CANDI-CANDI DI INDONESIA
CANDI DI SUMATRA
1. Candi Muara TakusCandi yang berada di daerah Riau Sumatra
Barat, candi agama Budha ini tepatnya terletak di daerah muara
takusKecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar atau jaraknya kurang
lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru, Riau. Jarak antara
kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5
kilometer dan tak jauh dari pinggir Sungai Kampar Kanan.Umat Budha
setempat bersembahyang rutin di candi itu. Sejak beberapa tahun
belakang ini, candi tersebut dijadikan sebagai lokasi upacara
peringatan hari suci Waisak. Masyarakat non-Budha, termasuk dari
luar Provinsi Riau, banyak yang berwisata ke candi ini.Gugusan
candi dikelilingi tembok setinggi satu meter seluas berukuran 74 x
74 meter. Setelah masuk ke kompleks candi, segera nampak keunikan
lainnya. Candi-candi di sana, seperti juga candi di Muaro Jambi dan
di kawasan Padanglawas Utara, Sumatera Utara, dibangun dengan batu
bata merah, bukan batu andesit seperti kebanyakan candi di
Jawa.
CANDI DI JAWA BARAT
1. Candi Cangkuang
Candi Cangkuang adalah sebuah candi Hindu yang terdapat di
Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa
Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda
serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda.Cirri-ciri
nya:Bangunan Candi Cangkuang yang sekarang dapat kita saksikan
merupakan hasil pemugaran yang diresmikan pada tahun 1978. Candi
ini berdiri pada sebuah lahan persegi empat yang berukuran 4,7 x
4,7 m dengan tinggi 30 cm. Kaki bangunan yang menyokong pelipit
padma, pelipit kumuda, dan pelipit pasagi ukurannya 4,5 x 4,5 m
dengan tinggi 1,37 m. Di sisi timur terdapat penampil tempat tangga
naik yang panjangnya 1,5 m dan lbar 1,26 m.
CANDI DI JAWA TENGAH
1. Candi Borobudur
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari
enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar
melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu
tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.Borobudur
adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur,
Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di
sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut
Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha
Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa
Syailendra.
2. Candi Prambanan
Candi Prambanan salah satu candi yang terbesar agama Hindu.
terletak di 13km arah Klaten, dan 17km dari arah
Yogyakarta.Kompleks Candi Prambanan mempunyai 3 halaman, yaitu
halaman pertama berdenah bujur sangkar, merupakan halaman paling
suci karena halaman tersebut terdapat 3 candi utama (Siwa, Wisnu,
Brahma), 3 candi perwara, 2 candi apit, 4 candi kelir, 4 candi
sudut/patok. Halaman kedua juga berdenah bujur sangkar, letaknya
lebih rendah dari halaman pertama. Pada halaman ini terdapat 224
buah candi perwara yang disusun atas 4 deret dengan perbandingan
jumlah 68, 60, 52, dan 44 candi. Susunan demikian membentuk susunan
yang konsentris menuju halaman pusat.
3. Candi Mendut
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang
berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan
berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.Candi
Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi
ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi Borobudur.Candi Mendut
didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra.
Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi,
disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama
veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli
arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan
dengan Candi Mendut.
4. Candi Sewu
Candi Sewu merupakan candi budha yang berada dalam kompleks
candi prambanan. Candi Sewu di bangun pada saat masa kerjaan
Matraman Kuno oleh Raja Pakai Panangkarang(746 784). Candi Sewu
merupakan komplek candi Buddha terbesar setelah candi
Borobudur.Menurut legenda rakyat setempat, seluruh candi ini
berjumlah 999 dan dibuat oleh seorang tokoh sakti bernama, Bandung
Bondowoso hanya dalam waktu satu malam saja, sebagai prasyarat
untuk bisa memperistri dewi Roro Jonggrang. Namun keinginannya itu
gagal karena pada saat fajar menyingsing, jumlahnya masih kurang
satu.
