6
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 CampuranCampuran adalahzat yang terbentuk dari beberapa zat
berbeda melalui proses fisika. Ketika dua atau lebih zat
dicampurkan membentuk suatu campuran, campuran tersebut dapat
dikategorikan sebagai campuran homogen atau tidak homogen. Campuran
homogen adalah campuran yang tersusun atas satu fasa saja, yaitu
zat yang terlarut terurai menjadi molekul zat sehingga pembentuk
campuran tidak dapat diamati dengan mata meskipun menggunakan
mikroskop. Sementara campuran heterogen adalahcampuran yang zat-zat
penyusunnya masih dapat dibedakan secara visual (dengan
penglihatan) sehingga terdiri atas beberapa fasa yang berbeda.
Istilah campuran cenderung digunakan untuk campuran non-reaktif,
yaitu proses pencampuran dengan molekul-molekul penyusunnya hanya
saling berbaur sehingga zat-zat pembentuk campuran mudah dipisahkan
dengan carafisika. Beberapa sifat asli campuran adalah sebagai
berikut. Campuranterbentuktanpamelaluireaksikimia. Campuran
mempunyai sifatzatasalnya. Terdiridariduajeniszattunggalataulebih.
Komposisinyatidaktetap, yaitu dapat diatur sesuai
kebutuhan.Campuran yang terdiri dari dua komponen disebut campuran
biner. Sistem biner dapat bersifat ideal atau nonideal. Sifat
keidealan dari campuran didasarkan kepada interaksi diantara
komponen- komponen penyusunnya. Berikut adalah penjelasan mengenai
campuran ideal dan nonideal.
2.1.1. Campuran IdealCampuran dikatakan ideal bila partikel zat
terlarut dan partikel pelarut tersusun sembarang dan pada proses
pencampurannya tidak terjadi efek kalor. Untuk larutan biner,
proses pencampuran dengan tidak terjadinya efek kalor dapat
dipenuhi bila energi interaksi antara partikel zat terlarut dan
partikel pelarut sama dengan energi interaksi antara sesama
partikel zat terlarut maupun sesama partikel pelarut. Dalam sebuah
larutan, beberapa molekul yang berenergi besar dapat menggunakan
energinya untuk mengalahkan daya tarik intermolekuler permukaan
cairan dan melepaskan diri untuk kemudian menjadi uap seperti
ditunjukkan oleh gambar 2.1.(a) Semakin kecil daya intermolekuler,
semakin banyak molekul yang dapat melepaskan diri pada suhu
tertentu. Pada larutan kedua, hal yang sama pun terjadi. Pada suhu
tertentu, sebagian dari molekul-molekul yang ada akan mempunyai
energi yang cukup untuk melepaskan diri dari permukaan larutan
seperti ditunjukkan oleh gambar 2.1.(b)
+
Gambar 2.1.Molekul berpindah dari fasa cair menjadi fasa uap
pada komponen 1 (a) dan komponen 2 (b).Ketika kedua komponen
tersebut dicampurkan, kecenderungan dari dua macam molekul di
dalamnya untuk melepaskan diri tidak berubah seperti ditunjukkan
oleh gambar 2.2. Campuran semacam ini yang disebut sebagai campuran
ideal.
Gambar 2.2. Kecenderungan setiap molekul untuk berpindah dari
fasa cair ke fasa uap pada larutan idealPada campuran ideal,
fugasitas komponen-komponennya dalam keadaan murni akan sama dengan
fugasitas komponen-komponennya dalam campuran. Potensial kimia
dapat ditulis sebagai berikut: i = io + RTln xi
.......................................................................................(pers.
2.1)Campuran biner yang bersifat ideal maka akan mengikuti hukum
Raoult pada seluruh kisaran komposisi, sehingga akan memiliki
perubahan volum, Vcamp dan perubahan entalpi, Hcamp yang berharga
nol (Castellan, 1971: 305), sedangkan perubahan entropi, Scamp dan
perubahan energi bebas Gibbs, Gcamp didefinisikan seperti Persamaan
(1) dan (2) (Atkins, PW, 1986:169).Scamp = -nR xi ln
xi.............................................................(pers.
2.2)Gcamp = nRT xi ln
xi............................................................(pers.
2.3)Dengan xi adalah fraksi mol komponen i dalam campuran.
Persamaan di atas adalah persamaan yang mendasari hukum Raoult
untuk campuran ideal. Bila sistem mengikuti hukum Raoult maka Vcamp
dan Hcamp berharga nol, tetapi hal ini tidak berlaku kebalikannya,
bila suatu sistem memiliki Vcamp dan Hcamp berharga nol tidak
selalu mengikuti hukum Raoult. Artinya, larutan dapat bersifat
ideal atau tidak ideal. Nilai Hcamp yang bernilai nol disebabkan
oleh fenomena berikut. Ketika membuat suatu campuran
larutan-larutan berarti harus mengalahkan daya tarik intermolekuler
(yang membutuhkan energi) dan membuat daya tarik baru (yang
menghasilkan energi). Apabila besar semua daya tarik ini sama,
tidak akan ada panas yang dihasilkan atau panas yang diserap
sehingga campuran akan mempunyai energi entalpi sebesar nol.
Apabila suhu campuran naik atau turun pada saat anda mencampur
keduanya, ini berarti campuran tersebut bukan campuran ideal.
2.1.2. Campuran Non IdealSistem biner tidak ideal melibatkan
sifat-sifat molal parsial, seperti volum molal parsial dari
komponen-komponen dalam larutan, entalpi molal parsial atau entalpi
diferensial larutan, perubahan energi dalam parsial molal, dan
energi bebas molal parsial atau potensial kimia. (Smith, JM., Van
Ness, HC., and Abbott, MM., 2001:371-381). Besaran-besaran ini
dapat ditentukan dengan metoda grafik, analitik atau dengan
menggunakan suatu fungsi.
Pada campuran ideal, fugasitas komponen dalam keadaan murni dan
dalam campuran berbeda. Ini terjadi karena pada proses pencampuran,
kesetimbangan gaya-gaya antar molekul dalam sistem akan
berubah.
...................................................................................(pers.
2.4).
......................................................................
............(pers. 2.5)
...............................................................................(pers.
2.6)
Selain itu, entalpi pencampuran tidak sama dengan nol. Dalam
campuran biner terjadi interaksi A-B sementara sebelum pencampuran
hanya ada interaksi antar molekul sejenis A-A dan B-B. Jika energi
yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan sejenis lebih besar dari
energi yang dihasilkan untuk membentuk ikatan beda-jenis, maka
entalpi pencampuran akan positif (pencampuran endotermik). Ini
disebut penyimpangan positif terhadap hukum Raoult. Jika yang
terjadi sebaliknya, pencampuran bersifat eksotermik dan akan
menjadi penyimpangan negatif terhadap hukum Raoult.Perbedaan antara
campuran ideal dan campuran nonideal ditujukkan pada tabel
1.1.Tabel 1.1. Perbedaan antara campuran ideal dan campuran
nonidealCampuran idealCampuran nonideal
Penyimpangan positif terhadap hukum RaoultPenyimpangan negatif
terhadap hukum Raoult
Sesuai dengan hukum Raoult pada setiap komposisi. campuranTidak
sesuai dengan hukum Raoult.Tidak sesuai dengan hukum Raoult.
Hmix = 0Hmix > 0 (endotermik)Hmix < 0 (eksotermik)
Vmix = 0Vmix > 0, volume meningkat setelah pencampuranVmix
< 0, volume berkurang setelah pencampuran
P= PA +PB = PA0XA + PB0XBPA > PA0XAPB > PB0XBPA <
PA0XAPB < PB0XB
Interaksi antara A-A, A-B, B-B sama, yaitu A dan B memiliki
bentuk, ukuran dan karakter yang identikInteraksi A-B lebih lemah
dibandingkan interaksi A-A dan B-B. A dan B memiliki bentuk, ukuran
dan karakter yang berbedaInteraksi A-B lebih kuat dibandingkan
interaksi A-A dan B-B. A dan B memiliki bentuk, ukuran dan karakter
yang berbeda
Kecenderungan A dan B untuk melepaskan diri dari larutan sama
saat larutana murni atau campuran A dan B dapat dengan mudah
melepaskan diri dari larutan ditunjukan oleh nilai tekanan uap yang
lebih tinggi dari nilai seharusnyaA dan B cukup sulit melepaskan
diri dari larutan ditunjukan oleh nilai tekanan uap yang lebih
rendah dari nilai seharusnya
Contoh : benzene dan toluena, n-heksana dan
n-heptanaAseton-etanolAir-metanolAir-etanolAseton-anilinAseton-Kloroform
2.2 Sifat Fisik Zat2.2.1. DensitasDensitasmerupakan perbandingan
antara dua besaran pokok, yaitu massa dan volume. Dengan kata lain,
semakin tinggi massa jenis atau densitas dari suatu benda, maka
massa setiap volume benda tersebut akan semakin besar. Karena
volume berubah menurut suhu, maka besarnya densitas suatu zat
dengan massa yang tetap akan sangat tergantung pada suhu. Lalu,
pada massa benda yang tetap, sebuah benda yang memiliki densitas
lebih tinggi akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
dengan massa jenis yang lebih rendah. Densitas berfungsi untuk
menentukan karakteristik sifat fisik atau jenis zat karena setiap
zat memilki densitas yang berbeda-beda.Secara matematis, densitas
suatu cairan didefinisikan sebagai berikut. =
...................................................................................(pers.
2.7)Dengan = densitas (kg/m3) m=massa zat (kg) V = volume zat
(m3)Campuran yang ideal dan tidak ideal akan memiliki densitas yang
berbeda. Hal ini disebabkan volume setelah pencampuran dan sesudah
pencampuran dapat mengalami perubahan, sementara massa akan selalu
konstan. Pengukuran campuran multikomponen dilakukan dengan
menggunakan piknometer.Keidealan suatu sistem campuran
multikomponen dapat dilakukan dengan membandingkan densitas hasil
percobaan dengan densitas teori yang diturunkan dari hukum Raoult.
Pada campuran ideal, volume total campuran adalah sama dengan
jumlah volume komponen-komponennya. Karena volume berbanding
terbalik dengan densitas, maka persamaan densitas sistem campuran
ideal ditunjukkan dengan persamaan berikut ini.
..............................................(pers.
2.8)Persamaan 2.9 dapat menunjukkan model linear densitas sistem
campuran fasa cair dengan 1 adalah densitas larutan 1, 2 adalah
densitas larutan 2 dan m adalah densitas senyawa campuran.
2.2.2. ViskositasViskositas adalah ukuran ketahanan zat cair
untuk mengalir. Untuk mengetahui kekuatan mengalir (flow rate) zat
cair digunakan viskometer. Viskositas dari suatu fluida dapat
didefinisikan sebagai suatu tahanan yang dimiliki suatu lapisan
fluida terhadap lapisan lainnya. Viskositas pada suatu cairan murni
dapat disebut sebagai indeks hambatan aliran cairan. Berdasarkan
hukum viskositas Newton, tekanan geser suatu fluida akan berbanding
lurus dengan viskositas untuk laju perubahan bentuk sudut suatu
fluida tertentu. Viskositas dari suatu cairan akan menimbulkan
gesekan antar bagian atau lapisan cairan yang bergerak satu
terhadap yang lainnya. Hambatan yang terjadi disebabkan oleh gaya
kohesi di dalam zat cair. Pada molekul gas, viskositas ditimbulkan
oleh adanya tumbukan di antara molekul-molekul gas.Setiap zat cair
memiliki viskositas (kekentalan) yang berbeda-beda. Hal ini
menyebabkan daya alir setiap zat cair pun berbeda-beda.
Gambar 2.3. Viskositas cairan yang berbeda-bedaBila suatu cairan
dalam viscometer mengalir dengan cepat, maka berarti viskositas
dari cairan tersebut rendah (misalnya air) dan bila suatu cairan
mengalir dengan lambat, maka cairan tersebut memiliki viskositas
yang tinggi (misalnya madu). Penentuan viskositas suatu fluida
dapat dilakukan dengan metoda Ostwald. Viskositas dapat diukur
dengan mengukur laju cairan yang melalui tabung berbentuk silinder.
Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat
digunakan baik untuk cairan maupun gas. Nilai viskositas menentukan
kecepatan mengalirnya suatu cairan.. Penentuan ini dilakukan dengan
mengukur waktu tempuh fluida untuk mengalir dari batas atas
viskometer hingga batas bawah viskometer. Tekanan P merupakan
perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa U yang besarnya
diasumsikan sebanding dengan densitas cairan. Fluida yang tidak
memiliki ketahanan tekanan dan tegangan disebut fluida ideal. Nilai
viskositas dapat dinyatakan dalam viskositas spesifik, kinematik
dan intrinsik. Viskositas spesifik ditentukan dengan membandingkan
secara langsung kecepatan aliran suatu larutan dengan pelarutnya.
