LAPORAN KASUS CASE BASED DISCUSSION EPILEPSI Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat Menempuh program pendidikan profesi dokter bagian ilmu penyakit syaraf Di RSUD dr. H. Soewondo Kendal Disusun Oleh: MUHAMMAD SUHARDI 01.204.4844 Pembimbing: dr. Rr. Emmy Kusumawati, Sp.S
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN KASUS CASE BASED DISCUSSION
EPILEPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat
Menempuh program pendidikan profesi dokter bagian ilmu penyakit syaraf
Di RSUD dr. H. Soewondo Kendal
Disusun Oleh:
MUHAMMAD SUHARDI
01.204.4844
Pembimbing:
dr. Rr. Emmy Kusumawati, Sp.S
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA
SEMARANG
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Muhammad Suhardi
NIM : 01.204.4844
Fakultas : Kedokteran Umum
Judul : Epilepsi
Bagian : Ilmu Penyakit Syaraf, Fakultas Kedokteran UNISSULA
Pembimbing : dr. Rr. Emmy Kusumawati, Sp.S
Kendal, 12 Juni 2012
Pembimbing Penulis
dr. Rr. Emmy Kusumawati, Sp.S Muhammad Suhardi
BAB I
PENDAHULUAN
Epilepsi dapat terjadi pada siapa saja di seluruh dunia tanpa batasan ras dan sosial-ekonomi.
Angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama di negara berkembang. Dari banyak studi
menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi epilepsi aktif 8,2 per 1.000 penduduk, sedanhgkan
angka insidensi epilepsi mencapai 50 per 100.000 penduduk, bila jumlah penduduk indonesia
berkisar 220 juta, maka diperkirakan jumlah pasien epilepsi yang masih mengalami bangkitan
atau membutuhkan pengobatan sekitar 1,8 juta. Berkaitan dengan umur, grafik prevalensi
epileosi menunjukkan pola bimodal. Prevalensi epilepsi pada bayi dan anak-anak cukup
tinggi, menurun pada dewasa moda dan pertengahan, kemudian meningkat lagi pada
kelompok usia lanjut.
Di kalangan masyarakat awam masih terdapat pandangan yang keliru (stigma) terhadap
epilepsi, antara lain epilepsi dianggap sebagai penyakit akibat kutukan, guna-guna,
kerasukan, gangguan jiwa/mental, penyakit yang menular melalui air liur. Hal ini
berpengaruh negatif terhadap upaya pelayanan pasien epilepsi. Di samping itu di negara-
negara yang sedang berkembang, selain hal tersebut di atas, pelayanan pasien epilepsi masih
menghadapi banyak kendala. Beberapa kendala yang sudah diidentifikasi antara lain
keterbatasan dalam hal tenaga medik, sarana pelayanan, dana dan kemampuan masyarakat.
Berbagai keterbatasan tadi dapat menurunkan optimalisasi penanggulangan epilepsi.
Epilepsi berpotensi untuk menimbulkan masalah sosio-ekonomi dan medikolegal yang secara
keseluruhan dapat menurunkan dan mengganggu kualitas hidup pasien epilepsi. Masalah
tersebut meliputi kesempatan untuk memperoleh jak atas pekerjaan/karier, pendidikan dan
perkawinan, tanggungan asuransi, dan ijin mengemudi (SIM).
Di samping hal-hal tersebut di atas, epilepsi “menawarkan” masalah bagi para dokter
spesialis di luar disiplin neurologi. Apabila “tawaran” tadi tidak ditanggapi sebagaimana
mestinya oleh para praktisi medik maka epilepsi akan berlalu begitu saja, dengan arti bahwa
epilepsi merupakan gangguan neurologik yang tidak menarik perhatian dan dengan demikian
penatalaksanaannya tidak memerlukan platform yang kokoh dalam bentuk pedoman
penatalaksanaan. Sebaliknya, apabila para praktisi medik – terutama para dokter soesialis
saraf – tertarik dengan “tawaran” tadi maka epilepsi akan dipandang sebagai suatu gangguan
neurologik yang serius dan memerlukan pendekatan tatalaksana yang sistematik dan
komprehensif. Salah satu upaya pendekatan tadi adalah membangun kesempatan dalam hal
penatalaksanaan epilepsi secara mendasar yang secara operasional disebut sebagai pedoman
tatalaksana epilepsi. Upaya lain dapat berbentuk penelitian dan continuing professional
development sebagai pengejawantahan life-long lerning.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan (seizure) berulang
sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara intermitten yang disebabkan oleh
lepas muatan listrik abnormal dan belebihan di neuron-neuron secara paroksismal, didasari
oleh berbagai faktor etiologi.
Bangkitan epilepsi (epileptic seizure) adalah manifestasi klinik dari bangkitan serupa
(stereotipik), berlangsung secara mendadak dan sementara dengan atau tanpa perubahan
kesadaran, disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak, bukan
disebabkan oleh suatu penyakit otak akut (unprovoked).
Sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda klinik epilepsi yang terjadi secara
bersama-sama yang berhubungan dengan etiologi, umur, awitan (onset), jenis bangkitan,
faktor pencetus, dan kronisitas.
KLASIFIKASI
Klasifikasi yang ditetapkan oleh International League Against Epilepsy (ILAE) terdiri
daridua jenis klasifikasi, yaitu klasifikasi untuk jenis bangkitan epilepsi dan klasifikasiuntuk
sindrom epilepsi.
Klasifikasi ILAE 1981 untuk jenis bangkitan epilepsi.
1. Bangkitan parsial
1.1. Bangkitan parsial sederhana
1.1.1. Motorik
1.1.2. Sensorik
1.1.3. Otonom
1.1.4. Psikis
1.2. Bangkitan parsial kompleks
1.2.1. Bangkitan parsial sederhana yang diikuti dengan gangguan kesadaran
1.2.2. Bangkitan parsial yang disertai gangguan kesadaran saat awal bangkitan
1.3. Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder
1.3.1. Parsial sederhana yang menjadi umum tonik klonik
1.3.2. Parsial kompleks menjadi umum tonik klonik
1.3.3. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks kemudian menjadi umum
tonik klonik
2. Bangkitan umum
2.1. Lena (absence)
2.2. Mioklonik
2.3. Klonik
2.4. Tonik
2.5. Tonik-klonik
2.6. Atonik
3. Tak tergolongkan
Klasifikasi ILAE 1989 untuk sindrom epilepsi.
1. Berkaitan dengan lokasi kelainan (localized related)
1.1. Idiopatik (primer)
1.1.1. Epilepsi benigna dengan gelombang paku di daerah sentrotemporal
(childhood epilepsy with centrotemporal spikes)
1.1.2. Epilepsi benigna dengan gelombang paroksismal pada daerah oksipital
1.1.3. Epilepsi membaca primer (primary reading epilepsy)
1.2. Simptomatik (sekunder)
1.2.1. Epilepsi parsial kontinua yang kronik pada anak-anak (sindrom
Kojenikow)
1.2.2. Sindrom dengan bangkitan yang dipresipitasi oleh suatu rangsangan