Menjadi Mahasiswa ‘Backpacker’ atau Menggunakan ‘Biro Perjalanan’ Pernah baca kisah Mada dalam buku Haji Backpacker? Seorang pemuda yang mengembara secara backpacker di enam Negara hingga akhirnya bermuara di Mekkah, Arab Saudi. Walaupun istilah backpacker lebih sering dikaitkan dengan perjalanan wisata, namun sesungguhnya penggunaannya tidak selalu terkait dengan hal kepariwisataan. Bahkan perjalanan haji pun bisa dilakukan secara backpacker. Perjalanan seorang job seeker yang mengikuti tes/seleksi kerja dan selalu berpindah-pindah juga bisa disebut backpacker. Backpacker adalah istilah yang secara historis telah digunakan untuk menunjukkan suatu bentuk perjalanan independen yang murah. Faktor-faktor yang secara tradisional membedakan Backpacker dari bentuk perjalanan lain adalah penggunaan angkutan umum sebagai sarana perjalanan, preferensi penginapan sampai hotel tradisional, dan penggunaan ransel sebagai wadah muat dalam perjalanan. Nah, kalo mahasiswa selama di kehidupan kampusnya pernah gak menjadi seorang backpacker? Pastinya kalo mahasiswa cowok dan bawa ransel ke kampus, kemudian turun naik angkot persis seorang backpacker kan? Namun kali ini saya bukan membahas bagaimana dan seperti apa mahasiswa datang ke kampus atau pun perjalanan wisatanya. Yang ingin saya bahas adalah perjalanan mahasiswa dalam menuntaskan karya akademiknya yaitu skripsi. Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program …… Ini adalah kata-kata yang biasa menghiasi halaman depan skripsi mahasiswa. Walaupun adanya di semester terakhir, pengerjaan skripsi terkadang menjadi momok tersendiri bagi mahasiswa. Tidak tahu apa yang harus diteliti adalah problem umum mahasiswa. Sama sekali tidak ada ide. Syukur buat yang punya ide karena lumayan rajin membaca dan nyimak internet, dosen pembimbing tinggal mengarahkan biar lebih gress. Jadi membaca adalah kunci awal pembuatan skripsi. Biasanya dalam menghasilkan skripsi ada tiga tipe/kondisi yang terjadi dalam relasi mahasiswa-dosen. Pertama mahasiswa konsultasi dengan dosen dan berikutnya judul/topik skripsi diberikan oleh dosen. Tipe yang kedua adalah mahasiswa tersebut mempunyai kepercayaan diri yang tinggi sehingga dia mampu untuk mencari topik penelitian sendiri, tentunya dengan bantuan konsultasi dengan dosen pembimbing. Yang terakhir skripsi yang akan dikerjakan merupakan bagian dari penelitian dosen pembimbing.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Menjadi Mahasiswa ‘Backpacker’ atau Menggunakan ‘Biro Perjalanan’Pernah baca kisah Mada dalam buku Haji Backpacker? Seorang pemuda yang mengembara secara
backpacker di enam Negara hingga akhirnya bermuara di Mekkah, Arab Saudi. Walaupun istilah
backpacker lebih sering dikaitkan dengan perjalanan wisata, namun sesungguhnya penggunaannya
tidak selalu terkait dengan hal kepariwisataan. Bahkan perjalanan haji pun bisa dilakukan
secara backpacker. Perjalanan seorang job seeker yang mengikuti tes/seleksi kerja dan selalu
berpindah-pindah juga bisa disebut backpacker. Backpacker adalah istilah yang secara historis telah
digunakan untuk menunjukkan suatu bentuk perjalanan independen yang murah. Faktor-faktor yang
secara tradisional membedakan Backpacker dari bentuk perjalanan lain adalah penggunaan angkutan
umum sebagai sarana perjalanan, preferensi penginapan sampai hotel tradisional, dan penggunaan
ransel sebagai wadah muat dalam perjalanan.
Nah, kalo mahasiswa selama di kehidupan kampusnya pernah gak menjadi seorang
backpacker? Pastinya kalo mahasiswa cowok dan bawa ransel ke kampus, kemudian turun naik angkot
persis seorang backpacker kan?
Namun kali ini saya bukan membahas bagaimana dan seperti apa mahasiswa datang ke kampus atau
pun perjalanan wisatanya. Yang ingin saya bahas adalah perjalanan mahasiswa dalam menuntaskan
karya akademiknya yaitu skripsi.
Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program ……
Ini adalah kata-kata yang biasa menghiasi halaman depan skripsi mahasiswa. Walaupun adanya di
semester terakhir, pengerjaan skripsi terkadang menjadi momok tersendiri bagi mahasiswa. Tidak
tahu apa yang harus diteliti adalah problem umum mahasiswa. Sama sekali tidak ada ide. Syukur buat
yang punya ide karena lumayan rajin membaca dan nyimak internet, dosen pembimbing tinggal
mengarahkan biar lebih gress. Jadi membaca adalah kunci awal pembuatan skripsi.
Biasanya dalam menghasilkan skripsi ada tiga tipe/kondisi yang terjadi dalam relasi mahasiswa-dosen.
Pertama mahasiswa konsultasi dengan dosen dan berikutnya judul/topik skripsi diberikan oleh dosen.
Tipe yang kedua adalah mahasiswa tersebut mempunyai kepercayaan diri yang tinggi sehingga dia
mampu untuk mencari topik penelitian sendiri, tentunya dengan bantuan konsultasi dengan dosen
pembimbing. Yang terakhir skripsi yang akan dikerjakan merupakan bagian dari penelitian dosen
pembimbing.
Ada plus minus dari tiga pendekatan tersebut. Kalau judul/topik skripsi merupakan bagian dari
penelitian dosen, alamat pengerjaan skripsi akan lancar. Karena pada hakikatnya mahasiswa hanya
melaksanakan apa yang diinginkan dari penelitian tersebut, tetapi dituangkan sendiri dalam bentuk
tulisan oleh mahasiswa yang bersangkutan. Kelebihan lain, kalau dengan cara ini untuk skripsi yang
membutuhkan pengujian atau praktikum di laboratorium pastinya tidak akan mengeluarkan dana
sepeserpun.
Untuk judul skripsi yang diberikan oleh dosen, bisanya mahasiswa sudah bisa langsung tahu kemana
tujuan dan jalan yang akan ditempuh, berdasarkan ‘instruksi’ dari dosen tersebut. Mahasiswa yang
kreatif terkadang akan memberikan ide-ide tambahan sebatas boundary yang sudah ditetapkan
dosen. Tapi kalau ia pasif, biasanya akan manut saja terhadap arahan dosennya.
Tipe ketiga, adalah tipe yang sangat menuntut kreatifitas, kesabaran dan idealisme dari mahasiswa.
Untuk tipe ini jarang-jarang mahasiswa yang mau mengambil resiko. Karena judul dari mahasiswa
sendiri, pastinya ia akan terlebih dahulu mencari apa permasalahan yang terjadi, kemudian
dituangkan solusi dalam bentuk tujuan penelitian dan bagaimana proses pencarian
solusi/metodologinya. Tipe ini mengharuskan mahasiswa untuk peka dengan ‘lingkungan’nya dan
kreatif dalam mencari permasalahan dan solusi. Terkadang, proses penemuan ini membutuhkan waktu
yang tidak singkat karena harus bolak-balik literatur, gonta ganti arah penelitian bahkan sampai gonta
ganti topik sehingga mahasiswa pragmatisme atau yang ingin cepat tamat akan menolak tipe ketiga
ini.
Saya sendiri berdasarkan pengalaman membimbing, sudah membuat hipotesis :
“mahasiswa yang mengerjakan sendiri skripsinya, di awali dengan pencarian topik
penelitian sendiri, merancang metodologi sendiri hingga akhir akan sukses pada
pelaksanan sidang akhir“
Kenapa bisa begitu? Karena mahasiswa yang memilih tipe ketiga dalam pengerjaan skripsi, akan
paham secara penuh khasanah ilmu apa yang ditelitinya. Biasanya yang memilih tipe ini akan lebih
berkembang improvivasi dalam pengerjaannya sehingga secara penulisan, skripsi yang dihasilkan
akan mendekati sempurna.
Tapi dari sekian lama menjadi dosen, mahasiswa yang memilih tipe ketiga inilah yang paling sedikit
jumlahnya. Saya sendiri juga tidak ingin mengatakan bahwa skripsi yang judulnya dari dosen tidak
bagus. Tidak sama sekali. Tapi disini saya ingin mengatakan buat semua mahasiswa, bahwa jadikanlah
skripsi anda sebagai salah satu mahakarya yang pernah anda buat selama hidup.
