BAB I PENDAHULUAN Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terbagi dua yaitu ileus obstruksi dan ileus paralitik. Ileus obstruksi merupakan kegawatdarurataan abdomen dan merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen diluar appendisitis akut. Ileus obstruksi adalah hilangnya atau adanya gangguan pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Obstruksi usus dapat disebabkan karena adanya lesi pada bagian dinding usus, diluar usus, maupun di lumen usus. Obstruksi usus dapat bersifat akut maupun kronis, parsial maupun total. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering adalah karsinoma, terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Sebagian besar obstruksi mengenai usus halus. Obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi atau sumbatan di dalam lumen usus. 75% dari kasus obstruksi usus halus disebabkan oleh adhesi intraabdominal pasca operasi. Penyebab tersering lainnya adalah hernia inkarserata dan penyakit Chron.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembadahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. (1,2,3) 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang
segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terbagi dua yaitu ileus obstruksi dan
ileus paralitik. Ileus obstruksi merupakan kegawatdarurataan abdomen dan merupakan 60-
70% dari seluruh kasus akut abdomen diluar appendisitis akut.
Ileus obstruksi adalah hilangnya atau adanya gangguan pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik. Obstruksi usus dapat disebabkan karena adanya lesi pada
bagian dinding usus, diluar usus, maupun di lumen usus. Obstruksi usus dapat bersifat akut
maupun kronis, parsial maupun total. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering adalah
karsinoma, terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Sebagian besar obstruksi
mengenai usus halus. Obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi
atau sumbatan di dalam lumen usus. 75% dari kasus obstruksi usus halus disebabkan oleh
adhesi intraabdominal pasca operasi. Penyebab tersering lainnya adalah hernia inkarserata
dan penyakit Chron.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan
diagnosis dini dan tindakan pembadahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.(1,2,3)
1
BAB II
LAPORAN KASUS
STATUS ILMU PENYAKIT BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
LONG CASE
Nama Mahasiswa : Nikita Rizky Arimami
NIM : 030.08.180
Dokter Pembimbing : dr. Harinto Sp.B
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : An.M Jenis kelamin :Laki-laki
Umur : 10 Tahun Suku bangsa : Betawi
Status perkawinan : Belum Menikah Agama :Islam
Pekerjaan : Pelajar SD Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Kalibata Tengah Rt 03/05 Tanggal masuk RS : 25/04/13
II. ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis dengan ayah pasien pada tanggal 27 April 2013, jam
12.00.
Keluhan utama
Tidak bisa buang air besar dan buang angin sejak 5 hari SMRS
Keluhan tambahan
Nyeri perut , mual, muntah
2
Riwayat penyakit sekarang
6 hari SMRS pasien mengeluh tidak biasa buang air besar dan nyeri perut.
Nyeri perut melilit dan dirasakan disemua bagian perut. Orang tua pasien
membawa pasien ke Puskesmas, diberi obat sirup dan obat tablet (orangtua
pasien lupa nama obat). Setelah minum obat pasien bisa BAB, BAB keras,
warna kecoklatan, tidak ada lendir atau darah. Demam dan riwayat diare
sebelumnya disangkal
5 hari SMRS pasien mengeluh perutnya sakit lagi, kali ini pasien tidak bisa
BAB lagi, dan tidak bisa buang angin. Pasien mengeluh perutnya sakit,
terasa mual dan muntah setiap kali makan. Muntah berisi makanan yang
dimakan, namu kemudian menjadi hanya cairan kekuningan saja
2 hari SMRS, OS masih belum bisa BAB , tidak mau makan karena
perutnya sakit dan terasa mual. OS diantar ke IGD RSUD Budhi Asih oleh
orang tua pasien, diberi obat mikrolax dan obat mual . OS diminta kontrol
ke poli anak RSUD Budhi Asih.
1 hari SMRS OS datang ke poli anak RSUD Budhi Asih . OS tidak bisa
BAB, tidak bisa buang angin,muntah-muntahsetiap kali makan dan
perutnya terasa sangat sakit, kemudian OS disarankan untuk dirawat.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat menderita keluhan yang sama disangkal
Riwayat diare dan minum obat antidiare sebelumnya disangkal
Riwayat cacingan dan keluar cacing dari anus disangkal
Riwayat sulit BAB disangkal
Riwayat usus buntu dan operasi pada daerah perut disangkal
Riwayat terdapat benjolan pada pusar, lipat paha, dan kantung buah zakar
disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan sama seperti pasien.
