Top Banner

of 28

Case Thalasemia

Oct 13, 2015

Download

Documents

bayuaul

RSUD Bekasi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    1/28

    LAPORAN KASUS

    Anemia Gravis ec Susp. Thalasemia Mayor

    Pembimbing :

    dr. Rivai Usman, Sp.A

    Disusun Oleh :

    Bayu Aulia Riensya

    030.08.055

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

    PERIODE 24 MARET31 MEI 2014

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIBEKASI

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    2/28

    LEMBAR PENGESAHAN

    Dengan hormat,

    Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 24

    Maret 31 Mei 2014 dengan judul Anemia Gravis ec Susp. Thalasemia Mayor yang

    disusun oleh :

    Nama : Bayu Aulia Riensya

    NIM : 030.08.055

    Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth :

    Pembimbing :

    dr. Rivai Usman, Sp. A

    Menyetujui,

    (dr.Rivai Usman, Sp. A)

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    3/28

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Talasemia pertama kali dilaporkan oleh Cooley dan Lee pada tahun 1925. Cooleymenemukan bahwa sebagian besar pasien mereka, dan penderita talasemia lain yang

    dilaporkan kemudian hari, merupakan keturunan Mediterania. Mereka sangat anemis dan

    memiliki abnormalitas skeletal juga wajah yang nyata dan ditemukan juga splenomegali.

    Sebagai penghargaan atas penemuannya, maka jenis anemia ini disebut juga dengan nama

    Cooleys anemia sedang istilah Mediterranian anemia diberikan oleh Whipple dan Bradford,

    karena mereka menemukan bahwa anak-anak yang menderita sebagian besar keturunan Italia

    dan yunani. Talasemia sendiri berarti laut (Mediterania ) dalam darah yang berasal dari

    bahasa Yunani talassa yang berarti laut. (4, 5, 6)

    Genetik Talasemia tersebar luas pada penduduk asli di daerah perbatasan laut

    Mediterania, sebagian besar Afrika, daerah Timur Tengah, subkontinental India dan Asia

    Tenggara, di lokasi mana infeksi malaria memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Penderita

    pembawa sifat Talasemia memiliki kecenderungan untuk resisten terhadap infeksi malaria

    yang mematikan dengan alasan yang kurang lebih sama seperti pembawa sifat anemia bulan

    sabit. Mengenai distribusi thalassemia, terdapat istilah Thalassemea Belt, yaitu daerah

    dimana Talasemia memiliki insiden tinggi, yaitu sepanjang pesisir Mediterania dan melanjut

    melalui semenanjung Arab, Turki, Iran, India, dan sampai ke Asia Tenggara, terutama

    Thailand, Kamboja dan Cina selatan. Salah satu lokasi dimana insiden Talasemia sangat

    tinggi adalah di pulau Maewo di Vanuatu, terletak di tenggara samudra Pasifik. Di sana,

    pembawa sifat -Thalassemia lebih dari 20% dan -Talasemia lebih dari 50%. (2)

    Frekuensi gen untuk Talasemia di Indonesia masih belum jelas, diduga sekitar 3 %

    sama seperti Malaysia dan Singapura. Iskandar W (1979) melaporkan bahwa di RS Cipto

    Mangunkusumo Jakarta didapat 20 kasus Thalassemia per tahun. Selama 15 tahun terakhir,

    Untario mencatat seluruhnya terdapat 134 kasus Talasemia .

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    4/28

    BAB II

    TINJAUAN KASUS

    Nama : Bayu Aulia Riensya Tanda tangan:NIM : 030.08.055

    Dokter Pembimbing : Dr. Rivai Usman Sp.A

    I.IDENTITAS PASIEN

    Data Pasien Ayah Ibu

    Nama An. A Tn. P Ny. M

    Umur 2 tahun 35 tahun 31 tahun

    Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan

    Alamat Kp. Kelapa, Jaya Bekasi

    Agama Islam Islam Islam

    Suku Bangsa Jawa Jawa Jawa

    Pendidikan - SMA SMA

    Pekerjaan - Wiraswasta Ibu Rmh Tangga

    Keterangan Hubungan dg orang tuaanak kandung

    II. ANAMNESIS

    Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 14 April 2014 di

    UGD dan PICU RSUD Bekasi

    a. Keluhan Utama

    Pucat sejak 1 minggu SMRS

    b. Riwayat Penyakit Sekarang:

    Pasien datang dengan keluhan pucat sejak 1 minggu SMRS. Ibu pasien mengatakan

    pasien lemas dan lebih banyak tidur sejak 1 minggu SMRS. Sesak disangkal olah ibu pasien.

    Mual, muntah darah tidak ada. BAB lancar, tidak berwarna hitam dan tiada bercak darah.

    Panas disangkal ibu pasien.

    Sejak 1 tahun yang lalu, pasien diransfusi darah oleh karena anemia di RS setempat.

    Sejak saai itu perut pasien membesar dan terkadang timbul sesak serta mual.

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    5/28

    c. Riwayat Penyakit Keluarga

    Penyakit Ya Tidak Hubungan

    Alergi - -

    Asma - -Tuberkulosis - -

    Diabetes - -

    Kejang - -

    Thalasemia - Kakak pasien

    d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

    KehamilanPerawatan Antenatal : Baik

    Penyakit Kehamilan : Tidak ada

    Persalinan

    Tempat kelahiran : Bidan

    Penolong Persalinan : Bidan

    Cara persalinan : Persalinan normal

    Masa gestasi : Cukup bulan ( 9 bulan )

    Keadaan Bayi : - Berat badan lahir : 3000 gr

    - Panjang badan lahir : 49 cm

    - Lingkar kepala : ibu pasien lupa

    - langsung menangis

    - NilaiAPGAR : ibu pasien tidak tahu- Kelainan kongenital : tidak ada

    Kesan : Riwayat kehamilan ibu baik.

    e. Riwayat Perkembangan

    Pertumbuhan gigi I : 7 bulan

    Tengkurap : 4 bulan

    Duduk : 6 bulan

    Berdiri : 18 bulan

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    6/28

    Berjalan : 20 bulan

    Rambut pubis : ( - )

    Payudara : ( - )

    Menarche : ( - )

    Gangguan perkembangan mental / emosi : Tidak ada

    Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkumbangan terlambat

    f. Riwayat ASI / PASI dan Gizi

    Umur (Bulan) ASI / PASI Buah / Biskuit Bubur susu Nasi Tim

    0-2

    2-4

    4-6

    6-8

    8-10

    10-12

    Kesan : Pasien mendapat ASI sampai umur 1 tahun, frekuensi dan jumlah makanan cukup

    baik dengan variasi makanan cukup.

    g. Riwayat Imunisasi:

    Ibu pasien mengatakan imunisasi dasar pasien lengkap.

