LIMFOMA MALIGNUM HODGKIN Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodul yaitu diluar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus digestivus, paru, kulit dan organ lain. Di negara maju limfoma malignum relatif jarang yaitu kira-kira 2 % dari kanker yang ada. Akan tetapi, menurut laporan berbagai sentra patologi di Indonesia, tumor ini merupakan terbanyak setelah kanker serviks uteri, payudara dan kulit. Pada sebagian besar limfoma ditemukan pada stadium lanjut yang merupakan penyulit dalam terapi kuratif. Penemuan penyakit pada stadium awal masih merupakan faktor penting dalam terapi kuratif walaupun tersedia berbagai jenis kemoterapi dan radioterapi. Akhir-akhir ini angka harapan kehidupan 5 tahun meningkat dan bahkan sembuh (kuratif) berkat manajemen tumor yang tepat dan tersedianya kemoterapi dan radioterapi. 1 EPIDEMIOLOGI 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LIMFOMA MALIGNUM HODGKIN
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem
limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan
umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali dan
kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodul yaitu diluar
sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus digestivus, paru, kulit dan organ
lain.
Di negara maju limfoma malignum relatif jarang yaitu kira-kira 2 % dari
kanker yang ada. Akan tetapi, menurut laporan berbagai sentra patologi di Indonesia,
tumor ini merupakan terbanyak setelah kanker serviks uteri, payudara dan kulit.
Pada sebagian besar limfoma ditemukan pada stadium lanjut yang merupakan
penyulit dalam terapi kuratif. Penemuan penyakit pada stadium awal masih
merupakan faktor penting dalam terapi kuratif walaupun tersedia berbagai jenis
kemoterapi dan radioterapi. Akhir-akhir ini angka harapan kehidupan 5 tahun
meningkat dan bahkan sembuh (kuratif) berkat manajemen tumor yang tepat dan
tersedianya kemoterapi dan radioterapi.1
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian Penyakit Hodgkin yang berdasarkan populasi di Indonesia
belum ada. Pada KOPAPDI II di Surabaya tahun 1973 dilaporkan bahwa di bagian
penyakit dalam RS. Dr.Sutomo Surabaya antara tahun 1963-1972 (9 tahun) telah
dirawat 26.815 pasien, dimana 81 diantaranya adalah limfoma malignum dan 12
orang adalah penyakit Hodgkin. Pada KOPAPDI VIII tahun 1990 di Yogya
dilaporkan bahwa selama 1 tahun di bagian penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito
dirawat 2246 pasien, 32 di antaranya adalah limfoma malignum dan semuanya adalah
limfoma Non Hodgkin. Dari laporan-laporan tersebut di atas terlihat bahwa di
Indonesia limfoma non-Hodgkin lebih banyak dari penyakit Hodgkin, dan pria selalu
lebih banyak daripada wanita.1
1
Pada limfoma non Hodgkin terdapat peningkatan insidensi yang linear seiring
dengan usia. Sebaliknya, pada penyakit Hodgkin di Amerika Serikat dan di negara-
negara barat yang telah berkembang, kurva insidensi spesifik umur berbentuk
bimodal dengan puncak awal pada orang dewasa muda (15-35 tahun). Dan puncak
kedua setelah 50 tahun. Penyakit Hodgkin lebih prevalen pada laki-laki dan bila
kurva insidensi spesifik umur dibandingkan dengan distribusi jenis kelamin pasien,
maka peningkatan prevalensi laki-laki lebih nyata pada dewasa muda. Pada penyakit
Hodgkin anak, predominasi laki-laki ini lebih mencolok dengan lebih dari 80%
pasien adalah laki-laki. Hal ini menyebabkan beberapa peneliti beranggapan bahwa
terdapat peningkatan kerentanan yang berhubungan dengan faktor genetik terkait seks
dan hormonal.2
PATOLOGI
Penyakit Hodgkin merupakan suatu tumor ganas yang berhubungan erat
dengan limfoma malignum. Oleh karena itu untuk membahas mengenai patologi dari
penyakit Hodgkin ada baiknya kita mengetahui tentang klasifikasi dari penyakit-
penyakit tersebut3. Klasifikasi patologis yang sering dipakai sekarang ini adalah
menurut Lukas dan Butler sesuai keputusan symposium penyakit Hodgkin dan Ann
