Top Banner

of 18

Case Apendicitis

Apr 05, 2018

Download

Documents

Fitria Sartika
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    1/18

    PRESENTASI KASUS

    APPENDISITIS AKUT

    Pembimbing:

    Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B, MHKes, Finacs

    Disusun oleh:

    Fitria Sartika 110.2006.106

    Ita Liherty 110.2006.134Vellyana Gustika 110.2006.264

    Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah RSUD Arjawinangun

    Fakultas Kedokteran Universitas YARSIMaret 2012

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    2/18

    Identitas

    Nama : Tn. S

    Umur : 32 tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Alamat : Arjawinangun

    Tanggal masuk : 18 Maret 2012

    Anamnesis

    Dilakukan secara : Autoanamnesis

    Tanggal : 20 Maret 2012

    Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah

    Keluhan Tambahan : Demam

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun pada tanggal 18 Maret 2012 dengan

    keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari SMRS. Nyeri tersebut dirasakan tiba-tiba

    dan terus menerus. Nyeri tersebut akan berkurang bila pasien tidur miring kekanan dan

    menekuk kaki kanan serta akan terasa sangat sakit bila pasien beraktifitas seperti

    bergerak. Keluhan demam diakui 1 hari SMRS, demam timbul terus menerus sepanjang

    hari.

    Pasien tidak mengeluh mual, muntah, diare, kembung, BAB bercampur lendir

    atau darah, dan penurunan berat badan. BAK lancar.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat operasi hernia 10 tahun yang lalu

    Riwayat DM dan Riwayat hipertensi disangkal

    Riwayat Penyakit keluarga

    Riwayat penyakit serupa pada keluarga pasien disangkal.

    2

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    3/18

    Pemeriksaan Fisik

    Status Generalis

    Keadaan Umum : Baik

    Kesadaran : CM

    Tekanan Darah : 110/80 mmHg

    Nadi : 84 x/menit

    Respirasi : 22 x/menit

    Suhu : 36,5 oC

    Berat Badan : 70 kg

    Tinggi Badan : 165 cm

    Gizi : cukup

    Kepala

    Mata : Konj. Anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek pupil +/+

    Hidung: Epistaksis -/-, deviasi septum (-)

    Mulut : Tidak ada kelainan

    Leher : Trakea ditengah, pembesaran KGB (-), massa (-)

    Thoraks

    Inspeksi : Hemitoraks simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan dinamis

    Palpasi : Fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri

    Perkusi: Sonor pada kedua hemitorak

    Auskultasi : Pulmo : VBS kanan = kiri normal, ronki -/-, wheezing -/-

    Cor : Bunyi jantung I -II murni reguler, murmur (-), Gallop (-)

    Abdomen (Lihat status Lokalis)

    Ekstremitas : Akral hangat, Edema - / -, sianosis -/-

    Status lokalis

    a/r abdomen

    3

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    4/18

    Inspeksi : Tampak datar, simetris, kelainan kulit (-), massa (-)

    Auskultasi : Bising usus (+) normal

    Palpasi : Nyeri tekan (+), Nyeri lepas (-), Rovsing sign (+), Psoas Sign (+),

    Obturator sign (-), Defans Muskuler (+).

    Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen

    Rectal Toucher:

    Sfingter ani (+), NT (+) , feses (-), darah (-), lendir (-), massa (-)

    Pemeriksaan penunjang:

    - Pemeriksaan darah rutin:

    Hb : 16,3 g/dl

    Leukosit : 18500 mm/sel

    Trombosit : 297000 mm/sel

    - Saran : Apendicogram

    BNO

    Diagnosis

    Appendicitis Akut

    Diagnosis Banding

    Gastroenteritis akut

    Penatalaksanaan

    Infus RL 20 gtt/menit untuk menjaga keseimbangan elektrolit

    Medikamentosa:

    Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr (skin test)

    Ranitidin 2 x 1 amp iv

    Ketorolac 2 x 1 amp iv

    Antrain 3x1 amp iv

    Prognosa

    Quo ad vitam : Ad bonam

    4

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    5/18

    Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam

    APPENDISITIS AKUT

    Definisi Apendiks

    Apendiks disebut juga umbai cacing yaitu suatu organ yang terdapat padasekum yang terletak pada proximal colon, yang sampai sekarang fungsinya belum

    diketahui.