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    dilakukan pada tanggal 14 April 2014 di UGD RSUD Kota BekasiStatus Generalis

    Keadaan umum : Tampak sakit berat

    Kesadaran : Apatis

    Tanda Vital

    Nadi : 142 x/menit

    Suhu : 36,7 oC

    Pernafasan : 52 x / menit

    Status Antropometri

    Berat Badan : 9.6 kg

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    7/28

    Tinggi Badan : 95 cm

    Status gizi : Berdasarkan CDC, gizi kurang

    Pemeriksaan Sistematis

    Kepala

    Bentuk : Simetris, bulat, normocephaly. Facies Cooley

    Rambut : Warna hitam, tipis, pertumbuhan rambut merata.

    Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera tidak ikterik. Pupil bulat isokor

    3mm/3mm. Reflek Cahaya langsung dan tidak langsung (+/+),

    Nistagmus (-), Gerakan bola mata dalam batas normal.

    Hidung : Pernafasan cuping hidung (-), deviasi septum (-)

    Telinga : Normotia, Keluar cairan (-)

    Bibir : Lembab, sianosis oral (-)

    Mulut : Bentuk simetris, atrofi lidah (-), mukosa bibir sianosis (+)

    Tenggorokan : Faring hiperemis (-), Tonsil T1-T1 tenang, kripta (-)

    Leher : Trakea di tengah. thyroid tidak terlihat membesar, KGB tidak

    teraba membesar.

    Thoraks

    Paru-paru

    Inspeksi : Gerak napas kedua hemithoraks simetris, areola & papilla

    mammae(+) retraksi sela iga (-)

    Palpasi : Vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri

    Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

    Auskultasi : suara napas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)

    Jantung

    Inspeksi :Ictus cordistidak terlihat, tidak ada pulsasi abnormalPalpasi : Tidak teraba pulsasi abnormal

    Perkusi : batas jantung dan paruparu dalam batas normal

    Auskultasi : S1-S2 regular, murmur(-),gallop(-).

    Abdomen

    Inspeksi : Sedikit buncit

    Palpasi : Supel, hepar teraba 3 jari di bawah arcus costae, lienteraba membesar Schuffner 3 , Nyeri tekan (-)

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    8/28

    Perkusi : Timpani

    Auskultasi : Bising usus (+) normal

    Anus dan rektum : Dalam batas normal

    Genitalia : Tidak ada kelainan

    Anggota gerak : Akral dingin, sianosis (+), capillary filling time < 2

    Tulang belakang : Kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-)

    Kulit : Turgor cukup, agak kehitaman

    Reflek :Fisiologis (+) Patologis (-)

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Tanggal 14.4.2014)

    Darah lengkap Hasil

    Hemoglobin 2.1

    Leukosit 6600

    Trombosit 314.000

    Hematokrit 38.1

    Fungsi Hati Hasil

    SGOT 84

    SGPT 45

    LED 30

    CRP Non reaktif

    Ur 14

    Cr 0.33

    GDS 109

    Protein 7

    Albumin 2.99

    Globulin 4.01

    Na 138

    K 3.9

    Cl 96

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    9/28

    V. DIAGNOSA KERJAAnemia Gravis

    Susp. Thalasemia Mayor

    VI. RESUMEPasien, An. A datang ke UGD RSUD Bekasi dengan keluhan pucat sejak 1 minggu

    SMRS. Ibu pasien mengatakan pasien lemas dan lebih banyak tidur sejak 1 minggu

    SMRS. Sesak disangkal olah ibu pasien. Mual, muntah darah tidak ada. BAB lancar, tidak

    berwarna hitam dan tiada bercak darah. Panas disangkal ibu pasien.

    Sejak 1 tahun yang lalu, pasien ditransfusi darah oleh karena anemia di RS setempat.

    Sejak saai itu perut pasien membesar dan terkadang timbul sesak serta mual. Pada

    pemeriksaan fisik, ditemukan Facies Cooley, konjungtiva kanan dan kiri anemis, akral

    sianosis, pada pemeriksaan abdomen teraba hepar 3 jari di bawah arcus costae, lien pada

    garis Schuffner 3. Pada hasil laboratorium, didapatkan anemia serta peningkatan fungsi

    hati.

    VII. MASALAHAnemia Gravis

    Susp. Thalasemia Mayor

    VIII.ANALISA MASALAHPada kasus ini, ditegakkan diagnosa Susp. Thalasemia Mayor atas dasar:

    a. AnamnesisPasien dirawat inap dengan keluhan pucat sejak 1 minggu SMRS. Selain itu

    terdapat lemas dan kurang napsu makan. Pada thalasemia, keluhan utama yang

    menyebabkan penderita berobat adalah pucat dan lemas. Dari anamnesa juga tidak

    didapatkan tanda-tanda perdarahan akut seperti muntah darah, tinja hitam atau

    bercak darah. Sesuai perjalanan penyakit, thalasemia adalah penyakit kronis yang

    bisa menyebabkan pucat tanpa manifestasi perdarahan akut.

    b. Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan didapatkan Facies Cooley, konjungtiva anemis, kulit

    tampak agak kehitaman, sianosis dan hepatosplenomegali. Facies Cooley dan

    hepatosplenomegali adalah ciri khas pada Thalasemia. Sumsum tulang bekerja

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    10/28

    lebih keras untuk mengkompensasi kekurangan Hb, sehingga tulang menjadi tipis

    dan rapuh sehingga mudah rapuh. Jika ini terjadi pada muka (tulang hidung maka

    wajah akan berubah bentuk, batang hidung akan hilang/ melesak ke dalam (facies

    cooley).