Riwayat Persalinan dan Kehamilan
3
Anak laki - laki dari ibu G1P0A0, hamil 39 minggu, lahir spontan ditolong oleh bidan. Bayi langsung
menangis saat lahir. Berat badan lahir 3500 gram, panjang badan lahir 49 cm, lingkar dada dan lingkar
kepala ibu lupa.
Kesan: neonatus aterm, sesuai masa kehamilan, vigorous baby.
Riwayat Pemeliharaan Prenatal
Ibu rutin memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan terdekat. Pemeriksaan dilakukan sejak
ibu mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan 7 bulan, 1 kali setiap bulan. Saat memasuki usia
kehamilan 8 bulan, pemeriksaan dilakukan 2 kali setiap bulan hingga lahir. Selama ibu hamil, ibu
mendapat suntikan TT 2 kali. Selama hamil, ibu tidak pernah menderita penyakit. Riwayat
perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma disangkal. Obat – obatan yang diminum selama
masa kehamilan adalah vitamin dan obat penambah darah.
Kesan: riwayat pemeliharaan prenatal baik
Riwayat Pemeliharaan Postnatal
Pemeliharaan postnatal dilakukan di Posyandu dan anak dalam keadaan sehat.
Kesan: riwayat pemeliharaan postnatal baik
Riwayat Makan dan Minum Anak
ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.
Mulai usia 6 bulan, anak diberi ASI dan bubur susu
Mulai usia 8 bulan, anak diberi tim saring dan buah (pisang).
Mulai usia 1 tahun sampai sekarang, anak diberikan makananpadat seperti anggota keluarga yang lain.
Kesan: kualitas dan kuantitas makanan baik
Riwayat Imunisasi
BCG : 1x (usia 1 bulan), scar (+) di lengan kanan atas
Hep B : 4x (diberikan saat pasien usia 0, 2, 4, 6 bulan)
Polio : 4x (diberikan saat pasien usia 0, 2, 4, 6 bulan)
DPT : 3x (diberikan saat pasien usia 2, 4, 6 bulan)
Campak : pernah, 1x, usia 9 bulan
4
Riwayat imunisasi tambahan: tidak pernah dilakukan
Kesan: anak telah mendapat imunisasi dasar lengkap sesuai dengan usia anak.
Riwayat pengobatan
Pasien berobat ke Puskesmas 6 hari SMRS, diberi obat sirup dan tablet. Tetapi keluhan tidak
membaik. Kemudian pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih, diberi obat mikrolax dan obat
mual, tetapi keluhan belum membaik. Pasien datang ke poli anak RSUD Budhi Asih dan
disarankan untuk dirawat.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan Rp. 3.500.000,- per bulan. Ibu
pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Menanggung 2 orang anak. Biaya pengobatan ditanggung
KJS.
