BAB I PRESENTASI KASUS IDENTITAS Nama : Tn. T Umur : 34 Tahun Alamat : Karang Daleman, Magelang Pekerjaan : Buruh Status Perkawinan : Menikah Pendidikan Terakhir : SMA Agama : Islam Suku : Sunda Bangsa : Indonesia Tanggal Periksa : 14 Maret 2016 ANAMNESIS Keluhan Utama : Sulit tidur Keluhan Tambahan : Sering melamun, nyeri kepala, mual-mual, mudah lelah, sering “blank”, nafsu makan berkurang, dan merasa ingin mati Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Puskesmas Mertoyudan 1, Magelang, dengan keluhan sulit tidur sejak ± 6 bulan terakhir. Pasien juga mengeluh sering melamun, nyeri kepala, mual-mual, mudah lelah, dan merasa ingin mati. Pasien sering melamun tentang masalah keluarganya dimana ia merasa tidak becus sebagai orangtua 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PRESENTASI KASUS
IDENTITAS
Nama : Tn. T
Umur : 34 Tahun
Alamat : Karang Daleman, Magelang
Pekerjaan : Buruh
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Sunda
Bangsa : Indonesia
Tanggal Periksa : 14 Maret 2016
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sulit tidur
Keluhan Tambahan : Sering melamun, nyeri kepala, mual-mual, mudah lelah, sering
“blank”, nafsu makan berkurang, dan merasa ingin mati
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas Mertoyudan 1, Magelang, dengan keluhan sulit tidur
sejak ± 6 bulan terakhir. Pasien juga mengeluh sering melamun, nyeri kepala, mual-mual,
mudah lelah, dan merasa ingin mati. Pasien sering melamun tentang masalah keluarganya
dimana ia merasa tidak becus sebagai orangtua karena tidak mampu memenuhi kebutuhan
anak-anaknya. Pasien tidak mempunyai masalah dengan istrinya. Pasien bekerja sebagai kuli
bangunan. Pasien sering merasa ingin mati karena masalahnya tersebut. Pasien juga merasa
sering “blank”. Nafsu makan diakui pasien kurang baik yaitu makan 2 kali sehari. Menurut
pengakuan keluarganya, pasien sering lari jika mendengar suara-suara keras seperti suara
motor dan hal ini diakui terjadi sejak ± 4 bulan yang lalu. Setelah kejadian tersebut pasien
mengaku takut, berdebar-debar, dan keringat dingin.
Pasien pernah menjadi saksi di pengadilan tentang kasus temannya yang tertangkap
karena berjudi. Pasien mengaku ketakutan dan grogi saat menjadi saksi di pengadilan.
1
Keluhan seperti sering mengamuk atau marah-marah disangkal oleh pasien. Menurut
keluarganya pasien merupakan orang yang pendiam. Hobi pasien seperti menulis puisi dan
bermain sepakbola yang rutin dikerjakan sebelumnya, sekarang sudah tidak di jalani karena
masalahnya tersebut. Usia pernikahan pasien sudah 13 tahun dan mempunyai 2 orang anak.
Pasien tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Keluhan seperti mendengar
suara-suara/bisikan atau melihat bayangan-bayangan disangkal oleh pasien. Pasien
menyelesaikan sekolahnya hanya sampai lulus SMA. Pasien belum pernah berobat ke
puskesmas atau dokter sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah merasakan keluhan yang seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama seperti pasien. Pasien
tinggal bersama istri dan kedua anaknya dalam satu rumah.
Riwayat Kehidupan Pribadi :
1. Riwayat prenatal dan perinatal : Lahir cukup bulan, di bidan
2. Masa kanak-kanak awal (0-3tahun) : Sehat, aktif
3. Masa kanak-kanak pertengahan (4-11tahun) : Sehat
4. Masa selanjutnya (prepubertas - pubertas)
a. Hubungan pertemanan : Baik
b. Riwayat sekolah : SMA
c. Perkembangan motorik dan perilaku : Baik, bersosialisasi, dan agak pendiam
d. Masalah fisik dan emosi : Baik dan sehat
e. Riwayat psikososial : Tidak menarik diri
f. Keagamaan : Baik dalam peribadahan
2
STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum :
Kesadaran :
Kuantitatif : Compos mentis
Kualitatif : Jernih
Penampilan :
- Postur tubuh : Biasa
- Cara berpakaian : Rapi sesuai usia
- Kontak mata : Kurang Adekuat
Pembicaraan : Wajar
Perilaku : Hipoaktif, tampak murung/sedih
Sikap : Kurang kooperatif
2. Alam Persepsi :
Afek : Datar
Mood : Hipotimik
3. Gangguan Pikiran :
* Bentuk Pikiran : Realistik
* Arus Pikiran : Blocking
* Isi Pikiran : Miskin isi
- Waham : Tidak ada
- Obsesi : Ada
4. Gangguan Persepsi :
Halusinasi : Tidak ada
Ilusi : Tidak ada
5. Fungsi Kognitif dan Sensorium :
Inteligensi : Sesuai pendidikan
Orientasi : - tempat : Baik
3
- waktu : Baik
- orang : Baik
Daya ingat
- Hypermnesia : Tidak ada
- Amnesia : Tidak ada
- Paramnesia : Tidak ada
- Recent memory : Baik
- Past memory : Baik
6. Gangguan Pola Tidur
Insomnia : Ada
PEMERIKSAAN DIAGNOSA LEBIH LANJUT
1. PEMERIKSAAN FISIK
* Keadaan Umum : Baik
* Kesadaran : Compos mentis
* Tekanan Darah : 120/80 mmHg
* Nadi : 88 x/menit
* Respiratory rate : 20 x/menit
* Sistem Respiratorik : VBS (+/+), wheezing (-), rhonki (-)
Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT) dan sebagainya.
