Top Banner

of 15

Cenderawasih NEW REVISI

Aug 07, 2018

Download

Documents

sunandar fatwa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    1/37

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Faktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan tulang

    rawan yang umumnya disebabkan oleh cederah. Trauma yang menyebabkan

    fraktur dapat berupa trauma langsung dan tidak langsung (Sjamsuhidajat &

    Jong, !!" #$"%. 'asalah yang akan timbul akibat fraktur dalahkerusakan

    mobilitas fisik, nyeri, kerusakan integritas kulit, gangguan perfusi

     jaringan.)dapun komplikasi akut fraktur, adalah # shock 

    hipo*olemik+neurogenik, perdarahan, emboli lemak, kompartemen syndrome,

    nyeri.

    enanganan fraktur pada prinsipnya meliputi reduksi (setting tulang

    yaitu mengermbalikan fragmen tulang pada kesejajarannya atau posisi

    anatomis. -mobilisasi, yaitu setelah fraktur direduksi fragmen tulang harus

    diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi yang benar sampai terjadi

     penyembuhan. -mobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau

    interna dan rehabilitasi, yaitu mempercepat pemgembalian fungsi dan

    kekuatan normal bagian yang terkena.

    ada fraktur ekstermitas bawah dapat terjadi pada tulang femur, tibia

    dan fibula.enanganannyadapat dilakukan secara konser*atif dan operasi

    sesuai dengan tingkat keparahan fraktur dan sikap mental pasien (runner &

    Suddart !! # /01 2 /30.

    4perasi adalah tindakan pengobatan yang menggunakan carain*asi*e

    dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani

    (Sjamsuhidajat & Jong, !!" # $"0. rosedur pembedahan yang sering

    1

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    2/37

    dilakukan diantranya reduksi terbuka dengan fiksasi interna (4pen reductions

    and internal fi5ation +46-F(runner & Suddarth, !! # /!1,'asalah yang sering muncul setelah operasi, adalah pasien setelah sadar 

    dan berada di ruang perawatan dengan odema atau bengkat, nyeri,

    keterbatasan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot serta penurunan

    kemampuan untuk ambulasi dan berjalan karena luka bekas operasi dan luka

     bekas trauma, juga kebanyakan pasien merasa takut untuk bergerak setelah

     pembedahanrunner & Suddarth (!! # /!, .7ntuk mengatasi masalah diatas, maka perlu dilakukan ambulasi dini.

    )mbulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien

     paskaoperasi dimulai dari bangun dan duduk disisi tempat tidur sampai pasien

    turun dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan dengan bantuan alat

    sesuai dengan kondisipasien (6oper, !! # 1/.ada hari pertama

     paskaoperasi, pasien bisanya cukup nyaman dan dapat dipindahkan ke kursi

    dengan bantuan.pada hari berikutnya dapat dimulai ambulasi dengan bantuan,

    ambulasi secara fungsional dapat merangsang penyembuhan fraktur (runner 

    & Suddart,!! # /38..

    'enurut 9amel et al (!!1# /% penundaan ambulasi dini pasien paska

    operasi fraktur meningkatkan terjadinya komplikasi paska operasi, misalnya

     pneumonia, dekubitus, resiko tinggi delirium dan menyebabkan pasien lama

    dirawat di rumah sakit. )mbulasi sangat penting dilakukan pada pasien paska

    operasi karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama

    sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk mulai

     berjalan ( 9o:ier, !!3 # 21!.

    2

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    3/37

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    4/37

    kecelakaan kendaraan bermotor sekitar %$ persen mengalami fraktur 

    ekstermitas bawah, diperoleh pada hari  Senin :25/04/2011 ( http // www.

     fraktur.geoogle.com )

    ?i 6S7 ?r. >asan Sadikin andung, jumlah pasien fraktur paska operasi

    ekstermitas bawah dalam / bulan terakhir (Januari s+d 'aret !11,tercatat

    0%orang. erdasarkan data rekam medis 4rtopedik (6uang 9eminig -@ &

    6, diagnosa ekstermitas bawah merupakan kelompok terbesar dalam

    kunjungan pasien dengan fraktur dan hampir semua pasien dilakukan tindakan

    46-F dan =ksternal fiksasi.Tidak ada data yang pasti berapa banyak jumlah

     pasien paska operasi fraktur ekstermitas bawah yang sudah melaksanakan

    ambulasi dini dan yang belum melaksanakan dini. >anya menurut pengamatan

     peneliti pada saat studi pendahuluan pada perawat ruangan 4rtopedik (6uang

    9eminig -@ & 6 masih banyak pasien yang tidak melaksanakan ambulasi

    dini, latihan ambulasi dini jarang dilakukan pada %8 jam paska operasi, rata

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    5/37

    6umusan masalah dalam penelitian ini adalahAfaktor < faktor apa saja

    yang mempengaruhi palaksanaan ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur 

    ekstermitas bawah di 6uang 4rtopedik 6S7 ?r. >asan Sadikin andungB.

    1.3. Tujuan Peneltan

    1./.1. Tujuan 7mum

    7ntuk mengetahui faktor < faktor yang mempengaruhi dalam

     pelaksanaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi fraktur ekstermitas

     bawah di 6uang 4rtopedik 6S7 ?r. >asan Sadikin andung.

    1.3.2. Tujuan !husus

    1. 'engetahui pengaruh factor kondisi kesehatan pasien ( suhu, tekanan

    darah+ hipotensi ortostatik, pernafasan, >b+anemia dan nyeri terhadap

     pelaksanaan ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur ekstermitas

     bawah.

    . 'engetahui pengaruh factor emosi terhadap pelaksanaan ambulasi

    dini pasien pasca operasi fraktur ekstermitas bawah.

    /. 'engetahui pengaruh factor gaya hidup terhadap pelaksanaan

    ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur ekstermitas bawah.

    %. 'engetahui pengaruh factor social hidup terhadap pelaksanaan

    ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur ekstermitas bawah.". 'engetahui pengaruh factor pengetahuan terhadap pelaksanaan

    ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur ekstermitas bawah.

    0. 'engetahui pengaruh factor paling dominan yang mempengaruhi

    terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur 

    ekstermitas bawah.

