FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN
DIABETES MELITUS PERIODE 2013-2014 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NGALIYAN
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu SyaratUntuk Program Pendidikan
Profesi Dokter Pada BagianIlmu Kesehatan MasyarakatFakultas
Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Oleh :Ayu Rachmania Mentari P.01.210.6099Caesar Al-Ahmed
D.01.209.5851Galang Kusuma A.01.210.6166M. Zulkham
Faza01.210.6231Ramya Harlistya01.210.6253Sofara
Rezanti01.209.6027Syifa Dian F.01.210.6283
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN
AGUNGSEMARANG2014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kegiatan Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan
MasyarakatPuskesmas Ngaliyan1 Desember - 20 Desember 2014Telah
Disahkan
Semarang, Desember 2014Mengetahui,Kepala Puskesmas
NgaliyanPembimbing
dr. Wahidah Nofridalia, M.Kes dr. Joyce J. Maya
MengetahuiKepala Bagian IKM FK Unissula
dr. Ophi Indria Desanti, MPH
PRAKATAPuji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan kasus mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya angka kejadian diabetes melitus periode 2013
2014 di wilayah kerja puskesmas Ngaliyan.Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan Kepanitraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini memuat data hasil kunjungan
pasien dengan diabetes melitus 13 Desember di puskesmas
Ngaliyan.Laporan ini dapat terselesaikan berkat kerjasama tim dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk ini kami mengucapkan terima
kasih sebesar - besarnya kepada yang terhormat :1. dr. Ophi Indria
Desanti, MPH, kepala departemen IKM FK Unissula Semarang2. Siti
Thomas, SKM, Koordinator Pendidikan IKM FK Unissula Semarang3. dr.
Anneke Suparwati, MPH, pembimbing Bagian IKM Unissula Semarang4.
dr. Wahidah Norfridalia, M.Kes, Kepala Puskesmas Ngaliyan
Semarang5. dr. Joyce J. Maya, pembimbing di Puskesmas Ngaliyan
Semarang6. Seluruh Staf Puskesmas Ngaliyan Semarang7. Semua pihak
yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan kasus.Kami
menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami
sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat
membangun.Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus DM di
wilayah kerja puskesmas Ngaliyan Semarang berdasarkan pendekatan HL
Blum periode 2013 - 2014 di puskesmas Ngaliyan ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Semarang, Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULiHALAMAN PENGESAHANiiPRAKATAiiiDAFTAR ISI ivBAB
IPENDAHULUAN 11.1 Latar belakang 11.2 Rumusan Masalah31.3 Tujuan
penelitian 41.3.1 Tujuan umum 41.3.2 Tujuan khusus 41.4 Manfaat
Penelitian41.4.1 Manfaat bagi mahasiswa41.4.2 Manfaat bagi
masyarakat5BAB IITINJAUAN PUSTAKA62.1 Definisi62.2 Etiologi62.3
Faktor Risiko82.4 Patofisilogi82.5 Manifestasi Klinis102.6
Diagnosa102.7 Penatalaksanaan122.8 Komplikasi16BAB IIIANALISA
SITUASI173.1 Cara dan Waktu Pengamatan173.2 Gambaran Umum173.3
Hasil pengamatan183.3.1 Identitas pasien183.3.2 Keluhan
Pasien183.3.3 Anamnesis183.3.4 Pemeriksaan Fisik193.3.5 Data
Perkesmas223.3.6 Data Lingkungan 223.3.7 Data Perilaku233.3.8 Data
Pelayanan Kesehatan Terdekat233.3.9 Data Genetika24BAB IVPEMBAHASAN
254.1 Analisa Penyebab Masalah 254.2 Ulasan Mengenai teori dan
penelitian yang ada264.3 Alternatif Pemecahan Masalah29BAB
VKESIMPULAN DAN SARAN315.1 Kesimpulan315.2 Saran315.2.1 Untuk
pasien315.2.2 Untuk Puskesmas32BAB IV PENUTUP33DAFTAR PUSTAKA
34LAMPIRAN36
vi
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangDiabetes melitus (DM) merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Penyakit diabetes melitus semakin hari semakin
meningkat dan hal ini dapat dilihat dari meningkatnya frekuensi
kejadian penyakit tersebut di masyarakat. Saat ini DM menjadi salah
satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad ke-21. WHO
membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes
diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu
25 tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak
menjadi 300 juta orang.Diabetes Mellitus dapat mengenai semua organ
tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Seperti gangguan
penglihatan, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual,
luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan
pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Untuk mencegahkomplikasi
