Top Banner

of 22

Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

Mar 03, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    1/22

    Acara III

    BUTTER & BUTTERMILK

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU

    Disusun oleh :

    Dayvelin Samantha

    13.70.0062

    Kelompok D5

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2016

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    2/22

    1

    1. PENDAHULUAN

    1.1.Topik

    Praktikum Teknologi Pengolahan Susu mengenai bab Butterdan Buttermilkdilakukan

    oleh kloter D pada hari Rabu, 1 Juni 2016 pukul 15.00 di Laboratorium Rekayasa

    Pangan bersamaan dengan pengamatan es krim dan praktikum susu kental manis.

    Selama praktikum, praktikan didampingi oleh asisten dosen praktikum Teknologi

    Pengolahan Susu yaitu Graytta Intannia dan Tjan, Ivana C dan Hedrianus Supriyana

    selaku laboran. Praktikan harus memakai jas lab, sepatu tertutup, dan bagi praktikan

    yang memiliki rambut panjang wajib mengikat rambutnya. Setelah memasuki

    laboratorium dan semua kelompok sudah lengkap, asisten dosen memberikan instruksi

    langkah kerja yang harus dilakukan. Setelah itu, praktikan dapat langsung memulai

    praktikum. Pada praktikum ini, dilakukan proses pengocokan whipped cream sampai

    terbentuk 2 produk yaitu butter dan buttermilk yang kemudian akan dilakukan analisa

    sensori (warna, rasa, aroma, dan tekstur) dan fisik (penampakan dan rendemen). Kuis

    mengenai susu pasteurisasi diberikan pada hari yang sama di bagian akhir praktikum.

    Sebelum pulang, praktikan diharuskan membersihkan alat-alat yang digunakan dan

    mengembalikannya ke tempat semula. Praktikum berakhir sekitar pukul 17.00.

    Praktikan juga melengkapi hasil pengamatan di modul dan diacc oleh asisten dosen

    yang bersangkutan.

    1.2.Tujuan Praktikum

    Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk dapat membuat mustard butter yang

    tidak difermentasi dan memahami prinsip pembuatannya.

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    3/22

    2

    2. HASIL PENGAMATAN

    2.1.Foto Butter

    Foto mengenai produk butter dapat dilihat pada gambar 1.

    (a) (b) (c) (d) (e)

    Gambar 1. (a) Kelompok D1, (b) kelompok D2, (c) kelompok D3, (d) kelompok D4,

    dan (e) kelompok D5

    2.2.Foto Buttermilk

    Foto mengenai produk butter dapat dilihat pada gambar 2.

    (a) (b) (c) (d) (e)

    Gambar 2. (a) Kelompok D1, (b) kelompok D2, (c) kelompok D3, (d) kelompok D4,

    dan (e) kelompok D5

    2.3.Hasil Uji Sensori dan Fisik Butterdan Buttermilk

    Hasil pengamatan mengenai uji sensori dan fisik butter dan buttermilk dapat dilihat

    pada tabel 1.

    Tabel 1. KarakteristikButterdanButtermilk

    Kel ProdukFisik Rendemen

    (%)Warna Rasa Aroma Tekstur Penampakan

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    4/22

    3

    D1

    Butter ++ +++ + +++

    Punya body,

    tidak mudah

    dioles,

    creamy

    31,64

    Buttersetelah

    disimpan

    di kulkas

    ++ ++ + +

    Punya body,tidak mudah

    dioles,

    creamy

    Buttermilk + ++++ + -Sedikit

    creamy66,62

    D2

    Butter ++ +++ + +++

    Punya body,

    tidak mudah

    dioles,

    creamy

    28,90

    Butter

    setelah

    disimpan

    di kulkas

    ++ ++ + +

    Punya body,

    tidak mudah

    dioles,

    creamy

    Buttermilk + ++++ + -Sedikit

    creamy65,00

    D3

    Butter ++ +++ + +++

    Punya body,

    tidak mudah

    dioles,

    creamy

    32,61

    Butter

    setelah

    disimpan

    di kulkas

    ++ ++ + +

    Punya body,

    tidak mudah

    dioles,

    creamy

    Buttermilk + ++++ + -Sedikit

    creamy63,33

    D4 Butter ++++ ++ +++ ++++

    Tidak punya

    body, mudah

    dioles, sangat

    creamy

    35,89

    Butter

    setelah

    disimpan

    di kulkas

    ++++ ++ +++ +++

    Punya body,

    mudah

    dioles, sangat

    creamy

    Buttermilk ++ ++ ++ - Tidakcreamy 56,67

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    5/22

    4

    D5 Butter +++ ++ +++ ++++

    Tidak punya

    body, mudah

    dioles, sangat

    creamy

    25,55

    Buttersetelah

    disimpan

    di kulkas

    +++ ++ +++ +++

    Punya body,mudah dioles,

    sangat

    creamy

    Buttermilk ++ ++ ++ - Tidak creamy 46,67

    Keterangan :

    Warna

    + : putih

    ++ : agak kuning

    +++ : kuning

    ++++ : sangat kuning

    +++++ : coklat

    Rasa

    + : tidak enak

    ++ : agak enak

    +++ : enak

    ++++ : sangat enak

    Penampakan

    Punya body atau

    tidak

    Mudah dioles atau

    tidak Creamy atau tidak

    Aroma

    + : tidak kuat

    ++ : agak kuat

    +++ : kuat

    ++++ : sangat kuat

    Tesktur

    + : kasar/keras

    ++ : agak kasar/agak keras

    +++ : lembut

    ++++ : sangat lembut

    Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa produk yang dibuat dalam praktikum

    ini adalah butter dan buttermilkyang dianalisa secara sensoris dan fisik. Pada analisa

    sensori dilakukan analisa warna, rasa, aroma, dan tekstur. Secara keseluruhan, warna