    1.". Man#aat Peneltan

    5

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    6/37

    1.%.1. elyanan 9esehatan

    >asil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi dan

    masukan bagi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pasien pasca

    operasi fraktur ekstermitas bawah di rumah sakit

    1.%.. -lmu 9eperawatan

    ?iharapkan dapat menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan dalam

    keperawatan terutama pada pasien fraktur ekstermitas bawah dalam

    mobilisasi pasien paska operasi

    1."./. eneliti

    'enambah wawasan bagi peneliti dan sebagai data dasar dalam melakukan

     penelitian lebih lanjut pada pelaksanaan ambulasi dini khususnya pasien

    operasi fraktur ekstermitas bawah.

    6

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    7/37

    BAB II

    TIN$AUN PU%TA!A

    .1.&raktur

    .1.1. De#ns

    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

     jenis dan luasnya (runner &Suddart, !! # /"3.'enurut 'asjoer, !!!,

    Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan

    atau tulang rawan yang umunya disebabkan oleh ruda paksa.

    .1.. !las#kas &raktur

    Fraktur ekstermitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan

    tulang atau tulang rawan yang terjadi pada ekstermitas bawah, umumnya

    disebabkan oleh ruda paksa Trauma yang menyebabkan fraktur dapat

     berupa trauma langsung, misalnya yang sering terjadi benturan pada

    ekstermitas bawah yang menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula dan

     juga dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpuh pada

    7

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    8/37

    tangan yang menyebabkan tulang kla*ikula atau radius distal patah

    (Sjamsuhidajat & Jong, !!".

    'enurut ).Crahan )ply & Doui Solomon ( !!,# /$2%1, yaitu

    klasifikasi fraktur ekstermitas bawah terdiri dari #

    a. Fraktur Dengkap(complete

    Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan

     biasanya mengalami penggeseran (bergeser dari posisi normal dan

    tulang benar < benar patah menjadi dua fragmen atau lebih, bersifat

    melintang.

     b. Fraktur Tidak lengkap (incomplete

    Fraktur tidak komplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis

    tengah tulang, dalam keadaan ini tulang terpisah secara tak lengkap dan

     periosteum tetap menyatuh, tulang bersifat bengkok atau melengkung.

    c. Fraktur Tertutup(closed

    Fraktur tertutup merupakan fraktur yang tidak menyebabkan

    robeknya kulit dan tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang

    dengan dunia luar

    d. Fraktur Terbuka (4pen+Eompound

    'erupakan fraktur yang terdapat hubunganantara fragmen tulang

    dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka

    dibagi dalam / derajat. ?erajat - fraktur luasnya kurang dari 1 cm,

    kerusakan jaringan lunak minimal, tidak ada tanda luka remuk,

    kontaminasi ringan,fraktur sederhana trans*ersal, obli atau kumulatif 

    ringan dan kontaminasi ringan. ?erajat -- laserasi lebih dari 1 cm,

    kerusakan jaringan lunak sedang, fraktur komuniti sedang. ?erajat ---

    terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot

    dan neo*askuler serta kontaminasi derajat tinggi

    8

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    9/37

    .1./. $ens ' $ens &raktur Ekstermtas Baah

    'enurut Dewis et al (!!! # %! jenis < jenis fraktur pada bagian

    ekstermitas bawah antara lain #

    a. Fraktur Eollum Femur (Fraktur hip

    'ekanisme fraktur dapat disebabkan oleh trauma langsung (direct)

    dan trauma tidak langsung (indirect). Trauma langsung (direct) biasanya

     penderita jatuh dengan posisi miring, dimana daerah trochanter mayor 

    langsung terbentur dengan benda keras. Trauma tidak langsung

    (indirect)  disebabkan gerakan e5orotasi yang mendadak dari tungkai

     bawah. karena kepala femur terikat kuat dengan ligamen di dalam

    acetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan

    fraktur di daerah collum femur. Fraktur leher femur kebanyakan terjadi

     pada wanita tua ( 0! tahun keatas dimana tulang sudah mengalami

    osteoporosis.

     b. Fraktur Subtrochanter Femur

    Fraktur subtrochanter femur ialah dimana garis patah berada " cm

    distal dari trochanterminor. mekanisme fraktur biasanya trauma

    langsung dapat terjadi pada orang tua, biasanya disebabkan oleh trauma

    yang ringan seperti jatuh dan terpeleset dan pada orang muda biasanya

    karena trauma dengan kecepatan tinggi.

    c. Fraktur atang Femur 

    'ekanisme trauma biasanya terjadi karena trauma langsung akibat

    kecelakaan lalu lintas di kota < kota besar atau jatuh ketinggian. patah

    9

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    10/37

     pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan uyang cukup banyak 

    sehingga menimbulkan shock pada penderita. Secara klinis penderita

    tidak dapat bengun, bukan saja karena nyeri tetapi juga karena

    ketidakstabilan fraktur. iasanya seluruh tungkai rotasi keluar, terlihat

    lebih pendek dan bengkat pada bagian pro5imalk akibat perdarahan ke

    dalam jaringan.

    d. Frakturro5imal Tibia

    'ekanisme fraktur dapat disebabkan karena trauma langsung atau

    tidak langsung. Trauma tidak langsung disebabkan karena tarikan yang

    sangat kuat dari otot kuardrisep yang membentuk muskulotendineus

    melekat pada patella. hal ini sering disertai pada penderita yang jatuh

    dimana tungkai bawah menyentuh tanah terlebih dahulu dan otot

    kuadrisep kontraksi secara keras, untuk mempertahankan kestabilan

    lutut. fraktur langsung dapat disebabkan penderita jatuh dalam posisi

    lutut fleksi, dimanapatella terbentur dengan lantai.

    e. Fraktur Tulang Tibia dan Fibula

    'ekanisme trauma biasanya dapat terjadi secara langsung maupun

    tidak langsung. secara langsung akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh

    dari ketinggian lebih dari % cm, fraktur yang terjadi biasanya fraktur 

    terbuka. sedangkan yang tidak langsung diakibatkan oleh gaya gerak 

    tubuh sendiri. iasanya fraktur tibia fibula dengan garis patah spiral dan

    tidak sama tinggi pada tibia bagian distal sedang fibula pada bagian

     proksimal. Trauma dapat disebabkan oleh cedera pada waktu olah raga

    dan biasanya fraktur yang terjadi yaitu tertutup. Cambaran klinisnya

     berupa pembengkatkan dan karena kompartemen otot merupakan

    10

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    11/37

    system yang tertutup, dapatr terjadi sindrom kompartemen dengan

    gangguan *askularisasi kaki.

