BAB I STATUS PASIEN Identitas : o Nama : Ny. A o Jenis kelamin : Perempuan o Usia : 46 tahun o Alamat : Cianjur o Masuk RS : 9 Januari 2012 o No. RM : A141509 Anamnesis : o Keluhan Utama : Luka di kaki kanan disertai nanah sejak 2 minggu SMRS o Riwayat Penyakit Sekarang : Luka di kaki kanan disertai nanah sejak 2 minggu SMRS. Keluhan luka disertai dengan bengkak dan nyeri. Luka awalnya muncul di awali dengan bengkak tanpa disertai nanah sejak 3 bulan SMRS. Nanah baru muncul sejak 2 minggu SMRS. Pasien mengatakan bahwa tidak sadar saat tertusuk luka. Bengkak lama-kelamaan menjadi bertambah besar dan timbul rasa nyeri. Keluhan bengkak tidak disertai demam. Keluhan juga disertai dengan mual,dan muntah serta nyeri ulu hati. Pasien juga merasa lemas. Buang air besar normal. Buang air kecil normal. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
STATUS PASIEN
Identitas :
o Nama : Ny. A
o Jenis kelamin : Perempuan
o Usia : 46 tahun
o Alamat : Cianjur
o Masuk RS : 9 Januari 2012
o No. RM : A141509
Anamnesis :
o Keluhan Utama :
Luka di kaki kanan disertai nanah sejak 2 minggu SMRS
o Riwayat Penyakit Sekarang :
Luka di kaki kanan disertai nanah sejak 2 minggu SMRS. Keluhan luka
disertai dengan bengkak dan nyeri. Luka awalnya muncul di awali dengan bengkak
tanpa disertai nanah sejak 3 bulan SMRS. Nanah baru muncul sejak 2 minggu SMRS.
Pasien mengatakan bahwa tidak sadar saat tertusuk luka. Bengkak lama-kelamaan
menjadi bertambah besar dan timbul rasa nyeri. Keluhan bengkak tidak disertai
demam. Keluhan juga disertai dengan mual,dan muntah serta nyeri ulu hati. Pasien
juga merasa lemas. Buang air besar normal. Buang air kecil normal.
3 tahun SMRS, pasien sering merasa ba’al pada kaki kanannya. Pasien di
diagnosa DM oleh dokter puskesmas 3 tahun yg lalu dengan GD awal yaitu 345 gr/dl.
Saat di diagnosa DM, pasien diberikan metformin 3 x 1 tetapi pasien tidak berobat
teratur. Pasien minum obat jika keluhan timbul.
o Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini. DM (+) 3 thn terakhir, Hipertensi
disangkal, kolesterol disangkal, Asam urat disangkal
1
o Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini, DM disangkal
o Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah berobat sebelumnya utk mengobati luka ini
o Riwayat Psikososial
Pasien sering menggunakan alas kaki jika pergi keluar rumah. Merokok disangkal,
alkohol disangkal
o Riwayat Alergi :
Riwayat Alergi obat maupun makanan disangkal oleh orang tua OS.
(hasil reduksi glukosa oleh enzim yang banyak tertimbun pada sel tubuh penderita DM),
fruktosa, kurangnya kontrol gula darah, dan penurunan mioinositol dan Na+/K+ATP
menyebabkan demielinasi artrofi akson; autoimum lewat anti gangliosid dan anti GAD
menyebabkan neuropati, gangguan vascular karena menutupnya vasa vasorum, trauma
memberi hipoksia endoneurial yang selanjutnya menyebabkan demielinisasi segmental.
7
Adapun faktor lain seperti kelainan agregasi trombosit, kelainan etiologi sel darah merah
dan hematologic.
Perubahan yang terjadi pada kaki DM
Patogenesis Angiopati
Penderita dengan kencing manis akan mengalami perubahan vaskuler berupa
arteriosklerosis. Patologi tersebut disebabkan oleh karena gangguan metabolisme
karbohidrat dalam pembuluh darah, peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol. Hal
tersebut akan diperberat dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol.
