1 ILUSTRASI KASUS ANAMNESIS (auto-anamnesis) tanggal 22 Desember 2010 I. Identitas a. Nama : Ny. Muanih b. No. Rekam Medik : 1032875 c. Jenis kelamin : Perempuan d. Umur : 45 tahun e. Alamat : Pondokaren f. Status : Kawin g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga h. Pendidikan : SLTP i. Agama : Islam j. Tanggal masuk RS : 15 Desember 2010 II. Anamnesis a. Keluhan utama Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 3 bulan SMRS. b. Keluhan tambahan Pasien juga merasakan mual, kencing berdarah, demam, . c. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang rujukan dari RS.Suyoto dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 3 bulan SMRS.Nyeri pinggang dirasakan hilang timbul, nyeri tidak dipengaruhi oleh posisi. Nyeri juga menjalar ketungkai
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
ILUSTRASI KASUS
ANAMNESIS (auto-anamnesis) tanggal 22 Desember 2010
I. Identitas
a. Nama : Ny. Muanih
b. No. Rekam Medik : 1032875
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Umur : 45 tahun
e. Alamat : Pondokaren
f. Status : Kawin
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h. Pendidikan : SLTP
i. Agama : Islam
j. Tanggal masuk RS : 15 Desember 2010
II. Anamnesis
a. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 3 bulan
SMRS.
b. Keluhan tambahan
Pasien juga merasakan mual, kencing berdarah, demam, .
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang rujukan dari RS.Suyoto dengan keluhan nyeri
pinggang kiri sejak 3 bulan SMRS.Nyeri pinggang dirasakan hilang timbul,
nyeri tidak dipengaruhi oleh posisi. Nyeri juga menjalar ketungkai kiri dan
pinggang kanan. Pasien juga mengeluh kencing berdarah sejak 2 minggu
yang lalu, darah keluar berwarna merah. Banyak ±1 gelas aqua, setelah
itu pasien berobat ke RS. Veteran dan dilakukan foto pada ginjalnya dari
sana pasien sempat di rawat selama 6 hari.
Pasien juga mengaku sebelumnya pernah kencing mengeluarkan
butiran seperti pasir 2 tahun yang lalu akan tetapi pasien tidak melakukan
pemeriksaan lainnya lagi.
2
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami gejala yang sama,
tidak mempunyai penyakit hipertensi, kencing manis, hepatitis, asma,
asam urat dan penyakit ginjal. Os juga mengaku tidak pernah dioperasi.
Riwayat alergi obat-obatan tidak ada
e. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada pada keluarganya dengan gejala
yang sama. Pasien juga mengatakan bahwa adanya riwayat kencing
manis pada keluarga. Namun tidak terdapat riwayat alergi, asthma,
kelainan jantung pada keluarga.
f. Riwayat kebiasaan
Pasien jarang sekali mengkonsumsi sayur-sayuran. Pasien juga
mengatakan kalau pasien malas untuk bergerak melakukan kegiatan
olahraga. Aktivitas pasien lebih banyak duduk daripada berjalan. Pasien
tidak merokok ataupun mengkonsumsi alkohol.