    .1.%. Pr)ses Pen*em+uhan &raktur

    roses enyembuhan fraktur ber*ariasi sesuai dengan ukuran

    tulang dan umur pasien. faktor lainnya adalah tingkat kesehatan, atau

    kebutuhan nutrisi yang cukup. berdasarkan proses penyembuhan fraktur,

    yang diperoh dari beberapa sumber yang tercantun dibawah, yaitu#

    a. roses >ematom

    'erupakan proses terjadinya pengerluaran darah hingga terbentuk 

    hematom (bekuan darah pada daerah terjadinya fraktur tersebut,

    dan yang mengelilingi bagian dasar fragmen. >ematom merupakan

     bekuan darah kemudian berubah menjadi bekuan cairan semi

     padat.?alam % jam timbul perdarahan, oedema,hematoma disekitar 

    fraktur dan setelah % jam suplai darah disekitar fraktur meningkat

    (?icson & ;right dalam Sugeng ;. & ;eni. 9, !1!,

     b. roses oliferasi ( granulasi

     pada proses ini, terjadi perubahan pertumbuhan pembuluh darah

    menjadi memadat dan terjadi perbaikan aliran pembuluh darah.roses

    granulasiterjadi 12" hari setelah injuri, tahap fagositosis aktif, hematom

     berubah menjadi granulasi, jaringan berisi pembuluh darah baru dan

    osteoblas ( akpahan, !!1

    c. roses embentukan Eallus

    embentukan callus pada orang dewasa antara 0 < 8 minggu,

    sedangkan pada anak < anak minggu. Eallus merupakan proses

     pembentukan tulang baru, dimana callus dapat terbentuk di luar tulang

    11

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    12/37

    (subperiosteal callus dan di dalam tulang (endosteal callus. roses

     perbaikan tulang terjadi demikian rupa, sehingga trabekula yang

    terbentuk dengan tidak teratur oleh tulang imatur untuk sementara

     bersatu dengan ujung < ujung tulang yang patah sehingga membentuk 

    suatu callus tulang (akpahan, !!1

    d. roses 9onsolidasi (enggabungan

    erkembangan callus secara terus < menerus, dan terjadi

     pemadatan tulang seperti sebelum terjadi frakitur, konsolidasi terbentuk 

    antara 0 < 1 minggu (ossificasi)dan antara 1 < 0 minggu (matur.

    tahap ini disebut dengan penggabungan atau penggabungan secara terus

     < menerus ( akpahan, !!1.

    e. roses 6emodeling

    roses remodeling merupakan tahapan terakhir dalam

     penyembuhan tulang dan proses pengembalian benmtuk seperti semula.

    roses terjadi remodeling antara 1 2 tahun setelah terjadinya callus

    dan konsolidasi runner &Suddart, (!! # /"82/"$.

    2.1.,. Peraatan Pasen Paska -eras Ekstermtas Baah

    'enurut Sugeng ;. & ;eni. 9 (!1! # / < 3 &

    (6ee*es.al,!!1. )suhan keperawatan pasien paska operasi fraktur 

    ekstermitas bawah mencakup beberapa obser*asi dan inter*ensi,

    meliputi #

    12

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    13/37

    1. 'onitor neuro*askuler setiap 1 2 jam, monitor tanda < tanda

    *ital selama % jam, kemudian setiap % jam sekali selama 1 < / hari

    dan seterusnya.

    . 'onitor hematokrit dan hemoglobin. 4bser*asi karakteristik dan

    cairan yang keluar, laporkan pengeluaran cairan dari 1!! < 1"!

    mD+di setelah % jam pertama.

    /. 6ubah posisi klien setiap jam dan sediakan trape:e gantung yang

    digunakan pasien untuk melakukan perubahan posisi. Detakkan

     bantal kecil di antarakaki klien untuk memelihara kesejajaran

    tulang.

    %. )njurkan dan bantu pasien melakukan teknik nafas dalam dan

     batuk.

    ". 'emberikan pengobatan seperti analgesik, obat relaksasi otot,

    antikoagulang atau antibiotic. anjurkan weigh bearing   yang sesuai

    dengan kondisi pasien dan melakukan mobilisasi dini

    2.2. !)nse Am+ulas Dn

    ..1. ?efinisi )mbulasi ?ini

    )mbulasi merupakan upaya seseorang untuk melakukan latihan

     jalan atau berpindah tempat ( Kamis, 21 April 2011:

    http//www.bascommetro.com/2009/12/amblasi dan mobilitas.htlm.

    )mbulasi adalah akti*itas berjalan ()smadi,!!8 # 11/. )mbulasi dini

    merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska

    13

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    14/37

    operasi di mulai dari bangun dan duduk sampai turun dari tempat tidur dan

    mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien(6oper,

    !!.

