SESI 4 – 8: STRATEGI MENDAPATKAN INFORMASI: TEKNIK Must-to-know key-points: 1. Mendapatkan keluhan pasien Teknik pembuka Teknik Klarifikasi Teknik Mengarahkan Pasien 2. Mengatasi resistensi 3. Mengatasi mekanisme pertahanan pasien (defenses) Metode Pembelajaran: Tugas Baca Diskusi interaktif Demonstrasi / Role-play Persiapan Sesi dalam kelas: Pasien/pemeran pasien Alat Bantu Latih (bila memungkinkan dan tersedia fasilitasnya): o Video contoh wawancara Alat bantu latih di luar kelas: Daftar tilik penilaian ketrampilan teknik wawancara (terlampir). DAFTAR TILIK TEKNIK WAWANCARA Padankan teknik wawancara yang akan menghasilkan respons di bawah ini: Respons: 1 : pembicaraan yang spontan 21
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SESI 4 – 8:
STRATEGI MENDAPATKAN INFORMASI: TEKNIK
Must-to-know key-points:
1. Mendapatkan keluhan pasien
Teknik pembukaTeknik KlarifikasiTeknik Mengarahkan Pasien
Tugas Baca Diskusi interaktif Demonstrasi / Role-play
Persiapan Sesi dalam kelas:
Pasien/pemeran pasien
Alat Bantu Latih (bila memungkinkan dan tersedia fasilitasnya):
o Video contoh wawancara
Alat bantu latih di luar kelas:
Daftar tilik penilaian ketrampilan teknik wawancara (terlampir).
DAFTAR TILIK TEKNIK WAWANCARA
Padankan teknik wawancara yang akan menghasilkan respons di bawah ini:
Respons:
1 : pembicaraan yang spontan
2 : rambling
3 : menjawab pertanyaan dengan adekuat
4 : jawaban satu kata
5 : keheningan/diam
6 : hostility
7 : marah
21
Teknik wawancara:
Open-ended, patient-centered questions _____Open-ended, symptom-centered questions _____Closed-ended questions _____Leading questions _____Meminta untuk lebih spesifik _____Meminta untuk membuat lebih umum (generalize) _____Meminta untuk memberi alas an _____Probing _____Meminta untuk menyimpulkan _____Menghubungkan _____Pernyataan untuk meneruskan _____Mengulang pernyataan pasien _____Mengarahkan pasien _____Pertanyaan yang menilai adanya gejala psikiatri _____Smooth transitions _____Accentuated transitions _____Abrupt transitions _____Konfrontasi _____Menunjukkan penerimaan _____Shifting _____Induction to bragging _____Interpretations _____Addressing of defence mechanisms _____Bypassing defense mechanisms _____Distraction _____
Reassurance ____
22
MATERI ACUAN
STRATEGI MENDAPATKAN INFORMASI : TEKNIK
Teknik mendapatkan informasi secara garis besar ada tiga macam berdasarkan
jenis pasien yang dihadapi. Teknik pertama digunakan untuk pasien yang sangat
kooperatif. Pasien-pasien tersebut sangat terbuka dan mau menceritakan hampir semua
permasalahannya. Teknik kedua digunakan untuk pasien yang menutupi beberapa bagian
dari masalah mereka. Teknik ketiga digunakan untuk pasien yang secara tidak disadari
melakukan distorsi persepsi terhadap diri sendiri dan orang lain.
Tingkat kooperatif pasien terhadap terapi berbeda-beda. Beberapa pasien sangat
kooperatif dengan datang tepat waktu untuk menceritakan permasalahan mereka.
Beberapa pasien lain secara aktif menghambat usaha terapis untuk mengetahui
permasalahan pasien tersebut; mereka mungkin merasa malu, menunjukkan sikap
bermusuhan, atau takut. Beberapa pasien lain secara tidak sengaja (tanpa disadari)
mengalami distorsi persepsi terhadap masalah mereka.
Seorang pasien biasanya mengungkapkan masalah mereka dengan cara:
1. Mengeluarkan semua permasalahannya (keluhan/complaints)
2. Mengeluarkan beberapa masalah namun menutupi masalah-masalah yang
dianggap memalukan (resistance)
3. Dengan mengeluarkan masalah yang paling memalukan kepada terapis juga
terhadap diri pasien sendiri (defenses).
Ada berbagai strategi untuk menghadapi ketiga cara tersebut.
Jika pasien berkomunikasi dengan cara complaining/mengeluh, maka yang
dilakukan pasien adalah membantu pasien untuk menceritakan permasalahannya secara
mendetil. Terapis juga mengeksplorasi setiap aspek dari permasalahan yang pasien
ungkapkan. Pendekatan yang dilakukan termasuk: teknik pertanyaan terbuka (opening),
klarifikasi (clarification) dan mengarahkan (steering).
Resisten lebih sulit untuk diatasi. Teknik yang paling berguna untuk membantu
pasien mengatasi resisten adalah penerimaan (acceptance) dan konfrontasi
(confrontation). Tunjukkan pada pasien kalau terapis mengetahui dan mengerti resistensi
23
pasien namun, pada saat yang sama terapis mencoba untuk meyakinkan pasien bahwa
lebih menguntungkan bagi pasien jika ia berhenti melakukan resistensi.
Defenses adalah kondisi yang paling sulit untuk diatasi. Pada berbagai wawancara
psikodiagnostik, defenses dapat dibiarkan jika tidak mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan informasi untuk terapis. Pada beberapa situasi, terapis mau tidak mau tetap
harus mengkonfrontasi atau menginterpretasi mekanisme defense yang digunakan pasien
untuk mempertahankan rapport dan mendapatkan diagnosis.
Pasien dengan berbagai tingkat kooperatif tersebut (juga termasuk pasien yang
kooperatif pada waktu tertentu dan tidak kooperatif di waktu lain); membuat terapis harus
menyesuaikan strategi yang digunakan untuk mendapatkan informasi. Ada berbagai teknik
untuk membantu menumbuhkan sikap kooperatif pada pasien.
1. Keluhan Pasien
Pasien yang datang secara sukarela ke profesional kesehatan jiwa mengemukakan
suatu alasan yang membuat ia datang. Alasan yang diungkapkan biasanya adalah
masalah yang berkaitan dengan fungsi sehari-hari pasien, interaksi personal, atau
yang berhubungan dengan perilaku dan kepuasan akan dirinya. Ketika berbicara
tentang masalah tersebut, terapis mendengarkan penderitaan di balik kata-kata yang
diucapkan pasien dan mendengarkan keluhan pasien. Pasien umumnya
mengharapkan empati akan penderitaannya dan penjelasan tentang penyebab
kelelahan hebat yang dirasakannya. Intinya, pasien menginginkan diagnosis dan
rencana terapi.
