BAB IPENDAHULUAN
Sekarang ini ada kecendrungan untuk melakukan seksio sesarea
tanpa dasar yang cukup kuat. Perlu diingat bahwa seorang ibu yang
telah mengalami seksio sesarea merupakan seseorang yang mempunyai
parut dalam uterus dan tiap kehamilan serta persalinan berikutnya
memerlukan pengawasan yang lebih cermat.Di Amerika pada tahun 1990
angka kejadian persalinan pervaginam bekas seksio sesarea adalah
19,5%, di Norwegia 56,2% dan di Swedia 32,9%. Tahun 1996 persalinan
pervaginam bekas seksio sesarea di USA adalah sebesar 28 % .
Pada pasien dengan riwayat persalinan sesar sebelumnya dan
memerlukan induksi persalinan untuk kehamilan selanjutnya, kepada
mereka ditawarkan dua pilihan: seksio sesar ulangan atau induksi
persalinan. Adanya risk dan benefit pada kedua cara persalinan
tersebut. Perhatian yang lebih besar dihubungkan dengan induksi
persalinan dengan adanya parut uterus. Kemungkinan meningkatkan
risiko terjadinya ruptura parut uterus, yang dapat mengancam
kehidupan ibu dan bayinya.
BAB IIKASUS
A. Identitas PasienNama: Ny. E.SAlamat: Badab , Grogol, SKHUsia:
35 TahunJenis Kelamin: PerempuanAgama : IslamPekerjaan: Ibu Rumah
TanggaNo RM: 299xxxTanggal MRS: 20 Juli 2015Tanggal keluar: 22 Juli
2015
B. KronologisPasien datang ke IGD RSUD Sukoharjo dari pada
tanggal 20 juli 2015 pukul 00.15 WIB.
C. AnamnesisKeluhan utama : kenceng-kenceng sejak 2 hari yang
lalu
D. Riwayat penyakit sekarangPasien seorang wanita 41 tahun
G3P2A0 datang ke IGD RSUD Sukoharjo dengan keluhan tensi tinggi,
kepala pusing. Kenceng kenceng dirasakan jarang Pasien seorang
wanita 35 tahun G3P2A0 datang ke IGD RSUD Sukoharjo dengan keluhan
kenceng-kenceng sejak 2 hari yang lalu, kenceng masih jarang,
pusing (-), mual (-), muntah (-), BAK (+), BAB (+).Pasien rutin
periksa ke dokter selama hamil. Keluhan trisemester pertama kadang
mual (+), muntah (+), tetapi tidak sampai mondok di rumah sakit.
HPMT : 15 Oktober 2014HPL : 22 Juli 2015UK : 39+5 minggu Hamil anak
pertama : Hamil pada umur 21 tahun Bayi Perempuan lahir dengan
Berat badan 2800 gr Lahir dengan Seksio sesarea (YARSIS) atas
indikasi pacuan gagal. Sekarang Umur 14 tahunHamil anak kedua Hamil
pada umur 31 tahun Bayi perempuan lahir dengan berat badan 3800 gr
Oleh Bidan dirujuk ke RS Moewardi kemudian dilakukan Seksio sesarea
Sekarang umur 3,5 tahun
E. Riwayat menstruasi :Menarche: 14 tahunLama mestruasi: 3-5
hariSikus menstruasi: teratur, 1 bulan sekali Keluhan selama
mestruasi: dismenore (+), Pusing (+)Warna: merah segarBentuk
perdarahan/ haid: cair/ encerBau haid: anyirFlour albus:
disangkal
F. Riwayat penyakit dahuluRiwayat Seksio cesarea: diakui (2
kali)Riwayat penyakit darah tinggi: disangkalRiwayat darah tinggi
selama kehamilan: disangkalRiwayat penyakit kencing manis:
disangkalRiwayat asma: disangkalRiwayat penyakit jantung:
disangkalRiwayat keguguran: disangkal
G. Riwayat penyakit keluargaRiwayat keluarga melahirkan bayi
dengan cacat bawaan: disangkalRiwayat darah tinggi:
disangkalRiwayat penyakit kencing manis: disangkalRiwayat asma:
disangkalRiwayat Stroke : diakui (Kakek)
H. Status perkawinan Kawin 1 kali, lama kawin hampi 15 tahun
I. Kebiasaan sehari-hariNutrisi/ minum sebelum dan selama hamil
:Konsumsi suplemen/ vitamin: diakuiMinum jamu: disangkalMerokok:
disangkalMinum alkohol: disangkal
J. Riwayat pengobatan dan alergiPasien tidak pernah berobat
pengobatan jangka panjang, tidak ada riwayat alergi makanan, cuaca
maupun obat-obatan
K. Riwayat kehamian sekarangG3 P2 A0HPHT: 15/ 10/ 2014HPL: 22/
07/ 2014Umur kehamian: 39+5 mingguRiwayat ANC: imunisasi TT
sebanyak 3 kali
L. Pemeriksaan fisik1. Status generalisKU: cukup, kesadaran
compos mentis, gizi cukup.Vital sign: TD:130/80 mmHg; HR: 72x/menit
RR: 24x/menit, S: 36,3 C.Berat badan: Sebelum hamil: 47 kg Setelah
hami: 65 kgTB: 158 cmLiLa: 23 cmKepala : Conjuctiva Anemis tidak
didapatkan, Sklera Ikterik tidak didapatkan.Leher: Pembesaran
kelenjar limfe tidak didapatkanThorax : Bentuk normal, simetris
D=S, Pulmo: SDV (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-). Cor: BJ I/II reguler,
bising jantung (-).Abdomen : Perut membesar, striae gravidarum (+),
linea nigra (+), peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-), teraba
janin tunggal intrauterine, presentasi kepala, masuk panggul, TFU=
31 cm, DJJ (+) 144x/menit, HIS jarang.Ekstremitas: akral hangat
(+), edema (+)2. Status obstetrikAbdomen:Inspeksi: perut membesar,
striae gravidarum (+), linea nigra (+)Palpasi: nyeri tekan (-),
teraba janin tunggal intrauterineLeopard I: masa bulat, lunak,
bokong TFU 31 cmLeopard II: bagian punggung janin terletak di
sebelah kananLeopard III: teraba keras, bulat, kepalaLeopard IV:
bagian terbawah janin masuk panggulVaginal toucherVagina: dalam
batas normalServiks: tipisPembukaan : 3 cm
Presentasi : Kepala Bagian yang menumbung: plasenta
M. Pemeriksaan penunjangTanggal 20 Juli 2015
Tanggal 21 Juli 2015
Tanggal 22 juli 2015
N. DiagnosisNy. ES G3P2A0, Hamil 39+5 minggu dengan riwayat Re
SC 2 kali disertai Anemia.
O. Penatalaksanaan Infus RL 16 tpm Rencana SC jam 9 pagi Inj.
Ceftriaxone 1g/12 jam 1 jam sebelum operasi SC Asam mefenamat 2
tablet extra Cek DL Cross match
P. Follow UP1. Tanggal 20 Juli 2015S/ Perut terasa kenceng2 (+),
pusing (-), lemes (-), lendir darah (-), ketuban pecah (-), BAK
(+), BAB (+)O/ KU: CM, lemahkepala, leher: dbnthorak: dbnabdomen:
supel (+), BU (+), his jaranggenital: PPV (-), pembukaan 3 cmeks :
akral hangat, odem tungkai (+/+)Djj : 144x/mA/ G3P2A0 hamil 39+5
minggu dengan Riwayat ReSC 2 kali.Terapi Infus RL 16 tpm Rencana SC
jam 9 pagi Inj. Ceftriaxone 1g/12 jam 1 jam sebelum operasi SC Asam
mefenamat 2 tablet extra Cek DL dan Cross match
Jam 02.30 (21 Juli 2015)
2. Tanggal 21 Juli 2015S/ pusing (-), lemas (-), mual (-),
muntah (-), PPV (+) sedikit.O/ KU: CM, lemahVS: TD: 120/80, HR: 78,
RR: 24, T: 36.4kepala, leher: dbnthorak: dbnabdomen: supel (+), BU
(+), TFU 1 jari dibawah umbilicuseks : akral hangat, odem tungkai
(-)A/ G3P2A0, Hamil 39+5 minggu dengan Vaginal Birth After
Caesarean Section (VBAC) disertai Anemia
Terapi RL 16 tpm Inj. cefriaxone1 gr/12 jam Tranfusi PRC 3 kolf
Post transfusi Cek HB
3. Tanggal 22 Juli 2015S/ tidak ada keluahan, PPV (+) sedikit.O/
KU: CM, lemahVS: TD: 120/80, HR: 74, RR: 22, T: 36kepala, leher:
dbnthorak: dbnabdomen: supel (+), BU (+), TFU 1 jari dibawah
umbilicuseks : akral hangat, odem tungkai (-)A/ G3P2A0, Hamil 39+5
minggu dengan Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) disertai
Anemia membaik.