yang lebih serius adalah dengan diagnosis dini DM agar
dapatdiberikan intervensi lebih awal.International Diabetes
Federation juga menyatakan bahwa pasien DM di Indonesia pada tahun
2011 berjumlah 7,3 juta jiwa dan diperkirakan menjadi sekitar 11,8
juta jiwa pada tahun 2030. Pada tahun 2008 terdapat 8,4 juta
penderita diabetes melitus. Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan
pada tahun 2030 terjadi ledakan jumlah penderita diabetes melitus
yang luar biasa besarnya yaitu sekitar 21,3 juta penderita diabetes
di Indonesia.Prevalensi DM tergantung insulin di Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,06 lebih rendah dibanding tahun
2011 (0,09%). Prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Semarang
sebesar 0,66%. Sedangkan prevalensi kasus DM tidak tergantung
insulin lebih dikenal dengan DM tipe II, mengalami penurunan dari
0,63% menjadi 0,55% pada tahun 2012. Prevalensi tertinggi adalah
Kota Magelang sebesar 7,93%.dr. AbdalHakimTohariSp.RM,MMR. pada
Federasi Nasional 2013 menyatakan bahwa penderita Diabetes Melitus
di Indonesia tahun 2013 mendapat peringkat ke-7 tingkat dunia yakni
mencapai angka 8,7 juta penderita. Tercatat 41% yang mengetahui
kondisi penyakitnya, sementara hanya 39% yang sudah mendapatkan
pengobatan. Ini menunjukkan 2% penderita yang mengetahui
penyakitnya belum mendapatkan pengobatan dan lebih dari 50%
penderita tidak mengetahui kondisi penyakitnya.Data pasien DM di
puskesmas Ngaliyan pada bulan Januari - Desember 2014 terdapat
lebih dari 921 kasus dimana pada bulan yang sama di tahun 2013
hanya terdapat 908 kasus.
Tahun2013Umur 45-65 tahunUmur>65 tahunTotal
Laki-laki25680336
Perempuan471101572
TOTAL908
Tahun2014Umur 45-65 tahunUmur>65 tahunTotal
Laki-laki257105362
Perempuan453106559
TOTAL921
Berdasarkan data diatas, terjadi peningkatan angka kejadian
Diabetes melitus pada tahun 2014 di puskesmas Ngaliyan.Dari hasil
tersebut kemungkinan angka jumlah penderita diabetes melitus masih
akan mengalami peningkatan pada tahun - tahun selanjutnya, oleh
karena itu kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Unissula Semarang di puskesmas Ngaliyan ingin mengetahui
hal-hal yang mempengaruhi terjadinya penyakit diabetes melitus.
1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas
dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan angka kejadian diabetes
melitus di wilayah kerja puskesmas Ngaliyan berdasarkan pendekatan
HL Blum?1.3. Tujuan1.3.1. Tujuan UmumUntuk memperoleh informasi
mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan angka
kejadian diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas Ngaliyan
berdasarkan pendekatan HL Blum.
1.3.2. Tujuan Khusus1.3.2.1. Untuk memperoleh informasi mengenai
faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya DM.1.3.2.2.Untuk
memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan kesehatan yang
mempengaruhi terjadinya DM.1.3.2.3. Untuk memperoleh informasi
mengenai faktor keturunan yang mempengaruhi terjadinya DM. 1.4.
Manfaat1.4.1. Manfaat bagi mahasiswa1.4.1.1.Memberi informasi
ilmiah untuk memperkaya ilmu.1.4.1.2. Menjadi bahan rujukan untuk
penelitian yang lebih lanjut1.4.2. Manfaat bagi masyarakat1.4.2.1.
Memberi informasi kepada masyarakat tentang kesehatan.1.4.2.2.
Memberi masukan kepada tenaga kesehatan untuk lebih memberdayakan
masyarakat dalam upaya kesehatan promotif dan preventif.21
5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. DefinisiDiabetes melitus adalah suatu penyakit karena tubuh
tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran
darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan gula darah yang
tingginya sudah membahayakan. Faktor utama pada diabetes ialah
insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh kelompok sel beta di
pankreas.Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap
glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut
glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila
tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika sel tubuh
tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes.Diabetes
biasanya dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar
gulanya, obat yang di minum, atau suntikan insulin secara teratur.
Meskipun begitu, penyakit ini lama kelamaan minta korban juga,
terkadang menyebabkan komplikasi seperti kebutaan dan stroke.