Terapis membutuhkan teknik untuk mencapai tujuan tersebut di atas, yaitu:
a. Mengeluarkan semua keluhan pasien (dengan teknik pertanyaan terbuka).
b. Mengartikan keluhan tersebut sebagai suatu gejala, ciri kepribadian tertentu
(pola perilaku jangka panjang), atau permasalahan hidup (dengan teknik
klarifikasi).
c. Menentukan area dari setiap keluhan dan berpindah dari satu jenis keluhan ke
keluhan lain (teknik mengarahkan).
Jika terapis menjalankan ketiga teknis tersebut di atas maka terapis akan mendapatkan
diagnosis dan dapat memberikan terapi yang sesuai.
24
Teknik Pembuka
Dalam mewawancarai pasien dengan gangguan jiwa, pewawancara harus mencapai
keseimbangan antara memberikan pasien kesempatan untuk bercerita dengan kata-kata
pasien sendiri dan mendapatkan informasi yang penting untuk diagnosis. Jika
pewawancara membiarkan pasien bercerita tanpa batas, maka pasien dapat terus
menerus bercerita; jika pewawancara menanyakan sesuatu yang spesifik, maka cerita
pasien akan mengalami distorsi.
Menggunakan teknik pertanyaan terbuka sebagai pendekatan di awal wawacara akan
membuat pasien menceritakan masalahnya dengan kata-kata pasien sendiri. Pertanyaan
yang membantu di antaranya adalah:
“Bagaimana saya dapat membantu anda?”
“Apa yang bisa saya bantu?”
“Masalah apa yang membawa anda ke sini?”
“Darimana sebaiknya kita mulai?”
Pendekatan dengan teknik “patient-centered” akan mengundang pasien untuk
memberikan topik pembicaraan, membantu pasien memberikan gambaran mengenai
masalahnya dari sudut pandang pasien, dan harus mendapatkan keluhan utama.
Pertanyaan terbuka dan luas memperkecil dugaan dan membuat pasien dapat
mengeluarkan dan menggali apa yang ia anggap penting.
Beberapa pewawancara hanya menggunakan teknik pertanyaan terbuka, mereka
jarang menelusuri kata kunci atau menanyakan hal yang spesifik. Pewawancara dengan
teknik seperti itu bisa mendapatkan gejala depresi pada pasien namun tidak dapat
menemukan berapa lama dan berapa berat gejala depresi tersebut kecuali jika pasien
sendiri yang mengungkapkan hal tersebut. Pewawancara juga bisa mendapatkan gejala
gangguan tidur pada pasien namun tidak bisa mendapatkan gambaran lebih jelas
mengenai gangguan tidur tersebut. Pewawancara yang menggunakan pendekatan teknik
pertanyaan terbuka seperti dijelaskan di atas akan menyulitkannya dalam mendapatkan
informasi penting untuk diagnosis dan tidak dapat melakukan penilaian yang efisien.
Pewawancara juga dapat menghadapi masalah sebaliknya, yaitu membuat pasien
tidak nyaman dengan pertanyaan ‘ya dan tidak’ yang cepat dan terus menerus. Teknik
seperti ini bisa mendapatkan informasi namun tidak mencapai keluhan utama.
Sebagai contoh:
25
C : Saya dr. A, anda setuju untuk mengikuti wawancara ini?
P : Ya
C : Ok, berapa umur anda?
P : 47
C : Apakah anda mempunyai saudara kandung?
P : Ya
C : Berapa banyak?
P : Tiga
C : Apakah anda anak bungsu?
P : Bukan.
Dalam waktu setengah jam pewawancara tersebut membombardir pasien dengan
pertanyaan tertutup, mengumpulkan berbagai detil yang tidak dapat diformulasikan
menjadi gambaran klinis atau diagnosis.
Dua teknik wawancara tersebut terlihat ekstrim. Setiap teknik tersebut mempunyai
keuntungan dan kerugian. Pertanyaan terbuka dapat menghasilkan jawaban yang
jujur/valid, individual dan spontan. Pasien dapat termotivasi untuk memberitahukan
kepada pewawancara hal-hal yang mengganggunya dan mereka ingin terapis menolong
mereka. Teknik tersebut kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang lebih terarah
untuk mendapatkan keluhan utama.
Kekurangan dari teknik pertanyaan terbuka adalah dapat menimbulkan jawaban yang
terlalu panjang, tidak nyata, tidak jelas, dan tidak lengkap. Pewawancara akan merasa
terlalu banyak informasi namun tetap tidak kekurangan detil-detil yang diperlukan untuk
diagnosis.
Keuntungan dari pertanyaan tertutup adalah dapat memberikan jawaban yang cepat,
jelas, dan dapat dipercaya. Menggunakan pertanyaan tertutup namun detil dapat
membantu pewawancara mengembangkan wawancara yang sistematik dan mengarah
pada gambaran status mental pasien jika dibandingkan dengan wawancara yang terbuka.
Pertanyaan tertutup terkadang dapat menghasilkan jawaban yang positif palsu, dan
menghambat kebebasan pasien dalam mengekspresikan dirinya. Pasien yang terlalu
patuh – mereka yang ingin menyenangkan hati terapis – pertanyaan tertutup dapat
menyebabkan pasien sedikit memberikan informasi. Respon pasien juga dapat
mengkonfirmsi prekonsepsi yang dibuat terapis dan selanjutnya tidak memberikan
gambaran yang sebenarnya dari persepsi pasien terhadap realitas.
26
Pendekatan yang baik adalah dengan mengkombinasikan keduanya dengan teknik
yang berkelanjutan dari pertanyaan luas ke pertanyaan yang terfokus dan tajam. Memulai
topik baru dengan pertanyaan terbuka yang luas; lanjutkan dengan memfokuskan pada
satu topik target; dan akhiri dengan serial pertanyaan yang semakin menyempit, sesekali
tertutup – tipe ya/tidak. Pertanyaan ya/tidak dapat digunakan untuk verivikasi, spesifik,
atau memancing respon. Jika ingin menghindari pertanyaan tertutup, gunakan pertanyaan
terbuka yang tajam dan fokus.
Contoh:
“Apakah anda mengalami sulit tidur?” (jawaban yang muncul adalah: ya atau tidak)
lebih baik bertanya:
“Apa yang terjadi saat anda mencoba tidur?”
Dengan pertanyaan seperti kalimat kedua, pasien tahu kalau dokter bermaksud
menanyakan apakah pasien mengalami sulit tidur namun pasien juga tetap mendapat
kesempatan untuk memberikan jawaban selain ya atau tidak.