Lesi vaskuler berupa penebalan pada membran basal pembuluh darah kapiler
yang diakibatkan karena disposisi yang berlebihan mukoprotein dan kolagen. Pembuluh
darah arteri yang paling sering terkena adalah arteri tibialis dan poplitea. Adanya
trombus, emboli maupun tromboemboli menyebabkan penyempitan lumen pembuluh
darah. Selanjutnya oklusi dapat menjadi total dan jika perfusi darah dari aliran kolateral
tidak mencukupi kebutuhan maka terjadi iskemia. Iskemia yang ringan menimbulkan
gejala claudicatio intermitten dan yang paling berat dapat mengakibatkan gangren.
Kelainan vaskuler yang berukuran kecil seperti arteriol dan kapiler, menyebabkan
ketidakcukupan oksigen dan nutrisi yang terbatas pada jari atau sebagian kecil kulit.
Kemudian, bagian yang iskemi tersebut mengalami ulserasi, infeksi ataupun gangren.
Sebaliknya, jika pembuluh nadi atau arteri yang mengalami gangguan berukuran lebih
besar maka gangguan oksigenasi jaringan akan lebih luas. Adanya trombus yang
menyumbat lumen arteri akan menimbulkan gangren yang luas bila mengenai pembuluh
darah yang sedang atau besar. Faktor lingkungan, terutama adalah trauma akut maupun
kronis (akibat tekanan sepatu, benda tajam dan gangguan vaskuler perifer baik akibat
makrovaskuler (aterosklerosis) maupun karena gangguan yang bersifat mikrovaskuler
menyebabkan terjadinya iskemia kaki dan sebagainya) merupakan faktor yang memulai
terjadinya ulkus.
Patogenesis Infeksi
8
Pada prinsipnya penderita diabetes melitus lebih rentan terhadap infeksi daripada
orang sehat. Keadaan infeksi sering ditemukan sudah dalam kondisi serius karena gejala
klinis yang tidak begitu dirasakan dan diperhatikan penderita.
Faktor-faktor yang merupakan risiko timbulnya infeksi yaitu:
a. Faktor imunologi
produksi antibodi menurun
peningkatan produksi steroid dari kelenjar adrenal
daya fagositosis granulosit menurun
b. faktor metabolik
hiperglikemia
benda keton mengakibatkan asam laktat menurun daya bakterisidnya
glikogen hepar dan kulit menurun
c. faktor angiopati diabetika
d. faktor neuropati
Beberapa bentuk infeksi kaki diabetik antara lain: infeksi pada ulkus telapak kaki,
selulitis atau flegmon non supuratif dorsum pedis dan abses dalam rongga telapak kaki.
Pada ulkus yang mengalami gangren atau ulkus gangrenosa ditemukan infeksi kuman
Gram positif, negatif dan anaerob.
Pada kaki diabetik yang disertai infeksi, berdasarkan letak serta penyebabnya dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Abses pada deep plantar space
2. Selulitis non supuratif dorsum pedis
3. Ulkus perforasi pada telapak kaki
9
Mekanisme terjadinya ulkus kaki diabetik
2.5. Gambaran klinis
Gambaran klinisnya dibedakan menjadi :
1. Neuropathic Foot yang terdiri dari: Ulkus neuropatik, Artropati neuropatik (Artropati
Charcot ), Edema neuropatik
a. Ulkus neuropatik
Neuropati perifer diabetik dapat memberikan small fibreneuropathy yang
berakibat gangguan somatik dan otonom. Manifestasinya berupa hilangnya sensasi
panas dan nyeri sebelum rabaan dan fibrasi terganggu. Juga saraf simpatik
mengalami denervasi yang mengganggu aliran darah disebabkan karena terjadi
aliran yang berlebih dengan arteriovenous shunting disekitar kapiler-serta dilatasi
arteri perifer. Aliran darah yang miskin makanan ini mengurangi efektivitas dari
perfusi jaringan yang memang sudah berkurang. Disamping ini neuropati merusak
serabut C saraf sensorik sehingga terjadi gangguan nosiseptor. Jadi ulkus pada kaki
diabetik ini akibat iskemia, sering terlihat adanya gambaran gas. Penyebabnya
dapat karena Clostridium , E coli, Streptococus anaerob, dan Bacteroides sp. Untuk
melakukan identifikasi kasus yang rentan ulkus, kini digunakan alat sederhana
untuk screening, yaitu TCD (Tactile Circumferential Discriminator) pada hallux
yang korelasinya dengan menggunakan filament dan ambang fibrasi yang cukup
tinggi. Dalam menilai ulkus perlu dipastikan dalam serta luasnya ulkus.