Jangan jadikan skripsi sebagai barang murahan, yang tak terkenali karena terlalu seragam, yang
hanya copy paste metodologi dengan objek yang berbeda. Yang nantinya, beberapa tahun kemudian,
letak buku skripsi itu pun anda sudah tidak bisa melacaknya. Jadikanlah skripsi tersebut sebagai
kebanggaan diri anda. Tidak ada yang lebih membahagiakan dalam hidup, ketika anda bangga akan
diri sendiri bangga akan karya diri sendiri. Saya jamin akan beda kepuasan yang didapat.
Sekarang, tinggal anda yang membuat keputusan. Apakah anda berkeyakinan untuk menjadi
mahasiswa ‘backpacker’ atau tetap membutuhkan pertolongan ‘biro perjalanan’.
PS:
Pada kesempatan ini saya ingin mengajak pembaca semua untuk ikut dalam
survey singkat yang saya buat. Tersedia satu buah KOMIK 99 Cahaya Di Langit Eropa plus CD bagi
yang beruntung. Kuis ini diisi pada kolom komentar di bawah dengan menyebutkan nama dan nomor
kontak yang bisa dihubungi (HP/akun FB/akun twitter). Di tunggu hingga tanggal 26 januari 2015 ya.
1. Bagi anda yang berstatus MASIH MAHASISWA, tipe mana yang anda pilih dalam pengerjaan skripsi
anda nantinya (tipe 1/2/3) dan berikut alasannya.
2. Bagi yang sudah purna bakti sebagai mahasiswa alias SUDAH TAMAT, manfaat apa yang anda
rasakan selama anda bekerja yang ter-influence dari proses pengerjaan skripsi anda tersebut.
Perjalanan Hidup Seorang Mahasiswa Tingkat AkhirSebagai mahasiswa semester tujuh pantaslah gue disebut sebagai "Mahasiswa Tingkat Akhir"..Atau sinonimnya HAMPIR BASI..Mahasiswa yang mau gak mau harus berkutat dengan..... SKRIPSI
Yaap SKRIPSI,
Hal yang akan nganter gue mencapai gelar SARJANA EKONOMI..
Hal yang bisa bunuh gue secara perlahan.
Hal yang memaksa gue untuk sering sering ke kampus.
Ngurus SKRIPSI itu ribet, seribet nyolong mangga disiang bolong..
Gimana enggak, Sebelum buat SKRIPSI kita mesti ketemu pembimbing akademik dan minta tanda tangan terus ngajuin judul dulu abis itu minta pembimbing lalu nyari pembimbing itu terus minta tanda tangan kemudian minta tanda lagi sama ketua jurusan, kemudian buat surat pra penelitian terus minta tanda tangan lagi buat pengesahan surat, abis itu keInstansi buat dapet ijin meneliti.
Syukur kalo dapet ijin, nah kalo ga dapet?? Jadinya lebih ribet lagi..
Kalo udah dapet ijin dari instansi tempat rencana meneliti, mulailah babak belur penyusunan skripsi, kemudian konsultasi kepembimbing, pembimbingnya rese dan skripsi ditolak.. Ngulang lagi nyusun skripsi dan ditolak lagi. Ngulang lagi dan ditolak lagi tapi kali ini dengan parang tertancap di kepala..Ngulang lagi dan ditolak dengan tubuh hampir gosong akibat ledakan bazooka..
Belum lagi kalo ketemu pembimbing dengan tingkat resenya udah mendewa, kalo pengen konsultasi harus dateng subuh ato dateng abis magrib. Dan ga boleh ngetuk pintu, kita nunggu didepan pager sampe dia nongol dibalkon syukur kalo diliat kalo ga diliat yahh pulang dengan wajah suram. Pas ketemu bukannya di bimbing malah dinajisin..
That sound great and It's so KAMPRET..
Atau dapet pembimbing yang ababil, gak konsisten..Atau dapet yang seneng kemana mana (Baca: PKK = Perempuan Kesana Kemari), bentar bentar ada di luar kota ato diluar negeri.. Kita nungguin sampai lumutan..NGENES..
Atau yang bikin super nyesek, dapet pembimbing hobi NYACANGIN..Belum lagi yang mata duitan, dikit dikit duit. Duit dikit dikit tapi masih dimintain..Ada juga yang paling hobi NGAMBEK..HOROR..
Tapi ada juga sih yang baik, bahkan ada yang like an Angel..*Senyum jahat..
