[Type text][Type text][Type text]
Kasus: Ulkus Kornea Marginalis
BAB IKASUS
I. IDENTITAS PASIEN Nama: Tn. W Jenis Kelamin: Laki-laki Usia:
22 tahun Alamat: Kab. Tulang Bawang, Lampung Pekerjaan: Wiraswasta
Agama: Islam Status Perkawinan: Belum Kawin Tanggal Masuk RS: 19
November 2013 No. Rekam Medik: -
II. ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan
Pasien, pada tanggal 19 November 2013, pukul 11.00 WIB di
Poliklinik Mata, RSAL Mintohardjo, Jakarta.
A. Keluhan UtamaMata kiri merah sejak 1 minggu yang lalu.B.
Keluhan TambahanMata kiri terasa nyeri, belekan dan merasa sakit
saat terkena cahaya. C. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang
berobat ke Poliklinik Mata RSAL Mintohardjo dengan keluhan mata
merah pada mata sebelah kiri. Pasien menceritakan bahwa penyakit
yang dideritanya sudah terjadi sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
menceritakan bahwa mata kirinya saat itu tiba-tiba merah setelah
naik motor, pasien lalu memberikan tetes mata yang dijual di warung
dan sempat mengalami perbaikan walau hanya sementara. Sejak saat
itu, mata kirinya sering tiba-tiba merah. Pasien menyangkal adanya
rasa gatal pada mata kirinya apabila sedang kambuh. Pasien hanya
menceritakan bahwa apabila mata kirinya sedang merah, tidak lama
kemudian akan mengeluarkan kotoran (belekan) dan terasa nyeri.
Nyeri semakin memberat apabila pasien berada di tempat yang terang.
Pasien menyangkal pernah berobat ke dokter, dirinya hanya
menggunakan tetes mata yang dijual di warung untuk mengurangi
keluhan mata merahnya.Sejak satu minggu belakangan ini, pasien
mengatakan mata kirinya kembali memerah, nyeri yang dirasakan juga
semakin memberat, nyeri tersebut bertambah berat lagi apabila
pasien sedang berada di tempat yang terang. Pasien juga mengatakan
bahwa pada bagian bawah kiri mata kirinya muncul semacam selaput
berwarna keputihan. Pasien mengatakan bahwa tidak ada masalah dalam
pengelihatannya, hanya merasa tidak nyaman dengan penampilan mata
kirinya yang sering memerah dan terdapat selaput tersebut. Selama
satu minggu ini, pasien belum pernah berobat ke dokter dan tidak
menggunakan tetes mata seperti yang biasa pasien lakukan. Pasien
juga menyangkal adanya riwayat trauma pada mata kirinya. D. Riwayat
Penyakit DahuluPasien menyangkal adanya riwayat trauma pada mata
kirinya, pasien juga menyangkal pernah melakukan tindakan operasi
pada mata kirinya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit asthma
maupun alergi.E. Riwayat Penyakit KeluargaPasien mengatakan tidak
ada anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama dengan
dirinya, pasien juga mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit
alergi dan asthma dalam keluarga. F. Riwayat KebiasaanPasien
memiliki kebiasaan merokok, tetapi tidak minum-minuman keras.
III. PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalis Keadaan umum : Baik Kesan
sakit: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis Tanda Vital:
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 72x/menit Suhu : 37 C Pernafasan
: 20 x/menit Mata : Lihat status oftalmologis THT Telinga:
Normotia, sekret (-/-), serumen (-/-) Hidung : Septum deviasi (-),
sekret (-/-), konka hiperemis (-/-) Tenggorokan: Tonsil T1-T1
tenang, faring hiperemis (-) Mulut: Oral higine baik Gigi: Caries
dentis (-) Thoraks: Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop
(-) Paru : Suara napas vesikuler, rh (-/-), wh (-/-) Abdomen :
Datar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) Ekstremitas : Akral
hangat dan tidak terdapat oedem
Status OftalmikusODOS
6/30 dengan S 1.75 visus 6/6 Visus6/20 dengan S-1.50 visus 6/7,5
dengan PH tetap
OrtoforiaKedudukan bola mataOrtoforia
Bergerak ke segala arahPergerakan bola mataBergerak ke segala
arah
Ptosis (-) lagoftalmos (-) blefaritis (-) hordeolum (-) kalazion
(-) ektropion (-) entropion (-) oedem (-) trikiasis (-) hematoma
(-)Palpebra superiorPtosis (-) lagoftalmos (-) blefaritis (-)
hordeolum (-) kalazion (-) ektropion (-) entropion (-) oedem (-)
trikiasis (-) hematoma (-)
Ptosis (-) lagoftalmos (-) blefaritis (-) hordeolum (-) kalazion
(-) ektropion (-) entropion (-) oedem (-) trikiasis (-) hematoma
(-)Palpebra inferiorPtosis (-) lagoftalmos (-) blefaritis (-)
hordeolum (-) kalazion (-) ektropion (-) entropion (-) oedem (-)
trikiasis (-) hematoma (-)
Injeksi (-) pterigium (-) subkonjungtiva bleeding (-) pinguekula
(-) folikel (-) papil (-), sekret (-) serousKonjungtivaInjeksi (+)
pterigium (-) subkonjungtiva bleeding (-) pinguekula (-) folikel
(-) papil (-), sekret (-) serous
Jernih, arkus senilis (-)sikatrik (-) ulkus (-)neovaskular (-)
perforasi (-) benda asing (-)KorneaJernih, arkus senilis
(-)sikatrik (-) ulkus (+) arah jam 5neovaskular (+) perforasi (-)
benda asing (-)
Dalam, hifema (-)hipopion (-) flare (-)COADalam, hifema
(-)hipopion (-) flare (-)
Coklat, kripti(-) sinekia (-), shadow test (-)IrisCoklat,
kripti(-) sinekia (-), shadow test (-)
Tepi reguler, bulat, RCL(+)RCTL (+), PupilTepi reguler, bulat,
RCL(+)RCTL (+),
JernihLensaJernih
JernihVitreusJernih
Papil bentuk bulat, merah, berbatas tegas, C/D ratio 3:10, A:V =
2:3, refleks macula (+), kontur pembuluh darah retina
baikFunduskopiPapil bentuk bulat, merah, berbatas tegas, C/D ratio
3:10, A:V = 2:3, refleks macula (+), kontur pembuluh darah retina
baik
8/7,5TIO8/7,5
Sama dengan pemeriksaUji konfrontasiSama dengan pemeriksa
Gambar 1. Ulkus Kornea Marginalis pada pasien Tn. W
Gambar 2. Ulkus Kornea Marginalis pada pasien Tn. W dengan
pemeriksaan Slit lamp
IV. RESUMEPasien, seorang laki-laki berusia 22 tahun, datang ke
Poliklinik Mata RSAL Mintohardjo dengan keluhan mata kiri merah
sejak satu minggu yang lalu. Mata merah disertai dengan perasaan
nyeri terutama saat berada di tempat terang. Keluhan ini telah
berlangsung selama satu tahun terakhir, namun semakin memberat
sejak 1 minggu belakangan ini dan hanya terjadi pada mata kiri
saja, pasien mengatakan belum pernah berobat ke dokter dan hanya
menggunakan obat tetes mata yang dijual bebas di warung. Selain
itu, sejak satu minggu belakangan ini, muncul selaput keruh pada
bagian bawah kiri mata kiri (arah jam 5) yang membuat pasien merasa
tidak nyaman. Dari hasil pemeriksaan status oftalmologis mata kiri,
didapatkan visus 6/20 dengan S-1.50 visus 6/7,5 dengan PH tetap,
injeksi silier (+), kornea jernih, ulkus (+) arah jam 5,
neovaskularisasi (+).
V. DIAGNOSIS KERJA Ulkus Kornea Marginalis Orbicularis
Sinistra
VI. DIAGNOSIS BANDING Konjungtivitis Keratitis herpes
marginal
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG Test Fluoresein Untuk melihat adanya
defek pada kornea Pewarnaan Gram dan KOH Untuk menentukan
mikroorganisme penyebab ulkus Kultur Dapat dilakukan apabila dirasa
perlu untuk mengisolasi mikroorganisme penyebab ulkus.
VIII. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan pada pasien ini yaitu
diberikan:Medikamentosa Tetes mata antibiotic topical: Lefofloxacin
5 mg. 1 tetes/hari Salep mata antibiotic: Gentamycin 3 x 3 mg/hari
Bila terasa sangat nyeri, dapat diberikan siklopegik: Atropine 1%
1-2 tetes/kpNon-Medikamentosa Edukasi pasien untuk menjaga
kebersihan mata, apabila terasa gatal atau nyeri dapat dilakukan
pengompresan dengan air hangat. Karena penyakit pasien sering
kambuh, maka pasien disarankan untuk kontrol dalam jangka waktu
tertentu hingga dinyatakan sembuh oleh dokter.