    yang dihasilkan dari butter yang dibuat oleh kelompok D1, D2, dan D3 adalah agak

    kuning, sedangkan pada kelompok D4 dan D5 adalah sangat kuning dan kuning. Untuk

    produk buttermilk yang dibuat oleh kelompok D1, D2, dan D3 adalah putih, sedangkan

    pada kelompok D4 dan D5 adalah agak kuning. Pada parameter rasa untuk butter dan

    buttermilk yang dibuat oleh kelompok D1, D2, dan D3 adalah enak, sedangkan pada

    kelompok D4 dan D5 adalah agak enak. Pada parameter aroma untuk butter dan

    buttermilk yang dibuat oleh kelompok D1, D2, dan D3 adalah tidak kuat, sedangkan

    pada kelompok D4 dan D5 adalah kuat. Pada parameter tekstur untuk butter yang dibuatoleh kelompok D1, D2, dan D3 adalah lembut, sedangkan pada kelompok D4 dan D5

    adalah sangat lembut. Pada analisa fisik parameter penampakan untuk butter kelompok

    D1, D2, dan D3 adalah punya body, tidak mudah dioles, dan creamy, sedangkan untuk

    kelompok D4 dan D5 adalah tidak punya body, mudah dioles, dan sangat creamy.

    Untuk produk buttermilk yang dihasilkan oleh kelompok D1, D2, dan D3 adalah sedikit

    creamy, sedangkan untuk kelompok D4 dan D5 tidak creamy. Butter dengan parameter

    rendemen tertinggi ada pada kelompok D4 yaitu sebesar 35,89%, sedangkan yang

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    6/22

    5

    paling rendah ada pada kelompok D5 yaitu sebesar 25,55%. Untuk buttermilk dengan

    parameter rendemen tertinggi ada pada kelompok D1 yaitu sebesar 66,62%, sedangkan

    yang paling rendah ada pada kelompok D5 yaitu sebesar 46,67%.

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    7/22

    6

    3. PEMBAHASAN

    Butter merupakan produk turunan lemak yang terbuat dari susu atau produk yang

    diperoleh dari susu khususnya dalam bentuk emulsi water-in-oil (

    w

    /o) Codex Standard279-1971. Butter termasuk salah satu produk olahan dari susu yang dibuat dengan

    proses pemadatan krim, susu segar, atau susu yang sudah difermentasi. Buttertersusun

    dari butterfat yang dikelilingi droplet air dan protein susu yang sangat kecil. Pada

    pembuatan butter dapat ditambah dengan garam, perisa, ataupun pengawet. Butter

    memiliki bentuk yang solid jika disimpan dalam lemari es, tetapi ketika berada di suhu

    ruang butterberubah sifat menjadi mudah dioles karena butterakan meleleh pada suhu

    32-35oC. Secara fisik butterberwarna kuning pucat di mana warna ini dipengaruhi oleh

    jenis susu yang digunakan untuk membuat butter(Anonim, 2007).

    Butter adalah produk olahan yang terbuat dari susu dan dibuat melalui proses

    pengocokan (churning) sejumlah krim. Mentega yang baik harus mengandung lemak

    minimal 83%, kadar air maksimal 16%, kadar protein maksimal 1%. Sebagian besar

    lemak yang terdapat dalam mentega adalah asam palmitat, oleat, stearat, dan sejumlah

    kecil asam butirat, serta asam lemak sejenis lainnya. Selain itu juga mengandung

    sejumlah kecil vitamin A, D dan E, serta sebagai flavoradalah diasetil, butirat dan laktat(Usmiati & Abubakar, 2009). Menurut Barron et al. (1990) dalam Nurrulhidayah (2015)

    butter adalah salah satu dari lemak yang dapat dikonsumsi dan memiliki lebih dari 500

    jenis asam lemak seperti asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal, dan sedikit

    kandungan asam lemak tidak jenuh jamak. Di samping itu butter memiliki lebih dari

    1300 triasilgliserol tunggal. Shukla et al. (1983) dalam Nurrulhidayah (2015)

    menambahkan bahwa pada sektor produk sehari-hari, butter adalah sumber yang baik

    akan vitamin yang larut lemak, seperti vitamin A, D, E, dan K sehingga butter memilikiharga yanglebih mahal jika dibandingkan dengan produk sejenis lainnya. Oleh sebab itu

    banyak yang meneliti mengenai butter yang dibuat dengan lemak hewani lainnya,

    seperti lemak ayam, lemak mutton, dan lemak babi untuk mendapatkan keuntungan

    ekonomis.

    Butter dalam fase air mengandung garam dan padatan susu bukan lemak. Butter

    umumnya terbuat dari susu sapi yang mengandung 3%-4% lemak, kemudian

    dikonversikan terlebih dulu menjadi creamyang mengandung 30%-45% lemak. Cream

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    8/22

    7

    adalah emulsi lemak dalam air. Perubahan susu menjadi creamdapat dilakukan melalui

    proses sentrifugasi, sedangkan proses pembuatan cream menjadi butter dapat dilakukan

    melalui proseschurning dankneading. Selama proses churning emulsi lemak dalam air

    akan terpecah sehingga menyebabkan inversi atau perubahan fase dari emulsi minyak

    dalam air menjadi emulsi air dalam minyak. Pada proses kneading globula lemak akan

    berkumpul dan mengkristal membentuk butter dan air yang berlebih akan dikeluarkan

    pada akhir proses pembuatan (Gunstone, 2002).

    Susu dan krim yang tidak melalui proses homogenisasi akan mengandung butterfat

    dalam bentuk globula yang sangat kecil. Globula tersebut dikelilingi oleh membran

    fosfolipid (emulsifierasam lemak) dan protein. Globula ini menyebabkan terbentuknya

    lapisan pada susu. Butterdibuat dengan mengaduk krim sehingga membran krim akan

    rusak dan membuat lemak susu dapat bergabung dan terpisah dari bagian lain. Hasil

    akhir dari produk buttersangat dipengaruhi oleh komposisi butterfat. Lemak yang ada

    dalam butteradalah lemak bebas, kristal butterfat, dan globula lemak yang tidak rusak.