    Transfusi jangka panjang dapat mengakibatkan penumpukan Fe di organ

    (hemokromotosis). Ini ditandai dengan hepatosplenomegali. Warna kulit yang

    agak kehitaman adalah akibat penumpukan Fe yang bisa menyebabkan perubahan

    sirkulasi sehingga kulit rusak dan mengalami resiko kerusakan intregritas kulit

    c. Hasil laboratoriumHasil laboratorium menunjukkan penurunan Hb, hematokrit, eritrosit dan

    index eritrosit. Pemecahan Hb yang abnormal pada Thalasemia menyebabkan

    penurunan Hb yang kronis. Thalasemia juga adalah anemia tipe mikrositik

    hipokrom yang sesuai dengan kasus ini yaitu penurunan MCV dan MCHC.

    Penurunan hematokrit sesuai dengan rendahnya kadar Hemoglobin pasien.

    IX. PENATALAKSANAAN- Pro PICU- IVFD NaCl 8 tpm/ mikro- Ceftazidine 2x1 gr- Transfusi PRC 600cc serial

    (12-2) x 4 x 15.5 = 620 ~ 600cc

    - Asam Folat- Cek elektroforesis Hb

    X. EDUKASI Memberitahu tentang penyakit pasien kepada keluarga dengan jelas Memberitahukan bahwa keadaan pasien sedang kritis perlu transfusi PRC dan alat

    bantu nafas segera

    XI. PROGNOSISAd Vitam : Dubia ad malam

    Ad Fungsionum : Dubia ad malam

    Ad Sanationum : Ad malam

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    11/28

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. PENGERTIAN

    Thalassemia adalah suatu penyakit kongenital herediter yang diturunkan secara

    autosom berdasarkan kelainan hemoglobin, di mana satu atau lebih rantai polipeptida

    hemoglobin kurang atau tidak terbentuk sehingga mengakibatkan terjadinya anemia

    hemolitik. Dengan kata lain, thalassemia merupakan penyakit anemia hemolitik, dimana

    terjadi kerusakan sel darah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritosit menjadi pendek

    (kurang dari 120 hari). Penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai

    akibat dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb.

    Secara normal, Hb A dibentuk oleh rantai polipeptida yang terdiri dari 2 rantai beta.

    Pada beta thalassemia, pembuatan rantai beta sangat terhambat. Kurangnya rantai beta

    berakibat pada meningkatnya rantai alpha. Rantai alpha ini mengalami denaturasi dan

    presitipasi dalm sel sehingga menimbulkan kerusakan pada membran sel, yaitu membrane sel

    menjadi lebih permeable. Sebagai akibatnya, sel darah mudah pecah sehingga terjadi anemia

    hemolitik. Kelebihan rantai alpha akan mengurangi stabilitas gugusan heme yang akan

    mengoksidasi hemoglobin dan membrane sel, sehingga menimbulkan hemolisa.(1,2,4,5,7)

    B. ETIOLOGI

    Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik, dimana terjadi kerusakan pada sel

    darah merah di dalam pembuluh darah sehinga umur eritrosit pendek (kurang dari 120 hari).

    Kerusakan tersebut disebabkan oleh HB yang tidak normal sebagai akibat dari gangguan

    dalam pembentukan rantai globin atau struktur HB. Defek genetik yang mendasari

    Thalasemia meliputi delesi total atau parsial gen rantai globin dan substitusi, delesi atau

    insersi nukleotida akibat dari perubahan ini adalah penurunan atau tidak adanya m-RNA bagi

    satu atau lebih ranti globin atau pembentuka m-RNA yang cacat secara fungsional akibatnya

    adalah penurunan atau supresi total sintesis rantai polipeptida HB.

    Ketidakseimbangan dalam rantai globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam

    pembentukan HB disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan secara resesif dari kedua

    orang tua. Thalasemia termasuk dalam anemia hemolitik, dimana umur eritrosit menjadi lebih

    pendek. Umur eritrosit ada yang 6 minggu atau 8 minggu. Bahkan dalam kasus berat

    umureritrosit ada yang hanya mampu bertahan selama 3 minggu saja. Jadi thalasemia letak

    rantai polipeptida berbeda urutannya atau ditukar dengan jenis asam amino lain.

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    12/28

    Faktor genetik yaitu perkawinan antara 2 heterozigot (carier) yang menghasilkan

    keturunan Thalasemia (homozigot).(1,2,3,6,7)

    Pembentukan sel darah merah ( Hematopoiessis )

    Dalam masa kehidupan embrio, terdapat 3 periode pembuatan sel darah merah, yaitu :

    1. Periode mesoblastik ( 0 - 2 bulan )

    Lokasi : Blood islands dari yolk sack

    2. Periode hepatic ( 27 bulan )

    Lokasi : Liver dan lien ( extramedullary process )

    3. Periode myeloid ( 5 - 9 bulan )

    Lokasi : Sumsum tulang ( intramedullary process )

    Pada masa infant, proses homopoiesis berlangsung di hampir pada semua sumsum

    tulang, sedangkan pada masa dewasa, pembentukan berlangsung terutama pada sumsum

    tulang dari os vertebrae, costae, sternum, calvaria, sacrum dan pelvis juga pada ujung

    proximal os femur. (1)

    a. Sel darah merah

    Sel darah merah (eritrosit) membawa hemoglobin ke dalam sirkulasi. Sel ini

    berbentuk lempengan bikonkaf dan dibentuk di sum-sum tulang. Eritrosit berada di dalamsirkulasi selama kurang lebih 120 hari. Hitung rata-rata normal sel darah merah adalah 5,4

    juta /ml pada pria dan 4,8 juta/ml pada wanita. Pembentukan sel darah merah (eritro poresis)

    mengalami kendali umpan balik.

