 meter. Cacing ini seperti cacing Taenia saginata, terdiri dari skoleks,

leher dan strobila, yang terdiri dari 800-1000 ruas proglotid. Skoleks yang bulat

berukuran kira-kira 1 milimeter, mempunyai 4 buah batil isap dengan rostelum yang

mempunyai 2 baris kait-kait, masing-masing sebanyak 25-30 buah. Seperti Taenia

saginata, strobila terdiri dari rangkaian proglotid yang belum dewasa (imatur), dewasa

(matur) dan mengandung telur (gravid). Gambaran alat kelamin pada proglotid dewasa

sama dengan Taenia saginata kecuali jumlah folikel testisnya lebih sedikit, yaitu 150-

200 buah. Bentuk proglotid gravid mempunyai ukuran panjang hampir sama dengan

lebarnya. Jumlah cabang uterus pada proglotid gravid adalah 7-12 buah pada satu sisi.

Lubang kelamin letaknya bergantian selang-seling pada sisi kanan atau kiri strobila

secara tidak beraturan. Proglotid gravid berisi kira-kira 30.000-50.000 buah telur.

F.3 Siklus Hidup

Gambar siklus hidup Taenia solium

23

Page 24: CESTODA

Seperti pada Taenia saginata, telurnya keluar melalui celah robekan pada proglotid.

Telur tersebut bila termakan oleh hospes perantara yang sesuai, maka dindingnya

dicerna dan embrio heksakan keluar dari telur, menembus dinding usus dan masuk ke

saluran getah bening atau darah. Embrio heksakan kemudan ikut aliran darah dan

menyangkut di jaringan otot babi. Embrio heksakan cacing gelembung (sistiserkus)

babi, dapat dibedakan dari cacing gelembung sapi, dengan adanya kait-kait di skoleks

yang tunggal. Cacing gelembung yang disebut sistiserkus selulose biasanya ditemukan

pada otot lidah, punggung dan pundak babi. Hospes perantara lain kecuali babi adalah

monyet, onta, anjing, babi hutan, domba, kucing, tikus dan manusia. Larva tersebut

berukuran 0,6-1,8 cm. Bila daging babi yang mengandung larva sistiserkus dimakan

oleh manusia, dinding kista dicerna, skoleks mengalami evaginasi untuk kemudian

melekat pada dinding usus halus seperti yeyunum. Dalam waktu 3 bulan cacing tersebut

menjadi dewasa dan melepaskan proglotid dengan telur. Hospes definitif cacing ini

adalah manusia, sedangkan hospes perantaranya adalah manusia dan babi. Manusia

yang dihinggapi cacing dewasa Taenia solium, juga menjadi hospes perantara cacing

ini.

F.4 Epidemiologi dan Distribusi Geografis

Taenia solium adalah kosmopolit, akan tetapi tidak akan ditemukan dinegara-

negara Islam. Cacing tersebut banyak ditemukan di negara-negara yang mempunyai

banyak peternakan babi dan ditempat daging babi banyak disantap seperti di Eropa

(Gzech, Slowakia, Kroatia, Serbia), Amerika Latin, Cina, India, Amerika Utara dan juga

di beberapa daerah di Indonesia antara lain di irian Jaya, Bali dan Sumatra Utara.

Frekuensi telah menurun di negara maju karena pemeriksaan daging yang ketat,

kebersihan yang lebih baik dan fasilitas sanitasi yang lebih baik. Distribusi sistiserkosis

sebanding dengan distribusi Taenia solium. Di Ethiopia, Kenya dan Republik

Demokratik Kongo sekitar 10% dari populasi terinfeksi, di Madagaskar bahkan 16%

(WHO, 2011).

F.6 Epidemiologi

24

Page 25: CESTODA

Walaupun cacing ini kosmopolit, kebiasaan hidup penduduk yang dipengaruhi

tradisi kebudayaan dan agama, memainkan peranan penting. Pada orang bukan pemeluk

agama Islam, yang biasanya memakan daging babi, penyakit ini ditemukan.

Cara menyantap daging tersebut, yaitu matang, setengah matang, atau mentah

dan pengertian akan kebersihan atauh higiene, memainkan peranan penting dalam

penularan cacing Taenia solium maupun sistiserkus selulose. Pengobatan perorangan

maupun pengobatan massalhars dilaksanakan agar supaya penderita tidak menjadi

sumber infeksi bagi diri sendiri maupun ternak. Pendidikan mengenai kesehatan harus

dirintis. Cara-cara ternak babi harus diperbaiki agar tidak ada kontak dengan tinja

manusia. Sebaiknya untuk ternak babi harus digunakan kandang yang bersih dan

makanan ternak yang sesuai.

F.5 Patologi

Nama penyakit yang disebabkan oleh cacing dewasa adalah taeniasis solium dan

yang disebabkan oleh stadium larva adalah sistiserkosis. Cacing dewasa yang biasanya

berjumlah seekor, tidak menyebabkan gejala klinis yang berarti. Bila ada, dapat berupa

nyeri ulu hati, mencret, mual, obstipasi dan sakit kepala. Darah tepi dapat menunjukkan

eosinofilia.

Gejala klinis yang lebih berarti dan sering diderita, disebabkan oleh larva dan

disebut sistiserkosis. Infeksi ringan biasanya tidak menunjukkan gejala, kecuali bila alat

yang dihinggapi adalah alat tubuh yang penting. Pada manusia, sistisserkus atau larva

taenia solium sering menghinggapi jaringan subkutis, mata, jaringan otak, otot, otot

jantung, hati, paru dan rongga perut. Walaupun sering dijumpai, kalsifikasi (perkapuran)

pada sistiserkus tidak menimbulkan gejala, akan tetapi sewaktu-waktu terdapat

pseudohipertrofi otot, disertai gejala miositis, demam tinggi dan eosinofilia.