Terapi BLPL Terapi Oral
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
Sekarang ini ada kecendrungan untuk melakukan seksio sesarea
tanpa dasar yang cukup kuat. Perlu diingat bahwa seorang ibu yang
telah mengalami seksio sesarea merupakan seseorang yang mempunyai
parut dalam uterus dan tiap kehamilan serta persalinan berikutnya
memerlukan pengawasan yang lebih cermat.
Pada pasien dengan riwayat persalinan sesar sebelumnya dan
memerlukan induksi persalinan untuk kehamilan selanjutnya, kepada
mereka ditawarkan dua pilihan: seksio sesar ulangan atau induksi
persalinan. Adanya risk dan benefit pada kedua cara persalinan
tersebut. Perhatian yang lebih besar dihubungkan dengan induksi
persalinan dengan adanya parut uterus. Kemungkinan meningkatkan
risiko terjadinya ruptura parut uterus, yang dapat mengancam
kehidupan ibu dan bayinya.
A. Frekuensi Di Amerika pada tahun 1990 angka kejadian
persalinan pervaginam bekas seksio sesarea adalah 19,5%, di
Norwegia 56,2% dan di Swedia 32,9%. Tahun 1996 persalinan
pervaginam bekas seksio sesarea di USA adalah sebesar 28 % . B.
Prasyarat yang harus dipenuhi Panduan dari American College of
Obstetricans and Gynekologists pada tahun 1999 tentang persalinan
pervaginam pada pasien bekas seksio sesarea atau yang dikenal
dengan trial of scar memerlukan kehadiran seorang dokter ahli
kebidanan, seorang ahli anastesi dan staf yang mempunyai keahlian
dalam hal persalinan dengan seksio sesarea emergensi. Sebagai
penunjangnya kamar operasi dan staf disiagakan, darah yang telah
di-crossmatch disiapkan dan alat monitor denyut jantung janin
manual ataupun elektronik harus tersedia.Pada kebanyakan senter
merekomendasikan pada setiap unit persalinan yang melakukan
persalinan pada bekas seksio sesarea harus tersedia tim yang siap
untuk melakukan seksio sesarea emergensi dalam waktu 20 sampai 30
menit untuk antisipasi apabila terjadi fetal distress atau ruptura
uteri
C. Faktor yang berpengaruhSeorang ibu hamil dengan bekas seksio
sesarea akan dilakukan seksio sesarea kembali atau dengan
persalinan pervaginam tergantung apakah syarat persalinan
pervaginam terpenuhi atau tidak. Setelah mengetahui ini dokter
mendiskusikan dengan pasien tentang pilihan serta resiko
masing-masingnya. Tentu saja hak pasien untuk meminta jenis
persalinan mana yang terbaik untuk dia dan bayinya.Faktor-faktor
yang berpengaruh dalam menentukan persalinan pada pasien bekas
seksio sesarea telah diteliti selama bertahun-tahun.Ada banyak
faktor yang dihubungkan dengan tingkat keberhasilan persalinan
pervaginam pada bekas seksio 1. Teknik operasi sebelumnya.Pasien
bekas seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim transversal
merupakan salah satu syarat dalam melakukan persalinan pervaginam,
dimana pasien dengan tipe insisi ini mempunyai resiko ruptura yang
lebih rendah dari pada tipe insisi lainnya. Bekas seksio sesarea
klasik, insisi T pada uterus dan komplikasi yang terjadi pada
seksio sesarea yang lalu misalnya laserasi serviks yang luas
merupakan kontraindikasi melakukan persalinan pervaginam.2. Jumlah
seksio sesarea sebelumnyaFlamm tidak melakukan persalinan
pervaginam pada semua bekas seksio sesarea korporal maupun pada
kasus yang pernah seksio sesarea dua kali berurutan atau lebih,
sebab pada kasus tersebut diatas seksio sesarea elektif adalah
lebih baik dibandingkan persalinan pervaginamRisiko ruptura uteri
meningkat dengan meningkatnya jumlah seksio sesarea sebelumnya.
