Top Banner
CASE REPORT EPILEPSI ALDENS MAGDALENA TUALAKA 1061050160
41

Case Report Epilepsi

Nov 22, 2015

Download

Documents

aldensmagdalena

pendahuluan, kasus, tinjauan pustaka, analisa kasus, simpulan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

CASE REPORT EPILEPSI

CASE REPORTEPILEPSIALDENS MAGDALENA TUALAKA1061050160pendahuluanPenyebab terbanyak morbiditas di bidang saraf anak yang menimbulkan berbagai permasalahan seperti kesulitan belajar, gangguan tumbuh kembang dan menentukan kualitas hidup anak.Serangan kejang paroksismal berulang dua kali atau lebih tanpa penyebab yang jelas dengan interval serangan lebih dari 24 jam akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak.3Insidensinya : - 4-6 per 1000 anak (berbagai negara)- 700.000- 1.400.000 kasus dengan pertambahan kasus baru 70.000 kasus per tahun (Indonesia)- 40-50% terjadi pada anak-anak

Epilepsi adalah diagnosis klinis, oleh karena itu diperlukan pemeriksaan EEG (pemeriksaan neurofisiologi untuk konfirmasi diagnosis, melihat adanya fokus epileptogenik di otak, menentukan sindrom epilepsi tertentu, evaluasi pengobatan dan prognosis), pemeriksaan CT scan kepala (melihat kelainan struktur di otak seperti fokus kalsifikasi), pemeriksaan MRI kepala (melihat kelainan di parenkim otak)LAPORAN KASUSIdentitas Pasien :Nama : An. LMUmur : 11 tahunPekerjaan : -Pendidikan : -Tanggal Pemeriksaan : 5 Agustus 2014ANAMNESISRiwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan kejang pada pagi hari. Kejang terjadi satu kali selama kurang lebih 10 menit. Kejang bersifat tonik-klonik. Kejang terjadi seperti menghentak-hentak seluruh tubuh, saat kejang pasien tidak sadar dan keluar busa dari mulut. Setelah kejang, pasien tersadar tetapi seperti orang kebingungan dan tidak nyambung bila diajak berbicara. Pasien sempat dimarahi oleh ayahnya sebelum terjadi kejang. Belum pernah diobati. Tidak ditemukan kelemahan setelah kejang, muntah, demam, batuk pilek, serta BAB dan BAK lancar. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat kejang pertama bulan Februari 2014 dan sama seperti yang dialami sekarang, tanpa didahului demam. Riwayat Pengobatan Riwayat minum obat kejang tidak ada.Riwayat Penyakit dalam Keluarga Ayah pasien memiliki riwayat epilepsi

Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi, kejiwaan dan kebiasaan Pasien merasa tertekan karena larangan untuk pergi ke luar oleh ayahnyaPEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum : composmentisTanda- tanda vital :1. Tekanan Darah : 120/70 mmHg2. Nadi: 89 kali per menit3. Pernapasan : 22 kali per menit4. Suhu: 36,7CAntropometri : Berat Badan 54 kg, Tinggi Badan 165 cmPemeriksaan Kepala ke Kaki : Dalam batas normalPemeriksaan Neurologi : - Saraf Kranialis : Tidak ditemukan adanya kelainan- Refleks fisiologi : Biceps brachii ++/++, Triceps brachii ++/++, KPR ++/++, APR ++/++- Refleks patologi : Babinski group -/-, Klonus lutut -/-, Klonus kaki -/-PEMERIKSAAN LABORATORIUM- AGD dan elektolit : Dalam batas normal- Darah perifer lengkap : LED meningkat (19mm/jam), leukosit meningkat (11.600/uL), neutrofil segmen meningkat (75%).- Gula darah sewaktu : Dalam batas normalDIAGNOSIS SEMENTARA : OBSERVASI KEJANGPemeriksaan anjuran : Pemeriksaan EEG

PENATALAKSANAAN SAAT MASUK RUMAH SAKITDiet : BiasaIVFD : Tridex plain 20 tetes per menit (makro)Medikamentosa : - Depakene 3 x cth - Tremenza syr 3 x 1 cth- Salbutamol 2 mg, Ambroxol 20 mg 3x1 pulvOBSERVASIPERAWATAN HARI PERTAMADidapatkan bahwa pasien sudah tidak merasakan keluhan kejang lagi tapi pasien mengeluh sesak napas dan batuk. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis, tanda-tanda vital, status lokalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologi juga tidak ditemukan adanya kelainan. Walaupun pasien sudah tidak menunjukkan tanda-tanda kejang dan pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologi di dapatkan hasil normal pasien masih tetap diobservasi dan tetap dirawat di rumah sakit dan tetap diberikan obat yang sama.