“Saya mengalami pengalaman yang aneh. Saya sering melihat monster. Hal
tersebut seakan saya bermimpi ketika akan tidur.” (menggambarkan halusinasi
hipnagogik – gejala klasik narkolepsi).
Aspect Broad, open-ended
question
Narrow, low-ended
question
Genuineness
Reliability
Precision
High
They produce
spontaneous formulations.
Low
They may lead to non
reproducible answers.
Low
Intent of question is vague.
Low
They lead the patient.
High
Narrow focus; but they
may suggest answers.
High
Intent of question is clear.
27
Time efficiency
Completeness of
diagnostic coverage
Acceptance by patient
Low
Circumstantial
elaborations.
Low
Patient selects the topic.
Varies
Most patients prefer
expressing themselves
freely; others become
guarded and feel insecure.
High
May invite yes/no
answers.
High
Interviewer selects the
topic.
Varies
Some patients enjoy
clear-cut checks; others
hate to be pressed into a
yes/no format.
Teknik Klarifikasi
Tiap pasien mempunyai cara menjawab yang berbeda-beda. Beberapa pasien menjawab
pertanyaan dengan jelas, yang lainnya menjawab secara sempit, tidak sesuai dengan
pertanyaan, tidak jelas, atau sirkumstansial. Dalam beberapa situasi, pewawancara perlu
membantu pasien untuk dapat memberi jawaban yang lebih jelas. Teknik yang dapat
membantu pasien memperjelas jawabannya adalah specification, generalization, checking
symptom, leading question, probing, interrelation, dan summarizing.
Specification
Jika pasien memberikan jawaban yang tidak jelas, pertanyaan bisa diubah menjadi lebih
tertutup; seperti contoh sebagai berikut:
1. D : Bagaimana tidur anda Tn. Wiguna ?
P : Buruk
2. D : Apa yang buruk dengan tidur anda?
P : Semuanya
3. D : Apakah anda mempunyai masalah untuk bisa tidur?
P : Ya
4. D : Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk bisa tertidur belakangan
ini?
28
P : Kadang-kadang satu jam, kadang 3 jam, kadang saya tidak bisa tidur sama
sekali sepanjang malam.
5. D : Apakah pernah ada saat malam hari anda bisa tidur dengan nyenyak,
namun anda terbangun beberapa kali?
P : Tidak
6. D : Apakah anda pernah terbangun sangat awal dan tidak bisa tidur lagi?
P : Tidak
Pertanyaan no. 3, 5 dan 6 merupakan pertanyaan tertutup namun dapat memberikan
jawaban yang akurat. Jika pasien mengeluh dengan kata-kata yang tidak jelas (buruk,
tidak makan seperti seharusnya, rendah); kembalikan lagi kata-kata pasien tersebut
kepada pasien untuk mendapat penjelasan. Jika hal tersebut gagal, pertanyakan
pengertian anda tentang keluhan pasien tersebut. Jika pasien merespon dengan “Bukan
itu yang saya maksud!” biarkan pasien menjelaskan maksudnya.
Contoh:
1. D : Apa yang membuat anda datang ke sini, Bu Lisa?
P : Saya merasa lelah setiap hari.
2. D : Lelah?
P : Karena saya tidak bisa tidur dengan nyenyak.
3. D : Apa yang terjadi dengan tidur anda?
P : Tidak nyenyak .
4. D : Seperti apa tidur tidak nyenyak yang anda alami?
(dokter memfokuskan pada ‘tidak nyenyak’ dulu dan mengabaikan ‘lelah’)
P : Saya rasa, saya tidak tahu…
5. D : Maksud anda, anda gelisah?
P : Tidak, saya rasa tidak.
6. D : Kapan terakhir kali anda merasa tidur anda tidak nyenyak?
P : Semalam
7. D : Coba jelaskan tidur anda, mulai saat anda berangkat ke tempat tidur..
P : Saya pergi tidur jam 10.30 malam dan saya terbangun lagi sekitar tak lama
setelah tengah malam.
8. D : Ya?
P : Lalu jam 1.00 atau 1.30 saya tertidur lagi. Saya membutuhkan waktu sekitar
setengah jam untuk kembali tidur kemudian terbangun lagi jam 4.00 pagi,dan saya
tidak tahu kapan saya tertidur. Di pagi hari saya sulit untuk bangun.
29
9. D : Jadi tidur tidak nyenyak yang anda maksud adalah sering terbangun
pada malam hari.
P : Ya, benar.
10. D : Anda juga mengatakan kalau anda merasa lelah sepanjang hari.
(Sekarang dokter beralih ke masalah kedua yaitu kelelahan)
P : Ya.
11. D : Apakah hal tersebut sering kali terjadi setelah anda tidak bisa tidur
nyenyak pada malam hari?
P : Tidak, tidak selalu. Beberapa malam saya bisa tidur cukup nyenyak namun saya
tetap merasa lelah hingga jam 11 siang.
12. D : Jadi tampaknya anda mengalami dua masalah: terbangun di tengah malam dan
merasa lelah saat pagi hari.
P : Ya, itulah yang terjadi.
Untuk pasien ini, tidur tidak nyenyak berarti mengalami insomnia. Pewawancara kemudian
menilai hubungan antara intermittent insomnia dengan kelelahan yang dialami pada pagi
hari, dan mendapatkan bahwa kedua hal tersebut tidak saling berhubungan. Teknik
pertanyaan seperti di atas juga membuat pasien merasa didengarkan dan dimengerti. Jika
pewawancara merespon secara persuasif atau membuat preasumsi tentang apa yang
dikatakan pasien maka pasien bisa menghentikan komunikasi diantara mereka.
Generalization
Terkadang pasien menjelaskan informasi yang spesifik saat pewawancara memerlukan
penjelasan mengenai pola perilaku secara keseluruhan.
Contoh:
Tn. Badu, 48 tahun, Melayu, menikah, pegawai, mengalami episode depresi pertama kali
sekitar 2 tahun yang lalu. Saat ini ia mengalami kekambuhan dan kembali ke klinik.
D : Tn. Badu, coba ceritakan masalah apa yang anda alami belakangan ini?
P : Saya mengalami masalah dalam kehidupan seksual saya.
D : Masalah apa itu?
P : Semalam saya mengalami masalah yang sangat buruk. Kami ke sini untuk menemui
anda, kami menginap di hotel dan menikmati makan malam. Namun saat di tempat tidur,
saya tidak bisa ’bangun’.
D : Apakah anda sering mengalami hal ini?
P : Istri saya sangat pengertian.
30
D : Jadi, anda tidak pernah mengalami masalah seksual?