Pasien dengan seksio sesarea lebih dari satu kali mempunyai resiko
yang lebih tinggi untuk terjadinya ruptura uteri. Ruptura uteri
pada bekas seksio sesarea 2 kali adalah sebesar 1.8 3.7 %. Caughey
dan kawan-kawan mendapatkan bahwa pasien dengan bekas seksio
sesarea 2 kali mempunyai risiko ruptura uteri lima kali lebih besar
dari bekas seksio sesarea satu kali. Spaan dkk mendapatkan bahwa
riwayat seksio sesarea yang lebih satu kali mempunyai resiko untuk
seksio sesarea ulang lebih tinggi.Jamelle (1996) menyatakan diktum
sekali seksio sesarea selalu seksio sesarea tidaklah selalu benar,
tetapi beliau setuju dengan setelah dua kali seksio sesarea selalu
seksio sesarea pada kehamilan berikutnya , dimana diyakini bahwa
komplikasi pada ibu dan anak lebih tinggi.Farmakides dkk (1987)
melaporkan 77 % dari pasien yang pernah seksio sesarea dua kali
atau lebih yang diperbolehkan persalinan pervaginam dan berhasil
dengan luaran bayi yang baik. ACOG 1999 telah memutuskan bahwa
pasien dengan bekas seksio dua kali boleh menjalani persalinan
pervaginam dengan pengawasan yang ketatMiller 1994 melaporkan bahwa
insiden ruptura uteri terjadi 2 kali lebih sering pada persalinan
ibu dengan riwayat seksio sesarea 2 kali atau lebih. Keberhasilan
persalinan pervaginam bekas seksio sesarea 1 kali adalah 83 % dan
75 % keberhasilan persalinan pervaginam bekas seksio sesarea 2 kali
atau lebih. 3. Penyembuhan luka pada seksio sesarea sebelumnyaPada
seksio sesarea insisi kulit pada dinding abdomen biasanya melalui
"potongan bikini" kadang-kadang pemotongan atas bawah yang disebut
insisi kulit vertikal. Kemudian pemotongan dilanjutkan sampai ke
uterus. Daerah uterus yang ditutupi oleh kandung kencing disebut
segmen bawah rahim, hampir 90 % insisi uterus dilakukan di tempat
ini berupa sayatan kesamping (seperti potongan bikini). Cara
pemotongan uterus seperti ini disebut " Low Transverse Cesarean
Section ". Insisi uterus ini ditutup/jahit akan sembuh dalam 2 6
hari. Insisi uterus dapat juga dibuat dengan potongan vertikal yang
dikenal dengan seksio sesarea klasik, irisan ini dilakukan pada
otot uterus. Luka pada uterus dengan cara ini mungkin tidak dapat
pulih seperti semula dan dapat terbuka lagi sepanjang kehamilan
atau persalinan berikutnya. Depp R menganjurkan persalinan
pervaginam pada bekas seksio sesarea, terkecuali ada tanda-tanda
ruptura uteri mengancam, parut uterus yang sembuh persekundum pada
seksio sesarea sebelumnya atau jika adanya penyulit obstetrik lain
ditemui. Rosenberg (1996) menjelaskan bahwa dengan pemeriksaan
Ultra sonografi USG trans abdominal pada kehamilan 37 minggu dapat
diketahui ketebalan segmen bawah rahim . Ketebalan SBR 4,5 mm pada
usia kehamilan 37 minggu adalah petanda parut yang sembuh sempurna.