Bentuk-bentuk utama terapi :
A. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi dibedakan atas:
1. Psikoterapi Suportif:
Tujuan:
- Mendukung fungsi-fungsi ego, atau memperkuat mekanisme defens yang ada
- Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik.
- Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok.
2. Psikoterapi Reedukatif:
Tujuan:
Mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan.
Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.
23
3. Psikoterapi Rekonstruktif:
Tujuan :
Dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang.
Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik.
B. Menurut “dalamnya”, psikoterapi terdiri atas:
1. ”superfisial”, yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada “permukaan”, yang tidak menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi yangdirepresi.
2. “mendalam” (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang tersimpan dalam alam nirsadar atau materi yang direpresi.
C. Menurut teknik yang terutama digunakan, psikoterapi dibagi menurut teknik perubahan yang digunakan, antara lain psikoterapi ventilatif, sugestif, katarsis, ekspresif, operant conditioning, modeling, asosiasi bebas, interpretatif, dll.
D. Menurut konsep teoretis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi dapat dibedakan menjadi: psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental-emosional dianggap teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi); psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi sambungan kognitif automatis yang “keliru”; dan psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa ingatan, keinginan, dorongan, ketakutan, dll. yang nirsadar ke dalam kesadaran). Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori belajar, sedangkan psikoterapi dinamik berdasar pada konsep-konsep psikoanalitik Freud dan pasca-Freud.
E. Menurut settingnya, psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan kelompok (terdiri atas terapi marital/pasangan, terapi keluarga, terapi kelompok)
Terapi marital atau pasangan di indikasikan bila ada problem di antara pasangan, misalnya komunikasi, persepsi, dll. Terapi keluarga, dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa, akan mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan sebaliknya, keadaan keluarga akan mempengaruhi gangguan serta prognosis pasien. Untuk itu seluruh anggota keluarga diwajibkan hadir pada setiap sesi terapi. Terapi kelompok, dilakukan terhadap sekelompok pasien (misalnya enam atau delapan orang), oleh satu atau dua orang terapis. Metode dan caranya bervariasi; ada yang suportif dan bersifat edukasi, ada yang interpretatif dan analitik. Kelompok ini dapat terdiri atas pasien-pasien dengan gangguan yang berbeda, atau dengan problem yang sama, misalnya gangguan makan, penyalahgunaan zat, dll. Diharapkan mereka dapat saling memberikan dukungan dan harapan serta dapat belajar tentang cara baru mengatasi problem yang dihadapi.
24
F. Menurut nama pembuat teori atau perintis metode psikoterapeutiknya, psikoterapi dibagi menjadi psikoanalisis Freudian, analisis Jungian, analisis transaksional Eric Berne, terapi rasional-emotif Albert Ellis, konseling non-direktif Rogers, terapi Gestalt dari Fritz Perls, logoterapi Viktor Frankl, dll.
G. Menurut teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi, misalnya narkoterapi, hypnoterapi, terapi musik, psikodrama, terapi permainan dan peragaan (play therapy), psikoterapi religius, dan latihan meditasi.
H. Yang belum disebutkan dalam pembagian di atas namun akhir-akhir ini banyak dipakai antara lain: konseling, terapi interpersonal, intervensi krisis.
Teknik-teknik Psikoterapi
Sampai saat ini, sebagaimana yang dikemukakan oleh Atkinson, terdapat teknik psikoterapi
yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog yaitu:
1. Teknik terapi psikoanalisis, bahwa di dalam tiap-tiap individu terdapat kekuatan-kekuatan
yang saling berlawanan yang menyebabkan konflik internal tidak terhindarkan. Konflik yang
tidak disadari itu memiliki pengaruh yang kuat pada perkembangan kepribadian individu,
sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan. Teknik ini menekankan fungsi pemecahan
masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini
banyak dikembangkan dalam Psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud.
Menurut Freud, ada beberapa teknik penyembuhan penyakit mental, diantaranya yaitu dengan
mempelajari :
- Hipnotis banyak digunakan oleh psikiater Perancis, dengan cara menghilangkan ingatan-
ingatan pasien yang mengandung simptomsimptom, kemudian psikiater memberikan ingatan
baru berupa sugesti-sugesti yang kuat, yang dapat memulihkan kesehatan pasien. Freud
kurang tertarik dengan teknik ini, sebab tingkat keampuhannya diragukan.
