I am a clinical nurse and nurse educator Blog ini berisikan tentang asuhan keperawatan,isu isu terbaru keperawatan dan kesehatan Mengenai Saya DIII Keperawatan Perintis sumaterabarat, Indonesia Perawat diruangan Neurologi rumah sakit stroke nasional bukittinggi dan sebagai dosen tetap di salah satu Prodi Keperawatan di salah satu Stikes di bukittinggi Lihat profil lengkapku Rabu, 26 Januari 2011 Asuhan Keperawatan Kista Cephalgia BAB I CHEPALGIA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I am a clinical nurse and nurse educator
Blog ini berisikan tentang asuhan keperawatan,isu isu terbaru keperawatan dan kesehatan
Mengenai Saya
DIII Keperawatan Perintis sumaterabarat, IndonesiaPerawat diruangan Neurologi rumah sakit stroke nasional bukittinggi dan sebagai dosen tetap di salah satu Prodi Keperawatan di salah satu Stikes di bukittinggi
1.1.5.2. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
1.1.5.3. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan
metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi
serebrovasculer akut).
1.1.5.4. Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis).
1.1.5.5. Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
1.1.5.6. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III
yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis).
1.1.5.7. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress.
(Sylvia G. Price, 1997)
1.1.6. WOC
Penggunaan obat yang berlebihan, stress, masalah tidur,
kegiatan berlebihan, kafein, rokok, alkohol penyakit atau infeksi
3. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma servikal, hipertensi, atau trauma
1. Memudahkan pilihan intervensi yang sesuai. Membantu mengidentifikasi yang kemungkinan terlupakan tidak dicoba atau gagal dalam membantu masalah masa lalu
2. Nyeri merupakan keluhan subjektif dan harus dijelaskan klien g untuk mengetahui derajat, karakteristik dan lokasi nyeri
3. Pemahaman terhadap keadaan penyakit yang mendasarinya membantu dalam pemilihan intervensi yang sesuai
4. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal, misalnya : ekspresi wajah, gelisah
5. Kaji/hubungkan factor/emosi dari keadaan orang
6. Evaluasi perilaku nyeri
7. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti mengisolasi diri.
8. Diskusikan dinamika fisiologis dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orng terdekat
4. Merupakan indicator atau derajat tidak langsung yang dialami klien
5. Factor yang berpengaruh terhadap keberadaan/persepsi nyeri tersebut
6. Dapat diperberat karena persepsi pasien nyeri tidak dipercaya atau karena pasien pasien mempercayai orang terdekat/ pemberi asuhan mengabaikan nyeri.
7. Pasien dapat menarik diri dari keterlibatannya dengan oaring lain/kegiatan tertentu sebagai akibat dari nyeri tersebut
8. Pengetahuan tentang bagaiman factor-faktor ini mempengaruhi sakit kepala dapat membantu dalam mengatasinya
9. Intruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri tiba
10. Anjurkan untuk istirahat pada ruangan yang tenang
11. Berikan kompres dingin pada kepala
12. Berikan kompres hangat dan masase daerah kepala/leher apabila klien dapat mentoleransi sentuhan
9. Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat menurunkan beratnya serangan
10. Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi sakit kepala
11. Meningkatkan sara nyaman dengan menurunkan vasoliditasi
12. Meningkatkan rasa nyaman, menghilangkan ketegangan, dan meningkatkan relaksasi otot
2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromaskuler : kelemahan, paralisis spatis d/d ketidakmampuan bergerak
Mobilitas fisik membaik, dengan kriteria :
- Mempertahankan posisi optimal yang berhubungan dengan adanya kontraktur
- Mempertahankan kekuatan fungsi
1. Kaji kemampuan fungsional, luas gangguan sejak awal klasifikasi 0-4
2. Ubah posisi setiap 2 jam
3. Lakukan rentang gerak aktif atau pasif
1. Mengidentifikasi kekuatan yang dapat memberikan informasi terhadap usaha perkembangan
2. Menurunkan resiko iskemik jaringan dan mencegah dekubitus
Mendemonstrasikan teknik perilaku melakukan aktifitas
4. Tinggikan kepala dan tangan
5. Anjurkan klien untuk membantu pergerakan ekstremitas yang sehat
4. Meningkatkan aliran balik vena dan membantu mencegah odema
5. Memberikan respon yang baik jika daerah yang sakit tidak menjadi lebih terganggu dan memerlukan dorongan serta latihan aktif
3 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, kehilangan control/koordinasi otot.