    ... 'anfaat )mbulasi ?ini

    )mbulasi dini merupakan komponen dalam perawatan paska operasi

    fraktur karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan

    sama sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk 

    mulai berjalan (9o:ier,!!3. 'anfaat ambulasi adalah menurunkan

    insiden komplikasi immobilisasi paska operasi meliputi # sitem

    kardio*askuler penurunan curah jantung, peningkatan beban kerja jantung,

    hipotensi ortostatik, trobosis *ena dalam (?@T # ?eep @enous thrombosis

    dan atelektasis. sistem respirasi penurunan kapasital *ital, penurunan

    *entilasi + perfusi setempat, mekanisme batuk yang menurun, embolisme

     pulmonary. Sistem perkemihan infeksi saluran kemih. -ritasi kulit dan luka

    yang disebabkna oleh penekanan, sistem muskuloskeleta atropy otot,

    hilangnya kekuatan otot, kontraktur,osteoporosis, mempertahankan gerakan

    normal dan fungsi dari struktur < struktur yang tidak cedera, mempercepat

     pemulihan gerakan dan fungsi normal pada daerah fraktur.Sistem

    gastrointestinal paralitik ileus, kontipasi, anoreksia dan gangguan

    metabolisme. 'engurangi 9omplikasi respirasi dan sirkulasi, mempercepat

     pemulihan peristaltic usus dan kemungkinan distensi abdomen,

    mempercepat proses pemulihan pasien paska operasi, mengurangi tekanan

     pada kulit + dekobitus, penerunan intensitas nyeri, frekuensi nadi dan suhu

    14

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    15/37

    tubuhkembali normal ()smadi,!!8 runnerth & Sudarth, !! # /!$

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    16/37

    lengan benar < benar kuat untuk menopang tubuh, pasien dengan

    keseimbangan yang bagus. b. Eanes (tongkat adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi

     pinggang terbuat dari kayu atau logam, digunakan pada pasien dengan

    lengan yang mampu dan sehat, terdiri dari tongkat berkaki panjang

    lurus ($ingle straight % legged  dan tongkat berkaki segi empat (&ad 

    came.

    c. ;alkers adalah suatu alat yang sangat ringan, mudah dipindahkan,

    setinngi pinggang dan terbuat dari logam, walkers mempunyai empat

     penyangga yang kokoh. 9lien memegang pegangan tangan pada batang

    di bagian atas, melangkah memindahkan walkers lebih lanjut dan

    melangkah lagi. ?igunakan pada pasien yang mengalami kelemahan

    umum, lengan yang kuat dan mampu menopang bagian tubuh, pasien

    dengan masalah gangguan keseimbangan, fraktur hip dan fraktur 

    ekstermitas bawah lainnya.

    ..". Pelaksanaan Am+ulas Dn Pasen Paska -eras &raktur Ekstermtas

    +aah

    )mbulasi yang aman memerlukan keseimbangan dan kekuatan yang

    cukup untuk menopang berat badan dan menjaga postur. eberapa pasien

    memerlukan bantuan dari perawat untuk bergerak dengan aman (>oeman,

    !!1. Tahapan ambulasi pada pasien paska operasi ekstermitas bawah ada

    / (tiga, yaitu # preamblation, bertujuan mempersiapkan otot untuk berdiri

    dan berjalan yang dipersiapkan lebih awal ketika pasien bergerak dari

    tempat tidur.$itting balance, yaitu membatu pasien untuk duduk disisi

    16

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    17/37

    tempat tidur dengan bantuan yang diperlukan.$tanding balance, yaitu

    melati berdiri dan mulai berjalanmenurut (ager & ;illiams,

    !!.'enurut lewis, etal, (!!!, ambulasi dimulai dari  parallel barsdan

    untuk latihan berjalan dengan menggunakan bantuan alat. ketika pasien

    mulai berjalan, perawat harus tahu weight bearing   yang diijinkan pada

    disfungsi ekstermitas bawah. )da / (tiga jenis weight bearingamblations,

    yaitu  ' non weight bearing amblations : tidak menggunakan alat bantu

     jalan sama sekali, berjalan dengan tungkai tidak diberi beban

    (menggantung dilakukan selama / (tiga minggu setelah paska operasi.

     aetialweight bearingamblations  # menggunakan alat bantu jalan pada

    sebagian akti*itas, berjalan dengan tungkai diberi beban hanya dari beban

    tungkai itu sendiri dilakukan bila kallus mulai terbentuk (/ < 0 minggu

    setalah paska operasi. llweight bearing amblations : semua akti*itas

    sehari < hari memerlukan bantuan alat, berjalan dengan beban penuh dari

    tubuh dilakukan setelah / (tiga bulan paska operas, dimana tulang telah

    terjadi konsolidasi.

    asien paska operasi fraktur hip (pangkal femur dengan 46-F

    dianjurkan untuk ambulasi dini duduk dalam periode yang singkat, dalam

    % jam paska operasi, kemudian berangsur < angsur lakukan ambulasi

    dengan kruk (tongkat non weight bearing selama / < " bulan, proses

     penyembuhan baru akan terjadi. asien dengan paska operasi batang femur 

     perlu dilakukan latihan otot kuadriseps dan gluteal untuk melatih kekuatan

    otot dan merangsang pembentukan kallus, karena otot < otot ini penting

    17

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    18/37

    untuk ambulasi, proses penyembuhan 1! < 10 minggu, berangsur < angsur 

    mulai partialweight bearing % < 0 minggu dan  ll weight bearing dalam

    1 minggu. Fraktur patella segera lakukan ambulasi weight bearing  sesuai

    dengan kemampuan pasien setelah paska operasi dan lakukan latihan

    isometric otot kuadriseps dengan lutut berada pada posisi ekstensi. saka

    operasi fraktur tibia dan fibula lakukan ambulasi dengan  partial weight 

    bearing  disesuaikan dengan tingkat cedera yang dialami pasien (Sa5ton et

    al. ;illiamson,!!!

    >al < hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanakan ambulasi dini

     pada pasien paska operasi fraktur ekstermitas bawah, yaitu pasien dengan

    disfungsi ekstermitas bawah biasanya mulai dari duduk di tempat tidur,

    akti*itas ini dilakukan atau / kali selama 1! < 1" menit, kemudian dilatih

    untuk turun naik tempat tidur dengan bantuan perawat sesuai dengan

    kebutuhan pasien. jangan terlalu memaksakan pasien untuk melakukan

     banyak pergerakan pada saat bangun untuk menghindari kelelahan.

    erhatikan waktu pasien turun dari tempat tidur apakah menunjukan

    gejala < gejala pusing, sulit bernafas dan lain < lain adalah untuk tindakan

     pencegahan yang penting saat persiapan pasien melakukan ambulasi dini.

