Top Banner
PENYESALAN “ REGRET”. By: Kate Chopin MAMZELLE AURLIE memiliki figur yang sangat kuat, pipi kemerahan, rambut yang mulai berubah dari coklat menjadi abu- abu, dan mata yang tajam. Dia mengenakan topi ketika hendak berkebun, dan memaki mantel tentara warna biru tua ketika cuaca dingin, dan kadang-kadang memaki sepatu boot. Mazmelle Aurlie tak pernah berpikir untuk menikah. Dia tidak pernah jatuh cinta. Pada usia dua puluh tahun dia pernah menolak lamaran, yang segera ia tolak tanpa pikir panjang, dan di usianya yang keempat puluh ia belum menyesali hal itu. Jadi, dia benar-benar sendirian di dunia ini, kecuali bersama anjingnya Ponto, dan budak-budak kulit hitam yang tinggal di kabinnya dan mengerjakan lahan pertaniannya, serta unggas, beberapa ekor sapi, sepasang bagal, senjatanya (yang ia gunakan untuk menembak elang), dan agamanya. Satu pagi Mamzelle Aurlie berdiri di depan galerinya, dengan berkacak pinggang mengamati segerombolan anak-anak yang masih kecil yang, dengan semua maksud dan tujuannya, mungkin telah jatuh dari langit, yang kedatangannya begitu tak diharapkan dan sangat membingungkannya, dan begitu tak disukai. Mereka adalah anak-anak dari tetangga terdekatnya, Odile, yang sebetulnya bukanlah tetangga yang begitu dekat. Wanita muda itu telah muncul tetapi lima menit sebelumnya, ditemani oleh keempat anak ini. Di lengannya ia bopong si kecil Lodie, dia tuntun Ti Nomme dengan tangan satunya; sementara Marcline dan Marchlette mengikuti langkah-langkahnya yang penuh keraguan.
26

Cerpen kate chopin

Mar 13, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Cerpen kate chopin

PENYESALAN “ REGRET”.By: Kate Chopin

MAMZELLE AURLIE memiliki figur yang sangat kuat, pipikemerahan, rambut yang mulai berubah dari coklat menjadi abu-abu, dan mata  yang tajam. Dia mengenakan topi ketika hendakberkebun, dan memaki mantel tentara warna biru tua ketikacuaca dingin, dan kadang-kadang memaki sepatu boot.

Mazmelle Aurlie tak pernah berpikir untuk menikah. Dia tidakpernah jatuh cinta. Pada usia dua puluh tahun dia pernahmenolak lamaran, yang segera ia tolak tanpa pikir panjang, dandi usianya yang keempat puluh ia belum menyesali hal itu.

Jadi, dia benar-benar sendirian di dunia ini, kecuali bersamaanjingnya Ponto, dan budak-budak kulit hitam yang tinggal dikabinnya dan mengerjakan lahan pertaniannya, serta unggas,beberapa ekor sapi, sepasang bagal, senjatanya (yang iagunakan untuk menembak elang), dan agamanya.

Satu pagi Mamzelle Aurlie berdiri di depan galerinya, denganberkacak pinggang mengamati segerombolan anak-anak yang masihkecil yang,  dengan semua maksud dan tujuannya, mungkin telahjatuh dari langit, yang kedatangannya begitu tak diharapkandan sangat membingungkannya, dan begitu tak disukai. Merekaadalah anak-anak dari tetangga terdekatnya, Odile, yangsebetulnya bukanlah tetangga yang begitu dekat. 

Wanita muda itu telah muncultetapi lima menit sebelumnya, ditemani oleh keempat anak ini.Di lengannya ia bopong si kecil Lodie, dia tuntun Ti Nommedengan tangan satunya; sementara Marcline dan Marchlettemengikuti langkah-langkahnya yang penuh keraguan.

Page 2: Cerpen kate chopin

Wajah wanita muda ini merah dan cacat oleh air mata dankegembiraan. Dia telah dipanggil untuk datang ke gereja yangdekat dengan tempatnya karena sakit ibunya yang membahayakan,sementara suaminya jauh di Texas, satu jarak yang baginya satujuta mil jauhnya, dan Vasin yang sedang menunggu dengan keretakeledai untuk mengantarkannya ke stasiun. 

 “Jangan tanya, Mamzelle Aurlie, aku minta jaga saja anak-anakitu untukku hingga aku kembali. Mereka bilang, aku tidak akanmembawa mereka kepadamu jika ada cara lain yang bisa akulakukan! Tolong bantu aku, Mamzelle Aurlie, jangan pisahkanmereka satu sama lain. Aku, di sana, setengah gila di antaraanak-anak itu, dan Lon tidak di rumah, dan bahkan tidakmungkin untuk memperbaiki orangku lagi!”, itu satu kemungkinanyang mengerikan yang mendorong Odile untuk segera mengambilcuti dan secepatnya meninggalkan keluarganya yang tidakbahagia itu.

Ia meninggalkan anak-anak yang berkerumun di emperan rumahyang rendah dan panjang itu, sinar matahari yang terikmenghujam papan tulis putih usang, beberapa ekor ayammengorek-gorekkan kakinya di rumput, dan salah satu ekormelangah berat menuju ke galeri. Ada aroma wangi di udara, dansuara tawa para negro terdengar dari kebun kapas yang sedangberbunga.