P : Semalam, seperti yang sudah saya katakan tadi.
D : Masalah seksual seperti apa yang sering anda alami, jika ada?
P : Saya tidak bisa bergairah, bagaimanapun saya sudah berusaha. Hal tersebut membuat
istri saya lelah dan saya menjadi frustrasi. Namun itu bukan masalah yang saya alami
kemarin. Kemarin saya tidak bisa ereksi.
D : Apakah anda impoten sebelum anda mengalami depresi lagi?
P : Jika demikian saya tidak mempunyai masalah.
Pasien tersebut cenderung untuk membawa masalah yang terjadi saat ini, satu kejadian
yang bukan representasi dari gejala yang biasa ia alami. Karena itu, pewawancara
mengulangi pertanyaannya, namun dengan memperluas perspektif waktu, dengan
menggunakan kata-kata seperti ‘biasanya’, ‘seringkali’ atau ‘lebih sering.’ Jika pasien
kembali merujuk pada situasi spesifik, dokter dapat mengeksplorasi setiap situasi untuk
dapat mengerti keseluruhan masalah.
Checking Symptom
Pewawancara dapat mengajukan beberapa daftar gejala kepada pasien untuk
membentu menilai adanya psikopatologi, hal tersebut dilakukan jika cerita yang
disampaikan pasien tidak jelas. Sebagai contoh, pasien depresi sering kali kurang baik
dalam komunikasi verbal sehingga menyebabkan tidak efektif dalam mengekspresikan
perasaan dan pikirannya. Dalam kondisi tersebut, pewawancara dapat menanyakan
beberapa gejala dan pasien bisa menjawab dengan ya/tidak. Pewawancara tetap harus
melakukan periksa ulang untuk menghindari pewawancara menjadi sugestif.
Contoh:
Tn. Jani, 47 tahun, menikah, manager dari sebuah pabrik, tidak memberikan jawaban yang
jelas dalam tujuh pertanyaan awal wawancara. Pewawancara memberikan pertanyaan yang
lebih terarah dan langsung mengartikan keluhan pasien yang tidak jelas menjadi gejala.
1. D : Selamat siang Pak Jani, bagaimana kegiatan anda belakangan ini?
P : Saya merasa istri saya tidak begitu puas terhadap saya. Ia berkata kepada saya:
“Mengapa kamu tidak bisa menjadi dirimu sendiri lagi, seperti saat saya pertama
kali bertemu dengan mu dan menikah dengan mu?
2. D : Ia berpikir anda sudah berubah?
31
P : Kami akan bertemu dengan orang-orang Amway. Mereka adalah orang-orang
yang sangat luar biasa. Mereka mencoba membantu kita jika mereka bisa. Anda
harus bertemu dengan mereka.
3. D : Istri anda berpikir anda telah berubah? Bagaimana hal tersebut tampak
dalam pertemuan tadi?
P :Mereka adalah orang-orang yang luar biasa. Mereka sangat ramah dan
bersemangat. Mereka tampak sangat optimis. Saya bertemu dengan salah seorang
dari mereka pada hari senin pagi yang lalu jam 8.30 a.m di kantor pos. Hari itu
adalah hari yang sangat indah. Saya menanyakan kabar padanya. Ia menjawab,
“Luar biasa, luar biasa.” Ia tampak sangat ceria. Saya hanya pernah satu kali
bertemu dengan orang seperti itu sebelumnya, yaitu di gereja.
4. D : Jadi dalam hal apa anda berbeda? Apa yang dipikirkan oleh istri anda?
P : Saya tidak begitu tahu. Dia selalu pengertian, namun belakangan ini ia sering
tidak sabaran menghadapi saya.
5. D : Maksud anda, anda tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang-orang
ini?
P : Betul. Mereka berdiri, berbicara panjang lebar, dan memberitahukan bagaimana
cara memotivasi orang lain.
6. D : Bagaimana perbedaan anda dengan mereka?
P : Saya berdiri dan mengatakan bahwa mereka luar biasa.
7. D : Apa yang salah dengan hal itu?
P : Saya tidak tahu. Di tempat saya bekerja orang-orang berkata: “Ada apa dengan
Jani? Ia biasanya selalu memiliki mood yang baik.”
8. D : Jadi mood anda sudah berubah?
P : Saya yakin orang-orang di tempat kerja membuat cerita yang lucu
mengenai saya.
9. D : Anda pikir apa yang salah dengan anda?
P : Di tempat kerja, orang-orang tampaknya berpikir saya berbeda.
10. D : Tampaknya mood anda sudah berubah.
P : Ya, biasanya saya selalu pergi dengan mereka dan bercanda dengan semua
orang dan mereka tertawa serta berkata: “Tidak ada yang dapat membuat ia
sedih.”
11. D : Hal tersebut sudah berubah sekarang?
P : (menangis)
12. D : Apakah anda merasa sedih?
P : Ya.
32
13. D : Dan anda menarik diri dari teman-teman di tempat kerja?
P : Ya. Saya ingin sendirian.
14. D : Dan dengan orang-orang Amway, anda tidak dapat ikut bersemangat dan
mengucapkan kata-kata yang bersemangat?
P : Tidak, saya tidak dapat bersemangat seperti mereka.
15. D : Apakah anda tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk
menjelaskan keadaan anda?
P : Benar. Saya hanya ingin memberitahukan kepada mereka bahwa mereka begitu
pengertian terhadap saya namun saya bahkan tidak bisa melakukan hal itu. Saya
hanya bisa menangis.
Pewawancara pada awalnya membiarkan pasien untuk bercerita namun pertanyaan
terbuka ternyata tidak efektif. Pasien bisa menjadi lebih spesifik pada pertanyaan 2 – 6,
tapi tetap tidak mendapatkan kejelasan mengenai masalahnya. Akhirnya pewawancara
checks for symptoms (8, 10, 12 – 15).
Teknik checks for symptoms membuat pewawancara lebih banyak bicara dan mengajukan
gejala pada pasien namun teknik ini pada situasi tertentu cukup efektif untuk membantu
mengumpulkan gejala yang dapat mengarahkan pada diagnosis.
Leading Questions
Leading questions mengarahkan pasien pada jawaban yang spesifik. Sebagai contoh,
“Tentu saja anda tidak pernah berpikir untuk bunuh diri, benar kan?
“Anda tidak pernah mendengar suara-suara, bukan?
Pertanyaan seperti itu akan membuat pasien yang pencemas dan dependen menyangkal
gejala-gejala yang dialami walaupun sebenarnya pasien pernah berpikir untuk bunuh diri
atau pernah mendengar suara-suara. Teknik tersebut juga dapat menghasilkan jawaban
yang berlawanan pada pasien yang tidak kooperatif yang tidak pernah berpikir untuk
bunuh diri atau mendengar suara-suara namun merasa diserang oleh pewawancara
karena menggunakan teknik tersebut. Teknik leading question tetap dapat menghasilkan
jawaban yang akurat dan valid.