    Butter dengan jumlah kristal yang banyak akan memiliki tekstur akan lebih keras

    daripada butteryang mengandung banyak lemak bebas (Anonim, 2007).

    Klasifikasi butterberdasarkanflavornya dibagi menjadi :

    Unsalted butter

    Ripened cream

    Salted butter

    Memiliki aroma dan rasa yang kurang mencolok dan dapat disimpan dalam jangka

    waktu yang lama. Flavor pada butter dihasilkan oleh senyawa diasetil, asam format,

    asetat, propionat, dan asetaldehid. Selain itu asam dekanoat, fenol, p-cresol, indol dan

    skatol juga mengkontribusiflavordarisweet cream butter (Herschdoefer, 1986). Bahanbaku pada pembuatan butteradalah lemak susu dalam bentuk creamyang nantinya akan

    dipisahkan dari susu hingga mengandung 30-35% lemak (Potter & Hotchkiss, 1996).

    Tahap pembuatan butterdimulai dari tahap pemisahan krim dan skim pada susu, proses

    netralisasi dengan basa, pasteurisasi, pendinginan, pewarnaan (bila perlu), pengocokan,

    penggaraman (bila perlu), dan peremasan (Usmiati & Abubakar, 2009). Butter adalah

    produk yang memiliki bentuk padat yang lunak dan terbuat dari lemak atau krim susu

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    9/22

    8

    atau campurannya dengan atau tanpa penambahan garam (NaCl) atau bahan makanan

    yang diizinkan (SNI, 1995).

    Pengelompokan butter menurut Winarno (1993) adalah : Butteryang dibuat dari krim manis (sweet cream) atau krim asam (sour cream).

    Butteryang dibuat tidak mengalami penyimpanan (segar) dan yang telah mengalami

    penyimpanan.

    Butteryang digarami atau yang tidak digarami.

    Butteryang dibuat dari krim yang telah dipasteurisasi (pasteurized cream) atau tanpa

    pasteurisasi (unpasteurized cream).

    Butter yang dibuat dari krim yang diperam (ripened cream) atau yang tidak diperam.

    Pengelompokan butter menurut Herschdoefer (1986) :

    Flavoured butter : dibuat dengan mematangkan krim atau krim asam.

    Sweet cream butter : dibuat tanpa menggunakan starter.

    Buttermilk adalah produk samping (by product) dari proses pembuatan butter.

    Buttermilk terbagi menjadi 2 macam yaitu sweet cream buttermilk dan sour cream

    buttermilk. Sweat cream buttermilk diproses melalui pasteurisasi cream dengan kultur

    starter butter setelah pemisahan dengan lemak butter sehingga disebut juga fermented

    buttermilk. Sour cream buttermilk fermentasinya dilakukan sebelum pemisahan dengan

    lemak butter. Pada buttermilk jenis ini ada kerusakan off-flavour yang disebut metalic

    off-flavour (Smit, 2003). Definisi buttermilkmenurut Codex Standard192-1995 adalah

    cairan yang mirip dengan susu bebas lemak dan didapatkan dari sisa proses pembuatan

    butter. Selain itu buttermilk juga dapat diproduksi dari proses fermentasi susu skim

    dengan menggunakan asam spontan oleh bakteri asam laktat, bakteri pembentuk aroma,

    ataupun dengan menggunakan inokulasi kultur murni bakteri pada susu yang

    dipanaskan.Buttermilkjuga dapat dipanaskan atau disterilisasi.

    Pada praktikum ini dilakukan proses pembuatan butter dan buttermilk. Untuk membuat

    butter yang harus dilakukan adalah menyiapkan 300 ml krim yang ditimbang beratnya

    lalu berat krim juga ditimbang. Pada kelompok D1, D2, dan D3 menggunakan susu

    krim merk Roselle, sedangkan kelompok D4 dan D5 menggunakan krim merk Elle

    and vire. Bahan yang digunakan sesuai dengan pernyataan dari Potter & Hotchkiss

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    10/22

    9

    (1996) bahwa bahan baku dalam pembuatan butter dan buttermilk adalah lemak susu

    yang berbentuk cream yang kemudian dipisahkan hingga mengandung 30%-35%

    lemak. Kemudian krim dilakukan pengocokan dengan menggunakan mixer kecepatan

    tinggi sampai terpisah antara lemak dan buttermilk. Pengocokan ini disebut juga dengan

    proses churning yang berfungsi untuk memisahkan lemak atau butter dari buttermilk.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Gunstone (2002) yang menyatakan bahwa selama

    proses churning emulsi lemak dalam air akan terpecah sehingga menyebabkan inversi

    atau perubahan fase dari emulsi minyak dalam air menjadi emulsi air dalam minyak.

    Boode, dkk (1993) dalam Ronholt (2014) menyatakan bahwa semakin singkat waktu

    proses churning dan pedinginan yang lama akan menghasilkan kristal yang besar

    diantara droplet-droplet minyak. Selama proses churning,jaringan kristal tersebut akan

    bekerja sebagai agen pengikis yang akan menembus membran globula lemak pada susu.

    Kristal yang semakin besar akan menyebabkan membran globula lemak menjadi rusak

    sehingga membuat perubahan fase dari oil in water menjadi emulsi water in oil.

    Wiking, dkk (2009) dalam Ronholt (2014) mengungkapkan bahwa pendinginan yang

    cepat akan membentuk kristal yang kecil sehingga jaringan kristal tersebut akan lebih

    kuat jika dibandingkan dengan pendinginan yang lama di mana semakin besar kristal

    memperkecil pembentukan jaringan dan menghasilkan jaringan yang lemah.