IX. PROGNOSISPrognosis penyakit pada pasien ini bergantung pada
etiologinya. Menurut beberapa literature, apabila tidak terjadi
komplikasi, maka prognosisnya baik.
BAB IIANALISA KASUS
Pasien seorang laki-laki berusia 22 tahun datang ke Poliklinik
Mata RSAL Mintohardjo dengan keluhan mata kiri merah sejak 1 minggu
yang lalu. Pasien menceritakan bahwa keluhan mata kiri merah ini
sudah berlangsung sejak 1 tahun yang lalu dan sering hilang timbul.
Pasien juga mengeluh mata kirinua nyeri terutama saat berada di
tempat terang. Pasien mengatakan bahwa pengelihatannya tidak
terganggu. Dari anamnesis awal ini, kita dapat mengetahui bahwa
perjalanan penyakit pada pasien termasuk kronis dengan eksaserbasi
akut dan termasuk dalam keadaan mata merah dengan visus normal.
Hipotesis awal untuk pasien ini adalah konjungtivitis akut, tukak
kornea dan keratitis.
Keluhan mata merah dan adanya nyeri saat berada di tempat terang
(fotofobi) mengindikasikan bahwa keadaan merah pada mata pasien
disebabkan oleh adanya injeksi siliar. Pada keratitis dan ulkus
kornea, dapat terjadi pelebaran arteri siliaris anterior yang
kemudian akan memberikan gambaran injeksi siliar pada mata. Injeksi
silier memberikan gambaran khas pada mata dimana terjadi pelebaran
pembuluh darah yang tampak di limbus dan semakin berkurang kearah
sentral
Keluhan nyeri pada mata juga merupakan gejala yang khas
ditemukan pada uveitis anterior, glaukoma akut, maupun
endoftalmitis. Keluhan nyeri pada mata dapat disebabkan karena
suatu proses inflamasi atau gangguan pada kornea dan juga dapat
disebabkan karena peningkatan tekanan intraokuler. Keluhan silau
pada mata atau fotofobia dapat disebabkan karena spasmus siliar dan
kelainan kornea bukan karena sensitif terhadap cahaya. Fotofobia
merupakan gejala yang sering terdapat pada uveitis anterior dan
keratitis.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik,
compos mentis dan tanda vital dalam batas normal. Pada status
oftalmologis mata kiri didapatkan visus 6/21 dengan S-1.50 visus
6/7,5 dengan PH tetap, injeksi silier (+), kornea jernih, ulkus (+)
arah jam 5, neovaskularisasi (+). Visus 6/20 dengan S-1.50 visus
6/7,5 dengan PH tetap mengindikasikan adanya suatu kelainan
anatomis sehingga visus tidak maju dengan pemeriksaan pinhole.
Adanya gambaran ulkus pada bagian perifer mengindikasikan adanya
suatu kemungkinan reaksi toksik, alergi, autoimmune, dan infeksi
yang biasanya disebabkan oleh adanya kuman S. aureus, H. influenza
atau M. lacunata. Gambaran ulkus ini terjadi karena adana
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.
Adanya neovaskularisasi mengindikasikan adanya suatu proses
peradangan aktif pada bagian yang terkena.
Diagnosis ulkus korena marginalis ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan fisik, yaitu adanya injeksi siliar, terdapatnya
gambaran ulkus dan neovaskularisasi pada mata, serta adanya keluhan
fotofobia.
Pemeriksaan penunjang pada pasien tidak dilakukan. Namun, jika
kita akan melakukan pemeriksaan penunjang, maka dapat dilakukan
pemeriksaan test fluoresin, pewarnaan Gram dan KOH, serta kultur
untuk menentukan penyebab dari keadaan ini.
Penatalaksanaan pada pasien adalah dengan pemberian antibiotic
topical berupa tetes mata lefovloxacin dan salep mata gentamycin.