PERAWATAN HARI KEDUA Didapatkan bahwa pasien sudah tidak merasakan keluhan kejang lagi tapi pasien mengeluh sesak napas, batuk dan pilek . Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis, tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologi juga tidak ditemukan adanya kelainan. Pasien sudah melakukan pemeriksaan EEG dan didapatkan hasil abnormal dengan irritatif bilateral. Pasien masih tetap diobservasi dan tetap dirawat di rumah sakit dan diberikan tambahan obat untuk mengatasi keluhan batuk dan sesak napas pasien.17PERAWATAN HARI KETIGAPasien tidak mengeluh kejang lagi, batuk dan sesak masih suka timbul. Pemeriksaan generalis dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan thoraks didapatkan bunyi napas dasar bronkovesikuler dan wheeze +/+. Pasien dianjurkan untuk melakukan foto thoraks dan hasilnya bronkitis. Pasien masih dirawat di rumah sakit dan diberi tambahan obat untuk mengatasi keluhan sesak napas dan batuk pasien.PERAWATAN HARI KEEMPATPasien tidak mengeluh kejang lagi tetapi mengeluh batuk dan kadang sesak. Pemeriksaan thoraks didapatkan ronchi pada kedua lapangan paru. Pasien masih dirawat dan tidak diberi tremenza lagi. PERAWATAN HARI KELIMAPasien mengeluh sakit kepala dan tidak sesak napas lagi. Pemeriksaan generalis, tanda vital dan status lokalis dalam batas normal. Pasien masih dirawat dan diberi obat yang sama.KEPUSTAKAANDEFINISIEpilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri-ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf. Epilepsi merupakan suatu gangguan kronik yang tidak hanya ditandai oleh berulangnya kejang, tetapi juga berbagai implikasi medis dan psikososial. KLASIFIKASIMenurut ILAE 1981- Bangkitan parsial/fokal : sederhana, kompleks dan umum sekunder- Bangkitan umum : lena, mioklonik, klonik, tonik, tonik-klonik dan atonik.- Bangkitan tak tergolongkanETIOLOGIIdiopatik : Tidak diketahui, predisposisi genetik Kriptogenik : Dianggap simtomatis tetapi penyebab belum diketahui, seperti sindrom West, Lennox-Gastaut dan epilepsi mioklonik.Simtomatis : Karena lesi struktural di otak.

24Faktor pencetus :- Stress- Kurang tidur- Alkohol- Obat-obatan terlarang- Kondisi kesehatan yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh (demam)- Flashing lights- Hormon, biasanya pada perempuan: sebelum, selama dan sesudah masa menstruasi.PATOGENESISGangguan membran sel neuronGangguan mekanisme inhibisi presinap dan pascasinapSel glia

Ketiga mekanisme ini akan menyebabkan :Aktivitas ini tidak menjalar ke sekitarnya melainkan terlokalisasi pada kelompok neuron tersebut, kemudian berhentiAktivitas menjalar sampai jarak tertentu, tetapi tidak melibatkan seluruh otak kemudian menjumpai tahanan dan berhentiAktivitas menjalar ke seluruh otak kemudian berhenti

MENEGAKKAN DIAGNOSISAnamnesis : Tentukan jenis epilepsinya berdasarkan klasifikasi ILAE 1981Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan umum dan neurologis seperti biasaPemeriksaan laboratorium : Kadar glukosa, natrium, kalsium, magnesium, bilirubin, ureum dalam darahPemeriksaan radiologis : Foto rontgen kepala

Pemeriksaan penunjang :1. Cairan serebrospinalis : biasanya normal2. EEG : Kelainan fokal : lesi strukturalKelainan umum : gangguan genetik atau metabolikRekaman EEG dikatakan abnormal apabila :Asimetris irama dan voltage gelombang pada daerah yang sama dikedua hemisfer otakIrama gelombang tidak teraturIrama gelombang lebih lambat dibandingkan seharusnyaAdanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak yang normal, seperti gelombang tajam paku (spike), paku-ombak, paku majemuk.

3. PencitraanFoto polos kepala/angiografi serebral/CT-scan/MRIDIAGNOSIS BANDINGSinkopeHipoglikemiaHisteriaPENATALAKSANAANPrinsip pengobatan epilepsi : Mendiagnosis secara pasti, menentukan etiologi, jenis serangan dan sindrom epilepsiMemulai pengobatan dengan satu jenis obat antiepilepsiPenggantian obat antiepilepsi secara bertahap apabila obat antiepilepsi yang pertama gagalPemberian obat antiepilepsi sampai 1-2 tahun bebas kejang

1. Serangan parsial (sederhana, kompleks dan umum sekunder)OAE I: Karbamazepin, fenobarbital, primidon, fenitoinOAE II: Benzodiazepin, asam valproat2. Serangn tonik klonik OAE I:Karbamazepin, fenobarbital, primidon, fenitoin, asam valproatOAE II: Benzodiazepin, asam valproat3. Serangan absensOAE I: Etosuksimid, asam valproatOAE II: Benzodiazepin4. Serangan mioklonikOAE I: Benzodiazepin, asam valproatOAE II: Etosuksimid5. Serangan tonik, klonik, atonikSemua OAE kecuali etosuksinid