    Pembentukan ini dihambat oleh meningkatnya kadar sel darah merah dalam sirkulasi

    yang berada di atas nilai normal dan dirangsang oleh keadaan anemia. Pembentukan sel darah

    merah juga dirangsang oleh hipoksia.

    b. Haemoglobin

    Haemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah,

    Sintesis haemoglobin dimulai dalam pro eritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam

    stadium retikulosit, karena ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke

    dalam aliran darah, maka retikulosit tetap membentuk sedikit mungkin haemoglobin selama

    beberapa hari berikutnya.

    Tahap dasar kimiawi pembentukan haemoglobin. Pertama, suksinil KoA, yang

    dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol.

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    13/28

    Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk protopor firin IX yang kemudian

    bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme

    bergabung dengan rantai polipeptida panjang yang disebut globin, yang disintetis oleh

    ribosom, membentuk suatu sub unit hemoglobulin yang disebut rantai hemoglobin.Terdapat

    beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin yang berbeda, bergantung pada

    susunan asam amino di bagian polipeptida.

    Tipe-tipe rantai itu disebut rantai alfa, rantai beta, rantai gamma, dan rantai delta.

    Bentuk hemoglobin yang paling umum pada orang dewasam, yaitu hemoglobin A,

    merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai beta.

    Struktur Hemoglobin

    Secara molekuler, hemoglobin dibentuk dari Heme dan Globin, Heme sendiri terdiri

    dari 4 struktur pirol dengan atom Fe di tengahnya, sedangkan globin terdiri dari 2 pasang

    rantai polipeptida. (1)

    Pada manusia terdapat 3 jenis rantai hemoglobin normal yang dapat ditemukan dalam

    darah, yaitu :

    Hb A : 2 rantai dan 2 rantai -- 95% dari total seluruh hemoglobin

    Hb A2 : 2 rantai dan 2 rantai -- 3% dari total seluruh hemoglobin

    Hb F : 2 rantai dan 2 rantai -- 2% dari total seluruh hemoglobin (4,5)

    Pada bayi baru lahir, kadar Hb F masih sangat tinggi yaitu kira-kira 90% dari total

    seluruh hemoglobin, dan pada usia 6 bulan kadar hemoglobin akan sama kadarnya sama

    seperti orang dewasa.(4) Hemoglobin dewasa ( Hb Adult / Hb A ) memiliki 2 gen globin

    yang bertempat masing-masing pada 2 kromosom nomor 11, sementara 2 pasang gen

    globin yang funsional berada pada setiap kromosom nomor 16. (8)

    c. Katabolisme hemoglobin

    Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera

    difagosit oleh sel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer),

    limpa dan sumsum tulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag

    akan melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah

    dan diangkut oleh transferin menuju sumsum tulang untuk membentu sel darah merah baru,

    atau menuju hati dari jaringan lain untuk disimpan dalam bentuk faritin. Bagian porfirin dari

    molekul hemoglobin diubah oleh sel-sel makrofag menjadi bilirubin yang disekresikan hatike dalam empedu.

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    14/28

    C. PATOFISIOLOGI

    Pernikahan penderita thalasemia carier menyebabkan penurunan penyakit thalasemia secara

    resesif, berupa gangguan sintesis rantai globin dan (kromosom 11 dan 16) yang dapat

    mengakibatkan :

    Pembentukan rantai dan di eritrosit tidak seimbang. Rantai kurang dibanding rantai . Rantai tidak terbentuk sama sekali Rantai yang terbentuk tidak cukup.

    Keempat akibat tersebut dapat menyebabkan terjadinya thalasemia . Gangguan pada sintesis

    rantai globin dan juga dapat mengakibatkan rantai yang terbentuk sedikit dibanding

    rantai sehingga terjadilah thalasemia . Thalasemia dan dapat mengakibatkan :

    Pembentukan rantai dan Pembentukan rantai dan kurang Penimbunan dan pengendapan rantai dan yang berlebihanKetiga akibat tersebut dapat menyebabkan tidak terbentuknya HBA (2 dan 2) sehingga

    terjadi akumulasi endapan rantai globin yang berlebihan (inclussion bodies) yang dapat

    mengakibatkan rantai globin menempel pada dinding eritrosit sehingga dindung eritrosit

    mudah rusak. Dinding eritrosit yang rusak tersebut mengakibatkan terjadinya hemolisis,

    sehingga eritrosit tidak efektif dan penghancuran prekursom eritrosit di intra medular

    (sumsum tulang). Selain itu juga terjadi kurangnya sintesis HB sehingga eritrosit hipokrom

    dan mikro siher, maka terjadilah hemolisis eritrosit yang imatur dan terjadilah talasemia.

    Thalasemia dapat menyebabkan penurunan suplai darah ke jaringan sehingga suplai O2

    dan nutrisi ke jaringan menurun, mengakibatkan menurunnya metabolisme dalam sel. Dan

    terjadilah perubahan pembentukan ATP, sehingga energi yang dihasilkan menurun dan

    terjadilah kelemahan fisik, sehingga pasien mengalami defisit perawatan diri dan intoleransi

    aktivitas.

    Selain menyebabkan penurunan suplai O2 dan nutrisi, penurunan suplai darah ke jaringan

    juga membuat tubuh merespin dengan pembentukan eritroporetin yang dapat merangsang

    eritroporesis, sehingga eritrosit imatur dan mudah lisis, maka terjadilah penurunan HB, maka

    memerlukan transfusi.

    Transfusi jangka panjang dapat mengakibatkan penumpukan Fe di organ

    (hemokromotosis), penumpukan Fe terjadi di limpa dan hati. Di limpa penumpukan Fe ini

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    15/28

    dapat mengakibatkan spleno megali maka harus dilakukan splenoktomi sehingga beresiko

    terjadi infeksi. Di hati penumpukan Fe mengakibatkan hepatomegali / sirohepatis yang

    menyebabkan anoreksia sehingga pasien mengalami gangguan pemenuan nutrisi kurang dari

    kebutuhan.