Kesan: keadaan sosial ekonomi kurang.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kesan gizi : Gizi cukup
Tanda vital
Tekanan darah : 90/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,4°C
Frekuensi napas : 28x/menit
Status generalis
Kepala : Normocephali, rambut warna hitam , distribusi merata
Tampak luka tertutup perban kering, rembesan (-), nyeri (+)
12
A : Post op Laparotomi H+1
P : Infus D5:NaCl 2:1 /24 jam
Injeksi Fosmycin 2 x 1 gr
Injeksi Metronidazol 2x500 mg
Injeksi Tradoksic 2x50 mg
Injeksi Neurobion 2x ½ ampul
Injeksi Alinamin f 2x1/2 ampul
Puasa
28 April 2013 (Ruang Perwatan VI Timur)
S : Nyeri luka operasi, BAB (+), buang angin (+)
O : TD: 90/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,7 ºC
BU + 1x/menit
Tampak luka tertutup perban kering, rembesan (-), nyeri (+)
A : Post op Laparotomi H+2
P : Infus D5:NaCl 2:1 /24 jam
Injeksi Fosmycin 2 x 1 gr
Injeksi Metronidazol 2x500 mg
Injeksi Tradoksic 2x50 mg
Injeksi Neurobion 2x ½ ampul
13
Injeksi Alinamin f 2x1/2 ampul
Puasa
29 April 2013 (Ruang Perawatan VI Timur)
S : Nyeri luka operasi, BAB (+), buang angin (+)
O : TD: 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,4 ºC
BU + 2x/menit
Tampak luka tertutup perban kering, rembesan (-), nyeri (+)
A : Post op Laparotomi H+3
P : Infus KaEn Mg3 + Kcl 10 Meq 46 cc/jam
Injeksi Fosmycin 2 x 1 gr
Injeksi Metronidazol 2x500 mg
Injeksi vit K 2x ½ ampul
Injeksi transamin 2x ½ ampul
Injeksi Dycinone 2x ½ ampul
Injeksi Adona 2x ½ ampul
Injeksi Ranitidin 2x 25 mg
Propiretik supp 2x 240 mg
Diet Ensure via NGT
30 April 2013 (Ruang Perawatan VI Timur)
14
S : Nyeri luka operasi, BAB (+), buang angin (+), batuk
O : TD: 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 30 x/menit
S : 36,4 ºC
BU + 2x/menit
Tampak luka tertutup perban kering, rembesan (-), nyeri (+)
A : Post op Laparotomi H+4
P : Infus KaEn Mg3 + Kcl 10 Meq 46 cc/jam
Injeksi Fosmycin 2 x 1 gr
Injeksi Metronidazol 2x500 mg
Injeksi vit K 2x ½ ampul
Injeksi transamin 2x ½ ampul
Injeksi Dycinone 2x ½ ampul
Injeksi Adona 2x ½ ampul
Injeksi Ranitidin 2x 25 mg
Propiretik supp 2x 240 mg
Aff NGT
Diet ML
1 Mei 2013 (Ruang Perawatan VI Timur)
S : Nyeri luka operasi, BAB (+), buang angin (+), batuk
O : TD: 110/70 mmHg
15
N : 120 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36 ºC
BU + 2x/menit
Tampak luka tertutup perban kering, rembesan (-), nyeri (+)
A : Post op Laparotomi H+ 5
P : Infus KaEn Mg3 + Kcl 10 Meq 46 cc/jam
Injeksi Fosmycin 2 x 1 gr
Injeksi Metronidazol 2x500 mg
Injeksi Ranitidin 2x 25 mg
Propiretik supp 2x 240 mg
Boleh Pulang (Bedah)
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
16
BAB III
ANALISIS KASUS
1. Dari anamnesis
Keluhan Utama : Tidak bisa BAB dan buang angin sejak 5 hari SMRS Gejala ini
merupakan manifestasi dari obstruksi. Hasil – hasil pencernaan dan gas-gas yang tertelan
tidak dapat disalurkan ke bagian distal usus dan rectum.
Keluhan tambahan : Nyeri perut, mual, muntah akibat dari usaha peristaltic usus untuk
melewati sumbatan. Muntah merupakan manifestasi dari obstruksi usus halus, makanan yang
dimakan tidak dapat di cerna, isi muntahan berupa cairan kekuningan yang juga merupakan
tanda dari obstruksi usus halus
Riwayat Penyakit Sekarang :
Tidak bisa BAB, setelah diberi obat dari puskesmas BAB satu kali
menunjukkan gejala obstipasi karena obstruksi, namun baru sebagian (parsial)
karena masih bisa BAB
Tidak bisa BAB dan buang angin sudah menunjukkan gejala obstruksi total
Muntah-muntah cairan berwarna kuning menunjukkan gejala obstruksi dari
usus halus
Nyeri perut akibat dari usaha peristaltik usus untuk melewati sumbatan
2. Dari pemeriksaan fisik :
Tanda vital :
Tekanan darah : 90/70 mmHg
HR : 88x/menit
Suhu : 36,4°C Afebris, menunjukkan tidak ada tanda perforasi
Frekuensi napas : 28x/menit
Nadi : Isi dan tegangan cukup
Status internus ditemukan:
17
Mulut : bibir kering (+)menunjukkan tanda kekurangan cairan akibat muntah-
muntah
Status lokalis ditemukan:
Status Lokalis Regio Abdomen
Inspeksi : Cembung perut cembung karena gas dan sisa makanan pada usus
tidak dapat dikeluarkan
tidak ada bekas luka operasi menyingkirkan diagnosis banding
ileus obstruktif et causa adhesi post operatif
Auskultasi : BU (+) , metallic sound (+) menunjukkan gejala ileus obstruktif,
menyingkirkan diagnosis banding ileus paralitik
Palpasi : - Distended karena gas dan sisa makanan tidak dapat dikeluarkan
- nyeri tekan (+) terutama supraumbilikus, nyeri tekan epigastrium (+)
menunjukkan obstruksi berada di usus halus
Perkusi : hipertimpani, nyeri ketuk (+)karena banyak udara di dalam
abdomen dan nyeri kolik menyebabkan nyeri saat perkusi
Pemeriksaan Rectal Toucher ditemukan:
Spincther ani tonus baik, feses (-), darah (-), lendir (-), massa (-), nyeri arah jam 7
tidak ditemukan feses berarti obstruksi letak tinggi (ileum), tidak ada massa pada
rectum, nyeri menunjukkan belum dapat disingkirkan diagnosis appendicitis
3. Dari pemeriksaan penunjang di dapatkan :
Leukositosis menunjukkan tanda-tanda infeksi
Anemia bisa disebabkan karena OS tidak dapat makan, sehingga asupan
nutrisi kuran dan terjadi anemia.