    Anatomi

    Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10

    cm (kisaran 3-15 cm) dan berpangkal pada sekum. Apendiks memiliki lumen sempit

    dibagian proximal dan melebar pada bagian distal. Saat lahir, apendiks pendek dan

    melebar dipersambungan dengan sekum. Selama anak-anak, pertumbuhannya biasanya

    berotasi ke dalam retrocaecal tapi masih dalam intraperitoneal. Pada 65 % kasus,

    apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan

    ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungan. Pada kasus

    selebihnya, apendiks terletak peritoneal, yaitu belakang kolon asendens, atau tepi lateral

    kolon asendens. Gejala klinis apendisitis diketahui oleh letak apendiks. Pada apendiks

    terdapat 3 tanea coli yang menyatu dipersambungan caecum dan bisa berguna dalam

    menandakan tempat untuk mendeteksi apendiks. Posisi apendiks terbanyak adalah

    Retrocaecal (74%) lalu menyusul Pelvic (21%), Patileal(5%), Paracaecal (2%),

    subcaecal(1,5%) dan preleal (1%).

    Apendiks diperdarahi oleh arteri apendicular yang merupakan cabang dari bagian

    bawah arteri ileocolica. Arteri apendiks termasuk end arteri. Apendiks memiliki lebih

    dari 6 saluran limfe melintangi mesoapendiks menuju ke nodus limfe ileocaecal.

    5

    http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/09/appendiks.jpg
  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    6/18

    KLASIFIKASI

    Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2, yakni :

    1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah

    sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah

    bertumpuk nanah.

    2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah

    sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks

    miring, biasanya ditemukan pada usia tua. Appendisitis kronis merupakan

    peradangan appendiks berulang. Didefinisikan sebagai berikut : (1) pasien memiliki

    riwayat nyeri RLQ sekurang-kurangnya 3 minggu yang bukan disebabkan oleh

    penyakit lain; (2) setelah 1-3 bulan nyeri hilang-timbul; (3) secara histopatologi,gejala-gejala tersebut terbukti disebabkan oleh inflamasi kronik aktif dari dinding

    apendiks atau fibrosis apendiks. Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala yang

    sama dengan appendisitis akut, sedangkan pada pemeriksaan laboratorium

    didapatkan leukosit normal-meningkat.

    6

    http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-appendiksitis.htmlhttp://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-appendiksitis.html
  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    7/18

    Anatomi lokasi appendiks

    Fisiologis

    Walaupun apendiks kurang memiliki fungsi, namun apendiks dapat berfungsi

    seperti organ lainnya. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir dicurahkan

    ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Jika terjadi hambatan maka akan

    terjadi patogenesa apendisitis akut. GALT (Gut Assoiated Lymphoid Tissue) yangterdapat pada apendiks menghasilkan Ig-A. namun, jika apendiks diangkat, tidak

    mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlahnya yang sedikit sekali.

    Apendisitis disebabkan oleh berbagai faktor.

    Etiologi

    Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya :

    1. Faktor sumbatan (obstruksi)

    Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang

    diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan

    7

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    8/18

    lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab

    lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing.

    2. Faktor Bakteri

    Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut.

    Adanya fekalith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan

    memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen

    apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak adalah kombinasi antara Bacteriodes

    fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes

    splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob

    sebesar 96% dan aerob

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    9/18

    bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang

    ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.

    Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat.

    Hal ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri

    akan menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan

    mengenai peritoneum setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan

    bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran

    arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang disusul dengan

    terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Jika dinding

    apendiks yang telah mengalami gangren ini pecah, itu berarti apendisitis berada dalam

    keadaan perforasi.

    Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses

    peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus

    halus, sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan

    istilah infiltrat apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang

    dapat mengalami perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh

    dan massa periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri

    secara lambat. Gangren dinding apendiks disebabkan oleh oklusi pembuluh darah

    dinding apendiks akibat distensi lumen apendiks. Bila tekanan intra lumen terus

    meningkat terjadi perforasi dengan disertai kenaikan suhu tubuh meningkat dan

    menetap tinggi.

    Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih

    panjang, dan dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih

    kurang, memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah

    terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah.

    Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi

    akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan

    dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan

    pada perut kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan

    kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi.

    9

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    10/18

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    11/18

    Gejala awal yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar (nyeri

    tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini

    biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya

    nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran

    kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas

    letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak

    dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga

    penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya karena

    bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang apendisitis juga disertai dengan

    demam derajat rendah sekitar 37,5 -38,5 derajat celcius.

    Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari

    apendisitis.

    Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut

    gejala yang timbul tersebut.

    1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung

    oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda

    rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada

    saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan.

    Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari

    dorsal.

    2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis

    Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala

    dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat,

    pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).

    Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat

    terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.

    Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan

    diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga

    biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana

    gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas.

    11

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    12/18

    Titik McBurney

    PEMERIKSAAN

    1. Pemeriksaan Fisik

    Inspeksi : tidak tampak perubahan, bila massa apendiks cukup besar, mungkin

    akan terlihat benjolan pada kanan bawah abdomen.

    Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan

    bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah

    merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah

    akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing

    (Rovsing Sign).

    Dan apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada

    perut kanan bawah. Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).

    Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk

    menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan

    pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang

    12

    Gambar . Rovsing sign

    7

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    13/18

    terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada

    apendisitis pelvika.

    Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga dilakukan

    untuk mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan

    rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif

    sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks yang

    meradang menempel di m. psoas mayor, maka tindakan tersebut akan

    menimbulkan nyeri.

    13Gambar . Psoas sign

    5

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    14/18

    Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi

    panggul pada posisi terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak dengan

    m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini

    akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika.

    2. Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium : Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit

    antara 10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%.

    Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada

    pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang

    terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan

    ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari

    apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.

    Berdasarkan keadaan klinis, harusnya diperlihatkan secara rutin yaitu :

    1. Analisa urin. Test ini bertujuan untuk meniadakan batu ureter dan untuk

    evaluasi kemungkinan dari infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut

    bawah.

    14

    6

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    15/18

    2. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase ini membantu mendiagnosa

    peradangan hati, kandung empedu dan pancreas jika nyeri dilukiskan pada perut

    bagian tengah bahkan kuadrant kanan atas.

    3. Serum B-HCG untuk memeriksa adanya kemungkinan kehamilan.

    Sistem skoring Alvarado

    Skor alvarado adalah sistem skoring sederhana yang bisa dilakukan dengan mudah,

    sepat, dan kurang invasif. Alfredo Alvarado tahun 1986 membuat sistem skor yang

    didasarkan pada 3 gejala, 3 tanda, dan 2 temuan laboratorium. Klasifikasi ini

    berdasarkan pada temuan pra-operasi dan untuk menilai derajat keparahan apendisitis.

    Dalam sistem skor Alvarado ini menggunakan faktor risiko meliputi perpindahan nyeri,

    anoreksia, nausea dan atau vomitus, nyeri tekan di kuadran kanan bawah abdomen,

    nyeri lepas tekan, temperatur > 37,2 C, leukositosis, dan netrofil > 75%. Nyeri tekan

    kuadran kanan bawah abdomen dan leukositosis mempunyai nilai 2 dan keenam sisanya

    masing-masing memiliki nilai 1, sehingga kedelapan faktor ini memberikan jumlah skor

    10.

    Skor Alvarado untuk diagnosis apendisitis akut

    No. Gejala dan tanda Skor

    1. Nyeri berpindah 12. Anoreksia 1

    3. Mual-muntah 1

    4. Nyeri fossa iliaka kanan 2

    5. Nyeri lepas 1

    6. Peningkatan suhu > 37,2 C 1

    7. Jumlah leukosit 10x10 /L 2

    8. Jumlah neutrofil 75% 1

    Total 10

    Komplikasi

    Beberapa komplikasi dari apendisitis:

    Massa periappendikulae

    Appendisitis perforata

    Differensial Diagnosis

    * Limfedenitis Mesenterika

    15

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    16/18

    Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis ditandai dengan sakit perut,

    terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan, perut samar terutama

    kanan.