Mamzelle Aurlie bediri memperhatikan anak-anak itu. Diamenatap dengan pandangan tajam terhadap Marcline, yang telahmelangkah pergi mengejutkan si montok Lodie. Dia menatapdengan tatapan yang sama kosong seperti Marclette yang berbaurdengan tangisan tanpa air mata seiring dengan duka nestapayang tak terdengar dan pemberontakan Ti Nomme. Selama beberapawaktu perenungannya, dia segera menyadari untuk menentukantindakan yang selaras dengan tugasnya. Dia mulai memberi makananak-anak itu.

Tanggung jawab Mamzelle Aurlie mungkin dimulai dan diakhir disitu, mereka bisa saja diusir, karena lemari makannya telahdipenuhi makanan untuk kebutuhannya. Namun anak-anak inibukanlah babi-babi kecil, mereka membutuhkan dan memintaperhatian yang tidak sepenuhnya diharapkan oleh MamzelleAurlie, dan dia tidak siap untuk memberinya.

Page 3: Cerpen kate chopin

Memang, dia tidak mahir mengurusi anak-anak Odile selamabeberapa hari pertama. Bagaimana ia tahu kalau Marcletteselalu menangis ketika diberitahu dengan nada keras dandiperintah dengan nada tinggi? Inilah keanehan Marclette. Diamengetahui kesukaan Ti Nomme terhadap bunga sesaat setelah TiNomme memetik bunga-bunga paling ia pilih untuk tujuan yangjelas-jelas penting bagi penelitian pengembangan kebunnya.

“Itu belum cukup untuk memberitahu dia, Mamzelle Aurlie,”Marcline memerintah, “Kau harus ikat dia di kursi. Itu yangbiasa ibuku lakukan saat dia sedang tidak nakal: diamengikatnya di kursi.” Kursi tempat Mamzelle Aurlie mengikatTi Nomme ada di dalam ruangan yang luas dan nyaman, dan ia punmencuri kesempatan itu untuk tidur di situ, siang hari memangpanas.

Pada malam hari, ketika ia memerintahkan semua anak-anak ituuntuk tidur karena ia harus menggiring ayam-ayamnya kekandang, mereka tetap tidak mengerti. Bagaimana dengan gaunmalam berwarna putih yang kecil yang diambil dari bantal yangdibawa untuk mereka, dan terguncangkan oleh tangan yang kuathingga berantakan? Bagaimana dengan ember air yang dibawa danditempatkan di tengah-tengah lantai, di mana kaki-kaki kecil,lelah, berdebu, dan dekil itu harus dicuci bersih? Dan itumembuat Marcline dan Marclette tertawa riang, mencari ide dimana Mamzelle Aurlie harus meluangkan waktu sejenak untukyakin bahwa Ti Nomme bisa tertidur tanpa harus diceritaidongeng Croue-mitaine atau Loup-garou, atau keduanya; atauLodie yang bisa tidur tanpa diayun-ayunkan atau dininabobokansama sekali.

“Kuberitahu, Bibi Ruby,” Mamzelle Aurlie memberitahu jurumasaknya, “Aku, aku lebih memilih menangani tanaman itu daripada anak-anak itu. Ini merepotkan! Susah! Jangan bicarapadaku tentang anak-anak!”

 “Ini bukan mengamati seperti yang kau lihat tentang mereka,Mamzelle Aurlie. Aku lihat dengan jelas kemarin ketika akumegintip anak kecil itu sedang bermain dengan keranjangkuncimu. Kau tidak tahu kalau anak-anak itu keras kepalabermain-main dengan kunci? Aku tidak suka melihat gigi mereka

Page 4: Cerpen kate chopin

yang terlihat seperti gelas. Itu hal-hal yang perlu kau tahudalam membesarkan anak-anak.”

Mamzelle Aurlie jelas tidak berpura-pura atau menerimapengetahuan yang tidak paham dan jauh dari pemahamannyamengenai subyek yang disampaikan oleh Bibi Ruby, yang telah‘membesarkan lima anak dan menguburkan enam anak’ ini dalamhidupnya. Dia cukup senang belajar beberapa trik seorang ibuuntuk melayani kebutuhan anak saat ini.

Jari-jari Ti Nomme yang lengket memaksanya untuk mengambilcelemek putih yang sudah bertahun-tahun tidak ia pakai, dandia harus membiasakan pada ciuman basah Ti Nomme, yangmerupakan ungkapan kasih sayang. Dan mengambil keranjangjahitnya yang jarang ia pakai, dari atas rak lemari, danmempatkannya di tempat yang mudah dijangkau. Dia butuh waktubeberapa hari untuk terbiasa dengan canda tawa, tangisan, danocehan yang menggema di seluruh ruangan rumah itu dansepanjang hari. Dan itu bukan malam pertama atau malam keduadia tidak bisa tidur dengan nyenyak dengan tubuh Lodie yangpanas dan kaku yang menempel dekat dengan dirinya, dan nafashangat anak kecil ini menerpa lehernya seperti kibasan sayapburung.

Namun di akhir mingu kedua Mamzelle Aurlie sudah cukupterbiasa dengan hal-hal ini, dan dia tidak lagi mengeluh. 

Juga di akhir minggu kedua ketika Mamzelle Aurlie, pada satumalam, sedang melihat tempat di mana ternak diberi makan,melihat gerobak biru Valsin terlihat di tikungan jalan. Odileduduk di samping pria blasteran itu, tegak dan waspada. Saatmereka mendekat, wajah berseri-seri perempuan muda itumenunjukkan bahwa bahwa kepulangannya adalah satu hal yangmembahagiakan.

