CARA MEMBUAT KOMPOS SEDERHANACara sederhana membuat kompos skala
rumah tanggaini merupakan artikel tentang cara praktis dan
sederhana dalam membuat kompos dari sampah organik yang dihasilkan
rumah tangga. Sampah-sampah organik seperti dedaunan, sisa
sayuran,buah-buahandapat dimanfaatkan menjadi kompos.Membuat kompos
merupakan bentuk dari recycle, salah satu unsur dari3 R. Sehingga
dengan mengolah sampah menjadi kompos berarti ikut membantu
mengurangi permasalahn yang disebabkan sampah. Selain itu, kompos
yang dihasilkan dapat dimanfaatkan langsung sebagai media tanam
ataupun pupuk organik.Pengolahan sampahrumah tangga menjadi kompos
dapat dilakukan oleh siapa saja, di mana saja dan dengan berbagai
cara. Dalam artikel ini, Alamendah akan membagikan tips sederhana
untuk membuat kompos yang bisa dilakukan oleh rumah tangga baik
yang memiliki lahan kosong ataupun hanya memiliki sedikit lahan
terbatas bahkan tidak memiliki lahan sama sekali.
Sampah ini dapat dimanfaatkan menjadi komposMembuat Kompos dari
Sampah Bagi Rumah Tangga yang Memiliki Lahan. Ini merupakancara
paling sederhana dalam membuat komposnamun hanya bisa dilakukan
jika memiliki lahan (tanah) kosong. Gali tanah sedalam 50-100 cm.
Lubang dibuat dengan jarak minimal 10 meter dari sumur untuk
menghindari tercemarnya sumur. Isi lubang dengan sampah organik
yang telah ditiriskan. Tutup atau taburi sampah dengan tanah secara
berkala untuk mengurangi bau. Jika telah penuh, tutup lubang dengan
tanah. Setelah tiga bulan, lubang dapat digali. Hasil galian dapat
digunakan sebagai kompos sedangkan lubangnya dapat digunakan untuk
membuat kompos kembali.Membuat Kompos dari Sampah Bagi Rumah Tangga
Dengan Lahan Terbatas. Bagi yang rumahnya hanya memiliki sedikit
lahan kosong, pembuatan kompos tetap dapat dilakukan. Sediakan drum
atau sejenisnya. Lubangi kecil-kecil bagian dasar drum untuk
rembesan air dari sampah. Tanam drum dengan kedalaman sekitar 10 cm
dari permukaan tanah. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum)
setiap hari. Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau
kapur secara berkala. Bila terdapat kotoranbinatangbisa ditambahkan
untuk meningkatkan kualitas kompos. Setelah penuh, tutup drum
dengan tanah dan diamkan selama tiga bulan. Keluarkan isi drum dan
angin-anginkan selama 2 minggu. Kompos sudah dapat
digunakan.Membuat Kompos dari Sampah Bagi Rumah Tangga yang Tidak
Mempunyai Lahan. Bagi rumah tangga yang tidak memiliki tanah atau
lahan kosong, pengolahan sampah menjadi kompos dapat dilakukan
dengan menggunakan ember, pot, kaleng bekas, atau sejenisnya.
Benda-benda ini sekaligus nantinya dapat dijadikan pot. Sediakan
ember, pot, kaleng bekas, ataupun wadah lainnya. Lubangi bagian
dasar dan letakkan di wadah yang dapat menampung rembesan air dari
dalamnya. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap
hari. Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur
secara berkala. Bila terdapat kotoran binatang bisa ditambahkan
untuk meningkatkan kualitas kompos. Setelah penuh, tutup drum
dengan tanah dan diamkan selama dua bulan. Wadah siap dijadikan pot
dengan kompos di dalamnya sebagai media tanam.Sobat Alamendah,
demikian proses pembuatan kompos dari sampah organik bagi rumah
tangga baik yang memiliki lahan kosong, lahan terbatas, maupun
tidak memiliki lahan sekalipun.Semoga mampu menginspirasi kita
semua bahwa semua orang, di mana pun juga, dapat melakukan tindakan
nyata dalam menangani permasalahan lingkungan utamanya sampah.
Bahkan dengan cara-cara yang sederhana sekalipun.
