Top Banner
CASE REPORT SESSION Konjungtivitis Vernal Disusun oleh: Zuhaira Hani Shattri 1301-1008-2067 NurHamizah Nasaruddin 1301-1008-2001 Syed Muhammad Hafiz Syed Hassan 1301-1008-2068 Preceptor: M. Rinaldi Dahlan, dr., Sp. M BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL CICENDO 2012
22

Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

Aug 09, 2015

Download

Documents

mata case report session konjungtivitis vernal
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

CASE REPORT SESSION

Konjungtivitis Vernal

Disusun oleh:Zuhaira Hani Shattri 1301-1008-2067

NurHamizah Nasaruddin 1301-1008-2001 Syed Muhammad Hafiz Syed Hassan 1301-1008-2068

Preceptor:M. Rinaldi Dahlan, dr., Sp. M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

PADJADJARANPUSAT MATA NASIONAL CICENDO

2012

Page 2: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Rendi Firmansyah

Umur : 9 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jatahyu

Tanggal Pemeriksaan : 15 Maret 2012

ANAMNESIS

Keluhan utama : Mata merah di kedua mata

Anamnesis khusus:

Sejak sepuluh hari SMRS, pasien mengeluhkan kedua matanya merah. Keluhan

disertai dengan rasa pedih di mata sebelah mata kiri, rasa perih ketika mengedip mata dan

gatal-gatal. Pasien juga mengakui keluar cairan jernih dari mata di waktu pagi selepas bangun

tidur, dan juga turut merasa sakit waktu menunduk. Keluhan tidak disertai dengan penurunan

penglihatan. Kerana keluhannya, ayahnya membelikan obat dari warung (Rohto) kira-kira

seminggu yang lalu untuk mengobati mata merah tersebut, tetapi keluhannya tidak berkurang.

Ayah pasien membawa pasien untuk berobat ke Pusat Mata Nasional Cicendo kerana pasien

mengeluhkan tidak bisa fokus belajar untuk ujian tengan semester (UTS).

Riwayat penyakit serupa dalam keluarga dan teman-teman di sekolah, alergi obat

dan makanan, kelainan mata dan memakai kaca mata disangkal oleh pasien. Ayah pasien

mengakui pasien sering ada keluhan mata merah sebelum ini namun membaik setelah

memakai Rohto. Ayah pasien juga mengakui dokter pernah bilang pasien mempunyai riwayat

alergi, tp ayah pasien tidak mengetahui alergi terhadap apa.

Page 3: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS :

Kesadaran : kompos mentis

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Tanda vital : dalam batas normal

Lain-lain : dalam batas normal

STATUS OFTALMOLOGIS

I. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

VISUS

VOD SC: 1.0 VOS SC: 1.0

II. PEMERIKSAAN OBJEKTIF

INSPEKSI

Muscle balance Orthotropia

Pergerakan bola mata Duksi baik Duksi baik

Versi baik

Tekanan Intra Okular Palpasi Normal Palpasi Normal

Palpebra superior Tenang Tenang

Palpebra inferior Tenang Tenang

Konjungtiva tarsalis superior

Hiperemis (+), papil (+) Hiperemis (+), papil (+)

Conjungtiva tarsalis inferior

Hiperemis (+) Hiperemis (+)

Conjungtiva bulbi Hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+)

Hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+)

Page 4: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

Cornea Jernih Jernih

COA Sedang Sedang

Pupil Bulat, reguler, RC (+) Bulat, reguler, RC(+)

Iris Tenang Tenang

Lensa Jernih Jernih

III. PEMERIKSAAN BIOMIKROSKOP (SLIT LAMP)

Cilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Conjungtiva bulbi Hiperemis, injeksi konjungtiva (+) Hiperemis, injeksi konjungtiva (+)

Cornea Trantas dots (+) di daerah limbus Trantas dots (+) di daerah limbus

COA Sedang Sedang

Pupil Bulat, reguler, RC (+) Bulat, reguler, RC (+)

Iris Tenang Tenang

DIAGNOSA BANDING

Konjungtivitis vernal ODS

Konjungtivitis viral ODS

DIAGNOSA KERJA

Konjungtivitis vernal ODS

ANJURAN PEMERIKSAAN KHUSUS

Pemeriksaan Giemsa pada sekret.

Tes alergi kulit.