    Lalu mixer dimatikan dan didiamkan hingga semua lemak naik ke atas. Lemak yang ada

    dipisahkan dari buttermilk dengan cara menyaring buttermilk dengan kain saring dan

    memisahkannya ke wadah lain.Butter ditekan untuk mengeluarkan sisa-sisa buttermilk.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Gunstone (2002) bahwa pada proses kneading

    globula lemak akan berkumpul dan mengkristal membentuk butter dan air yang berlebih

    akan dikeluarkan pada akhir proses pembuatan. Buttermilk yang telah terpisah

    kemudian ditimbang. Lalu diamati karakter produk yang dihasilkan secara fisik dan

    sensori. Butter yang telah dianalisa kemudian ditutup dengan cling wrap dan

    dimasukkan ke dalam kulkas selama 1 jam kemudian diamati kembali secara fisik dan

    sensoris. Menurut Winarno & Fernandez (2007) proses pendinginan di dalam kulkas

    berfungsi untuk memperkecil ukuran kristal lemak, memperbanyak, dan memadatkan

    lemak sehingga butter tersebut lebih memiliki struktur atau dapat dioles. Rendemen

    butteryang dihasilkan dihitung dengan membagi antara berat butter dengan berat awal

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    11/22

    10

    dan dikalikan dengan 100%, sedangkan rendemen buttermilk dihitung dengan membagi

    volume buttermilk dengan volume awal dan dikalikan dengan 100%.

    Prinsip pembuatan butter dalam praktikum ini sesuai dengan prinsip churningkonvensional dari Walstra et al. (2006). Selain itu juga sesuai dengan pernyataan dari

    Gunstone (2002) bahwa pembuatan butterdapat dilakukan melalui proses pengocokan

    (churning) dan penggumpalan (kneading). Proses penggumpalan pada proses

    pembuatan butter di praktikum ini terletak pada penyaringan dan pemerasan lapisan

    lemak yang terbentuk sehingga butter terpisah dari cairannya. Lemak yang dihasilkan

    merupakan butter, sedangkan cairannya adalah buttermilk. Prinsip pada praktikum ini

    tidak sesuai dengan prinsip pembuatan butter yang dinyatakan oleh Usmiati &

    Abubakar (2009) bahwa tahap pembuatan butterdimulai dari tahap pemisahan krim dan

    skim pada susu, proses netralisasi dengan basa, pasteurisasi, pendinginan, pewarnaan

    (bila perlu), pengocokan, penggaraman (bila perlu), dan peremasan. Pada praktikum ini

    bahan baku yang digunakan bukan susu tetapi adalah krim sehingga tidak perlu

    dipisahkan krim dan skimnya. Selain itu pada praktikum ini tidak dilakukan proses

    pasteurisasi, pewarnaan, dan penggaraman. Jadi dapat disimpulkan bahwa butter yang

    dibuat dalam praktikum ini dapat digolongkan sebagai unsalted butter.

    Jika dilihat dari hasil pengamatan yang ada maka dapat dibandingkan antara butter dan

    buttermilk kelompok D1, D2, dan D3 yang menggunakan whipped cream merk

    Roselle dengan butter dan buttermilk kelompok D4 dan D5 yang menggunakan

    whipped cream merk Elle and vire. Butter dan buttermilk yang dihasilkan oleh

    kelompok yang menggunakan whipped cream merk Elle and vire memiliki warna

    yang lebih kuning, aroma yang lebih kuat, dan tekstur yang lebih lembut daripada merk

    Roselle. Untuk parameter rasa, butter dan buttermilk yang dihasilkan dari whippedcream merk Roselle memiliki rasa yang lebih creamy dan enak serta memiliki

    persentase rendemen yang lebih tinggi daripada butter dan buttermilk yang dibuat

    dengan menggunakan whipped cream merk Elle and vire. Jadi dapat disimpulkan

    bahwa butter dan buttermilk yang dihasilkan antara kedua merk whipped cream

    memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan

    kandungan bahan yang ada pada whipped creaam, misalnya lemak. Pada whipped

    cream merk Elle and vire memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi daripada merk

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    12/22

    11

    Roselle yaitu sebesar 35,1%. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Anonim (2007)

    yang menyatakan bahwa hasil akhir dari produk butter sangat dipengaruhi oleh

    komposisi butterfat. Hercshdoefer (1986) juga menyatakan bahwa tekstur butter

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jumlah lemak yang ada, metode proses

    produksi, bentuk kristal lemak, suhu penyimpanan, jenis lemak, metode pendinginan

    krim, dan working butter. Kandungan lemak pada whipped cream merk Elle and vire

    lebih tinggi daripada whipped cream merk Roselle sehingga menghasilkan

    karakteristik butter dan buttermilk yang berbeda dari parameter warna menjadi lebih

    kuning, aromanya menjadi lebih kuat, dan teksturnya menjadi lebih lembut. Tetapi

    untuk parameter rasa kurang sesuai karena seharusnya butter dan buttermilk dari

    whipped cream merk Elle and vire menjadi lebih enak dan creamy. Hal ini dapat

    disebabkan karena sensori yang dilakukan oleh panelis bersifat sangat subjektif dan

    bergantung pada selera setiap konsumen/panelis (Hercshdoefer, 1986).

    Usmiati & Abubakar (2009) menyatakan bahwa mutu butter yang dihasilkan

    dipengaruhi oleh kualitas krim yang digunakan dan proses penanganan selanjutnya.

    Krim yang telah terkontaminasi olehyeastatau bakteri memiliki rasa yang kurang enak.