Secara klinis terlihat melebar pada kaki dan tungkai bawah pada sikap
berbaring. Kaki ada aliran lebih cepat dan vaskularitas lebih. Apabila ada ulkus
maka perlu diperhatikan kuman penyebab infeksinya. Kirim sample untuk biakan
bakteri.
10
b. Artrofi Neuropatik
Kerusakan serabut motorik, sensorik dan autonom memudahkan
terjadinya atropati Charcot. Keadaan ini diduga akibat disfungsi saraf otonom
yang berakibat terjadi perfusi yang abnormal pada tulang-tulang kaki, sehingga
terjadi fragmentasi tulang dan kolaps arkus. Atropati Charcot atau dengan
nama lain “Rocker-bottom foot” ini rentan terhadap kerusakan jaringan dan
ulserasi. Gangguan vaskuler perifer baik akibat makrovaskuler (aterosklerosis)
maupun karena gangguan yang bersifat mikrovaskular menyebabkan terjadinya
iskemia kaki. Keadaan tersebut di samping menjadi penyebab terjadinya ulkus
juga mempersulit proses penyembuhan ulkus kaki.
Deformitas kaki sering berakibat pada ulcerasi. Penderita diabetes
cenderung mempunyai jari bengkok yang menekan jari tersebut, yang
berhubungan dengan menipis dan menggesernya timbunan lemak bawah caput
metatarsal pertama. Akibatnya daerah ini rawan ulserasi dan infeksi. Bentuk
yang ekstrim dari deformitas kaki ini, yaitu kaki Charcot. Sebab terjadinya fraktur
dan reabsorbsi tulang pada kaki Charcot ini belum jelas, tetapi diduga akibat
neuropati otonom (akibat gagalnya tonus vaskular ini akan meningkatkan aliran
darah, pembentukan shunt arteriovenosa dan resorbsi tulang padahal penderita
diabetes densitas tulang rendah) dan neuropati perifer (hilang rasa, sehingga pasien
masih aktif berjalan dan sebagainya meskipun tulang fraktur). Akibatnya ada
fraktur, kolaps sendi, dan deformitaskaki. Awalnya kaki Charcot ini akut: panas,
merah, dengan nadi yang keras, dengan atau tanpa trauma (perlu di DD dengan
selulitis). Pada stadium 4 mudah sekali terjadi ulkus dan infeksi dan gangren yang
dapat berakibat amputasi
11
Lokasi-lokasi tempat terjadinya ulkus DM neuropati
c. Edema Neuropatik
Merupakan komplikasi terjarang dari kaki diabetik, dimana terdapat edema
(pitting) kaki dan tungkai bawah yang berhubungan dengan kerusakan saraf tepi
(kesampingkan dulu sebab kardial dan renal). Gangguan saraf simpatis berakibat
edema dan venous pooling yang abnormal, juga vasomotor refleks hilang pada
sikap berdiri.
2. Neuro ischemic foot
Gambaran tungkai ini gabungan antara kelainan arterosklerosis yang dipercepat
pada diabetes dan neuropathic foot. Keluhan klaudikasio intermitten, nyeri
tungkai waktu istirahat, dengan ulserasi dan gangren. Umumnya rest pain
diwaktu malam, dan berkurang pada sikap kaki yang tergantung. Untuk
membedakan dengan ulkus neuropatik, disini ulkusnya nyeri, satu nekrosis,
dilingkari pinggiran eritemateus dan tidak disertai callus. Predileksi di ibu jari,
tepi medial metatarsal I, atau tepilateral metatarsal V, serta tumit. Perlu
diperiksa pembuluh darah arteri, kalau perlu dengan arteriografi.
2.6. Klasifikasi ulkus diabetic
Klasifikasi ulkus diabetik berguna untuk menyamaratakan bahasa dalam deskripsi
dan kondisi ulkus, serta untuk kepentingan manajemen/ terapi. Ada beberapa sistem
klasifikasi untuk menilai gradasi lesi, salah satunya yang banyak digunakan adalah
klasifikasi ulkus DM berdasarkan University of Texas Classification System. Sistem
klasifikasi ini menilai lesi bukan hanya faktor dalamnya lesi, tetapi juga menilai ada
tidaknya faktor infeksi dan iskemia. (tabel 1).