Sumber : recyclegreen.wordpress.com
CARA MEMBUAT PUPUK CAIR SENDIRI DI RUMAH
Pupuk Cair Organik :Merupakan zat penyubur tanaman yang berasal
dari bahan-bahan organik dan berwujud cair.Manfaat : Untuk
menyuburkan tanaman. Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam
tanah. Untuk mengurangi dampak sampah di lingkungan
sekitar.Keunggulan : Mudah, murah Tidak ada efek sampingKekurangan
: Perlu ketekunan dan kesabaran yang tinggi Hasilnya kurang
banyakBahan baku pupuk cair yang sangat bagus yaitu bahan organik
basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi,
seperti buah-buahan dan sisa sayuran (wortel, labu, sawi, selada,
kulit jeruk dll). Semakin besar kandungan selulosa dari bahan
organik (C/N ratio) maka proses penguraian oleh bakteri akan
semakin lama. Selain mudah terdekomposisi, bahan ini kaya nutrisi
yang dibutuhkan tanaman.Sebelum membuat pupuk cair. EM (Effectiv
Mikroorganisme) organik yang berbahan baku sampah organik, perlu
dibuatkan dahulu pembuatan Molase dan pembiakan bakteri EM.
PENBUATAN MOLASE :Molase yaitu : Sari tetes tebu (biang gula) atau
pembuatan Molase bisa juga dengan melarutkan gula merah/putih
dengan air tanpa kaporit dengan perbandingan 1:1 . PEMBIAKAN
BAKTERI EM-4
Cairan Bakteri EM-4 Siap PakaiCairan bakteri EM-4 dapat di
kembangbiakan sendiri dengan cara :Bahan :1. Cairan EM-4-1 Liter2.
Bekatul/Dedek -3 kg3. Molase (dalam keadaan cair)-1/4 Liter4.
Terasi -1/4 kg5. Air bersih (tanpa kaporit/tawas)-5 LiterPeralatan
:1. Panci untuk memasak air2. Pengaduk kayu3. Ember untuk
permentasi4. Saringan5. Botol untuk penyimpanan hasil akhirCara
penbuatan : Panaskan 5 Liter air sampai mendidih Masukan bekatul,
terasi dan molase aduk hingga tercampur merata Dinginkan adonan
hingga suhu kamar Setelah dingin masukan cairan EM-4, aduk hingga
rata Tutup rapat selama 2 hari, jangan di buka-buka Pada hari
ketiga dan selanjutnya penutup jangan terlalu rapat Aduk-aduk
setiap harinya selama 10 menit Setelah 1 minggu bakteri sudah dapat
diambil dan disaring, masukan kedalam botol yang sudah di sediakan
Simpan botol di ruangan sejuk dan tidak terkena sinar matahari
langsung, cairan EM-4 siap di gunakan untuk pembuatan pupuk organik
Agar bakteri mendapatkan kebutuhan Oksigen, tutup botol jangan
terlalu rapat atau biarkan terbuka. HAMIS, 24 JULAI 2008 Kompos
adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh
populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H.
Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan
organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber
energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami
tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini
meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang
cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik.
Rata-rata persentase bahan organiksampahmencapai 80%, sehingga
pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai.Daftar
isi[sembunyikan]1 Pendahuluan2 Manfaat Kompos3 Dasar-dasar
Pengomposan3.1 Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan3.2 Proses
Pengomposan3.3 Faktor yang mempengaruhi proses Pengomposan4
Strategi Mempercepat Proses Pengomposan4.1 Memanipulasi Kondisi
Pengomposan4.2 Menggunakan Aktivator Pengomposan4.3 Memanipulasi
Kondisi dan Menambahkan Aktivator Pengomposan4.4 Pertimbangan untuk
menentukan strategi pengomposan5 Pengomposan secara aerobik5.1
Peralatan5.2 Tahapan pengomposan6 Kontrol proses produksi kompos6.1
Proses pengontrolan7 Mutu kompos8 Literatur9 Pranala luar//
[sunting] PendahuluanSecara alami bahan-bahan organik akan
mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota
tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami
berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan
ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan. Baik
pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi
tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan
didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang terjadi secara
alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga
pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien.
Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya
terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic, seperti untuk
mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik
industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.Teknologi
pengomposan sampah sangat beragam, baik
secaraaerobikmaupunanaerobik, dengan atau tanpa aktivator
pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara
lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp,
BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM
(Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan
kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan
sendiri-sendiri.Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan,
karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan
kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan
olehmikroorganismedi dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara.
Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme
yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.Hasil
akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan
untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya
untuk memperbaiki sifatkimia,fisikadanbiologitanah, sehingga
produksitanamanmenjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari
pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan
kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan
kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA,
eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta
mengurangi penggunaanpupukkimia.Bahan baku pengomposan adalah semua
material organik yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti
kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah
industripertanian. Berikut disajikan bahan-bahan yang umum
dijadikan bahan baku pengomposan.AsalBahan1. PertanianLimbah dan
residu tanamanJerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol
jagung, semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang dan sabut
kelapaLimbah & residu ternakKotoran padat, limbah ternak cair,
limbah pakan ternak, cairan biogasTanaman airAzola, ganggang biru,
enceng gondok, gulma air2. IndustriLimbah padatSerbuk gergaji kayu,
blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit, limbah
pengalengan makanan dan pemotongan hewanLimbah cairAlkohol, limbah
pengolahan kertas, ajinomoto, limbah pengolahan minyak kelapa
sawit3. Limbah rumah tanggaSampahTinja, urin, sampah rumah tangga
dan sampah kota
[sunting] Manfaat KomposKompos ibarat multi-vitamin untuk tanah
pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang
perakaran yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah dengan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan
kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas
mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan
penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk
menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat
merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga
diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan
penyakit.Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih
baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia,
misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar,
dan lebih enak.Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari
beberapa aspek:Aspek Ekonomi :Menghemat biaya untuk transportasi
dan penimbunan limbahMengurangi volume/ukuran limbahMemiliki nilai
jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnyaAspek Lingkungan
:Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbahMengurangi
kebutuhan lahan untuk penimbunanAspek bagi
tanah/tanaman:Meningkatkan kesuburan tanahMemperbaiki struktur dan
karakteristik tanahMeningkatkan kapasitas jerap air
tanahMeningkatkan aktivitas mikroba tanahMeningkatkan kualitas
hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)Menyediakan hormon
dan vitamin bagi tanamanMenekan pertumbuhan/serangan penyakit
tanamanMeningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
[sunting] Dasar-dasar Pengomposan
[sunting] Bahan-bahan yang Dapat DikomposkanPada dasarnya semua
bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah
organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas,
kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertaniah, limbah-limbah
agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah
pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk
dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut.
[sunting] Proses PengomposanProses pengomposan akan segera
berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan
secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif
dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan
senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan
oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan
cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos.
Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap
tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini
adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu
tinggi. Pada saat ini terjadi dekmposisi/penguraian bahan organik
yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan
menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap
air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka
suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini
terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek
liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan
volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 40%
dari volume/bobot awal bahan.
Skema Proses Pengomposan AerobikProses pengomposan dapat terjadi
secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada
oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik,
dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan
organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan
oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak
diinginkan selama proses pengomposan karena akan dihasilkan bau
yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa
yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat,
asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
Gambar profil suhu dan populasi mikroba selama proses
pengomposanTabel organisme yang terlibat dalam proses
pengomposanKelompok OrganismeOrganismeJumlah/gr
komposMikrofloraBakteri; Aktinomicetes; Kapang109 - 109; 105 108;
104 - 106MikrofanunaProtozoa104 - 105MakrofloraJamur tingkat
tinggiMakrofaunaCacing tanah, rayap, semut, kutu, dllProses
pengomposan tergantung pada :Karakteristik bahan yang
dikomposkanAktivator pengomposan yang dipergunakanMetode
pengomposan yang dilakukan
[sunting] Faktor yang mempengaruhi proses PengomposanSetiap
organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan
dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka
dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah
padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai,
maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau
bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses
pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu
sendiri.Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara
lain:Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan
berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C
sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein.
Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C
untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N
terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein
sehingga dekomposisi berjalan lambat.Ukuran Partikel Aktivitas
mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area
yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan
bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran
partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas).
Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.Aerasi Pengomposan yang
cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi
secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk
ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan
kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka
akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak
sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau
mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.Porositas Porositas
adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas
dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total.
Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan
mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi
oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses
pengomposan juga akan terganggu.Kelembaban (Moisture content)
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses
metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada
suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik
apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 -
60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila
kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan
dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban
lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang,
akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi
fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak
sedap.Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada
hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen.
Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan
akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat
terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar
antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu
yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan
hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu
yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan
benih-benih gulma.pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran
pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar
antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara
6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan
perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai
contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan
menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia
dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH
pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang
biasanya mendekati netral.Kandungan Hara Kandungan P dan K juga
penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam
kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh
mikroba selama proses pengomposan.Kandungan Bahan Berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang
berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu,
Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini.
Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses
pengomposan.Lama pengomposan Lama waktu pengomposan tergantung pada
karakteristik bahan yang dikomposakan, metode pengomposan yang
dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator
pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu
beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar
matang.Tabel Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses
pengomposan (Ryak, 1992)KondisiKonsisi yang bisa diterimaIdealRasio
C/N20:1 s/d 40:125-35:1Kelembaban40 65 %45 62 % beratKonsentrasi
oksigen tersedia> 5%> 10%Ukuran partikel1 inchibervariasiBulk
Density1000 lbs/cu yd1000 lbs/cu ydpH5.5 9.06.5 8.0Suhu43 66oC54
-60oC
[sunting] Strategi Mempercepat Proses PengomposanPengomposan
dapat dipercepat dengan beberapa strategi. Secara umum strategi
untuk mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan menjadi
tiga, yaitu:Menanipulasi kondisi/faktor-faktor yang berpengaruh
pada proses pengomposan.Menambahkan Organisme yang dapat
mempercepat proses pengomposan: mikroba pendegradasi bahan organik
dan vermikompos (cacing).Mengambungkan strategi pertama dan
kedua.