2.2. EtiologiPenyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum
diketahui dengan pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan
insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan
penting.
a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)Sering terjadi pada
usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes,
yang gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia
(meningkatnya kadar gula darah). Faktor genetik dan lingkungan
merupakan faktor pencetus IDDM.Oleh karena itu insiden lebih tinggi
atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya coxsackievirus
B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan dipercaya
mempunyai peranan dalam terjadinya DM.Virus atau mikroorganisme
akan menyerang pulau pulau langerhans pankreas, yang membuat
kehilangan produksi insulin. Dapat pula akibat respon autoimmune,
dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas. Faktor
herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit
ini.
b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)Virus dan
kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya
NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Riset
melaporkan bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya
NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan. Overweight
membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme.Terjadinya
hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin
sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun
atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada klien
dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang
besar.Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan
ideal.Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat badan,
olah raga dan diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat dicegah maka
sebaiknya sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda atau gejala
yang ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan,
lapar, diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari
berat badan normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40
tahun, bila ditemukan peningkatan gula darah.
2.3. Faktor Resiko1. Kedua orang tuanya pernah menderita DM.2.
Pernah mengalami gangguan toleransi glukosa kemudian normal
kembali.3. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4
kilogram
2.4. Patofisiologia. DM Tipe IPada Diabetes tipe I terdapat
ketidak mampuan pankreas menghasilkan insulin karena hancurnya
sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan
hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial.Dengan
tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul
glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis
osmotic) sehingga pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).Defisiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi penurunan
berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan
(polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukogeonesis
tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi
peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan
mangarah terjadinya ketoasidosis.
b. DM Tipe IITerdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin
tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel
sehingga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang
dikatakan sebagai resistensi insulin.Untuk mengatasi resistensi
insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang
berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan.Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM
tipe II.
2.5. Manifestasi Klinisa. PoliuriaKekurangan insulin untuk
mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel menyebabkan
hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan
intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic
(poliuria).b. PolidipsiaAkibat meningkatnya difusi cairan dari
intrasel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel
sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel
mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan
seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).c.
PoliphagiaKarena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari
menurunnya kadarinsulin maka produksi energi menurun, penurunan
energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi
adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan berat badanKarena glukosa tidak dapat di transport
kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan
metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga
seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara
otomatis.e. Malaise atau kelemahan
2.6. DiagnosaKriteria untuk diagnosis termasuk pengukuran kadar
A1c hemoglobin (HbA1c), kadar glukosa darah sewaktu atau puasa,
atau hasil dari pengujian toleransi glukosa oral. The American
Diabetes Association mendefinisikan diabetes mempunyai dua
kemungkinan yaitu pada pengukuran kadar glukosa darah puasa,ia
menunjukkan bacaan sebanyak minimal 126 mg / dL setelah puasa
selama 8 jam. Kriteria lainnya adalah kadar glukosa darah sewaktu
minimal 200 mg / dL dengan adanya kelainan berupa poliuria,
polidipsia, penurunan berat badan, kelelahan, atau gejala
karakteristik lain dari diabetes. Pengujian kadar glukosa sewaktu
dapat digunakan untuk skrining dan diagnosis, namun sensitivitas
hanyalah 39% hingga 55%.Uji diagnostik yang utama untuk diabetes
adalah tes toleransi glukosa oral, di mana pasien akan diminta
untuk berpuasa selama 8 jam dan kemudian ditambah dengan beban 75 g
glukosa. Diagnosis terhadap diabetes akan ditegakkan sekiranya
kadar glukosa darah melebihi 199 mg / dL. Selain itu, kadar glukosa
darah puasa dianggap abnormal sekiranya berkisar antara 140-199 mg
/ dL selepas 2 jam mengambil beban glukosa. American Diabetes
Association mendefinisikan terdapat gangguan pada kadar glukosa
darah puasa sekiranya KGD diantara 100-125 mg / dL. Pengujian
tingkat HbA1c, yang tidak memerlukan puasa sangat berguna baik
untuk diagnosis atau skrining. Diabetes dapat didiagnosa sekiranya
kadar HbA1c adalah minimum 6,5% pada 2 pemeriksaan yang terpisah.
Antara keterbatasannya adalan, mempunyai uji sensitivitas yang
rendah dan terdapat perbedaan pada interpretasi mengikut ras, ada
tidaknya anemia, danpada penggunaan obat-obatan yang
tertentu.Dengan demikian, meminum larutan glukosa 50 g adalah tes
yang paling umum dilakukan untuk Gestational Diabetes dimana
diperlukan 75-g atau 100-g uji toleransi glukosa oral untuk
mengkonfirmasi hasil tes skrining yang positif.
2.7. PenatalaksanaanDiabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama
semua pihak untuk meningkatan pelayanan kesehatan. Untuk mencapai
tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha, antaranya:a. Perencanaan
Makanan.Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai
dengan kecukupan gizi baik yaitu :1) Karbohidrat sebanyak 60 70 %2)
Protein sebanyak 10 15 %3) Lemak sebanyak 20 25 %Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan
jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal =
(TB-100)-10%, sehingga didapatkan =1) Berat badan kurang = < 90%
dari BB Ideal2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal3) Berat
badan lebih = 110-120% dari BB Ideal4) Gemuk = > 120% dari BB
Ideal.Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali
kelebihan kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan
wanita 25 kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori
aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk
dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut
sesuai dengan kebutuhan. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan
komposisi tersebut diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu :1)
Makanan pagi sebanyak 20% 2) Makanan siang sebanyak 30% 3) Makanan
sore sebanyak 25% 4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 %
diantaranya.
b. Latihan JasmaniDianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4
kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.Sebagai contoh olah raga
ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olehraga sedang
berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging.c. Obat
Hipoglikemik : 1) SulfonilureaObat golongan sulfonylurea bekerja
dengan cara :a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.b)
Menurunkan ambang sekresi insulin.c) Meningkatkan sekresi insulin
sebagai akibat rangsangan glukosa.Obat golongan ini biasanya
diberikan pada pasien dengan BB normal dan masih bisa dipakai pada
pasien yang beratnya sedikit lebih.Klorpropamid kurang dianjurkan
pada keadaan insufisiensi renal dan orangtua karena resiko
hipoglikema yang berkepanjangan, demikian juga
gibenklamid.Glukuidon juga dipakai untuk pasien dengan gangguan
fungsi hati atau ginjal.2) Biguanid Preparat yang ada dan aman
dipakai yaitu metformin.Sebagai obat tunggal dianjurkan pada pasien
gemuk (IMT 30) untuk pasien yang berat lebih (IMT 27-30) dapat juga
dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea.3) InsulinIndikasi
pengobatan dengan insulin adalah :a) Semua penderita DM dari setiap
umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau
pernah masuk kedalam ketoasidosis.b) DM dengan kehamilan/ DM
gestasional yang tidak terkendali dengan diet (perencanaan
makanan)c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik
oral dosis maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai
dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan lahan sesuai dengan
hasil glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah
diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran
glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan
insulin.d) Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien
diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akanpenyakitnya, yang diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan
psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian
integral dari asuhan keperawatan diabetes.
2.8. KomplikasiDiabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan
baik akan menyebabkan komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti
mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, saraf, dan
lain-lain.
BAB IIIANALISA SITUASI
3.1. Cara dan Waktu PengamatanCara pengamatan dilakukan dengan
pengumpulan data primer dari wawancara dan data
sekunderdenganmenggunakanrekammedik. Pengamatan dilakukan di rumah
penderita (Home Visit) hari Sabtu tanggal 13 Desember 2014.
3.2 Gambaran UmumWilayah kerja puskesmas ngaliyan terletak
dibagian barat dari kota semarang berada di kelurahan ngaliyan di
wilayah kecamatan ngaliyan.Kecamatan terdiri dari 6 kelurahan
dengan 2 puskesmas pembantu yaitu puskesmas bringin dan puskesmas
podorejo. Wilayah kerja puskesmas ngaliyan mempunyai luas wilayah
1.970.838 Ha.Puskesmas Ngaliyan mempunyai 7 kelurahan binaan yaitu
:Tabel kelurahan BinaanNOKelurahan BinaanJML PendudukLPJML KK
1Ngaliyan12.878638264963217
2Bambankerep4.990247325171158
3Gondoriyo5.662280628561690
4Beringin14.127700171263147
5Podorejo7450369237582307
6Wates4204208421201149
TOTAL4931112668
RTP puskesmas, 20133.3 Hasil Pengamatan7.3.1. Identitas
PenderitaNama: Ny. SUmur: 65 tahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat:
Bukit Silayur Permai C 28 010/004 Ngaliyan.Agama : IslamTanggal
Berobat: 13 Desember 2014
7.3.2. Keluhan Pasien Keluhan Utama : Badan terasa lemas
7.3.3. Anamnesis a. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke
puskesmas Ngaliyan dengan keluhan badan terasa lemas, selain itu
pasien juga mengeluhkan menjadi lebih mudah lapar, banyak makan
namun tidak kenyang dan berat badan dalam 10 tahun terakhir menurun
sebanyak 11 kg. Keluhan lainnya berupa pasien sering haus terus
menerus dan banyak minum sehingga pasien juga sering buang air
kecil (BAK), BAK lebih sering pada malam hari, sebanyak 5x sehingga
menganggu istirahat di malam hari. Karena khawatir pasien
memeriksakan dirinya ke puskesmas NgaliyanSebelum sakit pasien
memiliki kebiasaan mengkonsumsi singkong dan makanan manis dalam
porsi besar bersamaan dengan makan nasi. Ketika minum pasien lebih
sering mengkonsumsi sirup, teh manis maupun kopi serta pasien
jarang olahraga dan melakukan aktivitas fisik. Keluhan ini muncul
pertama kali pada tahun 2004. Pasien didiagnosa mengalami Diabetes
Melitus, sejak didiagnosa DM pasien tidak rutin berobat ke
puskesmas ngaliyan, hanya jika merasakan gejalanya memberat tetapi
meminum obat secara teratur b. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak
pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat alergi disangkal.