12
Tabel 1 : Klasifikasi ulkus DM berdasarkan University of Texas Classification System
Berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi dan derajat gangren ,maka dibuat klasifikasi
derajat lesi pada kaki diabetik menurut Wagner.
Tingkat Karakteristik kakiDerajat 0 Tidak ada ulserasi, tetapi beresiko tinggi walaupun tidak ada ulserasi, untuk
menjadi kaki diabetik. Penderita dalam kelompok ini perlu mendapat perhatian khusus. Pengamatan berkala, perawatan kaki yang baik dan penyuluhan penting untuk mencegah ulserasi.
Derajat I Ulkus superfisial, tanpa infeksi disebut juga ulkus neuropatik, oleh karena itu lebih sering ditemukan pada daerah kaki yang banyak mengalami tekanan berat badan yaitu di daerah ibu jari kaki dan plantar. Sering terlihat adanya kallus.
Derajat II Ulkus dalam, disertai selulitis, tanpa abses atau kelainan tulang Adanya ulkus dalam, sering disertai infeksi tetapi tanpa adanya kelainan tulang.
Derajat III Ulkus dalam disertai kelainan kulit dan abses luas yang dalam.Derajat IV Gangren terbatas yaitu hanya pada ibu jari kaki, tumit Penyebab utama adalah
iskemi, oleh karena itu disebut juga ulkus iskemi yang terbatas pada daerah tertentu.
Derajat V Gangren seluruh kaki Biasanya oleh karena sumbatan arteri besar, tetapi juga ada kelainan neuropati dan infeksi.
Tabel 2. Klasifikasi Wagner untuk kaki diabetic
2.7. Diagnosis
13
Anamnesa
Penderita diabetes melitus mempunyai keluhan klasik yaitu poliuri, polidipsi dan
polifagi. Riwayat pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya ke dokter dan
laboratorium menunjang penegakkan diagnosis. Adanya riwayat keluarga yang sakit
seperti ini dapat ditemukan, dan memang penyakit ini cenderung herediter.
Anamnesis juga harus dilakukan meliputi aktivitas harian, sepatu yang
digunakan, pembentukan kalus, deformitas kaki, keluhan neuropati, nyeri tungkai saat
beraktivitas atau istirahat, durasi menderita DM, penyakit komorbid, kebiasaan
(merokok, alkohol), obat-obat yang sedang dikonsumsi, riwayat menderita
ulkus/amputasi sebelumnya.
Riwayat berobat yang tidak teratur mempengaruhi keadaan klinis dan prognosis
seorang pasien, sebab walaupun penanganan telah baik namun terapi diabetesnya tidak
teratur maka akan sia-sia. Keluhan nyeri pada kaki dirasakan tidak secara langsung
segera setelah trauma. Gangguan neuropati sensorik mengkaburkan gejala apabila luka
atau ulkusnya masih ringan. Setelah luka bertambah luas dan dalam, rasa nyeri mulai
dikeluhkan oleh penderita dan menyebabkan datang berobat ke dokter atau rumah sakit.
Banyak dari seluruh penderita diabetes melitus dengan komplikasi ulkus atau bentuk
infeksi lainnya, memeriksakan diri sudah dalam keadaan lanjut,sehingga
penatalaksanaannya lebih rumit dan prognosisnya lebih buruk ( contohnya amputasi atau
sepsis ).
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, seorang dokter akan menemukan ulkus ialah defek pada
kulit sebagian atau seluruh lapisannya ( superfisial atau profunda ) yang bersifat kronik,
terinfeksi dan dapat ditemukan nanah, jaringan nekrotik atau benda asing. Ulkus yang
dangkal mempunyai dasar luka dermis atau lemak /jaringan subkutis saja. Ulkus yang
profunda kedalamannya sampai otot bahkan tulang. Ulkus sering disertai hiperemi di
sekitarnya yang menunjukkan proses radang.