[sunting] Memanipulasi Kondisi PengomposanStrtegi ini banyak
dilakukan di awal-awal berkembangnya teknologi pengomposan. Kondisi
atau faktor-faktor pengomposan dibuat seoptimum mungkin. Sebagai
contoh, rasio C/N yang optimum adalah 25-35:1. Untuk membuat
kondisi ini bahan-bahan yang mengandung rasio C/N tinggi dicampur
dengan bahan yang mengandung rasio C/N rendah, seperti kotoran
ternak. Ukuran bahan yang besar-besar dicacah sehingga ukurannya
cukup kecil dan ideal untuk proses pengomposan. Bahan yang terlalu
kering diberi tambahan air atau bahan yang terlalu basah
dikeringkan terlebih dahulu sebelum proses pengomposan. Demikian
pula untuk faktor-faktor lainnya.
[sunting] Menggunakan Aktivator PengomposanStrategi yang lebih
maju adalah dengan memanfaatkan organisme yang dapat mempercepat
proses pengomposan. Organisme yang sudah banyak dimanfaatkan
misalnya cacing tanah. Proses pengomposannya disebut vermikompos
dan kompos yang dihasilkan dikenal dengan sebutan kascing.
Organisme lain yang banyak dipergunakan adalah mikroba, baik
bakeri, aktinomicetes, maupuan kapang/cendawan. Saat ini dipasaran
banyak sekali beredar aktivator-aktivator pengomposan, misalnya :
Promi, OrgaDec, SuperDec, ActiComp, EM4, Stardec, Starbio, BioPos,
dan lain-lain.Promi, OrgaDec, SuperDec, dan ActiComp adalah hasil
penelitian Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia
(BPBPI) dan saat ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.
Aktivator pengomposan ini menggunakan mikroba-mikroba terpilih yang
memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi limbah-limbah padat
organik, yaitu: Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp,
Trichoderma harzianum, Pholyota sp, Agraily sp dan FPP (fungi
pelapuk putih). Mikroba ini bekerja aktif pada suhu tinggi
(termofilik). Aktivator yang dikembangkan oleh BPBPi tidak
memerlukan tambahan bahan-bahan lain dan tanpa pengadukan secara
berkala. Namun, kompos perlu ditutup/sungkup untuk mempertahankan
suhu dan kelembaban agar proses pengomposan berjalan optimal dan
cepat. Pengomposan dapat dipercepat hingga 2 minggu untuk
bahan-bahan lunak/mudah dikomposakan hingga 2 bulan untuk
bahan-bahan keras/sulit dikomposkan.
[sunting] Memanipulasi Kondisi dan Menambahkan Aktivator
PengomposanStrategi proses pengomposan yang saat ini banyak
dikembangkan adalah mengabungkan dua strategi di atas. Kondisi
pengomposan dibuat seoptimal mungkin dengan menambahkan aktivator
pengomposan.
[sunting] Pertimbangan untuk menentukan strategi
pengomposanSeringkali tidak dapat menerapkan seluruh strategi
pengomposan di atas dalam waktu yang bersamaan. Ada beberapa
pertimbangan yang dapat digunakan untuk menentukan strategi
pengomposan:Karakteristik bahan yang akan dikomposkan.Waktu yang
tersedia untuk pembuatan kompos.Biaya yang diperlukan dan hasil
yang dapat dicapai.Tingkat kesulitan pembuatan kompos
[sunting] Pengomposan secara aerobik
[sunting] PeralatanPeralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan
secara aerobik terdiri dari peralatan untuk penanganan bahan dan
peralatan perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja.
