BAB I
PENDAHULUANGizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan
protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai
dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau
hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor
atau marasmik kwashiorkor. Gizi buruk atau Kurang Energi Protein
(KEP) dan defisiensi mikronutrien merupakan masalah yang
membutuhkan perhatian khusus terutama di negara-negara berkembang,
yang merupakan faktor risiko penting terjadinya kesakitan dan
kematian pada ibu hamil dan balita (Muller, 2005). Di Indonesia KEP
dan defisiensi mikronutrien juga menjadi masalah kesehatan penting
dan darurat di masyarakat terutama anak balita (Departemenr
Kesehatan RI, 2008). Kasus kematian balita akibat gizi buruk
kembali berulang, terjadi secara masif dengan wilayah sebaran yang
hampir merata di seluruh tanah air.Sejauh pemantauan yang telah
dilakukan temuan kasus tersebut terjadi setelah anak-anak mengalami
fase kritis. Sementara itu, perawatan intensif baru dilakukan
setelah anak-anak itu benar-benar tidak berdaya. Berarti sebelum
anak-anak itu memasuki fase kritis, perhatian terhadap hak hidup
dan kepentingan terbaiknya terabaikan (YPHA, 2009).
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui
intensifikasi pemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko
yang erat dengan kejadian luar biasa gizi seperti campak dan diare
melalui kegiatan surveilans. Prevalensi balita yang mengalami gizi
buruk di Indonesia masih tinggi. Hasil Susenas menunjukkan adanya
penurunan prevalensi balita gizi buruk yaitu dari 10,1% pada tahun
1998 menjadi 8,1% pada tahun 1999 dan menjadi 6,3% pada tahun 2001.
Namun pada tahun 2002 terjadi peningkatan kembali prevalensi gizi
buruk dari 8,0% menjadi 8,3% pada tahun 2003 dan kembali meningkat
menjadi 8,8% pada tahun 2005. Berdasarkan laporan dari Dinas
Kesehatan seluruh Indonesia terjadi penurunan kasus gizi buruk
yaitu pada tahun 2005 terdata 76.178 kasus kemudian turun menjadi
50.106 kasus pada tahun 2006 dan 39.080 kasus pada tahun 2007.
Penurunan kasus gizi buruk ini belum dapat dipastikan karena
penurunan kasus yang terjadi kemungkinan juga disebabkan oleh
adanya kasus yang tidak terlaporkan (under reported). Mencuatnya
kembali pemberitaan di media massa akhir-akhir ini mengenai balita
gizi buruk yang ditemukan dan meninggal menunjukkan sistem
surveilans dan penanggulangan dari berbagai instansi terkait belum
optimal (Anonim, 2008).
Masalah gizi buruk balita merupakan masalah yang sangat serius,
apabila tidak ditangani secara cepat dan cermat dapat berakhir pada
kematian. Gizi buruk lebih rentan pada penyakit akibat menurunnya
daya tahan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal,
sampai pada kematian yang akan menurunkan kualitas generasi muda
mendatang. Hal ini telah membukakan mata kita bahwa anak balita
sebagai sumber daya untuk masa depan mempunyai masalah yang sangat
besar. Apalagi penyakit penyerta yang sering pada gizi buruk
seperti lingkaran setan, yaitu penyakit-penyakit penyerta justru
menambah rendahnya status gizi anak. Penyakit-penyakit penyerta
yang sering terjadi adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),
diare persisten, cacingan, tuberculosis, malaria dan HIV/AID
(Anonim, 2009).
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber
daya manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan
dan angka kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat
pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan
keterbelakangan. Faktor penyebab gizi buruk dapat berupa penyebab
tak langsung seperti kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang
dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan, menderita
penyakit kanker dan penyebab langsung yaitu ketersediaan pangan
rumah tangga, perilaku dan pelayanan kesehatan. Sedangkan
faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan
masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah,
ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk
mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor (Anonim,
2010).