Abses adalah kumpulan pus atau nanah dalam rongga yang sebelumnya tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik tampak kulit bengkak, teraba kistik dan fluktuatif. Abses yang
letaknya sangat dalam secara fisik sulit untuk didiagnosis, kecuali nanah telah mencari
jalan keluar dari sumbernya.
14
Flegmon atau selulitis mempunyai ciri klinis berupa udem kemerahan, non
pitting edema, teraba lebih hangat dari kulit sekitar, tak ada fluktuasi dan nyeri tekan.
Hal ini menandakan proses infeksi/radang telah mencapai jaringan lunak atau soft tissue.
Gangren merupakan jaringan yang mati karena tidak adanya perfusi darah. Klinis
tampak warna hitam, bisa disertai cairan kecoklatan, bau busuk dan teraba dingin. Jika
terdapat krepitasi di bawah kulit maka disebut dengan gas gangren.
Melakukan penilaian ulkus kaki merupakan hal yang sangat penting karena
berkaitan dengan keputusan dalam terapi. Pemeriksaan fisik diarahkan untuk
mendapatkan deskripsi karakter ulkus, menentukan ada tidaknya infeksi, menentukan hal
yang melatarbelakangi terjadinya ulkus (neuropati, obstruksivaskuler perifer, trauma atau
deformitas), klasifikasi ulkus dan melakukan pemeriksaan neuromuskular untuk
menentukan ada/ tidaknya deformitas, adanya pulsasi arteri tungkai dan pedis.
Deskripsi ulkus DM paling tidak harus meliputi; ukuran, kedalaman, bau, bentuk
dan lokasi. Penilaian ini digunakan untuk menilai kemajuan terapi. Pada ulkus yang
dilatarbelakangi neuropati ulkus biasanya bersifat kering, fisura, kulit hangat, kalus,
warna kulit normal dan lokasi biasanya di plantar tepatnya sekitar kaput metatarsal I-III,
lesi sering berupa punch out. Sedangkan lesi akibat iskemia bersifat sianotik, gangren,
kulit dingin dan lokasi tersering adalah di jari. Bentuk ulkus perlu digambarkan seperti;
tepi, dasar, ada/tidak pus, eksudat, edema atau kalus. Kedalaman ulkus perlu dinilai
dengan bantuan probe steril. Probe dapat membantu untuk menentukan adanya sinus,
mengetahui ulkus melibatkan tendon, tulang atau sendi. Berdasarkan penelitian Reiber,
lokasi ulkus tersering adalah dipermukaan jari dorsal dan plantar (52%), daerah plantar
(metatarsal dan tumit 37%) dan daerah dorsum pedis (11%).
Sedangkan untuk menentukan faktor neuropati sebagai penyebab terjadinya ulkus
dapat digunakan pemeriksaan refleks sendi kaki, pemeriksaan sensoris, pemeriksaan
dengan garpu tala, atau dengan uji monofilamen. Uji monofilamen merupakan
pemeriksaan yang sangat sederhana dan cukup sensitif untuk mendiagnosis pasien yang
memiliki risiko terkena ulkus karena telah mengalami gangguan neuropati sensoris
perifer. Hasil tes dikatakan tidak normal apabila pasien tidak dapat merasakan sentuhan
nilon monofilamen. Bagian yang dilakukan pemeriksaan monofilamen adalah di sisi
plantar (area metatarsal, tumitdan dan di antara metatarsal dan tumit) dan sisi dorsal.
15
Gangguan saraf otonom menimbulkan tanda klinis keringnya kulit pada sela-sela
jari dan cruris. Selain itu terdapat fisura dan kulit pecah-pecah, sehingga mudah terluka
dan kemudian mengalami infeksi.
Pemeriksaan pulsasi merupakan hal terpenting dalam pemeriksaan vaskuler pada
penderita penyakit oklusi arteri pada ekstremitas bagian bawah. Pulsasi arteri femoralis,
arteri poplitea, dorsalis pedis, tibialis posterior harus dinilai dan kekuatannya di
kategorikan sebagai aneurisma, normal, lemah atau hilang. Pada umumnya jika pulsasi
arteri tibialis posterior dan dorsalis pedis teraba normal, perfusi pada level ini
menggambarkan patensi aksial normal. Penderita dengan claudicatio intermitten
mempunyai gangguan arteri femoralis superfisialis, dan karena itu meskipun teraba
pulsasi pada lipat paha namun tidak didapatkan pulsasi pada arteri dorsalis pedis dan
tibialis posterior. Penderita diabetik lebih sering didapatkan menderita gangguan infra
popliteal dan karena itu meskipun teraba pulsasi pada arteri femoral dan popliteatapi
tidak didapatkan pulsasi distalnya.