Arbor. Menurut klasifikasi ini penyakit Hodgkin dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Tipe Lymphocyte Predominant
2. Tipe Mixed Cellularity
3. Tipe Lymphocyte Depleted
4. Tipe Nodular Sclerosis
Namun ada bentuk-bentuk yang tumpang tindih (campuran), misalnya
golongan Nodular Sclerosis (NS) ada yang limfositnya banyak (Lymphocyte
Predominant NS=LP- NS), ada yang limfositnya sedikit (Lymphocyte-Depleted
NS=LD-NS) dan sebagainya. Demikian pula golongan Mixed Cellularity (MC), ada
yang limfositnya banyak (LP-MC), ada yang sedikit (LD-MC).1
Penyakit ini mula-mula terlokalisasi pada daerah limfonodus perifer tunggal
dan perkembangan selanjutnya dengan penjalaran di dalam sistem limfatik. Mungkin
2
bahwa sel Reed-Sternberg yang khas dan sel lebih kecil, abnormal, bersifat neoplastik
dan mungkin bahwa sel radang yang terdapat bersamaan menunjukkan
respon.hipersensitivitas untuk hospes. Setelah tersimpan dalam limfonodus untuk
jangka waktu yang bervariasi, perkembangan alamiah penyakit ini adalah menyebar
ke jaringan non limfatik3
PATOGENESIS
Asal-usul penyakit Hodgkin tidak diketahui. Pada masa lalu, diyakini bahwa
penyakit Hodgkin merupakan reaksi radang luar biasa (mungkin terhadap agen
infeksi) yang berperilaku seperti neoplasma. Tetapi, kini secara luas diterima bahwa
penyakit Hodgkin merupakan kelainan neoplasi dan bahwa sel Reed-Sternberg
merupakan sel transformasi. Tetapi asal-usul sel Reed-Sternberg tetap menjadi teka-
teki. Sel Reed- Sternberg tidak membawa penanda permukaan sel B atau T. Tidak
seperti monosit, tidak memiliki komplemen dan reseptor Fc. Beberapa pengkaji telah
menentukan berdasarkan dari penderita dengan jalur sel penyakit Hodgkin, yang
agaknya berasal dari sel Reed- Sternberg.4
Sel-sel yang mirip Reed-Sternberg dari perbenihan ini tampak menimbulkan
antigen permukaan dengan sejumlah kecil sel “dendrit” pada daerah parafolikel nodus
limfatik. Mungkin termasuk kelas antigen HLA II sel dendrit positif, yang aktif dalam
pengenalan antigen oleh sel T. Berkurangnya kapasitas “memberitahukan” antigen
berkaitan dengan transformasi neoplasi sel “dendritik”, mungkin menjelaskan adanya
gangguan imunitas sel-T, yang begitu umum terjadi pada penyakit Hodgkin.
Meskipun demikian, saran-saran tentang asal-usul sel Reed-Sternberg ini kini harus
dianggap belum memadai, sampai ada bukti yang lebih meyakinkan.
Diketahui bahwa sel Reed-Sternberg mewakili komponen maligna penyakit
Hodgkin. Apakah yang menyebabkan transformasi ini. Selama bertahun-tahun
etiologi infeksi penyakit Hodgkin telah diduga. Beberapa laporan telah
menghubungkan infeksi virus Epstein-Barr (EBV) dengan penyakit Hodgkin. Tetapi
tidak ada rangkaian asam nukleat EBV pada sel RS yang dibiakkan, tidak mendukung
peran EBV sebagai penyebab penyakit Hodgkin. Perhatian terhadap etiologi infeksi
3
penyakit Hodgkin telah diperhatikan akibat laporan yang menunjukkan kemungkinan
adanya suatu “pengelompokan” penyakit Hodgkin diantara pelajar sekolah menengah
tertentu.5 Tetapi penelitian lain telah gagal memastikan dugaan penyebaran horizontal
penyakit Hodgkin.6
Pada banyak pasien, penyakit terlokalisasi pada mulanya pada daerah
limfonodus perifer tunggal dan perkembangan selanjutnya dengan penjalaran didalam
sistem lmfatik. Mungkin bahwa sel Reed-Sternberg yang khas, abnormal yang
menyertai (sekarang diduga berasal dari histiosit) bersifat neoplastik dan mungkin
bahwa sel radang yang terdapat bersamaan menunjukkan respon hipersensitivitas oleh
hospes, manfaat yang menentukan pola evolusi. Setelah tersimpan dalam limfonodus
untuk jangka waktu yang bervariasi, perkembangan alamiah penyakit ini adalah
menyebar untuk mengikutsertakan jaringan non-limfatik.6
ETIOLOGI
Banyak kemajuan telah dicapai dalam bidang biologi penyakit ini. Meskipun
masih banyak yang belum mapan. Seperti pada keganasan yang lain penyebab
penyakit Hodgkin ini multifaktorial dan belum jelas benar. Perubahan genetik,
disregulasi gen-gen faktor pertumbuhan, virus dan efek imunologis, semuanya dapat
merupakan faktor tumorigenik penyakit ini.