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis,
antropometri dan pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk
berbeda-beda tergantung dari derajat dan lamanya deplesi protein
dan energi, umur penderita, modifikasi disebabkan oleh karena
adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. Gejala
klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang
ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang
kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Gizi buruk ringan
sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan sampai 2 tahun, akan
tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar. Pertumbuhan
yang terganggu dapat dilihat dari pertumbuhan linier mengurang atau
terhenti, kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan adakalanya
beratnya menurun, ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi
tulang terlambat, rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun,
tebal lipat kulit normal atau mengurang, anemia ringan, aktivitas
dan perhatian berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat,
adakalanya dijumpai kelainan kulit dan rambut. (Solihin, 2000).BAB
IISTATUS PASIENI.Identifikasi
Nama
: M. Sunil Apriyan
Nama Ayah : Tn.AUmur
: 14 tahun
Usia
: 50 tahunJenisKelamin: Laki-laki
Nama Ibu: Ny. NBeratBadan: 20 Kg
Usia
: 43 tahunTinggiBadan: 148 cm
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
MRS
: 4 Agustus 2014II. Anamnesis(Alloanamnesis dari ibu pasien pada
tanggal 12 Agustus 2014)
Keluhan UtamaBerat badan turunKeluhan Tambahan
Demam, diare, pucat.Riwayat Perjalanan Penyakit
Kurang lebih 5 bulan SMRS, penderita mulai BAB cair (+) air
lebih banyak dari ampas, frekuensi 6x sehari, sebanyak5 sendok
makan,darah (-) lendir (+)anggota keluarga lain yang diare (-) mual
(+) muntah (+) setelah diberi makanan, banyaknya 1/4 gelas aqua,
tidak menyemprot, demam (+) tidak terlalu tinggi, naik turun,
terutama pada malam hari, kejang (-), penurunan kesadaran (-) nafsu
makan menurun. Penderita tidak dibawa berobat, tidak ada perbaikan.
Berat badan tertinggi 35 kg.
Kurang lebih 1 minggu SMRS, penderita demam (+) tinggi, naik
turun, terutama pada malam hari, kejang (-) penurunan kesadaran (-)
batuk (-) pilek (-) berkeringat di malam hari (-) BAB cair makin
bertambah (+), frekuensi 8-9x sehari,volume 1/4 gelas aqua, air
lebih banyak dari ampas, mual (+) muntah (+) setelah diberi
makanan,nafsu makan semakin menurun, hanya 3x2 sendok nasi sehari.
Minum susu (-), penderita tampak semakin kurus, penderita tidak
dibawa berobat.
Kurang lebih 2 hari SMRS penderita tampak semakin kurus dan
lemas, hanya bisa berbaring dibawa berobat ke sinse, diberikan
racikan, tidak ada perubahan. Penderita dibawa berobat ke RS.
Food recall : 5 bulan yang lalu, nasi 3x1 porsi, lauk
bervariasi, ikan, tempe, telur, tahu, makanan kecil kurang lebih 1x
sehari, bervariasi seperti pisang goreng dan bakwan. (kesan: kalori
cukup)
4 bulan yang lalu, hanya makan nasi 3x2 sendok, berat badan
semakin turun Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah os bekerja sebagai buruh dengan penghasilan
Rp.300.000/bulan, sedangkan ibu os ibu rumah tangga. Saudara
pertama dan kedua bekerja sebagai buruh dengan penghasilan Rp.
300.000/bulan dan saudara ke-4 dan 5 os bekerja sebagai ibu rumah
tangga.