Jika pewawancara ingin mendapatkan informasi yang dapat dipercaya dan relatif tidak
terdistorsi, hindari penggunaan teknik leading question. Jika pewawancara maka
pewawancara dapat memilih pertanyaan yang sesuai dengan jawaban yang diinginkan.
33
Sebagai contoh, jika pewawancara ingin mengekspresikan kepercayaannya pada pasien
bahwa pasien akan kooperatif dengan rencana terapi, maka pewawancara dapat
mengatakan:
“Anda akan minum obat sesuai dengan yang saya resepkan, ya?”
“Anda akan pergi ke mal yang ramai dikunjungi orang untuk melihat apakah anda masih
mengalami serangan panik, ya?”
Jika pewawancara sengaja ingin membuat pasien menjawab dengan jawaban yang
berlawanan dari arahan anda, maka leading questions dapat diajukan sesuai keadaan.
Denngan demikian teknik wawancara tidak dapat dinilai baik atau buruk, tapi tepat atau
tidak tepat untuk mendapatkan suatu tujuan tertentu.
Probing
Pasien kadang menyampaikan makna dan pentingnya suatu situasi yang ia alami tanpa
menjelaskan alasannya. Pewawancara harus mencoba untuk menemukan alasan tersebut
dengan teknik yang disebut probing. Teknik ini dapat digunakan dalam berbagai situasi –
dari menilai derajat tilikan pasien terhadap wahamnya sampai mendapatkan informasi
lebih banyak mengenai suatu topik yang sepertinya ingin pasien sembunyikan.
Pasien dengan waham akan terbantu untuk bercerita tanpa merasa dikonfrontasi jika
pewawancara menggunakan teknik probing.
Contoh:
Tn. Slamet, 48 tahun, Jawa, bercerai, ditangkap polisi karena memacu kendaraannya
dengan kecepatan melebihi batas yang ditentukan dan mengabaikan perintah polisi
untuk berhenti. Ketika berhasil ditangkap, ia membuat pernyataan seperti “polisi
mencegah pemilihan yang adil.” Pernyataan tersebut dan pernyataan lain yang serupa
itu membuat Tn. Slamet dibawa ke IGD rumah sakit. Pewawancara pada awalnya
menggunakan teknik continuation (1 – 6) dan selanjutnya probing (7).
1. D : Apa yang membuat anda dibawa ke IGD, Pak Slamet?
P : Polisi.
2. D : Apa yang membuat anda berurusan dengan polisi?
P : Ceritanya panjang. Saya tinggal di kota kecil dan selama dua tahun terakhir ini
saya berpikir untuk menjadi walikota.
3. D : Oke.
34
P : Saat siang hari saya bekerja sebagai akuntan. Waktu yang saya miliki untuk
mempersiapkan diri menjadi walikota hanya di malam hari.
4. D : Ya, teruskan.
P : Suatu sore, tiba-tiba, tetangga-tetangga saya mulai berdatangan. Mereka
kemudian selalu datang hampir setiap malam. Mereka bertanya apakah saya
punya waktu untuk minum bir. Saya selalu pergi dengan mereka.
5. D : Apa yang terjadi kemudian?
P : Dua hari yang lalu saya berpikir, “Kali ini saya tidak akan pergi dengan mereka.”
Segalanya sangat tenang. Tetangga sebelah rumah saya bahkan memadamkan
lampu. Saya berpikir, “Mereka tidak bisa menipu saya.” Saya mengambil senjata
saya dan menembakkan ke udara. Dan ketika tetangga saya membuka jendela,
saya katakana padanya bahwa saya tahu kalau ia mengamati saya.
6. D : Kemudian apa yang terjadi?
P : Ia berkata, “Omong kosong.” Dan ia bilang akan menelepon polisi. Saya katakan
kalau saya tidak akan membiarkan itu terjadi. Saya masuk ke mobil saya dan
segera pergi. Ketika saya sampai di jalan tol, saya dihentikan oleh polisi. Mereka
bilang mereka menghentikan saya karena mengebut. Saya katakan saya tahu
kenapa mereka menghentikan saya dan saya tidak mau berhenti. Namun mereka
berhasil menangkap saya. Akhirnya mereka membawa saya ke sini pagi ini.
7. D : Menurut anda apa artinya ini?
P : Apakah anda tidak mengerti? Apakah anda tidak bisa melihat rencana mereka?
8. D : Mungkin anda dapat membantu saya untuk dapat mengerti apa yang terjadi.
P : Para tetangga datang, saya pikir karena mereka bermaksud mencuri waktu saya
sehingga saya tidak dapat mempersiapkan diri untuk pemilihan wali kota. Saya
tidak pernah memberitahukan mereka bahwa saya akan mencalonkan diri, namun
mereka pasti mengetahuinya.
9. D : Mengapa begitu?
P : Karena saya mendapat beberapa petunjuk.
10. D : Petunjuk seperti apa?
P : Ketika saya pulang, saya melihat melalui jendela, sebelum masuk rumah, dan
saya melihat bayangan.
11. D : Menurut apa bayangan apa itu?
P : Saya pikir seseorang ada di dalam rumah dan mengamati apa yang ada di rumah.
12. D : Menurut anda mengapa polisi berurusan dengan semua ini?
P : Astaga, apa anda tidak mengerti? Mereka tidak ingin saya menjadi walikota.
Mereka ingin menghentikan saya. Mereka berpikir, jika saya ikut pemilihan, mereka
35
saya akan membongkar dan menghapuskan korupsi yang sudah berlangsung
sekian lama.
Probing berguna untuk menilai isi pikir pasien terutama adanya ideas of reference dan
waham (7 – 12). Pewawancara tidak mau menguji interpretasi pasien karena cara pasien
menggambarkan pengalamannya menunjukkan bahwa ia memiliki tilikan diri yang buruk
terhadap distorsi realitasnya.
Probing juga digunakan jika pasien menyatakan adanya halusinasi atau waham.
Misalnya, jika pasien menjawab ‘iya’ pada pertanyaan ‘apakah anda mendengar suara-
suara atau mendapat penglihatan?’, maka pewawancara harus berusaha untuk
mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai waktu, tempat dan frekuensi dari
halusinasi tersebut.