Ankle brachial index (ABI) merupakan pemeriksaan non-invasif untuk
mengetahui adanya obstruksi di vaskuler perifer bawah. Pemeriksaan ABI sangat murah,
mudah dilakukan dan mempunyai sensitivitas yang cukup baik sebagai marker adanya
insufisiensi arterial. Pemeriksaan ABI dilakukan seperti kita mengukur tekanan darah
menggunakan manset tekanan darah, kemudian adanya tekanan yang berasal dari arteri
akan dideteksi oleh probe Doppler (pengganti stetoskop). Dalam keadaan normal
tekanan sistolik di tungkai bawah (ankle) sama atau sedikit lebih tinggi dibandingkan
tekanan darah sistolik lengan atas (brachial). Pada keadaan di mana terjadi stenosis arteri
di tungkai bawah maka akan terjadi penurunan tekanan. ABI dihitung berdasarkan rasio
tekanan sistolik ankle dibagi tekanan sistolik brachial. Dalam kondisi normal, normal
dari ABI adalah >0,9, ABI 0,71–0,90 terjadi iskemia ringan, ABI 0,41–0,70 telah terjadi
obstruksi vaskuler sedang, ABI 0,00–0,40 telah terjadi obstruksi vaskulerberat.
Pasien diabetes melitus dan hemodialisis yang mempunyai lesi pada arteri kaki
bagian bawah, (karena kalsifikasi pembuluh darah), maka ABI menunjukkan lebih dari
1,2 sehingga angka ABI tersebut tidak menjadi petunjuk diagnosis. Pasien dengan ABI
kurang dari 0,5 dianjurkan operasi (misalnya amputasi) karena prognosis buruk. Jika
ABI >0,6 dapat diharapkan adanya manfaat dari terapi obat dan latihan.
16
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menegakkan diagnosis secara
pasti adalah dengan melakukan pemeriksaan lengkap yakni pemeriksaan CBC (Complete
Blood Count), pemeriksaan gula darah, fungsi ginjal, fungsi hepar, elektrolit.
Untuk menentukan patensi vaskuler dapat digunakan beberapa pemeriksaan non
invasif seperti; (ankle brachial index/ ABI) yang sudah dijelaskan pada pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan lainnya ialah transcutaneous oxygen tension (TcP02), USG color
Doppler atau menggunakan pemeriksaan invasif seperti; digital subtraction
angiography (DSA), magnetic resonance angiography (MRA) atau computed
tomography angiography (CTA ).
Apabila diagnosis adanya penyakit obstruksi vaskuler perifer masih diragukan,
atau apabila direncanakan akan dilakukan tindakan revaskularisasi maka
pemeriksaan digital subtraction angiography, CTA atau MRA perlu dikerjakan. Gold
standard untuk diagnosis dan evaluasi obstruksi vaskuler perifer adalah DSA.
Pemeriksaan DSA perlu dilakukan bila intervensi endovascular menjadi pilihan terapi.
Pemeriksaan foto polos radiologis pada pedis juga penting untuk mengetahui ada
tidaknya komplikasi osteomielitis. Pada foto tampak gambaran destruksi tulang dan
osteolitik.
2.8. Penatalaksanaan
Usaha penyelamatan kaki yaitu :
a. Memperbaiki kelainan vaskuler.
b. Memperbaiki sirkulasi.
c. Edukasi perawatan kaki.
d. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil laboratorium lengkap)
dan obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah maupun menghilangkan
keluhan/gejala dan penyulit DM.
e. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.
f. Menghentikan kebiasaan merokok.
17
Prinsip dasar yang baik pengelolaan terhadap tukak diabetic adalah :
1. Evaluasi tukak yang baik : keadaan klinis luka, dalamnya luka, gambaran radiologi
(benda asing, osteomielitis, adanya gas sub kutis), lokasi, biopsy vaskularisasi (non
invasive).