    Kontaminasi juga bisa berasal dari peralatan yang dipakai untuk mencuci/memisahkan

    mentega. Rasa butter yang kurang enak dapat disebabkan karena hilangnya gas CO2dan

    gas O2 karena proses pemanasan dan adanya perubahan protein susu yang dapat

    mempengaruhi rasa pada saat susu dimasak (Bennion & Hughes, 1975). Senyawa dalam

    butter yang berkontribusi memberikan flavor adalah gugus karbonil, ketonil, dan

    aldehidik. Off-flavor yang sering terjadi adalah ketengikan karena adanya kerusakan

    bakteriologis. Selain itu cheesiness dapat terjadi karena adanya pemecahan komponen

    protein pada butter. Adanya asam yang tinggi pada butter disebabkan oleh proses yang

    kurang baik sehingga menyebabkan inversi berlebihan (Kosikowski, 1977).

    Berdasarkan hasil pengamatan mengenai butter yang ada di suhu ruang dan yang

    disimpan selama 1 jam dalam kulkas tidak banyak bahkan tidak mengalami perubahan.

    Pada butter yang dibuat dengan menggunakan whipped cream merk Roselle memiliki

    dan whipped cream merk Elle and vire memiliki warna yang tidak berubah yaitu tetap

    kuning. Secara parameter warna, rasa, tekstur, dan aroma juga tidak mengalami

    perubahan setelah disimpan selama 1 jam dalam kulkas. Warna butter tetap kuning,

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    13/22

    12

    sedangkan buttermilk tetap kuning dan putih. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

    Smith (2003) yang menyatakan bahwa warna kuning pada butter disebabkan karena

    adanya kandungan lemak dalam krim yang digunakan dan semakin tinggi kandungan

    lemak dalam krim maka warna butter juga akan semakin kuning. Saleh (2004)

    menyatakan bahwa warna kuning pada butterdisebabkan karena adanya karoten yang

    terkandung dalam krim.

    Dari segi tekstur seharusnya butter yang disimpan dalam kulkas selama 1 jam

    mengalami pengkristalan lemak sehingga tekstur menjadi lebih keras. Hal ini sesuai

    dengan pernyataan dari Anonim (2007) yang menyatakan bahwa buttermemiliki bentuk

    yang solid jika disimpan dalam lemari es, tetapi ketika berada di suhu ruang butter

    berubah sifat menjadi mudah dioles karena butter akan meleleh pada suhu 32-35oC.

    Secara fisik butterberwarna kuning pucat di mana warna ini dipengaruhi oleh jenis susu

    yang digunakan untuk membuat butter. Butterdengan jumlah kristal yang banyak akan

    memiliki tekstur akan lebih keras daripada butter yang mengandung banyak lemak

    bebas. Tetapi dari hasil praktikum yang ada, butter tidak mengalami perubahan tekstur

    justru tetap lembut. Menurut Bobe et al. (2003) asam lemak tidak jenuh akan membuat

    butter bersifat mudah dioles dan lembut. Lee & Jackson (1980) menambahkan bahwa

    tekstur butter dipengaruhi oleh tipe dan jenis lemak yang ada, suhu penyimpanan,

    bentuk kristal lemak, dan metode pembuatan.

    Penampakan butter yang disimpan di dalam kulkas selama 1 jam dan sebelum disimpan

    tidak mengalami perubahan. Penampakan pada butter yang menggunakan whipped

    cream merk Roselle adalah tetap punya body, tidak mudah dioles, dan creamy,

    sedangkan butter yang dibuat dengan whipped cream merk Elle and vire tetap

    memiliki penampakan tidak punya body, mudah dioles, dan sangat creamy. MenurutHerschdoefer (1986) bodybutter dipengaruhi oleh suhu, lamanya waktu penyimpanan

    pada suhu tertentu, metode pembuatan, dan struktur kimia lemak. Spreadability atau

    kemudahan dioles adalah sifat kompleks dari butter yang berhubungan dengan

    viskositas dan perubahan seiring dengan adanya tekanan dan perubahan suhu. Jenis

    lemak, metode pendinginan krim, dan working dari butterini juga dapat mempengaruhi

    spreadability. Menurut Kaufmann, dkk (2012) dalam Ronholt (2014) umumnya produk

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    14/22

    13

    seperti butter ditambah dengan minyak sayur, seperti canola oil untuk mendapatkan

    tekstur yang lembut dan kemudahan untuk dioles.

    Buttermilk yang dihasilkan dari whipped cream merk Roselle memiliki warna putih,rasa yang enak, aroma yang tidak kuat, dan penampakannya sedikit creamy, sedangkan

    buttermilk yang dihasilkan dari whipped cream merk Elle and vire memiliki warna

    agak kuning, rasa yang agak enak, aroma yang kuat, dan penampakannya tidak creamy.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sodini et al. (2006) yang menyatakan bahwa

    buttermilk ini memiliki flavor seperti susu, manis, dan seperti mentega. Heiler &

    Schieberle (1996) menambahkan bahwa komposisi buttermilk adalah air sebanyak

    90,7%, gula sebanyak 4,6%, protein sebanyak 3,5%, mineral sebanyak 0,7%, dan lemak

    sebanyak 0,5%. Selain itu buttermilk juga mengandung kalsium, kalium, vitamin B12,

    riboflavin, fosfor, dan kandungan lemaknya yang lebih rendah jika dibandingkan susu

    biasa. Smith (2003) menyatakan bahwa kualitas buttermilk ditentukan dari krim yang

    digunakan untuk membuat butter.

    Buttermilk yang terlalu encer disebabkan karena adanya padatan bukan lemak yang

    rendah dalam susu, suhu penyimpanan yang terlalu tinggi, keasaman yang terlalu

    rendah ketika curd pecah, pengadukan yang berlebih, dan adanya bakteri yang

    mencerna protein. Buttermilkmemiliki penampakan yang cair atau tidak terlalu kental

    maupun tidak terlalu encer karena jika asam terlalu tinggi maka curd pecah,

    pengadukan tidak kurang maupun berlebih, padatan non fat tidak rendah, dan tidak

    adanya bakteri pencerna protein. Buttermilk yang terlalu kental disebabkan keasaman

    yang terlalu tinggi, suhu penyimpanan yang terlalu rendah, dan kurangnya agitasi saat

    pendinginan (Kosikowski, 1977).