Teknik probing juga dapat digunakan untuk mendapatkan respon emosional pasien
terhadap suatu kejadian yang ia alami. Saat pasien menceritakan tentang masalah
pernikahannya, konflik di tempat kerja atau kesulitannya dalam menghadapi anak-anak;
dengan cara yang netral, alihkan wawancara dari usaha mengumpulkan informasi lebih
detil tentang konflik yang dialami menjadi mengajukan pertanyaan langsung tentang
emosinya. Jika pewawancara ingin tahu apa yang pasien rasakan dan pikirkan maka yang
harus dilakukan adalah bertanya.
Interrelation
Pewawancara harus melakukan eksplorasi mengenai hubungan yang tidak logis yang
disampaikan oleh pasien dalam wawancara. Pasien bisa menyampaikan isi pikir yang
terdistorsi, terganggu sampai tingkat waham. Jika pasien menghubungkan dua hal yang
tampaknya tidak saling berhubungan, katakana pada pasien: “Tunggu, saya tidak
mengerti apa hubungannya antara A dan B. Tolong jelaskan sehingga saya bisa melihat
hubungan di antara kedua hal tersebut.”
Contoh:
Beatrice, 39 tahun, keturunan Cina, menikah, mempunyai 5 orang anak, sangat curiga
terhadap rekan kerjanya. Ketika ditanya mengenai pengalaman kerjanya, ia
mengungkapkan tentang kecelakaan yang menimpa anaknya dan menghubungkan hal
tersebut dengan perubahan yang terjadi dalam jadwal kerjanya.
36
1. D : Bagaimana kondisi pekerjaan anda saat ini?
P : Saya tidak tahu. Orang-orang sepertinya menghindari saya.
2. D : Apakah ada alasannya?
P : Saya tidak tahu. Mungkin. Minggu lalu, ketika mereka mengubah jadwal kerja
saya dari dinas pagi menjadi dinas sore, anak saya mengalami kecelakaan.
3. D : Apa hubungannya dengan perubahan jadwal kerja anda?
P : Mereka merencanakan kecelakaan itu.
4. D : Bagaimana mengubah jadwal kerja anda bisa berhubungan dengan
kecelakaan yang menimpa anak anda?
P : Kecelakaan itu terjadi di sore hari menjelang malam. Itu adalah hari pertama saya
harus berada di kantor saat sore hari.
5. D : Saya masih tidak bisa mengerti bagaimana bekerja di sore hari dengan
kecelakaan yang menimpa anak anda bisa saling berhubungan.
P : Apakah anda tidak melihat hubungannya? Mereka ingin saya ada di kantor ketika
saya mendapat kabar mengenai kecelakaan tersebut, sehingga mereka bisa
melihat bagaimana reaksi saya. Mereka mungkin berharap saya akan hancur tetapi
saya tidak memuaskan mereka. Saya tidak memberitahukan kepada siapapun
tentang kecelakaan tersebut.
Hal-hal yang diceritakan Beatrice saling berhubungan (interrelated) dalam waham yang ia
alami. Pewawancara menemukan waham tersebut dengan menanyakan pada pasien
bagaimana caranya perubahan jadwal kerja berhubungan dengan kejadian kecelakaan (3
– 5).
Pada wawancara tersebut, pewawancara menanyakan tentang hubungan logis antara dua
kejadian namun tidak mendiskusikan mengenai emosi pasien. Jika pewawancara ingin
memunculkan emosi pasien maka ia dapat melanjutkan dengan:
6. D : Anda pasti merasa sangat kecewa ketika mengetahui bahwa semua
rekan kerja anda mempunyai rencana untuk menghancurkan anda.
Keuntungan dari munculnya emosi pasien adalah membantu pewawancara untuk menilai
apakah pasien merasa bersalah, merasa curiga, atau bermusuhan (hostility).
37
Summarizing
Teknik summaries berguna pada pasien yang memberikan jawaban yang tidak jelas atau
sirkumstansial, asosiasi longgar, flight of ideas, seperti pada pasien bipolar atau siklotimia.
Teknik ini membantu memfokuskan perhatian pasien. Dengan teknik ini pewawancara
juga dapat merefleksikan kembali pada pasien apa yang dipikirkan oleh pewawancara
mengenai kata-kata pasien. Pewawancara perlu berhati-hati dalam menggunakan teknik
ini karena dapat mengarahkan pasien dan pewawancara meletakkan kata-katanya pada
pasien.
Contoh:
Roni, 24 tahun, belum menikah, baru lulus sekolah, pertama kali menghubungi pewawancara
melalui telepon. Saat itu pasien terkesan ada dorongan untuk berbicara.
1. D : Anda mengatakan kepada saya di telepon bahwa anda merasa tidak
nyaman. Coba beritahukan lebih lanjut kepada saya tentang perasaan
tersebut.
P : Hari Minggu yang lalu adalah salah satu contohnya. Hal tersebut terjadi secara
tiba-tiba ketika saya sedang berbicara dengan Anna di telepon pada malam
Minggu. Secara tiba-tiba saya merasa tidak enak. Pada hari Minggu saya tidak
mau bangun. Ketika akhirnya saya bangun, saya kemudian berlari sejauh 10 mil.
Saya selalu berusaha untuk berlari dua kali 10 mil dalam sehari dan dua kali 15 mil
per hari dalam satu minggu.
2. D : Seperti apa yang anda katakan tidak nyaman?
P : Hanya cemas dan tegang.
3. D : Lalu bagaimana sisa hari Minggu itu berlangsung?
P : Saya pikir dengan berlari dapat membantu memperbaiki perasaan saya, seperti
yang selalu terjadi selama ini, namun saya tetap merasa tegang dan panic. Saya
tidak dapat menyelesaikan pekerjaan apapun. Perasaan ini juga ada ketika saya
sedang bersama perempuan.
4. D : Maksud anda, anda mengalami masalah ketika sedang berkencan?
P : Ya, secara seksual. Saya tidak bisa tenang.
5. D : Apakah anda mengalami masalah untuk ereksi?
P : Ya, sepertinya begitu.
6. D : Apakah anda mengalami masalah ini setiap waktu?
P : Tidak, hal tersebut memburuk saat saya merasa tegang dan buruk. Kondisi
tersebut berfluktuasi.
38
7. D : Jadi anda mengalami masalah secara berkala, dalam waktu singkat ketika
anda merasa tegang dan buruk, tidak dapat tenang, dan mengalami
masalah seksual?
P : Betul, saya merasa buruk, tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaan saya, dan
tidak mau melakukan apapun.
Jawaban pasien yang pertama adalah menggambarkan perasaan tidak nyaman yang ia
alami. Pasien tidak dapat memperjelas jawabannya (2) maka ia dimotivasi untuk terus
menjelaskan dan tetap fokus pada topik: masalah dengan perempuan (4). Pewawancara
menyimpulkan pernyataan-pernyataan pasien (7) dan mendapatkan persetujuan dari
pasien mengenai kesimpulan tersebut.