Riwayat hipertensi diakui Riwayat Kolesterol disangkalc. Riwayat
Penyakit KeluargaRiwayat Diabetes Melitus pada keluarga diakui
pasien, yaitu ibu dan kakak kandung pasien yang sudah meninggal.d.
Riwayat Sosial Ekonomi Pasien tinggal sendiri dirumah, tetapi
terkadang tiap akhir minggu cucu pasien dan anaknya menginap
dirumahnya. Pasien sebagai ibu rumah tangga. Biaya pengobatan
ditanggung BPJS.
7.3.4. Pemeriksaan Fisik Tanda Vital Kesadaran : Composmentis
Suhu : 36.5 C Nadi : 88 x per menit Tekanan darah : 140/90 mmhg
Pernafasan : 20x per menit Berat Badan: 46 kg Tinggi Badan: 150cm
Status Gizi: Cukup Kepala: Mesocephal Leher: Pembesaran KGB (-),
Deviasi trakea (- ) Mata: CA -/-, SI -/- Hidung: Sekret (-), nafas
cuping hidung (-) Telinga: Gangguan pendengaran (-) Mulut: Bibir
kering (-), sianosis (-) Thorak Inspeksi : gerak hemithorak kanan
dan kiri tidak ada yang tertinggal Palpasi: tidak ada nyeri
tekanPerkusi:sonor pada seluruh lapang paru, jantung dalam batas
normalAuskultasi: suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan,
jantung dalam batas normal Abdomen Inspeksi: Datar, supelPalpasi:
tidak ada nyeri tekanPerkusi : thympani Auskultasi: peristaltik
usus (+) normal Ekstremitas : Akral dingin (-), ekstrimitas pucat
(-), oedem (-) Pemeriksaan Tambahan : Pemeriksaan Gula Darah puasa
: 113 mg/dl Gula darah 2 jam PP: 224 mg/dl Diagnosa : Diabetes
melitus tipe II Terapi : Mulai terapi tahun 2004 Dengan terapi Non
farmakologi : i. Untuk pasien Diabetes Mellitus harus mengkonsumsi
makanan rendah lemak dan tinggi serat sesuai dengan pola diet
diabetes mellitus. ii. Latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu) selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan
kemampuan. Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki
biasa selama 30 menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20
menit dan olah raga berat jogging. FarmakologiGlibenclamid : 1 x 5
mg
7.3.5. Data PerkesmasIdentitas keluargaTabel 2.1. Data Identitas
Anggota KeluargaNoAnggota KeluargaHub. Dgn pasienJenis
KelaminUmurPendidikanPekerjaan
1.Ny. SPasienPerempuan65thSDIbu Rumah Tangga
2. Bp.ZMenantu Laki-laki37 thSMPPedagang nasi padang
3.Ny. DAnakperempuan35 thSMPPedagang nasi padang
4. ADAnakLaki-Laki17 thSMAPelajar
7.3.6. Data Lingkungana. Data IndividuPasien usia 65 tahun, ibu
rumah tangga, bertempat tinggal di rumah sendiri, terkadang
ditemani oleh cucunya.b. EkonomiPasien bekerja sebagai ibu rumah
tangga dan usaha warungan nasi padang. Suami sudah meninggal sejak
2 tahun yang lalu. Anaknya sudah berumah tangga dan sudah tinggal
di rumahnya sendiri. Pendapatan cukup untuk biaya hidup
sehari-hari. Pasien berobat menggunakan BPJS.c. Lingkungan
RumahRumah pasien luasnya 7m x 3m = 21 m2 yang dihuni oleh 1 orang.
Rumah pasien disertai ventilasi kurang dibagian depan ruang tamu.
Lantai rumah sudah berkeramik. Lingkungan sekitar rumah agak kumuh,
terdapat genangan air disamping rumah pasien. Pengambilan air
bersih air PDAM Pasien mempunyai bak tandon untuk menampung air
bersih. Pasien memiliki WC/jamban, sehari hari jika BAB di rumah.e.
MasyarakatKeluarga pasien hubungan dengan tetangganya baik, dan
hubungan dengan orang lain baik. Tetangga pasien ada yang menderita
sakit DM.
7.3.7. Data PerilakuSebelum mengetahui bahwa dirinya menderita
DM, pasien makan nasi sepiring sehari tiga kali dengan lauk seperti
telor, tahu, tempe, ayam, sayur dan makanan bersantan, sering minum
air manis (teh, sirup, kopi). Pasien sering ngemil singkong rebus,
beraktifitas seperti biasa bila dirumah (memasak, membersihkan
rumah). Pasien juga menganggap aktivitas tersebut sebagai olahraga.
Setelah mengetahui bahwa dirinya menderita DM, pasien mengurangi
jumlah konsumsi nasi dan mengurangi konsumsi gula dalam minumannya.
Pasien hanya tahu yang manis-manis yang dilarang oleh dokter.
Pasien kontrol ke Puskesmas Ngaliyan secara tidak rutin. Pasien
hanya kontrol apabila pasien merasa badannya terasa lemas. Pasien
mengkonsumsi obat secara teratur sesuai anjuran dokter. Pasien
jarang berolahraga, dalam satu bulan terakhir hanya sekali
berolahraga. Pengetahuan tentang deteksi dini penyakit DM dan
pencegahannya kurang, sehingga kurang mengerti pola hidup sehat
untuk penderita DM.
7.3.8. Data Pelayanan KesehatanTerdekatFasilitas kesehatan
terdekat adalah praktek dokter swasta dan puskesmas Ngaliyan. Cara
tempuh dengan naik motor atau naik angkutan kota dengan waktu
tempuh 15 menit. Petugas kesehatan setempat belum pernah memberikan
penyuluhan tentang diabetes mellitus.7.3.9. Data Genetika
Keterangan:
: Pasien : tinggal dalam satu rumah: Perempuan : Laki laki:
Penderita DM
BAB IVPEMBAHASAN
4.1. Analisa Penyebab MasalahBerdasarkan data diatas, dengan
menggunakan pendekatan HL BLUM untuk menyelesaikan permasalahan DM,
didapatkan data bahwa lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
genetika/kependudukan dapat mempengaruhi terjadinya DM:Gambaran
Proses dan Masalah yang DiamatiPendekatan HL BLUM
LingkunganTidak ada masalah
Genetik:Riwayat Diabetes Melitus pada keluarga diakui pasien,
yaitu ibu dan kakak kandung pasienPelayanan Kesehatan:Kurangnya
edukasi tentang Diit pada penderita DM
DM
PerilakuKurang mengetahui pola diet untuk pasien DM Jarang
olahraga dan menganggap pekerjaan rumah sebagai olahragaTidak
kontrol rutin ke puskesmas atau dokter untuk cek gula darah
4.2. Ulasan mengenai teori dan penelitian yang adaFaktor yang
berpengaruh terhadap kejadian DM1. GenetikTimbulnya penyakit
diabetes melitus sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Bila
terjadi mutasi gen menyebabkan kekacauan metabolisme yang berujung
pada timbulnya DM. Risiko seorang anak mendapat DM tipe 2 adalah
15% bila salah satu orang tuanya menderita DM. Jika kedua orang
tuanya memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75%. Orang
yang memiliki ibu dengan DM memiliki risiko 10-30% lebih besar dari
pada orang yang memiliki ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan
penurunan gen sewaktu kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara
kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM dalam 10% dan
90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik.2.
UsiaPeningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur,
khususnya pada usia 46-64 tahun, disebabkan karena pada usia
tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya
proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel pancreas
dalam memproduksi insulin. Hasil penelitian Alfiyah, 2010
didapatkan bahwa ada hubungan umur dengan diabetes melitus.Dari
hasil analisis riskesdas 2007, terlihat bahwa semakin tua usia maka
semakin tinggi risiko untuk menderita diabetes melitus. Orang yang
berusia 26-35 tahun berisiko 2.32 kali, usia36-45 tahun berisiko
6.88 kali, dan usia lebih dari 45 tahun berisiko14.99 kali untuk
menderita DM.3. Perilakua. Aktivitas fisikAktivitas fisik dapat
mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi energi pada saat
beraktivitas fisik. Aktivitas fisik mengakibatkan insulin semakin
meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada
orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam
tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan
gula. Jika insulin tidakmencukupi untuk mengubah glukosa menjadi
energi maka akan timbul DM.b. Pola makanPola makan yang salah dapat
mengakibatkan kurang gizi atau kelebihan berta badan. Kedua hal
tersebut dapat meningkatkan risiko terkena diabetes melitus. Kurang
gizi (malnutrisi) dapat menganggu fungsi pankreas dan mengakibatkan
sekresi insulin. Sedangkan pola makan yang berlebihan dapat
mengakibatkan berat badan yang berlebihan yang berdampak gangguan
kerja insulin.c. PekerjaanPekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat
aktivitas fisiknya. Riskesdas 2007 mendapatkan prevalensi diabetes
melitus tertinggi pada kelompok yang tidak bekerja dan ibu rumah
tangga. Selain itu, orang yang tidak bekerja memiliki aktivitas
fisik yang kurang sehingga meningkatkan risiko obesitas.4.