Tentang asal usul sel datia Reed-Sternberg masih ada silang pendapat sampai
sekarang. Limfoma Hodgkin ataupun limfoma non Hodgkin kemungkinan ada
kaitannya dengan keluarga. Apabila salah satu anggota keluarga menderita limfoma
Hodgkin, maka resiko anggota lain terjangkit tumor ini lebih besar dibanding dengan
orang lain yang tidak termasuk keluarga itu. Pada orang hidup berkelompok insiden
limfoma Hodgkin cenderung lebih banyak.1
GAMBARAN KLINIS
Penyakit Hodgkin biasanya timbul sebagai penyakit lokal dan kemudian
menyebar ke struktur limfoid didekatnya dan akhirnya meluas ke jaringan non
limfoid dengan kemungkinan kematian pasien. Pasien penyakit Hodgkin umumnya
4
datang dengan adanya massa atau kelompok kelenjar limfe yang padat, mudah
digerakkan dan biasanya tidak nyeri tekan. Sekitar separuh pasien datang dengan
adenopati di leher atau daerah supraklavikula dan lebih dari 70 persen pasien datang
dengan pembesaran kelenjar getah bening superfisial. Karena kelenjar tersebut
umumnya tidak nyeri, maka deteksi oleh pasien mungkin terlambat sampai kelenjar
limfe cukup besar. Sekitar 60 persen pasien datang dengan adenopati mediastinum.
Hal ini kadang-kadang pertama kali dideteksi pada pemeriksaan sinar-x toraks rutin.
Kelenjar limfe yang terkena pada penyakit Hodgkin cenderung sentripetal atau aksial
dan berlainan dengan yang terkena pada limfoma non Hodgkin yang memperlihatkan
kecenderungan sentrifugal mengenai kelenjar limfe epitroklear, cincin waldeyer dan
abdomen.
Pada 2-5 persen pasien, kelenjar limfe atau jaringan lain yang terkena
penyakit Hodgkin dapat tersa nyeri setelah minum minuman beralkohol.
Pertumbuhan kelenjar limfe cukup bervariasi, beberapa lesi dapat menetap dalam
jangka lama, sedangkan pada kelenjar yang lain terjadi regresi spontan dan temporer.
Sebagian besar pasien penyakit Hodgkin tidak atau sedikit mengalami gejala
yang berkaitan dengan penyakitnya. Gejala terssering adalah demam ringan yang
mungkin disertai keringat malam. Untuk sebagian pasien, keringat malam mungkin
merupakan satu-satunya keluhan. Beberapa pasien mungkin mengalami demam naik
turun disertai banyak keringat malam (demam Pel-Epstein). Demam ini dapat
menetap selama beberapa minggu, diikuti oleh interval afebris. Demam dan keringat
malam lebih sering ditemukan pada pasien tua dan pada pasien dengan penyakit
stadium lanjut.
Gejala awal penting lainnya adalah penurunan berat badan lebih dari 10
persen dalam 6 bulan atau kurang tanpa sebab yang jelas. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah rasa lemah, malaise dan cepat lelah. Pruritus terdapat pada sekitar
10 persen pasien pada saat diagnosis, gejala ini biasanya generalisata dan mungkin
berkaitan dengan ruam kulit atau walaupun jarang merupakan satu-satunya gejala
penyakit.
5
Kelainan mediastinum, paru, pleura atau perikardium mungkin disertai batuk,
nyeri dada, sesak napas atau osteoartropi hipertrofik, keterlibatan tulang mungkin
disertai nyeri tulang. Kadang-kadang pasien datang dengan gejala sumbatan vena
kava superior sebagai gejala awal. Kompresi mendadak korda spinalis dapat
merupakan gejala awal tetapi biasanya merupakan penyulit penyakit progresif
stadium lanjut. Nyeri kepala atau gangguan penglihatan dapat ditemukan pada pasien
dengan penyakit Hodgkin intrakranium dan keterlibatan abdomen menimbulkan nyeri
abdomen, gangguan usus dan bahkan asites.1
STADIUM PENYAKIT.
Pada penyakit ini dibedakan 2 macam staging :
• Clinical staging
Staging dilakukan secara klinis saja tentang ada tidaknya kelainan organ tubuh.
• Pathological staging.
Penentuan stadium juga didukung dengan adanya kelainan histopatologis pada
jaringan yang abnormal. Pathological staging ini dinyatakan pula pada hasil biopsi