Kesan: sosioekonomi menengah ke bawah.Riwayat Kehamilan
GPA
: G5P4A0
HPHT
: 2 September 2013Periksa hamil
: 2 kali di bidanKebiasaan ibu sebelum/selama kehamilan
Minum alkohol
: tidak pernah
Merokok
: tidak pernah
Makan obat-obatan tertentu
: tidak pernah
Penyakit atau komplikasi kehamilan ini: tidak ada
Riwayat PersalinanCara persalinan
: spontanDitolong
: BidanBB lahir
: 3800 gr
PB lahir
: LupaKPSW
: Tidak ada
Riwayat demam saat persalinan
: tidak ada
Riwayat ketuban kental, hijau, bau
: tidak adaKeadaan bayi saat lahir
Jenis kelamin
: laki-laki
Kelahiran
: tunggal
Kondisi saat lahir
: langsung menangis A/S : 8/9Riwayat Makanan
ASI
: 0-1 tahun
Bubur nasi
: 6 bulan-1 tahunNasi
: 1 tahun-sekarang
Kesan: Asupan makan cukup
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 8 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 12 bulanKesan: pertumbuhan dan perkembangan sesuai
usiaRiwayat Imunisasi
(Dilakukan di posyandu)
BCG
: 1 kali, scar (-)Polio
: 4 kali
Hepatitis B
: 4 kali
DPT
: 3 kali
Campak
: 1 kali Kesan
: Imunisasi dasar lengkapRiwayat Perkembangan Mental
Isap jempol: tidak ada
Ngompol: tidak ada
Aktivitas: aktif, bermain dengan teman sebaya (+)
Membangkang: tidak ada
Ketakutan: tidak ada
Kesan: perkembangan mental dalam batas normal
Riwayat Penyakit DahuluBatuk lama disangkalKontak dengan
penderita TB disangkal
Bepergian ke luar kota (-)
Nyeri BAK (-)
BAK darah (-)
BAK berpasir (-)
Diare kronis (-)
Riwayat Penyakit KeluargaKeluarga pasien tidak ada yang memiliki
penyakit tertentu. Batuk lama (-), diare kronis (-), penurunan
berat badan (-), alergi (-). Ayah, ibu dan saudara pasien dalam
kondisi sehat dan tidak memiliki penyakit tertentu.III.
PemeriksaanFisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum: apatis, lemah, rewel, tampak sakit sedang, napas
spontan adekuat, pucat (+), muka seperti orang tua (+)Sensorium
: compos mentis
Nadi
: 96 x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan
: 20 x/menit, normal dan regulerTemperatur
: 37,50C
Berat badan
: 20 kg
Tinggi badan
: 148 cmStatus Gizi BB/U : 20/33 = 60.6%
TB/U : 148/168 = 88.09%
BB/TB : 20/30 :66.67%
b. Pemeriksaan Fisik Khusus
Keadaan Spesifik
Kepala
:Normocephali, rambut mudah dicabut
Mata
: konjungtiva anemis (+) sklera ikterik (-), isokor, refleks
cahaya +/+,mata cekung(-)
Hidung
: nafas cuping hidung (-), sekret tidak adaLeher
: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.Thorax
: bentuk simetris, pergerakan simetris, , retraksi (-) iga
gambang(+)Cor
: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)Pulmo
: Retraksi (-) vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing
(-)
Abdomen
: datar, lemas, hepar lien tidak teraba, bising usus (+) normal,
turgor kembali cepat< 2 detikLipat paha dan genitalia:
pembesaran KGB tidak adaEkstremitas
: akral hangat, CRT 38.5oC)
- R/rontgen thorax AP/lateral
- R/ kultur darah dan urin
Tanggal 6 Agustus 2014
Berat badan :22.1 kgUsia
:14tahunS
:BAB cair, demam (-), susu habis, muntah (-), sesak (-)O
Keadaan umum:
Sensorium
:kompos mentisTD
: 90/50 mmHgHR
:80 x/menit
RR
:20 x/menit
T
:36,8oC
Kepala
:NCH (-), CA (+), SI (-), muka seperti orang tua, mata cekung
(-)Thorax
:simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen
:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.
Ekstremitas
:CRT < 2 detik, akral pucat (+)
Target kalori : 70x30 = 2100 kkalRealisasi
: F75 12x200 = 1800 kkal
A: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK +
anemia (Hb: 6mg/dl)P:
- F75 12x200 cc = 1800 kkal
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- R/ transfusi PRC 2x150 cc -( WB- Menunggu hasil kultur darah
dan urin Tanggal 7 Agustus 2014
Berat badan :22.1 kgUsia:14tahunS:BAB cair, demam (-), susu
habis, muntah (-), sesak (-)O
Keadaan umum:
Sensorium
:kompos mentisTD
: 90/60 mmHgHR
:88 x/menit
RR
:20 x/menit
T
:36,8oC
Kepala
:NCH (-), CA (+), SI (-), muka seperti orang tua, mata cekung
(-)Thorax
:simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen
:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.