Hipoalbuminemia karena tidak ada asupan protein dan terdapat albumin
dalam urin (+1)
Hitung jenis, shift to the left menunjukan keadaan patologis akut
Warna urin kuning tua, agak keruh karena pasien kurang minum (puasa)
Ketonuria hasil lipolisis karena tidak ada makanan yang dicerna
18
Albuminuria gangguan sementara pada sirkulasi ginjal (pasien puasa dan
kehilangan cairan lewat muntah)
4. Dari pemeriksaan Foto Abdomen 3 Posisi didapatkan:
Gambaran obstruksi tanpa tanda perforasi
DIAGNOSA KERJA
Ileus Obstruktif Total
DIAGNOSA BANDING
Ileus Obstruktif Total
o Et causa fekalit tidak ditemukan fekalit pada pemeriksaan
rectal toucher sehingga dapat disingkirkan
o Et causa adhesi
o Et causa bolus Ascaris riwayat cacingan atau keluar cacind
dari anus disangkal, hasil laboratorium tidak ditemukan
peningkatan eosinofil
o Et causa hernia inkarserata pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya benjolan, sehingga dapat disingkirkan
o Et causa massapada pemeriksaan rectal toucher tidak teraba
adanya massa, namun perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
seperti foto BNO dengan kontras atau USG abdomen untuk
menyingkirkan kemungkinan massa
Ileus Paralitik pada pemeriksaan fisik masih didapatkan bising usus,
dan oemeriksaan elektrolit darah normal, pada foto BNO 3 posisi
didapatkan gambaran obstruksi
Appendicitis akut belum dapat disingkirkan karena pada pemeriksaan
fisik nyeri perut samar karena nyeri terdapat di seluruh kuadran abdomen,
belum dapat dilakukan appendicogram
Gastroenteritis Akut karena terdapat mual dan muntah-muntah, tetapi
dapat disingkirkan karena mual dan muntah diakibatkan oleh obstruksi
usus halus.
DIAGNOSIS POST OPERATIF
19
1. Ileus Obstruksi et causa Ductus Omphaloentericus Persisten Meradang
2. Appendicitis Akut
PENATALAKSANAAN
KONSERVATIF
IVFD KaEn Mg 3 2cc/kgbb/jam
IVFD Aminofusin Paed 500cc/24 jam
Injeksi Ceftriakson 2 x 1 gr
Injeksi Metronidazol 2x 500 mg
Injeksi Tradoksic 2x 50 mg
Injeksi Alinamin F 2x ½ ampul
Injeksi Neurobion 2x ½ ampul
Pasien dipuasakan
Pasang NGT
Pasang DC
OPERATIF Laparotomi eksplorasi
Karena terapi konservatif tidak berhasil, maka dilakukan operasi laparotomi
eksplorasi cito untuk menentukan diagnosis dan terapi pada pasien.
Hasil operasi ditemukan ductus omphaloentericus persisten yang meradang sehingga
mengakibatkan onstruksi pada ileum dan mengakibatkan peradangan pada appendix.
PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam dengan tatalaksana yang sudah dilakukan menghindari
bahaya kematian
Ad fungsionam : Bonam tidak ada gangguan fungsi, fungsi kembali seperti
semula
Ad sanationam : Dubia ad bonam dapat berulang jika gaya hidup pasien tidak
sehat; kurang makan makanan berserat, jika terjadi adhesi post
operasi
20
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
ILEUS OBSTRUKSI
Definisi
Ileus obstruksi merupakan gangguan mekanik baik parsial maupun total dari
pasase isi usus. Ileus obstuktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal ini menyebabkan pasase lumen usus
tergangggu.(8)
Ileus obstruksi disebut juga obstruksi lumen usus, disebut demikian apabila
disebabkan oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Pada
obstruksi harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dari obstruksi strangulasi. Obstruksi
sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah. Pada
strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan
berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat, yang
disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan
kombinasi gejala obstruksi dengan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis.
Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan volvulus mungkin
sekali disertai strangulasi. Sedangkan obstruksi oleh tumor atau obstruksi oleh cacing
askaris adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi. (9)
Epidemiologi
Ileus obstruksi merupakan kelainan bedah yang paling sering ditemui pada
usus halus. Adhesi intraabdominal pasca operasi merupakan etiologi yang paling sering
yaitu 75% dari seluruh kasus. Etiologi yang sering lainnya adalah hernia dan penyakit
Crohn. Pada kolon, kanker merupakan penyebab tersering darri ileus obstruksi.
Penyebab lainnya meliputi menyempitnya lumen usus karena diverkulitis atau penyakit
infeksi usus.(3,10)
Di Indonesia, perlekatan usus merupakan penyebab yang menempati ururtan
pertama saat ini. Maingot melaporkan bahwa sekitar 70% penyebab dari ileus adalah
21
perlekatan. Survey Ileus Obstruksi RSUD dr Soetomo tahun 2001 mendapatkan 50%
dari penyebabnya adalah perlekatan usus, kemudian diikuti hernia 33,3%, keganasan
15%, volvulus 1,7%.
Klasifikasi
1. Secara umum(9)
- Ileus obstruksi sederhana : obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh
darah
- Ileus obstruksi strangulata: ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi
iskemia yang akan menyebabkan nekrosis atau gangren.
2. Berdasarkan letak obstruksi
Letak tinggi : duodenum – jejenum
Letak tengah : ileum terminal
Letak rendah : colon sigmoid – rektum
Gambar 3.1. Klasifikasi ileus berdasarkan letak obstruksi
3. Berdasarkan stadium
Parsial : menyumbat sebagian lumen usus. Sebagian sisa makanan dan udara
masih dapat melewati tempat obstruksi.
Komplit : menyumbat total lumen usus.
22
Strangulasi : sumbatan kecil tapi dengan jepitan pembuluh darah.
Etiologi
Penyebab ileus obstruksi secara umum dapat dibagi menjadi tiga mekanisme,
yaitu blokade intralumen,intramural atau lesi instrinsik dari dinding usus, kompresi
lumen atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik dari usus (Thompson 2005). Lesi intraluminal
seperti fekalit, batu empedu, lesi intramural misalnya malignansi atau inflamasi, lesi
ektralumisal misalnya adhesi, hernia, volulus atau intususepsi.(3)
Ileus obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh:
1. Adhesi
Adhesi umumnya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis lokal
atau umum, atau pascaoperasi. Adhesi dapat berupa perlengketan dalam bentuk
tunggal maupun multipel, dan dapat setempat maupun luas.Sering juga ditemukan
adhesi yang bentuknya pita. Pada operasi, perlengketan dilepaskan, dan pita dipotong
agar pasase usus pulih kembali. Ileus akibat adhesi umumnya tiak disertai strangulasi.(9)
2. Hernia inkarserata
Hernia disebut hernia inkarserata bila isinya terjepit cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, sehingga terjadi
gangguan pasase atau gangguan vaskularisasi. Hernia merupakan penyebab kedua
terbanyak setelah adhesi dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak
mempunyai riwayat operasi abdomen. (9)
3. Askariasis
Obstruksi usus oleh cacing askaris paling sering ditemukan pada anak karena
higiene kurang sehingga infestasi cacing terjadi berulang. Obstruksi umunya
disebabkan oleh gumpalan padat yang terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor
cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.