    Selain akibat tersebut penumpukan Fe juga dapat mengakibatkan perubahan sirkulasi

    sehingga kulit rusak dan mengalami resiko kerusakan intregritas kulit. Thalasemia juga dapat

    mengakibatkan menurunnya pengikatan O2 oleh eritrosit sehingga aliran darah ke organ vital

    dan seluruh jaringan menurun, sehingga O2 dan nutrisi tidak ditransport secara adekuat yang

    mengakibatkan perfusi jaringan terganggu maka terjadilah perubahan perfusi jaringan.

    Pathway

    Pernikahan penderita talasemia carier

    Penurunan penyakit secara resesif

    Gangguan sintesis rantai globin dan (kromosom 11 dan 16)

    Pembentukan rantai dan diretikulosit tidak seimbang

    Rantai kurang terbentuk dibanding rantai Rantai kurang dibanding

    Rantai yang terbentuk tidak cukup Rantai tidak terbentuk sama sekali

    Thalasemia thalasemia

    Pembentukan rantai dan

    Pembentukan rantai dan kurang

    Penimbunan dan pengendapan rantai dan yang berlebihan

    Tidak terbentuknya HBA (2 dan 2 )

    Akumulasi endapan rantai globin yang berlebihan (terbentuknya inclussion bodies)

    Endapan menempel pada dinding eritrosit

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    16/28

    Dinding eritrosit rusak

    Hemolisis

    Eritrosit darah tidak efektif dan penghancuran pre kurson eritrosit di intra medular

    (sumsum tulang)

    Sintesis HB kurang sehingga eritrosit hipokron dan mikrositer

    Hemolisis eritrosit yang imatur

    THALASEMIA

    Penurunan suplai darah ke jaringan

    Pengikatan O2 oleh eritrosit menurun

    Tubuh merespon dengan pembentukan eritroprotein

    Suplai O2 dan nutrisi ke jaringan menurun

    Aliran darah ke organ vital dan seluruh jaringan menurun

    Merangsang eritropoesis

    Metabolisme sel terjadi

    Suplai O2 dan nutrisi tidak adekuat

    Eritrosit yang terbentuk immatur dan mudah lisis

    Perubahan pembentukan ATP

    Perfusi jaringan terganggu

    Penurunan HB

    Energi yang dihasilkan menurun

    Perubahan perfusi jaringan

    Transfusi

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    17/28

    Kelemahan fisik

    Terjadi penumpukan Fe di organ (hemokromotosis)

    Intoleransi aktifitas

    Defisit sirkulasi

    Liver

    Limfa

    Perubahan sirkulasi

    Hepatomegali / sirosis

    splenomegali

    Kerusakan kulit

    Splenoktomi

    Resiko kerusakan integritas kulit

    Anoreksia

    Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    Resiko infeksi

    D. MACAMMACAM THALASEMIA

    1. Berdasarkan Jenis Rantai Globin yang Terganggu

    a. Talasemia Alfa

    Pada talasemia alfa, terjadi penurunan sintesis dari rantai alfa globulin dan

    kelainan ini berkaitan dengan delesi pada kromosom 16. Akibat dari kurangnya sintesis

    rantai alfa, maka akan banyak terdapat rantai beta dan gamma yang tidak berpasangan

    dengan rantai alfa. Maka dapat terbentuk tetramer dari rantai beta yang disebut HbH dan

    tetramer dari rantai gamma yang disebut Hb Barts. Talasemia alfa sendiri memiliki

    beberapa jenis antara lain :

    1) Delesi pada empat rantai alfa

    Dikenal juga sebagai hydrops fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb Barts.

    Gejalanya dapat berupa ikterus, pembesaran hepar dan limpa dan janin yang

    sangat anemis. Biasanya, bayi yang mengalami kelainan ini akan meninggal

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    18/28

    beberapa jam setelah kelahirannya atau dapat juga janin meninggal dalam

    kandungan pada minggu ke 36 40. Bila dilakukan pemeriksaan seperti dengan

    elektroforesis didapatkan kadar Hb adalah 80 90% Hb Barts, tidak ada HbA

    maupun HbF.

    2) Delesi pada tiga rantai alfa

    Dikenal juga sebagai HbH disease biasa disertai dengan anemia hipokromik

    mikrositer. Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami

    presipitasi dalam eritrosit sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan.

    Jika dilakukan pemeriksaan mikroskopis dapat dijumpai adanya Heinz Bodies.

    3) Delesi pada dua rantai alfa

    Juga dijumpai adanya anemia hipokromik mikrositer yang ringan. Terjadi

    penurunan dari HbA2 dan peningkatan dari HbH.

    4) Delesi pada satu rantai alfa

    Disebut sebagai silent carrier karena tiga lokus globin yang ada masih bisa

    menjalankan fungsi normal.

    b. Talasemia Beta

    Disebabkan karena penurunan sintesis rantai beta. Dapat dibagi berdasarkan

    tingkat keparahannya, yaitu talasemia mayor, intermedia dan karier. Pada kasus

    talasemia mayor Hb sama sekali tidak diproduksi. Mungkin saja pada awal

    kelahirannya, anak anak talasemia mayor tampak normal tetapi penderita akan

    mengalami anemia berat mulai usia 318 bulan.

    Jika tidak diobati, bentuk tulang wajah berubah dan warna kulit menjadi

    hitam. Selama hidupnya penderita akan tergantung pada transfusi darah. Setelah

    ditransfusi, penderita talasemia menjadi segar kembali. Kemudian darah yang sudah

    ditransfusikan tadi setelah beberapa waktu akan hancur lagi. Kembali terulang

    penderita kekurangan oksigen, timbul gejala lagi, perlu transfusi lagi, demikian

    berulang ulang seumur hidup. Bisa tiap minggu penderita memerlukan transfusi

    darah, bahkan bisa lebih sering. Lebih membahayakan lagi, darah yang ditransfusi

    terusmenerus tadi ketika hancur akan menyisakan masalah besar yaitu zat besi daridarah yang hancur tadi tidak bisa dikeluarkan tubuh. Akan menumpuk, kulit menjadi

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    19/28

    hitam, menumpuk di organ dalam penderita misalnya di limpa, hati, jantung.