    *Gastroenteritis

    Pada terjadi mual, muntah, diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan

    terbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukosit kurang menonjol

    dibandingkan apendisitis akut. laboratorium biasanya normal karena hitung normal.

    * Infeksi Panggul

    Salpingitis akut kanan, Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut

    bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan

    dan infeksi urin. Pada gadis dapat dilakukan colok vagina jika perlu untuk diagnosis

    banding. Rasa nyeri pada colok vagina jika uterus diayunkan.

    * Kelainan ovulasi

    Folikel ovarium yang pecah dapat memberikan nyeri perut kanan bawah pada

    pertengahan siklus menstruasi. Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam

    waktu dalam 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selama dua hari, pada

    anamnesis nyeri yang sama pernah timbul lebih dahulu.

    * Kehamilan di luar kandungan

    Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu Ruptur

    tuba, abortus kehamilan di luar rahim disertai pendarahan maka akan timbul nyeri

    mendadak difus di pelvis dan bisa terjadi syok hipovolemik. Nyeri dan penonjolan

    rongga Douglas didapatkan pada pemeriksaan vaginal dan didapatkan pada

    kuldosintesis.

    * Divertikulosis Meckel

    Gambaran klinisnya hampir serupa dengan apendisitis akut. Pembedahan sebelum

    operasi hanya teoritis dan tidak perlu, sejak diverticulosis Meckel dihubungkan

    dengan komplikasi yang mirip pada apendisitis akut dan diperlukan pengobatan serta

    tindakan bedah yang sama.

    * Batu Ureter

    16

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    17/18

    Jika diperkirakan mengendap dekat apendiks, ini menyerupai apendisitis retrocecal.

    Nyeri menjalar ke labia, scrotum, atau penis, hematuria dan / atau demam atau

    leukosotosis membantu. Pielography biasanya untuk mengkofirmasi diagnosa.

    * kista ovarium terpuntir

    Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam rongga

    pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok rectal. Tidak terdapat

    demam. Pemeriksaan USG dapat menetukan diagnosis.

    PENCEGAHAN

    Pencegahan pada apendisitis yaitu dengan menurunkan resiko obstruksi dan

    peradangan pada lumen appendiks. Pola eliminasi klien harus dikaji,sebab obstruksi

    oleh fekalit dapat terjadi karena tidak ada kuatnya diit tinggi serat. Perawatan dan

    pengobatan penyakit cacing juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap

    gejala dan tanda appendisitis menurunkan resiko terjadinya gangren,perforasi dan

    peritonitis.

    PENATALAKSANAAN

    1. Operasi sito: untuk apendisitis akut, abses dan perforasi

    2. Operasi elektif : untuk apendisitis kronis

    3. Konservatif: - Bed rest total posisi fowler

    - Diet rendah serat

    - Antibiotik spektrum luas

    PROGNOSA

    Dengan diagnosa yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan

    morbiditas sangat kecil. Keterlambatan diagnosa akan meningkatkan mortalitas dan

    morbiditas. Serangan berulang dapat terjadi jika apendik tidak diangkat.

    DAFTAR PUSTAKA

    17

  • 8/2/2019 Case Apendicitis

    18/18

    1. Jong, wim de dan Sjamsuhidajat, R. Apendiks Vermiformis dalam Buku Ajar

    Ilmu Bedah, edisi 2. Halaman 639-645. 2005. EGC

    2. Reksoprodjo, Soelarto. Apendisitis Akut dan Apendisitis Perforasi dalam

    kumpulan kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah Sraf Pengajar Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia. Halaman 109-110. 1995. Binarupa Aksara

    3. http://kudus.net78.net/2009/03/penyakit-radang-usus-buntu-appendicitis/

    4. http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009/06/asuhan-

    keperawatan-appendiksitis-askep.html

    5. http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/apendiksitis.htm

    18

    http://kudus.net78.net/2009/03/penyakit-radang-usus-buntu-appendicitis/http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-appendiksitis-askep.htmlhttp://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-appendiksitis-askep.htmlhttp://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/apendiksitis.htmhttp://kudus.net78.net/2009/03/penyakit-radang-usus-buntu-appendicitis/http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-appendiksitis-askep.htmlhttp://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-appendiksitis-askep.htmlhttp://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/apendiksitis.htm