g. Riwayat trauma
Tidak terdapat riwayat trauma pada pasien ini
III. PEMERIKSAAN FISIKa. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Gizi : Gizi cukup
Sikap : Kooperatif
Tanda vital
Tekanandarah : 110 / 70 mmHg
Nadi : 72 kali / menit, reguler, isicukup
Pernapasan : 18 kali / menit
Suhu tubuh : 37 oC
Kepala : normochepali
3
Rambut : warna putih, distribusi tidak rata, tidak mudah
dicabut
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+,
RCTL +/ +
Telinga : normotia, serumen (+)
Hidung : sekret -/-, hiperemis -/-
Mulut : oral hygiene baik, faring tidak hiperemis
Leher : trakea lurus di tengah, KGB tidak teraba membesar
Paru :
Inspeksi : pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : vokal fremitus teraba sama di kedua lapang paru
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler di kedua lapang paru, rhonki
-/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula
sinistra
Perkusi :
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dekstra
Batas kiri : ICS V linea midklavikularis sinistra
Pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra
jantung
Auskultasi : bunyi jantung I, II regular, murmur (-), gallop (-)
3. Hiperurikosuria : adalah kadar asam urat di dalam urine yang
melebihi 850 mg/ 24 jam. Sumbernya berasal dari makanan yang
mengandung banyak purin maupun berasal dari metabolisme
endogen
4. Hipositraturia: Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium
dengan oksalat atau fosfat. Hal ini dimungkinkan karena ikatan
kalsium sitrat lebih mudah larut daripada kalsium oksalat. Oleh
karena itu sitrat dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan
batu kalsium. Hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis
tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi, atau pemakaian diuretic thiazide
dalam jangka waktu lama
5. Hipomagnesuria . Seperti halnya pada sitrat, magnesium bertindak
sebagai penghambat timbulnya batu kaslium, karena di dalam urine
magnesium bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat
sehingga mencegah ikatan kalsium dengan oksalat. Penyebab
tersering yaitu penyakit inflamasi usus yang diikuti dengan
gangguan malabsorbsi.
22
B. Batu Struvit
Terbentuknya batu ini disebabkan oleh karena infeksi saluran kemih. Kuman
penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea yang dapat menghasilkan
enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea
menjadi amoniak, seperti pada reaksi : CO(NH2)2 + H2O 2NH3 + CO2. Suasana basa
ini yang memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat, karbonat
membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP) atau (MgNH4PO4 H2O),
karbon apatit. Karena terdiri dari 3 kation maka disebu sebagai batu triple
fosfhate.
Kuman-kumanpemecahurea di antaranyaProteusspp, Klebsiellaserratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus.
C. Batu Asam Urat
Batu ini hanya 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Batu ini ada yang murni
dan sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak
diderita oleh pasien-pasien penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang
mendapat terapi anti kanker, dan yang mempergunakan obat urikosurik seperti
sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat, kegemukan, peminum alcohol, dan diet tinggi
protein mempunyai peluang yan lebih besar. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya
batu yaitu : urine terlalu asam Ph urine<6, volume urine yan jumlahnya sedikit (<2
liter/hari) atau dehidrasi, hiperurikosuria atau kadar asam urat yang tinggi. Batu
asam urat sering dapat keluar spontan dikarenakan bentuknya halus dan bulat.2
II.8 Gejala Klinis :
- nyeri kencing/ disuria
- perasaan tidak enak saat kencing
- kencing tiba-tiba terhenti kemudian lancar kembali pada perubahan
posisi tubuh
- nyeri pada saat miksi dirasakan pada ujung penis, skrotum,
perineum, pinggang, sampai kaki
23
- pada anak kecil sering mengeluh adanya eneuresis nokturna atau
sering menarik-narik penisnya pada laki-laki atau menggosok-
sosok vulva pada perempuan.2
o Pemeriksaan fisik
saluran kemih bawah dan tengah
palpasi uretra bisa menunjukkan indurasi adanya stiktur.
Pemeriksaan rektum (rectal touche) bisa ditemukan sphincter anal
atoni (akibat dari kerusakan cabang saraf sacral) atau pembesaran
jinak ataupun ganas dari prostat. Distensi vesika bisa ditemukan.
saluran kemih atas
Pembesaran ginjal mungkin ditemukan pada pemeriksaan palpasi
atau perkusi. Sakit pada palpasi ginjal bisa muncul jika ada infeksi.