Pelayanan KesehatanPelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi indikator derajat kesehatan di Indonesia. Peran
pelayanan kesehatan meliputi tindakan promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif. Layanan kesehatan mempengaruhi angka kejadian
diabetes melitus dalam hal promotif dan preventif seperti pemberian
informasi dan penyuluhan tentang penyakit diabetes mellitus dan
pencegahannya, tindakan kuratif seperti tepat diagnosis dan
penanganan, serta rehabilitatif pada pasien diabetes melitus yang
sudah mengalami komplikasi.5. LingkunganMenurut Tjokroprawiro
kepribadian atau motivasi penderita untuk mentaati diet, terapi dan
latihan gerak badan dari dokter yang merawatnya dan sadar semua itu
untuk kepentingan dirinya sendiri merupakan faktor kunci untuk
menilai keterawatan penderita DM. Apabila penderita mempunyai
motivasi yang baik, maka dapat diyakini kalau hasil pengukuran
glukosa darah menggambarkan keadaan sebenarnya. Keluarga sebagai
salah satu lingkungan sosial terdekat dengan penderita DM merupakan
satu faktor yang potensial untuk mempengaruhi dan membentuk
motivasi yang sehat bagi penderita DM dalam menjalankan
penatalaksanaan DM untuk pengendalian kadar gula darah
penderita.
4.3. Alternatif Pemecahan MasalahTabel 3.3. Alternatif Pemecahan
MasalahNoMasalahTujuanSasaranStrategi pelaksanaanPengembangan
Alternatif Kegiatan
1.Masalah individu / perilaku Agar pasien dan keluarga pasien
mulai melakukan pola makan dan hidup yang sehat.anggota
keluargaMemberikan informasi dan edukasi tentang diabetes mellitus
dan bagaimana cara mengatur pola makan pada orang DM dan yang
beresiko DM. Memberi edukasi DM dan faktor resiko terjadinya DM.
Memotivasi pasien agar mengatur pola makannya sesuai Diit yang
telah dianjurkan oleh dokter Puskesmas. Memotivasi pasien agar
melakukan kontrol kadar gula darah setiap bulan. Memotivasi pasien
jika penyakit DM tidak bisa sembuh dan pasien harus minum obat
seumur hidup. Memotivasi pasien agar berolahraga secara rutin.
2.Masalah Pelayanan Kesehatan Meningkatkan frekuensi penyuluhan
di penderita DM di PuskesmasPetugas kesehatan, pasien, dan
keluargamemberi informasi tentang pola hidup dan pola makan yang
sehat untuk pasien DM Melatih tenaga kesehatan agar lebih
memperhatikan masalah diit pada pasien DM.
3Genetika Agar keluarga pasien dapat menghindari faktor faktor
pencetus mutasi gen yang menimbulkan DMAnggota keluargaMemberikan
informasi dan edukasi tentang faktor genetika terhadap DM sehingga
pasien dan keluarganya dan menggalangkan hidup sehat untuk
mengurangi faktor risiko terhadap DM Memberi edukasi pada keluarga
pasien bahwa memiliki faktor resiko untuk terkena DM dan sedini
mungkin menjaga pola makan yang sehat.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KesimpulanDari analisa dengan H.L Blum dapat diambil
kesimpulan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut: Berdasarkan kasus ini
pola perilaku pasien memang kurang baik, sebelum mengalami keluhan
tersebut pasien banyak mengkonsumsi makanan dan minuman yang
manis-manis, jarang beraktifitas hanya dirumah saja mengurus rumah,
pasien jarang berolahraga. Berdasarkan kasus ini faktor lingkungan
tidak mempengaruhi terjadinya penyakit Diabetes Melitus.
Berdasarkan kasus ini factor pelayanan kesehatan berpengaruh dalam
edukasi pasien Diabetes Melitus. Berdasarkan kasus ini factor
genetic mempengaruhi terjadinya penyakit Diabetes Melitus.
5.2. Saran5.2.1. Untuk pasien Menjelaskan kepada penderita
tentang penyakit DM beserta gejala, pengobatan dan pencegahannya.
Memotivasi penderita untuk diet rendah gula dan karbohidrat sesuai
saran ahli gizi. Memotivasi penderita untuk rajin minum obat dan
mengkontrol kadar gula darah secara rutin.