PROGNOSISBerobat teratur, 1/3 akan bebas serangan paling sedikit 2 tahun. Bila lebih dari 5 tahun sesudah serangan terakhir, obat dihentikan dan penderita tidak mengalami kejang lagi, dapat dikatakan bahwa penderita telah mengalami remisi. 30% penderita tidak akan mengalami remisi walau sudah minum obat teratur. Faktor yang mempengaruhi remisi adalah lamanya kejang, etiologi, tipe kejang, umur awal terjadi kejang, kejang tonik-klonik, kejang parsial kompleks akan mengalami remisi pada hampir lebih dari 50% penderita. Makin muda usia awal terjadinya kejang, remisi lebih sering terjadi. Umur onset yang relatif lambat sesudah usia 2 atau 3 tahun, juga merupakan faktor yang menguntungkan. Resiko kekambuhan setelah penghentian pengobatan tergantung pada faktor yang sama dengan remisi kejang.

ANALISA KASUSPasien perempuan berusia 11 tahun dengan berat badan 54 kg datang ke UGD RSU UKI dengan keluhan utama kejang. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan EEG maka dapat ditegakkan diagnosis kerja pasien adalah EPILEPSI.Dari anamnesis didapatkan :1. Pasien datang dengan keluhan kejang pada pagi hari.2. Kejang terjadi satu kali selama kurang lebih 10 menit. 3. Kejang terjadi seperti menghentak-hentak seluruh tubuh, saat kejang pasien tidak sadar dan keluar busa dari mulut. 4. Setelah kejang, pasien tersadar tetapi seperti orang kebingungan dan tidak nyambung bila diajak berbicara.5. Pasien sempat dimarahi oleh ayahnya sebelum terjadi kejang. 6. Belum pernah diobati. 7. Tidak ditemukan kelemahan setelah kejang, muntah, demam, batuk pilek, serta BAB dan BAK lancar. 8. Riwayat kejang pertama bulan Februari 2014 dan sama seperti yang dialami sekarang, tanpa didahului demam. 9.Riwayat minum obat kejang tidak ada.10. Ayah pasien memiliki riwayat epilepsi.11. Pasien merasa tertekan karena larangan untuk pergi ke luar oleh ayahnya.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan : Hasil pemeriksaan generalis, tanda-tanda vital, status lokalis dan status neurologis dalam batas normal. Kesimpulan : bahwa didapatkan kesesuaian pemeriksaan fisik pada kasus dengan pemeriksaan fisik pada teori yang dijelaskanDari pemeriksaan laboratorium didapatkan : elektrolit darah dan gula darah sewaktu dalam batas normal. Terdapat leukositosis shift to the right dan peningkatan LED. Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara kadar elektrolit dan glukosa darah dengan keluhan pasien. Masih belum bisa dipastikan apa penyebab dari peningkatan LED pasien.Dari pemeriksaan foto thoraks, kesannya bronkitisDari pemeriksaan EEG didapatkan abnormal irritatif bilateralKesimpulan : Kelainan umum (gangguan genetik )Pada penatalaksanaan diberikan :1. Rawat inap untuk observasi kejang2. Diet : biasa3. IVFD : Tridex plain 20 tetes/menit (makro)4. Medikamentosa :- Depakene 3x3/4 cth- Tremenza syr 3 x 1 cth- Ambroxol 20mg, Salbutamol 2 mg 3x1 pulvSelama dirawat, pasien tidak pernah kejang, dan keluhan batuk, pilek dan sesak napas pasien sudah mulai berkurang.

Prognosis : dubia ad malam.simpulanSeorang anak perempuan berumur 11 tahun dengan berat badan 54 kg, tinggi badan 165 cm dirawat di RSU PGI CIKINI dengan keluhan utama kejang. Setelah dilakukan observasi, dari anamnesis didapatkan riwayat kejang berulang tanpa demam, pada kasus dibuktikan sebelum masuk rumah sakit pasien pernah mengalami kejang sebanyak 1 kali tanpa disertai dengan demam. Manifestasi kejang yaitu tubuh pasien mengentak-hentak, tidak sadar dan keluar busa dari mulut, maka dapat diklasifikasikan sebagai kejang umum tonik klonik . Faktor etiologi pada pasien ini adalah faktor idiopatik, yaitu pada riwayat epilepsi pada keluarga.Pada pemeriksaan fisik, neurologis, dan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya kelainan. Pada hasil pemeriksaan EEG didapatkan hasil abnormal. Dari semua hasil yang didapatkan, maka ditegakkan diagnosis kerja pasien adalah EPILEPSI.Dan diberikan penatalaksanaan Rawat inap untuk mengobservasi kejang, mengingat serangan kejang yang berulang, IVFD Tridex plain 20 tetes/menit : untuk memenuhi kebutuhan cairan dan glukosa yang menurun akibat kejang. Dan diberikan obat Depakene 3x3/4 cth(oral). Prognosis bagi pasien ini dubia ad malam mengingat penyebab kejang pada pasien yang idiopatik dan dicetuskan oleh stress.