Metode lain untuk teknik summarizing terutama untuk pasien yang mudah diintimidasi
adalah dengan cara meminta bantuan pasien, yaitu: “Saya ingin mengetahui apakah saya
mempunyai pengertian yang benar tentang apa yang telah kita diskusikan; maka saya
akan mengulang pengertian saya mengenai pembicaraan kita dengan kata-kata saya
sendiri dan saya minta anda mengkoreksi setiap kesalahan yang saya buat.”
Tujuh teknik klarifikasi – specification, generalization, checking symptoms, leading
questions, probing, interrelation, dan summarizing – memotong-motong bentuk
keseluruhan dari setiap gejala dan menilai hubungan tiap elemen dari suatu topik; teknik-
teknik tersebut biasanya patient-centered.
Teknik Mengarahkan Pasien
Teknik ini membantu pewawancara untuk mengarahkan perhatian pasien dari satu hal
ke hal lain dan dari suatu topik ke topik lain. Pewawancara menjadi seperti kapten kapal
yang memberi tahu pengemudi (pasien), jalan mana yang harus ditempuh. Teknik ini lebih
interviewer-directed. Dengan teknik steering wawancara dapat diarahkan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Teknik ini termasuk continuation, redirecting, dan transition.
Continuation
Continuation adalah teknik steering yang paling sederhana. Teknik ini mendorong
pasien untuk terus bercerita. Dengan teknik ini pasien bisa mengetahui bahwa ia telah
39
memberikan informasi yang berguna untuk diagnosis. Teknik ini termasuk gerak tubuh,
mengangguk, mempertahankan kontak mata, dan kalimat seperti:
“Apa yang terjadi kemudian?”
“Jelaskan lebih lanjut.”
“Okay.”
“Ada lagi?”
“Saya ingin mendengar lebih banyak.”
“Hal itu menarik.”
“Saya pikir itu adalah hal penting.”
“Teruskan.”
“Terus bercerita.”
“Hmm.”
Keuntungan dari teknik ini adalah pewawancara membiarkan pasien menceritakan
masalahnya dengan menggunakan kata-kata pasien sendiri; tidak ada gejala yang
diajukan oleh pewawancara.
Intervensi langsung harus dihindari, hal tersebut membuat pasien menceritakan tentang
dirinya dan memilih hal yang penting menurut pandangan pasien sendiri bukan menurut
pewawancara.
Echoing
Teknik Echoing adalah mengulang jawaban pasien pada bagian yang ingin dielaborasi
oleh pewawancara. Teknik ini berbeda dengan continuation, yaitu pada teknik echoing
pewawancara secara selektif menekankan beberapa bagian dari kalimat yang pasien
ucapkan, sehingga pasein juga ikut memfokuskan pada bagian tersebut.
Redirecting
Teknik ini membantu pasien untuk tidak lagi teralih dari topik utama dan meminta
pasien untuk kembali ke topik setelah teralih dari topik tersebut. Digunakan pada pasien
yang terjebak dalam detil-detil yang tidak relevan atau membahas masalah orang lain.
Pasien dengan tangensial, flight of ideas, dan sirkumstansial merupakan indikasi untuk
menggunakan teknik ini.
40
Transition
Selama wawancara ada banyak topik yang harus dibahas untuk itu pewawancara harus
dapat mengalihkan pasien. Ada beberapa teknik transisi yang dapat digunakan yaitu:
smooth, accentuated, abrupt. Teknik transisi yang digunakan tergantung kondisi status
mental pasien.
Smooth Transition
Teknik ini secara halus mengarahkan pasien untuk berpindah topik dengan memberikan
kesan pada pasien bahwa memang topik-topik tersebut saling berhubungan, yaitu:
- Cause-effect relationship
Pewawancara mengasumsikan suatu kejadian yang disampaikan pasien
mempengaruhi fungsi pasien. Misalnya: penggunaan zat dan dampaknya.
- Temporal relationship
Menghaluskan transisi antar gejala dengan menghubungkan gejala tersebut pada
suatu waktu yang sama.
Accentuated Transition
Teknik ini menekankan perubahan topik dan menempatkan topik sebelumnya terpisah dari
topik yang baru; contoh:
Baiklah, sekarang mari kita bahas hal lain.
Accentuated Transition juga dapat diawali dengan menyimpulkan topik sebelumnya
sebelum berpindah ke topik lain.
Abrupt Transition
Teknik ini memperkenalkan topik yang baru tanpa pemberitahuan lebih dahulu sehingga
biasanya menjadi aneh dan biasanya merupakan nasihat yang aneh. Abrupt transition
berguna untuk pasien yang berbohong atau memanipulasi gejala.
2. RESISTENSI
Resistensi yang dimaksud di sini adalah pada pasien yang secara sadar menghindari
pembicaraan tentang suatu topik. Dapat tampak dalam berbagai cara, sebagai contoh:
“Saya tidak mau membicarakan tentang hal itu sekarang.”
“Saya tidak mau membahas hal ini dengan anda.”
41
Resistensi tidak langsung adalah ketika pasien berusaha mengalihkan perhatian
pewawancara dari suatu topik: pasien dapat menjawab pertanyaan pewawancara secara
singkat atau tidak menjawab sama sekali, atau pasien mulai berbicara secara intensif
tentang hal lain, ekspresi wajahnya menunjukkan ketidaktertarikan, atau berhenti sebelum
menjawab. Pasien berusaha mengalihkan topik dengan berkata:
“Hal tersebut sama sekali tidak mengganggu saya.”
“Hal ini bukan hal yang menjadi perhatian saya.”
“Masih banyak hal lain yang harus dikhawatirkan.”
Dua hal logis tentang alasan resistensi pasien adalah:
1. Pasien ingin mempertahankan suatu reputasi.
2. Pasien tidak senang dengan respon pewawancara dan takut mengalami penolakan
atau diremehkan oleh pewawancara.
Pada wawancara awal biasanya pasien ingin menunjukkan reputasi yang baik, dan
tidak mau mempermalukan dirinya sendiri. Pasien tidak mau dianggap ‘gila’. Pasien
khawatir akan respon pewawancara terhadap rasa hilangnya perasaan, ketakutan yang
aneh atau halusinasi yang dialaminya sehingga pasien mencoba menghindar untuk
mengungkapkan hal tersebut.
Strategi untuk mengatasi resistensi pasien adalah: expressing acceptance,
confrontation, confrontation with consequences, shifting, exaggeration, induction to
bragging.