Berikut disajikan peralatan yang digunakan.Terowongan udara
(Saluran Udara)Digunakan sebagai dasar tumpukan dan saluran
udaraTerbuat dari bambu dan rangka penguat dari kayuDimensi :
panjang 2m, lebar - m, tinggi mSudut : 45oDapat dipakai menahan
bahan 2 3 tonSekopAlat bantu dalam pengayakan dan tugas-tugas
lainnyaGarpu/cangkrangDigunakan untuk membantu proses pembalikan
tumpukan bahan dan pemilahan sampahSaringan/ayakanDigunakan untuk
mengayak kompos yang sudah matang agar diperoleh ukuran yang
sesuaiUkuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran kompos yang
diinginkanSaringan bisa berbentuk papan saring yang dimiringkan
atau saringan putarTermometerDigunakan untuk mengukur suhu
tumpukanPada bagian ujungnya dipasang tali untuk mengulur
termometer ke bagian dalam tumpukan dan menariknya kembali dengan
cepatSebaiknya digunakantermometeralkohol(bukan air raksa) agar
tidak mencemari kompos jika termometer pecahTimbanganDigunakan
untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai berat yang
diinginkanJenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
penimbangan dan pengemasanSepatu bootDigunakan oleh pekerja untuk
melindungi kaki selama bekerja agar terhindar dari bahan-bahan
berbahayaSarung tanganDigunakan oleh pekerja untuk melindungi
tangan selama melakukan pemilahan bahan dan untuk kegiatan lain
yang memerlukan perlindungan tanganMaskerDigunakan oleh pekerja
untuk melindungi pernafasan dari debu dan gas bahan terbang
lainnya
Kompos Bahan Organik dan Kotoran HewanPengomposan dapat juga
menggunakan alat mesin yang berfungsi dalam memberi asupan oksigen
serta membalik bahan secara praktis. Komposter Rotary Klin
berkapasitas 1 ton bahan sampah mengelola proses membalik bahan dan
mengontrol aerasi dengan cara mengayuh pedal serta memutar aerator
( exhaust fan). Penggunaan komposter BioPhoskko disertai aktivator
kompos yang tepat akan meningkatkan kerja penguraian bahan
(dekomposisi) oleh jasad renik menjadi 5 sampai 7 hari saja.
[sunting] Tahapan pengomposanPemilahan SampahPada tahap ini
dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik (barang
lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan
teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos
yang dihasilkanPengecil UkuranPengecil ukuran dilakukan untuk
memperluas permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah dan
cepat didekomposisi menjadi komposPenyusunan TumpukanBahan organik
yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran kemudian
disusun menjadi tumpukan.Desain penumpukan yang biasa digunakan
adalah desain memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi =
2m x 12m x 1,75m.Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu
(windrow) yang berfungsi mengalirkanudaradi dalam
tumpukan.PembalikanPembalikan dilakuan untuk membuang panas yang
berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan,
meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan
pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel
kecil-kecil.PenyiramanPembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan
tumpukan yang terlalu kering (kelembaban kurang dari 50%).Secara
manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras
segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.Apabila pada saat
digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka tumpukan sampah
harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar
air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan
pembalikan.PematanganSetelah pengomposan berjalan 30 40 hari, suhu
tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan.Pada
saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman.
Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14
hari.PenyaringanPenyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran
partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan
bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses
pemilahan di awal proses.Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan
ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak
terkomposkan dibuang sebagai residu.Pengemasan dan
PenyimpananKompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai
dengan kebutuhan pemasaran.Kompos yang telah dikemas disimpan dalam
gudang yang aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur
dan tercemari oleh bibitjamurdanbenihgulmadan benih lain yang tidak
diinginkan yang mungkin terbawa olehangin.
[sunting] Kontrol proses produksi komposProses pengomposan
membutuhkan pengendalian agar memperoleh hasil yang baik.Kondisi
ideal bagi proses pengomposan berupa keadaan lingkungan atau
habitat dimana jasad renik (mikroorganisme) dapat hidup dan
berkembang biak dengan optimal.Jasad renik membutuhkan air, udara
(O2), dan makanan berupa bahan organik dari sampah untuk
menghasilkan energi dan tumbuh.
[sunting] Proses pengontrolanProses pengontrolan yang harus
dilakukan terhadap tumpukan sampah adalah:Monitoring Temperatur
TumpukanMonitoring KelembabanMonitoring OksigenMonitoring Kecukupan
C/N RatioMonitoring Volume
[sunting] Mutu komposKompos yang bermutu adalah kompos yang
telah terdekomposisi dengan sempurna serta tidak menimbulkan
efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman.Penggunaan kompos yang
belum matang akan menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrien
antara tanaman dengan mikroorganisme tanah yang mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan tanamanKompos yang baik memiliki beberapa
ciri sebagai berikut :Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan
warna tanah,Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat
membentuk suspensi,Nisbah C/N sebesar 10 20, tergantung dari bahan
baku dan derajat humifikasinya,Berefek baik jika diaplikasikan pada
tanah,Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, danTidak
berbau.