Tapi ini kedatangan, tanpa pemberitahuan dan tak terduga,membuat Mamzelle Aurlie bergetar. Anak-anak harus berkumpul.Di mana Ti Nomme? Ada di gudang, sedang menaruh pisau di batuasah. Dan Marcline dan Marclette? Dia sedang motong-motong danmerapihkan kain boneka di sudut galeri. Adapun Lodie, ia cukupaman dalam pelukan Mamzelle Aurlie; dan ia berteriak dengan

Page 5: Cerpen kate chopin

gembira saat melihat gerobak biru yang sanga ia kenal, yangmembawa ibunya kembali.

Kebahagiaan itu telah usia dan mereka pergi. Masih terasakebahagiaan itu manakala mereka pergi. Mamzelle Aurlie berdiridi depan galeri, melihat dan memperhatikan dengan seksama. Diatidak bisa lagi melihat gerobak itu, matahari senja dansemburat sinar biru keabu-abuan terselimuti kabut ungumenutupi pandangannya. Ia tidak lagi bisa mendengar deritroda-roda pedati. Namun samar ia masih bisa mendengar suarakeceriaan anak-anak itu.

Ia masuk ke dalam rumah. Ada banyak pekerjaan menantinya,karena anak-anak itu telah meninggalkan kesedihan, ia punbelum juga melakukan pekerjaannya. Mamzelle Aurlie duduksendiri di samping meja. Ia tatap seluruh ruangan sepintaslalu, di mana bayang-bayang malam menghinggapi dan memperdalamkesan sunyi di sekitarnya. Ia menaruh kepalanya di tekukanlengannya, dan mulai menangis. Oh, dia menangis tetapi tidaklembut, seperti biasanya wanita. Ia menangis seperti seorangpria, dengan isak tangis yang seolah merobek-robek jiwanya.Dia tidak lagi melihat Ponto yang menjilati lengannya.

The Story of an Hour

The Story of an Hour(Kisah Satu Jam)

Pengarang: Kate ChopinPenerjemah: Harum Wibowo

Page 6: Cerpen kate chopin

Mengetahui bahwa Nyonya Mallardmenderita penyakit jantung, maka diperlukan kehati-hatian yangbesar untuk memberitahukan padanya selembut mungkin mengenaikabar kematian suaminya.

Adalah saudaranya, Josephine, yang mengatakan kepadanya,dengan kalimat yang terpatah-patah, petunjuk terselubung yangterungkap sebagian. Teman suaminya, Richards, juga ada disana, di dekatnya. Dialah yang sedari tadi berada di kantorsurat kabar ketika berita mengenai kecelakaan kereta apiditerima, dengan nama Brently Mallard yang berada di daftarteratas "tewas." Dia perlu waktu untuk meyakinkan dirinyasendiri mengenai kebenarannya dengan telegram kedua, dan telahbergegas untuk mencegah teman yang kurang berhati-hati dankurang sabar dalam memikul berita menyedihkan.

Dia tidak mendengar ceritanya seperti kebanyakan wanitayang telah mendengarkan hal yang sama, dengan ketidakmampuanuntuk menerima maknanya. Dia langsung menangis, dengan tiba-tiba, sehisteris mungkin, dalam pelukan saudaranya. Ketikabadai kesedihan telah reda dengan sendirinya dia pergi kekamarnya sendiri. Dia tidak ingin satu orang pun mengikutinya.

Di sana ada sebuah kursi lebar yang nyaman, menghadap kejendela yang terbuka. Di situlah dia menjatuhkan badannya,ditekan oleh kelelahan fisik yang menghantui tubuhnya dantampaknya mencapai ke jiwanya.

Page 7: Cerpen kate chopin

Dia bisa melihat melalui persegi terbuka itu, di depanrumahnya, puncak-puncak pohon yang kesemuanya bergetar dengangirangnya menyambut kehidupan baru musim semi. Harum nafashujan bergerak di udara. Di jalan bawah sana seorang penjualsedang menangisi barang dagangannya. Not not dari sebuah lagudi kejauhan yang dinyanyikan seseorang sampai ke tempatnyasamar-samar, dan ratusan burung pipit berkicau di atap.

Ada petak-petak langit biru yang timbul di sana-sinimelalui awan yang telah bertemu dan menumpuk satu sama lain dibarat yang menghadap ke jendelanya.

Dia duduk dengan kepalanya bersandar pada bantal kursi,tidak bergerak sama-sekali, kecuali ketika tangisan mencegattenggorokannya dan menggetarkan tubuhnya, seperti seorang anakkecil yang menangis sampai tertidur lalu lanjut menangis dalammimpinya.

Dia masih muda, dengan wajah yang terang dan tenang, yanggaris-garisnya membuat kesan represi dan bahkan kekuatantertentu. Tapi sekarang ada tatapan menjemukan di matanya,tatapannya itu menetap di sana, di salah satu petak-petaklangit biru. Itu bukan tatapan merenung, melainkan menunjukkanpenangguhan pemikiran cerdas.

Ada sesuatu yang datang ke arahnya dan ia menunggunya,dengan ketakutan. Apa itu? Dia tidak tahu, itu terlalu halusdan sulit untuk disebutkan. Tapi dia merasakannya, merayapdari langit, mencapai ke arahnya melalui suara, aroma, warnayang memenuhi udara.

Sekarang dadanya naik-turun dengan gaduh. Dia mulaimenyadari hal yang mendekat untuk merasukinya ini, dan diaberjuang untuk mengalahkan itu dengan kehendaknya -sebagaimana tidak berdayanya kedua tangan putihnya yangramping.