Macem macemlah cobaan yang harus kita hadepin dalam nyusun SKRIPSI, dan itu harus diterima..
GUE?? SKRIPSI gue??
SKRIPSI gue cobaannya lebih HOROR dari mahasiswa setingkat gue..
Gue ngebaca judul gue aja gue harus MIMISAN dulu..Gue LEMAH, Gue RAPUH..Nonton video klip JKT48 gue pake acara MIMISAN juga..
Semenjak gue menginjakkan kaki disemester tujuh, gue jadi trauma pulang kampung..Keluarga gue lebih seneng nanyain kabar SKRIPSI gue dibanding kabar dompet gue..
Mama: "Ehh.. Gimana kabar SKRIPSI mu?? Kapan ujian tutup??
Gue: *Terbaring lemah dengan busa dimulut dan sekotak obat nyamuk bakar ditangan..
Ditelpon juga gitu, nanyain masih seputar SKRIPSI bukan seputar dompet..Gue kadang nyuekin telponnya mereka..
Temen gue: "Ehh Hape kamu bunyi tuh, dari My Humz..Gue: "Biarin aja gitu.. Jangan disentuh, jangan diangkat, jaaannggaaan disentuh, buang hape itu, tolooong gue, tolong gue, AMPUN AMPUN, cukup.. Jangan siksa akuhh seperti ini"..Temen gue: "Kamu kenapa?? heii Siapa pun panggilin spesialis bersalin beruk dong, ada orang kesurupan nih"NAAS..
Gue bahkan sempet mikir kalo gue ini bukan keturunan mereka..
JANGAN JANGAN GUE INI DITEMUKAN DIDEPAN RUMAH DENGAN TERBUNGKUS KALENDER BERGAMBAR AURA KASIH lalu diadopsi.. *Abaikan
ATAU JANGAN JANGAN GUE INI PUTRA YANG KETUKER SAMA ALDI BAKRIE DI RUMAH SAKIT. HARUSNYA GUE YANG NIKAH SAMA NIA RAMADHANI..*Yang punya pisau dapur silahkan tikam gue..
Ga cuma sampe disitu cobaan yang gue harus hadepin, karena SKRIPSI ini gue jadinya agak sedikit parno..
Waktu itu lagi pengen makan malem bareng temen temen di salah satu warung yang menjajakan menu Ayam Crispy.
Gue coba ngeliat menu, didaftar menu yang sebelumnya bertuliskan AYAM CRISPY tiba tiba berubah jadi AYAM SKRIPSI kemudian dari dalem daftar menu keluarlah begitu banyak SKRIPSI bergambar ayam dan menampar nampar gue sampe ganteng..KE-PARNO-AN GUE MEMBABI BUTA..
Kebanyakan nonton film HOROR kayaknya gue..
Keren kayaknya kalo tentang SKRIPSI dibuat film horor, judulnya HANTU SKRIPSI Jadi ceritanya seorang wanita... Kenapa harus wanita?? Ceritanya si hantu skripsi ini berwujud kuntilanak..Lanjut, jadi ceritanya seorang wanita yang meninggal karena keracunan nyusun SKRIPSI lalu dia menghantui para mahasiswa tingkat akhir untuk membantunya menyelesaikan SKRIPSInya mereka.. Nah lohh..Ini lebih mirip jasa bantu buat SKRIPSI dibanding mirip hantu.. SESAT..Note: Ini ga penting penting amat..
Okeh, kembali ke jalan yang benar..
Yang paling parah nih cobaan SKRIPSI gue, setiap pagi bangun tidur dan sebelum tidur kerap kali terdengar suara gaib.. Bunyi suaranya gini, "Kapan kamu selesaiin SKRIPSI kamu?? Mau jadi apa kamu kalo kelamaan kuliah??"..Setelah gue telusuri, sara itu berasal dari hape gue. Itu suara mak gue yang rutin nelpon..
SO, walaupun gimana sadisnya, kejamnya, dan ribetnya SKRIPSI tapi ingat bahwa SKRIPSI itu adalah salah satu syarat mahasiswa untuk bisa nyelesaiin studi. Kita hanya punya dua pilihan, merdeka atau mati?? | BUKAN.. Hidup atau mati?? | BUKAN.. Sakit atau sembuh?? | SEMBUH.. Sumpah pocong?? | HEH??..
CUKUUUPPP.. *Urat muncul dipermukaan leher..