    9etika membantu pasien untuk turun dari tempat tidur perawat harus

     berdiri tepat di depannya. asien meletakkan tangannya di pundak perawat

    dan perawat meletakan tangannya dibawah ketiak pasien. iarkan pasien

     berdiri sebentar untuk memastikan tidak merasa pusing. erawat harus

     berada disebelah pasien untuk memberikan dukungandan dorongan fisik,

    18

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    19/37

    harus hati < hati untuk tidak membuat pesien merasa letih # lamanya

     periode ambulasi pertama beragam tergantung pada jenis prosedur bedah

    dan kondisi fisik serta usia pasien (runner & Sudarth, !!

    2.3.&rakt)r ' &akt)r *ang Memengaruh Pelaksanaan Am+ulas Dn Pasen

    Paska -eras Ekstermtas Baah.

    Faktor < faktor yang mempengaruhi ambulasi dini pasien paska operasi

    ekstermitas bawah adalah #

    a. 9ondisi 9esehatan asien

    erubahan status kesehatan dapat mempengaruhi system

    musculoskeletal dan system saraf berupa koordinasi. erubahan tersebut

    dapat disebabkan oleh penyakit, kemampuan melakukan akti*itas

    (9o:ier & =rb,,!!1. Tanda yang timbuldari perubahan status

    kesehatan pasien pasca operasi ekstermitas bawah adalah #

    1 Gyeri adalah pengalaman sensori emosi yang tidak menyenangkan

    dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan actual atau

     potensial, digambarkan seperti awitan yang tiba < tiba atau

     perlahan dari intensitas ringan sampai berat. (;ilkimsom, !!0 #

    ".Gyeri paska bedah kemungkinan disebabkan oleh luka bekas

    operasi. Setelah pembedahan nyeri mungkin berat, odema,

    hematom, dan spasme otot merupakan penyebab nyeri yang

    19

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    20/37

    dirasakan. Tersedianya berbagai pendekatan farmakologi berganda

    terhadap penatalaksanaan nyeri, analgesik dikontrol pasien dan

    analgesic epidural dapat diberikan untuk mengontrol nyeri, pasien

    dianjurkan untuk memintah pengobatan sebelum nyeri itu menjadi

     berat. 4bat harus diberikan segera dalam inter*al yang ditentukan

     bila awitan nyeri dapat diramalkan misalnya H (setengah jam

    sebelum akti*itas terencana seperti pemindahan dan latihan

    ambulasi, kebanyakan pasien merasa takut untuk bergerak setelah

     paska operasi fraktur karena merasa nyeri pada luka bekas oprasi

    dan luka trauma (runner & Suddarth, !!.

    Suhu badan dapat meningkat pada hari pertama atau kedua paska

    operasi ekstermitas bawah, mungkin disebabkan oleh radang saluran

    nafas, sedangkan infeksi luka operasi menyebabkan deman setelah

    kira < kira 1 (satu minggu, tranfusi darah juga sering menyebabkan

    deman dan diperkirakan kermungkinan adanya dehidrasi

    (Sjamsuhidajat & Jong, !!".>ipotermia, pasien yang telah

    mengalami anastesi rentan terhadap mengigil.

    / Tekanan darah menjadi turun akibat efek immobilisasi pada system

    kardio*askuler, yaitu terjadi hipotensi ortostatik. >ipotensi

    ortostastik adalah suatu kondisi ketidakmampuan berat dengan

    karakteristik tekanan darah yang menurun ketika pasien berubah

    dari posisi hori:ontal ke *ertical (posisi berbaring ke duduk atau

     berdiri, hipotensi ortostatik jika tekanan darah I 1!! mm>g

    (?ingle,!!/ dalamerry & otter,!!0. ?itandai dengan sakit

    20

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    21/37

    kepala ringan, pusing, kelemahan, kelelahan, kehilangan energy,

    gangguan *isual, ketidaknyamanan kepala dan leher, hampir 

     pingsan atau pingsan, keadaan ini sering menyebabkan pasien

    kurang melakukan mobilisasi dan ambulasi (Cilden dalamerry &

    otter,!!!.

    % asienyang mengalami ganguan pernafasan seperti dispnea karena

     perubahan fungsi fisiologis, selama latihan tidak akan tahan

    melakukan ambulasi. asien tersebut lemah tidak mampu

    meneruskan akti*itasnya karena energy besar diperlukan untuk 

    menyelesaikan akti*itas menyebabkan kelemahan yang menyeluruh

    (erry & otter,!!!.

    " )nemia adalah suatu keadaan dimana kadar >emogloblin (>b dan

    atau hitungan eritrosit rendah dari harga normal. ?ikatankan sebagai

    anemia bila >b I 1% g +dl dan >t I %1 pada pria dan >b I 1

    g +dl dan >t I /3 pada wanita. Cejala < gejala umum anemia,

    yaitu cepat lelah, takikardia, palpitasi dan takipnea pada latihan

    fisik. ( 'ansjoer et al, !!1.

    0 )mbulasi dini pada pasien paska operasi fraktur sulit dilakukan

    karena pemasangan alat fiksasi eksternal, luka bekas operasi dan

    luka bekas trauma yang mengakibatkan kerusakan pada

    neuromuskuler atau system skeletal (Cardland, dalam erry &

    otter,!!!. yang mengakibatkan kerusakan pada neuromuskuler 

    atau system skeletal yang bisa memperberat dan menghambat

     pergerakan pasien. (9o:ier & =rb,!!1

     b. =mosi

    21

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    22/37

    =mosi adalah suatu pengalaman subjektif (perasaan, seperti takut,

    marah, banyak berkaitan dengan keadaan fisiologis, perubahan pada

    fungsi fisiologis, misalnyaakibat trauma dapat menimbulkan aspek 

     perilaku dari emosi, dimana emosi ditimbulkan oleh akti*itas di daerah

    otak terutama otak tengah dan system limbik sebagai respon terhadap

     perubahan fisiologis. erubahan fisiologis ini mempengaruhi kondisi

     psikologis seseorang dan memudahkan perubahan perilaku yang dapat

    menurunkankemampuan ambulasi dini yang baik(Jennifer '.Dee, !!/ #

    /.