Parut yang tidak sembuh sempurna didapat jika ketebalan SBR <
3,5 mm. Oleh sebab itu pemeriksaan USG pada kehamilan 37 minggu
dapat sebagai alat skrining dalam memilih cara persalinan bekas
seksio sesarea.Willams menyatakan bahwa penyembuhan luka seksio
sesarea adalah suatu generasi dari fibromuskuler dan bukan
pembentukan jaringan sikatrik. Dasar dari keyakinan ini adalah dari
hasil pemeriksaan histologi dari jaringan di daerah bekas sayatan
seksio sesarea dan dari 2 tahap observasi yang pada prinsipnya :1.
Tidak tampaknya atau hampir tidak tampak adanya jaringan sikatrik
pada uterus pada waktu dilakukan seksio sesarea ulangan2. Pada
uterus yang diangkat, sering tidak kelihatan garis sikatrik atau
hanya ditemukan suatu garis tipis pada permukaan luar dan dalam
uterus tanpa ditemukannya sikatrik diantaranya. Mason menyatakan
bahwa kekuatan sikatrik pada uterus pada penyembuhan luka yang baik
adalah lebih kuat dari miometrium itu sendiri. Hal ini telah
dibuktikannya dengan memberikan regangan yang ditingkatkan dengan
penambahan beban pada uterus bekas seksio sesarea (hewan
percobaan). Ternyata pada regangan maksimal terjadi ruptura bukan
pada jaringan sikatriknya tetapi pada jaringan miometrium dikedua
sisi sikatrik.Dari laporan-laporan klinis pada uterus gravid bekas
seksio sesarea yang mengalami ruptura selalu terjadi pada jaringan
otot miometrium sedangkan sikatriknya utuh. Yang mana hal ini
menandakan bahwa jaringan sikatrik yang terbentuk relatif lebih
kuat dari jaringan miometrium itu sendiri.Dua hal yang utama
penyebab dari gangguan pembentukan jaringan sehingga menyebabkan
lemahnya jaringan parut tersebut adalah :1. Infeksi, bila terjadi
infeksi akan mengganggu proses penyembuhan luka.2. Kesalahan teknik
operasi (technical errors) seperti tidak tepatnya pertemuan kedua
sisi luka, jahitan luka yang terlalu kencang, spasing jahitan yang
tidak beraturan, penyimpulan yang tidak tepat, dan lain-lain.Cooke
menyatakan jahitan luka yang terlalu kencang dapat menyebabkan
nekrosis jaringan sehingga merupakan penyebab timbulnya gangguan
kekuatan sikatrik, hal ini lebih dominan dari pada infeksi ataupun
technical error sebagai penyebab lemahnya sikatrik. Alasan
melakukan seksio sesarea ulangan secara rutin sebagai tindakan
profilaksis terhadap kemungkinan terjadinya ruptura uteri tidak
benar lagi. Pengetahuan tentang penyembuhan luka operasi, kekuatan
jaringan sikatrik pada penyembuhan luka operasi yang baik dan
pengetahuan tentang penyebab-penyebab yang dapat mengurangi
kekuatan jaringan sikatrik pada bekas seksio sesarea, menjadi
panduan apakah persalinan pervaginam pada bekas seksio sesarea
dapat dilaksanakan atau tidak.Pada sikatrik uterus yang intak tidak
mempengaruhi aktivitas selama kontraksi uterus. Aktivitas uterus
pada multipara dengan bekas seksio sesarea sama dengan multipara
tanpa seksio sesarea yang menjalani persalinan pervaginam4.
