Top Banner
Case report “KOLELITIASIS” Nuciana Siti Andrianti Pembimbing : dr. Yeppy AN , spB, FINACS
27

Case Report KOLELITIAIS Print

Dec 11, 2015

Download

Documents

Case Report KOLELITIAIS Print
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Case Report KOLELITIAIS Print

Case report“KOLELITIASIS”

Nuciana Siti Andrianti

Pembimbing : dr. Yeppy AN , spB, FINACS

Page 2: Case Report KOLELITIAIS Print

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. T Umur : 41 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Status perkawinan : Menikah Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga No. RM : 508033 Alamat : Cibiru 1/10 kec. Soreang kab.

Bandung Tanggal masuk RS : 20 Agustus 2015 Tanggal pemeriksaan : 20 Agustus 2015

Page 3: Case Report KOLELITIAIS Print

Keluhan Utama • Nyeri perut kanan atas

Riwayat penyakit sekarang

• Pasien perempuan, 41 tahun, datang dengan keluhan Nyeri perut kanan atas sejak 1 minggu SMRS, nyeri dirasakan hilang timbul, menjalar hingga kebagian punggung, tiba-tiba muncul dan tidak memberat dengan tarikan nafas. Sebelumnya pasien terdapat nyeri yang serupa sejak ± 8 bulan SMRS, nyeri semakin lama semakin sering dirasakan. Sebelumnya pasien sempat berobat ke bagian poli syaraf RSUD Soreang, kemudian di rujuk ke poli bedah RSUD soreang. Pada BAB t.a.k, BAK t.a.k, demam (-), nyeri pinggang kanna (+), mual (-), muntah (-).

Page 4: Case Report KOLELITIAIS Print

Riwayat penyakit terdahulu :

• Pasien tidak memiliki keluhan yang serupa sebelumnya. Riwayat kuning sebelumnya (-), hipertensi (-), penyakit jantung (-), DM (-), dan riwayat kolesterol tinggi (-).

Riwayat keluarga :

• Pada keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa seperti pasien, sakit kuning (-), hipertensi (-), penyakit jantung (-), DM (-).

Page 5: Case Report KOLELITIAIS Print

Status Generalis

Kesadaran : Compos mentis Tanda vital : TD = 110/80

mmHg RR = 20 x/menitN = 80 x/menit S = 36,6 0C

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

THT : Dalam batas normal Leher : Kelenjar Getah

Bening tidak teraba massa Thorax : VBS ka=ki, Rh -/-,

Wh -/- Abdomen : cembung, soepel,

BU (+) Ekstremitas : Akral hangat,

capillary refill time <2 detik

Status Lokalis

Inspeksi: Perut datar, tidak ada jaringan parut, tidak ada kelainan.

Palpasi: Pada palpasi terdapat nyeri tekan perut kanan atas (+)

Auskultasi: Pada auskultasi terdengar bising usus (+)

Perkusi: Perkusi dalam batas normal

Page 6: Case Report KOLELITIAIS Print

RESUME

Pasien perempuan, 41 tahun, datang dengan keluhan Nyeri perut kanan atas sejak 1 minggu SMRS, nyeri dirasakan hilang timbul, menjalar hingga kebagian punggung, tiba-tiba muncul dan tidak memberat dengan tarikan nafas. Sebelumnya pasien terdapat nyeri yang serupa sejak ± 8 bulan SMRS, nyeri semakin lama semakin sering dirasakan. Sebelumnya pasien sempat berobat ke bagian poli syaraf RSUD Soreang, kemudian di rujuk ke poli bedah RSUD soreang. Pada BAB t.a.k, BAK t.a.k, demam (-), nyeri pinggang kanna (+), mual (-), muntah (-). Pada pemeriksaan status generalis, semua dalam batas normal. Pada pemeriksaan status lokalis didapatkan nyeri tekan pada perut kanan atas. Sebelumnya pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini dan di keluarga juga tidak pernah ada yang menderita keluhan seperti ini.

Page 7: Case Report KOLELITIAIS Print

DIAGNOSIS BANDING

1. Ulkus peptikum

2. Refluks gastroesofagus

3. Pankreatitis Akut

4. Appendicitis

5. Ultrasonografi (USG)

SARAN PEMERIKSAAN

Page 8: Case Report KOLELITIAIS Print

Kolelitiasis

Kolesistektomi

DIAGNOSIS

KERJA

TERAPI

– Quo ad vitam : ad bonam

– Quo ad functionam : ad bonam

– Quo ad sanationam : ad bonam

PROGNOSIS

Page 9: Case Report KOLELITIAIS Print

Anatomi kandung empedu

Page 10: Case Report KOLELITIAIS Print

Definisi

Cholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu ini terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus (choledocholithiasis).

Page 11: Case Report KOLELITIAIS Print

Epidemiologi

Belanda 20%

Chicago 6,3%

Laki-laki 8%

Wanita 20%

Asia 3% - 4%

Amerika Latin 20% - 40%

Page 12: Case Report KOLELITIAIS Print

Etiologi

Faktor risiko untuk kolelitiasis, yaitu: a. Usia Risiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang dengan usia > 40 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.