Ekstremitas:CRT < 2 detik, akral pucat (+)
Target kalori : 70x30 = 2100 kkalRealisasi
: F1008x250 = 2000 kkal
A: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK +
anemia (Hb: 6mg/dl)P:
- F1008x250 cc = 2000 kkal
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- R/ transfusi WB1x250 cc
Hasil crossmatch minor (+) ( ganti dengan PRC 1x150 cc
- Menunggu hasil kultur darah dan urin
Tanggal 8 Agustus 2014
Berat badan :22 kgUsia
:14tahunS
:BAB cair (+) demam tidak terlalu tinggi (+), lendir (-) darah
(-) muntah (-)O
Keadaan umum:
Sensorium
:kompos mentisTD
: 90/60 mmHgHR
:88 x/menit
RR
:20 x/menit
T
:36,8oC
Kepala
:NCH (-), CA (+), SI (-), muka seperti orang tua, mata cekung
(-)Thorax
:simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen
:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.
Ekstremitas
: CRT < 2 detik, akral pucat (+)
Target kalori
: 70x30 = 2100 kkalRealisasi
: F100 8x250 = 2000 kkal
A
: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK +
anemia (Hb: 6mg/dl)P:
- F100 8x250 cc = 2000 kkal
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- R/ transfusi WB 1x250 cc
Hasil crossmatch minor (+) ( ganti dengan PRC 1x150 cc
- Menunggu hasil kultur darah dan urin Tanggal 9 Agustus
2014
Berat badan :22 kgUsia:14tahunS:demam (-), susu habis (-), BAB
cair (-), kultur urine (steril)O
Keadaan umum:
Sensorium:kompos mentisTD : 90/60 mmHgHR:88 x/menit
RR:24 x/menit
T:36,9oC
Kepala:NCH (-), CA (+), SI (-)Thorax:simetris, retraksi (-), iga
gambing (+)Cor: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
: vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen:datar,
lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.
Ekstremitas:CRT < 2 detik, akral hangatA: Marasmus kondisi V
+ demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK + anemia P:
- F100 8x250 cc = 2000 kkal
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- Menunggu hasil kultur darah Tanggal 10 Agustus 2014
Berat badan :22 kgUsia:14tahunS:demam (-), BAB cair (+), susu
habis (-)O
Keadaan umum:
Sensorium
: kompos mentisTD
: 90/60 mmHgHR
: 86 x/menit
RR
: 22 x/menit
T
: 37oC
Kepala
: NCH (-), CA (+)Thorax
: simetris, retraksi (-), iga gambing (+)Cor
: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
: vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen
: datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.
Ekstremitas
: CRT < 3 detik, akral hangat
A
: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK +
anemiaP:
- F100 8x250 cc = 2000 kkal
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- Menunggu hasil kultur darah
Tanggal 11 Agustus 2014
Berat badan :22 kgUsia:14tahunS:demam (-), BAB lembek 1x, muntah
(-)O
Keadaan umum:
Sensorium:kompos mentisTD : 90/60 mmHgHR:88 x/menit
RR:24 x/menit
T:37,1oC
Kepala:NCH (-), CA (+), SI (-)Thorax:simetris, retraksi (-)Cor :
BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing
(-)Abdomen:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak
teraba.
Ekstremitas:CRT < 2 detik, akral pucat
A: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK +
anemia
P:
- F100 8x250 cc = 2000 kkal
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)
- Ca Glukonas 3x12 cc
Tanggal 12 Agustus 2014
Berat badan :22 kgUsia:14tahunS:demam (-), BAB cair (-), susu
habis (-), muntah (-), nasi habisO
Keadaan umum:
Sensorium:kompos mentisTD : 90/60 mmHgHR:88 x/menit
RR:24 x/menit
T:37,1oC
Kepala:NCH (-), CA (+)Thorax:simetris, retraksi (-)Cor : BJ I-II
normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing
(-)Abdomen:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak
teraba.