    Penumpukan di jantung sangat berbahaya, jantung menjadi tidak bisa memompa lagi

    dan kemudian penderita talasemia meninggal.

    2. Pembagian Talasemia Secara Klinis

    a. Talasemia Mayor

    Merupakan penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin

    dalam darah. Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan

    anemia. Dampak lebih lanjut, selsel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurnya

    pun sangat pendek, sehingga yang bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk

    memperpanjang hidupnya.

    Penderita talasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3

    18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala

    lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies cooley. Penderita talasemia

    mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih khusus. Pada umumnya, mereka

    harus menjalani transfusi darah dan pengobatan seumur hidupnya.

    Tanpa perawatan yang baik, hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat

    bertahan sekitar 18 bulan. Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi

    lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Semakin berat penyakitnya, maka

    sering pula si penderita harus menjalani transfusi darah.

    b. Talasemia Minor

    Individu hanya membawa gen penyakit talasemia, namun individu hidup

    normal, tanda tanda penyakit talasemia tidak muncul. Walaupun talasemia minor

    tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan talasemia minor juga akan terjadi

    masalah. Kemungkinan 25% anak mereka menderita talasemia mayor.

    Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit talasemia mayor

    dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering

    mengalami pendarahan. Talasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di

    sepanjang hidup penderitanya, tetapi tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang

    hidupnya.

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    20/28

    E. MANIFESTASI KLINIS

    Semua jenis talasemia memiliki gejala yang mirip tetapi beratnya bervariasi. Sebagaian besar

    mengalami gangguan anemia ringan.

    1. Thalasemia minor (talasemia heterogen) umumnya hanya memiliki gejala berupaanemia ringan sampai sedang dan mungkin bersifat asimtomatik dan sering tidak

    terdeteksi.

    2. Thalasemia mayor, umumnya menampakkan manifestasi klinis pada usia 6 bulan. Tanda awal adalah awitan mendadak, anemia, demam yang tidak dapat

    dijelaskan, cara makan yang buruk, peningkatan BB dan pembesaran limpa.

    Tanda lanjut adalah hipoksia kronis; kerusakan hati, limpa, jantung, pankreas,kelenjar limphe akibat hemokromotosis, ikterus ringan atau warna kulit

    mengkilap, kranial tebal dengan pipi menonjol dan hidung datar; retardasi

    pertumbuhan; dan keterlambatan perkembangan seksual.

    3. Komplikasi jangka panjang sebagai akibat dari hemokromatosis dengan kerusakan sel

    resultan yang mengakibatkan :

    Splenomegali Komplikasi skeletal, seperti menebalan tulang kranial, pembesaran kepala,

    tulang wajah menonjol, maloklusi gigi, dan rentan terhadap fraktur spontan.

    Komplikasi jantung, seperti aritmia, perikarditis, dan CHF Penyakit kandung empedu, termasuk batu empedu. Pembesaran hepar dan berlanjut menjadi sirosis hepatis. Perubahan kulit, seperti ikterus dan pragmentasi coklat akibat defisit zat besi. Retardasi pertumbuhan dan komplikasi endokrin.

    4. Gejala lain pada penderita Thalasemia adalah jantung mudah berdebar-debar. Hal ini

    karena oksigen yang dibawah tersebut kurang, maka jantung juga akan beusaha

    bekerja lebih keras sehingga jantung penderita akan mudah berdebar-debar, lama-

    kelamaan jantung akan bekerja lebih keras sehingga lebih cepat lelah. Sehingga terjadi

    lemah jantung, limfa penderita bisa menjadi besar karena penghancuran darah terjadi

    di sana, selain itu sumsum tulang juga bekerja lebih keras karena berusaha

    mengkompensasi kekurangan Hb, sehingga tulang menjadi tipis dan rapuh sehingga

    mudah rapuh. Jika ini terjadi pada muka (tulang hidung maka wajah akan berubah

    bentuk, batang hidung akan hilang/ melesak ke dalam (facies cooley) ini merupakan

    salah satu tanda khas penderita thalasemia.

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    21/28

    Pembesaran hati dan limpa terjadi karena penghancuran sel darah merah berlebihan,

    haemopoesis ekstra modular dan kelebihan beban besi. Limpa yang membesar meningkatkan

    kebutuhan darah dengan menambah penghancuran sel darah merah dan pemusatan (pooling)

    dan dengan menyebabkan pertambahan volume plasma. Gejala deformitas tulang,

    hepatomegali dan splenomegali, eritropoesis ekstra medular dan gambaran kelebihan beban

    besi nampak pada masa dewasa.

    Perubahan pada tulang karena hiperaktivitas sumsum merah berupa deformitas dan

    fraktur spontan, terutama kasus yang tidak atau kurang mendapat transfusi darah. Deformitas

    tulang, disamping mengakibatkan muka mongoloid, dapat menyebabkan pertumbuhan

    berlebihan tulang prontal dan zigomatin serta maksila. Pertumbuhan gigi biasanya buruk.

    Gejala lain yang tampak ialah anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai umur,

    berat badan kurang, perut membuncit. Jika pasien tidak sering mendapat transfusi darah kulit

    menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit.

    Umumnya tidak dijumpai gejala klinis yang khas, ditandai oleh anemia mikrositin, bentuk

    heterozigot tetapi tanpa anemia atau anemia ringan.

    Thalasemia mayor (Thalasemia homozigot) Thalasemia intermedia Thalasemia minor atau troit ( pembawa sifat)

    Pada hapusan darah topi di dapatkan gambaran hipokrom mikrositik, anisositosis,

    polklilositosis dan adanya sel target (fragmentasi dan banyak sel normoblas).

    Kadar besi dalam serum (SI) meninggi dan daya ikat serum terhadap besi (IBC) menjadi

    rendah dan dapat mencapai nol

    Elektroforesis hemoglobin memperlihatkan tingginya HbF lebih dari 30%, kadang

    ditemukan juga hemoglobin patologik. Di Indonesia kira-kira 45% pasien Thalasemia juga

    mempunyai HbE maupun HbS.