5. Candi Gedong Songo
Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi
peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi, Kecamatan
Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di
lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat lima buah
candi.Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan
merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra
abad ke-9 (tahun 927 masehi).Ciri-cirinya:Candi ini memiliki
persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini
terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut
sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar antara
19-27C)Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini
memiliki pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi juga
terdapat hutan pinus yang tertata rapi serta mata air yang
mengandung belerang.
6. Candi Pawon
Candi Pawon terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Candi yang mempunyai nama
lain Candi Brajanalan ini lokasinya sekitar 2 km ke arah timur laut
dari Candi Barabudhur dan 1 km ke arah tenggara dari Candi Mendut.
Letak Candi Mendut, Candi Pawon dan Candi Barabudhur yang berada
pada satu garis lurus mendasari dugaan bahwa ketiga candi Buddha
tersebut mempunyai kaitan yang erat. Selain letaknya, kemiripan
motif pahatan di ketiga candi tersebut juga mendasari adanya
keterkaitan di antara ketiganya. Poerbatjaraka, bahkan berpendapat
bahwa candi Pawon merupakan upa angga (bagian dari) Candi
Barabudhur.
7. Candi Dieng
Candi Dieng merupakan kumpulan candi yang terletak di kaki
pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa tengah. Kawasan Candi Dieng
menempati dataran pada ketinggian 2000 m di atas permukaan laut,
memanjang arah utara-selatan sekitar 1900 m dengan lebar sepanjang
800 m.
Luas keseluruhan kompleks Candi Dieng mencapai sekitar 1.8 x 0.8
km2. Candi-candi di kawasan Candi Dieng terbagi dalam 3 kelompok
dan 1 candi yang berdiri sendiri yang dinamakan berdasarkan nama
tokoh dalam cerita wayang yang diadopsi dari Kitab Mahabarata.
Ketiga kelompok candi tersebut adalah Kelompok Arjuna, Kelompok
Gatutkaca, Kelompok Dwarawati dan satu candi yang berdiri sendiri
adalah Candi Bima.
CANDI DI JOGJAKARTA
1. Candi Kalasan
Candi Kalasan terletak di Desa Kalibening, Tirtamani, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya sekitar 16 km ke arah
timur dari kota Yogyakarta. Dalam Prasasti Kalasan dikatakan bahwa
candi ini disebut juga Candi Kalibening, sesuai dengan nama desa
tempat candi tersebut berada. Tidak jauh dari Candi Kalasan
terdapat sebuah candi yang bernama Candi Sari. Kedua candi tersebut
memiliki kemiripan dalam keindahan bangunan serta kehalusan
pahatannya. Ciri khas lain yang hanya ditemui pada kedua candi itu
ialah digunakannya vajralepa (bajralepa) untuk melapisi
ornamen-ornamen dan relief pada dinding luarnya
2. Candi Ratu Baka
Candi Baka terletak sekitar 3 km ke arah selatan dari Candi
Prambanan atau sekitar 19 km ke arah selatan dari kota Yogyakarta.
Kawasan Candi Ratu Baka yang berlokasi di atas sebuah bukit dengan
ketinggian 195.97 m diatas permukaan laut, meliputi dua desa, yaitu
Desa Sambirejo dan Desa Dawung.
Situs Ratu Baka sebenarnya bukan merupakan candi, melainkan
reruntuhan sebuah kerajaan. Oleh karena itu, Candi Ratu Baka sering
disebut juga Kraton Ratu Baka. Disebut Kraton Baka, karena menurut
legenda situs tersebut merupakan istana Ratu Baka, ayah Lara
Jonggrang. Kata 'kraton' berasal dari kata Ka-ra-tu-an yang berarti
istana raja. Diperkirakan situs Ratu Baka dibangun pada abad ke-8
oleh Wangsa Syailendra yang beragama Buddha, namun kemudian diambil
alih oleh raja-raja Mataram Hindu. Peralihan 'pemilik' tersebut
menyebabkan bangunan Kraton Baka dipengaruhi oleh Hinduisme dan
Buddhisme.