23
Diagnosis obstruksi cacing didukung oleh riwayat pemberian obat cacing atau
pencahar, demam, serangan kolik, muntah, dan cacing keluar dari mulut atau anus. (9)
4. Invaginasi
Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada
dewasa muda. Invaginasi adalah masukya bagian usus proksimal (intussuseptum)
kedalam bagian yang lebih distal dari usus (intussupien). Invaginasi umumnya berupa
intususepsi ileosekal yang masuk dan naik ke kolon asenden serta mungkin keluar
dari rektum. Invaginasi dapat mengakibatkan obstruksi ataupun nekrosis iskemik pada
bagian usus yang masuk dengan kompikasi perforasi dan peritonitis. (9)
5. Volvulus
Volvulus merupakan proses memutarnya usus sehingga menyebabkan
obstruksi usus dan gangguan vaskularisasi. Volvulus jarang terjadi di usus halus.
Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum. (9)
6. Kelainan congenital
Dapat berupa stenosis atau atresia. Kelaianan bawaan ni akan menyebabkan
obstruksi setelah bayi mulai menyusui. (9)
7. Radang kronik
Morbus Chron dapat menyebabkan obstruksi karena udem, hipertrofi, dan
fibrosis yang biasanya terjadi pada penyakit kronik ini. (9)
8. Tumor
Lebih dari separuh tumor jinak ditemukan di ileum, sisanya di duodenum dan
yeyenum. Tumor jinak usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali
jika menimbulkan invaginasi (penyebab tidak langsung) atau karena tumornya sendiri
(penyebab langsung).
24
Separuh kasus tumor ganas terdapat di ileum. Keluhannya samar, seperti
penurunan berat badan dan sakit perut. Sama halnya dengan tumor jinak usus halus,
tumor ganas juga jarang menyebabkan obstruksi. (9)
9. Batu empedu yang masuk ke ileus
Inflamasi yang berat dari kantung empedu menyebabkan fistul dari saluran
empedu ke duodenum yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada
ileum terminal atau katup ileosekal yang menyebabkan obstruksi. (9)
Ileus obstruksi pada kolon disebabkan 60% oleh malignansi, 20% oleh divertikulosis dan 5%
oleh volvulus sigmoid. (11)
1. Karsinoma kolon
Obstruksi kolon yang akut dan mendadak kadang-kadang disebabkan oleh
karsinoma. Sekitar 70-75% kasinoma kolon dan rektum terletak pada rektum dan
sigmoid. Karsinoma colon merupakan penyebab angka kematian yang tertinggi dari
pada bentuk kanker yang lain. Faktor predisposisi yang dikenal adalah poliposis
multiple, biasanya terdapat tanda-tanda yang mendahului antara lain penyimpangan
buang kotoran, keluarnya darah perektal dan colon akan mengalami distensi hebat
dalam waktu yang cepat. (9)
2. Volvulus
Volvulus terajadi akibar memutarnya usus (biasanya pada sekum ata sigmoid)
pada mesokolonnya sehingga menyebabkan obstruksi lumen dan gangguan sirkulasi
vena maupun arteri.
Volvulus sigmoid ditemukan jauh lebih banyak daripada volvulus sekum,
yaitu sekitar 90%.Kelainan ini terutama ditemukan pada orang yang lebih tua, orang
dengan riwayat kronik konstipasi. Volvulus sigmoid sering mengalami strangulasi
bila tidak dilakukan dekompresi.(9)
Volvulus sekum terjadi karena kelainan bawaan kolon kanan yang tidak
terletak retroperitoneal, jadi terdapat mesenterium yang panjang dan sekum yang yang
25
mobile karena tidak terfiksasi. Kelainan ini biasanya menyerang pada usia 60 tahunan.
Volvulus sigmoid terjadi karena mesenterium yang panjang dengan basis yang
sempit.( 9,11)
3. Divertikel
Divertikel kolon paling sering ditemui di sigmoid. Divertikel kolon adalah
divertikel palsu karena terdiri atas mukosa yang menonjol melalui lapisan otot seperti
hernia kecil. Komplikasi dapat berupa perforaasi, abses terbuka, fistel, obstruksi
parsial, dan perdarahan.