Pada jaringan otak atau medula spinalis, sistiserkus jarang mengalami

klasifikasi. Keadaan ini sering menimbulkan reaksi jaringan dan dapat mengakibatkan

serangan ayan (epilepsi), meningo-ensefalitis, gejala yang disebabkan oleh tekanan

intrakranial yang tinggi seperti nyeri kepala dan kadang-kadang kelainan jiwa.

Hidrosefalus internus dapat terjadi, bila timbul sumbatan aliran cairan serebrospinal.

25

Page 26: CESTODA

Sebuah laporan menyatakan bahwa sebuah sstiserkua tunggal yang ditemukan dalam

ventrikel IV dari otak, dapat menyebabkan kematian.

F.6 Pencegahan dan Pengendalian

Pemberantasan infeksi Taenia solium terdiri dari:

1. Pengobatan orang yang mengandung parasit.

Pengobatan penyakit taeniasis solium digunakan prazikuantel. Untuk

sistiserkus digunakan obat prazikuantel, albendazol, atau dilakukan

pembedahan.

2. Sanitasi.

Di daerah endemi tinja manusia tidak boleh dibuang ke tempat-tempat yang

dimasuki babi.

3. Pemeriksaan daging babi.

Pemeriksaan daging babi oleh pemerintah mengurangi infeksi pada manusia

di negeri-negeri dimana babi dimakan mentah atau setengah matang, tetapi

sistem pemeriksaan yang mana pun tidak dapat memastikan kebebasan dari

infeksi.

4. Memasak dan mengolah daging babi dengan sebiak-baiknya.

Sistiserkus akan mati dengan pemanasan pada 45-50o C, tetapi daging babi

harus dimasak paling sedikit selama setengah jam untuk tiap pound atau sampai

berwarna kelabu. Sistiserkus akan mati pada suhu dibawah -2o C tetapi pada 0o C

sampai -2o C ia hidup selama hampir 2 bulan, dan pada suhu kamar ia hidup

selama 26 hari. Mendinginkan pada suhu -10o C selama 4 hari atau lebih adalah

cara yang efektif. Mengasinkan dengan garam tidak selalu berhasil.

26

Page 27: CESTODA

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cestoda atau cacing pita adalah cacing yang hidup sebagai parasit yang termasuk

kelas CESTODA, phylum PLATHYHELMINTHES. Cacing dewasa hidup di dalam

tractur digestivus vertebrata dan larvanya hidup di dalam jaringan vertebrata dan

invertebrata. Cestoda usus mempunyai spesies penting yang dapat menimbulkan

kelainan pada manusia umumnya adalah : Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana,

Echinococcus granulosus, Echinococcus multilocularis, Taenia saginata, dan Taenia

solium. Hospes definifnya yaitu manusia, anjing, kucing, dan kadang-kadang paling

sedikit 22 macam mamalia lainnya, termasuk cerpelai, anjing laut, singa laut, serigala

dan babi. ( Harlod, 1979)

Ciri-ciri cestoda usus yaitu :

1. Bentuk tubuh pipih, terdiri dari kepala(soclex) dilengkapi dengan sucker dan

tubuh (proglotid).

2. Panjang antara 2-3m.

3. Bersifat hermaprodit.

4. Hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan.

5. Sistem ekskresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel

api.

6. Sistem saraf sama seperti planaria dan cacing hati, tetapi kurang

berkembang.

Pada cestoda usus kerugian yang ditimbulkan oleh cacing ini berlainan pada

berbagai spesies. Ukuran dan jumlah cacing menentukan efek sistemik dan luasnya

iritasi pada usus. Bermacam-macam gejala gastrointestinal dan gejala syaraf yang tidak

nyata dapat ditimbulkan. Berkurangnya gairah hidup dan anemi telah dihubungkan

dengan infeksi cacing pita, tetapi biasanya gejala nyata tidak ada. Gejala-gejala

dianggap bertalian dengan hasil metabolisme cacing yang toksik dengan iritasi mekanik,

27

Page 28: CESTODA

pengambilan makanan, hospes dan dengan absorbsi zat protein, vitamin, dan mungkin

juga hormon-hormon dari mukosa usus.

28

Page 29: CESTODA

DAFTAR PUSTAKA

Anantaphruti, M.T., Hiroshi Yamasaki, Minoru Nakao, Jitra waikagul, Doru

Watthanakulpanich, et al., 2007, Sympatric Occurence of taenia solium, Taenia

saginata, and Taenia asiatica, Thailand,

http://www.cdc.gov/eid/content/13/9/pdfs/1413.pdf, diakses tanggal 1 April 2011

Brown, Harold W., 1979, Dasar Parasitologi Klinis Edisi III, PT Gramedia,

Jakarta

Gandahusada, Srisasi,dkk, 2004, Parasitologi Kedokteran Edisi III , Balai

Penerbit FKUI, Jakarta

Prianto, Juni L., P.U., Tjahaya dan Darwanto, 1994, Atlas Parasitologi

Kedokteran, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Staf Pengajar FKUI, 1998, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Balai Penerbit

FKUI, Jakarta

WHO, 2011, Taeniasis/cystiserkosis,

http://www.who.int/zoonoses/diseases/taeniasis/en/, diakses tanggal 1 April 2011

WHO, 2011, Cystiserkosis,

http://www.who.int/neglected_diseases/diseases/cysticercosis/en/, diakses tanggal 1

April 2011

29