CANDI DI JAWA TIMUR
1. Candi Bajang Ratu
Candi Bajangratu terletah di Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan
Trowulan, Kabupaten Mojokerto, sekitar 3,5 km dari Candi
Wringinlawang dan sekitar 600 m dari Candi Tikus. Candi ini masih
menyimpan banyak hal yang belum diketahui secara pasti, baik
mengenai tahun pembuatannya, raja yang memerintahkan
pembangunannya, fungsinya, maupun segi-segi lainnya.
Nama Bajangratu pertama kali disebut dalam Oudheidkunding
Verslag (OV) tahun 1915. Arkeolog Sri Soeyatmi Satari menduga nama
Bajangratu ada hubungannya dengan Raja Jayanegara dari Majapahit,
karena kata 'bajang' berarti kerdil. Menurut Kitab Pararaton dan
cerita rakyat, Jayanegara dinobatkan tatkala masih berusia bajang
atau masih kecil, sehingga gelar Ratu Bajang atau Bajangratu
melekat padanya.
2. Candi Brahu
Candi Brahu terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan,
Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.Brahu merupakan lokasi
Ngaben (pembakaran mayat) era kerjaan Majapahit. Nama Brahu di
dapat dari sebutan untuk bangunan suci seperti disebutkan dalam
prasasti Alasantan, yang tidak jauh ditemukan dari candi brahu.
Candi Brahu dibangun dengan menggunakan batu bata sebagai bahan
utamanya,dengan panjang sekitar 18 meter, lebar 22,5 meter, dan
tinggi 20 meter. Dari pintu masuk ke ruang bilik Candi yang
terletak di sisi barat dapatlah diketahui bahwa Candi Brahu
menghadap Kearah barat.Di sekitar Candi Brahu banyak terdapat
temuan Candi-candi kecil yang sebagian sudah runtuh, seperti Candi
Muteran, Candi Gedung, Candi Tengah, dan Candi Gentong. Saat
penggalian dilakukan di sekitar Candi, banyak ditemukan benda-benda
kuno seperti alat-alat upacara keagamaan dari logam, perhiasan dari
emas, arca, dan lainnya.
3. Candi Jawi
Candi Jawi terletak di kaki G. Welirang, tepatnya di Desa Candi
Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, sekitar 31 km dari
kota Pasuruan. Bangunan candi dapat dikatakan masih utuh karena
telah berkali-kali mengalami pemugaran. Candi Jawi dipugar untuk
kedua kalinya tahun 1938-1941 dari kondisinya yang sudah runtuh.
Akan tetapi, pemugaran tidak dapat dituntaskan karena banyak batu
yang hilang dan baru disempurnakan pada tahun 1975-1980.
Dalam Negarakertagama pupuh 56 disebutkan bahwa Candi Jawi
didirikan atas perintah raja terakhir Kerajaan Singasari,
Kertanegara, untuk tempat beribadah bagi umat beragama
Syiwa-Buddha. Raja Kartanegara adalah seorang penganut ajaran Syiwa
Buddha. Selain sebagai tempat ibadah, Candi Jawi juga merupakan
tempat penyimpanan abu jenazah Kertanegara. Hal ini memang agak
mengherankan, karena letak Candi Jawi cukup jauh dari pusat
Kerajaan Singasari. Diduga hal itu disebabkan karena rakyat di
daerah ini sangat setia kepada raja dan banyak yang menganut ajaran
Syiwa-Buddha. Dugaan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa saat
Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara, melarikan diri setelah
Kertanegara dijatuhkan oleh Raja Jayakatwang dari Gelang-gelang
(daerah Kediri), ia sempat bersembunyi di daerah ini, sebelum
akhirnya mengungsi ke Madura.4. Candi Jago
Candi Jago terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan
Tumpang, Kabupaten Malang, tepatnya 22 km ke arah timur dari Kota
Malang. Karena letaknya di Desa Tumpang, candi ini sering juga
disebut Candi Tumpang. Penduduk setempat menyebutnya Cungkup.
Saat ini Candi Jago masih berupa reruntuhan yang belum dipugar.
Keseluruhan bangunan candi berbentuk segi empat dengan luas 23 x 14
m. Atap candi sudah hilang, sehingga tinggi bangunan aslinya tidak
dapat diketahui dengan pasti. Diperkirakan bahwa tingginya mencapai
15 m.