Hal ini disebabkan: Batu empedu sangat jarang mengalami disolusi spontan. Meningkatnya sekresi kolesterol ke dalam empedu sesuai dengan

bertambahnya usia. Empedu menjadi semakin litogenik bila usia semakin bertambah.

b. Jenis Kelamin Wanita mempunyai risiko dua kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu.

Page 13: Case Report KOLELITIAIS Print

c. Berat badan (BMI). dikarenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.

d. Makanan Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak hewani berisiko untuk menderita kolelitiasis. Kolesterol merupakan komponen dari lemak. Jika kadar kolesterol yang terdapat dalam cairan empedu melebihi batas normal, cairan empedu dapat mengendap dan lama kelamaan menjadi batu.

Page 14: Case Report KOLELITIAIS Print

KlasifikasiMenurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di golongkan atas 3 (tiga) golongan, yaitu:

Batu kolesterol

Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70% kolesterol.

Batu kalsium bilirubin

an

Berwarna coklat, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung

kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama.

Batu pigmen hitam

Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.

Page 15: Case Report KOLELITIAIS Print

Patofisiologi

Page 16: Case Report KOLELITIAIS Print

Manifestasi Klinis

Dijumpai nyeri di daerah hipokondrium kanan.

kadang-kadang disertai kolik bilier yang timbul menetap/konstan.

Rasa nyeri kadang-kadang dijalarkan sampai di daerah subkapula disertai nausea, vomitus dan dyspepsia.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan hipokondrium kanan, dapat teraba pembesaran kandung empedu dan tanda Murphy positif. Dapat juga timbul ikterus.

Page 17: Case Report KOLELITIAIS Print
Page 18: Case Report KOLELITIAIS Print

Diagnosis

Page 19: Case Report KOLELITIAIS Print

Pemeriksaan penunjang Foto polos Abdomen

Foto polos abdomen tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak.

Ultrasonografi Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik maupun ekstra hepatik

Page 20: Case Report KOLELITIAIS Print

ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)

Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut.

Page 21: Case Report KOLELITIAIS Print

Diagnosis banding

Nyeri ulkus peptikum biasanya lebih sering, dan berkurang sehabis makan. Nyeri yang timbul biasanya menetap di perut kanan atas.

Refluks gastroesofagus : adanya rasa terbakar, lokasi nyeri di substernal, dan sering dipengaruhi oleh posisi, dimana pada posisi supine rasa nyeri akan memberat.

pankreatitis akut : lebih terlokalisir dan jarang disertai tanda peritoneal akut. Nyeri sampai ke punggung, menghilang saat posisi duduk adalah khas untuk pankreatitis akut

Apendisitis akut : ditandai oleh nyeri khas pada perut kanan bawah, diawali dari sekitar daerah umbilikal yang kemudian menetap di perut kanan bawah.

Page 22: Case Report KOLELITIAIS Print

Komplikasi

Page 23: Case Report KOLELITIAIS Print

Terapi

Terapi non bedah meliputi penghancuran batu dengan obat-obatan seperti: chenodeoxycholic ursodeoxycholic acid.

Ursodeoxycholic acid lebih dipilih dalam pengobatan dari pada chenodeoxycholic karena efek samping yang lebih banyak pada penggunaan chenodeoxycholic, seperti terjadinya diare, peningkatan aminotransfrase dan hiperkolesterolemia sedang.

Pemberian obat-obatan ini dapat menghancurkan batu pada 60% pasien dengan kolelitiasis, terutama batu yang kecil

Terapi Non Operatif

Page 24: Case Report KOLELITIAIS Print

Terapi Pembedahan Kolesistektomi terbuka

Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga kolelitiasis simtomatik. Kolesistektomi laparaskopi

Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya kolesistitis akut.

Page 25: Case Report KOLELITIAIS Print

Disolusi kontak

Terapi contact dissolution adalah suatu cara untuk menghancurkan batu kolesterol dengan memasukan suatu cairan pelarut ke dalam kandung empedu melalui kateter perkutaneus melalui hepar atau alternatif lain melalui kateter nasobilier.

Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)

Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy (ESWL) menggunakan gelombang suara dengan amplitudo tinggi untuk menghancurkan batu pada kandung empedu.

Page 26: Case Report KOLELITIAIS Print

Prognosis

Untuk penderita dengan ukuran batu yang kecil, pemeriksaan serial USG diperlukan untuk mengetahui perkembangan dari batu tersebut. Batu bisa menghilang secara spontan. Untuk batu besar masih merupakan masalah, karena merupakan risiko terbentuknya karsinoma kandung empedu (ukuran lebih dari 2 cm). Karena risiko tersebut, dianjurkan untuk mengambil batu tersebut. Pada anak yang menderita penyakit hemolitik, pembentukan batu pigmen akan semakin memburuk dengan bertambahnya umur penderita, dianjurkan untuk melakukan kolesistektomi

Page 27: Case Report KOLELITIAIS Print

Terimakasih