Hanya dua pilihan, nyusun SKRIPSI atau Drop Out. SILAHKAN MEMILIH WAHAI MAHASISWA, NASIBMU ADA DITANGAN MU BUKAN DITANGAN DIA (Nunjuk patung Liberty)..
Kalo dipikirkan secara baik baik, nyusun SKRIPSI itu punya dampak positif juga. Kita bisa belajar sabar, bisa belajar sibuk. Diluar sana (baca: Dunia kerja) akan lebih berbeda dari dunia kampus, diluar sana lebih liar, diluar sana kita akan menghadapi hari hari sibuk dengan porsi yang ga tanggung tanggung..
Script Story (bag.1)-Sebuah cerita, entah kapan akan selesai kutulis tapi pasti akan selesai karena episodenya juga sudah selesai tayang dengan pemain utama yang ga perlu akting-
Mengapa aku menyebutnya script bukan essay seperti bagaimana biasa orang menyebutnya dalam bahasa inggris? Ya, cerita ini tentang perjalanan penyusunan sebuah skripsi. Dalam bahasa inggris orang menulisnya essay bukan script. Penggunaan kata script biasanya digunakan untuk menunjukkan sebuah naskah yang digunakan dalam pembuatan film yang intinya adalah cerita. Menurut artinya secara bahasascript adalah sebuah tulisan atau naskah. Bagiku tulisan yang disebut skripsi itu bukan sekedar tulisan karya ilmiah atas sebuah penelitian yang harus dipertanggungjawabkan di depan majelis sidang.
Tulisan itu, sebuah cerita yang mengisahkan perjalanan panjangnya. Perjalanan panjang hingga ia berbentuk sebuah jilid setebal 3xx halaman. Tulisan yang kuselesaikan selama dua tahun, lebih lama satu tahun daripada orang lain. Perjalannya sedikit lebih panjang, perjalanannya memberikan banyak kuliah kehidupan yang tak kudapatkan dalam bangku kuliah reguler yang telah kujalani selama delapan semester. Benar sekali kawan selain masalahscript semua matakuliah aman sentausa, dalam transkrip semua tertulis 1 kali kontrak. Itulah aku mengapa menyebutnya script, karena memang ia lebih dari sebuah essay.
Menjalaninya, sumpah biasa aja sih tapi dalam hal menuliskan sebuah cerita tentu harus sedikit lebay biar dramatis gitu ya. Tapi yang perlu kutekankan sekali lagi, ngejalaninnya sumpah biasa aja. :D cekidot deh.
Episode KBK
Baiklah kujelaskan dulu apa itu KBK. Itu adalah sebuah kelompok-kelompok penelitian yang ada di kampusku khususnya di jurusanku. Ada dua macam KBK di jurusan Pendidikan Kimia yaitu KBK untuk Program Studi Pendidikan Kimia dan Program Studi Kimia. Pada masing-masing prodi tersebut tentunya banyak lagi jenis-jenis KBK. Singkat cerita, para mahasiswa tingkat akhir (baca: semester 7) pada saat itu tentu angkatanku, dikumpulkan dalam sebuah ruangan luas berundak-undak didalamnya dengan banyak kursi dan lampu yang cukup terang tapi cukup redup juga, tempat itu bernama auditorium FPMIPA. Katanya kuliah umum mengenai kelompok penelitian, sebuah sosialisasi kelompok-kelompok penelitian yang ada dalam naungan jurusan. Tujuannya untuk membantu mahasiswa dalam pengarahan pembuatan skripsi, dosen-dosen yang tergabung dalam kelompok-kelompok penelitian itu akan menjadi pembimbing skripsi. Dalam fikiranku, itu mungkin sebuah bentuk simbiosis mutualismeantara dosen yang butuh lebih banyak orang dalam melakukan penelitiannya karena beliau-beliau juga punya kewajiban untuk mengajar dan mengurus ini itu dengan mahasiswa yang butuh bimbingan dalam menyusun skripsinya. Intinya dosen membantu mahasiswa dan mahasiswa membantu dosennya.
Efeknya bagi para mahasiswa, kreativitas pencarian masalah sedikit dikerdilkan akan tetapi ironisnya bagi sebagian besar mahasiswa hal tersebut menjadi sebuah anugrah. Hmm,, geleng-geleng kepala, hehe.