5. Candi Singasari
Candi Singasari terletak di Desa Candi Renggo, Kecamatan
Singosari, Kabupaten Malang, kurang lebih 9 Km dari kota Malang ke
arah Surabaya. Candi ini juga dikenal dengan nama Candi Cungkup
atau Candi Menara, nama yang menunjukkan bahwa Candi Singasari
adalah candi yang tertinggi pada masanya, setidaknya dibandingkan
dengan candi lain di sekelilingnya. Akan tetapi, saat ini di
kawasan Singasari hanya candi Singasari yang masih tersisa,
sedangkan candi lainnya telah lenyap tak berbekas.
Kapan tepatnya Candi Singasari didirikan masih belum diketahui,
namun para ahli purbakala memperkirakan candi ini dibangun sekitar
tahun 1300 M, sebagai persembahan untuk menghormati Raja
Kertanegara dari Singasari. Setidaknya ada dua candi di Jawa Timur
yang dibangun untuk menghormati Raja Kertanegara, yaitu Candi Jawi
dan Candi Singasari. Sebagaimana halnya Candi Jawi, Candi Singasari
juga merupakan candi Syiwa. Hal ini terlihat dari adanya beberapa
arca Syiwa di halaman candi.
6. Candi Badut
Candi Badhut ditemukan oleh pakar arkeologi di tahun 1923. Candi
yang juga disebut Candi Liswa ini berlokasi kurang lebih 5 km dari
kota Malang, tepatnya di Desa Karangbesuki, Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi Badhut diduga diperkirakan
dibangun jauh sebelum masa pemerintahan Airlangga, yaitu masa
dimulainya pembangunan candi-candi lain di Jawa Timur, dan diduga
merupakan candi tertua di Jawa Timur.
Sebagian ahli purbakala berpendapat bahwa Candi Badhut dibangun
atas perintah Raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan. Dalam
Prasasti Dinoyo (tahun 682 Caka atau 760 M), yang ditemukan di Desa
Merjosari, Malang, dijelaskan bahwa pusat Kerajaan Kanjuruhan
adalah di daerah Dinoyo.
7. Kompleks Candi Panataran (Blitar)
Candi Panataran terletak di lereng barat daya Gunung Kelud,
sekitar 12 km ke arah utara dari Kota Blitar, tepatnya di Desa
Panataran, Kecamatan Ngleggok, Kotamadya Blitar. Candi ini
merupakan sekumpulan bangunan kuno yang berjajar dari barat-laut ke
timur kemudian berlanjut ke tenggara, menempati lahan seluas 12.946
m2.Gugus candi Panataran ditemukan kembali pada tahun 1815 oleh Sir
Thomas Stamford Raffles (1781 1826), Letnan Gubernur Jenderal
pemerintah kolonial Inggris yang berkuasa di Nusantara pada waktu
itu. Bersama Dr. Horsfield seorang ahli ilmu alam, Raffles
mengadakan kunjungan ke Candi Panataran. Setelah diketemukan
kembali oleh Raffles, para peneliti mulai berdatangan untuk
melakukan penyelidikan dan pencatatan benda purbakala di kawasan
Panataran. Pada tahun 1867, Andre de la Porte bersama J. Knebel
juga mengadakan penelitian terhadap kawasan candi Panataran. Hasil
penelitiannya diterbitkan pada tahun 1900 dengan judul De ruines
van Panataran.Dalam kitab Negarakertagama, Candi Penataran disebut
dengan nama Candi Palah. Diceritakan bahwa Raja Hayam Wuruk (1350
1389 M) dari Majapahit sering mengunjungi Palah untuk memuja Hyang
Acalapati, atau yang dikenal sebagai Girindra (berarti raja gunung)
dalam kepercayaan Syiwa. Oleh karena itu, jelas bahwa Candi Palah
sengaja dibangun di kawasan dengan latar belakang Gunung Kelud,
karena memang dimaksudkan sebagai tempat untuk memuja gunung.
Pemujaan terhadap Gunung Kelud bertujuan untuk menangkal bahaya dan
menghindarkan diri dari petaka yang dapat ditimbulkan oleh gunung
tersebut.