Kanker dari serviks harus diingat karena bisa menginvasi melalui
dasar kandung kemihdan mengoklusi satu atau ureter
Pemeriksaan Penunjang
1. Urine
a) PH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat
berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan
pengendapan batu asam urat.
b) Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu,
bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
c) Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses
pembentukan batu saluran kemih.
d) Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi. 5
2. Darah
a) Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
24
b) Lekosit terjadi karena infeksi.
c) Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d) Kalsium, fosfat dan asam urat.5
3. Radiologis
a) Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak.
b) Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan
ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad
pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.5
c) USG (UltraSonoGrafi)
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan non invasive yang sangat
membantu, dapat dipakai untuk melakukan antegrad pielografi. 5
II.10 Penatalaksanaan
Pengobatan dapat dilakukan dengan :
1.Terapi medikamentosa
Terapi ini berusaha untuk mengurangi gejala simtomatik dan usaha mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Obat Renacidin dapat digunakan untuk melarutkan batu fosfat atau struvit tetapi pengobatannya lambat dan invasive karena itu harus dilakukan dengan pemasangan kateter irigasi. Pasien harus dimonitor untuk gejala sepsis dan hipermagnesemia. Selain itu, pada batu yang diharapkan dapat keluar sendiri, dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretikum. Dengan produksi urin yang banyak diharapkan dapat mendorong atau melarutkan batu.Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya
melebihi 6 mm.
2. ESWL (Extra Corporal Shock Wave Lithotripsy)
25
Dapat memecahkan batu tanpa perlukaan di tubuh sama sekali. Gelombang
kejut dialirkan melalui air ke tubuh dan dipusatkan di batu yang akan dipecahkan. Batu
akan hancur berkeping-keping dan keluar bersama kemih. Litotropsi gelombang kejut
luar tubuh dilakukan tanpa tindak bedah apapun. Kadang diperlukan tindakan
tambahan berupa pemasangan kateter atau dalam keadaan yang sangat istimewa
dibutuhkan bentuan nefrostomi perkutan.
Pada hakikatnya, litotropsi gelombang kejut dapat dilakukan pada setiap batu,
tetapi sebaiknya tindakan dilakukan dalam tahapan untuk mengeluarkan semua batu.
Akan tetapi, bila terdapat kelainan saluran kemih, misalnya stenosis yang akan
menghalangi keluarnya batu yang telah dipecahkan, tindakan dengan ESWL tidak akan
bermanfaat.
Betapapun disebutkan bahwa dengan ESWL batu dapat dipecahkan menjadi
bagian yang lebih kecil dari 2 mm,belum tentu pasca tindakan semua batu akan pecah
hingga ukuran yang dikehendaki. Selain itu, batu yang telah dipecahkan membutuhkan
waktu untuk keluar semua. Walaupun dinyatakan bahwa gelombang kejut yang
dipergunakan tidak akan merusak jaringan ginjal secara permanen, kerusakan yang
ada perlu diawasi baik dari segi kemungkinan terjadinya infeksi atau kerusakan yang
dapat mengakibatkan gejala sisa.1
3. Endourologi
Adalah tindakaninvasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang
terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui
alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (percutan). Proses pemecahan batu dapat
dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara,
ata dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi itu adalah:
1. PNL (percutaneus nephro litholapaxy)
2. Litotripsi
26
3. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi
4. Ekstraksi Dormia.2
II.11 Pencegahan
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih,tindakan selanjutnya yang tidak
kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka
kekambuhan batu saluran kemih rata- rata 7% per tahun atau kurang lebih 50% dalam
10 tahun.
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang
menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya
pencegahan itu berupa : (1) menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan
diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 liter per hari, (2) diet untuk mengurangi kadar
zat- zat komponen pembentuk batu, (3) aktivitas harian yang cukup, dan (4) pemberian
medikamentosa.
Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah : (1)
rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan
suasana urine menjadi lebih asam, (2) rendah oksalat, (3) rendah garam karena
natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria, dan (4) rendah purin. Diet rendah
kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderita hiperkalsiuria absorbtif
tipe II.2
27
DAFTAR PUSTAKA
1.) Soebadi DM. Ibstruksi saluran kemih atas in: Basic Science on
Urology. Pertemuan Ilmiah Berkala Proyek Trigonum Plus XIII. FK
Unibraw.RSUD dr. Syaiful Anwar Malang; 2002.p.1-6
2.) Soetojo, Hariyono dan Doddy M Soebadi. Hubungan obstruksi
Ureter Total Unilateral Buatan dengan Kadar Cystatin-C Serum
pada Oryctalagus cuniculus. In: http://juri.urologi.or.id/index.php?