Ketika dia meninggalkan dirinya, seuntai bisikan katakeluar dari bibirnya yang sedikit terbuka. Dia mengatakan ituberulang-ulang kali: "bebas, bebas, bebas!" Tatapan kosong danrupa teror yang datang berbarengan dengan itu pergi darimatanya. Mereka tetap tajam dan cerah. Nadinya berdebar cepat,

Page 8: Cerpen kate chopin

dan darahnya yang mengalir menjadi hangat dan membuat santaisetiap inci tubuhnya.

Dia tidak berhenti untuk bertanya jika hal itu adalahsebuah ledakan suka cita yang tadi menghampirinya atau bukan.Sebuah persepsi yang jelas dan mulia memungkinkannya untukmengabaikan sugesti yang sepele seperti itu.

Dia tahu bahwa dia akan menangis lagi ketika ia melihattangan lembut dan ramah itu terlipat dalam kematian; wajahyang tampak tak pernah diisi dengan cinta pada dirinya, kaku,pucat, dan mati. Tapi dia melihat melampaui momen pahit itu,sebuah prosesi sepanjang tahun yang akan datang yang akanbenar-benar menjadi miliknya. Dan dia membuka dan merentangkankedua tangannya menyambut mereka.

Tidak akan ada orang yang hidup selama tahun-tahunmendatang; dia akan hidup untuk dirinya sendiri. Tidak akanada hasrat kuat yang dapat membengkokkan niatnya dalamketeguhan buta seperti itu yang mana para laki-laki danperempuan percaya bahwa mereka memiliki hak untuk memaksakansebuah kehendak pribadi pada sesama makhluk. Sebuah niat baikatau niat kejam membuat tindakannya tampak tidak kurangberdosa saat dia memandangi hal itu dalam momen singkatpencerahan.

Namun ia mencintai suaminya - kadang-kadang. Seringkalitidak. Apa bedanya! Apa yang bisa dilakukan oleh cinta,misteri yang belum terpecahkan, dilibatkan dalam menghadapikepemilikan penonjolan diri ini yang tiba-tiba ia akui sebagaidorongan terkuat keberadaannya!

"Bebas! Tubuh dan jiwa bebas!" dia terus berbisik.

Josephine berlutut di depan pintu yang tertutup denganbibirnya ke lubang kunci, memohon untuk masuk. "Louise, bukapintunya! kumohon, buka pintunya - Kau bisa membuat dirimusakit. Apa yang kau lakukan Louise? Demi Tuhan, bukapintunya."

Page 9: Cerpen kate chopin

"Pergilah. Aku tidak akan sakit." Tidak, dia sedangmeminum obat kehidupan1 yang paling mujarab melalui jendelayang terbuka itu.

Khayalannya berjalan dengan ributnya di sepanjang masadepannya. Hari-hari di musim semi, dan musim panas, dan segalamacam hari-hari yang akan menjadi miliknya. Dia memanjatkandoa singkat berharap kehidupannya menjadi panjang. Baru sajakemarin dia berpikir dengan gemetar bahwa kehidupan mungkinpanjang.

Akhirnya Louise berdiri dan membukakan pintu ataspermintaan saudaranya. Ada gelisah kemenangan di matanya, dandia membawa dirinya sendiri, tanpa disadari, seperti dewiKemenangan. Dia memegang pinggang saudaranya, dan bersama-samamereka menuruni tangga. Richards berdiri menunggu mereka dilantai bawah.

Seseorang sedang berusaha membuka pintu depan dengan sebuahkunci2. Orang itu adalah Brently Mallard, sedikit kotor karenaperjalanan, dengan tenang membawa kantong jinjingan danpayungnya. Dia telah jauh dari lokasi kecelakaan, dan bahkantidak tahu kalau ada kecelakaan. Dia berdiri dengan heranmelihat tangisan Josephine yang meraung-raung, juga padagerakan cepat Richards yang menutupinya dari pandanganistrinya.

Tapi Richards terlambat.

Ketika dokternya datang, dia berkata bahwa dia telahmeninggal karena serangan jantung – kegembiraan yangmembunuhnya3.

~The End~

Page 10: Cerpen kate chopin

Catatan Penerjemah (T/L Notes):

Gunakan tombol kombinasi ‘CTRL+F’ lalu ketik nomer menurutcatatan di bawah ini. Contoh: untuk mengetahui kata/kalimatyang mana membutuhkan penjelasan nomer dua, gunakan ‘CTRL+F’lalu ketik ‘2’.

1.      Yang disebutkan disini adalah “elixir of life”, sebuahobat/ramuan yang dipercaya dapat memberikan kehidupan abadi.(referensi; alkimia)

2.     “a latchkey” sebuah kunci yang khusus untuk membuka pintuyang mengarah ke luar rumah saja. Bisa jadi pintu depan,belakang, ataupun samping.

3.     “….they said she had died of heart disease - of joy thatkills.”

4. Penting untuk dibaca (jika hasil terjemahan ini kurang jelas^^;), http://en.wikipedia.org/wiki/The_Story_of_an_Hour

Keywords: Cerpen terjemahan, kumpulan cerpen terjemahan, cerpenluar negeri, cerpen mancaneara, kumpulan cerpen, kumpulancerita pendek.

Cerpen Versi Inggris - The KissBy: Kate Chopin

It was still quite light out of doors, but inside with thecurtains drawn and the smouldering fire sending out a dim,uncertain glow, the room was full of deep shadows.

     Brantain sat in one of these shadows; it had overtakenhim and he did not mind. The obscurity lent him courage tokeep his eyes fastened as ardently as he liked upon the girlwho sat in the firelight.