      4rang yang depresi, khawatir atau cemas sering tidak tahan

    melakukan akti*itas sehingga lebih mudah lelah karena mengeluarkan

    energy yang yang cukup besar dalam ketakutan dan kecemasannya, jadi

     pasien mengalami keletihan secara fisik dan emosi(erry &

    otter,!!!.asien tidak bersemangat karena kurangnya moti*asi dalam

    melaksanakan ambulasi, karena penampilan luka, balutan yang tebal

    drain serta selang yang menonjol keluar akan mengancam konsep diri

     pasien. efek pembedahan, seperti jaringan parut yang tidak beraturan

    dapat menimbulkan perubahan citra diri pasien secara permanen,

    menimbulkan perasaan klien kurang sempurna sehingga merasa cemas

    dengan keadaannya dan ntidak termoti*asi untuk melakukan akti*itas.

    asien dapat menunjukkan rasa tidak senang pada penampilannya yang

    ditunjukkan dengan cara menolak melihat insisi, menutupi balutannya

    dengan baju atau menolak bangun dari tempat tidur karena adnay selang

    atau alat tertentu (erry & otter,!!!.

    22

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    23/37

    c. Caya >idup

    Status kesehatan, nilai, kepercayaan, moti*asi dan faktor lainnya

    mempengaruhi gaya hidup dan gaya hidup mempengaruhi mobilitas.

    Tingkat kesehatan seseorang dapat dilihat dari gaya hidupnya dalam

    melakukan akti*itas yang berarti dan pola hidup yang positif seperti

    makan yang teratur, latihan yang teratur, istirahat yang cukup dan

     penanganan stress ender (dalam Sugeng ;. & ;eni, !1!. 'enurut

    4ldmeaddow et al (!!0 tahapan penggerakan dan akti*itas pasien

    sebelum operasi di masyarakat atau di rumah dapat mempengaruhi

     pelaksanaan ambulasi.

    d. ?ukungan Sosial

    'endefenisikan dukungan social sebagai info *erbal atau non

    *erbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh

    orang < orang yang akrab dalam subjek didalam lingkungan sosialnya

    atau yang berupa kehadiran dan hal < hal yang dapat memberikan

    keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku penerimanya

    (Cottlieb dalam erry & otter,!!!. 'enurut Sjamsuhidajat & Jom

    (!!" keterlibatan anggota keluarga dalam rencana asuhan

    keperawatan pasien dapat menfasilitasi proses pemulihan, membantu

     pelaksanaan latihan ambulasi atau memberi obat < obatan. ?ukungan

    social, yaitu keluarga, orang terdekat dan perawat sangat mempengaruhi

    untuk membantu pasien melaksanakan ambulasi (4ldmeadow et.al,

    !!0. )mbulasi dapat terlaksana tergantung dari kesiapan pasien dan

    keluarga untuk belajar dan berpartisipasi dalam latihan ( >oeman,

    !!1.

    23

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    24/37

    e. engetahuan

    asien yang sudah diajarkan mengenai gangguan muskuloskeleta

    akan mengalami peningkatan alternati*e penanganan. -nformasi

    mengenai apa yang diharapkan termasuk sensasi selama dan setelah

     penanganan dapat memberanikan pasien untuk berpartisipasi secara

    aktif dalam pengembangan dan menerapkanpenanganan. -nformasi

    khusus mengenai antisipasi peralatan, misalnya pemasangan alat fiksasi

    eksternal, alat bantu ambulasi ( trape:e, walkers, tongkat, latihan dan

    medikasi harus didiskusikan dengan pasien ( runner & Suddarth,

    !!.

    .%. !arangka !)nse

    24

    Faktor < Factor yang

    'empengaruhi

    a. Faktor kondisi kesehatan

    (suhu, tekanan darah,

     pernafasan, >b, nyeri

     b. Faktor emosi

    c. Faktor gaya hidup

    d. Faktor dukungan social

    e. Factor pengetahuan

    elaksanaan )mbulasi ?ini

    asien aska 4perasi

    Fraktur =kstermitas awah

    Faktor endukung #

    a. Fasilitas kesehatan

    b. etu as kesehatan

    Faktor enguat :

    a. 9eluarga

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    25/37

    / 0ara+el *ang telt

    / 0ara+el *ang tak telt

    %kema 2." / 9arangka enelitian Faktor < factor yang 'empengaruhi

    elaksanaan )mbulasi ?ini asien aska 4perasi Fraktur

    =kstermitas bawah

    2.,. H)tess Peneltan

    >ipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesiskerja atau

    hipotesis alternati*e, disingkat >a. >ipotesis kerja menyatakan adanya hubungan

    antara *ariabel K dan L, adanya pengaruh antara antara *ariabel K dan L atau

    adanya perbedaan antara dua kelompok (Suharsini )rikunto, !1! # 1. ?alam

     penelitian ini hipotesis sebagai berikut #

    a. )da pengaruh kondisi kesehatan pasien terhadap pelaksanaan ambulasi

    dini pasien paska operasi ekstermitas bawah.

     b. )da pengaruh emosi pasien terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasien

     paska operasi ekstermitas bawah.

    c. )da pengaruh dukungan sosial terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasien

     paska operasi ekstermitas bawah.

    d. )da pengaruh gaya hidup pasien secara umum terhadap pelaksanaan

    ambulasi dini pasien paska operasi ekstermitas bawah.

    e. )da pengaruh pengetahuan pasien terhadap pelaksanaan ambulasi dini

     pasien paska operasi ekstermitas bawah.

    >ipotesis penelitian yang akan dibuktikan adalah jika nilai p2*alue I

    !,!" maka >a gagal ditolak hal ini menunjukkan terdapat pengaruh fakor 

    kondisi kesehatan pasien (suhu, tekanan darah+ hipotensi ortostatik,

    25

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    26/37

     pernafasan, >b dan nyeri, emosi, dukungan sosial, gaya hidup dan

     pengetahuan pasien terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasien paska operasi

    fraktur ekstermitas bawah.

    BAB III

    MET-D-L-I PENELITIAN

    ?i dalam bab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi penelitian,, definisi konsep

    dan definisi operasional, populasi dan sampel penelitian, metode dan alat

     pengumpulan data, analisis data, keterbatasan dan etika penelitian

    3.1. $ens Peneltan

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitain deskripsi obser*asional,

     bertujuan untuk mengidentifikasi faktor < faktor yang mempengaruhi

     pelaksanaan ambulasi dini pasien paska operasi fraktur ekstermitas bawah.