Indikasi operasi pada seksio sesarea yang lalu.Indikasi seksio
sesarea sebelumnya akan mempengaruhi keberhasilan persalinan
pervaginam pada bekas seksio sesarea, CPD memberikan keberhasilan
persalinan pervaginam sebesar 60 65 %. Fetal distress memberikan
keberhasilan sebesar 69 73 %Keberhasilan persalinan pervaginam pada
pasien bekas seksio sesarea ditentukan juga oleh keadaan dilatasi
servik pada waktu dilakukan seksio sesarea yang lalu. Persalinan
pervaginam berhasil 67 % apabila seksio sesarea yang lalu dilakukan
pada saat pembukaan serviks kecil dari 5 cm, dan 73 % pada
pembukaan 6 sampai 9 cm. Keberhasilan persalinan pervaginam menurun
sampai 13 % apabila seksio sesarea yang lalu dilakukan pada keadaan
distosia pada kala II.5. Usia ibuUsia ibu yang aman untuk
melahirkan adalah sekitar 20 tahun sampai 34 tahun. Usia melahirkan
dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun digolongkan resiko tinggi.
Dari penelitian didapatkan wanita yang berumur lebih dari 35 tahun
mempunyai angka seksio sesarea yang lebih tinggi. Wanita yang
berumur lebih dari 40 tahun dengan bekas seksio sesarea mempunyai
resiko kegagalan untuk persalinan pervaginam lebih besar tiga kali
dari pada wanita yang berumur kecil dari 40 tahun.Weinstein dkk
mendapatkan pada penelitian mereka bahwa faktor umur tidak bermakna
secara statistik dalam mempengaruhi keberhasilan persalinan
pervaginam pada bekas seksio sesarea.6. Usia kehamilan saat seksio
sesarea sebelumnyaPada usia kehamilan < 37 minggu dan belum
inpartu misalnya pada plasenta previa dimana segmen bawah rahim
belum terbentuk sempurna kemungkinan insisi uterus tidak pada
segmen bawah rahim dan dapat mengenai bagian korpus uteri yang mana
keadaannya sama dengan insisi pada seksio sesarea klasik7. Riwayat
persalinan pervaginamRiwayat persalinan pervaginam baik sebelum
ataupun sesudah seksio sesarea mempengaruhi prognosis keberhasilan
persalinan pervaginam pada bekas seksio sesarea.Pasien dengan bekas
seksio sesarea yang pernah menjalani persalinan pervaginam memiliki
angka keberhasilan persalinan pervaginam yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pasien tanpa persalinan pervaginam . Pada bekas
seksio sesarea yang sesudahnya pernah berhasil dengan persalinan
pervaginam, makin berkurang kemungkinan ruptura uteri pada
kehamilan dan persalinan yang akan datang. Walaupun demikian
ancaman ruptura uteri tetap ada pada masa kehamilan maupun
persalinan, oleh sebab itu pada setiap kasus bekas seksio sesarea
harus juga diperhitungkan ruptura uteri pada kehamilan trimester
ketiga terutama saat menjalani persalinan pervaginam.8. Keadaan
serviks pada saat inpartuFlamm mengatakan bahwa penipisan serviks
serta dilatasi serviks memperbesar keberhasilan persalinan
pervaginam bekas seksio sesarea.Guleria dan Dhall 1997 menyatakan
bahwa laju dilatasi seviks mempengaruhi keberhasilan penanganan
persalinan pervaginam bekas seksio sesarea. Dari 100 pasien bekas
seksio sesarea segmen bawah rahim di dapat 84 % berhasil persalinan
pervaginam sedangkan sisanya adalah seksio sesarea darurat.