     She was very handsome, with a certain fine, rich coloringthat belongs to the healthy brune type. She was quitecomposed, as she idly stroked the satiny coat of the cat thatlay curled in her lap, and she occasionally sent a slow glanceinto the shadow where her companion sat. They were talkinglow, of indifferent things which plainly were not the things

Page 11: Cerpen kate chopin

that occupied their thoughts. She knew that he loved her—afrank, blustering fellow without guile enough to conceal hisfeelings, and no desire to do so. For two weeks past he hadsought her society eagerly and persistently. She wasconfidently waiting for him to declare himself and she meantto accept him. The rather insignificant and unattractiveBrantain was enormously rich; and she liked and required theentourage which wealth could give her.

     During one of the pauses between their talk of the lasttea and the next reception the door opened and a young manentered whom Brantain knew quite well. The girl turned herface toward him. A stride or two brought him to her side, andbending over her chair—before she could suspect his intention,for she did not realize that he had not seen her visitor—hepressed an ardent, lingering kiss upon her lips.

     Brantain slowly arose; so did the girl arise, butquickly, and the newcomer stood between them, a littleamusement and some defiance struggling with the confusion inhis face.

     "I believe," stammered Brantain, "I see that I havestayed too long. I—I had no idea—that is, I must wish yougood-by." He was clutching his hat with both hands, andprobably did not perceive that she was extending her hand tohim, her presence of mind had not completely deserted her; butshe could not have trusted herself to speak.

<  2  >     "Hang me if I saw him sitting there, Nattie! I know it'sdeuced awkward for you. But I hope you'll forgive me this once—this very first break. Why, what's the matter?"

     "Don't touch me; don't come near me," she returnedangrily. "What do you mean by entering the house withoutringing?"

     "I came in with your brother, as I often do," he answeredcoldly, in self-justification. "We came in the side way. Hewent upstairs and I came in here hoping to find you. Theexplanation is simple enough and ought to satisfy you that the

Page 12: Cerpen kate chopin

misadventure was unavoidable. But do say that you forgive me,Nathalie," he entreated, softening.

     "Forgive you! You don't know what you are talking about.Let me pass. It depends upon—a good deal whether I everforgive you."

     At that next reception which she and Brantain had beentalking about she approached the young man with a deliciousfrankness of manner when she saw him there.

     "Will you let me speak to you a moment or two, Mr.Brantain?" she asked with an engaging but perturbed smile. Heseemed extremely unhappy; but when she took his arm and walkedaway with him, seeking a retired corner, a ray of hope mingledwith the almost comical misery of his expression. She wasapparently very outspoken.

     "Perhaps I should not have sought this interview, Mr.Brantain; but—but, oh, I have been very uncomfortable, almostmiserable since that little encounter the other afternoon.When I thought how you might have misinterpreted it, andbelieved things"—hope was plainly gaining the ascendancy overmisery in Brantain's round, guileless face—"Of course, I knowit is nothing to you, but for my own sake I do want you tounderstand that Mr. Harvy is an intimate friend of longstanding. Why, we have always been like cousins—like brotherand sister, I may say. He is my brother's most intimateassociate and often fancies that he is entitled to the sameprivileges as the family. Oh, I know it is absurd, uncalledfor, to tell you this; undignified even," she was almostweeping, "but it makes so much difference to me what you thinkof—of me." Her voice had grown very low and agitated. Themisery had all disappeared from Brantain's face.

<  3  >     "Then you do really care what I think, Miss Nathalie? MayI call you Miss Nathalie?" They turned into a long, dimcorridor that was lined on either side with tall, gracefulplants. They walked slowly to the very end of it. When theyturned to retrace their steps Brantain's face was radiant andhers was triumphant.

Page 13: Cerpen kate chopin

     Harvy was among the guests at the wedding; and he soughther out in a rare moment when she stood alone.

     "Your husband," he said, smiling, "has sent me over tokiss you."

     A quick blush suffused her face and round polishedthroat. "I suppose it's natural for a man to feel and actgenerously on an occasion of this kind. He tells me he doesn'twant his marriage to interrupt wholly that pleasant intimacywhich has existed between you and me. I don't know what you'vebeen telling him," with an insolent smile, "but he has sent mehere to kiss you."

Cerpen Versi Inggris – Kiss

     She felt like a chess player who, by the clever handlingof his pieces, sees the game taking the course intended. Hereyes were bright and tender with a smile as they glanced upinto his; and her lips looked hungry for the kiss which theyinvited.

     "But, you know," he went on quietly, "I didn't tell himso, it would have seemed ungrateful, but I can tell you. I'vestopped kissing women; it's dangerous."

Page 14: Cerpen kate chopin

     Well, she had Brantain and his million left. A personcan't have everything in this world; and it was a littleunreasonable of her to expect it.

Page 15: Cerpen kate chopin

BADAI

Oleh KATE CHOPIN

Page 16: Cerpen kate chopin

I

Daun-daun bergantung tanpa gerak, sampai-sampai Bibi pun mengirahari akan hujan. Bobinôt yang biasa berbincang dengan anak lelakinyaseakan ia teman sebaya, menunjuk pada sejumlah awan hitam dari arahbarat yang meramalkan hari buruk, dibarengi oleh bunyi gemuruh yangmenyeramkan. Mereka berada di toko Friedheimer dan memutuskan untukmenunggu di situ sampai badai reda. Mereka duduk di ambang pintu diatas dua tong kosong kecil. Bibi berumur tiga tahun dan kelihatannyacerdas.