PengomposanTata Cara Sederhana Membuat
KomposSumber:http://bundaiing.blogspot.com/Langkah Pertama:Membuat
strarter untuk mempercepat proses pengomposan, misalnya EM4
(efektif mikroorganisme tipe 4). Bahan2nya bisa macam2 (yang ada
disekitar kita). Contoh yang paling gampang, menggunakan tape/tapai
(peuyeum singkong) 1 kg, terasi yg paling murah 1/4 kg, gula pasir
1/4 kg, air kelapa 5 gelas. Bahan tersebut dimasukkan ke dalam
jerigen plastik ukuran 20 liter. Tambahkan air 10 liter, kemudian
diaduk sampai lumat. Lalu, biarkan selama 7 hari dan jangan
ditutup. Setelah itu, bahan tersebut sudah bisa dipakai sebagai
starter untuk proses pengomposan. bahan cairan ini baunya seperti
alkohol. Kita namakan bahan cairan ini dengan sebutan MOL
(mikroorganisme lokal).Langkah Kedua:Mengumpulkan bahan kompos
(sampah), terdiri atas sampah organik yang ada di sekitar kita.
Sampah organik yang masih segar berwarna hijau dicampur dengan
sampah organik (daun2) yang sudah kering berwarna coklat. Bahan2
itu dirajang/potong halus kecil2 ukuran maksimum sekitar 3 cm.
Jumlah yang hijau dan yang coklat seimbang, atau 1 banding 1,
diaduk rata. Lebih bagus jika dicampur kotoran ternak. Jumlah total
bahan kompos minimum 1/2 meter kubik.Langkah Ketiga:Masukkan bahan2
tersebut dalam keranjang bambu. Kalau tidak ada, bisa dimasukkan
dalam karung yang bolong2 dilubangi. Kemudian dibasahi dengan MOL.
Setiap 3 hari diaduk, ditambah MOL. Pada minggu pertama akan terasa
proses kompos ini mengeluarkan panas, bisa sampai 70 derajat
celsius. Pada minggu ke dua, panas mulai menurun. Minggu ke tiga
sudah mulai mendingin. Dan minggu terakhir, sudah dingin kembali,
dan kompos sudah matang dengan warnanya coklat kehitaman seperti
tanah. Giliran berikutnya bisa dimanfaatkan untuk tanaman.
Kompos dalam
KarungSumber:http://kampungantenan.blogspot.com/Langkah-langkah
membuat MOL yang merupakan starter dalam pengomposan: Nasi (baru
maupun basi) dibentuk bulat sebesar bola ping-pong sebanyak 4 buah.
Diamkan selama tiga hari sampai keluar jamur yang berwarna kuning,
jingga, dan abu-abu. Bola nasi jamuran kemudian dimasukkan ke dalam
botol/wadah plastik. Tuang air satu gayung yang sudah dicampur gula
sebanyak empat sendok makan ke dalam botol/wadah yang berisi nasi
jamuran. Diamkan selama satu minggu. Campuran nasi dan air gula
tersebut akan berbau asem seperti tape/peuyeum. MOL sudah bisa
digunakan sebagai starter untuk membuat kompos dengan dicampur air.
Perbandingan MOL dengan air sebesar 1:5.Langkah pembuatan kompos
menggunakan karungLangkah 1:
Potong/cacah dengan ukuran 2 s/d 3 cm sampah organik yang akan
dibuat kompos.Langkah 2:
Campur sampah coklat dan sampah hijau dengan perbandingan 1:2.
Jika terlalu banyak sampah coklat, pengomposan akan memakan waktu
lama.Langkah 3:
Ratakan sampah yang akan dibuat kompos sebelum dicampur dengan
MOL.Langkah 4:
Sirami permukaan sampah secara merata dengan MOL.Langkah 5:
Aduk agar MOL tercampur merata. Siram kembali dengan MOL sampai
sampah terlihat basah kemudian aduk kembali.Langkah 6:
Masukkan sampah ke dalam karung, setelah diangin-anginkan
sebentar. Kemudian karung diikat agar tidak diacak-acak kucing,
anjing, atau ayam.Langkah 7:
Karung ditusuk-tusuk dengan obeng atau alat lainnya secara
merata agar oksigen (udara segar) bisa masuk.Langkah 8:
Simpan di tempat yang tidak kehujanan dan tidak terkena sinar
matahari langsung.Langkah 9:
Seminggu sekali Langkah 3 s/d 8 diulang kembali. Dalam waktu
enam minggu kompos sudah jadi dan siap digunakan. Catatan: Minggu
ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja, suhu mencapai 45-65C. Karung
terasa hangat bila dipegang. Minggu ke-3 dan ke-4 suhu mulai
menurun menjadi sekitar 40C. Minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali
normal seperti suhu tanah, kompos sudah jadi/matang. Kompos yang
sudah jadi berwarna coklat kehitam-hitaman dan baunya seperti
tanah. Kompos bisa disimpan di dalam karung sebelum digunakan.