2. Pengelolaan terhadap neuropati diabetic
3. Pengendalian keadaan metabolic sebaik-baiknya
4. Debridement luka yang adekuat, radikal
5. Biakan kuman (aerobic dan anaerobic)
6. Antibiotic oral-parental
7. Perawatan luka yang baik
8. Mengurangi edema
9. Non weight bearing (tirah baring, tongkat penyangga, kursi roda, alas kaki khusus,
total kontak casting)
10. Perbaikan sirkulasi, atau bedah vascular
11. Nutrisi
12. Rehabilitasi
Evaluasi keadaan luka dengan cara :
a. Kedalaman ulkus.
Pengobatan ulkus sangat dipengaruhi oleh derajad dan dalamnya ulkus. Hati-hati bila
menjum pai ulkus yang nampaknya kecil dan dangk al, karena kadang -kadang ha ltersebut
hanya merupakan puncak dari gunung es, dan pada pemeriksaan yang seksama penetrasi
itu mungkin sudah mencapai jaringan lebih dalam dan luas.
b. Pemeriksaan X foto
Pemeriksaan X foto dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah didapatkan benda asing,
osteomielitis, gas subkutan, dan fraktur asimptomatik.
c. Lokasi Ulkus
Apabila lokasi ulkus tidak umum untuk suatu ulkus diabtetik sukar sembuh. Dengan
pengelolaan yang adekuat dan pada anamnesis tidak diakibatkan oleh suatu
trauma perlu dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan biopsi. Hal ini. untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya keganasan pada ulkus tersebut.
18
d. Evaluasi vaskuler
Untuk rencana pengelolaan lebih lanjut diperlukan evaluasi vaskuler kaki penderita,
diusahakan pemeriksaan yang tidak invasive. Salah satu diantaranya adalah
membandingkan tekanan darah sistolik pergelangan kaki dengan tekanan darah sistolik
lengan atas (Ankle-Brachial pressure index), normalnya > 1,1. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa Pressure index tersebut dapat dipakai untuk memperkirakan /
meramalkan penyembuhan , suatu ulkus. Pada suatu penelitian, 87% penderita ulkus
dengan pressure index lebih dari 0,6 dapat sembuh, sedangkan penderita dengan
pressure index kurang dari 0,6 yang mengalami penyembuhan hanya 40 %.
Pengukuran tekanan oksigen transkutan dapat digunakan untuk menaksir keadaan
mikrosirkulasi jaringan. Normalnya, tcPO2 jaringan kaki adalah 45-90mmHg.
Debr i d e men t d a n Pemb a lu t an
Pada dasarnya, terapi ulkus diabetikum sama dengan terapi pada luka lain,yaitu
mempersiapkan bed luka yang baik untuk menunjang tumbuhnya jaringan granulasi,
sehingga proses penyembuhan luka dapat terjadi. Kita mengenalnya dengan istilah
preparasi bed luka. Debridement merupakan tahapan yang penting dalam proses
penyembuhan luka. Buang jaringan mati, jaringan hyperkeratosis dan membuat drainase
yang baik, dan jika diperlukan dilakukan secara berulang. Perlu disadari bahwa setelah
tindakan ini, luka menjadi lebih besar dan berdarah. Harus diketahui bahwa tidak ada
obat-obatan topikal yang dapat menggantikan debridement yang baik dengan teknik yang
benar dan proses penyembuhan luka selalu dimulai dari jaringan yang bersih.
Pada beberapa kondisi tidak memerlukan tindakan debridement seperti pada gangren
yang kering, ulkus yang menyembuh dengan scar dan ulkus pada tungkai dengan
sirkulasi yang buruk.
Proses debridement adalah proses usaha menghilangkan jaringan nekrotik atau
jaringan nonvital dan jaringan yang sangat terkontaminasi dari bed luka dengan
mempertahankan secara maksimal struktur anatomi yang penting seperti saraf, pembuluh
darah, tendo dan tulang. Tujuan dasar dari debridement adalah mengurangi kontaminasi
pada luka untuk mengontrol dan mencegah infeksi. Ada beberapa jenis debridement,