"Mama jadi takut ya," demikian perkiraannya dengan mata berkedip-kedip.

"Dia mengunci semua pintu. Barangkali Sylvie malam ini datangmembantu-bantu," jawab Bobinôt menenangkan.

"Tidak, Sylvie tidak ada. Sylvie datang kemarin," kata Bibi lirih.

Bobinôt bangkit, lalu berjalan ke meja penjualan dan membelisekaleng udang. Calixta suka sekali udang. Ia kembali ke tempatnyadi atas tong lalu duduk tercenung sambil memegang kaleng. Sementaraitu badai menerpa. Bangunan kayu itu sampai bergoyang di tempatnya,dan di kejauhan nampak seakan-akan garis-garis lebar melintasilapangan. Bibi menaruh tangannya yang kecil di lutut ayahnya dan diatidak takut.

II

Di rumah, Calixta tidak mencemaskan mereka. Di dekat jendela sampingia sibuk menjahit pada mesinnya. Begitu asyiknya sampai-sampai ia

Page 17: Cerpen kate chopin

tidak sadar akan datangnya angin ribut. Udara memang terasa gerah;berkali-kali ia berhenti untuk menyeka keringat di mukanya. Iamembuka kancing di leher gaunnya yang putih dan longgar. Hari mulaigelap; tiba-tiba ia menyadari apa yang terjadi dan ia menutupjendela dan pintu. Di luar di serambi muka, ia tadi mengangin-anginkan pakaian pesta Bobinôt; cepat-cepat ia mengangkatnya sebelumhujan tiba.

Ketika ia keluar Alcée Laballière memasuki pintu pagar. Sejak iamenikah mereka tidak sering bertemu dan tak pemah mereka berduasendiri. Ia berdiri sambil memegang jas Bobinôt, sementara hujanmulai turun dengan tetesan yang berat. Alcée membawa kudanya ketritisan di samping rumah tempat ayam berlindung. Di  pojok terletakbajak dan garu.

"Boleh saya menunggu di serambi rumahmu sampai terang, Calixta?"tanyanya.

"Masuk saja M'sieu Alcée."

Seperti bangun dari mimpi, begitu terkejut ia mendengar suara Alcéedan suaranya sendiri. Tangannya memegang erat baju Bobinôt. Sambilnaik ke serambi Alcée menyambar celana dan sempat menyelamatkan bajuBibi yang hampir saja diterbangkan angin.

Ia berkata bahwa ia sebenarnya mau menunggu di teras, tetapiternyata di situ sama seperti di luar keadaannya: hujan tertuangderas di atas lantai kayu. Ia lalu masuk dan menutup pintu dibelakangnya. Celah di bawah pintu bahkan harus disumpal agar airtidak masuk.

”Astaga! Hujannya bukan main! Sudah dua tahun tidak hujan begini,”seru Calixta sambil memegang sepotong kain, Alcée membantu menyumbatcelah itu.

Page 18: Cerpen kate chopin

Calixta lebih montok ketimbang lima tahun yang lalu sebelum iakawin; tetapi kelincahannya tidak berkurang. Matanya yang biru tetapmenyimpan rahasia dan rambutnya yang pirang tampak kacau-balau olehhujan dan angin. Mengikal liar di sekitar telinga dan pelipisnya.

Hujan menghantam atap kayu yang rendah; suaranya gemuruh seperti maumemaksa masuk ruangan dengan kekerasan untuk membenamkan merekaberdua. Mereka berdiri di kamar makan, ruangan yang sekaligusmerupakan ruang keluarga dan ruang tamu. Di sebelahnya ada kamartidur; di samping tempat tidurnya, ada ranjang Bibi yang kecil.Pintunya terbuka dan kamar dengan tempat tidur putih yang luas dankrapyak yang tertutup, kelihatan taram-temaram menyimpan rahasia.

Alcée menjatuhkan diri di kursi goyang dan Calixta memungut percakain yang jatuh waktu ia menjahit. Hatinya berdebar-debar.

"Kalau terus hujan begini, hancurlah dermaga!" ucapnya.

"Apa pedulimu dengan dermaga?"

"Aku sudah begini sibuk! Ditambah lagi Bobinôt dan Bibi keluardengan badai seperti ini—mudah-mudahan belum meninggalkanFriedheimer!"

"Kita berharap saja Calixta, bahwa Bobinôt pulangnya kalau badaisudah lewat."

Calixta menuju ke jendela dan berdiri di situ dengan kerisauanterlukis di mukanya. Disekanya jendela yang tertutup uap. Udaragerah serasa mencekik. Alcée bangkit dan berdiri di belakangnya,

Page 19: Cerpen kate chopin

melihat keluar dari balik pundaknya. Hujan turun dipacu anginsehingga rumah-rumah di sekeliling tidak nampak lagi, sedangkanhutan diselimuti kabut kelabu. Petir sabung-menyabung. Pohon ceritinggi di pinggir ladang disambarnya. Sedetik udara terang benderangdiikuti oleh dentuman yang menggetarkan lantai kayu tempat merekaberpijak.

Calixta menutupkan tangannya ke mukanya seraya mundur selangkahdengan menjerit. Alcée memeluknya dan sekejap mendekapnya erat.

"Bonte!" seru Calixta sambil melepaskan diri dan menjauh darijendela.

"Sebentar lagi rumah ini yang hancur. Kalau saja aku tahu di manaBibi!" Ia semakin bingung, dan tidak mau duduk pula. Alcée memegangpundaknya dan menatap matanya. Sentuhan tubuhnya yang hangat dantegang, ketika tadi didekapnya tanpa sengaja—telah membangkitkanlagi semua rasa cinta dan nafsu yang dulu.

"Calixta," katanya, "Jangan khawatir. Tak mungkin terjadi apa-apa.Rumah ini terlalu rendah untuk disambar petir, lagi pula dikelilingipohon tinggi-tinggi. Nah, agak tenang sekarang? Coba bilang?"

Disapunya rambutnya dari mukanya yang panas berkeringat. Bibirnyamerah seperti rekahan delima. Lehernya yang putih dan kilasan buahdadanya yang penuh padat membuatnya lupa daratan. Ketika bertemumata, ketakutan di matanya yang biru gelap telah berubah menjadicahaya lamat-lamat yang tanpa disengaja menyiratkan nafsu yangdalam. Pandangan mereka tidak terlepas dan Alcée tidak kuasa berbuatlain kecuali mencium bibir itu. Ia teringat waktu di Assumption.

"Kau ingat di Assumption Calixta?" ia bertanya dengan suara yangparau karena rindu. Tentu saja Calixta ingat... Alcée waktu itu

Page 20: Cerpen kate chopin

menciumnya berkali-kali sampai ia takut tak dapat menguasai diri dania lari demi kesucian Calixta, penuh rasa putus asa. Dan  meskipunselama itu Calixta tidak sesuci salju, kehormatannya utuh terjaga;ia gadis bebas penuh nafsu, justru ketidakberdayaannya merupakanpelindungnya terhadap perbuatan yang ditolak oleh Alcée sebagaisesuatu yang tercela. Tetapi, sekarang, seakan-akan ia sepenuhnyaberkuasa atas bibirnya. Juga berkuasa atas lehernya yang putihbulat, dan payudaranya yang lebih putih lagi.

Mereka tidak mengacuhkan hujan deras yang mengguyur, dan di dalampelukannya Calixta meremehkan kemarahan alam. Dalam kamar yangremang penuh rahasia ia mirip permunculan dalam mimpi, putihnyaseputih ranjang tempat ia berbaring. Tubuhnya yang kenyal lenturkini menuntut haknya, ia seperti bunga leli putih bersih yang mulaimenyebarkan keharuman begitu mendapat belaian matahari. Limpahannafsunya yang rela, polos tanpa pura-pura membakar menembus diriAlcée, membangkitkan kerinduan yang belum pernah ia rasakan.

Dengan sentuhannya buah dadanya bergetar tegak, memohon kecupanbibirnya. Mulutnya melukiskan kebahagiaannya, dan saat iamenguasainya penuh, seakan-akan rnereka hilang kesadaran di daerahperbatasan tempat asal-mula rahasia hidup. Sejenak ia berbaring diatas tubuh Calixta, putus napas, terbius, habis tenaga, denganjantung yang berdetak memalu dadanya. Dengan tangan satu Calixtameraih kepalanya sambil mencium keningnya. Tangan yang lain membelaipundaknya yang perkasa dengan gerak lembut berirama.

Bunyi guruh terdengar menjauh, badai sudah reda. Hujan lirih memukulatap, seperti membuai tidur. Tetapi mereka tak berani.

Hujan berhenti dan matahari mengubah alam yang hijau berkilaumenjadi istana permata.

Page 21: Cerpen kate chopin

Dari teras Calixta melihat Alcée berangkat. Ia menoleh dengan senyumbahagia; Calixta mendongakkan mukanya yang manis sambil tertawa.

III

Setelah perjalanan yang bersusah payah Bobinôt dan Bibi berhentisebentar di dekat tong di bawah talang untuk merapikan diri sedikit.

"Wah Bibi, aku sudah dengar suara ibumu: tidak malu kamu? Tadijangan pakai celanamu yang bagus. Coba lihat! Lumpur di lehermu.Bagaimana lumpur itu sampai di lehermu? Aduh anak ini!"

Bibi sudah pasrah. Dengan penuh ketelatenan Bobinôt berusahamenghilangkan bekas-bekas yang paling parah akibat perjalanan merekamelalui jalan yang hampir-hampir tidak terlewati serta ladang-ladangyang berlumpur. Dengan sepotong kayu dikoreknya lumpur di kaki Bibidan sepatunya sendiri dibersihkannya. Setelah itu mereka masuk daripintu belakang, siap menghadapi seorang ibu rumah tangga yangmenyukai kebersihan dan kerapian. Calixta sedang menyiapkan makanmalam. Meja sudah ditatanya dan ia sedang membuat kopi di dekatperapian. Waktu mereka masuk ma melompat bangkit.

"O, Bobinôt. Akhirnya kalian datang! Ya Allah, saya begitu cemas. Dimama kalian ketika hujan? Dan Bibi bagaimana? Tidak kehujanan. Tidakapa-apa dengan dia?"

Bibi dipeluknya dan diciumnya bertubi-tubi. Semua dalih dan alasanyang dikarang Bobinôt sambil berjalan pulang tidak terucap ketikaCalixta merabanya untuk melihat apa dia basah; rupanya ia lega bahwamereka sudah selamat sampai di rumah.

Page 22: Cerpen kate chopin

"Aku bawa udang buatmu Calixta," kata Bobinôt sambil merogoh kalengdari saku dan meletakkannya di meja.

"Udang! O! Bobinôt! Kau benar-benar luar biasa!" Calixta menciumpipinya penuh semangat.