    3.2. L)kas an aktu Peneltan

    enelitian ini, mengambil tempat di 6S7 ?r. >asan Sadikin

    andung.emelihan 6S7 ?r. >asan Sadikin andung ini, karena

    merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan ortopedik yang

    memiliki fasilitas dan pelayanan bedah ortopedik yang cukup lengkap,

    sehingga memungkinkan peneliti untuk mendapatkan jumlah sampel yang

    sesuai dengan kriteria penelitian. enelitian ini akan dilaksanakan selama

    (dua bulan, dari bualn 'ei s+d Juli !11

    26

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    27/37

    3.3. De#ns !)nse an -eras)nal 0ara+el

     Go. @ariabel ?efenisi operasional )lat 7kur >asil ukur Skala

    1 @ariabel

    -ndependen #

    factor < factor 

    yang

    mempengaruhi

     pelaksanaan

    ambulasi dini

    a. Faktor

    kondisi

    kesehatan

     pasien

    • Suhu

    • Tekanan

    darah

    9ondisi kesehatan

     pasien secara umum

    yang dapat

    mempengaruhi

    kemapuan pasien paska operasi

    ekstermitas bawah

    dalam pelaksanaan

    ambulasi dini

    agaimana suhu

     pasien paska operasi

    fraktur ekstermitas

     bawah yang dapat

    mempengaruhi

     pelaksanaan ambulasi

    dini dikatakan

    abnormal adalah

    hipotermi atau deman

    agaimana tekanan

    darah pasien paska

    operasi fraktur  

    Ehecklis

    Ehecklis

    1.Gormal

      /",8ME < 3,! ME

    . )bnormal

    N/3 ME

     (deman

    1. Gormal

    1!+8! < 1/$+8$

      mm>g

     Gominal

     Gominal

    27

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    28/37

    • ernafas

    an

    • >b

    •  Gyeri

    ekstermitas bawah

    yang dapat

    mempengaruhi

     pelaksanaan ambulasi

    dini, dikatakan

    abnormal adalah

    hipotensi

    agaimana

     pernafasan pasien

     paska operasi fraktur ekstermitas bawah

    yang dapat

    mempengaruhi

     pelaksanaan ambulasi

    dini

    9adar >b pasien

     paska operasi fraktur 

    ekstermitas bawah

    yang mempengaruhi

     pelaksanaan ambulasi

    dini

    Skala nyeri pasien

     paska operasi fraktur 

    ekstermitas bawah

    yang mempengaruhi

     pelaksanaan ambulasi

    dini

    Ehecklis

    ?okumen

    tasi

    Ehecklis

    Ehecklis

    . )bnormal

    I1!!+0! mm>g

    1. Gormal

    1 < ! 5+i

      mm>g

    . )bnormal

    N ! 5+i&

    I 1 5+i

    1. Gormal

    1g+dl < 18g+dl

    . )bnormal

    N 18g+dl &

    I 1g+dl

    1. Tidak nyeri

    s+d nyeri

    sedang

    Skala 1 2"

    . Gyeri hebat

    s+d nyeri

     paling hebat

    Skala 0 2 1!

     Gominal

     Gominal

     Gominal

     b. Faktor 9eadaanemosi Ehecklis Tidak stabil I Gominal

    28

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    29/37

    emosi pasien paska operasi

    ekstermitas bawah

    yang mempengaruhi

     perubahan perilaku

    yang dapat

    mempengaruhi

    kemampuan ambulasi

    & stabil O

    c. Caya >idup agaimana

    kebiasaan pasien

    dalam menjalankan

    kehidupan sehari

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    30/37

    opulasi dalam penelitian ini adalah semua pasien paska operasi fraktur 

    ekstermitas bawah yang di rawat di 6uang 4rtopedik 6S7 ?r. >asan

    Sadikin andung.berjumlah 0% orang

    /.%.. Sampel

    Sampel adalah sebagian atau wakil dari semua pasien paska operasi

    fraktur ekstermitas bawah yang dirawat di 6uang 4rtopedik 6S7 ?r.

    >asan Sadikin andung. berjumlah 0% orang

    'enurut Gotoadmodjo (!! bila populasi lebih kecil dari 1!.!!! maka

     pengambilan sampel dapat menggunakan formula berikut #

    ( )d G1 G

    n+

    =

    ?imana G # Jumlah populasi 0%

      d # ?erajat 9esalahan (!,!"Q

      n # Jumlah sampel

    Sehingga didapat sampel sebanyak #

    ( )!,!"0%10%

    n+

    =

    R "0. !/ R  "0 orang

      9riteria inklusi yang ditentukan sebagai sampel adalah penelitian ini

    adalah pasien paska operasi fraktur ekstermitas bawah yang dirawat di ruang

    4rtopedik 6S7 dr. >asan Sadikin andung, 'empunyai kesadaran compos

    mentis, bersedia menjadi responden. 9riteria =kslusi merupakan kontrakindikasi

    30

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    31/37

     pelaksanaan ambulasi dini, yaitu pasien dengan gangguan mental, pasien dengan

    kelainan jantung, pasien dengan pemasangan skeletal traksi, pasien yang

    mengalami perdarahan setelah operasi.

    /.%./. Teknik Sampling

     ada penelitian ini, cara pengambilan sampel menggunakan teknik 

     prposi"e sampling yaitu suatu teknik penenpatan sampel dengan yang

    dikehendaki peneliti sehingga sampel itu dapat mewakili karakterisistik 

     populasi yang telah dikenal sebelumnya (Gursalam, !!/.