Viskositas kinematik diperoleh dengan memperhitungkan densitas
larutan. Beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain
sebagai berikut. Viskometer OstwaldYang diukur adalah waktu yang
dibutuhkan oleh sejumlah cairan tertentu untuk mengalir melalui
pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu
sendiri. Didalam percobaan diukur waktu aliran untuk volume V
(antara tanda batas atas dan batas bawah) melalui pipa kapiler yang
vertikal. Jumlah tekanan (P) dalam hokum Poiseuille adalah
perbedaan tekanan antara
keduapermukaancairan,danberbandinglurusdenganberatjeniscairan.
Dalam praktek R dan L sukar diukur secara teliti dalampersamaan
Poiseuille sehingga viskositas cairan ditetapkan dengan cara
membandingkannya dengan cairan yang mempunyai viskositas tertentu,
misalnya air. Viskometer HopplerYang diukur adalah waktu yang
diperlukan oleh sebuah bola untuk melewati cairan pada jarak atau
tinggi tertentu. Karena adanya gravitasi benda yang jatuh melalui
medium yang berviskositas dengan kecepatan yang semakin besar
sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan dicapai
jika terjadi kesetimbangan sehingga gaya gravitasi (g) sama dengan
gaya tahan medium (f) besarnya gaya tahan (frictional resistance)
untuk benda yang berbentuk bola stokes. Sehingga, metode ini
dilakukan dengan menggelindingkan bola melalui tabung gelas yang
berisi zat cair yang ingin diketahui viskositasnya. Viskometer Cup
dan BobPrinsip kerja pada viskometer ini adalah sampel digeser
dalam ruangan antara dinding luar dari bob dan dinding dalam dari
cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viskometer
ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang
tinggi di sepanjang keliling bagianpipasehingga menyebabkan
penurunankonsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkan bagian
tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran
sumbat. Viskometer Cone dan PlateCara pemakaiannya adalah sampel
ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi
di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam
kecepatan dan sampelnya digeser di dalam ruang semi transparan yang
diam dankemudian kerucut yang berputar.Beberapa faktor yang
mempengaruhi viskositas cairan adalah sebgai berikut. Gaya
IntermolekulerViskositas juga dihubungkan dengan adanya gaya
intermolekuler pada cairan. Jika gaya intermolekuler kuat,
viskositas akan tinggi. Sebagai contoh, air mempunyai viskositas
yang lebih tinggi dibandingkan metanol karena gaya intermolekuler
air lebih besar daripada metanol. TemperaturKenaikan temperatur
menyebabkan penurunan viskositas pada cairan. Hal ini menyebabkan
kenaikan energi kinetik rata-rata. Maka dari itu gaya
intermolekuler dapat ditahan. Ikatan HidrogenCairan dengan ikatan
hidrogen yang kuat mempunyai viskositas lebih tinggi karena
peningkatan ukuran dan massa mmolekul. Sebagai contoh, gliserol dan
asam sulfat mempunyai viskositas yang lebih tinggi daripada air
karena adanya ikatan hidrogen yang lebih kuat.
Tekanan Semakin tinggi tekanan yang diberikan pada suatu fluida,
maka viskositas cairan juga akan meningkat. Namun, viskositas gas
tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan tekanan pada fluida. Ukuran
dan berat molekul Semakin tinggi berat molekul, maka viskositas
dari suatu fluida juga akan meningkat. Meningkatnya viskositas
disebabkan oleh ikatan rangkap yang ada pada fluida akan semakin
banyak pada fluida dengan berat molekul yang lebih tinggi.
2.2.3. Titik DidihPenguapan adalah proses berpindahnya molekul
dari fasa cair ke fasa gas. Uap dan cairan selalu berada dalam
kesetimbangan, di mana dengan kenaikan suhu kesetimbangan makin
mengarah ke fasa uap. Mendidih adalah keadaan di mana penguapan
terjadi di seluruh bagian cairan. Pada saat dipanaskan, cairan
terus menguap hingga jumlah uap membuat tekanan uap cairan sama
dengan tekanan luar, saat itulah terjadi proses mendidih. Suhu di
mana proses mendidih terjadi pada tekanan tertentu disebut titik
didih.Suatu campuran biner ideal akan memenuhi hukum Raoult yang
menyatakan bahwa tekanan uap di atas cairan merupakan fungsi linear
dari fraksi mol komponennya di fasa cair sesuai persamaan
berikut:
P = PA +
PB..............................................................................................................(pers.