5.2.2. Untuk Puskesmas Melakukan penyuluhan tentang Diabetes
Mellitus dan menyarankan agar masyarakat memeriksakan GDS jika
sudah menginjak usia lebih dari 45 tahun. Meningkatkan kegiatan
kunjungan ditiap kelurahan yang dirasa efektif untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai Diabetes mellitus.
Bekerjasama dengan pamong desa untuk melakukan pendataan masyarakat
dengan usia >45 untuk dilakukan screening kesehatan terutama
penyakit diabetes melitus. Bekerjasama dengan pamong desa untuk
melakukan senam rutin setiap 1 minggu sekali.
BAB VIPENUTUP
Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan
pada penderita DM di Puskesmas Ngaliyan. Kami menyadari bahwa
kegiatan ini sangat penting dan bermanfaat bagi para calon dokter,
khususnya yang kelak akan terjun di masyarakat serta dalam
membangun kesehatan yang layak untuk masyarakat.Akhir kata kami
berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Ngaliyan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes
Melitus, dalam:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/download/1369/2193Depkes,
2011, Masalah diabetes mellitus di Indonesia, dalam
:http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/1131/490Fitriyani,
2012, Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan
Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak Kota Cilegon, Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta.Irawan, Dedi,
2010, Prevalensi dan Faktor Risiko kejadian Diabetes Melitus Tipe 2
di daerah Urban Indonesia (Analisa sekunder Riskesdas 2007),
Universitas Indonesia, JakartaKaban, Sempakata, 2007, Diabetes Tipe
2 di Kota Sibolga Tahun 2005, Majalah Kedokteran Nusantara Volume
40 No. 2 Juni 2007Kardika, dkk, 2013, Preanalitik Dan Interpretasi
Glukosa Darah UntukDiagnosisDiabetesMelitus,
dalam:http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/6698/5107Kemenkes,
2010, Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus,
dalam : http//www.kemenkes.go.id Kurniawan, Y., 2008, Kualitas
Hidup Penderita Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Umum Cianjur, Vol
10, Hal 36.Purnamasari, Dyah. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi
Diabetes Melitus. Dalam : Sudoyo, Aru., Setyohadi, Bambang., Alwi,
Idrus., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid 3.
Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI,
1880-1883Rahayu, 2012, Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus
(DM) Tipe-2 Yang Rawat Inap Di Rumah Salat Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara,
MedanSunjaya, I, N., 2009, Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali
sebagai Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan, Jurnal
Skala Husada Vol. 6 No.1 hal: 75-81Suyono, Slamet. 2009. Diabetes
Melitus di Indonesia. Dalam : Sudoyo, Aru., Setyohadi, Bambang.,
Alwi, Idrus., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid 3.
Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI,
1873-1879.
LAMPIRANURGENCYMakan yang tidak terkontrolKurang aktifitaas
fisikKurangnya edukasi pelayan kesehatan mengenai DMGenetik /
keturunanTotal Horisontal
Makan yang tidak terkontrol+++3
Kurang aktifitaas fisik++2
Kurangnya edukasi pelayanan kesehatan mengenai DM+1
Genetik / keturunan0
Total vertical0000
Total Horisontal3210
Jumlah3210
SERIOUSNESS
Makan yang tidak terkontrolKurang aktifitaas fisikKurangnya
edukasi pelayan kesehatan mengenai DMGenetik / keturunanTotal
Horisontal
Makan yang tidak terkontrol++-2
Kurang aktifitaas fisik+-1
Kurangnya edukasi pelayanan kesehatan mengenai DM-0
Genetik / keturunan0
Total vertical0003
Total Horisontal2100
Jumlah2103
GROWTHMakan yang tidak terkontrolKurang aktifitaas
fisikKurangnya edukasi pelayan kesehatan mengenai DMGenetik /
keturunanTotal Horisontal
Makan yang tidak terkontrol+++3
Kurang aktifitaas fisik++2
Kurangnya edukasi pelayanan kesehatan mengenai DM-0
Genetik / keturunan0
Total vertical0001
Total Horisontal3200
Jumlah3201
NoDaftar masalahUSGTotal
1Makan yang tidak terkontrol3238
2Kurang aktifitaas fisik2125
3Kurangnya edukasi pelayan kesehatan mengenai DM1001
4Genetik / keturunan0314
Prioritas masalah1. Makan yang tidak terkontrol2. Kurang
aktifitaas fisik3. Genetik / keturunan4. Kurangnya edukasi pelayan
kesehatan mengenai DM
Gambar 1. Rumah bagian depan
Gambar 2. Kondisi ruang tamu
Gambar 3. Kondisi kamar
Gambar 4. Kondisi kamar mandi dan wc
Gambar 5. Kondisi dapur
Gambar 6. Bersama Ny.S