    3.,. Pengumulan Data

    /.".1. -nstrumen enelitian dan Teknik engumpulan ?ata

    ada penelitian ini, alat yang digunakan untuk pengumpulan data dari

    responden adalah #

    a. 9uesioner enelitian

    7ntuk memperoleh informasi dari responden peneliti

    menggunakan alat pengumpul data berupa lembar kuesioner, checklis,

    dan lembar obser*asi. -nstrumen kuesioner data tentang factor < factor 

    yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pasien paska operasi

    fraktur ekstermitas bawah, lembar cheklis pemeriksaan kondisi

    kesehatan pasien dan lembar obser*asi pelaksaan ambulasi dini. ?ata

    yang didapat melalui kuesioner ini untuk mendeskripsikan destribusi

    31

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    32/37

    dan persentase dalam bentuk tabel. 9uesioner disusun oleh peneliti

    dengan berpedoman pada tinjauan pustaka, dan kuesioner dalam bentuk 

     pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak (dikotomi, meliputi

     pertanyaan tentang emosi, gaya hidup, dukungan social dan

     pengetahuan.

     b. Dembar Ehecklist

    Faktor kondisi kesehatan pasien diidentifikasi dengan "

     pemeriksaan meliputi suhu, tekanan darah, frekuensi pernafasan, >b

    dengan kategori normal dan abnormal 1. nyeri # kategori skala nyeri

    1 < " ( tidak nyeri sampai nyeri sedang adalah dan skala nyeri 0

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    33/37

    reliabilitas internal, didasarkan atas bentuk instrument. (Suharsini

    )rikunto, !1! # /  9uesioner faktor < faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

    ambulasi dini pasien paska operasi ekstermitas bawah dibuat sendiri

    oleh peneliti dan disesuaikan dengan tinjauan pustaka. 7ji realibilitas

     penting dilakukan untuk mengetahui berapa besar derajat atau

    kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang

    diukur.ada instrument penelitian ini, uji realibilitas dilakukan sebelum

     pengumpulan data di 6S7 ?r. >asan Sadikin andung.7ji

    realibilitasini dilakukan terhadap 1! pasien paska operasi ekstermitas

     bawah di ruang ortopedik 6S7 ?r. >asan Sadikin andung. asien

    yang menjadi sampel untuk realibilitas berbeda dengan pasien yang

    akan dijadikan sebagai responden dalam penelitian.

    7ji realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana

    cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat

     pengumpulan data. ?alam penelitian ini digunakan uji realibilitas

    internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali

     pengetesan ()rikonto, !!. 7ntuk faktor kondisi kesehatan pasien

    dan kuesioner faktor emosi, gaya hidup, dukungan sosial dan

     pengetahuan diuji dengan menggunakan Erombach )lpha melalui

    komputerisasi. Suatu instrument baru dikatakan reliable jika nilai

    realibilitasnya lebih besar dari !,3! (Suharsini )rikunto, !1! #

    33

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    34/37

    ?engan rumus reabilitas dari scott #

    e

    eo

    ,1

    ,,99 

    −=

    9eterangan #

    99 R 9oefisien kesepakatan pengamatan

    o R roposi frekuensi kesepakatan

    e R 9emungkinan sepkat (change aggreatment (peluang

    kesesuaian ntar pengamat

    ?imana harga o  tidak lain adalah harga 99, yaitu !,3! untuk 

    mencari harga e kita gunakan rumus sebagai berikut #

    ∑=

     je ,,

    ?engan keterangan #

    o R Ehange aggreatment

     j R roporsi talies (jari2jari yang ada pada setiap wsel terhadap

     G total (jumlah objek amatan.

    34

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    35/37

    /.0. Analsa Data

    Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui

     beberapa tahap pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas

    responden dan memastikan semua pertanyaan telah diisi sesuai petunjuk,

    tahap kedua coding yaitu member kode atau angka tertentu pada lembar 

    cheklis, kuesioner dan lembar obser*asi untuk mempermudah mengadakan

    tabulasi dan analisa, tahap ketiga processing yaitu memasukan data dari

    lembar cheklis, kuesioner dan lembar obser*asi ke dalam program computer 

    dengan menggunakan kumputerisasi, tahap keempat adalah melakukan

    cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dientry untuk mengetahui

    ada kesalahan atau tidak.

    3.5.1. Analsa Un6arat

    ?ata yang di kumpul disajikan secara deskriptif berbentuk table distribusi

    frekuensi dan uji chi2suare, hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya

     proporsi factor yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pada masing

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    36/37

    -nform Eonsent berupa lembaran persetujuan untuk menjadi responden,

    yang bertujuan agar subyek bersedia, maka mereka harus menandatangani

    lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

    menghormati keputusan tersebut.

    . )nonimity (tampa nama

    )nonimity menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan tidak perlu

    mencantunkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan

    kode pada lembar pengumpulan data.

    /. Eonfidentiality (kerahasian)dalah menjelaskan masalah < masalah responden yang harus

    dirahasiakan dalam penelitian. 9erahasian informasi yang telah

    dikumpulkan dijamin kerahasian oleh peneliti, hanya kelompok data

    tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.

    3.8. 9en:ana Pengumulan Data.

    enelitian akan dilakukan setelah memperoleh injin dari 6S7 ?r. >asan

    Sadikin andung, maka peneliti melakukan pengumpulan data, tahap

  • 8/20/2019 Cenderawasih NEW REVISI

    37/37

    % emilihan responden penelitian sesuai dengan criteria yang telah

    ditetapkan.. elaksanaan enelitian

    1 enyebaran kuesioner kepada respondenpenelitian, dan

    memberikan penjelasan tentang pertanyaan < pertanyaan yang

    terdapat dalam kuesioner. eneliti mengingatkan respon untuk 

    menjawab pertanyaan kuesioner sesuai dengan apa yang dirasakan

    dan dialami oleh responden. kemudian kuesioner dikumpulkandan

    diperiksa kelengkapannya untuk analisis.

    eneliti mendampingi dan mengamati kemampuan responden

    untuk melaksanakan tahapan ambulasi dini, sesuai dengan lembar 

    obser*asi.

    / eneliti melakukan pengumpulan di rekam medik, peneliti

    mendata >b dan tipe pembedahan yang terdapat rekam medik 

    sampai jumlahnya sesuai dengan yang telah ditetapkan.

    /. enyelesaian enelitian

    enyelesaian penelitian dilakukan dengan pengolahan dan analisa data

    yang telah didapatkan. Selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk 

    laporan penelitian. Sebagai kegiatan akhir dari penelitian ini adalah

     penyusunan naskah yang berupa Skripsi.