Mengolah Sampah Menjadi Produk 3M (Mudah, Murah,
Menghasilkan)Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, apabila
sampah dikelola dengan baik maka akan menjadi produk yang
bermanfaat bahkan bisa menjadi sumber energi. Untuk memudahkan
pengelolaan, kita dapat mengacu pada sampah berdasarkan zat
kimianya yaitu sampah organik dan anorganik. Berikut adalah
beberapa cara mengolah sampah yang merupakan masalah menjadi produk
yang menghasilkan:A. Mengolah sampah organik menjadi pupukSampah
organik bisa kita dapat dengan mudah dari sampah rumah tangga,
sisa-sisa tumbuhan maupun kotoran hewan. Saya mengolah sampah
organik yang berasal dari sayuran sisa dapur dengan bantuan
bioaktivator atau agen pengurai. Bioaktivator ini sangat mudah
didapat serta mudah dibuat sehingga pembuatan pupuk sebenarnya
dapat dilakukan oleh siapapun termasuk ibu-ibu rumah tangga.
Berikut adalah beberapa bentuk pupuk yang dapat kita hasilkan dari
sampah organik:a. Pupuk cairCara pembuatan pupuk cair dari sampah
rumah tangga sangatlah mudah, yaitu cukup mencampurkan air cucian
beras (air tajin), air tanah atau air dari sumur, gula merah atau
gula pasir (gula tebu), ragi (sebagai bioaktivator) serta sampah
organik (sampah sayuran) yang sudah dipotong-potong terlebih
dahulu. Campurkan dan aduk semua bahan tersebut hingga rata,
kemudian masukan ke dalam karung. Karung tersebut dimasukan ke
dalam ember yang dibagian bawahnya sudah diberi keran sebagai
tempat untuk mengeluarkan pupuk cair. Setelah 7-10 hari pupuk cair
sudah dapat digunakan. Angkat ampas yang terdapat dalam karung dan
pindahkan pupuk cair ke dalam wadah. Bahan yang terdapat dalam
karung masih bisa kita gunakan sebagai kompos setelah
dikeringkan.Aplikasi pemakaian pupuk cairnya juga sangat mudah,
cukup mencampurkan satu gelas pupuk cair ukuran 250 ml dengan 5
liter air. Larutan pupuk cair organikpun siap untuk diaplikasikan
pada tanaman. Pupuk cair organik ini memiliki nilai jual Rp.
10.000,- untuk ukuran 650 ml.
Pembuatan Pupuk Cair Organikb. KomposSama sepertihalnya pupuk
organik, pembuatan kompos juga relatif mudah dilakukan oleh
siapapun. Bahannya juga masih menggunakan bahan organik. Proses
pengomposan selain bermanfaat untuk pembuatan pupuk juga bermanfaat
untuk mengubah limbah yang berbahaya, seperti misalnya tinja,
sampah, dan limbah cair lain menjadi bahan yang aman dan
bermanfaat. Berikut adalah cara pembuatan kompos skala
keluarga:
Proses Pembuatan Kompos Skala Rumah Tangga1. Siapkan komposter
atau wadah untuk pengomposan sampah rumah tangga, bisa terbuat dari
ember, karung maupun kardus. Saya menggunakan kardus sebagai wadah
pembuatan kompos karena mudah diperoleh2. Beri lapisan sekam,
jerami atau serbuk gergaji setebal 5 cm pada dasar wadah yang
berfungsi menyerap air selama proses pengomposan3. Kompos yang
sudah jadi diletakkan di atas lapisan dasar sebagai starter4. Cacah
sampah organik hingga ukuran kecil untuk memudahkan penguraian
kemudian berikan bioaktivator dan aduk hingga rata5. Masukan sampah
organik di atas starter6. Tambahkan lagi lapisan kompos yang sudah
jadi di atas lapisan sampah organik tersebut7. Gunakan penutup yang
memiliki lubang seperti kasa nyamuk agar udara dapat keluar8.
Lakukan pembalikan dan pengadukan seminggu setelahnya agar proses
penguraian merata. Kompos dapat digunakan dua minggu berikutnya.
Lama tidaknya proses pengomposan tergantung pada berbagai faktor,
salah satunya adalah jenis bioaktivator.Sama sepertihalnya pupuk
cair organik, kompos juga memiliki nilai jual dengan harga jual
mencapai Rp. 10.000-15.000,- per karung.B. Mengubah sampah
anorganik menjadi produk kerajinan tanganSampah anorganik berbahan
dasar plastik dapat kita olah lebih lanjut menjadi produk kerajinan
tangan yang unik dan menghasilkan. Contohnya adalah bros, tas
plastik, dompet, hiasan ruangan dan lain sebagainya. Agar kualitas
sampah plastik yang digunakan sebagai bahan kerajinan ini tidak
rusak, maka pisahkan sampah organik dan anorganik sejak awal supaya
sampah plastik tersebut tidak terkontaminasi sampah yang
lain.Proses pengolahan sampah plastik ini sudah dilakukan oleh
beberapa orang pelaku usaha yang memang concern dalam pengelolaan
sampah. Seperti yang telah dilakukan oleh ibu rumah tangga
sekaligus kader lingkungan di desanya di Kecamatan Dramaga
Kabupaten Bogor yang mengolah kemasan bekas suatu produk menjadi
barang kerajinan tangan. Mereka adalah Ibu Juju yang berhasil
mengolah sampah plastik menjadi bros, kemudian Ibu Ani yang
mengolah sampah menjadi hiasan jendela, serta Ibu Erna yang
mengolah sampah menjadi tas. Sampah plastik yang digunakan sebagai
bahan dipilih dan diperlakukan sebaik mungkin agar tidak rusak.