Page 5: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

PENATALAKSANAAN

Umum : Anjuran memakai topi dan kacamata pelindung bila berada di luar ruangan

Elakkan dari terkena debu atau kotoran dan alergen

Khusus : Dexamethason (ED) 4 ddgtt II ODS

Sodium chromolyn 4% 4ddgtt II ODS

Chloramphenicol salep ODS

PROGNOSA

Quo ad vitam ad bonam

Quo ad functionam dubia

Page 6: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal
Page 7: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konjungtiva

Konjungtiva adalah satu lapisan membrane mucous yang nipis dan bening, dan

menyelaputi bagian anterior dari mata (kecuali kornea) dan permukaan dalam dari kelopak

mata. Epitelnya terdiri dari stratified columnar epithelium dengan sel goblet yang banyak,

manakala lapisan lamina proprianya terdiri dari jaringan ikat longgar. Konjungtiva

mempunyai tiga bagian berdasarkan anatomis; konjungtiva tarsalis, konjungtiva bulbi dan

forniks.

Dari segi fisiologis, lapisan epitel dari konjungtiva memproduksi mucus, yang

merupakan pelincir yang sangat bagus. Ia juga mungkin mempunyai sel-sel melawan infeksi.

Jadi, konjungtiva memainkan peranan yang penting dalam sistem pertahanan imunologis

untuk bagian luar mata, dan memproduksi mukus yang sangat diperlukan untuk stabilitas tear

Page 8: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

film. Tanpa lapisan mucin dari tear filem, lapisan tear yang lain akan destabilisasi, dan

kornea bisa terkompromi eksposure, kondisi kering, malnutrisi atau infeksi. Mukus juga

melincirkan bola mata untuk mengurangkan geseran dan lekatan dari kelopak mata.

2.2 Hipersensitiviti Tipe I (Immediate)

Tipe 1 Hipersensitiviti dimulai dengan sensitisasi mast cell atau basophil. Ketika

proses sensitisasi atau priming, alergen-spesifik antibodi IgE akan menempel pada reseptor di

permukaan mast cell dan basophil. Dengan eksposure seterusnya, alergen yang sudah

disensitisasi akan mengikat pada IgE pada sel dan memulakan satu siri proses-proses yang

akhirnya akan membawa kepada degranulasi mast cell atau basophil, yang menyebabkan

pelepasan preformed mediatornya.

Antara reaksi dari hipersensitiviti tipe I adalah anafilaksis, alergi, asma ekstrinsik,

dan alergi rhinitis. Lesi patologis termasuk dilatasi pembuluh darah, edema, kontraksi dari

smooth muscle, produksi mukus, dan inflamasi.

2.3 Konjungtivitis

Konjugtivitis dapat didefinisikan sebagai inflamasi konjungtiva akibat infeksi,

alergen, toksin atau trauma kimia. Konjungtivitis dapat dibagi menjadi dua; akut (5-7 hari)

dan kronis (>7 hari). Dari segi etiologi, konjungtivitis dapat disebabkan oleh:

1. Virus

2. Bakteri

3. Alergi

4. Jamur

Perbedaan etiologi konjungtivitis:

Virus Bakteri Jamur Alergi

Page 9: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

Gatal-gatal Minimal Minimal Minimal Berat

Hiperemia MenyeluruhSedang

Menyeluruh Mencolok

Menyeluruh MenyeluruhRingan sedang

Lakrimasi Amat banyak Sedang Sedang Sedang

Eksudasi Minimal Amat banyak Amat banyak Minimal

Adenopati Preaurikuler

Biasanya ada Langka Biasanya hanya pada k.inklusi

Tidak ada

Pewarnaan kerokan konjungtiva dan eksudat

Monosit Bakteri PMN Sel PMN, plasma, badan inklusi

Eosinofil

Kaitan dengan sakit kerongkongan dan demam

Kadang-kadang ada

Kadang-kadang ada

Tidak pernah Tidak pernah

Kotoran Sedikit, serous Purulen: banyak Non purulen (mukopurulen):sedikit

Sedikit Sedikit, lengket putih

Kemosis +/- ++ ++

Pseudomembran +/- +/- - -

Papil - +/- +

Folikel + - -

2.4 Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis alergi dapat didefinisikan sebagai bentuk radang konjungtiva akibat

reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi

lambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik.

Pasien biasanya mempunyai riwayat atopi.