4. Intususepsi/invaginasi
Merupakan suatu keadaan masuknya suatu segmen proksimal usus ke segmen
bagian distal yang akhirnya terjadi obstruksi usus strangulasi. Invaginasi diduga oleh
karena perubahan dinding usus khususnya ileum yang disebabkan oleh hiperplasia
jaringan lymphoid submukosa ileum terminal akibat peradangan, dengan abdominal
kolik.
Intususepsi sering terjadi pada anak anak. Namun, sekitar 5-15% dari kasus
intususepsi di belahan bumi bagian Barat terjadi di orang dewasa, yang mana dua per
tiga kasusnya disebabkan oleh tumor atau polip di usus halus(9,11).
5. Penyakit Hirschsprung
Penyakit Hirschprung atau yang disebut juga megacolon dapat digambarkan
sebagai suatu usus besar yang dilatasi, membesar dan hipertrofi yang berjalan kronik.
Penyakit ini dapat kongenital ataupun didapat dan biasanya berhubungan dengan ileus
obstruksi. (12)
Penyebab kongenital dari penyakit ini diakibatkan dari kegagalan migrasi dari
neural crest ke kolon bagian distal. Sedangkan megakolon yang didapat merupakan
hasil dari adanya infeksi ataupun konstipasi kronis. Infeksi Trypanosoma cruzi
menyerang sel ganglion dan menyebabkan megakolon. (12)
26
Patofisiologi
Patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi itu disebabkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.
Perbedaan utama terletak pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat sejak
awal, sedangkan pada obstruksi mekanik, awalnya peristaltik diperkuat, kemudian
intermitten, dan akhirnya menghilang.(1)
Pada ileus obstruksi usus halus terjadi dilatasi pada usus proksimal secara
progresif akibat akumulasi dari sekresi pencernaan dan udara yang tertelan (70% dari
udara yang tertelan) dalam lumen. Dilatasi dari usus halus menstimulasi aktivitas sel
sekretori, yang berakibat bertambahnya akumulasi cairan. Hal ini mengakibatkan
peristaltik meningkat pada bagian atas dan bawah dari obstruksi, dengan buang air
besar yang jarang dan flatus pada awal perjalanan. (13)
Distensi berat pada dinding usus akan mengurangi pengaliran air dan natrium
dari lumen usus ke darah. Sekitar 8 liter cairan disekresi ke dalam saluran cerna setiap
hari, sehingga tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen
dengan cepat. Hal ini akan mengompresi saluran limfe mukosa dan menyebabkan
limfedema pada dinding usus. Dengan meningkatnya tekanan hidrostatik intraluminal,
meningkatnya tekanan hidrostatik pada capiler akan menyebabkan cairan yang
banyak, elektrolit dan protein ke dalam lumen usus. Kehilangan cairan dan dehidrasi
27
Causes of Intestinal ObstructionLocation Cause
Colon Tumors (usually in left colon), diverticulitis (usually in sigmoid), volvulus of sigmoid or cecum, fecal impaction, Hirschsprung's disease, Crohn's disease
Duodenum
Adults Cancer of the duodenum or head of pancreas, ulcer disease
10. Anonim. Bowel Obstruction. 2011. Available at : http://www.webmd.com/digestive-
disorders/tc/bowel-obstruction-topic-overview. Accesed September 29, 2012
11. Hopkins Christy. Large Bowel Obstruction. 2011. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/774045-treatment#showall. Accesed September
29, 2012
12. Bullard Kelli, Rothenberger David. Colon, Rectum, and Anus. In : Charles F
Brunicardi. Schwartz’s Manual of Surgery. Ed 8. USA : McGraw-Hill. 2006. P 770
13. Nobie Brian. Small Bowel Obstruction. 2011. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview#showall. Accesed September
29, 2012
14. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih
Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993; 239 – 42
15. Hodin Richard, Matthews Jeffrey. Small Intestine. Dalam : Norton Jeffey, Bolinger
Randal, Chang Alfred, Lowry Stephen, et all. Surgery Basic Science and Clinical
Evidence. New Yoek : Springer. 2000. P 617-26
16. Kahn E, Daum F. Anatomy, histology, embryology, and developmental anomalies of the small and large intestine. In: Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ, eds. Sleisenger & Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease. 9th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2010:chap 96