Sampah ini diperoleh dari kegiatan keseharian mereka sehingga
mereka tidak perlu pusing untuk mencari bahan. Contohnya Ibu Ani,
Ia tidak perlu mencari sampah untuk bahan pembuatan hiasan dinding,
dia cukup menggunakan sampah plastik yang dihasilkan pada
kesehariannya. Misalnya Ia mengumpulkan sampah yang berasal dari
bungkus kopi untuk dibentuk hiasan dinding berbentuk ikan.
Kerajinan yang berasal dari sampah ini memberikan pemasukan bagi
Ibu Juju, Ibu Ani maupun Ibu Erna. Mereka seringkali diundang
sebagai narasumber untuk melatih dan mengajarkan pengolahan sampah
menjadi produk kerajinan tangan berkat kepiawaiannya dalam mengolah
sampah.
Bros produk Ibu Juju terbuat dari sampah plastik
Kerajinan tangan dibuat oleh Ibu Ani
Tas dari kemasan bekas oleh Ibu ErnaC. Memanfaatkan sampah
menjadi sumber bahan bakar alternatifBriket arang dari sampah
organik dapat dihasilkan melalui proses pembakaran dedaunan dan
bahan organik lain dengan menggunakan drum. Arang dari hasil
pembakaran nantinya dibentuk dengan tepung kanji agar menyatu dan
dicetak dengan menggunakan seng berbentuk silinder. Tidak hanya
sampah organik, sampah anorganik yang berasal dari kantong plastik
dan botol plastik dapat diolah menjadi sumber bahan bakar
alternatif. Hal tersebut telah dilakukan oleh sebuah perusahaan di
Niagara Falls, New York, Amerika Serikat. Perusahaan tersebut
berhasil mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif
dengan menggunakan katalis yang dipatenkan untukmenguapkan cairan
kental dan mengurai plastik menjadi unsur-unsur paling dasar. Dari
proses penguapan dan penguraian tersebut mampu menghasilkan sekitar
86 persen bahan bakar alternatif.Pembuatan pupuk, aksesoris dari
sampah serta bahan bakar alternatif ini dapat menjadi salah satu
sumber energi, menambah pemasukan sekaligus menjadi solusi dalam
rangka mengurangi jumlah sampah yang terus meningkat.1.
unakanlahGreen Productyang ramah lingkungan, aman dikonsumsi, aman
bagi kesehatan dan lingkungan.Green productadalah barang-barang
yang menggunakan material ramah lingkungan, bisa didaur ulang, dan
menggunakan manajemen pengelolaan sampah yang baik. Kemasan ramah
lingkungan ini biasa disebut dengansustainable packaging.2. Untuk
mengurangi sampah plastik (Reduce), kita dapat menggunakan tas
berbahan kain yang dapat dipakai berkali-kali atau jika memang
ingin menggunakan plastik maka gunakanlah plastik biodegradable
yang dapat terurai dengan sendirinya.3. Gunakan kembali (Reuse)
sampah anorganik yang masih layak untuk digunakan, misalnya
digunakan sebagai wadah tanaman4. Pisahkan sampah organik dengan
anorganik. Lakukan pengolahan lebih lanjut menjadi produk yang
bermanfaat (Recycle), contohnya membuat kerajinan tangan dari
plastik5. Tanamkan rasa mencintai lingkungan sejak dini kepada
anak-anak dengan melakukan penanaman dan pemeliharaan lingkungan di
sekitar mereka6. Lakukan gerakan secara bersama-sama minimal pada
lingkup yang kecil terlebih dahulu agar menjadi contoh bagi
masyarakat yang lainnya. misalnya kerja bakti bersama-sama
membersihkan lingkungan di tingkat RT7. Tulis dan sebarkan semangat
untuk mencintai lingkungan melaluiblog, surat kabar, majalah, forum
diskusi, komunitas dan melalui apapun yang kita bisa agar dapat
menginspirasi serta pengingat bagi yang lainnya