Expressing Acceptance
Pasien yang menunjukkan keengganan untuk berbicara namun tidak secara jelas
menyatakan penolakan, biasanya mengindikasikan adanya kekhawatiran dianggap aneh
dari pasien. Pewawancara sebaiknya menunjukkan penerimaan terhadap pikiran dan
perasaan pasien sehingga pasien merasa dimengerti. Pewawancara tidak menggunakan
nilai-nilai moral tertentu dan menerima pasien tanpa mengkritik atau memuji. Membantu
pasien mengatasi resistensinya, memberikan dukungan pada pasien, katakan apa yang
tampaknya merupakan maksud pasien; hal-hal tersebut menunjukkan bahwa
pewawancara mengerti pasien.
42
Confrontation
Confrontation memfokuskan resistensi pasien. Teknik ini meningkatkan kesadaran
pasien akan resistensi dan mengajak pasien untuk member penjelasan. Teknik
confrontation digunakan ketika pewawancara melihat adanya perilaku seperti menghindari
kontak mata, menelan ludah berulang kali, wajahnya merona, terlalu berlebihan
mengontrol ekspresi emosi, tegang, tidak bisa tenang, atau ketika pasien menggunakan
bahasa yang mengandung makna ganda atau tersembunyi, melakukan pengalihan,
mengurangi gejala, atau sering berpindah topik.
Confrontation with Consequences
Pewawancara harus mengetahui apa yang diinginkan pasien, karena teknik ini
menggunakan pemenuhan kebutuhan pasien. Jika pasien sangat menginginkan sesuatu
(meninggalkan rumah sakit, mendapatkan anaknya kembali, bertemu pengacara), maka
adanya kemungkinan bahwa keinginannya akan tercapai dapat membantu pasien
mengatasi resistensinya. Strategi ini berguna untuk pasien yang secara keras kepala
menolak berhubungan dengan pewawancara.
Shifting
Mengubah fokus pembicaraan bertujuan untuk melakukan pendekatan pada masalah
lain. Teknik ini merupakan cara untuk membuat pasien membicarakan suatu hal yang
tidak mau ia bicarakan. Pewawancara tidak memaksa untuk terus bertanya tentang hal
yang tidak ingin pasien bicarakan namun biarkan pasien tidak menjawab pertanyaan
tersebut dan berpindah topik kemudian mencoba masuk kembali ke pertanyaan tersebut
dengan cara lain. Ibaratnya seperti masuk ke rumah melalui pintu belakang.
Exaggeration
Pasien yang cemas, obsesif, dan hati-hati sering kali menolak mengakui bahwa ia
telah melakukan suatu kesalahan kecil. Pasien khawatir pewawancara akan menolaknya
jika pewawancara mengetahui kesalahan yang dibuat pasien tersebut. Jika hal tersebut
terjadi turunkan perhatian pasien dengan menempatkan kesalahan tersebut pada
perspektif yang benar. Sebagai contoh, seorang pasien yang marah pada anaknya dan
menampar anak tersebut, ia menjadi khawatir bahwa apa yang dilakukannya merupakan
child abuse, maka pewawancara dapat mengatakan:
43
“Anda tidak menyebabkan memar atau mencekiknya?”
Pasien akan merasa tenang jika tindakannya dibandingkan dengan perilaku kriminal atau
kekerasan yang berat. Pasien juga terbantu untuk mengerti secara jelas bahwa
tindakannya tidak melampaui nilai toleransi pewawancara yang dapat membuat
pewawancara menolak pasien. Pasien akan merasa dimengerti dan mau berbicara lebih
banyak.
Induction to Bragging
Pasien dengan tendensi sociophatic senang memberikan kesan yang baik pada
pewawancara. Mereka khawatir perilaku antisosial mereka akan memperburuk
reputasinya, dengan demikian pasien akan menutupi beberapa tindakan yang ia lakukan.
Teknik exaggeration juga bisa digunakan untuk pasien tersebut namun memancing pasien
untuk menunjukkan dirinya juga bisa berhasil. Sebagai contoh, ketika pasien menolak
berbicara tentang kenakalannya saat SMU, pewawancara dapat menantang pasien
dengan berkata:
“Apakah anda adalah petarung yang handal?”
Pernyataan tersebut mengesankan bahwa pewawancara dapat menerima kenakalan
pasien. Pasien antisosial biasanya percaya bahwa perilakunya bisa diterima, dengan
pernyataan seperti di atas, pasien akan merasa bahwa pewawancara dapat menerima
dan mengerti dirinya. Pernyataan tersebut mengandung pesan bagi pasien untuk tidak
khawatir akan kritik dari pewawancara dan bahkan mungkin pewawancara dapat
memberikan pujian.
Pada fase selanjutnya, pewawancara harus menjelaskan pada pasien bahwa dengan
mengerti dan menerima perilaku pasien bukan berarti pewawancara mendukung pasien
untuk terus melakukan tindakan antisosial dan bukan berarti pewawancara senang
dengan tindakan yang pasien lakukan. Pengertian dan penerimaan pewawancara akan
tindakan pasien hanya menunjukkan bahwa pewawancara ingin memberikan ruang dan
perhatian pada pasien sehingga pasien dapat menceritakan tindakannya dengan ekspresi
emosi yang tipikal untuk gangguan kepribadiannya.
3. DEFENSES
Mekanisme defensi yang dijelaskan dalam DSM IV yaitu:
- Acting out
44
- Affiliation
- Altruism
- Anticipation
- Autistic Fantasy
- Denial
- Devaluation
- Displacement
- Dissociation
- Help-rejecting complaining
- Humor
- Idealization
- Intellectualization
- Isolation of affect
- Omnipotence
- Passive aggression
- Projection
- Projective Identification
- Rationalization
- Reaction Formation
- Repression
- Self-assertion
- Self-observation
- Splitting
- Sublimation
- Supression
- Undoing
Mengatasi Mekanisme Defens
Mekanisme defens membuat persepsi pasien terhadap diri dan lingkungannya
mengalami distorsi. Pada wawancara insight-oriented, terapis membantu pasien untuk
menyadari mekanisme defensnya, dengan tujuan pasien akan mengubah perilaku
defensifnya dengan perilaku yang lebih realistis.
45
Mengatasi defens tidak sama dengan mengatasi resistensi. Pasien yang
menggunakan mekanisme defens tertentu biasanya tidak menyadari hal tersebut dan
tidak mempunyai kontrol terhadap mekanisme defens yang ia gunakan. Perilaku
patologi muncul dan mempengaruhi wawancara. Mengatasi defens berarti menetralisir
dampaknya dan tidak melakukan interpretasi pada pasien. Teknik yang dapat dilakilan