Selama proses kuliah umum itu, kalo bisa disebut dengan kuliah umum, jujur bin suer ini mah aku ngantuk setengah hidup, separuh jiwaku sudah melayang ke alam mimpi dan pada akhirnya ketiduran untuk beberapa saat. Terbangun oleh temanku yang membangunkanku menyuruhku jangan ngantuk. Demi menjaga mata tetap melek walau dengan tenaga 5 watt maka kunyalakan netbook lalu OL. Hampura pak bu dosen. Alhasilwasting time selama setengah hari, karena benar-benar ga ada yang nyantol di otakku bahkan walau hanya sekedar tertarik. Nothing. Mungkin karena di dalam otakku sudah terpatri sebuah masalah yang ingin kuangkat dalam skripsiku nanti, entahlah aku bukan termasuk
mahasiswa yang merasa mendapatkan anugrah atas adanya kelompok penelitian itu. Jadi ketika keluar ruangan dan ada pertanyaan, mau masuk KBK mana? Coba tebak apa jawabanku. Au ah gelap #KataAnakJamanSekarang kurang lebih begitu jawabanku.
Episode Rebutan KBK
Ini suasananya ada di semester 8 pas lagi seru-serunya PPL, alamak ga tau PPL kah? Praktek jadi guru di sekolah itu looh, nanti ada episodenya sendiri. Ceritanya, susah mencari pembimbing skripsi tanpa ikut KBK atau kita sering sebut dengan payung penelitian. Whatever namanya lah ya, intinya kita harus ikut salah satu KBK karena para dosen terlalu sibuk untuk diminta menjadi pembimbing diluar KBK. Alamak, kan aku tidur ketika masa-masa sosialisasi KBK mana aku tau mau masuk KBK mana. Orang paling nyantai sejurusan Pendidikan Kimia angkatan 2008 kayanyaGUWE. Orang lain pada sibuk setres menimbang-nimbang mau ikut KBK yang mana, lah aku dengan santainya ga tau kalo pendaftaran udah dibuka dan UDAH MAU TUTUP. Akhirnya teman-temanku yang baik hati memberitahukan hal tersebut kepadaku, *tepuk tangan terimakasih yang meriah buat mereka kawan-kawan). Info yang kuterima beberapa KBK udah full kuota, tak masalah karena aku ga suka dengan penelitian macam itu. Dengan sedikit bego, aku meminta kepada temanku yang baik hati itu untuk menjelaskan bagaimana penelitian-penelitian yang masih buka kuota dan bagaimana si penelitian akan dijalankan. Dengan sabar dan penuh pengertian sambil sedikit setres karena belum daftar KBK manapun temanku menjelaskan bagaimana penelitian-penelitian itu dilaksanakan. Dengan begitu yakin temanku mengajak untuk mendaftar KBK Literasi Sains *aku tau kalian mengernyitkan alis mata, baiklah nanti kujelaskan). Aku pikir oke karena hanya KBK ini yang paling mendekati apa dengan apa yang ingin kuteliti, paling mendekati dengan judul proposal yang tadinya ingin kucarikan sendiri pembimbingnya. Aku bertanya siapa saja dosen yang berada di penelitian tersebut. Temanku menyebutkan dua orang dosen yang kelak menjadi pembimbingku. Oke sip kataku, bukan karena aku benar-benar sangat antusias tapi karena salah satu dosennya adalah Bapak Ganteng. Hahaha. Dasar pemilihan dosen pembimbing dari kegantengannya kelak sedikit membuatku ingin memecahkan kepala *bohong.
Seperti layaknya mencari jodoh buat nikah, sama dengan mencari dosen pembimbing jangan sekali-kali melihat hanya dari sisi kegantengan atau kecantikan semata. Ingatlah ganteng dan cantik itu relatif dan tidak abadi kawan. Hahaha.
Sejak hari itu, sejak aku memutuskan untuk ikut KBK bersangkutan hidup skripsiku berubah. Dengan proses rebutan yang sengit dan perjuangan temanku yang gigih membetotku untuk segera mendaftar sebelum keduluan yang lainnya, akhirnya kami mendaftar. Kami berdua.