Ekstremitas:CRT < 2 detik, akral pucat
A: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK +
anemiaP:
- F100 5x200 cc
- Nasi biasa 3x1 porsi
- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)
- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)
- Ca Glukonas 3x12 ccTanggal 13 Agustus 2014
Berat badan :22 kgUsia:14tahunS:demam (-), BAB cair (-), susu
habis (-), muntah (-), nasi habisO
Keadaan umum:
Sensorium:kompos mentisTD : 90/60 mmHgHR:81 x/menit
RR:24 x/menit
T:37,1oC
Kepala:NCH (-), CA (+), SI (-)Thorax:simetris, retraksi (-)Cor :
BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing
(-)Abdomen:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak
teraba.
Ekstremitas:CRT < 2 detik, akral pucat
A: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK +
anemiaP:
- F100 5x200 cc
- Nasi biasa 3x1 porsi
- Ca Glukonas 3x12 ccTanggal 14Agustus 2014
Berat badan :22 kgUsia:14tahunS:demam (+), BAB cair (-), susu
habis (+), muntah (-), nasi habisO
Keadaan umum:
Sensorium
:kompos mentisTD
: 90/60 mmHgHR
:84 x/menit
RR
:24 x/menit
T
:37,2oC
Kepala
:NCH (-), CA (+), SI (-)Thorax
:simetris, retraksi (-)Cor
:BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
:vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen
:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.
Ekstremitas
:CRT < 2 detik, akral pucat
A
: Marasmus kondisi V + demam lama e.c TISK + anemiaP:
- F100 5x200 cc
- Nasi biasa 3x1 porsi
- Ca Glukonas 3x12 ccTanggal 15 Agustus 2014
Berat badan :22 kgUsia:14tahunS:demam (+), BAB cair (-), susu
habis (+), muntah (-), nasi habisO
Keadaan umum:
Sensorium:kompos mentisTD : 90/60 mmHgHR:84 x/menit
RR:24 x/menit
T:37,2oC
Kepala:NCH (-), CA (+), SI (-)Thorax:simetris, retraksi (-)Cor :
BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing
(-)Abdomen:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak
teraba.
Ekstremitas:CRT < 2 detik, akral pucat
A: Marasmus kondisi V + demam lama e.c TISK + anemiaP:
- F100 5x200 cc
- Nasi biasa 3x1 porsi
- Ca Glukonas 3x12 ccBAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Gizi
BurukMalnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk
pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau
tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang
disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau
kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga
mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh makan
berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke
dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak
mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet
sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang
berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan
infeksi.
Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn
nutrisi dihabiskan dan nutrisi serta energi yang masuk tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak memenuhi
tambahan metabolic yang meningkat.
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan
masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan
kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang
pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah
malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan
jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri
yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan
tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat
berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau
menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi
sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan
klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor.2.2 Penyebab Gizi Buruk1. Penyebab langsung
Penyakit infeksi
2. Penyebab tidak langsung
1. Kemiskinan keluarga
2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah
3. Sanitasi lingkungan yang buruk
4. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai
Selain itu ada beberapa penyebab dari gizi buruk seperti :
1. Balita tidak mendapat makanan pendanping ASI (MP-ASI) pada
umur 6 bulan atau lebih
2. Balita tidakmendapat ASI ekslusif (ASI saja) atau sudah
mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan
3. Balita tidakmendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada
umur 6 bulan atau lebih
4. MP-ASI kurang dan tidak bergizi
5. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui
6. Balita menderita sakit dalam waktu lama,seperti diare,campak,
TBC, batukpilek
7. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.
2.3 Klasifikasi Gizi BurukUntuk kepentingan praktis di klinik
maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan
perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP
ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP
berat)
3. Berat badan