"Apa kataku, kita makan besar malam ini!" Bobinôt dan Bibi bernapaslega, dan waktu menghadapi meja, ketiganya penuh gelak tawa, begitukeras sehingga terdengar oleh semua orang, mungkin bahkan olehLaballière.

IV

Malam itu Alcée Laballière menulis surat kepada isterinya Clarissa.Nada surat mengungkapkan kasih sayang yang mesra. Ia menulisClarissa tak perlu buru-buru pulang; boleh saja ia tinggal sebulanlagi kalau dia dan anak-anak suka di Biloxi. Jangan memikirkandirinya, meskipun ia merasa sepi, ia menyadari bahwa kesehatan danhiburan untuk mereka perlu, dan hal itu meringankan perpisahan yangagak lama.

V

Dan Clarissa amat gembira dengan surat suaminya. Dia dan anak-anaksenang. Lingkungannya menyenangkan; banyak teman-teman lama ada diteluk itu. Untuk pertama kali sejak ia menikah ia bebas bergerak dansesekali ia merasa lagi kegembiraan dan kebebasan seperti di masagadisnya.

Ia seorang isteri yang berbakti pada suami, dan merasa senang bahwauntuk sementara waktu ia dibebaskan dari keintiman perkawinan.

Page 23: Cerpen kate chopin

Jadi, badai sudah reda dan semua senang.

Tentang Pengarang :

Kate Chopin adalah nama pena dari Katherine O’ Flaherty. Ia adalah seorang pengarang Amerika ( 1851 – 1904). Cerita berjudul BADAI ini dimasukkan dalam kumpulan cerita berbahasa Belanda, De beste buitenlandse verhalen van de Bezige Bij ( Cerita Asing terbaik terbitan ”De Bezige Bij”).

Cerpen Kate Chopin : Badai (PDF)

Ripe Figs

by Kate Chopin(1851-1904)

Maman-Nainaine said that when the figs were ripe Babette might go to visit her cousins down on Bayou-Boeuf, where the sugar cane grows. Not that the

Page 24: Cerpen kate chopin

ripening of figs had the least thing to do with it, but that is the way Maman-Nainaine was.

It seemed to Babette a very long time to wait; for the leaves upon the trees were tender yet, and the figs were like little hard, green marbles.

But warm rains came along and plenty of strong sunshine; and though Maman-Nainaine was as patient as the statue of la Madone, and Babette as restlessas a humming-bird, the first thing they both knew it was hot summer-time. Every day Babette danced out to where the fig-trees were in a long line against the fence. She walked slowly beneath them, carefully peering between the gnarled, spreading branches. But each time she came disconsolate away again. What she saw there finally was something that madeher sing and dance the whole day long.

When Maman-Nainaine sat down in her stately way to breakfast, the followingmorning, her muslin cap standing like an aureole about her white, placid face, Babette approached. She bore a dainty porcelain platter, which she set down before her godmother. It contained a dozen purple figs, fringed around with their rich, green leaves.

"Ah," said Maman-Nainaine, arching her eyebrows, "how early the figs have ripened this year!"

"Oh," said Babette, "I think they have ripened very late."

"Babette," continued Maman-Nainaine, as she peeled the very plumpest figs with her pointed silver fruit-knife, "you will carry my love to them all down on Bayou-Boeuf. And tell your tante Frosine I shall look for her at Toussaint--when the chrysanthemums are in bloom."

Terjemahannya ripe figs

Matangnya Buah Ara (Kate Chopin, 1893)

Page 25: Cerpen kate chopin

Maman-Nainaine bilang, ketika buah ara sudah matang Babette boleh pergi mengunjungi para sepupunya di Bayou-Lafourche, tempatnya tebu tumbuh. Tidak berarti ada hubungannya dengan matangnya buah ara, tapi begitulah Maman-Nainaine.

Tampaknya waktu yang lama bagi Babette untuk menunggu. Dedaunan di pohon belum melunak. Buahnya masih serupa kelerengkecil yang hijau dan keras.

Namun datanglah hujan yang lembut dan cukup sinar mentari. Kendati Maman-Nainaine setenang patung Madona, dan Babette seresah burung kolibri, mereka tahu bahwa musim panas telah tiba. Setiap hari Babette menari-nari, menuju barisan panjang pohon ara di balik pagar. Ia berjalan lambat-lambat di bawahnya, dengan saksama mengamati celah di antara bonggol-bonggol dahan yang menyebar. Tiap kali ia datang, kesedihan menjauh lagi. Apa yang ia lihat akhirnya membuatnya menyanyi dan menari sepanjang hari.

Pagi berikutnya Maman-Nainaine duduk dalam wibawanya untuk sarapan. Topi muslinnya bak lingkaran yang memancarkan cahaya di wajahnya yang putih dan tenang. Babette menghampiri. Ia menyangga talam porselin yang rawan pecah. Ia taruh di hadapanibu baptisnya itu. Talam tersebut berisi selusin buah ara ungu, dedaunan hijau terang berjumbai-jumbai di tepinya.

“Ah,” Alis Maman-Nainaine melengkung, “betapa cepatnya buah ara matang tahun ini!”

“Oh,” kata Babette, “Menurutku mereka matang dengan sangat lambat.”

“Babette,” lanjut Maman-Nainaine, seiring ia menguliti buah ara paling montok dengan pisau-buah peraknya yang tajam, “kau akan menyampaikan cintaku pada mereka semua di Bayou-Laforche.Dan beritahu Tante Frosinemu, aku akan menemuinya di Touissant—ketika serunai sedang mekar.”[]

Page 26: Cerpen kate chopin