Menurut beberapa literature, pengobatan dengan antibiotic dapat
disertakan dengan steroid local setelah kemungkinan infeksi virus
semisal herpes simplex disingkirkan. Pemberian steroid sebaiknya
dalam waktu yang singkat disertai pemberian vitamin B dan C dosis
tinggi.Selain itu, apabila pasien merasa nyeri, dapat diberikan
obat-obatan siklopegik yang berfungsi sebagai analgetik selain
fungsi midriasis dan fungsi agen siklopegia.
Prognosis pada pasien adalah bonam. Prognosis penyakit ulkus
kornea tergantung etiologinya. Menurut beberapa literature, apabila
tidak terjadi komplikasi, maka prognosisnya baik.
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEAKornea adalah jaringan
transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam
tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung
melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea
dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di
tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior,
kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda beda, yaitu lapisan
epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris),
lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel.
Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea.
Gambar 1. Kornea
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam, yaitu: Lapisan
EpitelTebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak
bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel
polygonal dan sel gepeng.Pada sel basal sering terlihat mitosis
sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan
semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui
desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.Sel basal
menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren. Epitel berasal
dari ectoderm permukaan. Membran BowmanTerletak dibawah membrana
basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak
teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis
ini tidak mempunyai daya regenerasi. Jaringan StromaTerdiri atas
lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang
lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali
serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15
bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma. Membran DescementMerupakan membrana aselular
dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel
dan merupakan membrane basalnya. Bersifat sangat elastis dan
berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m. EndotelBerasal
dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 mm.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula
okluden.
Gambar 2. Potongan Melintang KorneaKornea dipersarafi oleh
banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra
koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman
melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin
ditemukan didaerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong
di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.Trauma atau penyakit
yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel
terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea.Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh - pembuluh darah
limbus, humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga
mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfer. Transparansi kornea
dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan
deturgensinya.
II. ULKUS KORNEAa. DefinisiUlkus kornea adalah hilangnya
sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.b.
EpidemiologiMenurut Suharjo dan Fatah Widodo, penelitian di RS
Sardjito, Yogyakarta, terhadap 57 kasus ulkus kornea dengan tingkat
keparahan ringan (43,9%), sedang (31,6%), dan berat (24,7%). Faktor
predisposisi terbanyak adalah trauma (68,4%). Gambaran mikroskopik
dan kultur dari hasilscrapingdidapatkan basil gram (26,8%), coccus
gram (16,7%), jamur (13,6%), coccus gram + (7,8%), basil gram +
(3%), dan yang tidak terdeteksi (33,4%). Komplikasi yang terjadi
perforasi 6 kasus, desmetocel 2 kasus, dan endopthalmitis 1 kasus.
Keberhasilan terapi yang dinilai dari visus didapatkan visus baik
> 6/18 (21,1%), visus rendah 10 mg / ml, golongan Imidazol.
Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin,
Imidazol Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol
Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai
jenis anti biotic Anti Viral Untuk herpes zoster pengobatan
bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk mengurangi
gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi
sekunder analgetik bila terdapat indikasi.Untuk herpes simplex
diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA, interferon inducer.
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan
diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut
yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan
kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria
yaitu : Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita. Kelainan kornea
yang tidak disertai ambliopia.i. KomplikasiKomplikasi yang paling
sering timbul berupa: Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu
sangat singkat Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi
endoptalmitis dan panopthalmitis Prolaps iris Sikatrik kornea
Katarak Glaukoma sekunderj. PrognosisPrognosis ulkus kornea
tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat
pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya
komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular.
Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan
serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan
obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat
terjadi pada penggunaan antibiotika, maka dapat menimbulkan
resistensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaiser, PK. Friedman, NJ. Pineda II, R. The Massachusetts Eye
and Ear Infirmary Illustrated Manual of Ophtalmology. Philadelphia:
Saunders. 2004. Pg. 153-55. 2. Langston, DP. Manual of Occular
Diagnosis and Therapy. 5th Ed. Philadelphia: Lippincot Williams
& Wilkins. 2002. Pg 82-7.3. Liesegang, TJ. Deutsch, TA. Grand
MG. Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea.
Section 8. San Fransisco: The Foundation of the American Academy of
Ophtalmology. 2001. Pg. 215-7.4. Biswell R. Kornea. Dalam: Eva, PR.
Whitcher, JP. Vaughn & Asbury. Oftalmologi Umum. Edisi 17.
Jakarta: EGC. 2009. Hal. 135-8.5. Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi
Mata. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit mata Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI ; 2008. H.l-13.
1