    Buttermilk adalah produk samping (by product) dari proses pembuatan butter.

    Buttermilk terbagi menjadi 2 macam yaitu sweet cream buttermilk dan sour cream

    buttermilk. Sweat cream buttermilk diproses melalui pasteurisasi cream dengan kultur

    starter butter setelah pemisahan dengan lemak butter sehingga disebut juga fermented

    buttermilk. Sour cream buttermilk fermentasinya dilakukan sebelum pemisahan dengan

    lemak butter. Pada buttermilk jenis ini ada kerusakan off-flavour yang disebut metalic

    off-flavour (Smit, 2003). Definisi buttermilkmenurut Codex Standard192-1995 adalah

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    15/22

    14

    cairan yang mirip dengan susu bebas lemak dan didapatkan dari sisa proses pembuatan

    butter. Selain itu buttermilk juga dapat diproduksi dari proses fermentasi susu skim

    dengan menggunakan asam spontan oleh bakteri asam laktat, bakteri pembentuk aroma,

    ataupun dengan menggunakan inokulasi kultur murni bakteri pada susu yang

    dipanaskan. Buttermilk juga dapat dipanaskan atau disterilisasi. Heiler & Schieberle

    (1996) menambahkan bahwa komposisi buttermilk adalah air sebanyak 90,7%, gula

    sebanyak 4,6%, protein sebanyak 3,5%, mineral sebanyak 0,7%, dan lemak sebanyak

    0,5%. Selain itu buttermilkjuga mengandung kalsium, kalium, vitamin B12, riboflavin,

    fosfor, dan kandungan lemaknya yang lebih rendah jika dibandingkan susu biasa.

    Menurut Sodini, dkk (2006) dalam Lonkar, dkk (2011) buttermilk mengandung semua

    komponen yang larut dalam air, seperti protein susu, laktosa, dan mineral. Selain itu

    juga termasuk senyawa lain seperti fosfotidil kolin atau lesitin yang merupakan turunan

    dari membran globula lemak yang rusak selama proses churning dan mempengaruhi

    karakteristik buttermilk. Dalam kehidupan sehari-hari, buttermilk digunakan sebagai

    bahan dalam industri makanan karena memiliki kemampuan mengemulsi dan

    memberikan dampak yang baik pada flavor makanan. Hal ini juga sesuai dengan

    pernyataan dari Spitsberg (2005) dalam Vanderghem (2010) Buttermilk mengandung

    laktosa, mineral, kasein, dan serum protein yang dapat diekstrak dan dimurnikan

    menjadi banyak aplikasi jenis makanan maupun bukan makanan. Sebagai tambahan,

    buttermilk memiliki kandungan yang tinggi akan membran globula lemak yang

    berhubungan dengan fase cair selama churning creamatau destabilisasi globula lemak

    susu. Ini mengandung protein yang spesifik dan lemak polar yang unik dan

    berhubungan erat dengan struktur yang kompleks. Beberapa dari membran globula

    lemak susu mempunyai keuntungan dalam kesehatan.

    Chandan, dkk (2008) dalam Lonkar, dkk (2011) menyatakan bahwa buttermilk bubuk

    adalah produk yang dihasilkan dengan menghilangkan kadar air dari buttermilk cair

    yang merupakan turunan dari proses churningpada butter. Jinjarak, dkk (2006) dalam

    Lonkar (2011) menambahkan bahwa komposisi dari buttermilk bubuk hampir sama

    dengan susu skim bubuk, tetapi buttermilk mengandung lebih banyak lemak dan

    komponen membran globula lemak. Membran globula lemak fosfolipid, khususnya

    spingomyelin diketahui memiliki efek keuntungan bagi kesehatan yaitu dapat mencegah

    potensi kanker dan mengontrol pertumbuhan sel kanker. Hal ini sesuai dengan

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    16/22

    15

    pernyataan dari Salhab (1998) dalam Bahrami (2015) yang menyatakan bahwa

    komposisi kimia dari buttermilk dipengaruhi oleh metode produksi, sumber susunya

    sendiri, dan kandungan air yang ditambahkan selama proses churning. Pal & Garg

    (1989) dalam Bahrami (2015) menambahkan bahwa buttermilk memiliki komposisi

    yang hampir sama dengan susu skim kecuali pada tingginya kandungan fosfolipid dan

    kandungan fragmen membran globula lemak. Menurut El-Sayed et al. (2006) dalam

    Bahrami (2015) keju oles yang mengandung 30% buttermilk secara signifikan

    mengurangi total dan kandungan kolestrol lipoprotein ketika diberikan kepada tikus.

    Wong and Kitts (2003) dalam Bahrami (2015) juga menambahkan bahwa buttermilk

    padat sudah dibuktikan bahwa memiliki sifat antioksidan yang tinggi dan dapat

    digunakan untuk menstabilkan matriks pada makanan terhadap reaksi peroksidasi

    lemak.

    Menurut Federal Food and Drug Administration cultured buttermilk adalah produk

    yang diperoleh dari susu skim atau sebagian susu skim yang sudah dipasteurisasi

    kemudian diasamkan dengan kultur bakteri asam laktat. Cultured buttermilk

    mengandung minimal 8,5% padatan susu bukan lemak. Kualitas cultured buttermilk

    dipengaruhi proses fermentasi laktosa menjadi asam laktat oleh Streptococcus,

    Lactobacillus, atau oleh kombinasi bakteri tersebut. Selain itu terdapat juga bakteri

    penghasil flavor dan produk ini tidak mengandung alkohol (Kosikowski, 1977).