Gambaran laju dilatasi serviks pada bekas seksio sesarea yang
berhasil pervaginam pada fase laten rata-rata 0.88 cm/jam. Fase
aktif 1.25 cm/jam. Sedangkan laju dilatasi serviks pada bekas
seksio sesarea yang gagal pervaginam pada fase laten rata-rata 0.44
cm / jam dan fase aktif adalah 0.42 cm /jam. Induksi persalinan
dengan misoprostol akan meningkatkan resiko ruptura uteri pada
wanita dengan bekas seksio sesarea. Dijumpai adanya 1 kasus ruptura
uteri bekas seksio sesaraea segmen bawah rahim transversal selama
dilakukan pematangan serviks dengan transvaginal misoprostol
sebelum tindakan induksi persalinan.9. Keadaan selaput
ketubanCarrol 1990 melaporkan pasien dengan ketuban pecah dini
(KPD) pada usia kehamilan diatas 37 minggu dengan bekas seksio
sesarea (56 kasus) proses persalinannya dapat pervaginam dengan
menunggu terjadinya inpartu spontan dan didapat angka keberhasilan
yang tinggi (91 % ) dengan menghindari pemberian induksi persalinan
dengan oxytosin, dengan rata-rata lama waktu antara terjadinya KPD
sampai terjadinya persalinan adalah 42,6 jam dengan keadaan ibu dan
bayi baik.
D. Kriteria SeleksiAmerican College of Obstetricians and
Gynecologists tahun 1999 memberikan rekomendasi untuk menyeleksi
pasien yang direncanakan untuk persalinan pervaginam pada bekas
seksio sesarea.
Kriteria seleksinya adalah sebagai berikut: - Riwayat 1 atau 2
kali seksio sesarea dengan insisi Segmen Bawah Rahim.- Secara
klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik- Tak ada bekas
ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus- Tersedianya
tenaga yang mampu untuk melaksanakan monitoring, persalinan dan
seksio sesarea emergensi.- Sarana dan personil anastesi siap untuk
menangani seksio sesarea darurat
Kriteria yang masih kontroversi:- Parut uterus yang tidak
diketahui- Parut uterus pada Segmen Bawah Rahim vertikal- Kehamilan
kembar- Letak sungsang- Kehamilan lewat waktu- Taksiran berat janin
lebih dari 4000 gram
E. Kontra IndikasiKontra indikasi mutlak melakukan persalinan
pervaginam pada bekas seksio sesarea:- Bekas seksio sesarea klasik-
Bekas seksio sesarea dengan insisi T- Bekas ruptura uteri- Bekas
komplikasi operasi seksio sesarea dengan laserasi serviks yang
luas- Bekas sayatan uterus lainnya di fundus uteri. Misalnya
miomektomi- Cefalo Pelviks Disporposi yang jelas.- Pasien menolak
persalinan pervaginam- Panggul sempit- Ada komplikasi medis dan
obstetrik yang merupakan kontra indikasi persalinan pervaginam.
F. Risiko terhadap IbuRisiko terhadap ibu yang melakukan
persalinan pervaginam dibandingkan dengan seksio sesarea ulangan
elektif pada bekas seksio sesarea:- Insiden demam lebih kecil
secara bermakna pada persalinan pervaginam yang berhasil dibanding
dengan seksio sesarea ulangan elektif- Pada persalinan pervaginam
yang gagal yang dilanjutkan dengan seksio sesarea insiden demam
lebih tinggi- Tidak banyak perbedaan insiden dehisensi uterus pada
persalinan pervaginam dibanding dengan seksio sesarea elektif.-
Dehisensi atau ruptura uteri setelah gagal persalinan pervaginam
adalah 2.8 kali dari seksio sesarea elektif.- Mortalitas ibu pada
seksio sesarea ulangan elektif dan persalinan pervaginam sangat
rendah- Kelompok persalinan pervaginam mempunyai rawat inap yang
lebih singkat, penurunan insiden transfusi darah pada paska
persalinan dan penurunan insiden demam paska persalinan dibanding
dengan seksio sesarea elektif.
G. Resiko terhadap AnakResiko terhadap perinatal dan neonatal
dalam melakukan persalinan pervaginam pada bekas seksio
sesareaRosen melaporkan angka kematian perinatal 1.4 % dari hasil
penelitian terhadap lebih dari 4.500 persalinan pervaginam. Rosen
juga melaporkan resiko kematian perinatal pada persalinan percobaan
adalah 2.1 kali lebih besar dibanding seksio sesarea elektif (p