- Chatarsis, yaitu pembebasan dan pelepasan ketegangan atau kecemasan dengan jalan
mengalami kembali dan mencurahkan keluar kejadian-kejadian traumatis di masa-masa lalu,
yang semula dilakukan dengan jalan menekan emosi-emosinya ke alam ketidaksadaran.
Teknik ini digunakan dengan cara berbicara (talking cure). Cara kerjanya adalah pasien
disuruh untuk menguraikan simptom secara rinci yang mengganggu jiwanya, setelah
simptom itu muncul lalu psikiater segera menghilangkannya.
25
- Asosiasi bebas, yaitu membiarkan pasien menceritakan keseluruhan pengalamannya, baik
yang mengandung symptom maupun tidak. Cerita yang dikemukakan tidak harus runtut,
teratur, logis ataupun penuh makna. Cerita itu betapapun memalukan tetapi tetap harus
diceritakan. Setelah simptom diketahui, psikiater mudah memberikan terapinya.
- Analisis mimpi. Mimpi adalah jalan kerajaan menuju alam bawah sadar. Ia merupakan
keinginan tahu ketakutan bawah sadar dalam bentuk yang disangkal. Mimpi merupakan
bentuk, isi, dan kegiatan paling primitif dari jiwa seseorang. Setelah pasien menceitakan
mimpinya, psikiater mengetahui rahasia paling dalam di dalam jiwa pasien. Freud
membedakan antara isi mimpi manifes (jelas, sadar) dan isi mimpi laten (tersembunyi, tidak
disadari). Dengan mengungkap isi manifes dari suatu mimpi dan kemudian mengasosiasi-
bebaskan isi mimpi, ahli analisis dan klien berupaya mengungkap makna bawah sadar.
Teknik terapi Psikoanalisis Freud pada perkembangan selanjutnya disempurnakan oleh Jung
dengan teknik terapi Psikodinamik.
2. Teknik terapi perilaku, yang menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku
individu. Teknik ini antara lain :
- Desensitisasi sistematik dipandang sebagai proses deconditioning atau counterconditioning.
Prosedurnya adalah memasukkan suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan ,
seperti relaksasi. Individu belajar untuk relaks dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan
kecemasan.
- Flooding adalah prosedur terapi perilaku di mana orang yang ketakutan memaparkan
dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya takut, secara nyata atau khayal, untuk periode
waktu yang cukup panjang tanpa kesempatan meloloskan diri.
- Penguatan sistematis (systematic reinforcement) didasarkan atas prinsip operan, yang
disertai pemadaman respons yang tidak diharapkan. Pengkondisian operan disertai pemberian
hadiah untuk respons yang diharapkan dan tidak memberikan hadiah untuk respons yang
tidak diharapkan.
- Pemodelan (modeling) yaitu mencontohkan dengan menggunakan belajar observasionnal.
Cara ini sangat efektif untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan, karena memberikan
kesempatan kepada klien untuk mengamati orang lain mengalami situasi penimbul
26
kecemasan tanpa menjadi terluka. Pemodelan lazimnya disertai dengan pengulangan perilaku
denganpermainan simulasi (role-playing).
- Regulasi diri melibatkan pemantauan dan pengamatan perilaku diri sendiri, pengendalian
atas kondisi stimulus, dan mengembangkan respons bertentangan untuk mengubah perilaku
maladaptif.
3.Teknik terapi kognitif perilaku, yaitu teknik memodifikasi perilaku dan mengubah
keyakinan maladaptif. Ahli terapi membantu individu mengganti interpretasi yang irasional
terhadap terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik. Atau, membantu
pengendalian reaksi emosional yang terganggu, seperti kecemasan dan depresi dengan
mengajarkan mereka cara yang lebih efektif untuk menginterpretasikan pengalaman mereka.
4.Teknik terapi humanistik, yaitu teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang
membantu individu menyadari diri sesungguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan
intervensi ahli terapi yang minimal. Gangguan psikologis yang diduga timbul jika proses
pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau oleh orang lain. Carl
Rogers, yang mengembangkan psikoterapi yang berpusat pada klien (client-centered-
therapy), percaya bahwa karakteristik ahli terapi yang penting untuk kemajuan dan
eksplorasi-diri klien adalah empati, kehangatan, dan ketulusan.
5.Teknik terapi eklektik atau integrative, yaitu memilih dari berbagai teknik terapi yang
paling tepat untuk klien tertentu, ketimbang mengikuti dengan kaku satu teknik tunggal. Ahli
terapi mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme, disfungsi seksual,
dan depresi. Keenam, teknik terapi kelompok dan keluarga. Terapi kelompok adalah teknik
yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam
interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi marital dan terapi
keluarga adalah bentuk terapi kelompok khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau
hubungan orang tua dan anak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan
satu sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusdi, M. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2001. p. 58-69.
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu