-
5/27/2018 C09ara
1/192
STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK
KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA
KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)
ANI RAHMAWATI
Skripsi
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
-
5/27/2018 C09ara
2/192
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN
WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA,
KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua
sumber dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun yang tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir tulisan ini.
Bogor, Maret 2009
Ani Rahmawati
C24104050
-
5/27/2018 C09ara
3/192
RINGKASAN
ANI RAHMAWATI. C24104050. Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir
untuk
Kegiatan Wisata Pantai (Kasus Pantai Teleng Ria, Kabupaten
Pacitan,
Jawa Timur). Di bawah bimbingan SANTOSO RAHARDJO dan LUKY
ADRIANTO.
Kawasan Pantai Teleng Ria merupakan suatu kawasan yang telah
dikelola
menjadi kawasan wisata. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di
pantai ini
antara lain surfing, memancing, berenang, wisata olahraga,
rekreasi pantai, dan
lain lain. Selain itu, terdapat potensi perikanan yang dapat
dikembangkan
sebagai faktor pendukung kegiatan wisata. Penelitian ini
bertujuan untuk menilai
kesesuaian ekologis kawasan, mengestimasi daya dukung kawasan
dan daya
dukung ekologis Pantai Teleng Ria untuk kegiatan wisata pantai,
mengetahuiperanan kegiatan perikanan dalam mendukung kegiatan
wisata di kawasan Pantai
Teleng Ria, mengetahui persepsi wisatawan dan penduduk sekitar
terhadap
kualitas ekologis kawasan wisata Pantai Teleng Ria dan
mengidentifikasi
spektrum peluang ekowisata pantai. Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini
adalah analisis kesesuaian wilayah sebagai kawasan wisata
pantai, analisis daya
dukung kawasan untuk wisata pantai, analisis daya dukung
ekologis untuk
merencanakan pemanfaatan potensi pantai, persepsi wisatawan
terhadap
keindahan dan kenyamanan serta analisis Recreation Opportunity
Spectrum
(ROS) untuk menentukan kombinasi dari kondisi fisik, biologi,
sosial dan
pengelolaan yang memberikan nilai bagi suatu kawasan dimana
parameter kondisi
kawasan rekreasi terdiri dari parameter fisik atau lingkungan
(physical attribute),
sosial (social attribute) dan pengelolaan (managerialattribute).
Kombinasi dari
parameter parameter tersebut membentuk suatu spektrum peluang
untuk
pengembangan di suatu kawasan wisata. Hasil analisis kesesuaian
kawasan masuk
kriteria S1 yaitu tidak ada faktor pembatas yang cukup serius
untuk menjadikan
kawasan Pantai Teleng Ria sebagai kawasan wisata. Pantai Teleng
Ria sesuai
untuk dijadikan kawasan wisata pantai. Estimasi daya dukung
pantai berpasir di
kawasan Pantai Teleng Ria adalah 250 orang dengan kebutuhan
lahan penginapan
sebesar 4,17 Ha dan kebutuhan air bersih 250.000 liter per hari.
Daya dukung
ekologis kawasan Pantai Teleng Ria adalah 359 orang per hari.
Produksi
perikanan sudah cukup banyak, namun pemanfaatan sektor perikanan
di PantaiTeleng Ria sebagai pendukung kegiatan wisata masih belum
optimal. Kawasan
Pantai Teleng Ria memiliki kualitas ekologis yang baik dan
panorama alam yang
indah, sehingga cukup memberikan kenyamanan bagi para wisatawan.
Spektrum
peluang ekowisata pantai yaitu dengan mengedepankan potensi
parameter fisik
dengan tidak mengesampingkan parameter pengelolaan dan
sosial.
Kata kunci : Pantai Teleng Ria, analisis kesesuaian wilayah,
analisis daya dukung
kawasan, analisis daya dukung ekologis, analisis Recreation
Opportunity Spectrum (ROS), perikanan.
-
5/27/2018 C09ara
4/192
STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK
KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA
KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)
ANI RAHMAWATI
C24104050
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
-
5/27/2018 C09ara
5/192
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir Untuk Kegiatan
Wisata Pantai (Kasus Pantai Teleng Ria, Kabupaten
Pacitan, Jawa Timur)
Nama Mahasiswa : Ani Rahmawati
Nomor Pokok : C24104050
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan
Menyetujui:
I. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Santoso Rahardjo, M. Sc Dr. Ir. Luky Adrianto, M. Sc
NIP. 130 516 502 NIP. 132 133 398
Mengetahui
II. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya M. Sc
NIP. 131 578 799
Tanggal Ujian : 10 Maret 2009
-
5/27/2018 C09ara
6/192
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah
memberikan kemampuan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini. Adapun
skripsi yang disusun berjudul Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir
untuk
Kegiatan Wisata Pantai (Kasus Pantai Teleng Ria, Kabupaten
Pacitan, Jawa
Timur). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar
sarjana di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian yang penulis
laksanakan di
kawasan Pantai Teleng Ria Kabupaten Pacitan diharapkan dapat
memberikanmasukan bagi pemerintah daerah setempat maupun pihak
swasta dalam rangka
pengembangan dan pengelolaan kegiatan wisata secara
berkelanjutan di kawasan
pesisir Pantai Teleng Ria Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan,
karena itu
kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis
harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi
peneliti maupun
mahasiswa untuk melakukan penulisan lebih lanjut.
Bogor, Maret 2009
Penulis
-
5/27/2018 C09ara
7/192
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan
karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi ini penulis persembahkan kepada bapak dan ibu
tercinta atas cinta
kasih, kesabaran, doa serta segala pengorbanan yang tiada
terkira selama ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
:
1.Ir. Santoso Rahardjo, M.Sc dan Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc
sebagaipembimbing I dan II, atas segala bimbingan, masukan, arahan,
dan motivasi
yang telah diberikan.
2.Ir. Rahmat Kurnia M. Si sebagai dosen pembimbing akademik
atasbimbingannya selama masa studi penulis di Institut Pertanian
Bogor.
3.Dr. Ir. Yunizar Ernawati, M. S dan Ir. Gatot Yulianto, M.Si
selaku pengujitamu dalam sidang skripsi atas masukan, arahan,
nasehat dan saran dalam
penulisan skripsi ini.
4.Dik Zusi, keluarga besar di Pacitan, dan kakakku Adi Susanto,
S.Pi atasbantuan, dukungan, kesabaran, doa, serta kasih sayangnya
kepada penulis.
5.Segenap pihak yang telah membantu di Kesbangpol dan Linmas
KabupatenPacitan; DKP Kabupaten Pacitan; BAPPEDA Kabupaten Pacitan;
BPS
Kabupaten Pacitan; Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga
Kabupaten Pacitan; UPT PPP Tamperan Kabupaten Pacitan; TPI
Tamperan;
TPI Teleng Ria; Pangkalan TNI AU Iswahyudi Kabupaten Pacitan;
Kecamatan
Pacitan; Kelurahan Sidoharjo; Balitbang Kabupaten Pacitan serta
tim baywatch
Pantai Teleng Ria.
6.Laboratorium PROLING Departemen MSP IPB dan laboratorium
ServiceSEAMEO Biotrop untuk pinjaman alat dan analisa contoh. Abach
dan Nita atas
bantuan di Laboratorium. Tina, Retno, riena, pak tri hadi, mas
ali, mas panji,
mas hendri, pak juhan, pak choirul, mas abdoel atas bantuan
selama di lapang.
7.Sahabatku (Ardha, Bunga, Ani dan Vera), saudara saudaraku di
WismaRahayu (Lita, mbak Idesh, Ari, Tanti), teman temanku MSP 41
yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, mbak widar serta keluarga besar
MSP pada
umumnya.
-
5/27/2018 C09ara
8/192
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I PENDAHULUAN1.1 Latar belakang
..............................................................................
1
1.2 Perumusan masalah
......................................................................
3
1.3 Tujuan
..........................................................................................
5
1.4 Manfaat
........................................................................................
6
II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Kawasan pesisir dan pantai
.......................................................... 7
2.1.1 Kawasan pesisir
..................................................................
7
2.1.2 Kawasan pantai
...................................................................
8
2.2. Pariwisata dan ekowisata
.............................................................
10
2.2.1 Pariwisata
...........................................................................
10
2.2.2 Ekowisata
...........................................................................
14
2.3 Perencanaan pengembangan kawasan ekowisata
di daerah pantai
............................................................................
16
2.4 Perikanan
......................................................................................
182.5 Recreation Opportunity Spectrum(ROS)
.................................... 18
2.6 Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu
................................. 20
2.7 Sistem sosial ekologi (Social Ecological System)
....................... 24
III METODE PENELITIAN3.1 Tempat dan waktu penelitian
....................................................... 25
3.2 Metode penelitian
.........................................................................
25
3.3 Pengumpulan dan analisis data
.................................................... 27
3.3.1 Data primer
.........................................................................
27
3.3.2 Data sekunder
.....................................................................
33
3.4 Analisis kesesuaian kawasan wisata
........................................... 343.4.1 Analisis
deskriptif
...............................................................
34
3.4.2 Analisis kesesuaian wilayah sebagai kawasan wisata
pantai
..................................................................................
35
3.4.3 Daya dukung kawasan untuk wisata pantai
........................ 39
3.4.4 Daya dukung ekologis
........................................................ 39
3.4.5 Persepsi wisatawan terhadap keindahan dan kenyamanan
kawasan
..............................................................................
41
3.5 AnalisisRecreation Opportunity Spectrum (ROS)
...................... 42
-
5/27/2018 C09ara
9/192
IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Deskripsi umum daerah penelitian
............................................... 46
4.1.1 Kondisi geografis, luas, dan batas wilayah
........................ 46
4.1.1.1 Kabupaten Pacitan
................................................ 46
4.1.1.2 Pantai Teleng Ria dan Pantai Tamperan ..............
47
4.1.2 Keadaan fisik dan kimia
..................................................... 49
4.1.2.1 Hujan
....................................................................
49
4.1.2.2 Suhu udara
............................................................ 50
4.1.2.3 Angin
....................................................................
50
4.1.2.4 Material penyusun pantai
..................................... 51
4.1.2.5 Pasang surut
.......................................................... 52
4.1.2.6 Arus
......................................................................
53
4.1.2.7 Kualitas perairan
.................................................. 53
4.1.3 Sarana prasarana kawasan wisata
....................................... 57
4.1.4 Pemanfaatan lahan
..............................................................
594.1.5 Keadaan sosial dan ekonomi penduduk
............................. 60
4.1.5.1 Demografi
.............................................................
60
4.1.5.2 Pendidikan
............................................................ 61
4.1.5.3 Mata pencaharian penduduk
................................. 62
4.1.6 Listrik, transportasi dan komunikasi
.................................. 63
4.1.7 Pembuangan limbah dan sistem pengelolaan sampah ........
65
4.1.8 Potensi perikanan
................................................................
66
4.2 Analisis kesesuaian wilayah sebagai kawasan wisata pantai
....... 71
4.3 Daya dukung kawasan untuk wisata pantai
................................. 73
4.3.1 Panjang pantai berpasir
....................................................... 73
4.3.2 Penginapan
.........................................................................
754.3.3 Kebutuhan air bersih (air tawar)
......................................... 77
4.4 Daya dukung ekologis
..................................................................
78
4.5 Kondisi sosial ekologi
..................................................................
81
4.5.1 Penduduk sekitar
................................................................
81
4.5.1.1 Karakteristik responden
........................................ 81
4.5.1.2 Persepsi terhadap kualitas lingkungan Pantai
Teleng Ria
............................................................ 85
a. Persepsi terhadap kualitas lingkungan Pantai
Teleng Ria berdasarkan umur .......................... 86
b. Persepsi terhadap kualitas lingkungan Pantai
Teleng Ria berdasarkan pendidikan ................ 87c. Persepsi
terhadap kualitas lingkungan
Pantai Teleng Ria berdasarkan jumlah
penghasilan
...................................................... 88
4.5.1.3 Pengetahuan tentang ekowisata
............................ 89
a. Pengetahuan tentang ekowisata berdasarkan
umur
.................................................................
90
b. Pengetahuan tentang ekowisata berdasarkan
pendidikan
....................................................... 91
c. Pengetahuan tentang ekowisata berdasarkan
jumlah penghasilan ..........................................
92
-
5/27/2018 C09ara
10/192
4.5.1.4 Terganggu tidaknya dan keterlibatan penduduk
sekitar jika kawasan Pantai Teleng Ria dijadikan
kawasan ekowisata
............................................... 93
4.5.1.5 Persepsi terhadap sarana prasarana
...................... 95
4.5.2 Wisatawan
..........................................................................
984.5.2.1 Karakteristik responden
........................................ 98
4.5.2.2 Teman seperjalanan wisatawan
............................ 102
4.5.2.3 Menginap atau tidak menginap serta tempat
menginap
..............................................................
103
4.5.2.4 Kegiatan yang dilakukan wisatawan dan
sambutan penduduk sekitar ..................................
105
4.5.3 Persepsi wisatawan
.............................................................
106
4.5.3.1 Persepsi terhadap kualitas lingkungan Pantai
Teleng Ria
............................................................
106
a. Persepsi terhadap kualitas lingkungan Pantai
Teleng Ria berdasarkan umur .......................... 107b.
Persepsi terhadap kualitas lingkungan Pantai
Teleng Ria berdasarkan pendidikan ................ 109
c. Persepsi terhadap kualitas lingkungan Pantai
Teleng Ria berdasarkan penghasilan ............... 110
4.5.3.2 Persepsi terhadap sarana prasarana
...................... 111
4.5.3.3 Pengetahuan tentang ekowisata
............................ 115
a. Pengetahuan tentang ekowisata berdasarkan
umur
.................................................................
116
b. Pengetahuan tentang ekowisata berdasarkan
pendidikan
....................................................... 117
c. Pengetahuan tentang ekowisata berdasarkan
jumlah penghasilan ..........................................
118
4.5.3.4 Persepsi terhadap keindahan dan kenyamanan
kawasan
................................................................
120
4.6 Kunjungan wisatawan
..................................................................
120
4.7 Dampak kegiatan wisata
..............................................................
124
4.8 AnalisisRecreation Opportunity Spectrum(ROS)
...................... 126
V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan
..................................................................................
136
5.2 Saran
............................................................................................
136
DAFTAR PUSTAKA
-
5/27/2018 C09ara
11/192
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat
dikembangkan ............. 162. Parameter kawasan rekreasi
(Recreation Setting Attribute) ................. 203. Jenis,
sumber, dan cara pengambilan data primer
................................ 284. Posisi stasiun pengambilan
contoh kualitas air .................................... 295. Alat,
bahan dan pengukuran contoh kualitas perairan
......................... 306. Lampiran Keputusan No 51/MENLH/2004
tentang baku mutu air laut
untuk wisata bahari
...............................................................................
33
7. Jenis, sumber, dan cara pengambilan data sekunder
............................ 348. Kriteria kesesuaian lahan untuk
wisata pantai ..................................... 369. Standar
kebutuhan ruang fasilitas wisata di wilayah pesisir
................ 3910.Potensi ekologis wisatawan (K) dan luas area
kegiatan (Lt) ................ 4011.Prediksi waktu yang dibutuhkan
untuk setiap kegiatan wisata ............ 4112.Pemberian skor dan
bobot
....................................................................
4313.Curah hujan dan hari hujan di Kecamatan Pacitan
tahun 1998 2007
................................................................................
49
14.Suhu udara di Kecamatan Pacitan tahun 2007
..................................... 5015.Kecepatan dan arah angin
di Kecamatan Pacitan tahun 2007 .............. 5116.Kualitas
perairan Pantai Teleng Ria
..................................................... 5417.Kondisi
sarana prasarana di dalam kawasan Pantai Teleng Ria ..........
5818.Jenis jenis ikan yang dihasilkan
........................................................
6619.Jumlah nelayan, armada perikanan, dan alat tangkap yang
terdapat di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan tahun 2003 2006
....... 70
20.Indeks kesesuaian lahan untuk wisata pada kawasan Pantai
TelengRia
........................................................................................................
72
21.Estimasi daya tampung wisatawan berdasarkan panjang
pantaiberpasir
.................................................................................................
74
22.Estimasi kebutuhan lahan untuk penginapan di kawasan
PantaiTeleng Ria berdasarkan daya tampung wisatawan
............................... 75
23.Ketersediaan penginapan di kawasan Pantai Teleng Ria
..................... 7624.Estimasi kebutuhan air di kawasan Pantai
Teleng Ria berdasarkan
daya dukung wisatawan menurut standar WTO
................................... 77
25.Daya dukung ekologis Pantai Teleng Ria
............................................ 79
-
5/27/2018 C09ara
12/192
26.Matriks parameter kawasan rekreasi (Recreation Setting
Atrribute) ... 12727.Perhitungan parameter kawasan rekreasi
(Recreation Setting
Attribute)
..............................................................................................
128
-
5/27/2018 C09ara
13/192
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Diagram perumusan masalah
............................................................... 52.
Kerangka pariwisata pesisir dan bahari (Hall, 2001 dan Orams, 1999
in
Adrianto, 2006a)
....................................................................................
13
3. Hubungan antara wilayah pesisir dan sistem sumberdaya
pesisir(Scura et al.,1992 inPatria, 1999)
....................................................... 20
4. Peta lokasi penelitian
............................................................................
265. Grafik hasil perhitungan parameter kawasan rekreasi
(Recreation Setting Attribute)
...............................................................
45
6. Pantai Teleng Ria dan Pantai Tamperan (Dokumentasi
pribadi,2008)......................................................................................................
47
7. Persentase jumlah penduduk Kelurahan Sidoharjo berdasarkan
jeniskelamin tahun 2007 (Kelurahan Sidoharjo, diolah 2007)
..................... 60
8. Persentase jumlah penduduk Kelurahan Sidoharjo berdasarkan
umurtahun 2007 (Kelurahan Sidoharjo, diolah 2007)
.................................. 61
9. Persentase jumlah penduduk Kelurahan Sidoharjo
berdasarkantingkat pendidikan tahun 2007 (Kelurahan Sidoharjo,
diolah 2007) ... 62
10.Persentase jumlah penduduk Kelurahan Sidoharjo berdasarkan
matapencaharian tahun 2007 (Kelurahan Sidoharjo, diolah 2007)
.............. 63
11.Jaringan jalan regional Kabupaten Pacitan (Bappeda,
2005)................ 6412.Perkembangan produksi perikanan tangkap
(Dinas Kelautan dan
Perikanan, 2008)
...................................................................................
69
13.Persentase jumlah penduduk sekitar kawasan Pantai Teleng
Riaberdasarkan jenis kelamin (Data primer diolah, 2008)
......................... 82
14.Persentase jumlah penduduk sekitar kawasan Pantai Teleng
Riaberdasarkan umur (Data primer diolah, 2008)
..................................... 82
15.Persentase pendidikan penduduk sekitar kawasan Pantai Teleng
Ria(Data primer diolah, 2008)
...................................................................
83
16.Persentase jumlah penduduk sekitar kawasan Pantai Teleng
Riaberdasarkan mata pencaharian (Data primer diolah, 2008)
.................. 84
17.Persentase jumlah penduduk sekitar kawasan Pantai Teleng
Riaberdasarkan jumlah penghasilan (Data primer diolah, 2008)
............... 85
18.Persentase jumlah penduduk sekitar terhadap kualitas
lingkunganPantai Teleng Ria (Data primer diolah, 2008)
...................................... 86
-
5/27/2018 C09ara
14/192
19.Persentase jumlah penduduk sekitar yang menyatakan
kualitaslingkungan pantai Teleng Ria adalah baik berdasarkan umur
(Data
primer diolah,
2008)..............................................................................
87
20.Persentase jumlah penduduk sekitar yang menyatakan
kualitaslingkungan Pantai Teleng Ria adalah baik berdasarkan
pendidikan (Data primer diolah, 2008)
............................................... 88
21.Persentase jumlah penduduk sekitar yang menyatakan
kualitaslingkungan Pantai Teleng Ria adalah baik berdasarkan
jumlah
penghasilan (Data primer diolah, 2008)
............................................... 89
22.Persentase jumlah penduduk sekitar yang mengetahui
tentangekowisata (Data primer diolah, 2008)
.................................................. 90
23.Persentase jumlah penduduk sekitar berdasarkan umur
yangmengetahui tentang ekowisata (Data primer diolah, 2008)
.................. 90
24.Persentase jumlah penduduk sekitar berdasarkan pendidikan
yangmengetahui tentang ekowisata (Data primer diolah, 2008)
.................. 91
25.Persentase jumlah penduduk sekitar berdasarkan jumlah
penghasilanyang mengetahui tentang ekowisata (Data primer diolah,
2008) ......... 92
26.Persentase terganggu tidaknya penduduk sekitar jika kawasan
PantaiTeleng Ria dijadikan ekowisata (Data primer diolah, 2008)
................ 93
27.Persentase ingin tidaknya penduduk sekitar terlibat terhadap
kegiatanekowisata di Pantai Teleng Ria (Data primer diolah, 2008)
................ 94
28.Persentase jenis keterlibatan penduduk sekitar jika kawasan
PantaiTeleng Ria dijadikan ekowisata (Data primer diolah, 2008)
................ 95
29.Persepsi penduduk sekitar terhadap sarana prasarana dikawasan
Pantai Teleng Ria (Data primer diolah,
2008)........................ 96
30.Persentase jumlah wisatawan berdasarkan jenis kelamin (Data
primerdiolah, 2008)
.........................................................................................
98
31.Persentase jumlah wisatawan berdasarkan umur (Data primer
diolah,2008)......................................................................................................
99
32.Persentase jumlah wisatawan berdasarkan pendidikan (Data
primerdiolah,
2008)..........................................................................................
99
33.Persentase jumlah wisatawan berdasarkan mata pencaharian
(Dataprimer diolah, 2008)
.............................................................................
100
34.Persentase jumlah wisatawan berdasarkan jumlah penghasilan
(Dataprimer diolah,
2008)..............................................................................
101
35.Persentase jumlah wisatawan berdasarkan asal daerah (Data
primerdiolah,
2008)..........................................................................................
102
36.Persentase teman seperjalanan wisatawan (Data primer
diolah,2008)
.....................................................................................................
103
-
5/27/2018 C09ara
15/192
37.Persentase jumlah wisatawan yang tidak menginap dan
menginapdi Pacitan serta tempatnya menginap (Data primer diolah,
2008) ........ 104
38.Persentase jumlah terhadap kegiatan yang dilakukan wisatawan
........ 10539.Persentase jumlah terhadap sambutan penduduk sekitar
(Data primerdiolah,
2008)..........................................................................................
10640.Persentase jumlah wisatawan terhadap kualitas lingkungan
Pantai
Teleng Ria (Data primer diolah, 2008)
................................................ 107
41.Persentase jumlah wisatawan yang menyatakan kualitas
lingkunganPantai Teleng Ria adalah baik berdasarkan umur (Data
primer diolah,
2008)
.....................................................................................................
108
42.Persentase jumlah wisatawan yang menyatakan kualitas
lingkunganPantai Teleng Ria adalah baik berdasarkan pendidikan
(Data primer
diolah, 2008)
.........................................................................................
109
43.Persentase jumlah wisatawan yang menyatakan kualitas
lingkunganPantai Teleng Ria adalah baik berdasarkan jumlah
penghasilan (Data
primer diolah, 2008)
.............................................................................
110
44.Persepsi wisatawan terhadap sarana prasarana di kawasan
PantaiTeleng Ria (Data primer diolah, 2008)
................................................ 112
45.Persentase jumlah wisatawan yang mengetahui tentang
ekowisata(Data primer diolah, 2008)
...................................................................
115
46.Persentase jumlah wisatawan berdasarkan umur yang
mengetahuitentang ekowisata (Data primer diolah, 2008)
..................................... 116
47.Persentase jumlah wisatawan berdasarkan pendidikan
yangmengetahui tentang ekowisata (Data primer diolah,
2008)................... 117
48.Persentase jumlah wisatawan berdasarkan jumlah penghasilan
yangmengetahui tentang ekowisata (Data primer diolah, 2008)
.................. 118
49.Fluktuasi kunjungan wisatawan di Pantai Teleng Ria tahun 1998
2007 (Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Pacitan,
2008)......................................................................
121
50.Jumlah kunjungan wisatawan dalam negeri di Kabupaten Pacitan
perbulan pada tahun 2003 2007 / orang (BPS 2004, 2005, 2006,
2007,
2008)
.....................................................................................................
123
51.Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Kabupaten Pacitan
perbulan pada tahun 2003 2007 / orang (BPS 2004, 2005, 2006,
2007,
2008)
.....................................................................................................
124
52.Hasil penghitungan parameter
fisik.......................................................
12953.Hasil penghitungan parameter pengelolaan
......................................... 13154.Hasil penghitungan
parameter sosial
.................................................... 13355.Hasil
penghitunganRecreation Opportunity Spectrum dari ketiga
parameter
..............................................................................................
134
-
5/27/2018 C09ara
16/192
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman1. Zonasi wilayah pesisir dan lautan secara
horisontal dan vertikal ........ 1442. Batas daerah pantai
...............................................................................
1453. Gambar pantai secara visual
.................................................................
1464. Peta Kabupaten Pacitan
........................................................................
1475. Peta Kecamatan Pacitan
.......................................................................
1486. Pantai Teleng Ria
.................................................................................
1497. Tipe tipe pasang surut
........................................................................
1508. Kondisi pasang surut saat pengambilan sampel air
.............................. 1519. Denah sarana prasarana
........................................................................
15210.Sarana prasarana di kawasan Pantai Teleng Ria
................................... 15411.Sarana prasarana di PPP
Tamperan ......................................................
15712.Hasil tangkapan ikan di PPP Tamperan
............................................... 15813.Indeks
kesesuaian wisata Pantai Teleng Ria
........................................ 15914.Perhitungan daya
dukung ekologis kawasan ........................................
16015.Zonasi kegiatan wisata
.........................................................................
16116.Data umum responden penduduk sekitar kawasan Pantai Teleng
Ria .. 16317.Data umum responden wisatawan
........................................................
16418.Kuisioner untuk penduduk sekitar kawasan penelitian
........................ 16519.Kuisioner untuk wisatawan
..................................................................
16820.Alat yang digunakan
.............................................................................
17121.Kondisi umum kawasan Pantai Teleng Ria
.......................................... 173
-
5/27/2018 C09ara
17/192
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem
darat dan
laut yang memiliki kekayaan habitat dengan potensi flora dan
fauna yang sangat
beragam. Secara ekologis, kawasan pesisir sangat kompleks dan
mempunyai nilai
sumberdaya alam yang tinggi. Sumberdaya alam yang terdapat di
kawasan pesisir
antara lain perikanan, pasir, air laut, mikroorganisme,
mangrove, terumbu karang,
lamun, dan lain lain.
Bagian kawasan pesisir yang paling produktif adalah wilayah muka
pesisir
atau pantai. Pantai merupakan wilayah dimana berbagai kekuatan
alam yang
berasal dari laut, darat dan udara saling berinteraksi dan
menciptakan bentuk
pantai. Bentuk pantai bersifat dinamis dan selalu berubah.
Perubahan ini dapat
terjadi secara alamiah (diakibatkan oleh arus, gelombang dan
cuaca) dan akibat
ulah manusia (misalnya pembuatan break water, pencemaran di
pantai, dan lain
lain). Perubahan terhadap bentuk pantai oleh ulah manusia tidak
terlepas dari
upaya pemanfaatan kawasan pantai baik dari sisi eksploitasi
sumberdaya alam
maupun pemanfaatan ruang untuk berbagai aktivitas lain seperti
wisata,
perikanan, pelabuhan, dan lain lain.
Pemanfaatan kawasan pantai memberikan dampak yang berbeda
baik
terhadap sumberdaya alam maupun bagi masyarakat. Salah satu
pemanfaatan
kawasan pesisir adalah untuk kegiatan wisata. Kegiatan wisata
dan perikanan
memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan pendapatan
baik
masyarakat maupun pemerintah daerah setempat apabila
pengelolaannya
dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Paradigma kegiatan
wisata di
kawasan pantai saat ini lebih mengutamakan pada keuntungan
ekonomi, yaitu
bagaimana menarik wisatawan sebanyak banyaknya tanpa
memperhatikan daya
dukung lingkungan yang ada. Apabila suatu kawasan wisata sudah
tidak mampu
lagi menampung jumlah wisatawan (melebihi daya dukung kawasan)
maka yang
akan terjadi selanjutnya adalah penurunan atau degradasi
kualitas lingkungan.
Salah satu kawasan pesisir di Pantai Selatan Pulau Jawa yang
terkenal
dengan wisata pantainya adalah Kabupaten Pacitan. Kabupaten yang
berbatasan
-
5/27/2018 C09ara
18/192
dengan Propinsi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta ini merupakan
pintu gerbang
bagian barat dari Propinsi Jawa Timur dengan kondisi fisik
pegunungan kapur
yang membujur dari Gunung Kidul ke Trenggalek menghadap ke
Samudera
Hindia. Luas keseluruhan Kabupaten Pacitan sebesar 1.419,44 km2,
berada di
110o55 111o25 BT dan 07o5 8o17 LS, dengan garis pantai
sepanjang
70,709 km yang membentang sepanjang tujuh kecamatan (Dinas
Kelautan,
Perikanan dan Peternakan Kabupaten Pacitan, 2004 inWidyamayanti,
2005).
Sebagai kabupaten yang terkenal dengan wisata pantai yang
mempesona,
Kabupaten Pacitan mengandalkan Pantai Teleng Ria sebagai objek
wisata andalan
selain wisata goa goa alam yang tidak kalah menariknya. Kawasan
pantai ini
terletak kurang lebih 3 km dari pusat kota Pacitan ke arah
selatan, berada pada
0813'15" LS dan 11104'44" BT yang memiliki potensi besar
untuk
pengembangan kegiatan wisata dan perikanan. Kawasan Pantai
Teleng Ria
menjadi kawasan wisata sejak tanggal 30 Desember 1997 dibawah
pengelolaan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pacitan.
Kegiatan wisata pantai yang dapat dilakukan di pantai ini antara
lain
surfing, memancing, berenang, jogging dan lain lain. Pemerintah
daerah
memberikan perhatian yang besar dengan membangun berbagai
fasilitas
pendukung guna memberikan kenyamanan kepada seluruh wisatawan.
Berbagai
sarana prasarana yang telah dibangun antara lain pelabuhan,
gardu pandang untuk
menikmati desiran ombak laut selatan, kolam renang dan arena
bermain anak
anak, kedai makan, tempat pelelangan ikan, penginapan, kios
cenderamata, areal
perkemahan, arena pemancingan serta baywatch. Akan tetapi
pembangunan
berbagai sarana prasarana pendukung tersebut tidak diimbangi
dengan
pemanfaatan ruang yang baik sehingga dapat berakibat pada
penurunan kualitaslingkungan di kawasan Pantai Teleng Ria.
Potensi perikanan yang juga menjadi salah satu kebanggaan
kabupaten ini
belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi perikanan tangkap di
Laut Pacitan
yang mencapai 34.483 ton per tahun hingga saat ini tingkat
pemanfaatannya baru
berkisar 5,5 % per tahun. Beberapa jenis ikan yang menjadi hasil
tangkapan
utama nelayan Pacitan antara lain bawal/dorang, tongkol/abon,
layur, kakap,
kembung, kerapu, rebon, lemuru, cucut/kelong, lobster, teri,
tuna, cakalang,
-
5/27/2018 C09ara
19/192
tenggiri, marlin dan lain lain. Total produksi ikan yang
dihasilkan pada tahun
2006 mencapai 1.871,6 ton (Dinas Kelautan dan Perikanan,
2008).
Nelayan Pacitan umumnya melakukan operasi penangkapan ikan
secara
harian dengan daerah penangkapan ikan di sekitar wilayah pantai.
Kawasan
pantai merupakan kawasan yang baik bagi ikan ikan untuk memijah,
daerah
asuhan dan mencari makan. Hal ini tidak terlepas dari kualitas
lingkungan pesisir
yang masih baik. Kualitas lingkungan pesisir salah satunya
dipengaruhi oleh
kegiatan wisata yang ada. Bila pengelolaan wisata pantai
dilakukan dengan
mengedepankan prinsip kelestarian lingkungan maka tidak ada
kekhawatiran
terhadap resiko pencemaran lingkungan. Apabila lingkungan pantai
telah
tercemar, maka kerugiannya bukan saja pada sektor wisata tetapi
juga pada sektor
perikanan. Pencemaran lingkungan mempengaruhi sektor wisata yang
akan
mengakibatkan berkurangnya kualitas ekologis dan jumlah
wisatawan sedangkan
pada sektor perikanan akan berdampak pada daerah penangkapan
ikan yang
semakin menjauh ke tengah lautan. Oleh karena itu diperlukan
suatu sistem
pengelolaan kawasan pantai yang tepat dengan mengedepankan aspek
kelestarian
lingkungan demi terwujudnya kawasan wisata Pantai Teleng Ria
sebagai objek
wisata andalan di Kabupaten Pacitan.
1.2 Perumusan masalah
Pantai Teleng Ria merupakan salah satu aset wisata bagi
pemerintah
Kabupaten Pacitan. Kawasan pantai tersebut sejak tanggal 30
Desember tahun
1997 dikelola oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga
Kabupaten Pacitan. Akan tetapi pengelolaannya saat ini kurang
memperhatikan
konsep pengelolaan berkelanjutan sehingga semakin lama kawasan
ini mengalami
degradasi lingkungan. Adapun permasalahan yang terjadi di dalam
kawasan
Pantai Teleng Ria adalah :
Peran penting kawasan Pantai Teleng Ria sebagai salah satu
sumberPendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah berasal
dari kegiatan
wisata pantai dan perikanan. Sebagai usaha memperbesar PAD
maka
pemerintah daerah melakukan pembangunan berbagai sarana
prasarana dalam
kawasan Pantai Teleng Ria untuk meningkatkan pelayanan dan
kenyamanan
bagi wisatawan. Namun pembangunan tersebut jika tidak
memperhatikan
-
5/27/2018 C09ara
20/192
aspek lingkungan akan menjadi masalah tersendiri. Selain itu,
pembangunan
yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten terkesan tidak
direncanakan
dengan matang sehingga zonasi dan penempatan fasilitas wisata
dikawasan
Pantai Teleng Ria terkesan kurang rapi. Masalah tersebut akan
berdampak
pada jumlah kunjungan wisatawan.
Potensi perikanan yang ada belum dimanfaatkan secara optimal.
Berbagai
jenis ikan, cumi cumi dan udang udangan serta hasil laut lain
yang dapat
dijadikan oleh oleh maupun makanan khas daerah setempat yang
seharusnya
menjadi sektor penunjang wisata belum dikelola dengan baik. Hal
ini
didasarkan pada fakta bahwa Pantai Teleng Ria selain sebagai
objek wisata
pantai juga terdapat kegiatan perikanan di dalamnya, sehingga
sektor
perikanan sangat berperan dalam mendukung kegiatan wisata di
Pantai Teleng
Ria.
Permasalahan dalam pemanfaatan ruang antara lain tidak adanya
penataanyang baik dalam hal sarana prasarana dan zonasi antara
kegiatan wisata dan
perikanan. Belum adanya pemanfaatan dan penataan ruang yang baik
tersebut
dapat menimbulkan konflik antara pengelola kawasan wisata dengan
nelayan.
Sedimentasi yang disebabkan oleh material material yang dibawa
olehsungai dan mengendap di daerah sekitar pantai. Sungai yang
bermuara ke
Teluk Pacitan adalah Sungai Teleng dan Sungai Grindulu. Masalah
ini
membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius karena akan
berpengaruh
pada kondisi ekologis Pantai Teleng Ria.
Pencemaran oleh limbah cair yang berasal dari kegiatan wisata.
Limbah limbah tersebut dihasilkan oleh kios kios dan kamar mandi.
Selama ini
limbah tersebut langsung dibuang begitu saja ke perairan tanpa
ada
pengolahan terlebih dahulu. Hal tersebut dapat menimbulkan
pencemaran
dalam perairan jika jumlahnya sudah tidak dapat ditolerir
lagi.
Bertitik tolak pada permasalahan tersebut, maka diperlukan
suatu
penelitian tentang pengelolaan kawasan wisata pantai yang sedang
dilaksanakan
untuk mengevaluasi kesesuaian ekologis kawasan Pantai Teleng Ria
sebagai
kawasan ekowisata pantai. Kerangka perumusan masalah disajikan
pada Gambar
1.
-
5/27/2018 C09ara
21/192
Gambar 1. Diagram perumusan masalah
1.3 Tujuan
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Adapun yang menjadi
tujuan
dalam penelitian ini adalah :
1. Menilai kesesuaian ekologis kawasan, mengestimasi daya
dukungkawasan dan daya dukung ekologis Pantai Teleng Ria untuk
kegiatan
wisata pantai.
Kawasan Pantai Teleng Ria
Pendapatan
Asli Daerah
Pemanfaatan
ruang
Pencemaran
oleh limbahSedimentasi
Perikanan Wisata pantai
Penurunan
kualitas ekologis
Jumlah kunjungan wisata
Evaluasi kawasan
Kesesuaian ekologis Pantai Teleng Ria untuk
ekowisata pantai
Zonasi kawasan wisata
dan perikananPenunjang
wisata
-
5/27/2018 C09ara
22/192
2. Mengetahui peranan kegiatan perikanan dalam mendukung
kegiatanwisata di kawasan Pantai Teleng Ria.
3. Mengetahui persepsi wisatawan dan penduduk sekitar terhadap
kualitasekologis kawasan wisata Pantai Teleng Ria.
4. Mengidentifikasi spektrum peluang ekowisata pantai.1.4
Manfaat
Memberikan masukan bagi pemerintah daerah setempat dan pihak
swasta
dalam rangka pengembangan dan pengelolaan kegiatan wisata
secara
berkelanjutan di kawasan pesisir Pantai Teleng Ria Kabupaten
Pacitan, Jawa
Timur serta sebagai informasi bagi pihak pihak yang
membutuhkan.
-
5/27/2018 C09ara
23/192
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kawasan pesisir dan pantai2.1.1 Kawasan pesisir
Dahuri et al. (2004) mendefinisikan kawasan pesisir sebagai
suatu wilayah
peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis
pantai (coast line),
maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas, yaitu :
batas yang sejajar
garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus terhadap
garis pantai (cross
shore). Menurut Soegiarto (1976) inDahuri et al. (2004) definisi
wilayah pesisir
yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat
dan laut; ke
arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan baik kering
maupun terendam
air, yang masih dipengaruhi sifat sifat laut seperti pasang
surut, angin laut, dan
perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir
mencakup bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses proses alami yang terjadi di
darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh
kegiatan manusia
di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan
mempunyai
kekayaan habitat yang beragam, di darat maupun di laut, serta
saling berinteraksi
antara habitat tersebut. Bengen (2001) menyatakan kawasan
pesisir dari sudut
ekologis sebagai lokasi dari beberapa ekosistem yang unik dan
saling terkait,
dinamis dan produktif. Ekosistem pesisir mempunyai kemampuan
terbatas
terhadap masukan limbah. Hal ini sangat tergantung pada volume
dan jenis
limbah yang masuk. Apabila limbah tersebut melampaui kemampuan
asimilasi
perairan pesisir, maka kerusakan ekosistem dalam bentuk
pencemaran akan
terjadi.
Dalam suatu kawasan pesisir terdapat satu atau lebih ekosistem
dan
sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami
ataupun buatan (man-
made). Ekosistem alami yang terdapat di kawasan pesisir antara
lain : terumbu
karang (coral reef), hutan mangrove, padang lamun, pantai
berpasir (sandy
beach), formasi pes-caprae, formasi baringtonia, estuaria,
laguna dan delta.
Sementara itu, ekosistem buatan antara lain : tambak, sawah
pasang surut,
-
5/27/2018 C09ara
24/192
kawasan pariwisata, kawasan industri, agroindustri dan kawasan
pemukiman
(Dahuri et al., 2004).
Sumberdaya di kawasan pesisir terdiri dari sumberdaya alam yang
dapat
pulih dan sumberdaya alam yang tidak dapat pulih. Sumberdaya
yang dapat pulih
antara lain meliputi sumberdaya perikanan (plankton, bentos,
ikan, moluska,
krustacea, mamalia laut); rumput laut; padang lamun; hutan
mangrove; dan
terumbu karang. Sumberdaya yang tidak dapat pulih dapat berupa
minyak dan
gas, bijih besi, pasir, timah, bauksit dan mineral serta bahan
tambang lainnya.
Pada kelompok sumberdaya yang dapat pulih, hidup dan berkembang
berbagai
macam biota laut, sehingga dengan keanekaragaman sumberdaya
tersebut
diperoleh potensi jasa jasa lingkungan yang dapat dimanfaatkan
untuk
perkembangan wisata (Dahuri et al., 2004).
Menurut Nybakken (1992), ekosistem laut dapat dilihat dari
segi
horizontal dan vertikal. Secara horizontal kawasan pelagik
terbagi menjadi dua
yaitu laut pesisir (zona neritik) yang mencakup daerah paparan
benua dan laut
lepas (lautan atau zona oseanik). Zonasi perairan laut dapat
pula dilakukan atas
dasar faktor faktor fisik dan penyebaran komunitas biotanya.
Seluruh daerah
perairan terbuka disebut kawasan pelagik dan kawasan bentik
adalah kawasan
dibawah kawasan pelagik atau dasar laut. Organisme pelagik
adalah organisme
yang hidup di laut terbuka dan lepas dari dasar laut. Zona dasar
laut beserta
organismenya disebut daerah dan organisme bentik. Secara
vertikal wilayah laut
dibagi berdasarkan intensitas cahaya matahari yang masuk ke
perairan. Zona
fotik adalah bagian kolom perairan laut yang masih mendapat
cahaya matahari,
disebut juga zona epipelagis. Zona afotik berada dibawah zona
fotik, yaitu daerah
yang secara terus menerus berada dalam keadaan gelap dan tidak
mendapatkancahaya matahari. Zonasi wilayah pesisir dan lautan
secara horisontal dan vertikal
dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.1.2 Kawasan pantai
Bagian kawasan pesisir yang paling produktif adalah wilayah muka
pesisir
atau pantai. Daerah pantai adalah suatu kawasan pesisir beserta
perairannya
dimana daerah tersebut masih terpengaruh baik oleh aktivitas
darat maupun laut
(Pratikto et al., 1997). Garis pantai merupakan suatu garis
batas pertemuan
-
5/27/2018 C09ara
25/192
(kontak) antara daratan dengan air laut. Posisinya bersifat
tidak tetap, dan dapat
berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai
yang terjadi. Pantai
terletak antara garis surut terendah dan air pasang tertinggi
(Bengen, 2001).
Gambar batas daerah pantai dapat dilihat pada Lampiran 2.
Prasetya et al.(1994),
menyatakan bahwa berdasar asal mula pembentukannya, pantai di
Indonesia
dikategorikan menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Pantai tenggelam (sub-emergence) : terbentuk oleh genangan
air laut pada
daratan yang tenggelam.
2 Pantai timbul (emergence) : terbentuk oleh genangan air laut
pada daratan yang
sebagian terangkat.
3. Pantai netral : pembentukannya tidak tergantung pada
pengangkatan atau
penurunan daratan, melainkan pengendapan aluvialnya. Pantai ini
dicirikan
dengan pantai pada ujung delta yang dalam dengan bentuk pantai
sederhana
atau melengkung.
4. Pantai campuran (compound): terbentuk oleh proses
pengangkatan dan
penurunan daratan, yang diindikasikan oleh adanya daratan pantai
(emergence)
dan teluk teluk (sub-emergence).
Karakteristik bentuk pantai berbeda beda antara tempat yang satu
dengan
tempat lainnya. Ada pantai yang berlumpur, berpasir yang datar
dan landai,
berbatu dan terjal. Keadaan topografi dan geologi wilayah
pesisir mempengaruhi
perbedaan bentuk pantai. Gambar pantai (pantai berpasir, berbatu
dan
berlumpur) secara visual dapat dilihat pada Lampiran 3.
1. Pantai berpasirUmumnya pantai berpasir terdapat di seluruh
dunia dan lebih dikenal dari
pada pantai berbatu. Hal ini disebabkan pantai berpasir
merupakan tempatyang dipilih untuk melakukan berbagai aktivitas
rekreasi (Nybakken, 1992).
Pantai berpasir sebagian besar terdiri atas batu kuarsa dan
feldspar, bagian
yang paling banyak dan paling keras sisa sisa pelapukan batu di
gunung.
Pantai yang berpasir dibatasi hanya di daerah dimana gerakan air
yang kuat
mengangkut partikel yang halus dan ringan. Total bahan organik
dan
organisme hidup di pantai yang berpasir jauh lebih sedikit
dibandingkan
dengan jenis pantai lainnya (Dahuri et al., 2004). Menurut
Islami (2003)
-
5/27/2018 C09ara
26/192
peruntukan pantai dengan substrat pasir hitam adalah boating,
sedangkan
pantai berpasir putih lebih bervariasi, seperti boating,
selancar, renang,
snorkling dan diving. Parameter utama bagi daerah pantai
berpasir adalah
pola arus yang akan mengangkut pasir yang halus, gelombang yang
akan
melepaskan energinya di pantai dan angin yang juga merupakan
pengangkut
pasir (Dahuri et al., 2004).
2. Pantai berbatuPantai berbatu merupakan pantai dengan
topografi yang berbatu batu
memanjang ke arah laut dan terbenam di air (Dahuri et al.,
2004). Pantai
berbatu yang tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah
yang paling
padat mikroorganismenya dan mempunyai keragaman terbesar baik
untuk
spesies hewan maupun tumbuhan. Keadaan ini berlawanan dengan
pantai
berpasir dan berlumpur yang hampir tandus (Nybakken, 1992).
Pantai berbatu
menjadi habitat berbagai jenis moluska, bintang laut, kepiting,
anemon dan
juga ganggang laut (Bengen, 2001).
3. Pantai berlumpurPantai berlumpur memiliki substrat yang
halus. Pantai berlumpur hanya
terbatas pada daerah intertidal yang benar benar terlindung dari
aktivitas laut
terbuka. Pantai berlumpur dapat berkembang dengan baik jika ada
suatu
sumber partikel sedimen yang butirannya halus. Pantai berlumpur
terdapat di
berbagai tempat, sebagian di teluk yang tertutup, gobah,
pelabuhan dan
terutama estuaria (Nybakken, 1992).
2.2 Pariwisata dan ekowisata2.2.1 Pariwisata
Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar
domisili untuk
melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain
(Damanik dan
Weber, 2006). Pariwisata dapat juga diartikan sebagai suatu
perjalanan yang
dilakukan untuk sementara waktu, diselenggarakan dari suatu
tempat ke tempat
lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang
dikunjungi,
melainkan untuk menikmati perjalanan (Islami, 2003). Wisata
merupakan suatu
bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengandalkan jasa alam
untuk
-
5/27/2018 C09ara
27/192
kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk kepentingan wisata
dikenal juga
dengan pariwisata (Yulianda, 2007).
Dalam UU No 9 tahun 1990 (Menteri Dalam Negeri, 1990),
beberapa
istilah yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata antara lain
:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati objek dan
daya tarik wisata.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha usaha yang
terkait di
bidang tersebut.
4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan
penyelenggaraan pariwisata.
5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan
menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya
tarik wisata,
usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang
tersebut.
6. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang
menjadi sasaran wisata.
7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang
dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Menurut Munasef (1995) in Sulaksmi (2007), kegiatan pariwisata
terdiri
dari tiga unsur, diantaranya :
1.Manusia (man) yang merupakan orang yang melakukan perjalanan
denganmaksud menikmati keindahan dari suatu tempat (alam).
2.Ruang (space) yang merupakan daerah atau ruang lingkup tempat
melakukanperjalanan.
3.Waktu (time) yang merupakan waktu yang digunakan selama dalam
perjalanandan tinggal di daerah tujuan wisata.
Kelly (1996) in Sulaksmi (2007) menyatakan klasifikasi bentuk
wisata
yang dikembangkan berdasarkan pada bentuk utama atraksi atau
daya tariknya
yang kemudian ditekankan pada pemasarannya. Bentuk wisata
tersebut antara
lain : ekowisata (ecotourism), wisata alam (nature tourism),
wisata petualangan
(adventure tourism), wisata berdasarkan waktu (gateway and stay)
dan wisata
-
5/27/2018 C09ara
28/192
budaya (cultural tourism). Menurut Gunn (1994) inSulaksmi
(2007), bentuk
bentuk wisata dikembangkan dan direncanakan berdasarkan hal hal
berikut :
1. Kepemilikan (ownship) atau pengelolaan areal wisata tersebut
yang dapatdikelompokkan ke dalam tiga sektor yaitu sektor
pemerintahan, sektor
organisasi nir laba, dan perusahaan konvensional.
2. Sumberdaya (resource), yaitu alam (natural) atau budaya
(cultural).3. Perjalanan wisata/lama tinggal (touring/longstay).4.
Tempat kegiatan yaitu di dalam ruangan (indoor) atau di luar
ruangan
(outdoor).
5. Wisatawan utama atau wisatawan penunjang
(primary/secondary).6. Daya dukung (carrying capacity) tampak
dengan tingkat penggunaan
pengunjung yaitu intensif, semi intensif dan ekstensif.
Dalam kegiatan pariwisata aspek lingkungan merupakan bagian
yang
harus diperhatikan (Dahuri, 2003a). Strategi pariwisata yang
berhasil adalah
terpenuhinya manfaat maksimal ketika preservasi lingkungan
terlaksana dengan
dengan baik. Manfaat maksimal dari kegiatan pariwisata tersebut
diindikasi oleh
adanya sejumlah kunjungan turis atau wisatawan baik dari luar
maupun dalam
negeri dari objek wisata yang dimaksud.
Istilah tourism (kepariwisataan) mencakup orang orang yang
melakukan perjalanan pergi dari rumahnya dan perusahaan
perusahaan yang
melayani mereka dengan cara memperlancar atau mempermudah
perjalanan
mereka atau membuatnya lebih menyenangkan. Seorang wisatawan
didefinisikan
sebagai seseorang yang berada jauh dari tempat tinggalnya dimana
jarak jauhnya
ini berbeda beda (Lunberg et al., 1997). Definisi wisatawan
menurut WTO in
Marpaung (2002) sebagai berikut :- Pengunjung adalah setiap
orang yang berkunjung ke suatu negara lain dimana
ia mempunyai tempat kediaman, dengan alasan melakukan pekerjaan
yang
diberikan oleh negara yang dikunjunginya.
- Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu
negara tanpamemandang kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu
tempat pada negara
yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam dengan tujuan
perjalanannya
dapat diklasifikasikan pada salah satu hal berikut :
-
5/27/2018 C09ara
29/192
a. Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan,
kesehatan,pendidikan, keagamaan dan olahraga.
b. Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga.Menurut Dahuri et al.
(2004), pariwisata pesisir adalah kegiatan rekreasi
yang dilakukan di sekitar pantai seperti : berenang,
berselancar, berjemur,
berdayung, menyelam, snorkling, beachombing/reef walking,
berjalan jalan atau
berlari sepanjang pantai, menikmati keindahan suasana pesisir
dan bermeditasi.
Dahuri (2003) in Islami (2003) menyatakan bahwa pariwisata
pesisir
diasosiasikan dengan tiga S (sun, sea dan sand) yaitu jenis
pariwisata yang
menyediakan keindahan dan kenyamanan alami dari kombinasi cahaya
matahari,
laut dan pantai berpasir bersih.
Hall (2001) in Adrianto (2006a) menyatakan bahwa konsep
pariwisata
pesisir (coastal tourism) adalah hal hal yang terkait dengan
kegiatan wisata, hal
hal yang menyenangkan dan aktivitas rekreasi yang dilakukan di
wilayah pesisir
dan perairannya. Sementara itu, Orams (1999) in Adrianto
(2006a)
mendefinisikan pariwisata bahari (marine tourism) sebagai
aktivitas rekreasi yang
meliputi perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dan fokus
pada lingkungan
pesisir. Adanya definisi tersebut dapat menggambarkan kerangka
pariwisata
pesisir dan pariwisata bahari seperti yang disajikan pada Gambar
2.
Gambar 2. Kerangka pariwisata pesisir dan bahari
(Hall, 2001 dan Orams, 1999 inAdrianto, 2006a)
Pariwisata pesisir
dan bahari
Aktivitas di
pantai
Aktivitas di air- Menyelam- Berperahu- Snorkling- dll
- Melihat pemandangan- Wisata pantai- dll
-
5/27/2018 C09ara
30/192
Pariwisata pantai merupakan bagian dari wisata pesisir yang
memanfaatkan pantai sebagai objek dan daya tarik pariwisata yang
dikemas dalam
paket wisata. Pariwisata pantai meliputi semua kegiatan wisata
yang berlangsung
di daerah pantai seperti menikmati keindahan alam pantai,
olahraga pantai, sun
bathing, piknik, berkemah dan berenang di pantai. Pada
perkembangannya, jenis
kegiatan wisata yang dapat dilakukan di pantai sangat beragam
tergantung pada
potensi dan arah pengembangan wisata di suatu kawasan pantai
tertentu.
2.2.2 EkowisataEkowisata pertama kali dikenalkan pada tahun 1990
oleh organisasi The
Ecotourism Society, sebagai perjalanan ke daerah daerah yang
masih alami yangdapat mengkonservasi lingkungan dan memelihara
kesejahteraan masyarakat
setempat (Blangy dan Wood, 1993 inLinberg dan Hawkins, 1993).
Ekowisata
merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani
kepentingan
perlindungan sumberdaya alam dan industri kepariwisataan (META,
2002).
Kegiatan ekowisata dapat menciptakan dan memuaskan keinginan
akan alam,
tentang eksploitasi potensi wisata untuk konservasi dan
pembangunan serta
mencegah dampak negatif terhadap ekosistem, kebudayaan, dan
keindahan
(Western, 1993 in Lindberg dan Hawkins, 1993). Semula ekowisata
dilakukan
oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan daerah tujuan
wisata tetap utuh
dan lestari, disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya
tetap terjaga.
Ekowisata berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan.
Wisatawan
ingin berkunjung ke daerah alami yang menciptakan kegiatan
bisnis
(Pudjiwaskito, 2005). Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai
bentuk baru dari
perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang
dapat
menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999 in Fandeli dan
Muchlison,
2000).
Sumberdaya ekowisata terdiri dari sumberdaya alam dan
sumberdaya
manusia yang dapat diintegrasikan menjadi komponen terpadu bagi
pemanfaatan
wisata. Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat
diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok yaitu (Fandeli, 2000; META, 2002 in Yulianda,
2007) :
a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang
ditujukan pada
pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik
panoramanya.
-
5/27/2018 C09ara
31/192
b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan
kekayaan budaya
sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
c. Ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative
tourism), merupakan
wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani
kepentingan
perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri
kepariwisataan.
Dalam kaitannya dengan ekowisata, From (2004) inDamanik dan
Weber
(2006) menyusun tiga konsep dasar tentang ekowisata yaitu
sebagai berikut :
Pertama, perjalanan outdoor dan di kawasan alam yang tidak
menimbulkan
kerusakan lingkungan. Kedua, wisata ini mengutamakan penggunaan
fasilitas
yang diciptakan dan dikelola oleh masyarakat kawasan wisata.
Ketiga, perjalanan
wisata ini menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan
budaya lokal.
Dari definisi tersebut diatas dapat diidentifikasi beberapa
prinsip
ekowisata (TIES, 2000 inDamanik dan Weber, 2006), yaitu sebagai
berikut :
a. Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran
lingkungandan budaya lokal akibat kegiatan wisata.
b. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan
budaya didestinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat
lokal maupun pelaku
wisata lainnya.
c. Menawarkan pengalaman pengalaman positif bagi wisatawan
maupunpenduduk lokal.
d. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi
keperluan konservasimelalui kontribusi.
e. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi
masyarakat lokaldengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan
nilai nilai lokal.
f. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan
politik didaerah tujuan wisata.
g. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam
arti memberikankebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal
untuk menikmati atraksi
wisata sebagai wujud hak asasi, serta tunduk pada aturan main
yang adil dan
disepakati bersama dalam transaksi transaksi wisata.
Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dengan konsep
ekowisata
bahari dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu wisata pantai dan
wisata bahari.
-
5/27/2018 C09ara
32/192
Menurut Yulianda (2007), wisata pantai merupakan kegiatan wisata
yang
mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai
seperti rekreasi,
olahraga dan menikmati pemandangan, sedangkan wisata bahari
merupakan
kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya bawah laut dan
dinamika air
laut. Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat dikembangkan
disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Kegiatan wisata pantai dan bahari yang dapat
dikembangkanWisata Pantai Wisata Bahari
1. Rekreasi pantai2. Panorama3. Resort/peristirahatan4.
Berenang, berjemur5. Olahraga pantai (volleypantai, jalan
pantai, lempar cakram, dll)6. Berperahu7. Memancing8. Wisata
mangrove
1. Rekreasi pantai dan laut2. Resort/peristirahatan3. Wisata
selam (diving) dan wisata snorkling4. Selancar, jet ski, banana
boat, perahu kaca,
kapal selam5. Wisata ekosistem lamun, wisata nelayan,
wisata pulau, wisata pendidikan, wisatapancing
6. Wisata satwa (penyu, duyung, paus, lumba-lumba, burung,
mamalia, buaya)
Sumber : Yulianda (2007)
2.3 Perencanaan pengembangan kawasan ekowisata di daerah
pantaiPerencanaan dan pengembangan yang berwawasan lingkungan
perlu
dilakukan mengingat tingginya minat masyarakat terhadap kegiatan
ekowisata dan
rawannya kondisi ekologis pantai. Perencanaan pengembangan
ekowisata
ditentukan oleh keseimbangan potensi sumberdaya alam dan jasa
yang dimiliki
serta minat ekowisatawan. Situmorang (1993) in Islami (2003)
menyatakan
bahwa perencanaan kawasan ekowisata yang berwawasan lingkungan
merupakan
suatu perencanaan jangka panjang, karena tujuan dari perencanaan
ini adalah
untuk melestarikan lingkungan dan melindunginya. Hal hal yang
perlu
dilakukan antara lain :
a. Identifikasi sumberdaya dan area yang bisa dikembangkan
sebagai kawasanekowisata.
b. Merencanakan kawasan ini dengan meminimumkan dampaknya
terhadaplingkungan maupun penduduk sekitar.
c. Mengundang wisatawan yang sesuai (jumlah maupun
karakteristiknya)dengan daya dukung alam yang ada.
-
5/27/2018 C09ara
33/192
Dalam mengidentifikasi sumberdaya dan area yang bisa
dikembangkan
sebagai kawasan ekowisata perlu diperhatikan potensi pantainya
secara geografis
yang dapat dibagi menjadi (Situmorang, 1993 inIslami, 2003)
:
a. Kawasan yang mempunyai produktivitas alamiah yang tinggi dan
merupakanhabitat penting untuk makhluk hidup
b. Kawasan yang memungkinkan untuk dikembangkan sebagai daerah
rekreasic. Kawasan yang perlu perlindungan (dari bahaya banjir,
erosi dan lain lain)
untuk pemeliharaan pantai (terutama pantai yang berkarang,
berbukit pasir).
d. Kawasan yang mempunyai sifat geologis dan topografis yang
khas.Masalah masalah spesifik yang berhubungan dengan perusakan
lingkungan
pantai perlu ditinjau untuk meminimumkan dampak ekowisata
terhadap
lingkungan. Perlu melibatkan masyarakat setempat karena mereka
yang akan
mengalami dampak dari kegiatan ekowisata ini secara langsung.
Apabila
lingkungan mengalami kerusakan mereka yang akan menerima
dampaknya.
Keikutsertaan masyarakat setempat sangat besar manfaatnya karena
mereka
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
sekitar, dan
mereka mempunyai cara tersendiri melestarikan alam. Keuntungan
yang
dapat diperoleh dari kegiatan ekowisata ini harus dapat
meningkatkan taraf
hidup masyarakat sekitar, sehingga tujuan pembangunan yang
berkelanjutan
dapat tercapai (Situmorang, 1993 inIslami, 2003).
Pengembangan ekowisata merupakan jawaban dari masalah
lingkungan
dan di sisi lain sangat menunjang pembangunan ekonomi, terutama
ekonomi
penduduk lokal. Horwich et al.(1995) inNoorhidayah (2003)
menyatakan bahwa
ekowisata yang benar harus didasarkan atas sistem pandang yang
mencakup di
dalamnya prinsip keseimbangan dan pengikutsertaan partisipasi
masyarakatsetempat dalam areal areal potensial untuk pengembangan
ekowisata.
Ekowisata tersebut dapat dilihat sebagai usaha bersama antara
masyarakat
setempat dan pengunjung dalam usaha melindungi lahan lahan
(Wildlands), aset
budaya dan biologi melalui dukungan terhadap pembangunan
masyarakat
setempat.
-
5/27/2018 C09ara
34/192
2.4 PerikananPerikanan merupakan kegiatan pemanfaatan perairan,
termasuk di
dalamnya pesisir, laut dan perairan tawar. Kegiatan perikanan di
wilayah pesisir
meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan
tangkap di
Indonesia, menurut lokasi kegiatannya dikelompokkan menjadi
perikanan lepas
pantai, perikanan pantai dan perikanan darat. Perikanan pantai
adalah kegiatan
menangkap ikan, udang, kerang kerangan dan hewan air lainnya
yang secara liar
hidup di perairan sekitar pantai. Dalam perikanan tangkap pada
umumnya
terdapat suatu masalah yang dihadapi yaitu menurunnya hasil
tangkapan yang
disebabkan adanya penangkapan berlebih, degradasi kualitas
fisik, kimia dan
biologi lingkungan perairan (Dahuri et al., 2004).
2.5 Recreation Opportunity Spectrum(ROS)Recreation Opportunity
Spectrum (ROS) merupakan suatu kerangka
pemikiran konseptual untuk membantu memperjelas hubungan antara
kondisi
kawasan, aktivitas dan pengalaman rekreasi (Clark dan Stankey
1979; Clark 1982
inParkin et al., 2000). Dalam kerangka ini, parameter fisik
(physical attribute),
pengelolaan (managerial attribute) dan sosial (social attribute)
digunakan untuk
menguraikan kondisi kawasan rekreasi. Clark dan Stankey (1979)
mendefinisikan
bahwa ROS merupakan kombinasi dari kondisi fisik, biologi,
sosial dan
pengelolaan yang memberikan nilai bagi suatu kawasan. Sementara
itu, ROS juga
dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pemikiran yang
digunakan dalam
pengelolaan kawasan alam dan perencanaan kawasan wisata dengan
tujuan
menangani terjadinya suatu konflik penggunaan lahan melalui
identifikasi
kegiatan wisata berdasarkan pada tingkat keberagaman faktor
alam, infrastruktur
dan pengelolaan yang ada di suatu kawasan. Penerapan ROS
bertujuan untuk
mendapatkan keseimbangan dalam pemanfaatan kawasan. Konsep
ROS
merekomendasikan pembagian zonasi dan kegiatan rekreasi dimana
pemanfaatan
kawasan diklasifikasikan dan dibagi berdasarkan kondisi
lingkungan dan aktivitas
rekreasi. Pemanfaatkan dan mengembangkan suatu potensi
pariwisata harus
memperhatikan faktor lingkungan, sosial dan pengelolaan sesuai
dengan
peruntukan dan tujuan pengembangan suatu kawasan.
-
5/27/2018 C09ara
35/192
Faktor lingkungan (environmental conditions) merupakan kodisi
dari suatu
kawasan apakah masih bersifat alami atau sudah terdapat campur
tangan manusia.
Faktor lingkungan suatu kawasan pariwisata sangat penting untuk
menentukan
jenis dan arah pengembangan wisata di kawasan tersebut. Faktor
sosial (social
conditions) menggambarkan intensitas pemanfaatan suatu kawasan
wisata.
Apabila pemanfaatan kawasan wisata telah mencapai tingkat yang
tinggi maka
untuk pengembangan selanjutnya diperlukan strategi strategi
tertentu guna
mempertahankan kondisi yang telah ada menjadi lebih baik lagi.
Sebaliknya bila
tingkat pemanfaatannya masih rendah, maka dibutuhkan program
untuk
memanfaatkan potensi yang ada secara optimal.
Faktor pengelolaan (managerial conditions) merupakan faktor
faktor
yang menunjukkan bagaimana kondisi pengelolaan di suatu kawasan
wisata.
Faktor ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan suatu
kawasan wisata. Hasil identifikasi faktor faktor tersebut dapat
digunakan untuk
menganalisis peluang pengembangan suatu kawasan untuk dijadikan
sebagai
kawasan wisata sesuai dengan potensi dan tingkat pengelolaan
yang ada.
Faktor utama dalam analisis ROS adalah identifikasi parameter
kondisikawasan rekreasi (setting). Parameter kondisi kawasan
rekreasi merupakan
kondisi keseluruhan dari kawasan rekreasi termasuk parameter
fisik, sosial dan
pengelolaan sebagai satu kesatuan. Parameter fisik berpengaruh
terhadap jenis
kegiatan wisata dan pada akhirnya menentukan tipe rekreasi yang
dapat
dikembangkan. ROS merangkum keragaman dari berbagai parameter
kondisi
kawasan wisata berdasarkan pengalaman tertentu. Kombinasi dari
parameter
parameter tersebut membentuk suatu spektrum yang mengarah pada
suatu jenis
FACTORS
Natural Environmental conditions Unnatural
Low density Social conditions High density
Undeveloped Managerial conditions Developed
The Recreation Opportunity Spectrum
-
5/27/2018 C09ara
36/192
tipe rekreasi yang dapat dikembangkan bagi kawasan wisata.
Parameter kondisi
kawasan rekreasi (Recreation Setting Attribute) disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Parameter kawasan rekreasi (Recreation Setting
Attribute)Parameter fisik/lingkungan
(Physical Attributes)
Parameter sosial
(Social Attributes)
Parameter pengelolaan
(Managerial Attributes)
- Sumberdaya alam (perairan dandaratan)
- Topografi wilayah- Oseanografi
- Kualitas perairan- Klimatologi- Pembuangan limbah cair dan
dampak
- Pendidikan dan tenaga kerja- Demografi
- Persepsi terhadap kawasanwisata
- Isu dan permasalahan
- Sarana dan prasarana rekreasi- Transportasi dan komunikasi
- Kebijakan pengelolaan- Kondisi pariwisata
- Kondisi perikanan
2.6 Pengelolaan wilayah pesisir secara terpaduWilayah pesisir
dan laut merupakan tatanan ekosistem yang memiliki
hubungan sangat erat dengan daerah lahan atas (upland) baik
melalui aliran air
sungai, air permukaan (run off) maupun air tanah (ground water),
dan dengan
aktivitas manusia. Keterkaitan tersebut menyebabkan terbentuknya
kompleksitas
dan kerentanan di wilayah pesisir. Secara konseptual, hubungan
tersebut dapat
digambarkan dalam keterkaitan antara lingkungan darat (bumi),
lingkungan laut,
dan aktivitas manusia. Hubungan antara wilayah pesisir dan
sistem sumberdaya
pesisir disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Hubungan antara wilayah pesisir dan sistem sumberdaya
pesisir
(Scura et al.,1992 inPatria, 1999)
-
5/27/2018 C09ara
37/192
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu
pendekatan
pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih
ekosistem,
sumberdaya dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu
guna
mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.
Keterpaduan yang
dimaksud mengandung tiga dimensi yaitu sektoral, bidang ilmu dan
keterkaitan
ekologis (Dahuri et al., 2004).
Keterpaduan sektoral berarti bahwa perlu ada koordinasi tugas,
wewenang,
dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada
tingkat pemerintah
tertentu (horizontal integration) dan antar tingkat pemerintah
mulai dari
pemerintah desa hingga pemerintah pusat (vertical horizon).
Apabila ditinjau
dari sudut pandang keilmuan, keterpaduan yang dimaksud mencakup
pendekatan
interdisiplin ilmu terkait seperti ekonomi, ekologi, sosiologi,
hukum dan ilmu
lainnya yang relevan (Dahuri et al., 2004). Beberapa tujuan dari
pengelolaan
wilayah pesisir secara terpadu menurut Cicin Sain dan Knecht
(1998) inDahuri
(2003b) adalah sebagai berikut :
1. Mencapai pembangunan daerah pesisir dan lautan yang
berkelanjutan.2. Mengurangi gangguan alam yang membahayakan daerah
pesisir dan makhluk
hidup yang terdapat di dalamnya.
3. Mempertahankan proses ekologi, sistem pendukung kehidupan,
dankeragaman hayati di daerah pesisir dan lautan.
Dahuri et al., 2004 mengemukakan karakteristik utama dalam
pengelolaan
sumberdaya dan wilayah pesisir secara terpadu, yaitu :
1. Mempunyai batas fisik (geografis) yang jelas dari kawasan
yang akan dikelolabaik batas tegak lurus garis pantai maupun batas
yang sejajar garis pantai.
2. Tujuannya untuk meminimalkan konflik kepentingan dan
konflikpemanfaatan sumberdaya sehingga diperoleh manfaat secara
optimal dan
berkesinambungan.
3. Merupakan suatu proses secara terus menerus dan dalam jangka
waktu yangpanjang.
4. Perencanaan dan pengelolaan pembangunan kawasan pesisir
disusunberdasarkan karakteristik dan dinamika termasuk keterkaitan
ekologis dari
kawasan pesisir.
-
5/27/2018 C09ara
38/192
5. Pelaksanaan pengelolaan sumberdaya dan wilayah pesisir secara
terpadu tidakmungkin didekati secara monodisiplin, tetapi harus
menggunakan pendekatan
interdisiplin keilmuan ekologi, ekonomi, keteknikan sosial
ekonomi budaya
dan politik.
6. Harus ada tatanan kelembagaan yang khusus menangani
pengelolaan kawasanpesisir, terutama untuk mengamankan tahap
perencanaan dan pemantauan
serta evaluasi
Sebagai suatu kesatuan ekologis, wilayah pesisir tersusun atas
berbagai
ekosistem mulai dari mangrove, terumbu karang, estuaria, pantai
berpasir dan
lainnya) yang saling terkait satu sama lain. Perubahan atau
kerusakan yang
menimpa satu ekosistem akan berdampak pula pada ekosistem yang
lain. Oleh
karena itu dalam melakukan pengelolaan terhadap kawasan pesisir
harus
memperhatikan keterkaitan ekologis dan mengedepankan aspek
kelestarian
lingkungan. Dahuri et al. (2004) menjelaskan bahwa secara
ekologis terdapat tiga
persyaratan yang dapat menjamin tercapainya pembangunan
berkelanjutan, yaitu :
(1) keharmonisan spasial (spatial suitability), (2) kapasitas
asimilasi (assimilative
capacity) dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Prinsipnya adalah
pengelolaan
wilayah pesisir secara tepadu dapat mengakomodasikan adanya
spektrum zonasi
di wilayah pesisir dan lautan yaitu (1) daerah pedalaman (inland
areas); (2)
daratan pantai (coastal lands); (3) perairan pantai (coastal
waters); (4) perairan
lepas pantai (offshore waters) dan laut bebas (high sea); dimana
masing masing
zona tersebut memiliki kepemilikan, ketertarikan pemerintah
serta institusi yang
berbeda.
Bila ditinjau secara empiris pembangunan kawasan pesisir dan
lautan
secara optimal, terpadu dan berkelanjutan merupakan sebuah
keharusan. Hal inidapat dilihat dari adanya keterkaitan ekologis
baik antar ekosistem di dalam
kawasan pesisir maupun kawasan pesisir dengan lahan atas dan
laut lepas.
Dengan demikian, kerusakan yang terjadi pada suatu ekosistem
pesisir cepat atau
lambat akan mempengaruhi ekosistem lainnya. Begitu pula halnya
jika
pengelolaan kegiatan pembangunan (industri, pertanian,
pemukiman, pariwisata,
dan lain lain) tidak dilakukan secara arif (berwawasan
lingkungan) maka akan
memberikan dampak negatif berupa rusaknya tatanan dan fungsi
ekologis baik
-
5/27/2018 C09ara
39/192
kawasan pesisir daratan dan lautan (Dahuri et al., 2004).
Keberlanjutan
merupakan suatu konsep nilai yang meliputi tanggung jawab
generasi saat ini
terhadap generasi akan datang tanpa harus mengorbankan peluang
generasi
sekarang untuk tumbuh dan berkembang serta meletakkan dasar
dasar
pengembangan bagi generasi generasi mendatang (WCED, 1987 in
Patria,
1999).
Keberlanjutan dari kegiatan wisata pesisir dan laut tidak
terlepas dari
aspek daya dukung kawasan secara ekologis dan sosial ekonomi
mampu
menopang kegiatan tersebut. Savariades (2000) inAdrianto (2006a)
menyatakan
bahwa daya dukung dalam kegiatan pariwisata itu merupakan
kemampuan daerah
tujuan wisata menerima kunjungan sebelum dampak negatif timbul
dan sebuah
level dimana arus wisatawan mengalami penurunan akibat
keterbatasan kapasitas
yang muncul dari dalam tingkah laku wisatawan itu sendiri.
Sementara itu, Davis
and Tisdell (1996) in Adrianto (2006a) mendefinisikan bahwa daya
dukung di
dalam kegiatan wisata adalah maksimum jumlah turis yang dapat
ditoleransi tanpa
menimbulkan dampak tidak dapat pulih dari ekosistem/lingkungan
dan pada saat
yang sama tidak mengurangi kepuasan kunjungan. Daya dukung
kawasan pesisir
didefinisikan sebagai populasi maksimum dari suatu spesies yang
dapat
mendukung keberlanjutan, untuk jangka waktu yang lama dan
terdapat perubahan
tanpa disertai degradasi sumberdaya alam yang dapat mengurangi
kemampuan
populasi maksimum di masa yang akan datang (Kirchner et
al.,1985; Munn, 1989
in Dahuri, 1998). Dasar dalam definisi daya dukung ekosistem
ditentukan oleh
kemampuan ekosistem untuk menyediakan sumberdaya alam dan jasa
lingkungan
sebagai contohnya: ruang untuk hidup, daerah rekreasi, udara
yang bersih, dan
kemampuan ekosistem untuk mengatur buangan limbah (Dahuri,
1998).Konsep konsep daya dukung dalam konteks rekreasi terpusat
pada dua hal
yaitu: (1) biophysical components; dan (2) behavioral components
(Savariades,
2000 inAdrianto, 2006a). Daya dukung adalah suatu ukuran jumlah
individu dari
suatu spesies yang dapat didukung oleh lingkungan tertentu
(Manik, 2003). Daya
dukung suatu wilayah sangat ditentukan oleh potensi sumberdaya
(alam, buatan
dan manusia), teknologi untuk mengelola sumberdaya (alam dan
buatan), serta
jenis pekerjaan dan pendapatan penduduk. Ketersediaan sumberdaya
alam yang
-
5/27/2018 C09ara
40/192
dapat dikelola dan dimanfaatkan manusia akan meningkatkan daya
dukung
lingkungan.
2.7 Sistem sosial ekologi (Social Ecological System)
Wilayah pesisir memiliki keanekaragaman sumberdaya alam yang
sangat
tinggi. Adanya tekanan dari sistem ekonomi terhadap pemanfaatan
kawasan tidak
dapat dihindarkan, termasuk dalam pemanfatannya untuk kegiatan
wisata.
Pengelolaan menjadi faktor kunci yang harus diupayakan agar
kelestarian
ekosistem dan pemanfaatan sumberdaya alam wilayah pesisir dapat
berkelanjutan.
Beberapa kasus membuktikan bahwa kelestarian ekosistem masih
dianggap
kurang penting dalam visi pembangunan berbasis sosial ekonomi
termasuk dalampembangunan bidang wisata selama ini.
Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan sistem sosial
ekologi
(sosial ecological system), dimana unit analisa bagi dinamika
pembangunan
adalah unit sosial ekologi (sosial ecological unit). Menurut
Anderias et al. (2004)
in Adrianto (2006b), sistem sosial ekologi didefinisikan sebagai
unit ekosistem
seperti wilayah pesisir, ekosistem mangrove, danau, terumbu
karang, pantai yang
berasosiasi dengan proses sosial. Sementara itu, Folke (1998);
Carpenter dan
Folke (1996) in Adrianto (2006b) mendefinisikan sistem sosial
ekologi sebagai
sistem perpaduan antara alam dan masyarakat yang memiliki
hubungan timbal
balik. Unit sosial ekologi sangat relevan di wilayah pesisir,
mengingat pada
dasarnya dinamika wilayah ini adalah interaksi bersama sama (co
exist) antara
dinamika sosial ekonomi dan ekosistem. Pengelolaan yang berbasis
pada
pendekatan ini adalah pengelolaan berbasis sosial ekosistem
(sosio ecosystem
based management).
Pendekatan kontemporer pengelolaan berbasis sosial ekosistem
pada
dasarnya adalah integrasi antara pemahaman ekologi (ecological
understanding)
dan nilai nilai sosial ekonomi (sosio economics value). Tujuan
dari pengelolaan
berbasis sosial ekologi adalah memelihara dan menjaga
kelestarian serta integritas
ekosistem, sehingga pada saat yang sama mampu menjamin
keberlanjutan suplai
sumberdaya untuk kepentingan sosial ekonomi manusia.
-
5/27/2018 C09ara
41/192
III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitianPenelitian dilakukan di kawasan
Pantai Teleng Ria, Kabupaten Pacitan,
Jawa Timur. Secara geografis Kabupaten Pacitan membentang antara
0755 LS
sampai dengan 0817 LS dan 11055 BT sampai dengan 11125 BT
dengan
luas wilayah mencapai 1.419,44 km2. Pantai Teleng Ria yang
menjadi objek
penelitian terletak di Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan,
Kabupaten
Pacitan. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4,
Lampiran 4,
Lampiran 5, dan Lampiran 6.
Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2008 sampai dengan bulan
Agustus
2008. Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Mei 2008 untuk
memperoleh
informasi awal tentang daerah dan objek penelitian melalui
observasi langsung.
Penelitian utama dilaksanakan pada bulan Juli 2008 sampai
Agustus 2008.
Pengambilan data sampel air laut sebagai data pendukung
dilakukan pada tanggal
8 Juli 2008.
3.3. Metode penelitianData yang dikumpulkan mencakup keadaan
umum kawasan Pantai Teleng
Ria dan Pantai Tamperan terutama dari potensi sumberdaya alam
(perairan
maupun daratan) yang berkaitan dengan kegiatan wisata,
identifikasi isu dan
permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kawasan wisata serta
kebijakan
pengelola terkait dengan aktivitas wisata yang sedang
berlangsung. Setelah itu
dilakukan analisis data untuk menilai kesesuaian ekologis Pantai
Teleng Ria untuk
kegiatan wisata pantai, mengestimasi daya dukung kawasan dan
daya dukung
ekologis Pantai Teleng Ria untuk kegiatan wisata pantai.
Terakhir dilakukan
analisis Recreation Opportunity Spectrum (ROS) berdasarkan pada
beberapa
parameter antara lain parameter fisik, sosial dan pengelolaan
yang telah
diidentifikasi untuk mengetahui spektrum peluang ekowisata
pantai bagi
pengelolaan kawasan Pantai Teleng Ria secara berkelanjutan.
-
5/27/2018 C09ara
42/192
Gambar 4. Peta lokasi penelitian
-
5/27/2018 C09ara
43/192
3.3 Pengumpulan dan analisis data
Secara umum data yang dikumpulkan terdiri atas data primer
dan
sekunder. Masing masing data diperoleh dengan menggunakan metode
yang
berbeda.
3.3.1 Data primerData primer yang dikumpulkan meliputi keadaan
umum lokasi, persepsi
terhadap kawasan, kebijakan pengelolaan, isu isu dan
permasalahan yang terjadi
serta kualitas perairan. Adapun jenis, sumber dan cara
pengambilan data primer
dapat dilihat pada Tabel 3.
Dalam memperoleh data primer dilakukan dengan menggunakan
suatu
metode. Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer
selama
penelitian adalah wawancara dan observasi lapang.
a.WawancaraBertujuan untuk memperoleh informasi lebih lanjut
tentang kawasan
penelitian. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung
kepada
penduduk sekitar, pegawai dalam kawasan dan dinas yang terkait
dengan
pengelolaan di wilayah penelitian serta wisatawan. Dinas yang
selama ini
mengelola adalah Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga
Kabupaten Pacitan.
Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive
samplingyang
terdiri dari penduduk sekitar, pengelola kawasan wisata, dan
pegawai dalam
kawasan wisata. Sementara itu, penentuan responden wisatawan
dilakukan
dengan metode accidental sampling. Pertimbangan menggunakan
metode
purposive samplingkarena metode pengambilan sampel dengan cara
ini sengaja
memilih responden berdasarkan kebutuhan data yang diinginkan
yaitu denganketentuan peran serta (partisipasi) responden dalam
kegiatan wisata, pertimbangan
lain adalah kemudahan dalam wawancara dan kesediaan responden
untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian.
Sementara itu,
pemilihan menggunakan metode accident sampling untuk responden
wisatawan
berdasarkan kemudahan pengambilan data yaitu dilakukan terhadap
responden
yang kebetulan berada di dalam kawasan Pantai Teleng Ria.
Responden yang
diambil untuk penduduk dan wisatawan masing masing sebanyak 30
orang.
-
5/27/2018 C09ara
44/192
Tabel 3. Jenis, sumber dan cara pengambilan data primer
No Nama data Sumber dataCara pengambilan
data
1 Keadaan umum lokasi
a. Sarana prasarana Responden,lapangan
Wawancara, observasi
lapang
- Arena bermain- Penginapan- Gardu pandang- Rumah makan- Kamar
mandi/WC- Jalan beraspal dan tempat parkir
- Tempat sampah dan pembuangannya- Kolam renang- Pelabuhan- Area
perkemahan
b. Oseanografi kawasan Lapangan Observasi lapang
-Kedalaman perairan-Arus
c. Pendidikan dan tenaga kerja Responden,lapangan
Wawancara, observasilapang
d.Transportasi dan komunikasi Responden,lapangan
Wawancara, observasilapang
e. Kondisi wisata Lapangan Observasi lapang- Banyaknya
wisatawan- Antusias wisatawan- Perilaku wisatawan- Karcis masuk
f. Pembuangan limbah dan dampaknya Lapangan Observasi lapang
2. Persepsi terhadap kawasan wisata
a. Penduduk Responden,lapangan
Wawancara, observasilapang
b. Wisatawan Responden,lapangan
Wawancara, observasilapang
c. Pemerintah daerah yang mengelola Responden,lapangan
Wawancara, observasilapang
3. Kebijakan pengelolaan Responden,lapangan
Wawancara, observasilapang
4. Isu isu dan permasalahan yang terjadi Responden,lapangan
Wawancara, observasilapang
5. Kualitas perairan
a. Suhu Lapangan Observasi lapang
b. Kecerahan Lapangan Observasi lapang
c. pH Lapangan Observasi lapang
d. DO Lapangan Observasi lapang
e. BOD Lapangan Observasi lapang
f. Bau Lapangan Observasi lapang
g. Salinitas Lapangan Observasi lapang
h. Padatan Tersuspensi Total Lapangan Observasi lapang
i. Sampah Lapangan Observasi lapang
j. BakteriE. Coli(fecal) Lapangan Observasi lapang
-
5/27/2018 C09ara
45/192
b.Observasi lapangMerupakan pengumpulan