2.9) P = xAPA 0 + xB
PB0...........................................................(pers.
2.10)
dengan PA0 dan PB0 adalah tekanan uap jenuh A dan B dalam
keadaan murni. Selain itu, melalui hukum Raoult untuk tekanan uap
di atas, dapat dilihat bahwa komposisi di fasa uap akan berbeda di
fasa cair. Jika A adalah komponen yang lebih sukar menguap, maka
untuk konsentrasi A dan B yang sama akan lebih sedikit molekul A
yang berpindah ke fasa uap.Semakin kuat gaya tarik-menarik antar
molekul dalam cairan, energi yang dibutuhkan untuk memindahkan
molekul cairan ke fasa gas semakin besar sehingga titik didih akan
semakin tinggi. Titik didih akan lebih tinggi jika lebih banyak
komponen A dalam campuran cair. Nilai maksimum titik didih campuran
adalah titik didih A, sementara nilai minimum adalah titik didih
komponen B. Untuk campuran yang tidak ideal akan terjadi
penyimpangan positif atau penyimpangan negatif, yang kadang diikuti
dengan terbentuknya azeotrop. Penyimpangan positif dan negatif
berturut-turut ditunjukkan dengan titik didih yang lebih tinggi dan
rendah dari model hukum Raoult. Azeotrop adalah kondisi di mana
komposisi fasa uap dan fasa cair sama. Dampaknya adalah campuran
pada komposisi azeotrop atau yang telah mencapai komposisi terzebut
tidak dapat dimurnikan lagi dengan distilasi biasa. Pada komposisi
azeotrop campuran biner seolah mendidih sebagai zat tunggal dengan
titik didih yang tidak berada di antara kedua titik didih
komponennya. Azeotrop ditunjukkan pada Gambar 2.1. Gambar di
sebelah kiri adalah fenomena yang disebut high boiling azeotrope
sementara yang di kanan disebut low boiling azeotrope.
Gambar 2.4. Bentuk umum kurva T-x,y azeotropSecara garis besar,
perbandingan antara campuran ideal dan campuran nonideal dengan
penyimpangan positif dan penyimpangan negatif berturut-turut
ditunjukkan oleh gambar 2.5. berikut ini.
Gambar 2.5. Campuran ideal, campuran nonideal-penyimpangan
positif, campuran nonideal penyimpangan negatif
2.3 Gaya Interaksi AntarmolekulGaya antar molekul yang ada dalam
sistem sangat bergantung pada karakteristik molekul penyusunnya,
yaitu gugus fungsi dan geometri molekulnya. Senyawa molekuler,
yaitu senyawa yang terbentuk dari ikatan kovalen, memiliki 3 jenis
gaya antar molekul dasar, yaitu interaksi dipol-dipol, ikatan
hidrogen dan gaya London. Secara umum, ikatan hidrogen adalah
bentuk interaksi molekul yang paling kuat, diikuti oleh interaksi
dipol-dipol dan gaya London, namun hal tersebut tidak mutlak karena
masing-masing memiliki faktor yang dapat memperbesar kekuatan
masing-masing.
2.4.1. Interaksi dipol-dipol
Gambar 2.6. Interaksi dipol-dipolJika suatu molekul adalah
molekul polar, yaitu molekul dengan distribusi elektron asimetris,
maka salah satu ujung molekul akan memiliki kerapatan electron
lebih tinggi dibandingkan ujung satunya. Ujung tersebut dikatakan
sebagai kutub (dipol) negatif, sementara ujung lainnya adalah kutub
positif. Sekalipun muatannya kecil, kutub positif dan negatif dari
dua molekul yang bertetangga akan mengalami gaya tarik menarik.
Kekuatan gaya tarik menarik makin bebas jika molekul makin
polar.