    Kadar bilirubin dalam serum meningkat, SGOT dan SGPT dapat meningkat karena

    kerusakan parankim hati oleh hemosiderosis.

    Penyelidikan sintesis alfa/beta terhadap refikulosit sirkulasi memperlihatkan peningkatan

    nyata ratio alfa/beta yakni berkurangnya atau tidak adanya sintetis rantai beta.

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    22/28

    F.KOMPLIKASI(1,2,4,6,8)

    Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Transfusi darah yang

    berulang-ulang dari proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah tinggi, sehingga

    tertimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lain-lain. Hal

    ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromotosis). Limpa yang besar

    mudah ruptur akibat trauma yang ringan, kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan

    gagal jantung.

    Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak. Pada orang

    dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif sering dijumpai,

    komplikasi lain :

    Infark tulang Nekrosis Aseptic kapur femoralis Hematuria sering berulang-ulang

    G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN LABORATORIUM

    1. HPl akan menyatakan mikrositosis, hipokromia, amsositosis, polikhositosis, sel target,dan bercak basofil, nilai HB dan hematokrit menurun.

    2. Hitung retikulosif akan menurun3. Elektroforesis Hb akan menyatakan peningkatan nilai HB F dan HBA.4. CVS atau analisa darah atau sel janin akan menyaring thalasemia saat pranatal

    a. Thalasemia Mayor

    Darah tepi didapatkan gambaran hipokrom mikrosifik, anisositosis, polikilo sitosis dan

    adanya sel target, jumlah retikulosit meningkat serta adanya sel seri eritrosit, muda

    (normoblast) HB rendah, resistensi osmotik patologis, nilai MC, MCV, MCFI, dan MCHC

    menurun, jumlah leukosit normal/menignkat, kadar Fe dalam serum meningkat, bilirubin,

    SGOT dan SGPT meningkat karena kerusakan parenkim hati oleh hemolisis.

    b.Thalasemia Minor

    Kadar HB bifarrasi. Gambaran darah tepi dapat menyerupai thalasemia mayor / hanya

    sekedar nilai MC dan MCH biasanya menurun, sedangkan MCHC biasanya normal,

    resistensi osmotik meningkat.

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    23/28

    c. Pemeriksaan lebih maju adalah analisa DNA,

    DNA drobing, geneblotting, dan pemeriksaan PCR (Poly merase Chain Reaction).

    d.Gambaran radiologis,

    Tulang akan memperlihatkan medulanya. Tipsi dan trabekula kasar. Tulang tengkorak

    memperlihatkan diploe dan pada anak usia bermain kadang-kadang terlihat bruch apperance

    (menyerupai rambut berdiri potongan pendek). Fraktur kompresi vertebra dapat terjadi.

    Tulang iga melebar, terutama pada bagian artikulasi dengan prosesis transversus.

    Pemeriksaan Diagnostik yang lain:

    Darah tepi : kadar Hb rendah, retikulosit tinggi, jumlah trombosit dalam batas normal Hapusan darah tepi : hipokrom mikrositer,anisofolkilositosis, polikromasia sel target,

    normoblas.pregmentosit

    Fungsi sum sum tulang : hyperplasia normoblastik Kadar besi serum meningkat Bilirubin indirect meningkat Kadar Hb Fe meningkat pada thalassemia mayor Kadar Hb A2 meningkat pada thalassemia minor. Gambaran radiologis tulang akan memperlihatkan medula yang labor, korteks tipis

    dan trabekula kasar.

    Tulang tengkorak memperlihatkan hair-on-end yang disebabkanperluasan sumsumtulang ke dalam tulang korteks.

    H. PENATALAKSANAAN(1,2,7,8)

    A. Penatalaksanaan Medis

    a. Terapi diberikan secara teratur untuk mempertahankan kadar Hb di atas 10 gr/dl.Rugimen hipertransfusi ini mempunyai keuntungan klinis yang nyata, memugkinkan

    aktivitas normal yang nyaman, mencegah auto imunisasi dan mencegah ekspansi

    sumsum tulang dan masalah kosmetik progresif yang terkait dengan perubahan

    tulang-tulan muka, dan meminimalkan dilatasi jantung dan esteoporosis. Transfusi

    dengan dosis 15-20 ml/kg sel darah mrah terpampat (PRC) biasanya diperlukan setiap

    4-5 minggu.

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    24/28

    b. Uji silang harus dikerjakan untuk mencegah auto imonusasi dan mencegah reaksitransfusi.

    c. Meminimalkan reaksi demam akibat transfusi dengan menggunakan eritrosit yangdirekonstruksi dari darah beku atau penggunaan filter leukosit, dengan pembeian

    antipiretik sebelum transfusi.

    d. Menurunkan atau mencegah hemosiderosis dengan pemberian parenteral obatpenghelasi besi (iron chelating drugs), de feroksamin diberikan subkutan dalam

    jangka 8-12 jam dengan menggunakan pompa portabel kecil (selama tidur), 5-6

    malam/minggu.

    e. Cangkok sumsum tulang (cst) adalah kuratif pada penderita inr dan telah terbuktikeberhasilan yang meningkat.

    B. Penatalaksanaan Perawatan

    1. Perawatan umum : makanan dengan gizi seimbang

    2. Perawatan khusus :

    Transfusi darah diberikan bila kadar Hb rendah sekali (kurang dari 6 gr%) atau anakterlihat lemah dan tidak ada nafsu makan.

    Pemberian Roborantia, hindari preparat yang mengandung zat besi. Pemberian Desferioxamin untuk menghambat proses hemosiderosis yaitu membantu

    ekskresi Fe. Untuk mengurangi absorbsi Fe melalui usus dianjurkan minum teh.

    Transplantasi sumsum tulang (bone marrow) untuk anak yang sudah berumur diatas16 tahun. Di Indonesia, hal ini masih sulit dilaksanakan karena biayanya sangat mahal

    dan sarananya belum memadai.

    Hipersplenisme, yang mempunyai peranan kompleks pada penyebab anemia, dapatmenyebabkan penurunan jumlah leukosit dan trombosit (pansitopenia) walaupun

    jarang sampai menimbulkan perdarahan.