Perawatan diri terpenuhi, dengan criteria :
- Klien tampak rapi- Klien tidak berbau
1. Kaji kemampuan dan kekuatan otot untuk kebutuhan sehari-hari
2. Hindari bantuan aktifitas dimana klien dapat melakukannya, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
3. Bantu klien untuk perawatan diri seperti mandi, gosok gigi, dan cuci mulut
4. Berikan umpan balik yang positif untuk semua usaha yang dilakukan dan keberhasilan
5. Kaji kemampuan klien
1. Untuk mengklasifikasi atau merencanakan pertolongan atau bantuan kebutuhan pasien
2. Untuk mencegah rasa takut dan terganggu serta mempercepat masa pemulihan. Adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga
3. Menjaga kebersihan klien
4. Meningkatkan perasaan dan makna diri, meningkatkan kemandirian dan mendorong klien untuk berusaha secara continu
5. Mungkin mengalami
untuk berkomunikasi tentang kebutuhannya untuk menghindari atau kemampuan menggunakan urinal, bedpan
6. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/ahli terapi okupasi
gangguan saraf kandung kemih, tidak dapat mengatakan kebutuhannya pada fase pemulihan akut.
6. Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus
4 Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Rasa cemas hilang, dengan criteria :
- Klien dan keluarga mengetahui informasi tentang penyakit
1. Kaji kemampuan klien atau keluarga tentang sejauh mana pengetahuannya tentang penyakit
2. Berikan penyuluhan mengenai informasi tentang penyakit yang diderita klien
3. Kaji kembali pengetahuan klien atau keluarga tentang penyakit setelah diberikan penyuluhan
4. Tanyakan apakah klien atau keluarga sudah
1. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan klien atau keluarga tentang penyakit
2. Agar klien atau keluarga mengetahui informasi tentang penyakit
3. Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien atau keluarga ttg penyakit setelah diberikan penyuluhan
4. Mengidentifikasi apakah rasa cemas klien atau keluarga
tidak merasa cemas lagi sudah teratasi atau belum
5 Koping individual tak efektif berhubungan dengan situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adekuat, kelebihan beban kerja, ketidakadekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri
Koping individual menjadi efektif,Dengan kriteria :
- Mengidentifikasi perilaku koping yang tak efektif dan akibatnya.
- Mengkaji sutuasi saat ini dengan akurat.
- Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang dimiliki.
1. Diskusikan mengenai metode koping, seperti pemakaian alkohol, kebiasaan merokok, pola makan, stratergi relaksasi.
2. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajrkan
3. Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh
4. Sarankan pasien untuk mengekspresikan perasaannya dan diskusikan mengenai bagaiman sakit kepala itu mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.
1. Tingkah laku mal adaptif mungkin digunakan untuk mengatasi nyeri yang menetap atau mungkin berperan dalam berlanjutnya nyeri tersebut.
2. Menemukan kebutuhan psikologis yang akan meningkatkan harga diri dan meningkatkan kesempatan untuk belajar cara-cara baru dalam mengatasi keadaan
3. Pasien mungkin menganggap dirinya sebagai seseorang yang mengalami sakit kepala dan mulai melihat dirinya sebagai seseorang yang tidak mengalami sakit kepala
4. Pasien mampu mengenali perasaannya yang berhubungan dengan nyeri yang terjadi. Pasien mungkin frustasi dengan kejadian sakit kepala /penanganan dan pengaturan yang perlu dibuat
5. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penanganan dan hasil yang diharapkan
dalam gaya hidupnya
5. Pemahaman terhadap informasi ini dapat membantu pasien dalam menemukan pilihan, belajar mengatasi msalh dan mendapatkan satu sensasi dari pengendalian atas keadaan yang meningkatkan harga diri.
6 Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan gangguan aliran darah obstruksi, hemoragi : vasspasme serebral, edema serebral.
Perfusi jaringan otak kembali normal.Dengan kriteria :
- Mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif snsorik/motorik membaik.
-
Mendemonstrasikan TTV stabil dan tidak ada peningkatan TIK.
- Tidak terjadi kekambuhan deficit.
1. Tentukan factor-faktor yang berhubungan dengan keadaan, penyebab khusus selama penurunan perfusi serebral dan potensial terjadinya peningkatan TIK
2. Monitor status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normalnya atau standar
3. Monitor Vital sign seperti adanya hipertensi/hipotensi, frekuensi dan irama jantung, catat pola dan irama pernafasan
4. Tindakan aliran vena
1. Dengan mengkaji dapat mepengaruhi penetapan intervenasi, dapat melakukan pemantauan terhadap TIK
2. Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas, dan kemajuan.
3. Dengan memonitor segala penyimpangan dapat terdeteksi secara dini .
dari kepala dengan mempertahankan bagian kepala tempat tidur tetap tinggi tanpa fleksi leher atau rotasi kepala yang berlebihan
5. Cegah konstifasi
4. Dengan mempertahankan kepala tempat tidur tetap tinggi, diharapkan tidak terjadi peningkatan TIK
5. Dengan mempetahankan kepala tempat tidur tetap tinggi diharapkan tidak terjadi peningkatan TIK
1.2.4. Implementasi
Setelah rencana keperawatan disusun selanjutnya ditetapkan dalam tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan diberikan
kepada pasien chepalgia berdasarkan prioritas yang muncul dengan cara mengatasi masalah yang mendeteksi terjadinya komplan.
1.2.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil dari keperawatan yang telah ditentukan, dengan mengadakan penilaian baik terhadap proses maupun terhadap hasil.
Diposkan oleh DIII Keperawatan Perintis di 14:50 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Reaksi:
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)