2.4.2. Ikatan hidrogenIkatan hidrogen dapat terjadi antara atom
yang sangat elektronegatif (F,O,atau N) dengan atom hidrogen
berikatan dengan atom sangat elektronegatif. Ikatan hidrogen adalah
interaksi antar molekul terkuat per satuan massa molekul. Artinya
molekul yang kecil dapat memiliki interaksi antar molekul yang kuat
jika dapat membentuk ikatan hidrogen. Secara umum, ikatan hidrogen
suatu atom H dengan F lebih kuat dibanding dengan O, dan jauh lebih
kuat dibanding dengan N karena perbedaan keelektronegatifan yang
lebih besar. Sementara untuk atom yang sama, makin banyak ikatan
hidrogen yang dapat dibentuk, makin kuat interaksi antar molekul
yang dihasilkan.
Gambar 2.7. Ikatan hidrogen
2.4.3. Gaya londonSemua molekul, baik polar maupun tidak,
memiliki atom elektronegatif maupun tidak, tersusun dari atom dan
elektron-elektron ikatan. Elektron bergerak relative bebas di
sekitar atom secara acak, dan menurut probabilitas, ada saat-saat
tertentu di mana kerapatan elektron lebih tinggi di satu titik
dibanding titik lainnya, menjadikan titik tersebut sebagai dipol
negatif selama sesaat. Dipol sesaat ini menghasilkan efek tarik
menarik yang setipe dnegan interaksi dipol-dipol, hanya saja jauh
lebih lemah. Kekuatannya akan meningkat dengan bertambahnya luas
permukaan molekul, karena polarisabilitas molekul meningkat.
Kekuatan gaya London juga dapat meningkat jika ada spesi, baik ion
maupun molekul lain yang dapat menginduksi terjadinya dipol sesaat
lebih sering.
Gambar 2.8. Gaya london
2.4 Sistem dengan Aseton-Etanol2.4.1. AsetonAseton adalah
senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah
terbakar.Aseton merupakansenyawa keton yang palingsederhanadan
mempunyairumus CH3COCH3. Aseton memiliki berat enis 0,787 g/ml,
titik didih 56,3 0C pada 1 atm, titik beku -950C dan memiliki berat
molekul 58 g/mol.. Bentuk molekul dari aseton ditunjukkan oleh
gambar 2.9. berikut.
Gambar 2.9. Struktur molekul asetonAntar molekul aseton dapat
terjadi gaya antarmolekul. Salah satu gaya yang dapat terbentuk
dapat dilihat pada gambar 2.10. berikut.
Gambar 2.10. Ikatan dipol-dipol pada aseton
2.4.2. EtanolEtanol merupakan cairan tak berwarna yang dengan
rumus molekul C2H5OH dan bentuk molekul ditunjukkan pada Gambar
2.10. berikut.
Gambar 2.10. Struktur molekul etanol Etanol memiliki sifat polar
dengan momen dipol 1,69. Etanol dapat membentuk ikatan hidrogen
juga dengan 1 gugus hidroksil yang dimilikinya. Etanol dapat larut
dalam air dengan berbagai perbandingan. Etanol dan air membentuk
azeotrop pada komposisi etanol 95,6 % massa, sehingga sulit
memperoleh etanol yang murni dari air. Senyawa murninya mendidih
pada suhu 78,2C pada 1 atm.
2.5 Persamaan NRTL (Non Random Two Liquids ) untuk Campuran
Tidak IdealPersamaan NRTL dikenalkan oleh Renon dan Prausnitz pada
tahun 1968. Persamaan NRTL dikembangkan berdasarkan prinsip
ketidakacakan nilai sehingga persamaan tersebut dapat diaplikasikan
pada berbagai jenis campuran dengan memilih nilai yang sesuai
dengan jenis campuran fluida. Persamaan tersebut mengandung tiga
parameter, yaitu , G, dan . Berikut adalah persamaan NRTL untuk
energy bebas Gibbs......................................(pers.
2.11)Dengan........................................................(pers.
2.12a)..................................................................(pers.
2.12b).........................................................................(pers.
2.13a).........................................................................(pers.
2.13b)Nilai Gij merupakan parameter karakteristik energi dari
interaksi antara senyawa i dengan j. Berikut adalah koefisien
aktivitas persamaan NRTL.............................(pers.
2.14a)........................(pers. 2.14b)Ketika larutan yang
digunakan sangat encer, maka persamaan yang digunakan untuk
menetukan koefisien aktivitasnya adalah sebagai
berikut............................................(pers.
2.10a)............................................(pers.
2.10b)4B.1415.3K.26/sem-II/2014-2015