    Kriteria adanya hipersplenisme :

    1. Menghitung jumlah tranfusi yang melebihi 250 ml/kgbb dalam 1 tahun terakhir2. Penurunan hb yang drastis3. Pansitopenia

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    25/28

    Splenektomi dilakukan bila keputusan transfusi meningkat melebihi perkiraan yang

    dibutuhkan untuk pertumbuhan. Pasien ini sebaiknya mendapat imunisasi terhadap

    Pneumococcus dan Haemophyllus influenza tipe B, juga dilakukan profilaksis dengan

    Penicillin.

    Indikasi splenektomi :

    Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkantekanan intra abdominal yang menggannggu pernafasan serta tidak nyaman di

    perut disamping bahaya terjadinya ruptur.

    Hipersplenisme dini ditandai oleh peningkatan kebutuhan tranfusi yang bukandisebabkan oleh adanya antibody.

    Splenektomi ini sebaiknya dilakukan pada usia diatas 5 tahun, mengingat komplikasi

    infeksi berat yang dapat timbul, karena pada usia tersebut fungsi limpa sebagai organ yang

    berperan dalam pembentukan zat anti terhadap infeksi sudah dapat diambil alih oleh organ

    limfoid lain.

    C. Penatalaksanaan Pencegahan.

    Pencegahan primer

    Penyuluhan sebelum perkawinan (marriage counselling) untuk mencegah perkawinan

    diantara pasien Thalasemia agar tidak mendapatkan keturunan yang homozigot. Perkawinan

    antara 2 hetarozigot (carrier) menghasilkan keturunan : 25 % Thalasemia (homozigot), 50 %

    carrier (heterozigot) dan 25 normal.

    Pencegahan sekunder

    Pencegahan kelahiran bagi homozigot dari pasangan suami istri dengan Thalasemia

    heterozigot salah satu jalan keluar adalah inseminasi buatan dengan sperma berasal daridonor yang bebas dan Thalasemia troit. Kelahiran kasus homozigot terhindari, tetapi 50 %

    dari anak yang lahir adalah carrier, sedangkan 50% lainnya normal.

    Diagnosis prenatal melalui pemeriksaan DNA cairan amnion merupakan suatu kemajuan dan

    digunakan untuk mendiagnosis kasus homozigot intra-uterin sehingga dapat dipertimbangkan

    tindakan abortus provokotus

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    26/28

    I. PROGNOSIS

    Talasemia homozygot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang dekade

    ketiga.Walaupun digunakan Antibiotik untuk mencegah infeksidan pemberian agen kelasi

    untuk mengurangihemosiderosis, selain itu harganya pun mahal dan pada umumnya tidak

    terjangkau oleh penduduk negara berkembang. Apabila dikemudian hari transfusi sumsum

    tulang dapat ditetapkan , maka prognosis akan menjadi baik.

    Karena thalassemia merupakan penyakit genetik, maka jika dua orang pembawa sifat

    thalassemia menikah, mereka mempunyai kemungkinan 25% anak normal/ sehat, 50% anak

    pembawa sifat/ thalassemia minor, dan 25% anak sakit thalassemia mayor.

    Talasemia heterozigot umumnya mempunyai prognosis baik kecuali bila diobati dengan

    transfusi darah berlebihan.

    Talasemia homozigot umumnya buruk, penyakit Hb H prognosisnya baik begitu pula

    halnya demikian talasemia heterozigot dan silent carrier. (4)

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    27/28

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Thalasemia merupakan penyakit yang dapat diturunkan dari induk kepada generasi

    seterusnya melalui informan genetik yaitu DNA yang berada didalam gen. Apabila kedua

    orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak mereka mungkin akan

    menderita thalassemia trait/bawaan atau mungkin juga memiliki darah yang normal, atau

    mereka mungkin menderita Thalassemia mayor. Meskipun patofisiologi terjadinya kelainan

    telah dapat sampai pada tingkat molekuler namun pengobatan yang tepat masih belum

    ditemukan.

    Mungingat kelainan ini diturunkan dan belum ditemukan pengobatannya maka tindakan

    pencegahan terhadap timbulnya penyakit ini menjadi lebih penting

  • 5/22/2018 Case Thalasemia

    28/28

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Abdoerrachman M H, Affandi M B, Agusman S, Alatas H, Ali Dahlan.et al.Hematologi. Dalam: Buku Kuliah Kesehatan Anak. jilid I. Jakarta: Bagian Ilmu

    Kesehatan Anak FK UI; 1985. p. 414-51

    2. Benz Edward J Jr, Giardina Patricia J V. Thalassemia symdromes. In: Blood Diseasesof Infancy and Childhood. 7thed. St Louis: Mosby;1995. p. 460-91

    3. Benz Edward J Jr. Hemoglobinopathies. In: Braunwal E, Fauci As, Kasper DL,Hauser SL, Longo DL, Jameson VL, Editors. Harrisons Principles of Internal

    Medicine. 15thed. New York, Mc Graw=Hill; 2001.

    4. Kosasih E N. Sindrom Talasemia. Dalam: Suparma, Waspadji Sarwono, ed. IlmuPenyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: FK UI; 1998. p. 417-25.

    5. F A Rice, ART, CLS. Thalassemia. 1996 Mar. Available from: www.Cariboo,bc.ca/schs/medtech/rice/thalassemia.html.

    6. Forget Bernard G. Thalassemia syndromes. In: Hoffman: Hematology: BasicPrinciples and Practise. 3rded. St Louis: Mosby; 1995. p. 460-91.

    7. Frenkel Eugene P. Anemias. In: Ballenger James C, Bennet William M, BerkowJoseph W, Calligaro Ina Lee Stile, Cutler Ralph E, et al, Editors.The Merck Manualof Diagnosis and Therapy. 17thed. New Jersey: The Merck Publishing group, 1999. p.

    881-3.

    8. Robbins, Kumar. Sistem Hematopoiesis dan Limfoid. Dalam: Robbins dan Kumar,ed. Buku Ajar Patologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC; 1995. p. 75-8.