Etiologinya bisa menjadi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat, atau reaksi antibodi

humoral terhadap alergen. Konjungtivitas alergi dapat diklasifikasi menjadi empat:

1. Konjungtivitis Vernal

Page 10: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

2. Konjungtivitis flikten

3. Konjungtivitis iatrogenik

4. Konjungtivitis atopik

2.4 Konjungtivitis Vernal

Etiologi: reaksi Hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata

Ciri: papil besar dengan permukaan rata pada konjungtiva tarsal, dengan rasa gatal

berat, sekret gelatin yang berisi eosinofil, atau granula eosinofil, pada kornea terdapat

keratitis,neovaskularisasi, dan tukak indolen.

Epidemiologi: dapat rekuren dan bilateral terutama pada musim panas. Usia muda

antara 3-25 tahun dan kedua jenis kelamin sama. Biasanya pada laki-laki mulai pada

usia dibawah 10 tahun. Vernal biasa terjadi pada anak-anak.

Dua bentuk utama (yang dapat bersamaan):

- Bentuk palpebra

Pada tipe palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsal superior

Terdapat pertumbuhan papil yang besar yang diliputi skeret yang mukoid

Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edema, dengan kelainan kornea lebih

berat dibanding dengan bentuk limbal.

Secara klinis papil besar ini tampak sebagai benjolan bersegi banyak dengan

permukaan yang rata dan dengan kapiler ditengahnya.

- Bentuk limbal

bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk

jaringan hiperplastika gelatin, dengan Trantas dots yang merupakan

degenerasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea,

terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil.

Page 11: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

2.5 Konjungtivitis flikten

Merupakan konjungtivitis nodulas yang disebabkan oleh karena alergi terhadap

bakteri atau antigen tertentu.

Pathogenesis: kerana alergi (Hipersensitiviti Tipe IV)

Epidemiologi: lebih sering ditemukan pada anak-anak di daerah padat, yang biasanya

gizi kurang atau sering mendapatkan radang saluran nafas. Biasanya unilateral dan

kadang-kadang mengenai kedua mata.

Ciri: Pada konjungtiva terlihat sebagai bintik putih yang dikelilingi daerah hiperemi,

kumpulan pembuluh darah yang mengelilingi suatu tonjolan bulat dengan warna

kuning kelabu seperti suatu mikroakses yang biasanya terletak di dekat limbus.

Biasanya abses ini menjalar kearah sentral atau kornea dan terdapat tidak hanya satu.

Gejala: mata berair, iritasi dengan rasa sakit, fotofobia dapat ringan sampai berat. Bila

kornea ikut terkena, selain rasa sakit pasien juga akan merasa silau disertai

blefarospasme.

Dapat sembuh sendiri dalam 2 minggu, dengan kemungkinan akan terjadi

kekambuhan.

2.6 Konjungtivitis Iatrogenik

Konjungtivitis akibat pengobatan yang diberikan dokter.

2.7 Konjungtivitis atopik

Reaksi alergi selaput lendir mata atau konjungtiva terhadap polen, disertai dengan

demam.

Memberikan tanda mata berair, bengkak, belek berisi eosinofil.

Page 12: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

Manifestasi klinis

Semua gejala bersifat rentan terhadap benda asing. Gejala utama adalah radang

(merah, sakit, bengkak, dan panas), gatal, silau berulang dan menahun. Tanda karakteristik

lainnya terlihat dengan terdapatnya papil besar pada konjungtiva (cobble stone), datang

bermusim, yang dapat mengganggu penglihatan. Pada hasil laboratorium ditemukan sel

eosinofil, sel plasma, limfosit dan basofil.

Diagnosis

1. Anamnesis

Gejala:

a. sekret, kelopak mata terasa lengket

b. mata merah

c. sensai benda asing

Rekurensi musiman (vernal): biasanya terjadi pada musim panas dan gatal terasa pada

sore hari

Riwayat alergi (atopi/alergi)

2. Pemeriksaan fisik

Konjungtivitas vernal/atopi:

- sekret seperti benang tebal

- papil konjungtiva besar (giant papil) pada konjungtiva tarsal superior atau limbus

(tipe palpebra)

- Shield ulcer pada kornea superior

Page 13: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

- bintik putih pada limbus dan kelopak mata yang meninggi (horner-trantas dots) (tipe

limbal)

Konjungtivitas alergi:

- kemosis

- papil konjungtiva (bukan giant papil)

- sekret mucus minimal

- edema ringan

- eritema kelopak mata

Pemeriksaan Penunjang

Apus konjungtiva untuk kultur dan sensitivitas: agar darah, agar coklat, agar Thayer-

martin, pewarnaan gram jika parah

Penatalaksanaan

Diet dan gaya hidup:

1. Konjungtivitis alergi: hindari alergen atau eliminasi pemicu.

2. Pakai handuk, bantal, guling sendiri dan diganti setelah sembuh.

Terapi farmakologis:

1. Konjungtivitis vernal/atopic:

a) Edukasi

- hindari hal yang memicu timbulnya alergi: jangan panas-panasan

- kalau gatal kompres dingin

- kalau gatal sekali boleh ditambah antihistamine

b) Ringan

Page 14: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

- Air mata atificial 6x/hari

- Mastel stabilizer 4x/hari

c) Sedang

- Levokabastin atau olopatadin HCL 0.1% 4x/hari

- Ketorolak 4x/hari

d) Berat

- Jika sekret banyak sekali dan visus turun

- Fluorometholon 4x/hari selama 1-2 minggu ditambah natrium kromolin 4% topical atau

lodoksamid untuk penyakit vernal atau atopi

- Jika ada shield ulcer (karena cobble stone yang melukai kornea) tambah dengan steroid

dan antibiotik topikal.

2. Konjungitivitis alergi:

a) hilangkan faktor pemicu

b) kompres dingin

c) AIr mata artificial

d) Olopatadin 1%, lodoksamid 0.1%, nedokromil 2%, ketofiten 0.025% 2x/hari

e) Steroid topical 4x/hari

Page 15: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Dasar Diagnosa

Dari anamnesa, didapatkan bahwa penderita mengeluhkan kedua mata merah tanpa penurunan visus yang dirasakan sejak sepuluh hari yang lalu, keluhan disertai rasa gatal dan secret serous. Keluhan ini hilang timbul dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu, tapi bisa membaik kalau ditetes obat mata. Keluhan timbul bila terkena terik matahari dan debu. Kemudian adanya riwayat atopi yang diakui oleh ayah pasien memperkuat kemungkinan adanya reaksi hipersensitivitas yang dapat dilihat dari tingginya kadar IgE. Dari pemeriksaan fisik didapatkan gambaran khas papil pada konjungtiva tarsalis superior.

3.2 Gambaran penyakit

Penyakit ini diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap allergen eksogen yang dimediasi oleh IgE seperti diindikasikan oleh kenaikan eosinofil. Penyakit ini terdapat dua bentuk, yaitu bentuk palpebra yaitu terdapat gambaran hipertrofi papil sehingga memberikan gambaran cobble stone yang diliputi secret mukoid. Konjungtiva tarsal inferior dapat ditemukan hiperemi dan edema, dengan kelainan kornea lebih berat dibanding limbus. Secara klinis, papil besar ini tampak sebagai tonjolan polygonal dengan permukaan rataa dan dengan kapiler di tengahnya. Adanya sel-sel eosinofil dapat dilihat dari pemeriksaan Giemsa. Sedangkan bentuk limbus, ditemukan benjolan di limbus, dengan bercak Horner Trantas yang berwarna keputihan yang terdapat di dalam benjolan. Secara histologik penonjolan ini adalah suatu hiperplasi dan hialinisasi jaringan ikat disertai proliferasi sel epitel dan serbukan sel limfosit, sel plasma dan sel eosinofil.

3.3 Prinsip pengobatan pada pasien

Page 16: Case Report Sessionmata case report session konjungtivitis vernal

Prinsip pengobatan pada pasien ini adalah simptomatik. Gejala iritasi dapat dihilangkan dengan aplikasi steroid topical. Biasanya dalam waktu beberapa hari keluhan dapat hilang dan dosis tetap diterapkan sepanjang musim tertentu. Sebagai terapi adjuvant, dapat digunakan sodium chromolyn sebagai antihistamin. Dapat diberikan kompres dingin untuk menghilangkan gejala iritasi yang mengganggu. Selain itu, vasokonstriktor agent mempunyai efek yang ringan. Bila dengan pengobatan biasa tidak memberikan hasil baik, maka dapat dilakukan pengangkatan giant papil.

3.4 Prognosa pasien

Prognosa pada pasien ini biasanya baik, tapi tidak jarang keluhan ini dapat muncul kembali pada musim-musim tertentu terutama cuaca panas. Konjungtivitis vernal merupakan penyakit rekuren dan bilateral terutama pada musim panas dan biasanya mengenai pasien usia muda 3-25 tahun dari kedua jenis kelamin. Terjadinya penyakit ini pada anak laki-laki biasanya pada usia di bawah 10 tahun.