    Cultured buttermilkumumnya mengandung 90% air, 5% laktosa, 3% kasein, 2% butter

    milk dari lemak susu. Pada susu skim maupun non-skim sejumlah laktosa diubah oleh

    bakteri asam laktat menjadi asam laktat sehingga menghasilkan rasa asam. Selain itu

    buttermilk ini menjadi lebih mudah dicerna oleh penderita lactose intolerant. Cultured

    buttermilk biasanya lebih bersinar daripada whey butter. Whey butter memiliki warna

    yang lebih kuning daripada sweet cream butter. Whey butter juga lebih mudah

    menyerap, memiliki flavoryang lebih nutty, dan memiliki bau yang lebih menyengat

    daripada sweet cream butter dan cultured buttermilk. Cultured buttermilk lebih

    memiliki mouth coating, rasa dan bau tengik, serta flavor yang lebih grassy daripada

    yang lain (Jinjarak, et al., 2006).

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    17/22

    16

    4. KESIMPULAN

    Proses pembuatan cream menjadi butter dapat dilakukan melalui proseschurning

    dankneading.

    Pada proses churning emulsi lemak dalam air akan terpecah sehingga menyebabkan

    inversi atau perubahan fase dari emulsi minyak dalam air menjadi emulsi air dalam

    minyak.

    Pada proses kneading globula lemak akan berkumpul dan mengkristal membentuk

    butter dan air yang berlebih akan dikeluarkan pada akhir proses pembuatan.

    Prinsip pembuatan butter dalam praktikum ini sesuai dengan prinsip churning

    konvensional.

    Tekstur butter dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jumlah lemak yang

    ada, metode proses produksi, bentuk kristal lemak, suhu penyimpanan, jenis lemak,

    metode pendinginan krim, dan working butter.

    Semakin tinggi kadar lemak pada whipped cream maka warna semakin kuning, rasa

    semakin creamy, aromanya kuat, dan tekstur akan semakin lembut.

    Warna kuning pada butterdisebabkan karena adanya kandungan lemak dalam krim.

    Butter memiliki bentuk yang solid jika disimpan dalam lemari es, tetapi ketika

    berada di suhu ruang butterberubah sifat menjadi mudah dioles karena butterakan

    meleleh pada suhu 32-35oC.

    Buttermilk adalah produk samping dari proses pembuatan butter.

    Komposisi buttermilk adalah air sebanyak 90,7%, gula sebanyak 4,6%, protein

    sebanyak 3,5%, mineral sebanyak 0,7%, lemak sebanyak 0,5%, kalsium, kalium,

    vitamin B12, riboflavin, fosfor.

    Semarang, 10 Juni 2016

    Praktikan, Asisten Dosen,

    Kelompok D5 - Graytta Intannia

    Dayvelin Samantha

    13.70.0062

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    18/22

    17

    5. DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. (2007). Butter Manufacture.

    Barron, L.J.R., Hierro, M.T.G. and Santa-Mara, G. 1990. HPLC and GLC analysis of

    the triglyceride composition of bovine, ovine and caprine milk fat. Journal of

    Dairy Research 57: 517-526. dalam Nurrulhidayah, dkk. 2015. Detection of butter

    adulteration with lard using differential scanning calorimetry. International Food

    Research Journal 22(2): 832-839. Malaysia.

    Bennion, M. & O. Hughes. (1975). Introductory Foods. Macmillan Publishing Co., Inc.

    New York.

    Bobe, G; Hammond, E. G.; Freeman, A. E.; Lindberg, G. L. & Beitz D. C. (2003).Texture of Butter from Cows with Different Milk Fatty Acid Compositions.

    Boode, K., Walstra, P., & de Groot-Mostert, A. E. A. (1993). Partial coalescence in

    oilin- water emulsions. 2. Influence of the properties of the fat. Colloids and

    Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects, 81, 139e151. Dalam

    Ronholt, S., dkk. 2014. Effect of cream cooling rate and water content on butter

    microstructure during four weeks of storage. Food Hydrocolloids 34 (2014) 169-

    176. Denmark.

    Chandan, R.C., A. Kilara and N.P. Shah, 2008. Dairy processing and quality assurance.Willy-blackwell publishing USA., pp:1-21 and 319-325. Dalam Lonkar, S.P, dkk.

    2011. Development of Instant Mattha Mix. World Journal of Dairy & Food

    Sciences 6(2) : 125-129. India.

    Codex Stan 192-1995, Rev. 7-2006. Codex General Standard For Food Additives.

    Codex Stan 279-1971. Codex Standard For Butter.

    El-Sayed, M. S., Samah, M. E. S., Hamed, I. M., Asker, A. A., Hamza wi, L. F. and El-Sayed, M. M. 2006. Plasma lipid profile of rats fed on processed cheese spread

    enriched with buttermilk concentrate.Egyptian Journal of Dairy Science 34: 169-

    174. Dalam Bahrami, Masoud., dkk. 2015. Mixing sweet cream buttermilk with

    whole milk to produce cream cheese. Irish Journal of Agricultural and Food

    Reasearch 54(2), 73-75. Iran.

    Gunstone, F. D. (2002). Food Application of Lipid, in Food Lipids: Chemistry,

    Nutrition & Biotechnology, Second Edition, Revised & Expanded. Ed. Akoh, C.C

    & D. B. Min. Marcel Dekker, Inc. New York.

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    19/22

    18

    Heiler, C. And P. Schieberle. (1996). Studies on the Metalic Off Flavour in Buttermilk:

    identification of potent aroma compuound. Lebenson Wiss U. Technol. 29. 460-

    464.

    Herschdoefer, S. M. (1986). Quality Control in the Food Industry Volume 2.Academic

    Press.London.

    Jinjarak, et al. (2006). Sensory, Functional, and Analytical Comparisons of Whey

    Butter with Other Butters.

    Jinjarak, S., A. Olabi., R. Jimenez-Florez, I. Sodini and J.H. Walkar, 2006. Sensory

    evaluation of the whey and sweet cream buttermilk, J. Dairy, Sci., 89:2441-2450.

    Dalam Lonkar, S.P, dkk. 2011. Development of Instant Mattha Mix. World

    Journal of Dairy & Food Sciences 6(2) : 125-129. India.

    Kaufmann, N., Andersen, U., & Wiking, L. (2012). The effect of cooling rate and

    rapeseed oil addition on the melting behaviour, texture and microstructure of

    anhydrous milk fat. International Dairy Journal, 25, 73e79. Dalam Ronholt, S.,

    dkk. 2014. Effect of cream cooling rate and water content on butter microstructure

    during four weeks of storage.Food Hydrocolloids 34 (2014) 169-176. Denmark.

    Kosikowski, F. V. (1977). Cheese and Fermented Milk Foods. Edwards Brother, Inc.

    USA.

    Lee, R. & E.B. Jackson. (1980). Sugar Confectionery and Chocolate Manufacture.

    Leonard Hill. Glasgow.

    Pal, D. and Garg, F. C. 1989. Studies on the utilization of sweet-cream buttermilk in

    manufacturing of paneer. Journal of Food Science Technology. 26: 259-564.

    Dalam Bahrami, Masoud., dkk. 2015. Mixing sweet cream buttermilk with whole

    milk to produce cream cheese. Irish Journal of Agricultural and Food Reasearch

    54(2), 73-75. Iran.

    Potter, N. N & J. H. Hotchkiss. (1996). Food Scince Fifth Edition.CBS Publishers &

    Distributors.New Delhi.

    Saleh, Eniza. (2004). Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ternak.

    Salhab, H. 1998. The application ultrafiltration in the manufacture of cream cheese.

    M.Sc. thesis, Alberta Univ., Edmonton, Canada. Dalam Bahrami, Masoud., dkk.

    2015. Mixing sweet cream buttermilk with whole milk to produce cream cheese.

    Irish Journal of Agricultural and Food Reasearch 54(2), 73-75. Iran.

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    20/22

    19

    Shukla, V.K.S., Schiotz Nielsen, W. and Batsberg, W. 1983. A Simple and Direct

    Procedure for the Evaluation of Triglyceride Composition of Cocoa Butters by

    High Performance Liquid Chromatography-A Comparison with the Existing TLC-

    GC Method. Fette Seifen An-strichm. 85: 274-278. dalam Nurrulhidayah, dkk.

    2015. Detection of butter adulteration with lard using differential scanningcalorimetry.International Food Research Journal 22(2): 832-839. Malaysia.

    Smith, G. (2003). Dairy Processing. Woodhead Publishing Limited. Cambridge.

    Sodini, I., P. Morin, A. Olabi, dan R.J Flores. (2006). Compositional and Functional

    Properties of Buttermilk: A Comparison Between Sweet, Sour, and Whey

    Buttermilk.

    Sodini, I., P. Mortin, A. Olabi, dan R. Jimenez-flores, 2006. Compositional andfunctional properties of Buttermilk : A comparison between sweet-sour and whey

    buttermilk, J. Dairy Sci., 89:525-536. Dalam Lonkar, S.P, dkk. 2011.

    Development of Instant Mattha Mix. World Journal of Dairy & Food Sciences

    6(2) : 125-129. India.

    Spitsberg V.L., 2005. Invited review: bovine milk fat globule membrane as a potential

    nutraceutical. J. Dairy Sci., 88, 2289-2294. Dalam Vanderghem, Caroline, dkk.

    2010. Milk fat globule membrane and buttermilk : from composition to

    valorization.Biotechnol. Agron. Soc. Environ. 14(3), 485-500.Belgium.

    Usmiati & Abubakar. (2009). Teknologi Pengolahan Susu. Balai Besar Penelitian dan

    Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.

    Walstra, P., J. T. M. Woulters & T. J. Geurts. (2006). Dairy Science and Technology.

    2ndEd.Taylor & Francis Group, LTC. Boca Raton.

    Wiking, L., De Graef, V., Rasmussen, M., & Dewettinck, K. (2009). Relations between

    crystallisation mechanisms and microstructure of milk fat. International Dairy

    Journal, 19, 424e430. Dalam Ronholt, S., dkk. 2014. Effect of cream cooling rate

    and water content on butter microstructure during four weeks of storage. FoodHydrocolloids 34 (2014) 169-176. Denmark.

    Winarno, F. G.(1993). Pangan:Gizi, Teknologi, dan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka

    Utama. Jakarta.

    Winarno, F.G. dan I.E. Fernandez. (2007). Susu dan Produk Fermentasinya. M-Brio

    Press, Bogor.

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    21/22

    20

    Wong, P. Y. Y. and Kitts, D .D. 2003. Chemistry of buttermilk solid antioxidant

    activity.Journal of Dairy Science. 86: 1541-1547. Dalam Bahrami, Masoud., dkk.

    2015. Mixing sweet cream buttermilk with whole milk to produce cream cheese.

    Irish Journal of Agricultural and Food Reasearch 54(2), 73-75. Iran.

  • 7/26/2019 Butter and Buttermilk_D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    22/22

    21

    6. LAMPIRAN

    6.1.Perhitungan

    Rumus :

    Rendemen =berat

    berat awal 100%

    Rendemen =volume

    volume awal 100%

    Kelompok D1

    Rendemen =106

    335 100% = 31,64%

    Rendemen = 200300

    100% = 66,67%

    Kelompok D2

    Rendemen =88

    303,5 100% = 28,90%

    Rendemen =195

    300 100% = 65%

    Kelompok D3

    Rendemen = 101,1310

    100% = 32,61%

    Rendemen =190

    300 100% = 63,33%

    Kelompok D4

    Rendemen =107,5

    299,5 100% = 35,89%

    Rendemen =170

    300 100% = 56,67%

    Kelompok D5

    Rendemen =75

    293,5 100% = 25,55%

    Rendemen =140

    300 100% = 46,67%

    6.2.Jurnal

    6.3.Laporan Sementara