Episode Ketemuan
Setelah kuota terpenuhi, tak lama setelah aku mendaftar *pendaftar terakhir hahaha) kami sekelompok penelitian dikumpulkan bersama calon pembimbing kami. Kami bersembilan, sore-sore ketika jam kantor sudah tutup sekitar jam 4an lah yaa, di ruang tamu kajur, kami bersembilan ceritanya ketemuan untuk mendapatkan arahan mengenai penelitian yang akan kami jalankan. Ternyata oh ternyata, setelah panjang lebar capruksana capruk sini, kesimpulan yang kudapatkan penelitian yang akan kulaksanakan dalam kelompok penelitian ini sama dengan judul proposal yang akan kuusulkan dan ga jadi hanya saja lebih luas cakupannya. Yang membuat sedikit lebih tertarik adalah materi yang akan diangkat adalah sesuai pula dengan angan-anganku. Ngomong-ngomong aku belum menceritakan sesuatu angan-anganku tentang skripsi. Baiklah, aku ceritakan seulas di sini. Aku salah satu orang penggemar kebudayaan khususnya kebudayaan dari mana aku berasal. Yoyoi, kebudayaan jawa. Bagiku budaya adalah salah satu hal yang harus selalu diwariskan dan penuh dengan nilai-nilai luhur yang semakin banyak ditinggalkan oleh manusia-manusia masa kini yang katanya manusia modern tersebut.
Padahal nilai-nilai yang mereka tanamkan dan agung-agungkan dengan memandang sebelah mata kebudayaan itu, tak lebih dari nilai-nilai yang mengagungkan nafsu.
Memang penilaian hanya sebelah pihak, karena sebenarnya ada juga nilai-nilai positif dari gaya hidup modern itu. Akan tetapi, manusia-manusia Indonesia yang pada kaget kemodernan akhirnya hanya sebagian saja mengambil, mengadopsi tanpa memilih dan memilah mana yang dapat diterima dalam adat ketimuran yang terkenal dengan keluhurannya dan mana yang tidak baik untuk dilaksanakan. Dengan semakin berkembangnya zaman, kebudayaan asli daerah benar-benar semakin terpinggirkan. Itulah mengapa, dengan keinginan yang menggebu sangat ingin mengangkat salah satu kebudayaan sekitar daerahku sebagai bahan skripsiku. Yatta,, ternyata keris dan budaya penjamasannya *mandiin keris) menjadi temaku dalam pembuatan skripsi dengan kelompok ini. Dengan muka flat alias datar-datar menerima tema itu, karena masih terpengaruh oleh suasana kejiwaan *halah) berkaitan dengan skripsi. Ceritanya ada tiga tema, yaitu nano, batik dan keris. Dengan berharap cemas, karena aku bakal males banget kalo dapet nano, atau dapet batik walau konteksnya seru tapi materinya ga rame, jadi keris adalah salah satu yang paling menarik diantara tiga konteks yang ditawarkan. Masalahnya aku menjadi yang harus terakhir memilih dengan kondisi gw duduk di ujung. Alamak, please don’t make me fall in pieces again *nyanyi lalala). Pada akhirnya keris jatuh ditanganku tapi alamak bukan keris atau nanao atau batik ternyata yang membuat fall in pieces, ternyata 3 orang yang dapet keris penelitiannya adalah melanjutkan penelitian kakak tingkat kami yang sebelumnya. Rasanya seperti terbang melayang tinggi lalu dijatuhkan ke tanah sampai mati eh pingsen aja deh haha. Itu artinya, penelitian ini ga akan bisa aku bawa on my style. Hopsyah,, what the bla bla bla bingits lah *AlayMode). Yah akhirnya dengan ikhlas dan melapangkan dada, judul ada di tangan masih dengan tekad bulat bagaimanapun akan kubuat ini on my style hehehe. Ngotot,, itulah aku. Yiak. Nekat,, itu juga aku.. Akakak.
Pada akhirnya, *sekarang) menyadari “Mulailah segala sesuatu yang akan kau lakukan dengan niat yang tidak setengah-setengah, ketika sesuatu yang tidak kau sukai harus kau jalankan maka berfikir
positiflah dan nikmati perjalanannya. Niat yang setengah-setengah dan pikiran negatif hanya akan menghambat perjalanan dan menyakiti diri sendiri tanpa menyelesaikan masalah”
“Niat yang penuh, Hadapi, Hayati, Nikmati”
Mengapa aku menuliskan kutipan buatanku sendiri *hahaha) barusan di atas? Itulah memulai sesuatu dengan niat yang tidak penuh, dengan keengganan yang masih menggantung berat, pikiran-pikiran negatif, membiarkan ketidaksukaan merajai perjalanan. Ahahaha, tapi ingatlah semua ada hikmahnya, semua ada jalannya masing-masing. :D